You are on page 1of 17

JURNAL KOMUNIKASI TERAUPEUTIK

PADA GANGGUAN JIWA

DISUSUN OLEH:

1.Mefti anggri yani (2026010028)


2.intan Cahya indah(2026010030)
3 Gina sonia (2026010015)
4. Okta agung dwi putri (2026010038)
5. Yeyen afriani (2026010004)
6. Reski permata sari (2026010023)
7. syaidah nur nabilla (2026010016)
8. Ade Nila Sari (2026010019
9.lola Novita erviana (2026010001)
10.oky Oktaviani (2026010003)
11.Reva Arya Ningtyas (2026010026)
12. Yopita Anggraini (2026010005)
13.Vovi liasantika (2026010024)
14.Leli Yanti (2026010010)
15.Sela Dwi Putri(2026010014)
16. Ahmad depriansyah (2026010020)

DOSEN PENGAMPUH:
N.s Loren Juksel.MAN

PROGRAN STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGTI ILMU KESEHTAN
TRI MANDIRI SAKTI BENGKULU
TAHUN AJARAN
2021/2022

15
Jurnal Penelitian Komunikasi Vol. 21 No. 1, Juli 2018: 15-28
ISSN: 1410-8291 | e-ISSN: 2460-0172 | http://bppkibandung.id/index.php/jpk

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT PADA


PASIEN GANGGUAN JIWA

Hannika Fasya1, Lucy Pujasari Supratman2


1,2
Fakultas Komunikasi dan Bisnis, Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Telkom
Jl. Telekomunikasi No. 1, Terusan Buah Batu, Dayeuhkolot, Bandung, Jawa Barat, 40257, Indonesia No.
Telp./HP: 1085715451512, 2081221524351
E-mail: 1hannikafsy26@gmail.com, 2doktorlucysupratman@gmail.com

Naskah dikirim pada tanggal 19 Januari 2018, direvisi tanggal 20 Maret 2018, disetujui tanggal 12 April 2018

THERAPEUTIC COMMUNICATION OF NURSES TO


MENTAL DISORDER PATIENT

Abstract. People with the mental disorder have limited ability in communication to society, and
at the end they will be intimidated. To make that people communication well, they need some
therapy. Therapeutic Communication is a therapy process through communication that
performed by the nurse to patient consciously, directed, and has a goal of healing the patient.
This research is done to know about the understanding of therapeutic communication and the
form of therapeutic communication by the nurse to mental disorder patient in Dr. H. Marzoeki
Mahdi Bogor Hospital. This research used qualitative methods with a descriptive case study.
Purposive sampling is used to determine the informants and used interview, participant
observations and documents as a data collection technique, and use a coding as data analytics
technique. The result of the research showed five categorizations that cover every phase of the
nurses did. From five categories, researchers saw in every informant or nurses used all the
theory through the process, although by modification of each nurse. In the technique of
communication therapeutic is not all carried out because it is following the conditions of the
client as well as verbal and non verbal communication.
Keywords: limited communication ability, therapeutic communications, nurse, mental disorder
patient (client).

