Professional Documents
Culture Documents
Abstract
The decline in physical condition in the elderly will lead to conditions that are
prone to various kinds of diseases. Decreased physical ability also causes changes in
sleep quality in the elderly. Poor sleep quality in the elderly having a devastating effect
on the elderly. Oneway non-pharmacological therapy to improve sleep quality of the
elderly are the elderly gymnastics . Following the elderly gymnastics minimal effects are
elderly feel happy, always excited, sleep better, keep your mind fresh. , The purpose of
this study is to identify the influence of gymnastics elderly against quality index in
posyandu lansia health centers working area Andongsari districts Ambulu Jember. The
study design used is Pretest-Posttest One Group Design. Total population 40 respondents
and sample in this research is 32 respondents using purposife sampling techniques.
Statistical test results using Wilcoxon Sign Rank Test with α = 0.05 p value 0.00 obtained
so that it can be concluded that there was gymnastics elderly effect on sleep quality index
in posyandu lansia health centers working area Andongsari Ambulu District of Jember.
This study was recommended for health workers to serve as non farmakolgis therapy to
overcome the problem of sleep quality in elderly.
Indeks
Prosentas responden berdasarkan indek kualitas
kualitas Jumlah
e (%) tidur setelah senam lansia
tidur
Kualitas Berdasarkan tabel diatas dapat
tidur sangat 7 21,9
diketahui bahwa setelah melakukan
buruk
senam responden tidak ada yang
memiliki kualitas tidur sangat buruk , kerja puskesmas andogsari, mei
kualitas tidur buruk menurun sampai juni 2016
menjadi 5 responden (15,6 %),
Beberapa responden
kualitas tidur baik meningkat
mengalami penyakit fisik sebagai
menjadi 19 responden (59,4 %).
dampak dari proses penuaan.
Kualitas tidur, dan terdapat kualitas
Penyakti yang mereka alami diantara
tidur sangat baik sebanyak 8
terkait dengan pertulangan seperti
responden (25,0 %). Kualitas tidur
rematik, gout dan sebagainya,
setelah melakukan senam terjadi
dimana rasa nyeri yang ditimbulkan
peningkatan.
oleh penyakit tersebut membuat tidur
Tabel 3 Distribusi frekuensi mereka terganggu. Penyakit lain
responden berdasarkan indek kualitas
yang dialami adalah yang berkaitan
tidur setelah dan sebelum senam
lansia dengan inkontinensia urin atau
Kualitas Tidur P kejadian ngompol. Inkontinensia urin
Z
Pretest Postest value
N % N % di malam hari menyebakan mereka
Sangat 0 0 8 25 sering terbangun hingga pada
baik
Baik 9 28,1 19 59,4
0,00 -5,260 akhirnya mereka tidak dapat
Buruk 16 50 5 15,6
Sangat 7 21,9 0 0 mempertahankan tidurnya. Setiap
buruk
penyakit yang menyebabkan nyeri,
ketidaknyamanan fisik (misalnya
Berdasarkan hasil uji satistik kesulitan bernapas), atau masalah
Wilcoxon Sign Rank Test dengan suasana hati, seperti kecemasan atau
menggunakan metode pengolahan depresi, dapat menyebabkan masalah
data SPSS versi 1.9 diperoleh nilai tidur.
P=0,000 pada derajat kemaknaan α = Seseorang dengan perubahan
0,05. Hal tersebut menunjukan seperti itu mempunyai masalah
bahwa nilai P lebih kecil dari α = kesulitan tertidur atau tetap tertidur.
0,05 yang berarti ada pengaruh Penyakit juga dapat memaksa klien
signifikan pengaruh senam lansia untuk tidur dalam posisi yang tidak
terhadap indek kualitas tidur pada biasa. Sebagai contoh, memperoleh
lansia Di posyandu lansia wilayah posisi yang aneh saat tangan atau
lengan diimobilisasi pada traksi
dapat mengganggu tidur (Perry dan diberikan treatment senam lansia
Potter, 2009). menunjukkan bahwa yang memiliki
Indek kualitas tidur lansia kualitas tidur baik sebanyak 19
sebelum dilakukan perlakuan senam responden (59,4 %), sedangkan yang
lansia adalah kurang baik, karena memiliki kualitas tidur sangat baik
responden sebagian besar masih sebanyak 8 responden (25%),
mengeluh jika kualitas tidur mereka responden yang memiliki kualitas
tidak baik. Keadaan ini disebabkan tidur buruk sebanyak 5 (15,6 %), dan
oleh beberapa faktor diantaranya tidak ada responden yang memiliki
adalah karena pada lansia telah kualitas tidur yang sangat buruk.
