You are on page 1of 7

IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 7 No.

1 – Januari 2020

Deteksi Clamydia trachomatis (CT) dan Neisseria gonorrhoeae (NG) pada


Kelompok Berisiko Tinggi di Beberapa Provinsi di Indonesia Menggunakan
Cobas 4800 CT NG Test
Detection of Clamydia trachomatis (CT) and Neisseria gonorrhoeae (NG) in High
Risk Groups in Several Provinces in Indonesia Using Cobas 4800 CT NG Test
1
Khariri, 1Novi Amalia, 1Sundari Nursofiah, 2Faika Rachmawati, 1Fauzul Muna, 1Yuni Rukminiati
1
Pusat Penelitian dan Pengembangan Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan
2
Pusat Penelitian dan Pengembangan Upaya Kesehatan Masyarakat
Badan Litbangkes, Kemenkes RI
Email: arie.tegale@gmail.com, noviamalia1423@gmail.com, sundari.nursofiah@gmail.com,
faika_tvi@yahoo.co.id, fauz.muna@gmail.com, rukminiati@gmail.com

Abstract : Two types of sexually transmitted infections (STIs) that are very popular are infections of
Chlamydia trachomatis (CT) and Neisseria gonorrhoeae (NG) which have the highest prevalence with
the highest incidence in South Asia and Southeast Asia. STIs can be accompanied by clinical or
asymptomatic symptoms. CT is an STI that can cause urethritis, cervicitis, endometritis, salpingitis,
perihepitis, epididymitis, and lymphogranuloma venerium. NG infection generally attacks the vagina,
uterus, penis, urethra, rectum, and sometimes attacks the throat. Risk groups such as women sex
workers (WPS) transvestites and men who have sex with men (MSM) have a high risk of contracting
STIs. An examination is carried out to detect the presence of CT and NG infections in a population of
adult men and women who are at high risk of contracting STI diseases such as women sex workers
(WPS), transvestites and men who have sex with men (MSM). Detection was carried out using real-time
polymerase chain reaction (PCR) method using Cobas 4800 CT NG Test. The highest proportion of
positive CT results were Riau Islands, Maluku and Lampung. The three provinces that have the highest
proportion with positive NG are Maluku, DKI Jakarta and Lampung. While the three provinces with the
highest proportion and positive CT and NG (CT-NG) also include Maluku, DKI Jakarta and Lampung.
CT and NG detection in adult male and female population who are at high risk of contracting STI disease
using multiplex real-time polymerase chain reaction (PCR) method with Cobas 4800 CT NG Test tool is
a very efficient alternative.
Key words : STI, Chlamydia trachomatis, Neisseria gonorrhoeae, Cobas 4800 CT NG Test

Abstrak : Dua jenis infeksi menular seksual (IMS) yang sangat populer adalah infeksi Chlamydia
trachomatis (CT) dan Neisseria gonorrhoeae (NG) yang mempunyai prevalensi yang tertinggi dengan
kejadian terbanyak di Asia Selatan dan Asia Tenggara. IMS dapat disertai dengan gejala klinis ataupun
asimptomatis. CT merupakan IMS yang dapat meyebabkan uretritis, servisitis, endometritis, salpingitis,
perihepitis, epididimitis, dan limfogranuloma venerium. Infeksi NG umumnya menyerang vagina, rahim,
penis, uretra, rektum, dan terkadang juga menyerang tenggorokan. Kelompok berisiko seperti wanita
penjaja seks (WPS), waria dan lelaki seks dengan lelaki (LSL) mempunyai risiko yang tinggi dapat
tertular IMS. Pemeriksaan dilakukan untuk mendeteksi adanya infeksi CT dan NG pada populasi pria
dan wanita dewasa yang berisiko tinggi tertular penyakit IMS seperti wanita penjaja seks (WPS), waria
dan lelaki seks dengan lelaki (LSL) menggunakan Cobas 4800 CT NG Test di beberapa provinsi di
Indonesia. Deteksi dilakukan dengan metode real time polymerase chain reaction (PCR) menggunakan
alat dan kit Cobas 4800 CT NG Test.( (Roche Molecular Systems, Inc., Branchburg, USA?). Proporsi
tertinggi hasil pemeriksaan dengan CT positif adalah Kepulauan Riau, Maluku dan Lampung. Tiga
provinsi yang memiliki proporsi tertinggi dengan NG positif adalah Maluku, DKI Jakarta dan Lampung.
Sementara tiga provinsi dengan proporsi tertinggi dan positif CT dan NG (CT-NG) juga meliputi Maluku,
DKI Jakarta dan Lampung. Deteksi CT dan NG pada populasi pria dan wanita dewasa yang berisiko
tinggi tertular penyakit IMS menggunakan metode real-time polymerase chain reaction (PCR) multipleks
dengan alat Cobas 4800 CT NG Test menjadi alternatif yang sangat efisien.
Kata kunci : IMS, Chlamydia trachomatis, Neisseria gonorrhoeae, Cobas 4800 CT NG Test

