You are on page 1of 10

Media Ilmu Kesehatan Vol. 6, No.

2, Agustus 2017 91

RESPON SOSIAL DAN KEMAMPUAN SOSIALISASI PASIEN ISOLASI SOSIAL


MELALUI MANAJEMEN KASUS SPESIALIS KEPERAWATAN JIWA
1 2 3
Fajriyati Nur Azizah *, Achir Yani S. Hamid , Ice Yulia Wardani
1
* Program Studi Ners Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta, Jl. Ringroad Barat, Ambarketawang,
Gamping, Sleman, Yogyakarta. Telp. (0274) 4342000. Email: fajriyatinurazizah@gmail.com,
2,3
Program Studi Pendidikan Spesialis Keperawatan Jiwa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia,
Pondok Cina, beji, Kota Depok, Jawa Barat, 16424.

ABSTRACT
Background: Social isolation is a condition of loneliness felt by the individual being unable to
make contact with other people. Social isolation can result in further on the issue of fulfillment of
basic needs, so it would appear hallucinations that endanger themselves and others.
Objective: The purpose of writing scientific papers to describe social changes, and socialization
capabilities in social isolation’s patients using nursing care management of psychiatric specialist.
Methods: Nursing orders given to 22 clients using nurses action, Social Skills Training (SST), and
Cognitive-Behavioral and Social Skills Training (CBSST).
Result: Results obtained reduction in social symptoms of social isolation mark that includes
withdraw behaviour, interaction difficulties, refuse to communicate with others, fail to interact with
others nearby, disabillity to participate in social activities, ignoring the environtment, and mistrust
with others. The result also shown the improvement of socialization patient ability.
Conclusion: : There were reduction in symptoms of social isolation obviously showed on social
aspects as well as an increase in the client's ability to socialize. Recommendations of this study
was to use a combination of measures such as nurses and specialist nurses Social Skills Training
and Cognitive-Behavioral and Social Skills Training on clients with social isolation.

Key Words : Social Skills Training, Cognitive-Behavioral and Social Skills Training

PENDAHULUAN skizofrenia. Skizofrenia dialami lebih dari 21


Gangguan jiwa merupakan pola perilaku juta jiwa di dunia dan umumnya banyak
atau psikologis seseorang yang terjadi pada laki-laki (12 juta jiwa), sedangkan
menyebabkan distres, disfungsi, dan pada wanita sekitar 9 juta jiwa.4 Skizofrenia
penurunan kualitas hidup.1 Tahun 2009, atau gangguan jiwa yang menunjukkan tanda
WHO memperkirakan 450 juta jiwa di dunia gejala serupa skizofrenia dialami oleh 2-4 juta
mengalami gangguan jiwa, 10% di antaranya jiwa atau sekitar 1,1% dari total populasi
berusia dewasa, 25% akan mengalami penduduk dunia.5
gangguan jiwa pada usia tertentu selama Kurang motivasi dan adanya penurunan
hidupnya, dan akan terus berkembang sekitar kemampuan bersosialisasi yang
25% hingga tahun 2030.2Data Riskesdas menyebabkan isolasi sosial banyak dialami
(2013) menyebutkan bahwa prevalensi oleh pasien dengan skizofrenia. Isolasi sosial
gangguan jiwa berat pada penduduk di adalah kesepian yang dialami oleh individu
3
Indonesia mencapai angka 1,7 per mil. dan dirasakan saat didorong oleh
Gangguan jiwa berat salah satunya adalah keberadaan orang lain dan sebagai
92 Media Ilmu Kesehatan Vol. 6, No. 2, Agustus 2017

