Professional Documents
Culture Documents
Oleh
Prima Ramadhani1, Hamizi2, Neni Hermita3
Abstract
Novel "Pertemuan Dua Hati" by Nh. Dini literature embodies a very touching, intelligent, and has
a high intellectual in the world of education in Indonesia, which has the potential to expand the
science of patience and compassion. Formulation of the problem in this study how disposition and
style of language in the novel “Pertemuan Dua Hati" by Nh. Dini. The purpose of this study was to
describe the disposition and style of language in the novel “Pertemuan Dua Hati". This research
method is a method of non-interactive or literature that does not collect data from human sources.
Dispositive on the novel "Pertemuan Dua Hati" is divided into two analytically (direct) and
dramatically (indirectly). The main character in the novel "Pertemuan Dua Hati" by Nh. Dini
detection is the Mrs. Suci and Waskito. Dispositive on the novel "Pertemuan Dua Hati" diverse
because each character has some character. The diversity of the characters by each character
make the story more interesting because the novel is not all the characters get equal portions of
occurrence. They are the Mrs. Suci a teacher who has a sense of responsibility, Waskito a difficult
student, husband hardworking Mrs. Suci, Suci kids a sense of holy fathers and mothers Waskito
indifferent, grandmother Waskito patient and compassionate and Waskito grandfather were quiet
and friendly. The language contained in the novel "Pertemuan Dua Hatis" is a figure of speech
Hyperbole Nh.Dini work 18 sentences, Allegory 5 sentences, Antonomosia 2 sentences, 3
sentences Alusio, Antropomofisme 3 sentences, 3 sentences metonymy, synesthesia 6 sentences,
four sentences Simile, Symbolic 3 sentences, Hipokorisme 3 sentences, Personification 3
sentences, and Totum Pro Parte 1 sentence.
I. PENDAHULUAN
Karya sastra merupakan kehidupan buatan atau rekaan sastrawan. Sesuatu
yang disampaikan oleh sastrawan dalam karyanya adalah tentang manusia dengan
segala macam perilakunya. Kehidupan manusia tersebut diungkapkan lengkap
dengan nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Oleh karena itu, karya sastra
dapat menambah kekayaan batin setiap hidup dan kehidupan ini. Karya sastra
mampu menjadikan manusia memahami dirinya dengan kemanusiaannya. Setiap
peristiwa yang terjadi dalam kehidupan ini terkandung nilai atau hikmah yang
dapat kita petik manfaatnya. Untuk dapat menangkap nilai-nilai tersebut
diperlukan kepekaan dan kearifan. Bagi orang awam hal yang mungkin tidak
dapat menjadi semangat berarti bagi pengarang. Sesuatu yang dianggap tidak
berarti oleh masyarakat itu diolah oleh pengarang kemudian diwujudkan kembali
dalam bentuk karya sastra. Karya sastra memiliki fungsi ganda yaitu sebagai
hiburan sedangkan disisi lain berusaha memberikan nilai-nilai yang bermanfaat
bagi kehidupan.
1.
Mahasiswa PGSD FKIP Universitas Riau, Nim 0805135251, e-mail ima.nafie@rocketmail.com
2.
Dosen pembimbing I, Staf pengajar program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, No Hp
081365611107
3.
Dosen pembimbing II, Staf pengajar program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, e-mail
nenihermita@rocketmail.com
Sementara itu, Tarigan (1993:164) menyebutkan bahwa novel adalah suatu
cerita prosa yang fiktif dalam panjang yang melukiskan para tokoh, gerak serta
adegan nyata representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang kacau atau
kusut.
Dalam novel “Pertemuan Dua Hati” kisahnya tersaji dengan sangat
memikat. Pembaca dibuat tercengang, sedih, dan tersentuh oleh ceritanya yang
sangat dramatis. Namun, tak hanya itu saja, novel ini juga sangat berpotensi untuk
memperluas ilmu kesabaran dan kasih sayang terhadap anak apa lagi di dalam
dunia pendidikan.
Berdasarkan hal tersebut penulis berkeinginan untuk menelaah atau
meneliti “Pertemuan Dua Hati” karya Nh. Dini secara langsung. Analisis novel ini
dilihat dari segi perwatakan dan gaya bahasa yang digunakan dalam novel
tersebut. Karya sastra yang diciptakan oleh Nh. Dini tersebut sangat menyentuh,
cerdas, tegas, menarik dan memiliki intelektual yang tinggi dalam dunia
pendidikan di Indonesia. Novel ini sangat baik dibaca oleh orangtua, guru–guru
dan kalangan pendidik, sebab dalam novel ini menceritakan sesosok guru yang
sangat mempedulikan seorang muridnya yang sukar namun guru tersebut
profesional dalam bekerja sehingga dapat membedakan ruang kerja dan rumah
tangga.
