You are on page 1of 8

https://stikes-nhm.e-journal.

id/OBJ/index

Article
Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Kualitas Tidur pada Pasien Gangguan Cemas
(Ansietas)
Filzah Az-zahrah Putri A1, I Putu Sudayasa1*, Nur Eddy2
1FakultasKedokteran, Universitas Halu Oleo, Kendari, Indonesia
2Departemen Ilmu Kesehatan Jiwa, Rumah Sakit Umum Bahteramas, Sulawesi
Tenggara, Indonesia

SUBMISSION TRACK A B S T R A C T

Recieved: August 23, 2021


Sleep is something that everyone needs because it
Final Revision: September 07, 2021 has a homeostatic function and plays an important
Available Online: September 28, 2021 role in thermoregulation and normal energy reserves.
A person's sleep quality is influenced by various
KEYWORDS factors, one of which is psychiatric disorders. When
feeling anxious, there is an increase in noradrenergic
Anxiety Level, Sleep Quality, Anxiety levels due to stimulation of the sympathetic nervous
Disorder Patients system and can reduce GABA (Gamma Amino-Butyric
Acid) levels so that a person will find it difficult to
CORRESPONDENCE initiate sleep. This study aims to analyze the
relationship between anxiety levels and sleep quality
E-mail: putusudayasa@gmail.com
in patients with anxiety disorders (anxiety) at the Muna
Hospital. This research is an observational analytic
study with a cross sectional design. The population of
this study was new case patients diagnosed with
anxiety disorders at the Muna Hospital in 2020. The
sample was selected using a total sampling technique.
The instruments used were the HARS (Hamilton
Anxiety Rating Scale) questionnaire to measure
anxiety levels and the PSQI (Pittsburgh Sleep Quality
Index) questionnaire to assess sleep quality. Data
analysis used the Spearman correlation test and the
results of the analysis were declared significant if the
p value = <0.05. Research shows that the level of
anxiety is mild (20%), moderate anxiety (34%), severe
anxiety (40%), very anxious (3%), good sleep quality
(36%), and poor sleep quality (64%). The results of
data analysis showed that there was a very close (r =
0,772) relationship (p = 0.001) between anxiety levels
and sleep quality. There is a very close relationship
between the level of anxiety and sleep quality in
patients with anxiety disorders (anxiety) at the Muna
Hospital.