pernyataan negatif atau mengancam.Batasan jiwa yang dialami pasien, dan kemampuan
karakteristiknya antara lain tidak pasien beradaptasi dengan
8
menganggap penting dukungan dari orang lingkungannya. Hal ini disebabkan karena
lain, afek tumpul, adanya bukti cacat (fisik kemampuan komunikasi sangat penting
atau mental), sakit, tindakan yang tidak dalam kehidupan, diantaranya untuk
berarti, tidak ada kontak mata, dipenuhi oleh menciptakan situasi interpersonal yang positif
pikiran sendiri, menunjukkan permusuhan, dengan orang lain dan untuk menyelesaikan
tindakan berulang, sedih, senang sendiri, masalah hubungan interpersonal. Pasien
tidak komunikatif dan menarik diri. Selain itu dengan gangguan jiwa bertahan dengan
data subyektif yang didapat antara lain ketergantungannya terhadap penurunan
mengungkapkan perasaan sendiri, tujuan kemampuan bersosialisasi yang berdampak
hidup yang tidak adekuat, tidak mampu pula pada penurunan kemampuan
memenuhi harapan orang lain, merasa lainnya.7Lebih lanjutnya, isolasi sosial
berbeda dari orang lain, tidak percaya diri menyebabkan lamanya waktu rawat pasien di
saat berada di hadapan orang lain. Pasien rumah sakit yang berdampak pada
dengan penurunan kemampuan hospitalisasi,pengabaian pasien terhadap
bersosialisasi menunjukkan adanya masalah kebutuhan dasarnya seperti makan, minum,
berkomunikasi dengan orang lain, ketakutan kebersihan diri dan eliminasi, dan pada
akan lingkungan sosial, masalah dengan akhirnya muncul halusinasi yang
aktivitas kehidupan sehari-hari sehingga membahayakan diri sendiri, orang lain, dan
6
membutuhkan latihan bersosialisasi. lingkungannya.9 Pada saat pasien diterima
Penurunan kemampuan untuk bersosialisasi oleh keluarga, kondisi ini akan menjadi beban
lainnya yang terjadi adalah ketidakmampuan bagi keluarga dan lingkungan sekitarnya.10
pasien untuk berkomunikasi secara efektif Social Skills Training (SST) dan Cognitive
dengan orang lain, terutama untuk Behavioral and Social Skills Training
mengungkapkan dan mengonfirmasi (CBSST) merupakan psikoterapi yang dapat
perasaan negatif dan positif yang dialaminya, dilakukan untuk mengatasi masalah
untuk meminta atau menolak permintaan sosialisasi pada pasien isolasi sosial.Social
orang lain yang tidak rasional dan untuk Skills Training (SST) memiliki efek yang
memahami hambatan-hambatan dalam positif pada masalah kesulitan melakukan
berhubungan interpersonal. 7 hubungan interpersonal, depresi, dan
Rajkumar dan Thara, 1989; Johnstone at masalah konsep diri pada pasien
7
al, 1990; Perlick et al, 1992 menjelaskan skizofrenia. Sedangkan untuk CBSST,
bahwa kondisi gangguan interaksi sosial menunjukkan bahwa dengan pemberian
sejalan dengan perkembangan gangguan CBSST pada klien isolasi sosial di rumah
Media Ilmu Kesehatan Vol. 6, No. 2, Agustus 2017 93