I. PENDAHULUAN (NG) (Arjani, 2015). Infeksi kedua bakteri ini


Penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) mempunyai prevalensi yang tertinggi dengan
merupakan sebuah fenomena yang sudah lama kejadian terbanyak di Asia Selatan dan Asia
terjadi. Dua jenis IMS yang sangat populer Tenggara (Pirade, 2012). Infeksi IMS
disebabkan oleh infeksi bakteri Chlamydia menimbulkan permasalahan kesehatan, sosial
trachomatis (CT) dan Neisseria gonorrhoeae dan ekonomi di negara berkembang termasuk

ISSN 2355-1313 (Print) 2623-0038 (Online) - ijmsbm.org 6


IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 7 No. 1 – Januari 2020

Indonesia (Kusnan, 2013). Penularan utama lahir dapat menyebabkan kebutaan permanen
IMS terjadi melalui hubungan seksual antara bila tidak diobati. Kegagalan dalam
penderita dengan orang yang sehat (Daili, menegakkan diagnosis dan tata laksana yang
2010). Infeksi menular seksual dapat disertai tepat pada stadium awal dapat menimbulkan
dengan gejala klinis maupun tanpa gejala komplikasi yang berat dan berbagai gejala lain
(asimptomatis) (Agustini,2013). seperti fertilitas, akibat buruk pada bayi,
Dalam dekade terakhir IMS mengalami kehamilan ektopik, kanker anogenital, kematian
peningkatan insiden di banyak negara (Pirade, dini serta infeksi pada neonatus dan bayi
2012). World Health Organization (WHO) (Pirade, 2012).
memperkirakan penemuan 62 juta kasus baru Kelompok berisiko seperti wanita
setiap tahunnya. Berdasarkan data dari The penjaja seks (WPS), waria dan lelaki seks
Centers for Disease Control and Prevention dengan lelaki (LSL) mempunyai risiko yang
(CDC), di Amerika Serikat penyakit ini tinggi dapat tertular IMS. Perkembangan jumlah
menyerang hampir 700.000 orang setiap tahun kelompok berisiko ini cukup sulit untuk diketahui
(Arjani, 2015). Di Indonesia sendiri, telah karena mobilitas tempat operasinya sangat luas
banyak laporan infeksi menular seksual ini. Di (Nurcholis, 2008). Perilaku kelompok berisiko
Indonesia, beberapa laporan mengenai merupakan salah satu faktor yang
prevalensi IMS di beberapa tempat antara mempengaruhi kejadian infeksi IMS. Dalam
tahun 1999 sampai 2001 menunjukkan proses pembentukan dan atau perubahannya,
tingginya prevalensi infeksi gonore dan klamidia perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
yaitu antara 20%-35%. DKI Jakarta menjadi berasal dari dalam dan luar individu itu sendiri
tempat dengan prevalensi IMS tertinggi yakni seperti persepsi, emosi, motivasi, proses
klamidia 6,0%; gonore 1,3% dan sifilis 0,8%. belajar, lingkungan dan sebagainya. Perilaku
Surabaya menempati tempat kedua dengan manusia sangat berkaitan dengan status
klamidia 5,7%, gonore 1,2% dan sifilis 1,6%. kesehatan seorang manusia itu sendiri
Sementara itu, Medan memiliki prevalensi IMS (Purnamawati, 2013).