145
FILZAH AZ-ZAHRAH PUTRI A / JURNAL ILMIAH OBSGIN - VOL.13. NO. 4(2021)

I. INTRODUCTION untuk memulai tidur, aspek subjektif


seperti kedalaman dan kepulasan tidur,
Tidur ialah salah satu hal yang
serta frekuensi terbangun. Kualitas tidur
dibutuhkan tiap orang dengan tujuan
dikatakan baik bila seseorang tidak
dapat mengembalikan stamina dan
menunjukkan berbagai tanda
memulihkan kondisi tubuh kembali
kekurangan tidur dan tidak mengalami
menjadi optimal (Nilifda dkk, 2016). Saat
masalah dalam tidurnya (Jalal, 2020).
tidur, tubuh akan menyimpan energi.
Seseorang yang memperoleh tidur yang
Otot progresif akan mengalami relaksasi
cukup mereka merasa tenaganya telah
dan mengakibatkan terjadinya
pulih. Tidur yang baik akan memberikan
penurunan laju metabolik basal yang
waktu untuk perbaikan dan
bertujuan untuk menyimpan energi
penyembuhan sistem tubuh (Harahap
(Hotijah, 2019). Di sisi lain, fungsi
dkk, 2021).
biologis tubuh melambat. Denyut
Akan tetapi, banyak kelompok
jantung normal dewasa rata-rata 70-80
usia dewasa awal yang kebutuhan
denyut per menit. Namun, saat
tidurnya tidak terpenuhi secara
seseorang tidur denyut jantung turun
maksimal. Tentunya, hal tersebut akan
menjadi 60 denyut per menit. Hal inilah
memengaruhi kualitas tidur seseorang
yang membuat tidur bermanfaat dalam
dalam beristirahat dan tidur yang cukup,
mempertahankan fungsi jantung. Fungsi
kemampuan untuk berkonsentrasi,
biologis lainnya yang menurun saat
membuat keputusan dan berpartisipasi
seseorang dalam kondisi tidur adalah
dalam aktivitas harian atau keperawatan
pernapasan, tekanan darah, dan otot.
akan menurun dan meningkatkan
Selain itu, tidur berperan dalam
iritabilitas (Harahap dkk, 2021).
menjaga kondisi fisiologis dan psikologis
Menurut pernyataan dari WHO
serta membantu memperbaiki jaringan
(2015), terdapat empat faktor yang
tubuh (Potter dan Perry dalam Putri,
memengaruhi tidur, antara lain: faktor
2016). Peran tidur dalam kesejahteraan
fisik, psikologis, gaya hidup, dan
psikologis paling terlihat dengan
lingkungan. Selain itu, Demur (2018)
memburuknya fungsi mental akibat tidak
berpendapat bahwa faktor yang
tidur (Dewi, 2019).
berpengaruh terhadap kualitas tidur
Tidur termasuk bagian penting
seseorang meliputi faktor lingkungan
dari siklus 24 jam dimana setiap orang
dan psikologis. Faktor lingkungan yang
menghabiskan kurang lebih sepertiga
dimaksud ialah kondisi lingkungan di
waktu hidup untuk tidur (Potter dan
dalam rumah mulai dari kebisingan,
Perry dalam Demur, 2018). Kebutuhan
suhu ruangan yang panas, tempat tidur
tidur masing-masing individu bervariasi.
yang tidak nyaman dan lampu yang
Salah satu contohnya pada kelompok
sangat terang. Sedangkan faktor
usia dewasa awal yang mempunyai total
psikologis yang dimaksud ialah
jam tidur selama 7-8 jam per hari untuk
perasaan cemas sehingga
memperoleh fungsi kepuasan tidur.
mengakibatkan kualitas tidur menjadi
Kualitas tidur adalah kepuasan
buruk.
seseorang terhadap tidur, sehingga
Kecemasan merupakan suatu
seseorang tersebut tidak
kondisi yang disebabkan adanya
memperlihatkan perasaan lelah, gelisah,
sesuatu yang tidak jelas atau tidak
lesu, kehitaman disekitar mata, kelopak
diketahui sehingga muncul perasaan
mata bengkak, sakit kepala, dan sering
yang tidak tenang dan rasa khawatir
menguap atau mengantuk (Demur,
ataupun ketakutan. Kecemasan mirip
2018). Kualitas tidur mencakup
dengan rasa takut tapi dengan fokus
beberapa aspek, antara lain: lamanya
kurang spesifik. Rasa takut umumnya
waktu tidur, waktu yang diperlukan