Abstrak. Individu yang mengalami gangguan jiwa memiliki keterbatasan dalam berkomunikasi
dengan masyarakat pada akhirnya mendapat intimidasi dari masyarakat itu sendiri. Untuk
mengembalikan individu bisa berkomunikasi seperti semula, dibutuhkan suatu terapi.
Komunikasi terapeutik merupakan suatu proses terapi melalui komunikasi yang dilakukan oleh
perawat kepada klien secara sadar, terarah, dan memiliki tujuan, yaitu kesembuhan klien. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui pemahaman hubungan komunikasi terapeutik serta
bentuk dari komunikasi terapeutik perawat pada pasien gangguan jiwa dan menjelaskan
hubungan komunikasi terapeutik serta bentuk komunikasi terapeutik perawat pada pasien
gangguan jiwa di RS Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor. Penelitian ini menggunakan metode
kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus deskriptif. Penentuan informan dilakukan dengan
dengan teknik purposive sampling, karena informan berdasarkan rekomendasi dari pihak rumah
sakit. Teknik pengumpulan data didapatkan dari hasil obervasi partisipatif, wawancara, serta
dokumen. Dengan teknik analisis data menggunakan pengodean. Hasil penelitian terdapat lima
16
kategorisasi yang melingkupi setiap fase yang dijalankan perawat. Dari lima kategorisasi
tersebut peneliti melihat setiap perawat yang telah menjadi informan melakukan komunikasi
terapeutik sesuai teori yang ada, walaupun dengan cara modifikasi dari masing-masing perawat
dan penggunaan teknik terapeutik tidak semua dilaksanakan karena sesuai dengan kondisi klien
begitupun dengan komunikasi verbal dan non verbalnya. DOI: 10.20422/jpk.v21i1.491
Kata kunci: keterbatasan komunikasi, komunikasi terapeutik, perawat, pasien gangguan jiwa.
PENDAHULUAN mencapai 400.000 jiwa atau sebanyak 1,7 per
1000 penduduk (Biro Komunikasi dan
Permasalahan setiap individu datang silih Pelayanan Masyarakat,
berganti dan menguji setiap mental manusia. 2016).
Ketika individu tersebut tidak kuat dalam Penanganan pada individu
menerima segala hal yang ada di hidupnya baik yang mengalami gangguan kesehatan pada
secara fisik maupun mental, tidak dapat jiwanya diperlukan agar individu tersebut bisa
mengelola stres kehidupan yang wajar, maka berinteraksi atau berkomunikasi secara normal
individu tersebut bisa mengalami gangguan di masyarakat karena pada umumnya terdapat
kesehatan pada jiwanya. Gangguan jiwa sendiri keterbatasan yang dimiliki individu dengan
menurut Damaiyanti (2010) adalah kumpulan gangguan kesehatan jiwa dan kembali
dari keadaan-keadaan yang tidak normal, baik menjalani aktivitas normal kesehariannya tanpa
yang berhubungan dengan fisik, maupun adanya intimidasi dari masyarakat. Salah satu
dengan mental. Suatu perubahan pada fungsi wadah yang memfasilitasi individu tersebut
jiwa, yang menimbulkan penderitaan pada dengan baik adalah rumah sakit jiwa. Rumah
individu dan/atau hambatan dalam sakit jiwa memiliki fasilitas dalam menunjang
melaksanakan peran sosial. Hambatan dalam individu yang mengalami gangguan kesehatan
jiwa, yaitu rehabilitasi psikososial. Seperti
melaksanakan peran sosial tersebut salah
fasilitas yang dimiliki rumah sakit yang
satunya adalah dalam melaksanakan
menjadi lokasi penelitian yaitu Rumah Sakit
komunikasi atau interaksi dengan masyarakat
Jiwa Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor, yang
sekitar sehingga efek yang ditimbulkan adalah
berdiri sejak 1 Juli 1882, dengan nama saat itu
adanya pandangan yang berbeda atau dalam
Hetkrankzinnigengestich Buitenzorg.
hal ini biasa disebut dengan intimidasi karena
Rumah Sakit Dr.H. Marzoeki Mahdi
dianggap berbeda.
Bogor merupakan rumah sakit pusat rujukan
Penanganan bagi individu yang
nasional pada pelayanan kesehatan jiwa, di
mengalami gangguan kesehatan pada jiwanya
dalamnya terdapat rehabilitasi psikososial
sangat diperlukan dengan tindakan yang tepat.
yang merupakan suatu proses memfasilitasi
Kesehatan jiwa masih menjadi suatu persoalan
kesempatan bagi orang-orang yang
yang serius dan menjadi sorotan di negara
mengalami kelemahan, ketidakmampuan,
berkembang seperti Indonesia dan menjadi
dan keterbatasan akibat gangguan jiwa,
permasalahan kesehatan yang signifikan di
untuk mencapai fungsi yang optimal di
dunia. Menurut artikel berjudul
dalam komunitas. Dalam rehabilitasi
“Peran Keluarga Dukung Kesehatan Jiwa
tersebut masing-masing klien diberikan
Masyarakat” yang dilansir oleh Biro
kesempatan untuk menggali diri mereka
Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat,
kembali agar bisa menjadi manusia yang
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia di
berinteraksi atau berkomunikasi dengan
Jakarta, 6 Oktober 2016, dari data Riset
normal dengan masyarakat luas. Dalam
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013,
proses terapi salah satu yang penting dan
menunjukkan bahwa gangguan mental
signifikan dalam menunjang kesembuhan
emosional yang ditunjukkan dengan gejala
klien adalah dengan cara berkomunikasi
depresi dan kecemasan pada usia 15 tahun ke
langsung antara perawat dengan klien.
atas mencapai sekitar 14.000.000 jiwa atau 6%
Dalam dunia keperawatan, teknik
dari jumlah penduduk di Indonesia. Sedangkan
penyembuhan pasien melalui komunikasi
gangguan jiwa berat, seperti skizofrenia
17
dikenal dengan teknik komunikasi
terapeutik.
Komunikasi terapeutik dalam Afnuhazi LANDASAN KONSEP
(2015a) merupakan komunikasi yang
dilakukan oleh perawat yang direncanakan Komunikasi Interpersonal
secara sadar dengan tujuan dan kegiatan Komunikasi interpersonal merupakan
difokuskan untuk kesembuhan klien. suatu komunikasi yang terjadi antara
Komunikasi ini digunakan sebagai alat individu, tentunya komunikasi yang
penting untuk membina hubungan terapeutik dilakukan antar individu tersebut dilakukan
karena mencakup penyampaian informasi untuk mencapai sebuah makna. Rakhmat
dan pertukaran pikiran dan perasaan (2012) mengatakan bahwa “komunikasi
(Kusumo, 2017). Komunikasi terapeutik interpersonal yang efektif meliputi banyak
sangat terlihat jelas dalam sebuah tindakan unsur, tetapi hubungan interpersonal
keperawatan, dengan kemampuan serta barangkali yang paling penting”. Ketika
kepemahaman komunikasi yang dilakukan manusia berkomunikasi, bukan hanya
oleh perawat menjadi suatu hal yang utama sekedar menyampaikan isi pesan, namun
dan penting dalam keberhasilan komunikasi menentukan kadar hubungan interpersonal,
terapeutik untuk mencapai kesembuhan dimana bukan hanya menentukan sebuah
klien. Perlu adanya hubungan saling percaya “content” tetapi juga “relationship”.
(trust) yang didasari oleh keterbukaan serta Melakukan suatu komunikasi interpersonal,
pengertian akan kebutuhan, harapan, dan pasien/klien atau perawat di dalamnya harus
kepentingan masing-masing. Ketika hal berpikir lebih luas dalam hal
tersebut sudah tercapai maka klien akan berkomunikasi, tidak hanya memikirkan apa
bercerita atau memberikan keterangan yang ingin disampaikan saja namun lebih
lengkap serta benar mengenai dirinya, kepada membangun hubungan agar pesan
sehingga akan membantu perawat serta yang tersampaikan lebih efektif. Menurut