sakit dapat menurunkan gejala kognitif, Peneliti mengukur variabel tersebut pada
afektif, dan perilaku klien lebih besar waktu yang bersamaan. Populasi dalam
daripada klien yang tidak diberikan terapi penelitian ini adalah pasien dengan diagnosa
tersebut.11 Penelitian lainnya menunjukkan keperawatan isolasi sosial yang dirawat di
bahwa CBSST meningkatkan fungsi kognitif Ruang Utari Rumah Sakit Prof. DR. Marzoeki
dan perilaku sosial klien serta menurunkan Mahdi (RSMM) Bogor. Subyek dalam
tanda dan gejala klien yang mengalami penelitian ini berjumlah 22 orang yang
halusinasi dan isolasi sosial.12 memenuhi kriteria inklusi yang telah
Pada penelitian sebelumnya, SST ditentukan oleh peneliti.
dilakukan sebagai terapi individu. Namun, Kriteria inklusi yang ditetapkan oleh
pada manajemen asuhan keperawatan yang peneliti adalah pasien yang sedang dirawat di
dilakukan pada pasien isolasi sosial ini, Ruang Utari Rumah Sakit Prof. DR. Marzoeki
peneliti menggunakan kelompok sebagai Mahdi Bogor, pasien yang memiliki diagnosa
salah satu media terapi untuk SST. Kelompok keperawatan isolasi sosial dan telah
merupakan wahana untuk mencoba dan mendapatkan rekomendasi oleh dokter untuk
menemukan hubungan interpersonal yang mengikuti rehabilitasi, pasien yang telah
baik, serta mempermudah individu untuk mendapatkan tindakan ners generalis (terapi
mengembangkan perilaku yang individu untuk pasien isolasi sosial dan Terapi
adaptif.13Berdasarkan hal tersebut, peneliti Aktivitas Kelompok Sosialisasi/TAKS) di
tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang ruangan, dan pasien yang kooperatif
perubahan tanda dan gejala isolasi sosial (bersedia mengikuti proses terapi hingga
pada aspek sosial dan kemampuan selesai). Pengambilan sampel diambil
sosialisasi pada pasien isolasi sosial sebelum dengan teknik purposive sampling yang
dan sesudah dilakukan manajemen asuhan berjumlah 22 orang. Pada kelompok pertama,
keperawatan spesialis (SST dan CBSST). 11 orang pasien diberikan tindakan ners
generalis dan SST, sedangkan kelompok
BAHAN DAN CARA PENELITIAN kedua yang berjumlah 11 pasien diberikan
Jenis penelitian ini adalah deskriptif tindakan ners generalis dan CBSST (CBT
eksploratif menggunakan rancangan desain dan SST).
quasi experiment with non-equivalent control Seluruh responden diberikan terapi
groupdan pendekatan kuantitatif individu untuk pasien isolasi sosial dan TAKS
crossectional. Variabel yang diteliti oleh oleh perawat ruangan, mahasiswa praktik,
peneliti adalah tanda dan gejala isolasi sosial dan dibantu peneliti. Sebelum dilakukan
pada aspek sosial dan kemampuan tindakan, peneliti melakukan pengkajian
sosialisasi pasien dengan isolasi sosial. untuk mengidentifikasi tanda dan gejala
94 Media Ilmu Kesehatan Vol. 6, No. 2, Agustus 2017