146
FILZAH AZ-ZAHRAH PUTRI A / JURNAL ILMIAH OBSGIN - VOL.13. NO. 4(2021)

merupakan respon terhadap ancaman Kasus ini juga merupakan kasus


langsung, sedangkan kecemasan terbanyak di RSUD Muna.
merupakan kekhawatiran akan bahaya Berdasarkan fenomena
tidak terduga dimasa depan (Dewi, kecemasan dan kualitas tidur pasien
2019). Cemas mengakibatkan gangguan cemas (ansietas), jumlah
seseorang mencoba untuk tidur, namun kasus gangguan cemas (ansietas) di
siklus tidurnya sering terbangun atau RSUD Muna, kasus gangguan jiwa
terlalu banyak tidur. Cemas terbanyak di poniklinik jiwa RSUD Muna
berkepanjangan dapat menyebabkan serta mengingat bahwa tempat RSUD
kebiasaan tidur yang buruk (Jalal, Muna belum pernah dilakukan
2020). penelitian, maka didasari berbagai
Penelitian yang dilakukan oleh pertimbangan hal tersebutlah yang
Retno dkk (2016) pada mahasiswa yang membuat peneliti tertarik untuk
menyusun skripsi di STIKes melakukan penelitian yang berjudul
Muhammadiyah Klaten menyatakan “Hubungan Tingkat Kecemasan dengan
bahwa sebagian besar kualitas tidur Kualitas Tidur pada Pasien Gangguan
mahasiswa tingkat akhir adalah buruk Cemas (Ansietas) di RSUD Muna”.
sebanyak 32 responden (60,4%) dan
sebagian besar tingkat kecemasan pada
mahasiswa tingkat akhir berkategori II. METHODS
ringan sebanyak 25 responden (47,2%). Penelitian ini merupakan
Hal ini disebabkan saat menyusun tugas penelitian deskriptif analitik dengan
akhir, mahasiswa menghadapi berbagai pendekatan Cross sectional
masalah diantaranya ketidakmampuan menggunakan data sekunder berupa
dalam menulis, kemampuan akademis rekam medik yang diambil dari RSUD
yang kurang memadai, dan ketertarikan Kabupaten Muna dan data primer
mahasiswa pada penelitian yang menggunakan instrument penelitian
kurang. berupa kuesioner HARS (Hamilton
Menurut pernyataan dari WHO Anxiety Rating Scale) untuk mengukur
(2017), kecemasan merupakan tingkat kecemasan serta kuesioner
gangguan jiwa umum yang PSQI (Pittsburgh Sleep Quality Index)
prevalensinya paling tinggi. Lebih dari
untuk mengukur kualitas tidur
200 juta orang di seluruh dunia (3,6% seseorang. Penelitian ini dilaksanakan
dari populasi dunia) menderita di Poliklinik Rawat Jalan RSUD
kecemasan. Selanjutnya, Kemenkes Kabupaten Muna.
(2013) melaporkan prevalensi penduduk Populasi dalam penelitian ini
Indonesia yang mengalami gangguan adalah seluruh pasien gangguan cemas
mental emosional yang ditunjukkan (ansietas) yang berkunjung pada tahun
dengan gejala-gejala depresi dan 2020 di RSUD Muna. Total kasus yang
kecemasan adalah sebesar 6%. terjadi sebanyak 274 kasus, dimana
Sedangkan hasil laporan Kemenkes terdiri dari 91 pasien dengan kasus baru
(2018), prevalensi gangguan mental serta 183 pasien dengan kasus lama.
emosional di Indonesia meningkat Metode pengambilan sampel dalam
menjadi 9,8%. penelitian ini menggunakan teknik total
Berdasarkan survei awal yang sampling. Sampel penelitian yang
dilakukan, sebanyak 274 kasus diambil sebanyak 50 pasien yang
gangguan kecemasan (ansietas) di merupakan jumlah kasus baru
klinik jiwa RSUD Muna tahun 2020. gangguan cemas (ansietas) di RSUD
Mayoritas pasien datang ke klinik Muna.
dengan keluhan tidurnya terganggu.

147
FILZAH AZ-ZAHRAH PUTRI A / JURNAL ILMIAH OBSGIN - VOL.13. NO. 4(2021)

Analisis data dilakukan dengan Universitas Halu Oleo dengan Nomor :


menggunakan analisis univariat dan 196/UN29.17.1.3/ETIK/2021
bivariat. Uji statistik yang digunakan
dalam penelitian ini adalah uji korelasi III. RESULT AND DISCUSSION
Spearman. Penelitian ini juga telah Hasil pengumpulan data dapat
mendapatkan Kelaikan etik (Ethical disajikan pada table berikut yang
Clearance) dari Komisi Etik Penelitian disertai dengan narasi:
Kesehatan Fakultas Kedokteran