dokter dalam mendiagnosis penyakitnya, Rakhmat (2012) disebutkan pula bahwa ia
yang pada akhirnya akan memberikan mengembangkan apa yang disebut sebagai
penanganan dan pengobatan yang tepat bagi “relationship-enchancement methods”
klien. Berdasarkan hasil pengamatan atau (metode peningkatan hubungan) dalam
pra penelitian yang dilaksanakan peneliti psikoterapi. Ia merumuskan metode ini
pada saat di Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki dengan tiga prinsip, makin baik hubungan
Mahdi Bogor, menunjukkan bahwa interpersonal: Makin terbuka pasien yang
komunikasi merupakan hal penting dalam mengungkapkan perasaanya; Makin
andil proses penyembuhan klien, dalam hal cenderung ia meneliti perasaan secara
ini adalah komunikasi terapeutik itu sendiri, mendalam beserta penolongnya; Makin
dimana komunikasi terapeutik yang cenderung ia mendengar dengan penuh
dijalankan oleh perawat memiliki fase-fase perhatian dan bertindak atas nasihat yang
yang sesuai dengan teori yang ada, namun diberikan penolongnya.
terdapat perbedaan penerapan antara satu Jadi, ketika berkomunikasi dengan
klien dengan klien lainnya sesuai dengan pasien, seorang terapis harus membangun diri
situasi dan kondisi klien. atau membangun hubungan dengan klien agar
Hal ini mendasari peneliti untuk proses terapi berjalan lebih maksimal.
meneliti tentang bagaimana pemahaman
teknik komunikasi terapeutik yang Komunikasi Terapeutik
disampaikan oleh perawat kepada pasien Komunikasi terapeutik merupakan suatu
gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Dr. H. komunikasi yang sangat memperhatikan
Marzoeki Mahdi Bogor sebagai rumah sakit kemampuan berbahasa, karena sifatnya yang
rujukan nasional agar pasien atau klien bisa ditujukan untuk memberi terapi kepada
kembali berkomunikasi dengan normal. pasien/klien atau lawan bicara. Komunikasi
18
terapeutik sendiri merupakan bagian dari sebagai bentuk konstruksi realitas tersebut.
komunikasi interpersonal dalam dunia Realitas yang dijadikan sebagai objek
kesehatan khususnya bidang keperawatan yang penelitian merupakan suatu tindakan sosial
membutuhkan rasa percaya/kepercayaan oleh aktor sosial. Konstruktivis sendiri
(trust), sikap suportif (supportiveness), dan menurut Creswell (2015) dalam
sikap terbuka (open mindedness) dari konstruktivisme sosial, individu-individu
masingmasing pihak. Dalam kajian Afnuhazi tersebut berusaha memahami dunia tempat
(2015a), komunikasi terapeutik merupakan mereka hidup dan bekerja. Mereka
komunikasi yang dilakukan oleh perawat, mengembangkan makna-makna subjektif dari
direncanakan secara sadar dengan tujuan dan pengalaman mereka, makna-makna yang
kegiatan difokuskan untuk menyembuhkan diarahkan pada benda atau objek tertentu.
klien. Oleh karena itu, dalam menyampaikan Peneliti konstruktivis sendiri sering kali
pesan komunikasi terapeutik dibutuhkan berfokus pada “proses” interaksi di antara
kehati-hatian, karena menyentuh psikologis individu. Jadi dapat dikatakan bahwa
seseorang dan harus memahami kondisi lawan konstruktivis merupakan suatu bentuk
bicara atau seseorang yang ingin diberi terapi konstruksi dari realita individu yang
(klien/pasien). mengembangkan makna subjektif dari
Dalam melakukan komunikasi terapeutik pengalaman mereka bekerja yang diarahkan
harus memperhatikan teknik-teknik dalam pada benda objektif. Paradigma
penyampaiannya agar dapat diterima dengan konstruktivisme dipilih oleh peneliti
baik oleh klien sehingga klien pun paham. dikarenakan peneliti berusaha untuk
Beberapa teknik komunikasi terapeutik mengetahui dan memahami bagaimana proses
menurut Stuart (1998) antara lain: komunikasi interpersonal (komunikasi
mendengarkan dengan sepenuh perhatian, terapeutik) yang dilakukan oleh perawat
menunjukkan penerimaan, menanyakan kepada pasien gangguan jiwa. Peneliti
pertanyaan yang berkaitan, menyatakan hasil menggunakan teknik observasi partisipatif
observasi, menawarkan informasi, memberikan dalam proses pengumpulan data untuk melihat
penghargaan, menawarkan diri, memberikan relitas dari proses komunikasi terapeutik
kesempatan pada klien untuk memulai tersebut, dengan tujuan untuk menggali dan
pembicaraan, memberikan kesempatan kepada mengonstruksi realitas sosial yang ada
klien untuk menguraikan persepsinya, refleksi mengenai pemahaman perawat terhadap proses
dan humor. hubungan komunikasi terapeutik.
Seorang perawat harus memiliki Jenis penelitian yang dilakukan adalah
keterampilan komunikasi terapeutik. Dengan studi kasus, yaitu menelaah dan memaparkan
keterampilan tersebut seorang perawat akan sebanyak mungkin data mengenai subjek
mudah membangun kepercayaan terhadap yang diteliti melalui deskripsi agar dapat
klien atau pasien, yang pada akhirnya memberikan penafsiran makna dari kasus
mencapai tujuan keperawatan sehingga pasien yang diteliti. Studi kasus merupakan jenis
mudah memahami dan mengikuti proses terapi, penelitian yang digunakan sebagai analisis
pada akhirnya memberikan kesembuhan pada dari suatu kasus dalam kehidupan nyata.
klien atau pasien itu sendiri. Menurut Creswell (2015) bahwa penelitian
studi kasus merupakan pendekatan kualitatif
yang penelitinya mengeksplorasi kehidupan
METODE PENELITIAN nyata, sistem terbatas kontemporer (kasus)
atau beragam sistem terbatas (berbagai
Metode penelitian yang digunakan adalah kasus), melalui pengumpulan data yang
kualitatif, dengan paradigma konstruktivisme. detail dan mendalam yang melibatkan
Paradigma konstruktivistik menurut beragam sumber informasi atau sumber
Pujilekosono (2015) melihat suatu realitas informasi majemuk (misalnya pengamatan,
dibentuk oleh berbagai macam latar belakang wawancara, bahan audio visual, dokumen,
19
dan berbagai laporan), serta melaporkan kerja minimal lima tahun di bidang
deskripsi kasus dan tema kasus. Pendekatan kesehatan jiwa; e. Kesehariannya aktif
studi kasus yang dipakai dalam penelitian ini dalam menjalankan komunikasi terapeutik
adalah studi kasus deskriptif yang bertujuan dengan pasien gangguan jiwa di Rumah
untuk memberikan gambaran yang Sakit Dr. H.
mendalam atau detail mengenai sebuah Marzoeki Mahdi Bogor.
kasus dengan di dalamnya disertai konsep- Objek penelitian merupakan suatu hal
konsep penelitian. Dalam hal ini peneliti yang dipelajari oleh peneliti untuk ditarik
memberikan gambaran secara rinci dan simpulan. Objek penelitian adalah teknik
deskriptif mengenai pemahaman hubungan komunikasi terapeutik perawat pada pasien
serta bentuk komunikasi terapeutik yang gangguan jiwa di Rumah Sakit Dr. H.
dilakukan oleh perawat pada pasien Marzoeki Mahdi Bogor.
gangguan jiwa di RS Dr. H. Marzoeki Mahdi
Bogor.
Peneliti memaparkan data yang berasal HASIL PENELITIAN DAN
dari pengamatan berperan serta mengenai PEMBAHASAN
subjek yang diteliti melalui observasi di
lapangan selama dua bulan (bulan Peneliti melakukan pendekatan secara
November dan Desember 2017) agar dapat individual kepada masing-masing informan.
memberikan penafsiran makna dari kasus Informan dalam penelitian ini merupakan
yang diteliti. informan dari sumber utama dan sumber