isolasi sosial terutama pada aspek sosial


yang meliputi perilaku menarik diri, sulit HASIL DAN PEMBAHASAN
berinteraksi, enggan berkomunikasi dengan 1. Karakteristik Responden
orang lain, gagal berinteraksi dengan orang Penelitian menunjukkan semua pasien di
lain yang ada di sebelahnya, Ruang Utari berjenis kelamin perempuan
ketidakmampuan berpartisipasi dalam (100%). Ruang Utari merupakan ruangan
kegiatan sosial, tidak peduli dengan yang dikhususkan untuk pasien perempuan
lingkungan, dan curiga terhadap orang lain. kelas III. Jenis kelamin tidak memengaruhi
Tanda dan gejala tersebut disesuaikan secara signifikan terjadinya gangguan
14
dengan ceklis/kuesioner yang telah dibuat jiwa. Wanita lebih cenderung mengalami
berdasarkan modul praktik keperawatan jiwa gejala yang lebih ringan dibandingkan pria.
Program Magister Keperawatan Jiwa Sejumlah 72,73% pasien perempuan tersebut
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas berusia dewasa (25-60 tahun) dan masuk
Indonesia tahun 2015. Peneliti juga pada tahap perkembangan psikososial
15
mengidentifikasi kemampuan sosialisasi intimasi. Tahap psikososial yang penting di
pasien sebelum dilakukan tindakan ners usia ini adalah mampu membina hubungan
generalis dan ners spesialis. baik dengan masyarakat, hubungan kerja,
Terapi ners generalis dan CBT dilakukan dan hubungan yang intim dengan orang lain.
di ruangan, sedangkan SST dilakukan Jika tidaktercapai, individu akan terisolasi dan
berkelompok di unit rehabilitasi 3 kali sulit membina hubungan.14,16Berkaitan
seminggu hingga sesi SST selesai. SST dengan tahap psikososial ini sebagian besar
terdiri dari empat sesi. Sesi pertama adalah responden tidak bekerja (36,36%) dan
latihan bersosialisasi, sesi kedua latihan berstatus menikah (45,46%).Pekerjaan erat
menjalin persahabatan, sesi ketiga latihan kaitannya dengan status ekonomi klien.
bekerjasama dalam kelompok, dan sesi Pekerjaan dapat menjadi sumber masalah
keempat latihan menghadapi situasi yang pada sebagian orang jika tidak segera diatasi
sulit. Sedangkan CBSST terdiri dari enam dan pada akhirnya menyebabkan sakit
sesi. Sesi pertama latihan merubah pikiran termasuk terjadinya skizofrenia.17,18Hal lain
negatif pertama, sesi kedua latihan merubah yang berkontribusi terhadap kejadian
pikiran negatif kedua, sesi ketiga adalah skizofrenia adalah status pernikahan.
latihan bersosialisasi, sesi keempat latihan Durkheim mengatakan bahwa pernikahan
menjalin persahabatan, sesi kelima latihan dapat mengurangi isolasi sosial dan
bekerjasama dalam kelompok, dan sesi perasaan kesepian. Perlindungan dari
keenam latihan menghadapi situasi yang pasangan hidup membuat ikatan batin secara
sulit. finansial, fisiologis, dan psikologis antar
Media Ilmu Kesehatan Vol. 6, No. 2, Agustus 2017 95

pasangan meskipun tidak semua pasangan keputusan dan responsnya terhadap sumber
dapat menyediakan perlindungan. Seseorang stress.1
yang jarang berkomunikasi dan membina 2. Perubahan Aspek Sosial Tanda dan
hubungan yang suportif cenderung semakin Gejala Isolasi Sosial
merasa kesepian.19Sedangkan untuk status SST dan CBSST dapat menurunkan
pendidikan, sebagian besar responden tanda dan gejala sosial pada pasien dengan
berpendidikan SMP dan SMA isolasi sosial. Pada tabel 1 dan 2 terlihat
(27,30%).Pendidikan rendah dapat menjadi bahwa hasil penelitian pada kelompok
penyebab terjadinya masalah psikologis. pertama yang mendapatkan tindakan ners
Individu dengan pendidikan rendah akan generalis dan SST menunjukkan penurunan
kesulitan dalam menyampaikan ide, gagasan tanda dan gejala isolasi sosial 74,32%.
atau pendapatnya, sehingga memengaruhi Sedangkan, pada kelompok kedua yang
cara berhubungan dengan orang lain, mendapatkan tindakan ners generalis dan
menyelesaikan masalah, membuat CBSST menunjukkan penurunan 64,05%.

Tabel 1. Tanda Gejala Sosial Sebelum dan Sesudah


Tindakan Ners Generalis dan SST(n=11)
Frekuensi
No Tanda dan Gejala Sosial Penurunan
Pre % Post %
(%)
1 Menarik diri 7 63.64 0 0 100
2 Sulit berinteraksi 4 36.36 0 0 100
3 Enggan berkomunikasi dengan orang lain 4 36.36 0 0 100
4 Kegagalan berinteraksi dengan orang lain yang 9 81.82 2 18,18 77,78
ada didekatnya
5 Ketidakmampuan berpartisipasi dalam kegiatan 8 72.73 5 45,45 37,49
sosial
6 Tidak peduli dengan lingkungan 10 90.91 7 63,64 30
7 Curiga terhadap orang lain 4 36.36 1 9,09 75
Rerata 6,57 59,74 2,14 19,48 74,32
Ruang Utari RSMM Bogor, 2016