klamidia 5,3% dan sifilis 2,4% (Pirade, 2012). Diagnosis laboratoroium untuk deteksi
Chlamydia trachomatis merupakan IMS bakteri penyebab infeksi umumnya dilakukan
yang dapat meyebabkan uretritis, servisitis, secara konvensional dengan cara kultur dan uji
endometritis, salpingitis, perihepatitis, sifat biokimia. Metode ini merupakan baku
epididimitis, dan limfogranuloma venerium emas dalam deteksi bakteri dengan
(Rahmawan, 2009). Infeksi CTmasih menjadi sensitivitasnya yang sangat tinggi. Salah satu
masalah kesehatan masyarakat karena kelemahan metode konvensional antara lain
keluhan ringan, kesulitan fasilitas diagnostik, umumnya memerlukan waktu 5-7 hari untuk
mudah menjadi kronis dan residif, serta mendapatkan hasil yang positif. Oleh karena
kemungkinan untuk menyebabkan komplikasi itu, beberapa metode deteksi bakteri penyebab
yang serius, seperti infertilitas dan kehamilan infeksi telah dikembangkan salah satunya
ektopik. Bayi yang dilahirkan dari seorang ibu metode biomolekuler untuk diagnosis cepat
yang terinfeksi CT berisiko menderita bakteri. Metode molekuler menggunakan teknik
konjungtivitis dan atau pneumonia (Rahmawan, PCR telah terbukti lebih sensitif dan spesifik
2009; Agustini,2013). serta lebih cepat dalam mendiagnosis infeksi
Infeksi NG mudah menular karena bakteri. Alat Cobas 4800 CT NG Test
terjadinya kontak fisik melalui hubungan merupakan salah satu alat yang prinsip
seksual yang dilakukan secara genito-genital, kerjanya berdasarkan teknik real-time PCR
oro-genital, ataupun ano-genital (Puspita, (Radji, 2010).
2018). Infeksi ini umumnya menyerang vagina, Survei ini bertujuan untuk menentukan
rahim, penis, uretra, rektum, dan terkadang kecenderungan prevalensi infeksi Chlamydia
juga menyerang tenggorokan (Fitri, 2008). trachomatis dan Neisseria gonorrhoe di antara
Gonore pada wanita umumnya tidak populasi paling berisiko di beberapa kota di
menunjukkan gejala, apabila tidak segera Indonesia. Diagnosis laboratorium infeksi
diberikan penanganan, infeksi akan semakin Chlamydia trachomatis dan Neisseria
parah dan dapat menyebabkan terjadinya gonorrhoe dapat dilakukan dengan
radang panggul (Pelvic Infectious Diseases), pemeriksaan mikroskopik dan kultur bakteri
kehamilan ektopik, dan infertilitas ((Daili, 2010; yang merupakan baku emas dalam
Greer, 2008). Wanita mempunyai risiko besar pemeriksaan bakteri. Pemeriksaan
tertular gonore melalui hubungan seksual laboratorium dengan metode konvensional
dengan pria yang sudah terinfeksi (Priyanti, memerlukan tenaga laboratorium yang
2011; Putri,2012). Infeksi gonore pada pria mempunyai keterampilan khusus. Pemeriksaan
dapat mengakibatkan terjadinya epididimitis dengan metode molekuler menjadi alternatif
dan infertilitas, sedangkan pada bayi yang baru lain dalam diagnosis infeksi Chlamydia