Tabel 1. Distribusi Tingkat Kecemasan dan Kualitas Tidur pada Pasien Gangguan Cemas
(Ansietas)

Tingkat Kecemasan Jumlah (n) Persentase (%)


Cemas ringan 10 20
Cemas sedang 17 34
Cemas berat 20 40
Cemas berat sekali 3 6
Kualitas tidur
Baik 18 36
Buruk 32 64

Berdasarkan tabel 1, distribusi Distribusi kasus terbanyak adalah


tingkat kecemasan pada pasien gangguan cemas berat.
gangguan cemas (ansietas) di RSUD Distribusi kualitas tidur pada
Muna adalah cemas ringan sebanyak pasien gangguan cemas (ansietas di
10 pasien (20%), cemas sedang RSUD Muna) adalah kualitas tidur baik
sebanyak 17 pasien (34%), cemas berat sebanyak 18 pasien (36%) dan kualitas
sebanyak 20 pasien (40%) dan cemas tidur buruk sebanyak 32 pasien (64%).
berat sekali sebanyak 3 pasien (6%).

Tabel 2. Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Kualitas Tidur Pada Pasien Gangguan
Cemas (Ansietas)

Kualitas Tidur
Tingkat Baik Buruk Total p-value r
Kecemasan n % n % n %
Ringan 10 20 0 0 10 20
Sedang 8 16 9 18 17 34 0,001 0,772
Berat 0 0 20 40 20 40
Berat Sekali 0 0 3 6 3 6

Berdasarkan tabel 2, dari total 10 Terakhir, dari total 3 pasien (6%)


pasien (20%) gangguan cemas ringan gangguan cemas berat sekali semuanya
semuanya memiliki kualitas tidur baik. juga memiliki kualitas tidur buruk.
Lalu, dari total 17 pasien (34%) Uji statistik yang digunakan
gangguan cemas sedang terdapat 8 adalah uji korelasi Spearman. Hal ini
pasien (16%) yang memiliki kualitas dikarenakan data tidak berdistribusi
tidur baik dan 9 pasien (18%) memiliki normal dan skala ukur kedua variabel
kualitas tidur buruk. Kemudian, dari total adalah ordinal. Hasil dari uji statistik
20 pasien (40%) gangguan cemas berat diperoleh nilai signifikan p = 0,001. Hal
semuanya memiliki kualitas tidur buruk. ini berarti terdapat hubungan antara