Tabel 2. Tanda Gejala Sosial Sebelum dan Sesudah


Tindakan Ners Generalis dan CBSST(n=11)
Frekuensi
No Tanda dan Gejala Penurunan
Pre % Post %
(%)
1 Menarik diri 5 45,45 0 0 100
2 Sulit berinteraksi 5 45,45 0 0 100
3 Enggan berkomunikasi dengan orang lain 4 36,36 1 9,09 75
4 Kegagalan berinteraksi dengan orang lain
yang ada didekatnya 10 90,91 2 18,18 80
5 Ketidakmampuan berpartisipasi dalam
kegiatan sosial 9 81,82 6 54,55 33,33
6 Tidak peduli dengan lingkungan 10 90,91 9 81,82 10
7 Curiga terhadap orang lain 4 36,36 2 18,18 50
96 Media Ilmu Kesehatan Vol. 6, No. 2, Agustus 2017

Frekuensi
No Tanda dan Gejala Penurunan
Pre % Post %
(%)
Rerata 6,71 61,04 2,86 25,97 64,05
Ruang Utari RSMM Bogor, 2016
Penurunan tanda dan gejala sosial pada pada latihan dan kegiatan yang
kelompok yang memperoleh SST lebih besar menggunakan aktivitas fisik. Berbeda dengan
dibandingkan kelompok yang memperoleh CBSST. Perubahan tanda dan gejala pasien
CBSST. SST adalah terapi yang berorientasi isolasi sosial dengan CBSST cukup signifikan
pada tugas dan membentuk perilaku baru. pada aspek kognitif, dan afektif.Terapi
SST digunakan untuk meningkatkan dan kognitif yang ada pada CBSST menguji efek
membentuk komunikasi yang fleksibel pikiran maladaptif pada pasien gangguan jiwa
sehingga klien mampu berespons dengan terhadap afek dan perilaku, karena ketiganya
baik terhadap situasi yang beragam. Peran memiliki hubungan saling memengaruhi pada
perawat disini adalah memberikan penguatan perilaku isolasi sosial khususnya.16
positif, menjadi role model, tolok ukur, 3. Perubahan Kemampuan Sosialisasi
terapis, dan membentuk pola perilaku Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sosialisasi klien yang diharapkan.7 Selain itu, kemampuan bersosialisasi pasien dengan
SST meningkatkan perilaku asertif, isolasi sosial meningkat setelah diberikan
kemampuan pasien untuk mengekspresikan SST dan CBSST. Pada tabel 3 dan 4 terlihat
perasaannya, emosi, kebutuhan, dan bahwa kelompok pertama yang mendapatkan
pendapat pribadi dengan jelas dan efektif tindakan ners generalis dan SST
tanpa ada rasa cemas, takut, menunjukkan peningkatan kemampuan
20
ketidaknyamanan dan agresif. SST tidak sosialisasi 87,65%. Sedangkan, pada
banyak memberikan perubahan pada aspek kelompok kedua yang mendapatkan tindakan
kognitif karena tidak difokuskan pada ners generalis dan CBSST menunjukkan
kemampuan pasien untuk merubah pikiran peningkatan kemampuan sosialisasi 93.54%.
terkait sosialisasi. Pasien banyak berfokus

Tabel 3. Kemampuan Sosialisasi Sebelum dan Sesudah


Tindakan Ners Generalis dan SST(n=11)
Frekuensi Peningkatan
No Kemampuan
Pre % Post % (%)
1 Bersosialisasi 4 18,18 11 100 81,82
2 Menjalin persahabatan 3 13,64 10 90,91 85
3 Bekerja sama dalam 92,85
1 4,55 7 63,64
kelompok
4 Menghadapi situasi sulit 0 0 10 90,91 90,91
Rerata 2 9,09 9.5 86,37 87,65
Ruang Utari RSMM Bogor, 2016
Media Ilmu Kesehatan Vol. 6, No. 2, Agustus 2017 97

