Professional Documents
Culture Documents
ARTIKELPENELITIAN
ABSTRACT
Predicted that I from 3 people in the world have been got IMS. From that amount, 3 millions more are happen in
South East Asia, including Indonesia. Riau is got IP h ranking in HIV-AIDS case. Data on year 2008founded 200 case
ofHIV-AIDS in Pekanbaru. In localization, only a few prostitute with IMS comolamt that want to check their health to
medical officer The purpose of this research is to find out which kind o/ Faciors that Related with Prevention Acts Q/
Sexual Transmitted Infection on a Prostitutes (PSK) in Teleyu Localization Pekanbanz Ci(v 2009. The methods of this
reseach is used analytic with crossectional study design. The Research population is All ofprostitute in Related with
Prevention Acis of Sexual Transmitted Infection on a Prostitutes (PSK) tn Teiejv Localization, Pekanbarv City that
amount to 500 people and 60 people are sample that take with Simple Random Sampling The results of this research
/bunaed that 60% Prostitute (PSK ) noi doingprevention act/0ti as well, 43.3% PS,€ are low education about IMS 46, 7%
PSK still have negative attitude to JMS, 46.7 coy are new worker as prostitute in Teleju Localization. From bivariaå
analysis founded there is a significant relation between prevention action with knowledge level (p=0, 003), attitude and
work duration as a prostitute and not founded a relation between prevention action with education level ofprostitute
(p=0,436), Suggested to medical officer dan Self Reliance Foundation (LSM) that are related to give a knowledge about
IMS to prostitute and ask to the procures and prostitute to oblige a condom utilizing to ail customers in every house to
press a JMS distribution in Teleju localization. To other researcher than can take a knowledgefront this research and
could be completed a lack ofthis research.
Reference : 31 (2001-2009)
Keywords Sexually Transmitted infection (JMS), Prostitute
Pendahukuan IMS dapat bersifat asymptomatic (tidak memiliki
Infeksi Menular Seksual (TMS) disebutjuga gejala) baik pada pria atau wanita. Beberapa IMS baru
venereal (darl kata venus', yaitu Dewi Cinta dari menunjukkan tanda-tanda dan gejala berminggu-nunggu,
Romawi kuno), didefinisikan sebagai salah satu akibat berbulan-buian, bahkan bertahun-tahun seteiah
yang ditimbulkan karena aktivitas seksual yang tidak terinfeksi.. Walaupun seseorang tidak menunjukkan
sehat sehingga menyebabkan munculnya penvakit gejaia-gejale terinfeksi JMS, dan tidak mengetahui
menuiü. bahwa mereKa terkena IMS, merekatetap bisa menuiari
Kelaman yang timbul akibat penyakit kelamin ini orang iaiu.:
tidak terbatas hanya pada daerah gemtal saja, tetapi Beberapa IMS yang menimbulkan gangguan
dapat juga pada daerah-daerah ekstra genital-Z tersebut amara Iain kiamidia, gonore; sifiiis, herpes
Gejalanya dapat jugß menyerang mata, mulut, saluran genitalis, trikhomonas, dan bakterial vaginalis (BV).
pencernaan, hati, otak, dan organ tubuh lainnya.30 Akibat buruL pada Organ genitaiia yang paling sertng
Perilaku yang ciapat mempermudah penularan adalah Penyakit Radang Panggul (PRPb sedang daiartv
1M? adalah dengan berhubungan seks yang tidak aman kehamiian menimbulkan beroagai dampak buruk
denga,a penderita IMS (tanpa menggunakan terhadap janim6
pelindung/kondon_), ganti-ganti pasängan seks, Diperkrrakan i dari 3 orang di seiuruh dunra pernah
pelacuran, melakuk&i' hubungan seks secara anal, mengidap JMS, Separuhnya tertadi di Asia. Sekitar I jute
karena hubungan Inv mudah menimbulkan Iuka yang orang meningga\ setiao tahun karenanya. Ltu diiuar
mempermudah masuknya k um,qn atau virus penyeoab meninggal karena ÅiDS- Pada tahun 2002, World Health
IMS. Organizatrons (WHO) melanorkan bahwa terdapat lebij}
dari Il Juta kasus baru IMS khusus untuk jenis sitili;,
Vamidia dan gonore saya. Dari !umiaå ituy 3 juta lebih
Puskesmas Telcou Pekanbartg terjadi di Asia Tenggara, termasuk Indonesia
Program Studn time kesehaian tviasyayakar —
7
Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 200e Maret 2010, Vol. 4, No.