ISSN 2355-1313 (Print) 2623-0038 (Online) - ijmsbm.org 7


IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 7 No. 1 – Januari 2020

trachomatis dan Neisseria gonorrhoe karena Jumlah sampel pada setiap kelompok
lebih sensitif. sasaran dirancang untuk menggambarkan ciri-
ciri perilaku setiap kelompok sasaran dan
II. METODE PENELITIAN diharapkan dapat mengukur perubahan
Lokasi yang dijadikan untuk perilaku pada survei berikutnya. Pada
pengambilan sampel adalah kabupaten/kota kelompok beresiko tinggi, besarnya sampel
yang berada di 10 provinsi yaitu Lampung, yang memadai untuk interpretasi perubahan
Sumatera Utara, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, adalah sebesar 250 responden. Sampling
Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, dilakukan dengan metode cluster sampling
Maluku dan Papua. Kriteria kabupaten/kota untuk WPSL, WPSTL, dan waria. Sedangakn
terpilih didasarkan pada situasi epidemi HIV untuk LSL menggunakan metode Respondent
pada sub populasi berisiko. Kabupaten/kota Driven Sampling (RDS).
terpilih merupakan kabuten/kota dengan situasi Sampel yang digunakan untuk
epidemi HIV yang diperkirakan lebih buruk pemeriksaan terdiri dari usap vagina untuk
dibanding kabupaten/kota lain di provinsi populasi WPSL dan WPSTL serta usap rektum
tersebut. Responden merupakan sampel acak untuk populasi waria dan LSL. Pengambilan
dari kelompok-kelompok sasaran yang tinggal sampel dilakukan oleh petugas yang sudah
dan bekerja di lokasi tersebut dan dipilih melalui terlatih atau telah dilatih sebelumnya. Sampel
lokasi tempat biasa mereka bekerja. Hasilnya usap dimasukkan ke dalam media transport dan
diharapkan dapat mewakili kondisi di lokasi dikirim ke Laboratorium Penelitian Penyakit
tersebut. Infeksi Prof. Dr. Sri Oemijati, Pusat Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah dan Pengembangan Biomedis dan Teknologi
pria dan wanita dewasa yang berisiko tinggi Dasar kesehatan untuk diperiksa. Metode
tertular penyakit IMS. Sampel penelitian wanita pemeriksaan yang digunakan adalah real-time
penjaja seks langsung (WPSL) adalah wanita Polymerase Chain Reaction (PCR)
yang melakukan kegiatan sebagai penjaja seks menggunakan Cobas 4800 CT NG Test.
komersial secara terbuka, sedang wanita Persetujuan etik untuk pelaksanaan
penjaja seks tidak langsung (WPSTL) adalah kegiatan ini telah didapatkan dari Komisi Etik
wanita yang bekerja pada bidang-bidang Fakultas Kesehatan Masyarakat Univeristas
pekerjaan tertentu dan melakukan kegiatan Indonesia.
sebagai penjaja seks komersial secara
terselubung. Waria adalah pria yang berjiwa III. HASIL
dan bertingkah laku, serta mempunyai Metode PCR yang dilakukan adalah
perasaan seperti wanita. Lelaki seks dengan real time PCR multipleks yang mendeteksi
lelaki (LSL) adalah pria yang mengakui dirinya secara bersama-sama keberadaan CT dan NG
sebagai orang yang biseksual/homoseksual. pada suatu spesimen. Hasil pemeriksaan
Pengambilan spesimen dilakukan kepada dikelompokkan menjadi 4 yaitu negatif, positif
semua sampel yang terlibat dalam CT, positif NG serta positif CT dan NG. Hasil
pengumpulan data tanpa memperhatikan deteksi CT dan NG berdasarkan provinsi dapat
antara yang bergejala dan tidak. dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil pemeriksaan deteksi CT dan NG berdasarkan provinsi.


Hasil Pemeriksaan (%)
Provinsi
Negatif Positif CT Positif NG Positif CT-NG
Lampung 56,31 24,05 7,01 12,63
Sumatera Utara 69,00 23,00 3,80 4,20
Kepulauan Riau 59,18 28,08 5,83 6,91
DKI Jakarta 60,63 18,41 7,14 12,86
Jawa Barat 64,21 12,00 5,95 11,59
Jawa Tengah 62,61 22,86 5,84 8,20
Jawa Timur 72,41 1,35 5,82 7,82
Bali 59,92 23,85 5,41 10,82
Maluku 53,78 27,78 7,78 10,67
Papua 76,95 10,59 4,98 6,85
Total 64,76 15,83 5,96 9,25

ISSN 2355-1313 (Print) 2623-0038 (Online) - ijmsbm.org 8


IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 7 No. 1 – Januari 2020

Dari empat populasi target yang dikumpulkan sampelnya, hasil pemeriksaan menunjukkan
bahwa populasi WPSL mempunyai proporsi hasil positif yang tertinggi disusul kemudian dengan
populasi WPSTL, LSL, dan terakhir waria dengan proporsi hasil positif terendah. Populasi WPSL
mempunyai aktivitas seksual lebih tinggi daripada kelompok lain sehingga risiko tertular IMS juga
semakin besar. Hasil pemeriksaan CT dan NG berdasarkan populasi target dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil pemeriksaan deteksi CT dan NG berdasarkan populasi target.