Tabel 4. Kemampuan Sosialisasi Sebelum dan Sesudah


Tindakan Ners Generalis dan CBSST(n=11)
Peningkatan
No Kemampuan Pre % Post %
(%)
1 Merubah pikiran negatif 1 0 0 11 100 100
2 Merubah pikiran negatif 2 0 0 8 72,73 100
3 Bersosialisasi 4 18,18 11 100 81,82
4 Menjalin persahabatan 3 13,64 10 90,91 85
Bekerja sama dalam 1 4,55 9 81,82 94,44
5
kelompok
6 Menghadapi situasi sulit 0 0 11 100 100
Rerata 1,33 6,06 10 90,91 93,54
Ruang Utari RSMM Bogor, 2016

Pasien mendapatkan tindakan ners Pengulangan tiap sesi dilakukan di ruangan


generalis yaitu latihan berkenalan secara masing-masing. Pasien terus dimotivasi untuk
bertahap untuk melatih ketrampilan sosial mau bekerja sama dalam kegiatan-kegiatan
pasien sehingga merasa nyaman dalam situasi harian di ruangan seperti membereskan
sosial dan dapat melakukan interaksi sosial tempat tidur dan mengatur piket untuk
dengan orang lain serta lingkungannya. Tujuan menyiapkan makan.SST yang ditujukan untuk
yang diharapkan setelah dilakukan tindakan memandirikan pasien dalam bersosialisasi,
ners generalis, pasien mampu membina kemampuannya dapat diukur tiap bulan hingga
hubungan saling percaya dengan orang lain, tahunan. Pasien harus memiliki kesempatan
menyadari penyebab isolasi sosial dan mampu untuk mempraktikkan ketrampilannya dalam
berinteraksi dengan orang lain secara kehidupan nyata untuk digunakan di
21 22
bertahap. masyarakat sekembalinya dari perawatan.
Pada tindakan SST yang terlihat pada Keberhasilan SST dalam merubah tanda
tabel 3, peningkatan kemampuan lebih banyak gejala dan kemampuan pasien tertuang dalam
pada kemampuan pasien untuk bekerja sama beberapa karya tulis ilmiah. SST yang
dalam kelompok (92,85%). Ballinger dan dikombinasikan dengan Family
Yalom (1996) menjelaskan bahwa peran Psychoeducation (FPE) dapat menurunkan
terapeutik kelompok bersifat here and now. tanda dan gejala serta meningkatkan
Kelompok mengajarkan bagaimana individu kemampuan pasien dengan halusinasi dan
berinteraksi dengan orang lain untuk isolasi sosial.23 Sedangkan pada penelitian
membantu memenuhi kebutuhannya dan lainnya menunjukkan bahwa dengan SST yang
mendiskusikan caranya, mengarahkan pada dilakukan dengan pendekatan teori Peplau dan
perubahan perilaku, pikiran dan Henderson dapat memudahkan perawat dalam
spiritual.Hasilnya akan efektif jika perilaku berinteraksi dengan pasien isolasi sosial.10
tersebut dilakukan berulang-ulang.22
98 Media Ilmu Kesehatan Vol. 6, No. 2, Agustus 2017