mengalami berbagai macam Senam mampu
perubahan terutama fisiologis mengembalikan posisi dan
maupun biolgis. Pada lansia Episode kelenturan sistem saraf dan aliran
tidur REM cenderung memendek. darah. Senam lansia juga mampu
Terdapat penurunan yang progresif memaksimalkan supply oksigen ke
pada tahap tidur NREM 3 dan 4. otak, mampu menjaga sistem
Beberapa usia lanjut tidak memiliki kesegaran tubuh serta sistem
tahap 4 atau tidur dalam. Seorang pembuangan energi negatif dari
usia lanjut lebih sering terbangun dalam tubuh. Senam lansia
pada malam hari, dan membutuhkan merupakan kombinasi dari gerakan
banyak waktu untuk jatuh tidur. otot dan teknik pernafasan. Teknik
Tetapi pada lansia yang berhasil pernapasan yang dilakukan secara
beradaptasi terhadap perubahan sadar dan menggunakan diafragma,
fisiologis dan psikologis dalam memungkinkan abdomen terangkat
penuaan lebih mudah perlahan dan dada mengembang
mempertahankan tidur REM (Perry penuh. Teknik pernapasan tersebut,
& Potter, 2005). mampu memberikan pijatan pada
Pada penelitian ditemukan jantung yang menguntungkan akibat
bahwa dari 32 responden nilai rata naik turunnya diafragma, membuka
rata indek kualitas tidur pada lansia sumbatan-sumbatan dan
di pusyandu lansia wilayah kerja memperlancar aliran darah ke
puskesmas andongsari sesudah
jantung serta meningkatkan aliran maksimal memompa darah keseluruh
darah ke seluruh tubuh. tubuh sehingga aliran darah menjadi
Senam lansia merangsang lancar dan dengan lancarnya aliran
penurunan aktifitas saraf simpatis darah dapat membuat keadaan
dan peningkatan aktifitas saraf para menjadi rileks. Keadaan rileks
simpatis yang berpengaruh pada tersebut bisa membuat lansia akan
penurunan hormon adrenalin, tidur lebih cepat dan dapat
norepinefrin dan katekolamin serta mempertahankan tidur, sehingga
vasodilatasi pada pembuluh darah dapat memperoeh kualitass tidur
yang mengakibatkan transport yang maksimal. Dengan kualitas
oksigen ke seluruh tubuh terutama tidur lansia yang baik diharapkan
otak lancar sehingga dapat juga kualitas kesehatan pada lansia
menurunkan tekanan darah dan nadi juga akan lebih baik.
menjadi normal. Pada kondisi ini Berdasarkan hasil uji satistik
akan meningkatkan relaksasi lansia. Wilcoxon dengan menggunakan
Selain itu, sekresi melatonin yang metode pengolahan data SPSS versi
optimal dan pengaruh beta 1.9 diperoleh nilai P=0,000 pada
endhorphin dan membantu derajat kemaknaan α = 0,05. Hal
peningkatan pemenuhan kebutuhan tersebut menunjukan bahwa nilai P
tidur lansia(Rahayu, 2008). lebih kecil dari α = 0,05 yang berarti
Peneliti berpendapat bahwa ada pengaruh signifikan pengaruh
indek kualitas tidur pada lansia senam lansia terhadap indek kualitas
diposyandu lansia wilayah kerja tidur pada lansia Di posyandu lansia
puskesmas andongsari setelah wilayah kerja puskesmas andogsari.
dilakukan senam lansia adalah baik Berdasarkan hasil uji statistik dengan
ke sangat baik, hal tersebut karena metode wilcoxon didapatkan
responden telah melatih tubuhnya peningkatan nilai rata – rata indek
dengan senam lansia, salah satu kualitas tidur sebelum diberikan
manfaat senam adalah dapat perlakuan senam lansia dengan nilai
memaksimalkan kerja organ-organ minimal 8 dan maksimal 20 dengan
dalam tubuh. Salah satu contohnya standart deviasi 3,759. Sesudah
adalah jantung bisa bekerja dengan diberikan perlakuan senam lansia
dengan nilai minimal 14 dan berjemur di pagi hari mengalami
maksimal 24 dengan standart deviasi pertambahan waktu tidur sebanyak
2,707. satu jam (Youngstedt, 2005)
Siklus tidur dipengaruhi oleh Gangguan tidur terjadi karena
beberapa hormone seperti ACTH, adanya ketegangan otot, ketika
GH, TSH, dan LH. Hormon ini seorang mengalami stres maka
masing-masing disekresi oleh beberapa otot akan mengalami
kelenjar pituitary anterior melalui ketegangan. Aktifnya saraf simpatis
hipotalamus path way. Sistem ini tersebut membuat orang tidak dapa
secara teratur mempengaruhi santai atau relaks sehingga tidak
pengeluaran neurotransmitter dapat memunculkan rasa kantuk.