Teknik pengumpulan data yang dipakai oleh pendukung dan keduanya merupakan
peneliti adalah observasi partisipatif dari seorang yang berpengalaman dalam bidang
bulan November hingga bulan Desember keperawatan jiwa seperti yang telah
2017, wawancara, serta dokumentasi. disebutkan dalam bab metode penelitian.
Teknik analisis data yang digunakan melalui Peneliti menentukan lima orang informan
reduksi data, yaitu dilakukan observasi utama serta satu informan pendukung,
lapangan dan wawancara, peneliti mengikis keenam orang tersebut berasal dari ruangan
data tersebut untuk mengategorisasikannya yang berbeda, yaitu dari Ruang Yudistira
melalui coding (pengodean). Selanjutnya, dan
teknik penyajian data melalui triangulasi Ruang Sadewa yang merupakan ruang
narasumber, dilakukan setelah peneliti perawatan pasien tenang dalam proses
mereduksi data untuk menemukan stabilisasi. Pemilihan informan dilakukan oleh
kategorisasi. Setelah kategorisasi data pihak rumah sakit, yaitu rumah sakit
tersebut terbentuk, verifikasi/conclusion memberikan informan yang kredibel dan dapat
drawing dilakukan untuk menarik simpulan memberikan informasi yang lengkap mengenai
atas penelitian mengenai pemahaman komunikasi terapeutik. Peneliti berusaha untuk
perawat dalam melakukan komunikasi mengikuti keseharian perawat (informan)
terapeutik kepada pasien. dalam melaksanakan komunikasi terapeutik
Subjek penelitian adalah perawat yang dengan pasien gangguan jiwa di rumah sakit
telah ditunjuk oleh rumah sakit. Pemilihan khususnya di ruangan.
subjek atau informan ini bersifat purposive Peneliti memilih RS Dr. H. Marzoeki
sampling karena subjek penelitian Mahdi Bogor sebagai lokasi penelitian karena
direkomendasikan oleh rumah sakit sesuai rumah sakit ini merupakan rumah sakit dengan
dengan kriteria yang diberikan peneliti dan rujukan nasional dalam pelayanan kesehatan
kredibel dalam bidangnya. Kriteria yang jiwa sesuai dengan misi RS Dr. H. Marzoeki
diajukan peneliti berupa: a. Berjenis Mahdi Bogor, salah satu misinya adalah
kelamin laki-laki atau perempuan; b. meningkatkan penyelenggaraan pendidikan
Memiliki usia minimal 25 tahun; c. Minimal pelatihan dan riset unggulan dalam bidang
pendidikan D3; d. Perawat dengan lama kesehatan jiwa. Peneliti melaksanakan
20
observasi terhadap rumah sakit dari bulan pasien selalu berada di kamar yang
Oktober. Observasi dilakukan dengan berseberangan dengan pintu besi yang
berkeliling rumah sakit. Observasi dilakukan di digembok karena kamar tidak bersekat namun
Ruang Sadewa, Ruang dalam satu ruangan besar. Di ruang tersebut
Yudistira, Kelas Menggambar Rehabilitasi terdapat 20 tempat tidur. Pasien hanya
Psikososial, dan Taman TAK (Terapi diperbolehkan keluar kamar ketika makan,
Aktivitas Kelompok). melakukan aktivitas kelompok, dan keperluan
check up oleh dokter. Berbeda dari Ruang
Observasi di Ruang Sadewa Observasi di Sadewa dimana pasien bebas ke kamar dan ke
Ruang Sadewa RS. Dr.H. Marzoeki Mahdi ruang tengah ataupun ke teras dan ke taman.
Bogor berlangsung selama tiga hari dari Ketika tiba jam makan siang, pintu ruang
tanggal 8, 9, dan 13 Desember 2017 dengan tengah yang langsung menyambung keluar
mengikuti jadwal kegiatan sejak pukul 07.30 akan digembok, hal ini dilakukan untuk
WIB hingga pukul 13.00 WIB. Peneliti meminimalisasi kaburnya pasien.
mengikuti kegiatan yang dilakukan sehari-hari
pasien sejak pagi hingga siang. Pagi hari Observasi Kelas Menggambar Rehabilitasi
dimulai dengan sarapan pagi pasien, TAK Psikososial
(Terapi Aktivitas Kelompok) yang didampingi Kelas yang berada di rehabilitasi
oleh mahasiswa praktik di teras. Pada hari psikososial adalah kelas keterampilan
pertama peneliti mendatangi pasien Ruang menyulam, keterampilan gerabah, membuat
Sadewa yang sedang melakukan TAK berupa kerajinan tangan, membuat telur asin,
bernyanyi bersama dengan mahasiswa praktik perkebunan, keterampilan menjahit, tata boga,
dan pada saat yang bersamaan peneliti diberi dan lainnya. Peneliti diberi kesempatan untuk
kesempatan untuk memperkenalkan diri di mendampingi salah satu pasien ke ruang
depan para pasien dan pasien pun rehabilitasi dengan kegiatan menggambar, di
menunjukkan penerimaan yang sangat baik sana pasien diajarkan mengenai bagaimana
atas hadirnya peneliti, mahasiswa praktik, dan menggambar, seperti menggambar rumah,
perawat. Ruang Sadewa memiliki dua lorong hewan, serta gambargambar dasar lainnya
kamar pasien, setiap lorongnya memiliki sekat- dengan harapan dapat melatih kemampuan
sekat kamar. Ruang tengah dibebaskan untuk positif serta bisa menjadi modal keterampilan
pasien yang mau menonton televisi dan makan setelah pasien kembali ke lingkungannya.
ketika jam makan tiba. Keseluruhan Ruang Observasi di Taman TAK
Sadewa diberi pagar besi dan digembok (Terapi Aktivitas Kelompok)
sehingga pasien bebas ke teras atau taman dan Pada saat peneliti melakukan
melakukan aktivitas lainnya seperti bermain penelitian di Ruang Sadewa dan Ruang
bulutangkis dan bernyanyi. Pasien dibiarkan Yudistira, peneliti mendapat kesempatan
mandiri dalam melakukan sesuatu terkecuali untuk jalan pagi bersama dengan pasien,
pasien yang membutuhkan pendampingan. perawat, serta mahasiswa praktik. Jalan pagi
Aktivitas aktif dilakukan dari pagi hingga siang bersama tersebut menuju taman untuk
hari, selesai pasien makan siang mereka melakukan TAK. Jadi TAK tidak hanya
kembali beristirahat. Pasien dengan perawat dilakukan di ruangan saja melainkan bisa
pun sudah saling mengenal. Pasien yang pula di taman. Suasana jalan pagi diiringi
komunikatif didukung dengan perawat yang dengan nyanyian para pasien. Setelah sampai
selalu siap melayani. di taman, pasien duduk dengan melingkar di
spot yang tersedia.
Observasi di Ruang Yudistira Pada saat peneliti melaksanakan TAK
Ruang Yudistira merupakan ruang dengan pasien Ruang Sadewa, dalam
dengan pasien tenang atau dalam proses kegiatan TAK, masing-masing pasien
stabilisasi. Kondisi ruangan sedikit berbeda mengutarakan nama, hobi, serta pengalaman
dengan Ruang Sadewa. Pada Ruang Yudistira yang mereka anggap paling disenangi.
21
Terdapat pasien yang bersemangat bercerita pada setiap fasenya, baik fase orientasi, fase
dan pasien yang malu-malu untuk bersuara. kerja, maupun fase terminasi antara perawat
Namun TAK tetap berjalan dengan lancar dengan pasien jiwa. Hal ini dikarenakan
dan pasien tampak senang. kepercayaan atau trust yang dari awal
Pada saat peneliti melaksanakan TAK dibangun sehingga menimbulkan rasa
dengan pasien Ruang Yudistira, sekaligus nyaman serta menciptakan lingkungan
perpisahan dengan mahasiswa praktik. terapeutik itu sendiri. “Kalau komunikasi
Pasien diminta untuk mengutarakan kesan terapeutik itu ya tentu ya, berpengaruh,
pesannya selama didampingi oleh karena ya, kalau kita apa, mau ngobrol, ada
mahasiswa praktik. Pasien tampak senang tujuannya juga ya, ada kontraknya juga, jadi
dengan hadirnya mahasiswa praktik selama terbinalah hubungan saling percaya
beberapa waktu karena mereka merasa sehingga komunikasi selanjutnya akan
terbantu. Suasana TAK berlangsung lancar” (Hasil wawancara Suster R, 13
menyenangkan. Desember 2017).