Tingkat
Pengetahu
a
Rendah 29 48,3
Tinggi 31 41,4
Sikaş
Negarf 26
Positif 34 56,7
Tingkal
Pendidikan
Rendah 53 88,3
Tinggi 7
Lama
Bekerj3
Banı 30 50,0
dengan memberikan Angket kepada responden dengan caraTindakan pencegahan IMS adalah dengan mendatangi
responden atau secara Door to door sçşll@imenggunakan
kondom, melaiuı peneiiiian yang dilakukarh
dengan nomer urut yang didapat dari teknik pengambilmi oieh Dr Syaiful hazan Depkes-Ri di
Paiembang tahun 2003 , secara acak. Ânaiisa Data Analisa ürııvariai dan konsistensi pemakaıan kondom
sangaî memprihatinkan sampej
Analisa Bivarıa . baiıwa hanya 4% WPS lokalisası, 0% WPS jalanan. dan 2% WPS tempat hiburan yang seiaiÜ memakai
kondom
Perilaku hanya sekaii-sekali memakai kondom pada 48%
WPS lokaiisasi, 27% WPSjajanan, dan 90% WPS tempat
hiburan- Yang paiıng perlu untüK dinerhatıKarj adalah
49% WPS iokaiisasi, 73% WPS jaianan. dan 7% WPS
tempai hıburan iidakpernaiı memakai kondom sama
sekalİ, periiaku yang paİing berisiko untuk
penularan IMS-HIV,
— 1
Frekuensi
Persentase
Menjawab Ya
kondom?
2 Apakah pernah menolak 5
. berhubungan seks pada pelanggan
yang tidak bersedia menggunakan
kondom?
3 Apakah anda menggunakan kondom
. bila berhubungan dengan pelanggan di
iuar lokaiisasä?
4 Apakah anda rutin memeriksakan kesehatan 16 2
. anda ke kiinik kesehatarP 6
,
7
5 Apakah anda menggunakan narkoba
. (suntik)?
6 Apakah pernah melakukan oral seks saat
Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2009 4, No.
. meiayani pelanggan?
7 Apakah pernah melakukan anal seks 3
. saat melayani peianggan tanpa
menggunakan kondom?
8, Apakah pernah melakukan hubungan seks
dengan pelanggan yang anda tahu
sedang menderita panyakit kelamin
tanpa menggunakan kondom?
Kondom merupakan alat kontrasepsi yang sangat memprihatinkan 16,670 0 Åiantaranya mengaku tidak
efektif untuk mencegah IMS. Dari hasil penelitian yang pernah menggunakan kondorn. Diantara beberaoa
dilakukan oleh Syaifui Jazan dan tim yang merupakan muclkari juga ada yang melarang pekerjanya
SubdirektoratAIDS dan PMS Depkes-RI di Tanjung menggunakan kondorn snat melayani tamu ena takut
Pinang tahun 2003 didapat bahwa dari data yang
dlkumpulkan pada inenoounakan kondom, dan yang pelanggannya tidak suka dan mencari PSK
tujuh lokasi penelitian menunjukkan •bahwa dari 60% setiap buiannya tanpa pungutan biaya apapun. Namun
Wanita Pekerja Seks (WPS) yang menggunakan ternyata hai tersebut belum mendapatkan hasil yang
maksimal,
kondorn tidak menderita IMS apapun.:; Gambaran Tingkat Pengetahuan Dari hasil
Dari jawaoan responden pada pertanyaan pengumpulan data didapat bahwa hampir separuh PSK
mengenai pemakaian kondom, hanya sekltar 3 orang masih memiliki tingkat pengetahuan yang rendah
(5%) yang seiaill (48,3%). Terlihat bahwa masih rendahnya pengetahuan
ain yang bersedia tiaaK menggunakan kondom.