Permasalahan di atas menuntut untuk mengetahui bagaimana perwatakan
dan gaya bahasa yang terdapat dalam novel “Pertemuan Dua Hati” karya Nh.
Dini. Sehingga penelitian ini memperoleh manfaat antara lain bagi:
a. Bagi penulis sebagai arahan untuk menjembatani pemahaman dan
penghayatan dalam menikmati karya sastra, khususnya novel.
b. Bagi siswa sebagai motivasi kepada siswa agar gemar membaca dan
mencintai karya sastra, serta siswa mengerti apa yang dimaksud dengan unsur
instrinsik dalam karya sastra berupa novel.
c. Bagi mahasiswa PGSD agar lebih cermat dalam memilih novel untuk dibaca.
Nenek Waskito
Kakek Waskito
Tabel 2
Perwatakan dalam novel “Pertemuan Dua Hati” karya Nh. Dini
Tokoh Watak Keterangan
Bu Suci Patuh 1.1 Aku patuh, menuruti nasehat orang tua.
(Tokoh aku) (hlm :10)
Pintar 1.2 Meskipun kemampuan otakku memadai.
(hlm :10)
Pengalah 1.3 Tetapi dalam kehidupan aku sehari-hari,
aku lebih sering mengalah. (hlm :11)
1.4 Perintah itu ku beri tekanan lembut. (hlm
Lembut :26)
1.5 Ku ucapkan perlahan namun tegas. (hlm
Tegas :26)
1.6 Aku sabar menghadapi jawaban yang
Sabar diucapkan oleh anak-anak. (hlm :29)
Penolong 1.8 Apapun yang terjadi, aku merasa harus
mencoba mengerjakan sesuatu untuk
menolong anak itu. (hlm :33)
Penyayang 1.7 Akan kuberikan kasih sayang layaknya
seorang ibu kepada Waskito. (hlm :35)
Waskito Jahat 2.1 Waskito jahat atau nakal saya tidak tahu
bu ! Tapi dia mempunyai kelainan. (hlm
:28)
Pamer 2.2 Waskito selalu bangga memamer-kannya
kepada kawan-kawannya. (hlm :31)
Pemarah 2.3 Dia tumbuh menjadi anak yang pemarah
dan pemberontak. (hlm :32)
Bengis 2.4 Dititipkan! Apa itu! Persetan! Aku tidak
perlu kalian semua!
Bengis 2.5 Apalagi kalau berhadapan dengan
ibunya! Waskito menjadi anak yang
kurang ajar. (hlm :32)
Bengis 2.6 Dia tidak hanya pintar memutar lidah,
konon tangannya juga cepat memukul dan
merusak. (hlm :35)
Pemberontak 2.7 Oleh karena perlakuan yang dianggap
kejam itu, dia langsung menunjukkan
reaksi pemberontakan. (hlm : 44)
Anak- anak Bu Lembut 3.1 Perempuan yang lembut dan pengertian.
Suci (hlm :13)
Telaten 3.2 Semua kerajinan tangan yang
dikerjakannya rapi dan teratur. (hlm : 13)
Penyakitan 3.3 Anak kami yang ketiga mengalami sakit
epilepsi. (hlm :30)
Ayah Waskito Cerdas, kaku 4.1 Dia cerdas, pandai, tetapi kaku dan sukar
dan sukar bergaul. (hlm :38)
bergaul
Kasar 4.1 Konon Waskito dihajar habis-habisan,
mukanya dipukul, badannya dicambuk
dengan ikat pinggang. (hlm :37)
Ibu Waskito Tidak Baik 5.1 Ibu Waskito yang tidak menyukai
mertuanya berhasil membujuk suaminya,
dia meminta supaya anak mereka kembali
ke rumah. (hlm : 32)
Pengadu 5.2 Dia mengadu kepada suaminya bahwa
Waskito di rumah kakek dan neneknya
diperlakukan sebagai pembantu, anak itu
harus diambil kembali! (hlm :42)
Acuh 5.3 Didampingi oleh isteri yang tidak tahu -
menahu mengenai soal pendidikan!