Teknik Komunikasi Terapeutik Perawat


Setelah peneliti melakukan observasi Membangun hubungan saling percaya
di keempat tempat tersebut, peneliti dari awal akan membuat hubungan ke depan
menyaksikan bentuk kedekatan perawat semakin lancar, karena semakin terbukanya
dengan klien dalam beberapa fase. klien dengan perawat akan masalah yang
Kedekatan perawat dengan klien sudah pada dihadapi. Dalam membangun hubungan
tahap hubungan saling percaya yang sudah saling percaya tentunya klien akan menilai
dibangun dari klien masuk ke ruangan. perawat sejak pertemuan pertama dan sejak
Sehingga ketika memulai komunikasi dimulainya proses komunikasi terapeutik.
terapeutik tidak sulit untuk perawat Hubungan saling percaya ditandai pula dari
berdiskusi dengan klien. Pada kesehariannya menghargai klien dengan menjaga
pun menurut salah satu perawat yaitu Suster kerahasiaan klien.
Y pasien sudah dianggap seperti teman, “Privasi mungkin harus dijaga ya
karena hubungan saling percaya yang sudah dalam artian mungkin memang harus ada
ada. Hal ini senada dengan yang dikatakan ruangan yang khusus untuk interaksi, kita
Supratman & Zulfikar (2016) bahwa hargai” (Hasil Wawancara Suster Y, 09
manusia mengumpulkan informasi dari Desember
lingkungannya, kemudian memroses pesan 2017).
tersebut untuk saling menghasilkan Ketika klien sulit untuk diajak
pemahaman dalam berinteraksi satu sama berdiskusi, maka untuk membangun
lain. Inti dari interaksi agar berjalan dengan hubungan saling percaya bisa dilakukan
lancar adalah kepercayaan. Selama dengan sering berinteraksi walaupun dengan
komunikasi terapeutik berlangsung, perawat waktu yang singkat.
berusaha terus melakukan interaksi yang “Yaa sebagai seorang perawat tetep,
komunikatif guna membentuk sikap saling komunikasi kontak sering singkat itu perlu,
membangun kepercayaan, pemecahan walaupun hasilnya tidak sesuai dengan
masalah dengan koping konstruktif, harapan, itu teh kita melakukan “Selamat pagi
memahami kondisi klien, memberikan Pak Suhendar? apa yang dirasakan?” tidak
apresiasi, dan penggunaan komunikasi. akan jawab hehehe, tetap kita lakukan tiap hari
lama-lama seiring dengan waktu biasanya
Membangun Kepercayaan pasien mah kalau kita selalu mendampingi kita
Untuk membangun komunikasi yag selalu menanyakan, maupun tentang
efektif diperlukan kepercayaan antara makanannya, kebersihan dirinya nanti kan
perawat dan pasien/klien. Hal ini terjadi lama-lama pasti itu akan trust” (Hasil
dalam pelaksanaan komunikasi terapeutik wawancara Suster R, 13 Desember 2017).
22
Perawat Pasien
KOMUNIKASI /Klien
TERAPEUTIK

Pemecahan
Penggunaan
Masalah Memahami
Membangun Memberikan komunikasi
dengan Kondisi
Kepercayaan Apresiasi verbal dan
Koping Klien
Konstruktif non verbal

Sumber: Hasil Penelitian

Gambar 1. Modifikasi Model Komunikasi Terapeutik


Dengan seringnya berkomunikasi maka (Hasil Wawancara Suster Y, 09 Desember
kepercayaan klien terhadap perawat akan 2017).
semakin besar, sehinga klien dengan terbuka Ketika klien merasa sering diperhatikan
akan menceritakan permasalahan yang oleh seseorang (perawat) maka ia akan merasa
dihadapi klien. Klien pun merasa terbuka pula bahwa dirinya ada yang memperhatikan,
untuk mendengarkan nasihat atau saran dan sehingga akan timbul trust dari klien itu
solusi yang diberikan perawat. sendiri. Hubungan saling percaya atau trust
Trust akan didapatkan dari adanya merupakan suatu hal yang penting dalam
perhatian yang diberikan oleh perawat pada komunikasi terapeutik untuk memberikan
klien, seperti yang dikatakan Suster Y: kelancaran dalam komunikasi di setiap
“Sebetulnya pada saat fase pertama itu hanya fasenya.
bisa berkenalan saja, tanyakan nama heeh tadi
ya, asal, nama, apa, terus kita fasilitasi
kebutuhan dasarnya, seperti pada saat misalnya Hal tersebut dinyatakan oleh setiap
makan, Bapak silahkan makan saya temenin perawat yang menjadi informan utama
ya… yuk kita cuci tangan, kita berdoa.. gitu peneliti, bahwa dengan sudah terbentuknya
kan, temenin terus fasilitasi kebutuhan dasar rasa saling percaya maka akan
yang lainnya misalnya dia belum mandi kita memperlancar komunikasi selanjutnya.
fasilitasi kebutuhan mandinya.. ada sampo gak Hubungan saling percaya akan menciptakan
tadi kan, ada sabun gak, mungkin dengan cara rasa nyaman dan menciptakan lingkungan
begitu lama ee berapa interaksi yang kedua terapeutik. Untuk membangun hal tersebut
yang ketiganya dia merasa trust, merasa rasa perawat melakukannya dengan memenuhi
nyaman, nah ciptakan lingkungan terapeutik...” kebutuhan dasar dari klien.

23
Salah satu cara untuk mencapai trust
dari klien adalah dengan melakukan
komunikasi kontak sering singkat dengan
klien, seringnya parawat berkomunikasi dan
berinteraksi dengan serta memfasilitasi
kebutuhan dasarnya maka dengan sendirinya
akan timbul trust tersebut.
Membangun kepercayaan telah
dilakukan oleh perawat sejak fase orientasi,
seperti menanyakan perasaan, apa yang
menjadi keluhannya (evaluasi/validasi).
Setiap fase kegiatan peneliti lakukan untuk
membangun kepercayaan klien. Untuk
menjaga kerahasiaan peneliti terlebih dulu
meminta izin untuk mengikuti setiap fase
kegiatan maupun setiap diskusi yang
dilakukan, karena bagi klien peneliti
merupakan orang asing.