dan minimnya informasi Yang diperoleh PSK mengenai
Seharusnya tenaga kesenatan dan LSM dapat menj
IMS. Terlihat dari jawaban responden pada pertanyaan
ejaskan bahwa menggunakan kondom sangat penting
mengenai IMS pada soal nomor satu mengenai pengertian
agar tidak ferkena INKS,
IMS, hanya 7 orang responden (11,7%) yang menjawab
Hasil peneiitian ini menggambaran kurangnya
benar, Kemudian pada pertanyaan mengenai bagaljnana
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Terhadap Tindakan ciri-ciri
Pencegahan IMS seorang
wanita
yang
Frekuensi Menjawab
terkena
Persentase
IMS, hanya
Variabel
24 orang
I Menurut anda apakah yang dimaksud (40%) yang
9
. dengan Penyakit Menular Seksua! bisa
Menurut anda apa penyebab PMS? 50,0 menjawab
3 Salah satu Jenis PMS yang anda 32 53,3 dengan
benar.
. ketahui?
4 Salah satu PMS yang disebabkan oleh 32 53,3
. virus?
5 Apakah gejaia umum orang terkena 28
, PMS?
6 Bagaimana mengetahui seorang wanita 40,0
. terkena
7 Yang merupakan hubungan seks 8030
. yazug dapat mengnindari dari
tertuiar PMS adaiaiP
8 Cara mencegah agar tidak tertular PMS 33 55,0
.
9 Kapan sebaiknya memeriksakan diri 40 60,
. tenaga kesehatan?
10. Bagaimana cara mengobati bila terkena 29
PMS?
kesadaran para pekerja dalam upaya memproteksi diri Gambaran SiKap Dari hasil pengumpulan dafa
mereka untuk terhindar dari penularan penyakit. Padahal diketahui bahwa sekitar29 orang (43,3%) memiliki sikap
seiama ini pemerintah dan kalangan Lembaga Swadaya negatif Hal ini juga disebabkan o)eh masih kurangnya
Masyarakat (LSM) telah berupaya mengantisipasi pengetahuan dan sikap yang salah dalam meiakukav
meningkatnya angka kasus penderita IMS dengan catc tindakan pencegahan IMS, Terlihat juga dari jawaban
menyeålakan kondom dan pemer1Ksaan kesehatan rutitl responden pada angket Yang berisi pernyataan siKap
9
Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 200e Maret 2010, Vol. 4, No.
yang seiuruhnya menganggap dengan suntik antibiotik yaitu 76,9%. Terdapat hubungac yang bermakna, berarti
daoat mencegah tertular IMS. Kemudian pernyataan Sikap turut mempengaruhi upaya pencegahan (MS,
mengenai oral seks yang tidak menularkan IMS, Pada umumnya reponden mengetahui sikap yang
penggunaan alat suntik yang tidak menularkan penyakit benar memiliki tindakan pencegahan IMS yang baikc
apanurj serta mencuci vagina sebelum dan sesudah Semngga sikap merupakan salah satu faktor yang
berhubungan dapat mencegah IMS. Masing-masing mempengaruhi terbentuknya suatu periiaku yang positifl
hanya I orang ( yang menjawab dengan tegas dan benar. Menurut teori yang 01 kemukakan Oleh Notoaxmodjo
Gambaran Tlngkat Pendidikan Berdasarkan hasii (2002) Sikap merupakan domain terbentuknya perilaku
pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunaka:l Dari anaiisis bivariat dalam penelltiali ini sesuåj
angket diketahui bahwa lebih dari separuh responåe n åengan teori tersebut. Teriihat adanya hubungan antara
(88,3%) menuiiki tingkat pendidikan yang rendah yaicu sikap dengan tindakan pencegahan [MS, semakin posiCf
maksimai hanya menamatkan SMI), Bahkan beberapa sikap PSK maka semakin baik puia tindakan pencegahan
orang diantaranya ada yany lidak pernall sekola/j iWiS yang dilakukannya. Sebaliknya dengan sikap
maupur: berhasil menamatKan sekolah dasar. ini dapat negaff maka semakin tidak baik pula tindakan
mencerminkail bagaimana cara responden mendapatkan pencegahan Yang driakmkannvæ
informasi mengenm IMS. Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Tindaken
Gambaran Lamanya Bekerja Setelah melakukan Pencegahan 'MS Setelah menganalisa data didapati
pengumpulan data dapat diketahui bahwa separuh bahva tidak aåanya hubungan antara tingkat pendidikan
responden baru bekerja sebagai PSK dengan median 8,5 dengan tindakan pencegahan IMS.Artinya tingkat
bulan, Waktu paling baru iaiah I bulan dan yang terjama pendiåikan memberikan pengaruh terhadap tinåakan
mencapai 90 buian atau 8 tahun, Haf ini dapat juga pencegahan IMS Sama seperti yang ciltunjukkan dari
mempengarulli PSK dalam menjaga dirinya agar SSP tahutl 2003 yang diiakukan di Nusa Tenggara Timur
terhindar dari [MS. Oleh Badan Pusat Statistik (BPS), dugaan semuia WPS
Hasil Bivartat Hubungan Tingkat Pengetahuan bengao tidak iangsung (dijuav lokailsasi) yang reiatif lebih
Tindakan Pencegahan [MS Hasil peneilüan berpendidikan, peianggannya Gari kelompok yang
menuniukkaq bahwa terdapat hubungan yang bennakna iebih peduii pada perilaku seks yang amars justrti jaull
antara tingkat pengetahuan dengan tindakan pencegahan lebih rendah persemase penggunaan kondomnya.