Target Negatif Positif CT Positif NG Positif CT-NG
Kelompok N (%) N (%) N (%) N (%)
WPSL 1834 (58,69) 610 (19,52) 262 (8,38) 410 (13,12)
WPSTL 1560 (66,38) 589 (25,06) 75 (3,19) 124 (5,28)
Waria 666 (76,82) 93 (10,73) 39 (4,50) 63 (7,27)
LSL 371 (74,20) 59 (11,80) 32 (6,40) 36 (7,20)
Total 4431 (64,76) 1351 (19,75) 408 (5,96) 633 (9,25)

Gambar 1 menunjukkan grafik hasil pemeriksaan CT dan NG berdasarkan provinsi. Hasil


pemeriksaan dengan CT positif yang tertinggi adalah Kepulauan Riau, Maluku dan Lampung. Tiga
provinsi dengan hasil NG positif serta CT dan NG positif yang tertinggi adalah Maluku, DKI Jakarta dan
Lampung.

Gambar 1. Hasil pemeriksaan CT dan NG berdasarkan provinsi

IV. PEMBAHASAN Penegakkan diagnosis infeksi CT dan


Pemeriksaan laboratorium perlu NG dilakukan dengan anamnesis, pemeriksaan
dilakukan karena hal ini penting dalam fisik dan pemeriksaan laboratorium. Metode
menegakkan diagnosis dan langkah pengobatan pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan
IMS yang akan mempengaruhi secara langsung dengan beberapa metode antara lain
terhadap upaya penanggulangan IMS. Hasil pemeriksaan mikroskopik dengan pewarnaan
pemeriksaan laboratorium cepat dan akurat Gram dilanjutkan dengan kultur dan identifikasi
diperlukan untuk memastikan diagnosis dan bakteri, imunofluoresen langsung, Enzyme-
penatalaksanaan penyakit infeksi secara tepat. Linked Immunosorbent Assay (ELISA),
Karakteristik metode pemeriksaan, seperti Polymerase Chain Reaction (PCR) dan Ligase
waktu yang diperlukan untuk melakukan Chain Reaction (LCR) (Wahyudi, 2009).
pemeriksaan, sensitifitas dan spesifisitas perlu Kultur dan identifikasi bakteri masih
untuk menjadi pertimbangan. Hal ini akan menjadi metode gold standar untuk deteksi
mempengaruhi dalam upaya mengurangi bakteri yang diduga sebagai sebagai sumber
penularan penyakit infeksi dan kemungkinan infeksi dengan spesifisitas pemeriksaan hampir
terjadinya komplikasi lebih lanjut (Santoso, mencapai 100%. Pada kondisi tertentu
2004: Stamm, 2008). terkadang metode kultur sulit untuk dilakukan
dengan berbagai pertimbangan antara lain