148
FILZAH AZ-ZAHRAH PUTRI A / JURNAL ILMIAH OBSGIN - VOL.13. NO. 4(2021)

tingkat kecemasan dengan kualitas pernyataan tersebut sesuai dengan apa


tidur. Selain itu, hasil analisis juga yang dialami. Pernyataan yang diceklis
diperoleh nilai korelasi r = 0,772. Hal ini oleh pasien kemudian dikalkulasikan
menunjukkan nilai r = 0,76 - 0,99. tiap kelompok gejala. Pernyataan
Artinya kekuatan hubungan antar bernilai 0 artinya tidak ada gejala sama
variabel memiliki korelasi yang sangat sekali, nilai 1 artinya ringan (1 gejala
kuat. Arah korelasi pada nilai r bernilai dari pilihan yang ada), nilai 2 artinya
positif (+) maka dapat disimpulkan sedang (lebih dari 1 atau separuh gejala
bahwa semakin tinggi tingkat dari gejala yang ada), nilai 3 artinya
kecemasan maka semakin tinggi pula berat (lebih dari separuh gejala dari
risiko memiliki kualitas tidur buruk. gejala yang ada), dan nilai 4 artinya
Kualitas tidur dapat dipengaruhi berat sekali (semua gejala ada).
oleh berbagai faktor baik yang berasal Hasilnya menunjukkan bahwa mayoritas
dari dalam maupun dari luar diri pasien mengalami berbagai gejala,
seseorang. Beberapa faktor tersebut antara lain : rasa takut akan pikiran
diantaranya adalah penyakit, kelelahan, sendiri, merasa tegang, lesu, tidak bisa
stres emosional, motivasi, gangguan istirahat tenang, gelisah, tidur tidak
tidur, kondisi lingkungan, gaya hidup, nyenyak, berdebar, rasa tertekan atau
alkohol, diet, merokok, dan lain sempit di dada, mual, dan mudah
sebagainya (Djamalileil dkk, 2021). berkeringat.
Gangguan psikiatri yang Instrumen penelitian berikutnya
berhubungan dengan gangguan tidur yang digunakan pada penelitian ini
salah satunya adalah gangguan cemas adalah kuesioner PSQI (Pittsburgh
(ansietas) (Guyton dan Hall, 2014). Sleep Quality Index) yang berfungsi
Tanda dan gejala gangguan cemas untuk mengukur kualitas tidur
(ansietas), antara lain : cemas, khawatir, seseorang. Kuesioner PSQI berisi
firasat buruk, takut akan pikirannya beragam pertanyaan mengenai tidur
sendiri serta mudah tersinggung, pasien seseorang, antara lain : kualitas tidur
merasa tegang, tidak tenang, gelisah secara objektif, durasi tidur (lamanya
dan mudah terkejut, pasien mengatakan waktu tidur), latensi tidur, efisiensi tidur,
takut bila sendiri, atau pada keramaian gangguan tidur, penggunaan obat tidur,
dan banyak orang, mengalami dan disfungsi siang hari. Pertanyaan
gangguan pola tidur dan disertai mimpi tersebut memiliki pengukuran berbeda
yang menegangkan, gangguan tiap pertanyaan. Skor kuesioner PSQI
konsentrasi dan daya ingat, adanya dimulai dari 0 – 21. Kualitas tidur baik
keluhan somatik, misalnya rasa sakit bila didapatkan skor ≤5 dan kualitas
pada otot dan tulang belakang, tidur buruk bila didapatkan skor >5.
pendengaran yang berdenging, sesak Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
napas, mengalami gangguan mayoritas pasien mengalami berbagai
pencernaan, gangguan berkemih atau gejala, antara lain : tidur <7 jam, bangun
sakit kepala (Sutejo, 2019). tengah malam dengan berbagai alasan
Pada penelitian ini, instrumen yang berbeda, dan merasa mengantuk
penelitian yang pertama digunakan di siang hari. Berdasarkan hasil analisis,
pada penelitian ini adalah kuesioner didapatkan simpulan bahwa terdapat
HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale) hubungan yang sangat kuat antara
yang berfungsi untuk mengukur tingkat tingkat kecemasan dengan kualitas
kecemasan seseorang. Kuesioner tidur.
HARS berisi pernyataan-pernyataan Hasil penelitian ini sejalan
yang dikelompokkan menjadi 14 dengan penelitian yang dilakukan oleh
kelompok gejala. Pasien akan menilai Dewi (2019) pada pasien kemoterapi