CBSST pada tabel 4 menunjukkan bahwa pasien yang mendapatkan tindakan ners
peningkatan kemampuan pasien terbanyak generalis dan CBSST dibandingkan SST.
adalah pada kemampuan pasien dalam Hasilnya dapat menjadi dasar untuk
merubah pikiran negatif terkait penyebab penyediaan Standar Asuhan Keperawatan
perilaku isolasi sosial dan kemampuan (SAK) sebagai acuan perawat dalam
menghadapi situasi sulit (100%). Terapi melakukan manajemen asuhan keperawatan
kognitif yang menjadi bagian CBSST pada pasien dengan isolasi sosial secara
membantu pasien memperbaiki distorsi kognitif berkesinambungan dengan melibatkan
yang dialaminya. Distorsi kognitif yang banyak perawat generalis dan spesialis, serta
muncul pada pasien isolasi sosial diantaranya melibatkan semua unsur penyedia layanan
adalah junk to the conclusion, dan asuhan keperawatan termasuk mahasiswa
decathastripizing.CBSST pada pasien dalam membangun hubungan kolaboratif.
skizofrenia yang diberikan selama 9 bulan dan Menetapkan kebijakan yang jelas terkait uraian
36 sesi pada pasien usia 26-55 tahun tugas yang disahkan dalam surat keputusan
sebanyak 213 orang menunjukkan direktur diimbangi dengan sistem pengawasan
peningkatan ketrampilan fungsi sosial dan yang komprehensif sehingga dapat
24
fungsi kognitif. Senada dengan penelitian mempertahankan sustainability pelaksanaan
Jumaini (2010) yang menunjukkan bahwa Model Praktek Keperawatan Profesional
CBSST dapat meningkatkan kemampuan (MPKP) sehingga dapat meningkatkan mutu
kognitif pasien isolasi sosial sebanyak layanan rumah sakit dan tingkat kepuasan.
25
80,35%.
KEPUSTAKAAN
KESIMPULAN 1. Stuart, G.W. Prinsip dan Praktik
Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart. Edisi
Hasil pengkajian pada pasien isolasi sosial
Indonesia. Buku 1. Elseiver: Singapura.
di Ruang Utari didapatkan semua pasien 2015.
2. WHO. Improving Health System and
berjenis kelamin perempuan, berusia dewasa,
Service for Mental Health: WHO library
tingkat pendidikan adalah tamat SMP dan cataloguing in publication data. 2009.
3. Riskesdas. Riset Kesehatan Dasar
SMA, tidak bekerja, dan menikah. Penurunan
(Riskesdas 2013). Jakarta: Badan
tanda dan gejala pada aspek sosial lebih Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI Tahun 2013.
banyak terlihat pada kelompok pasien yang
2013.
mendapatkan tindakan ners generalis dan SST 4. WHO. Skizophrenia. Diakses pada 25 Mei
2016 di
dibandingkan CBSST. Sedangkan,
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/
kemampuan sosialisasi pasien lebih banyak fs397/en/. 2016.
5. Shives LR. Basic Concept of Psychiatric-
mengalami peningkatakn pada kelompok
Mental Health Nursing. 8th edition.
Lippincott William & Wilkins. 2012.
Media Ilmu Kesehatan Vol. 6, No. 2, Agustus 2017 99