ISSN 2355-1313 (Print) 2623-0038 (Online) - ijmsbm.org 9


IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 7 No. 1 – Januari 2020

pengiriman sampel yang membutuhkan waktu yang akurat menjadikan pemeriksaan dengan
sehingga perubahan suhu dan lingkungan metode PCR banyak digunakan dalam program
selama perjalanan sampel dapat mempengaruhi skrining (Chernesky, 2005).
hasil kultur. Metode kultur juga tidak mudah Pemeriksaan sampel menggunakan
dilakukan karena memerlukan petugas yang Cobas 4800 CT NG Test pada penelitian ini
mempunyai keahlian khusus sehingga sulit dapat mendeteksi CT dan NG dengan prisip
dilakukan di banyak layanan kesehatan. Teknik kerja real time PCR multipleks. Secara bersama-
ini merupakan satu-satunya metode untuk sama metode multipleks kualitatif ini akan
identifikasi bakteri yang viabel dengan mendeteksi keberadaan DNA target CT dan NG.
kemungkinan terjadinya kontaminasi yang Metode PCR dengan alat Cobas 4800 CT NG
sangat kecil (Kuypers, 2008). Test mempunyai beberapa kelebihan seperti
Metode pemeriksaan laboratorium pengoperasian alat yang cukup mudah,
untuk deteksi CT dan NG telah berkembang mengurangi biaya untuk tenaga kerja dan waktu
pesat dalam beberapa tahun terakhir. Meskipun pelatihan, alat bekerja sesuai dengan
metode kultur masih menjadi gold standar untuk pengaturan, dan hasil pemeriksaan dapat dilihat
identifikasi bakteri, namun penggunaan kit secara langsung setelah seluruh proses alat
komersial telah banyak dilakukan. Hal ini banyak selesai bekerja. Hasil pemeriksaan yang
dilakukan di berbagai laboratorium pelayanan dikeluarkan alat berupa positif, negatif atau tidak
maupun laboratorium survey dan penelitian. valid. Untuk hasil yang tidak valid dapat
Pemeriksaan spesimen dalam jumlah banyak dilakukan pengulangan. Penelitian yang telah
seperti dalam kegiatan survey harus dilakukan sebelumnya menyebutkan bahwa
memperhatikan perubahan kualitas specimen Cobas 4800 CT NG Test dapat digunakan untuk
yang dapat terjadi selama proses transportasi identifikasi infeksi CT dan NG (Rebecca, 2003).
dari saat pengambilan sampai laboratorium Kinerja alat ini memiliki sistem yang semuanya
pemeriksa. Metode kultur yang dilanjutkan otomatis dan memberikan efisiensi laboratorium
dengan identifikasi bakteri dan metode non yang tinggi (Barbara, 2012). Kami memiliki
kultur mempunyai tingkat sensitivitas dan korelasi yang sangat baik antara sampel swab
spesifisitas yang berbeda-beda (WHO, 2013). dan urine yang dianalisis dengan c4800. Hasil
Teknik laboratorium dengan pewarnaan yang sama baiknya diperoleh untuk
Gram tidak dapat digunakan untuk pemeriksaan terhadap spesimen urin dan swab
mendiagnosis IMS non spesifik yang yang dilakukan pemeriksaan dengan Cobas
disebabkan oleh infeksi CT dan NG. Penelitian 4800 CT NG Test. Penggunaan metode PCR
yang pernah dilakukan sebelumnya dengan Cobas 4800 CT NG Test banyak
menyebutkan perbandingan hasil pewarnaan digunakan dalam skrining infeksi CT dan NG
Gram dengan jumlah PMN >30/LPB dan PCR. (Manuel, 2012).
Hasil pewarnaan Gram menunjukkan Penelitian yang telah dilakukan
sensitivitas sebesar 43,6% dan spesifisitas sebelumnya mencoba membandingkan Cobas
sebesar 84,4% dengan nilai p 0,032, tetapi 4800 CT NG Test dengan Roche Cobas
akurasinya hanya sebesar 67,3%. Dari hasil Amplicor CT/NG dan Cobas TaqMan CT assays.
penelitian tersebut dapat diambil kesimpulan Pada pemeriksaan specimen swab didapatkan
bahwa metode pewarnaan Gram tidak dapat sensitivitas 92% dan spesifisitas 100% untuk
digunakan untuk identifikasi bakteri CT dan NG deteksi Chlamydia trachomatis. Untuk deteksi
(Dicker, 2007). Neisseria gonorrhoe didapatkan sensitivitas
Pengujian PCR multipleks memiliki 100% dan spesifisitas 99,4%. Penggunaan
potensi untuk meningkatkan kesehatan Cobas 4800 CT NG Test dianggap sebagai
masyarakat dengan menyediakan hasil yang metode pemeriksaan laboratorium secara
cepat, sensitif dengan menghasilkan amplifikasi molekuler yang cocok untuk deteksi infeksi
produk yang akurat, membutuhkan jumlah Chlamydia trachomatis dan Neisseria gonorrhoe
sampel yang sedikit dan dapat diandalkan di di antara populasi paling berisiko di beberapa
dalam klinik atau laboratorium terdekat. Metode kota di Indonesia (Rockett, 2010).
ini juga dapat digunakan untuk melengkapi
kekurangan diagnosis dengan kultur dan V. SIMPULAN
identifikasi bakteri. Karena keunggulan ini, Deteksi CT dan NG pada populasi pria
metode ini sangat bermanfaat untuk mendeteksi dan wanita dewasa yang berisiko tinggi tertular
adanya organisme dalam konsentrasi rendah penyakit IMS seperti WPS, waria dan LSL di
dan pada pasien tidak menunjukkan gejala. beberapa propinsi di Indonesia menggunakan
Pemeriksaan dengan metode PCR metode real time PCR dengan alat Cobas 4800
menggunakan sampel yang noninvasif seperti CT NG Test menjadi alternatif yang sangat
apusan vagina memberikan hasil yang cukup efisien dibandingkan dengan metode
baik. Pengambilan spesimen yang noninvasif konvensional kultur dan pemeriksaan biokimia