149
FILZAH AZ-ZAHRAH PUTRI A / JURNAL ILMIAH OBSGIN - VOL.13. NO. 4(2021)

dinyatakan bahwa responden dengan inhibisi resiprokal antara neuron


tingkat kecemasan sedang memiliki pola kolinergik dan batang otak. Pada fase
tidur yang buruk sebanyak 78,8% dari REM, neuron kolinergik akan menjadi
55 responden. Sedangkan, responden aktif sedangkan neuron noradrenergik
dengan tingkat kecemasan ringan dan serotonergik akan terinhibisi dan
memiliki pola tidur yang baik sebanyak berlaku sebaliknya pada fase NREM
59,1% dari total semua responden. Hal (Carley, 2016).
ini dikarenakan banyaknya pasien Peningkatan noradrenergik akibat
kanker payudara yang melakukan stimulasi sistem saraf simpatis pada
kemoterapi cemas akan efek dari saat seseorang merasa cemas akan
kemoterapi tersebut. Selain itu juga menyebabkan berkurangnya siklus REM
dipengaruhi oleh lingkungan dan karena neuron noradrenergik akan
diagnosis medis. semakin aktif dan sulit untuk diinhibisi
Selain itu, simpulan penelitian sehingga seseorang cenderung lebih
yang dilakukan Dariah (2015) sering terjaga di malam hari dan
menunjukkan ada hubungan antara memiliki kualitas tidur yang buruk
tingkat kecemasan dengan kualitas tidur (Mehta dkk, 2017). Selain itu, ketika
pada lansia di Posbindu Anyelir Desa merasa cemas kadar neurotransmitter
Kartawangi Kabupaten Bandung Barat. GABA akan menurun sehingga
Masalah psikologis yang sering dihadapi seseorang akan kesulitan untuk
oleh lansia meliputi kesepian, rasa takut menginisiasi tidur karena kurangnya
kehilangan, rasa takut akan kematian, neurotransmitter untuk menginhibisi
perubahan keinginan dan cemas yang RAS (Stahl dalam Rahmasita dkk,
akan memengaruhi kualitas tidur lansia. 2021).
Berdasarkan teori, kecemasan yang
dialami karena masalah yang dihadapi IV. CONCLUSION
dapat membuat seseorang tegang dan Berdasarkan hasil analisis dan
berusaha keras untuk tertidur sehingga pembahasan yang dilakukan dapat
menyebabkan stres yang berlanjut dan
disimpulkan bahwa terdapat hubungan
seseorang akan mempunyai kebiasaan
tidur yang buruk, perasaan cemas akan yang sangat kuat antara tingkat
hal yang dialami akan membuat kecemasan dengan kualitas tidur pada
seseorang sulit untuk tidur, sering pasien gangguan cemas (ansietass) di
terbangun tengah malam, dan terjadinya RSUD Muna tahun 2020.
perubahan siklus tidur (Wicaksono dkk, Saran bagi tenaga kesehatan,
2016). diharapkan adanya pengetahuan yang
Kondisi terjaga disebabkan oleh
cukup diharapkan tenaga kesehatan
aktifnya RAS (Reticular Activating
System). Neurotransmitter yang dapat mengontrol gangguan tidur
berperan pada RAS adalah sehingga dapat menurunkan kejadian
noradrenergik, serotonin, histamin, kasus gangguan kecemasan (ansietas)
dopamin, dan asetilkolin. Untuk inisiasi di RSUD Muna. Selain itu, bagi peneliti
tidur, RAS akan diinaktivasi oleh selanjutnya diharapkan penelitian ini
neurotransmitter inhibitor, seperti bisa menjadi masukan dan menjadi
Gamma Amino-Butyric Acid (GABA).
dasar untuk penelitian selanjutnya
GABA berasal dari daerah Ventro
Lateral Preoptic Area (VLPO). dengan variabel dan populasi yang
Modulasi dari siklus Rapid Eye berbeda.
Movement (REM) dan Non-Rapid Eye
Movement (NREM) akan diatur oleh