IMS. Persentase WPS langsung (beker_ia di lokahsasi) yang
Seperii halnya penelitian pada )okasi yang sama iahu mencegah HO/ Dakai kondom tapi tidak
paåa tahun 2008 Yang dilakukan Oleh Roselly Evianty memaKainya Dada hubungan seks terakhir hanya
Silalahj persens Yang berar!i 77,3 persen menggunakan kondom
pada seks terakhir dan persewl responåen tidak ingat.
-- Maret 2010, VOL I Sementara (tu WPS tidak langsurg hanya 52,8 persen
saja yang menggunakan kondom pada seks terakhir,23
Asumsinya adalah semakin tinggi pendidikan,
yang memasukkan tingkat pengetahuan sebagai salah semakin mengerti seseorang bahwa ia melakukan
satu faktor predisposisy yang mempengaruhi terhadap pekerjaan yang berisiko, Hasil SSP di Kota Kupang
pemakaian kondom yang merupakan tindakan menunjukkan
pencegahan IMS yang dilakukan Oieh WES yang I
bekerja di tempat tersebut.)"
Rogers dalam Notoatmodjo (1993) menyatakan
bahwa pengetahuan merupakan dommn yang sangat
penting dari perilaku. Terjadi beberapa proses berurutan
sehlngga dapat terciptanya suatu perilaku baru sesuai
dengan pengetahuan± kesadaran, dan sikapnya terhadap
stimulus.22
Dari teori tersebut jika dihubungkan dengan hasil
penelitian Yang dilakukan terlihat bahwa pengetahuan
memiliki hubungan yang bermakna bagi tindakan
pencegahan IMS. Dari analisis bivariat terlihat
bahwajika semakin tinggi tingkat pengetahuannya maka
semakin baik puia tindakan pencegahan yang
dilakukannya. Namun dari analisis univanat masih
banyak ditemukannya PSK dengan tingkat pengetahuan
yang masih rendah mengenai IMS.
Hubungan Sikap Dengan Tindakan Penccgahan
IMS Setelah melakukan pengumpuian data,
menunjukkan adanya hubungan sikap aengan tindakan
pencegahan IMSa Responden Yang memiliki sikap
negatifmemiliki tindakan pencegahan tidak baik pula
Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2009 4, No.
bahwa
asumsi
Variabel Terbesar
tersebut 3 n =
tidak 60
seluruhnya 1. Hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan tidak 5
benar. menyebabkan IMS
menularkan penyakit apaptlïì
2. Hubungan
Tabel 4. Distribusi Frekuensiseksual tanpaSikap
Berdasarkan menggunakan kondomPencegahan
Terhadap Tindakan tidak akanIMS 6 10,0
3. Hubungan seksual lewat anus akan menyebabkan perlukaan 4 6,7
dan memudahkan tertular IMS
4. Berhubungan seksual dengan cara Oral SeksFrekuensi tidak Skor 1
menularkan IMS karena hanya lewat mulut Persentase
5. Hubungan seksual dengan penderita HIV-AIDS tanpa 5
kondom tidak akan menularkan HIV pada pasangannya
6. Menggunakan alat suntik secara bergantian tidak akan 1
menularkan penyakit apapun
7. Berhubungan seksual saat menstruasi tidak boleh dilakukan 9 15,0
karena lebih memudahkan masuknya kuman
8. Mencuci vagina dengan sabun sebelum dan sesudah 1 1,7
berhubungan dapat mencegah IMS
9. Pemeriksaan ke tenaga kesehatan tidak terlalu pentingjika 10 6,0
kita
merasa sehai
10. Minum antibiotik sebelum berhubungan dapat mencegah
terjangkit IMS
11
Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 200e Maret 2010, Vol. 4, No.