noreepinefrin, dopamine, serotonin Dengan mengikuti kegiatan
yang bertugas mengatur mekanisme senamyang teratur seminggu 3 kali
tidur (Japardi, 2002). Pada lansia, ,responden merasa tidurnya menjadi
keadaan hormonal yang menurun lebih nyenyak dari biasanya dan
akan mengakibatkan pola tidur mudah dalam mengawali tidur.
berubah. Hormon melatonin berperan Kemudahan dalam mengawali tidur
dalam mengontrol irama sirkardian, ini berdampak pada lama tidur,
sekresinya terutama pada malam hari dengan tidur lebih awal dari biasanya
yang berhubungan dengan rasa danmasa memasuki tidur yang
mengantuk. Lansia sering terbangun lebihpendek secara langsung akan
pada malam hari sehingga waktu memperlama jam tidur responden.
tidur malam menjadi berkurang, Meningkatkan kualitas tidur
ketika bangun pagi terasa tidak segar, dapat dilakukan dengan berbagai
siang hari mengalami kelelahan, cara yaitu dari asupan nutrisi,
lebih sering tidur sejenak dan merasa modifikasi lingkungan, kebersihan
mengantuk sepanjang hari (Marcel, diri, dan olahraga. Olahraga
2008). Latihan fisik atau olahraga merupakan cara efektif untuk
tertentu dapat bermanfaat untuk meningkatkan kualitas tidur. Dua
mengatasi gangguan pemenuhan puluh menit berolahraga per hari
kebutuhan tidur. Kelompok yang sangat dianjurkan untuk menjaga
berolahraga di pagi hari dan rutin tubuh tetap bugar dan mendapat tidur
yang berkualitas (Rafiudin, 2004). dapat menimbulkan rasa gembira,
Menurut Mangoenprasodjo (2005) rasa sakit hilang, adiksi (kecanduan
olahraga usia lanjut perlu diberikan gerak) dan menghilangkan depresi.
dengan berbagai patokan, antara lain
beban ringan atau sedang, waktu
SIMPULAN DAN SARAN
relatif lama, dan bersifat aerobik.
Simpulan
Beberapa contoh olahraga yang dapat
Ada pengaruh yang signifikan
dilakukan oleh lansia yaitu jalan
dimana nilai diperoleh hasil p
kaki, olahraga yang bersifat rekreatif
value=0,000 kemaknaan α < 0,05,
dan senam. Beberapa senam yang
dengan demikian H1 diterima yang
dapat dilakukan oleh lansia yaitu
berarti ada pengaruh senam lansia
yoga dan senam.
terhadap indek kualitas tidur pada
Semua senam dan aktifitas
lansia di posyandu lansia wilayah
olahraga ringan tersebut sangat
kerja puskesmas andongsari
bermanfaat untuk menghambat
proses degeneratif/penuaan. Senam Saran
ini sangat dianjurkan untuk mereka
Diharapkan bagi perawat
yang memasuki usia pralansia (45
menjadikan senam lansia sebagai
thn) dan usia lansia (65 thn ke atas).
tindakan keperawatan untuk setiap
Orang melakukan senam secara
pasien khususnya pada lansia dengan
teratur akan mendapatkan kesegaran
masalah keperawatan, terutama
jasmani yang baik yang terdiri dari
dengan masalah tidur karena terbukti
unsur kekuatan otot, kelentukan
bahwa senam lansia merupakan
persendian, kelincahan gerak,
terapi yang efektif untuk mengatasi
keluwesan, cardiovascular fitness
masalah tidur pada lansia.
dan neuromuscular fitness. Apabila
orang melakukan senam, peredarah DAFTAR PUSTAKA
Hidayat Wahyu, dan Khusnul Khasanah. Potter, P. A., & Perry, A. G. (2010).
(2012). Kualitas Tidur Lansia Balai Fundamental Keperawatan. Edisi
Rehabilitasi Sosial “MANDIRI” 7 Buku 1. Jakarta: Salemba Medik
Semarang.
http://download.portalgaruda.or Stanley, M., & Beare, P.G. (2006). Buku
g/article.php? Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi 2.
article=74186&val=4707. Diakses Jakarta: EGC.
11 November 2015