150
FILZAH AZ-ZAHRAH PUTRI A / JURNAL ILMIAH OBSGIN - VOL.13. NO. 4(2021)

REFERENCES

Carley D., W, Farabi S., S. 2016. Physiology of sleep. Spectrum Diabetes Journal
29(1): 5–9.
Dariah E., D., Okatiranti. 2015. Hubungan Kecemasan dengan Kualitas Tidur Lansia di
Posbindu Anyelir Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat. Jurnal Ilmu
Keperawatan 3(2): 92-93.
Demur D., R., D., N. 2018. Hubungan Kualitas Tidur dengan Tingkat Kecemasan pada
Pasien Terpasang Infus di Ruang Rawat Inap Interne RSUD Dr. Achmad
Mochtar Bukittinggi. Jurnal Kesehatan Perintis (Perintis’s Health Journal) 5(2):
151.
Dewi S., P. 2019. Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Pola Tidur Pasien Kanker
Payudara yang Melakukan Kemoterapi di RSUD Dr Achmad Mochtar Bukittinggi
Tahun 2019. Skripsi. Program Studi Sarjana Keperawatan Stikes Perintis.
Padang.
Djamalileil S., F., Rosmaini, Dewi N., P. 2021. Hubungan Kualitas Tidur Terhadap
Konsentrasi Belajar Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Baiturahmah
Padang Angkatan 2018. Health&Medical Journal 3(1): 46-47.
Guyton A., C., Hall J., E. 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 12. Elsevier.
Jakarta.
Harahap A., S., Fitriani I., M., Putri R., S. 2021. Tingkat Kecemasan Berhubungan
dengan Kualitas Tidur Pasien Penyakit Paru. Jurnal Keperawatan 13(1): 140.
Hotijah S. 2019. Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Kualitas Tidur pada Mahasiswa
Baru Luar Pulau Jawa Universitas Jember. Skripsi. Fakultas Keperawatan
Universitas Jember. Jember.
Jalal A., R. 2020. Pengaruh Tingkat Kecemasan Terhadap Kualitas Tidur pada
Mahasiswa Pre-Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Makassar Angkatan 2019. Skripsi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah. Makassar.
Kementerian Kesehatan RI. 2013. Laporan Nasional Riskesdas 2013. Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. p.127-9.
Kementerian Kesehatan RI. Laporan Nasional Riskesdas 2018. Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan; 2018. p. 229-30.
Mehta R., Singh A., Mallick B., N. 2017. Disciplined sleep for healthy living: Role of
noradrenaline. World Journal of Neurology 7(1):6.
Nilifda H, Nadjmir N, Hardisman H. 2016. Hubungan Kualitas Tidur dengan Prestasi
Akademik Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Angkatan 2010 FK
Universitas Andalas. Jurnal Kesehatan Andalas 5(1): 244.
Putri S., D. 2016. Hubungan Tingkat Stres dengan Kualitas Tidur pada Mahasiswa
Semester VII di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun 2016.
Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Medan.
Rahmasita S., A., Mahardika A., Jumsa M., R. 2021. Pengaruh Tingkat Kecemasan
Terhadap Kualitas Tidur Ibu Hamil Trimester Tiga Di Puskesmas Tanjung
Karang Mataram. Smart Society Empowerment Journal 1(3): 87.
Retno Y., H., Sukandar A., Nurhayati T. 2016. Hubungan Tingkat Kecemasan dengan
Kualitas Tidur pada Mahasiswa yang Menyusun Skripsi di STIKes
Muhammadiyah Klaten. Skripsi. STIKes Muhammadiyah Klaten. Klaten.
Sutejo. 2019. Keperawatan Jiwa Konsep dan Praktik Asuhan Keperawatan Kesehatan
Jiwa : Gangguan Jiwa dan Psikososial. Pustaka Baru. Yogyakarta.

151
FILZAH AZ-ZAHRAH PUTRI A / JURNAL ILMIAH OBSGIN - VOL.13. NO. 4(2021)

WHO. 2015. Mental disorder in primary care: Sleep problem, devision of mental health
and prevention of substance abuse. WHO, CH-1221 Geneva 27 Switzerland.
WHO. 2017. Depression and other common mental disorders: Global health estimates.
Geneva: World Health Organization. Licence: CC BY-NC-SA 3.0 IGO
Wicaksono DW, Ah Y, Widayawati IY. 2016. Analisis Faktor Dominan Yang
Berhubungan Dengan Kualitas Tidur Pada Mahasiswa Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga. 47.

152

You might also like