— Maret 2010, Vol. I dengan
tindakan
pencegahan
Tabel 5. Analisis Bivariat Variabel Independen dengan Tindakan Pencegahan IMS. WPS
Infeksi Menular Seksual Pada Wanita Pekerja Seks Komersial di yang baru
Wilayall Kerja Puskesmas Rejosari Pekanbaru Tahun 2009 bekerja
memiliki
tindakan
Tindakan pencegahan IMS Totai
pencegahan
Variabel Tidak Baik yang tidak
Ba:K P vaiue baik yaitu
mencapai
Tingkat Pengetahuan
Rendah 29 48,
3
Tinggi 31 41,
4
Sikap
Negatif 26 43, 0,004
3
Positif 34 56,
7
Tingkat
Pendidikan
Rendah 53 88, 05702
7 3
11
Lama Bekerja ,7
Baryt 50, 0,023
0
Lama 30 50,
0
Sama seperti hasjl yang ditunjukkan dari SSP tahun Seperti halnya penelitian yang dilakukan oieh
2003 yang dilakukan di Nusa Tenggara Timur oleh Syaiful Jazan, dkk dari Subdirektorat AIDS dan PMS
Badan Pusat Statistik (BPS), dugaan semula WPS tidak Depkes-RY tahun 2003 di Tanjung Pinang yang
langsung (diluar lokalisasi) yang relatif Iebih menyimpulkan sebuah teori bahwa semakin lama
berpendidikah, dan pelanggannya dari kelompok yang seseorang bekerja sebagai WPS maka semakin besar juga
lebih peduli pada perilaku seks yang aman, justru jauh kernungkinan ia berhubungan dengan orang yang
lebih rendah persentase penggunaan kondomnya. mengidap IMS serta besar pula kemungkinan ia telah
Persentase WPS langsung (bekerja di lokaiisasi) yang menularkan penyakit tersebut.25
tahu mencegah HIV pakai kondom tapi tidak
memakainya pada hubungan seks terakhir hanya 21 Kesimpulan dan Saran
persen, yang berarti 77,3 persen menggunakan kondom Lebih dari separuh PSK tidak melakukan tindakan
pada seks terakhir dan 1 persen responden tidak ingat. pencegahan IMS dengan baik. Hampir separuh dari PSK
Sementara itu WPS tidak langsung hanya 52,8 persen inasih memiiiki tingkat pengetahuan mengenai tindakan
saja yang menggunakan Rondom padi seks terakilir.z pencegahan IMS yang masih rendah. Hampir separuh
Dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan dari PSK masih memiliki sikap negatif terhadap tindakan
sepenuhnya memiliki pengaruh terhadap tindakan pencegahan IMS. Sebagian besar PSK memiliki tingkat
seseorang. Terlihat bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan yang masih rendah. Separuh responden masih
pendidikan seseorang maka semakin baik puia baru bekerja sebagai PSK. Adanya hubungan yang
tindakannya. Dalam hal ini terlihat bahwa tingkat bermakna antara tingkat pengetahuan dengan tindakan
pendidikan tidak memiliki kontribusi positifterhadap pencegahan IMS,
tmdakan pencegahan IMS yang dilakukan para PSK di frika dihubungkan dengac penelitian ini terlinat
Lokalisasi Teleju. Namun tingkat pendidikan dapat bahwa PSK yang telan lama beker)a sebagai PSK yaitu
berpengaruh untuk mendapatkan pekeqaan yang iebih diatas 8,5 bulan memiliki tndakan pencegahan yang baik
baik selain menjadi PSK, dari pada yang masih baru. Hal ini disebabkan karena
Hubungan Lama Bekerja Dengan mereka lebih bisa mengenaii risiko yang akan mereka
Fencegahan IMS Melalui pengumpulan data yang dapat dari melayani tamu yang berbeda-beda yang tentu
dilakukan di Lokalisasi Teleju tahun 2009 diketahui saja dapat menimbulkan suatu penyakit. Seiain Itu
adanya hubungan yang bermakna antara lama bekerja mereka dapat memperoleh informasi-informasi mengenai
Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2009 4, No.