ISSN 2355-1313 (Print) 2623-0038 (Online) - ijmsbm.org 10


IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 7 No. 1 – Januari 2020

maupun mikroskopis. Proses pemeriksaan Kabupaten/Kota yang menjadi lokasi


memerlukan waktu yang lebih singkat dan pengumpulan sampel yang telah
metodenya juga lebih sederhana dengan mengkoordinasikan pelaksanaan pegumpulan
interpretasi hasil yang dapat dilihat secara sampel di wilayahnya. Terimakasih juga kami
langsung. sampaikan kepada koordinator di lapangan dan
petugas pengumpul data atas kerjasamanya
VI. UCAPAN TERIMAKASIH dalam pengumpulan sampel. Terima kasih juga
Terimakasih kami sampaikan kepada kami sampaikan kepada Global Fund yang telah
Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan menanggung biaya kegiatan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA detecting Chlamydiatrachomatis and Neiss


Agustini NM, Arsani NK. 2013. Infeksi Menular eria gonorrhoeae DNA in urogenital swabs
Seksual dan Kehamilan. Seminar Nasional and urine specimens. Diagnostic
FMIPA UNDIKSHA III : 304-310. Microbiology and Infectious Disease. 74(4);
Arjani IA. 2015. Identifikasi Agen Penyebab 338-342.
Infeksi Menular Seksual. Jurnal Skala Nurcholis AB, Tinuk I, Syamsulhuda BM. 2008.
Husada. 12(1) : 15 – 21. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Barbara V, Oliver L, James W, Stephanie NT, Praktik Wanita Pekerja Seks (WPS)
Rebecca AL, Barbara AB, et al. 2012. Jalanan Dalam Upaya Pencegahan IMS
Performance Of The Cobas Ct/Ng Test Dan HIV/AIDS Di Sekitar Alun-Alun Dan
Compared To The Aptima Ac2 And Viper Candi Prambanan Kabupaten Klaten.
Ctq/Gcq Assays For Detection Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia. 3(2):
Of Chlamydia Trachomatis And Neisseria 120-7.
Gonorrhoeae. Journal of Clinical Pirade A. 2012. Bahaya Laten Infeksi Gonore
Microbiology: 1-27. dan Klamidia di Asia Selatan dan Asia
Chernesky M. 2005. The laboratory diagnosis of Tenggara, di Indonesia dan Kota Manado.
Chlamydia trachomatis infections. Can J Intisari Sains Medis. 1(1):19–23.
infect Dis Med Microbiol. 16: 39-44. Priyanti S. 2011. Pengaruh Pengetahun
Daili SF. 2010. Tinjauan Infeksi Menular Seksual Terhadap Sikap Remaja terhadap Penyakit
(IMS). Dalam : Djuanda A. Hamzah M. yang Menular akibat Hubungan Seksual.
Aisah S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Hospital Majapahit. 3(2): 54-78.
Edisi Keenam. Badan Penerbit FKUI, Purnamawati D. 2013. Perilaku Pencegahan
Jakarta : 363 – 5 Penyakit Menular Seksual di Kalangan
Dicker LW, Mosure DJ, Steece R, Stone KM. Wanita Pekerja Seksual Langsung. Jurnal
2007. Testing for sexually transmitted Kesehatan Masyarakat Nasional. 7(11):
diseases in U.S. public health laboratories 514-21.
in 2004. Sex Transm Dis. 34: 41–6. Puspita K, Ardiyanti D. 2018. Penerapan Metode
Fitri AJ, Dwi M. 2008. Penderita Gonore di Divisi Certainty Factor dalam Mengidentifikasi
Penyakit Menular Seksual Unit Rawat Jalan Penyakit dari Bakteri Neisseria
Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSU Dr. Gonorrheae. Jurnal Voi. 7(1): 43-52.
Soetomo Surabaya Tahun 2002–2006. Putri KS, HM Muslim, Safarianti U. 2012.
2008. Berkala Ilmu Kesehatan Kulit & Kejadian Infeksi Gonore pada Pekerja Seks
Kelamin. 20(3): 217-28. Komersial di Eks Lokalisasi Pembatuan
Greer L, Wendel G. 2008. Rapid Diagnostic Kecamatan Landasan Ulin Banjarbaru.
Methods in Sexually Transmitted Infections. Jurnal Buski. 4(1): 29-35.
Infect Dis Clin N Am. 22: 601-17. Radji M, Anglia P, Atiek S. 2010. Deteksi Cepat
Kusnan A. 2013. Analisis Hubungan Determinan Bakteri Escherichia Coli dalam Sampel Air
Kejadian Penyakit Infeksi Menular Seksual dengan Metode Polymerase Chain
(IMS) pada Wanita Penjaja Seksual (WPS). Reaction Menggunakan Primer 16e1 dan
Jurnal Kesehatan. 4(2): 344-350. 16e2. Makara. 14(1): 39-43.
Kuypers J, Gaydos CA, Peeling RW. 2008. Rahmawan A. 2009. Penyakit Menular Seksual
Principles of Laboratory Diagnosis of STIs. dalam Kehamilan. Banjarmasin:
In: Holmes KK, Sparling PF, Stamm WE, Bagian/SMF Ilmu Kebidanan dan Penyakit
Piot P, Wasserheit JN, Corey L, et al, Kandungan FK Unlam-RSUD ULIN.
editors. Sexually Transmitted Diseases. 4 Rebecca R, Namraj G, Athena L, Mark T,
ed. New York: McGraw Hill : 575-95. Geoffrey H, Stephen BL, et al. 2010.
Manuel PS, Jose CP, Samuel B, María TG, Evaluation of the cobas 4800 CT/NG test
Nieves S, Luis P, et al. 2012. Evaluation of for
the cobas 4800 CT/NG Test for