Naluri wanita pun tidak ada! Kalau anak
rewel, dia mau menggendong, memberi
makanan atau barang permainan. (hlm
:38)
Nenek Dermawan 6.1 Kami yang menanggung pondokan dan
Waskito dokternya. (hlm :36)
Patuh 6.2 Nenek sepanjang hidup perkawinannya
adalah isteri yang patuh. ( hlm :39)
Baik 6.3 Nenek memang tokoh isteri yang baik.
(hlm :41)
Ramah 6.4 Suratku kepada nenek Waskito dijawab
dengan ramah. (hlm :35)
Ramah 6.5 Sebegitu orang masuk ke rumah itu,
terasa resapan keramahan dan
kesjahteraan. (hlm :36)
Lembut 6.6 Berhadapan dengan nenek yang serba
lembut dan bertubuh kecil ini. (hlm :39)
Penyayang 6.7 Bukan maksud kami menyiksa cucu,
Jeng! Betul-betul kami sangat
mencintainya. (hlm :43)
Kakek Ramah 7.1 Si suami hanya sebentar menyalami,
Waskito kemudian masuk kembali ke kamar
praktek. (hlm :35)
Pendiam, 7.1 Meskipun hanya sebentar aku berbicara
Ramah dan dengan dokter berumur itu, aku segera
Dermawan mengetahui bahwa dia pendiam,
meskipun ramah dan dermawan. (hlm
:36)
Egois 7.2 Semua keputusan mengenai ana, selalu
melalui suaminya! Seolah – olah anak itu
hendak dibentuknya menuruti satu model
tertentu. (hlm :38)
Pada tabel 2 dapat dijelaskan bahwa perwatakan dalam novel “Pertemuan
Dua Hati” dibedakan atas dua cara yaitu analitik dan dramatik. Analitik itu
penggambaran penokohan secara langsung oleh pengarang itu sendiri. Setiap
tokoh memiliki watak bermacam-macam. Pada tabel 2 di atas dapat dilihat bahwa
bu Suci memiliki watak bijaksana, lembut, penyayang dan profesional. Waskito
memiliki watak jahat, pamer, pemarah, bengis, dan pemberontak. Anak-anak bu
Suci yang memiliki watak lembut, telaten dan penyakitan. Ayah Waskito yang
memiliki watak cerdas, kaku dan sukar bergaul serta ibu Waskito yang berwatak
tidak baik, pengadu dan acuh tak acuh. Nenek Waskito yang memiliki watak
dermawan, patuh, baik, ramah, lembut dan penyayang serta kakek Waskito yang
memiliki watak ramah, pendiam, dermawan dan egois. Perwatakan tokoh-tokoh di
dalam Tabel 2 secara analitik dapat dilihat contoh cuplikan kalimat tokoh bu Suci
sebagai berikut : “Akan kuberikan kasih sayang layaknya seorang ibu kepada
Waskito (hlm:35)”. Dari cuplikan kalimat halaman 35 tersebut dapat dijelaskan
bahwa tokoh bu Suci memiliki watak penyayang karena pengarang langsung
menggambarkan perwatakannya. Selanjutnya contoh penokohan secara dramatik
dalam novel “Pertemuan Dua Hati” karya Nh. Dini ini sebagai berikut: “Konon
Waskito dihajar habis-habisan, mukanya dipukul, badannya dicambuk dengan
ikat pinggang”. Pada contoh perwatakan dramatik itu dijelaskan bahwa tokoh
ayah Waskito memiliki perwatakan kasar terlihat dari Pola pikir saat menghadapi
masalah.
Tabel 3
Gaya Bahasa dalam novel “Pertemuan Dua Hati” karya Nh. Dini
Pada tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa gaya bahasa yang terkandung dalam
novel “Pertemuan Dua Hati” karya Nh. Dini beraneka ragam dan menjadikan
kalimat perkalimat rangkaian kata-kata yang indah.
V. UCAPAN TERIMAKASIH
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan
dan bantuan dari berbagai pihak , maka pada kesempatan ini penulis tidak lupa
mengucapkan terima kasih:
1. Dr. H.M Nur Mustafa, M.Pd Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Riau.
2. Drs. Zariul Antosa, M.Sn Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan.
3. Drs. H.Lazim. N.M.Pd Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah
Dasar.
4. Drs. Hamizi, S.Pd Dosen Pembimbing 1 dan Neni Hermita M.Pd Dosen
Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan bantuan kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
5. Dosen Program Studi pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP UNRI
6. Ayah dan Ibu tercinta,
7. Rekan-rekan mahasiswa angkatan 2008 yang memberi motivasi dan
bantuan kepada penulis.