Pemecahan Masalah dengan


Koping Konstruktif
Pemecahan masalah dengan koping
konstruktif merupakan sebuah pemecahan
masalah dengan cara yang positif. Hal ini
diajarkan oleh perawat kepada klien untuk
membangun pemahaman klien akan masalah
yang dihadapinya dan bisa memecahkan
masalah tersebut dengan hal-hal yang positif,
bukan melalui hal-hal yang negatif. Untuk
mencapai pemecahan masalah dengan cara
yang baik atau positif ini, pada fase orientasi
perawat harus bisa mengetahui atau
mengumpulkan data klien terlebih dahulu
untuk selanjutnya bisa mengidentifikasi
masalah klien, menggali stressor klien, yang
pada akhirnya pada fase kerja perawat bisa

24
memberikan saran ataupun solusi yang baik memotivasi klien untuk lekas sembuh dan
untuk klien, memotivasi klien untuk lekas memecahkan masalah dengan sisi positif,
sembuh, melatih kemampuan klien, serta bukan negatif. Perawat pun berusaha
menggali pemahaman klien mengenai apa menggali kemampuan positif yang dimiliki
yang telah diajarkan oleh perawat kepada klien dan disesuaikan dengan kondisi klien.
klien sendiri.
”Awalnya kita tau karakteristik pasien Memahami Kondisi Klien
kan dari laporan, kita lihat dulu laporannya Untuk memahami kondisi klien
ini, diagnosanya kayak gimana, yang kita sebelumnya, pada fase orientasi perawat telah
tuju apa. Apakah aktivitasnya dulu pernah mengumpulkan data terlebih dahulu agar
emosi, saya akan olah dulu ke belakang, mengetahui pada fase kerja bagaimana
penyebab itu dia turun naiknya emosi, tindakan yang seharusnya dilakukan agar tepat
setelah itu baru kita masukin ke terapi dan sesuai dengan tujuan, sehingga pada fase
aktivitas keperawatannya” (Wawancara terminasi perawat mengetahui rencana tindak
Suster A, 15 Desember 2017). lanjut yang akan dilakukan pada klien. Salah
Setelah melihat karakteristik klien satu hal untuk memahami kondisi klien adalah
ataupun diagnosis dari laporan atau rekam dengan berusaha memenuhi segala fasilitas
medik, perawat dapat mengetahui yang dibutuhkan klien. Mengenai fasilitas
bagaimana cara yang harus dilakukan untuk kebutuhan dasar klien yang diberikan pada
bisa berinteraksi dengan klien, karena setiap klien secara terus menerus tanpa lelah akan
klien dengan diagnosis yang berbeda. menciptakan hubungan saling percaya karena
Mereka mempunyai cara main atau cara klien merasa terus ada yang memperhatikan
pembawaan terapi komunikasi terapeutik dan peduli padanya. Pemahaman kondisi klien
dengan cara yang berbeda. Hal tersebut biasa dilakukan pada pada klien baru,
disampaikan oleh Suster A dalam sesi “Ya, kan kalau pasien, kalau pasien baru
wawancara. Walaupun memiliki perbedaan itu kan kita liat dulu yah, pasiennya itu
dalam pembawaan model antara perawat misalnya dia kan ada pasien yang langsung
satu dengan perawat lain namun dalam banyak ngomong…ya kan? Ngomong
komunikasi terapeutik tetap memiliki tujuan teriakteriak, kita..kita harus sesuaikan,
untuk kesembuhan klien. sesuaikan. Kalau pasienya diam? Masa kita
Setelah mengumpulkan data tentang harus diam? kita ajak mengobrol untuk
klien atau mengidentifikasi masalah klien, membina hubungan dengan pasien baru” (Hasil
perawat akan menggali stressor klien atau Wawancara Suster Y, 09 Desember 2017).
apa yang membuatnya stress sehingga Memahami kondisi klien berarti menaruh
berada di rumah sakit, tentunya dengan empati terhadap klien, bukan simpati. Karena
bahasa yang tidak menyinggung perasaan simpati bukan merupakan sikap dari
klien. Pemecahan masalah dilakukan oleh komunikasi terapeutik. Dengan memahami
perawat di fase kerja, di sinilah perawat kondisi klien, maka perawat akan lebih berhati-
menggali stressor klien. Setelah perawat hati dalam berbicara ketika berdiskusi. Rasa
mengetahui hal yang menjadi masalah klien, caring terhadap klien harus dimiliki oleh
maka perawat akan memberikan saran, seorang perawat terhadap kliennya dalam
solusi yang positif atau koping konstuktif berkomunikasi, ataupun bentuk sikap, hal ini
untuk klien. Saran atau solusi yang sebagai penunjuk bahwa klien diterima oleh
diberikan sesuai dengan SP (Strategi perawat (menunjukkan penerimaan).
Pelaksanaan) yang ada bagi setiap klien Supratman (2016) mengatakan bahwa
yang diobservasi peneliti baik halusinasi, komunikasi penuh ketulusan yang peneliti
defisit perawatan diri, dual diagnosis drug kategorisasikan tersebut akan membuat pasien
user, dan emosional, serta perilaku merasa dihargai. Sikap penghargaan tersebut
kekerasan. Pemecahan masalah dengan akan mempercepat kesembuhan pasien sebab
koping konstruktif ini bertujuan untuk terdapat sugesti positif untuk sembuh dalam
25
diri pasien. Dengan memahami kondisi klien, Sekecil apa pun apresiasi yang diberikan
perawat akan memahami apa yang harus terhadap klien akan memotivasi dirinya untuk
disampaikan, bagaimana cara menyampaikan, bisa berkembang lebih. Memandang dirinya
sesuai dengan kondisi klien. Seperti dengan menjadi lebih positif.
klien yang agamis, perawat akan menyisipkan Memberikan apresiasi merupakan suatu
percakapan spiritual dengan kliennya, agar wujud reward kepada klien, apresiasi di sini
masuk ke dalam alur komunikasi terapeutik. bukanlah berupa barang, melainkan dengan
pujian setiap perawat yang diobservasi
Memberikan Apresiasi melakukan apresiasi terhadap kliennya.
Bentuk apresiasi merupakan suatu bentuk Dengan diberikannya apresiasi maka klien
penghargaan yang diberikan perawat kepada akan merasa bahagia. Hal kecil apa pun yang
klien. Apresiasi dengan memberikan sesuatu klien lakukan patutlah mendapat pujian,
yang berbentuk barang dianggap kurang tepat, dengan seperti itu klien merasa diperhatikan
namun pujian yang diberikan kepada klien oleh perawat, sehingga klien merasa bahwa
ketika klien melakukan suatu hal yang positif dirinya memiliki hal positif. Dengan
dianggap lebih berharga. Dengan pemberian pemberian reward maka klien pun akan
apresiasi yang tulus, klien akan merasa merasa semakin berharga. Memberikan
dihargai dan diperhatikan. apresiasi dilakukan perawat pada fase kerja
“Kalau dia paham kita kasih apresiasilah, dan terminasi.
kan kayak tepuk positif tuh ya, salah satu
bentuk apresiasi sama pasien kalau pasien Penggunaan Komunikasi Verbal dan Non
melakukan suatu hal yang baik” (Wawancara Verbal
S, 13 Desember 2017). Komunikasi verbal merupakan suatu
Tepuk positif merupakan sebuah tepukan aspek yang penting dan menjadi hal yang
apresiasi yang berbentuk “prok prok prok, prok utama digunakan dalam komunikasi,
prok prok, prok prok prok prok prok prok prok. begitupun dengan komunikasi terapeutik.
Kita semua memang hebat!” dengan diberikan Maka seorang perawat harus memperhatikan
apresiasi maka klien akan merasa bahagia. Hal kalimat yang digunakan dalam
serupa dinyatakan oleh Suster N, berkomunikasi dengan klien. Komunikasi
“Buat semua pasien juga jangan lupa verbal yang dilakukan perawat pada pasien
memberikan reward. Sekecil apapun positif yaitu, lihat Tabel 1.
yang dia lakukan. Reward itu berbentuk, Dalam pelaksanaan komunikasi
berbentuk pujian, Itu reward, reward itu bukan terapeutik, selain memperhatikan teknik
hanya berbentuk benda, atau berbentuk hadiah komunikasi terapeutik, perawat juga
berbenda, pujian juga merupakan hadiah memperhatikan komunikasi verbal serta non
reward untuk pasien gitu. Dengan sekecil verbalnya. Teknik yang digunakan oleh
apapun yang bisa dia lakukan, misalnya, dia kelima perawat di antaranya adalah
sudah bisa sisir rambut dengan rapi itu bisa kita mendengarkan dengan sepenuh hati,
kasih pujian. Mungkin kemarin, jangankan menunjukkan penerimaan, menanyakan
sisir rambut, untuk mandi pun tidak mau, untuk pertanyaan yang berkaitan, menglarifikasi,
bangun pun tidak mau. Nah hari ini, karena meringkas, memberikan penghargaan,
kita sering kontak, kita sering menegurnya dan menawarkan diri, memberikan kesempatan
memujinya, dia merasa diperhatikan dan dia klien untuk bertanya, menguraikan
baru ingat, oh dia punya hal-hal yang positif persepsinya, meneruskan pembicaraan,
terhadap dirinya, sehingga, eee..biasanya menempatkan kejadian secara berurutan, dan
pasien ada perubahan-perubahan walaupun ga humor. Pada teknik verbal yang digunakan
dalam sehari mungkin seminggu kemudian ada seperti menjelaskan secara ringkas dan jelas,
perubahan dalam sikap, dalam ekspresi” memakai perbendaharaan kata yang
(Wawancara Suster N, 22 Desember 2017). dimengerti oleh klien, memperhatikan
intonasi berbicara, memperhatikan kecepatan
26
bicara, dan adanya selingan humor agar komunikasi non verbal yang digunakan oleh
suasana ketika diskusi terasa nyaman dan perawat seperti isyarat vokal (suara), isyarat
tidak terlalu menegangkan. Untuk tindakan (ekspresi wajah, gerakan tubuh,
serta sikap tubuh (mempertahankan sikap berhadapan, serta adanya sentuhan terbuka), isyarat
objek, adanya jarak atau mempertahankan kontak mata, dan tersenyum ruang ketika
berkomunikasi dengan pada saat yang tepat.