ISSN 2355-1313 (Print) 2623-0038 (Online) - ijmsbm.org 11


IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 7 No. 1 – Januari 2020

detecting Chlamydiatrachomatis and Neiss DH, penyunting. Sexually transmitted


eria gonorrhoeae. BMJ Journal. diseases. Edisi ke-4. USA: McGraw-Hill. h.
Rockett R, et al. 2010. Evaluation of the cobas 575-90.
4800 CT/NG test for detecting Chlamydia Wahyudi DT, Pusponegoro EH, Daili SF. 2009.
trachomatis and Neisseria gonorrhoeae. Sensitivitas dan spesifisitas pendekatan
Sex Transm Infect. 86(6): 470-3. sindrom dan jumlah sel polimorfonuklear
Santoso P. 2005. Sensitivitas Neisseria (PMN) pada infeksi 83 Chlamydia
Gonorrhoeae Terhadap Beberapa trachomatis genital wanita dibandingkan
Antibiotika Pada Pekerja Seksual dengan hasil pemeriksaan polymerase
Komersial Dengan Servisitis Gonore Di chain reaction. MDVI. 36: 9-15.
Kabupaten Semarang. Semarang: Fakultas World Health Organization. 2013. Laboratory
Kedokteran Universitas Dipponegoro. Diagnosis of Sexually Transmitted
Stamm WE. 2008. Chlamydia trachomatis Infections, Including Human
infection of the adult. Dalam: Holmes KK, Immunodeficiency Virus. Edited by Unemo
Sparling PF, Stamm WE, Piot P, M World Health Organization, Geneva,
Wasserheit JN, Corey L, Cohen MS, Watts Switzerland.

ISSN 2355-1313 (Print) 2623-0038 (Online) - ijmsbm.org 12

You might also like