6. NANDA. Diagnosis Keperawatan: Definisi 14. Fortinash., Worret H. Psychiatric Mental


dan Klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC. Health Nursing. (5th edition). Philadelphia:
2015. Elseiver. 2012.
7. Malky, M.I., Attia, M.M., & Alam, F.H. The 15. Gierveld, Jong J. de, Tilburg, T. Van &
effectiveness of social skill training on Dykstra, P.A. Loneliness and Social
depressive symptoms, self-esteem and Isolation In: Vangelisti, A. & Perlman, D.,
interpersonal difficulties among The Cambridge handbook of personal
schizophrenic patiens. International journal relationships. New York p. 485-500. 2006.
of advanced nursing studies. Doi: 16. Sinaga, B.R. Skizofrenia & Diagnosis
10.14419/ijans.v511.5386. Diakses pada Banding. Balai Penerbit, Fakultas
tanggal 23 Maret 2016 di Kodokteran-Universitas Indonesia,
www.Sciencepubco.com/index.php/LIANS. Jakarta. 2007.
2016. 17. Sharf, R.S. Theories of psychotherapy and
8. Bellido, Zanin, G., Perez-San-Gregorio, counseling: concept and cases. (5th
M., Martin-Rodriguez., et al. Social edition). Maerica: Brooks/cole cengage
Functioning as a Predictor of Use of learning. 2012.
Mental Health Resources in Patiens with 18. Hawari, D. Pendekatan Holistik Pada
Severe Mental Disorder. Psychiatric Gangguan Jiwa Skizofrenia. Jakarta: FIK
research. 230. 0.189-193. Diakses pada UI. 2007.
tanggal 12 Maret 2016di 19. Townsend, MC Psychiatric Mental Health
http://dx.doi.org/10.1016/j.psychres.2015.0 Nursing Concepts of Care in Evidence-
8.037. 2015. Based Practice. 6th edition. Davis Plus
9. Raudino, A., Carr, V.J., Bush, R., Saw, S., Company: Philadelphia. 2014.
Burgess, P., Morgan, V.A., 2014. Patterns 20. Gierveld, Jong J. de, Tilburg, T. van &
ofservice utilisation in psychosis: findings Dykstra, P.A. Loneliness and Social
of the 2010 Australian national survey of Isolation In: Vangelisti, A. & Perlman, D.,
psychosis. Aust. N. Z. J. Psychiatry 48, The Cambridge handbook of personal
341–351 . Diakses pada tanggal 16 Maret relationships. New York p. 485-500. 2005.
2016. 21. Bucci, P., Piegari, G., Mucci, A., Merlotti,
10. Putri, D.E. Penerapan asuhan E., Chieffi, M., De Riso, F., De Angelis, M.,
keperawatan pada pasien isolasi sosisl Di Munzio, W., & Galderisi, S.
dengan pendekatan model konseptual Neurocognitive Individual Training vs
Hildegard E. Peplau dan Virginia Social Skills Individualized Training: A
Henderson. Ners Jurnal Keperawatan. Randomize Trial in Patients with
2012. Vol. 8. No.1. Schizophrenia. Schizophrenia research.
11. Kirana, S.A.C., Keliat, BA., &Mustikasari. Diakses pada tanggal 25 Mei 2016 di
Pengaruh Cognitive Behavioral Social http://dx.doi.org/10.1016/j.schres.2013.07.
Skills Training terhadap Gejala Klien 053. 2013.
Halusinasi dan Isolasi Sosial di Rumah 22. Keliat, B.A. Keperawatan Kesehatan Jiwa
Sakit. Tesis FIK UI. Tidak Dipublikasikan. Komunitas: CMHN (Basic Course). EGC:
2015. Jakarta. 2011.
12. Syukri,M., Keliat, BA., & Mustikasari. 23. Fontaine, K.L. Mental health Nursing. 6th
Penerapan Cognitive-Behavior Social edition. Pearson Education: New Jersey.
Skills Training pada Klien Halusinasi dan 2009.
Isolasi Sosial dengan Pendekatan Model 24. Sukaesti, D., Hamid, AYS,. & Wardani, IY.
Hubungan Interpersonal Peplau di RS dr. Manajemen Asuhan keperawatan
Marzoeki Mahdi Bogor. Karya Ilmiah Akhir. Spesialis Jiwa pada Klien Isolasi Sosial
FIK UI. Tidak Dipublikasikan. 2014. dan Risiko Perilaku Kekerasan
13. Keliat, B.A.,&Prawirowiyono, A. menggunakan Pendekatan Hubungan
Keperawatan Jiwa: Terapi Aktifitas Interpersonal Peplau dan Stuart di Ruang
Kelompok. EGC: Jakarta. 2016. Gatotkaca RSMM. Karya Ilmiah Akhir. FIK
UI. Tidak Dipublikasikan. 2015.
100 Media Ilmu Kesehatan Vol. 6, No. 2, Agustus 2017

25. Granholm, E., Ben-Zeef, D., dan Link, 26. Jumaini., Keliat, BA., & Daulima, NH.
P,C,. Social Disinterest Attitudes an Group Pengaruh Cognitive Behavioral Social
Cognitive Behavioral Social Skills Training Skills Training (CBSST) terhadap
for Functional Disability in Schizophrenia. Kemampuan Bersosialisasi Klien isolasi
Shizophrenia Bulletin, 35(5), 874-883. Sosial di BLU RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi
2009. Bogor. Tesis FIK UI. Tidak Dipublikasikan.
2010.

You might also like