Tabel 1

BENTUK KOMUNIKASI KATEGORISASI DESKRIPSI


Komunikasi Verbal Kejelasan Kalimat Kejelasan kalimat merupakan hal
yang harus diperhatikan ketika
menjalankan komunikasi terapeutik.
Dengan tujuan agar klien dapat
menerima dan memahami dengan
baik apa yang perawat sampaikan
dan komunikasi akan berjalan dengan
lancar, dalam arti klien pun merespon
apa yang perawat sampaikan, tidak
hanya berjalan dengan one way
communication. Dalam melakukan
komunikasi terapeutik, penggunaan
bahasa yang tidak asing merupakan
suatu hal yang penting untuk
mencapai kejelasan kalimat.
Penggunaan bahasa yang tidak asing
bagi klien akan membantu klien
untuk mudah dalam memahami apa
yang didiskusikan. Ketika perawat
menyebutkan kata yang sulit
dipahami oleh klien atau membuat
klien tampak menjadi bingung,
perawat akan berusaha menglarifikasi
hal tersebut.
Penggunaan Bahasa Penggunaan perbendaharaan kata
Daerah disesuaikan dengan kondisi dan latar
belakang klien. Seperti menggunakan
selipan kata bahasa Sunda. Intinya,
dalam komunikasi terapeutik harus
menggunakan bahasa verbal yang
mudah dimengerti atau jelas dan
ringkas oleh klien agar komunikasi
dapat berjalan dengan lancar.

27
Memperhatikan Nada Nada bicara merupakan salah satu
Bicara aspek yang harus diperhatikan dalam
berkomunikasi terapeutik. Dengan B
nada bicara yang tepat, klien akan aga
mengetahui maksud perawat. n
Bagaimana ketika mengeskpresikan Pen
rasa bangga atau pemberian apresiasi, ggu
atau memberi pemahaman, dan hal naa
tersebut disesuaikan dengan kondisi n
klien. Kejelasan kalimat serta Ko
ketepatan nada bicara dapat mun
menentukan komunikasi terapeutik
ikasi
dapat berjalan lancar dan mencapai
Ver
tujuan atau tidak.
bal
Komunikasi Nonverbal Isyarat Tindakan Isyarat tindakan merupakan salah satu
dan
aspek yang mendukung dari
Non
Verbal

28
komunikasi, khususnya
komunikasi terapeutik.
Dengan isyarat
tindakan, apa yang
disampaikan perawat
mudah diresapi oleh
klien. Isyarat tindakan
yang dilakukan oleh
perawat seperti adanya
dukungan dari ekspresi
muka, sikap tubuh,
gestur tubuh, sentuhan,
ruang atau jarak, dan
kontak mata selama
komunikasi
berlangsung.
Sentuhan Sentuhan merupakan
suatu hal yang penting
bagi pasien jiwa saja.
Sentuhan merupakan
bentuk keakraban
seseorang dalam
berkomunikasi.
Seseorang yang
disentuh itu akan
merasa lebih berarti, dia
akan merasa lebih dekat
dengan orang yang
mengajak berbicara.
Ekspresi Muka Pasien dapat dengan
mudah membaca
ekspesi muka perawat.
Bagi pasien, perawat
sedang mengajak serius
atau tidak serius lawan
bicaranya bila terlihat
melalui ekspresi muka
perawat sedang
memberi perhatian atau
tidak. Saat perawat
tersenyum pada pasien,
pasien merasa akrab,
gembira, merasa
diterima, mengajak
bercanda, dan merasa
dihargai.