IMS dari rekan seprofesi maupurj dari tenaga kesehatan 5, Depkes RI. Info Dasar Penyakit Menular Seksual, HIV dar
dan LSIM yang sering berkunjung dan membuka AIDS, 2002. Dati' yww.depkesrgorid, | 24 Januari 20091.
pemeriksaan dan pengobatan gratis rutin setiap bulannya. 6. Muhardirt Moegnis Endy. Penyakit Mentrta_r
Adanya hubungan yang bermakna aniara sikap Seksual: Dampaknya ternadap Kesehaian Alat
dengan tindakan pencegahan IMS, Tidak adanya Reproduksi Wanita G art Kehamiian, 2001. Dari:
hubungar, yang bermakna antara tingkat pendidikan www.pdpersi.co.id.!3i Januari 20091.
dengan tindakan pencegahan IMS, Adanya hubungan 7. Mendatu, Aciamanto. Ragarn Penyakii Seksual, 2005a
yang bermakna antara lamanya bekerja dengan tindakan Dari: wvvw.psikologl-oniine.cont. [ 27 Januari 20091.
pencegahan IMS Jazan, Syaifu! dkk. Prevalensi Infeksi Sanjrarj
Memberikan pengetahuan kepada PSK mengerrai Reproduksi Pada Wanita Penjaja Seks (WPS) di
IMS dan cara pencegahannya dengan cara penyult!hara Jayapurz, Banyuwangij Semarang, Medarg, Palembang,
kepada para PSK mengenai IMS. Meningkatkan Ianjung Pinang dan Bitung. Indonesia 2003, Sub
penggunaan kondom dengan memngkatkail persediaan Direktorat AIDS dan PMS-Depkes RI; 2003
kondom gratis untuk setiap rumah, Menggerakkan para Wulandari, Sri Pinggit Kajtan Penyakit Menuiar
PSK dan mucikari untuk beruoaya menurunkan argk Seksual Pada Pekerj? Seks Komersia! Dengan Metode
prevalensi IMS di lokalisasi Teleju dengan Regresi Poisson, 2008. bari: www.deii\-php.htm 11
meningkatkan .Febuari 20091
pemakaian kondom dan pemeriksaan kesehatan secara KPA, Laporan KPA Nasionat Pertode Januari —
rutirs. Maret 2007. KPA; 2007
BKKE7 HIV.AIOS di Riau, 2009. Dari: wwwhttp:/j proy.
bkkbn.eo.id. (22 Febuari 20091x
Daftar Pustaka 12, Siiaiahiy Roseilv E. Pengaruig Faktor Predisposisi,
Fayza, Ana. Penvakit Menuiar Dati: Pendukung ban Penguat 'Iérhadap Tindakan
yo 0
www.bloc er.com [24 Januarl 200 1. Pekerja Seks Komersil (PSK) Daiatn Menggunakan
2. Yayasan Utama Riau. Buku ?egangan Peer Teniang Kondom
Kesehatan Reproduksi Remaja, IMS oan Untuk Pencegahan HIV/AIDS Di Lokalisasi Teiej±
dan Fenyaiahgunaan Narkoba di katangan Kejrjîjx Kota Veican www.iibrarv
Pekanoaru: Yayasan Utama-Riau dan PT.Chevroo usu.ac.id,
PacifiC ìnaonesia; 2002 13. Klinil: JMS GF-ATM E.okdsi Prostitas;
3. Fahmi Daili, Sjaiful. Ilmu Penyakit Kulit dan Keiarnilì m hasil eetnerikszan
Edisi ke lima. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas 2008. Vayasan 1-ltama
Indonesia; 2007 Djuancia, Adiii. kimtf Penyakit
4. Fauzi, Abrnad dkk. Penyakit Menular Seksual, 20CSe
Darti www.kesrepropms.com. ( 24 Januari 2009),
FKUI; 2007
Bar
13
Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2009 Maret 2010, Vol. 4,
RI; 2003
No,