29
Kontak Mata Kontak mata bagi
perawat merupakan
suatu etika sebagai
pertanda perawat
memperhatikan pasien
berbicara. Kontak mata
bagi perawat juga
menandakan sedang
serius memperhatikan,
menanggapi
apa pasi katak at
yang en an au
keluhkan.
Sumber: Hasil Penelitian

PENUTUP stressornya. Perawat menggali pemahaman


klien terhadap apa yang diajarkan, setelahnya
Simpulan perawat akan berusaha memberikan motivasi
Untuk menciptakan komunikasi serta saran atau solusi yang sesuai dengan SP
terapeutik yang efektif, dibutuhkan hubungan (Strategi Pelaksanaan), dengan tujuan
saling percaya antar perawat dan klien agar kesembuhan klien.
klien dapat terbuka mengenai masalah yang Dalam memberikan saran atau solusi
sedang dihadapinya. Hardjana atau untuk melakukan komunikasi
(2003) mengatakan, komunikasi dapat efektif terapeutik harus terlebih dahulu memahami
apabila pesan diterima dan dimengerti oleh kondisi klien yang telah perawat dapatkan
pengirim pesan, pesan ditindaklanjuti dengan sejak fase orientasi dimana saat
sebuah perbuatan oleh penerima pesan, dan mengumpulkan atau identifikasi data serta
tidak ada hambatan untuk hal tersebut. masalah klien, perawat di Ruang Sadewa
Membangun suatu kepercayaan dimulai dari dengan di Ruang Yudistira memahami
pertemuan pertama atau fase orientasi antara bagaimana memperlakukan pasien-pasien di
perawat dengan klien dan hal tersebut ruangan tersebut. Bagaimana berkomunikasi
dilakukan dengan adanya kontak sering singkat. dengan pasien yang komunikatif atau
Dengan adanya hal tersebut, klien merasa kooperatif. Menaruh empati pun terlihat dari
dihargai dan diperhatikan serta ketika perawat sikap perawat, dan bukan menunjukkan
memberikan saran atau solusi terhadap klien, sikap simpati.
klien dengan mudah menerima dan hal tersebut Dengan memahami kondisi klien akan
sudah dilakukan oleh perawat yang menjadi membantu dalam kelancaran
informan peneliti sedari klien masuk ruangan berkomunikasi. Dalam membangkitkan
pertama kali, sehingga ketika klien melakukan percaya diri klien ketika klien bisa
evaluasi dengan perawat maka klien tidak memahami apa yang didiskusikan. dalam
sungkan untuk bercerita. komunikasi terapeutik perlu adanya suatu
Dalam melakukan komunikasi bentuk apresiasi, dalam hal ini bukanlah
terapeutik ini, perawat selalu mengarahkan barang yang diberikan perawat kepada klien
pemecahan masalah klien dengan cara yang melainkan pujian dengan tulus, dengan
positif atau dengan koping konstruktif. Hal ini
pemberian apresiasi terlihat bahwa klien
dilakukan dalam fase kerjanya setelah
merasa senang dan merasa dihargai.
mengidentifikasi data klien. Salah satu
contohnya dengan melihat data diagnosis atau
arsip klien dan mengetahui penyebab

30
Saran Creswell, J.W. (2015) Penelitian Kualitatif &
Perawat harus memahami kondisi Desain Riset: Memilih di Antara Lima
klien terlebih dahulu dengan Pendekatan. Yogyakarta, Pustaka Pelajar.
Damaiyanti, M. (2010) Komunikasi Terapeutik
mengumpulkan data serta masalah klien,
dalam Praktik Keperawatan. Bandung, Refika
cara berkomunikasi dengan pasien yang Aditama.
komunikatif. Hardjana, A.M. (2003) Komunikasi Intrapersonal &
Perawat harus selalu membangun Interpersonal. Yogyakarta, Kanisius.
empati serta memahami kondisi klien. Kusumo, M.P. (2017) Pengaruh Komunikasi
Komunikasi terapetik akan sangat Terapeutik Perawat Terhadap Kepuasan
membantu dalam kelancaran berkomunikasi Pasien di Rawat Jalan RSUD Jogja. JMMR
antara perawat dengan klien guna (Jurnal Medicoeticolegal dan Manajemen
membangkitkan percaya diri klien kembali. Rumah Sakit). [Online] 6 (1), 72–81.
Bentuk percaya diri klien dapat dibangun Available from:
http://journal.umy.ac.id/index.php/mrs/articl
saat perawat mampu memberikan pujian
e/view/2350.
dengan tulus, pemberian apresiasi, Pujilekosono, S. (2015) Metode Penelitian
mendengarkan dengan sepenuh hati, Komunikasi Kualitatif. Malang,
menunjukkan penerimaan serta memberikan Intrans Publishing.
penghargaan berupa kesempatan kepada Rakhmat, J. (2012) Psikologi Komunikasi.
klien untuk bertanya. Bandung, Remaja Rosdakarya.
Stuart, G.W. (1998) Buku Saku Keperawatan Jiwa.
Jakarta, EGC.
Supratman, L.P. (2016) Studi Kasus Tentang
DAFTAR PUSTAKA
Komunikasi Kesehatan Pada Hubungan
Interpersonal Terapis dan Pasien di Pusat
Afnuhazi, N.R. (2015) Komunikasi Terapeutik Pengobatan Alternatif ATFG Arcamanik,
Dalam Keperawatan Jiwa. Yogyakarta, Bandung-Indonesia. Jurnal Ilmiah LISKI
Gosyen Publishing. (Lingkar Studi Komunikasi). [Online] 2 (1),
Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat (2016) 81–93. Available from:
Peran Keluarga Dukung Kesehatan Jiwa http://journals.telkomuniversity.ac.id/liski/ar
Masyarakat. [Online]. 2016. ticle/view/57.
Kementerian Kesehatan RI. Available from: Supratman, L.P. & Zulfikar, M.H. (2016) STUDI
http://www.depkes.go.id/article/print/16100 KASUS TENTANG MODEL
700005/peran-keluarga-dukung- KOMUNIKASI ORGANISASI PENYELIA
kesehatanjiwa-masyarakat.html [Accessed: 12 DALAM MEMBANGUN TEAMWORK DI
March 2016]. DIVISI BROADBAND & DIGITAL
SALES PT TELKOMSEL
BRANCH AMBON, INDONESIA. Jurnal Available from:
Sosioteknologi. [Online] 15 (2), 213–220. doi:10.5614/sostek.itbj.2016.15.02.4.

31

You might also like