You are on page 1of 11

Lampiran 2.

Penampang Geologi Daerah Penelitian (Tanpa Skala)


LAMPIRAN

Lampiran 1. Peta Geologi Daerah Penelitian (Tanpa Skala)


Hudleston, P. J. 1986. Extracting Information Significance of the Foldand Fault- Related
Fromfolds in Rocks. Journal of Geological Fracture Systems in the Zagros Mountains,
Education 34: 237–245.Marks, P. 1957. Southern Iran. Georgia State University:
Stratigraphic Lexicon of Indonesia: Pusat Georgia.
Djawatan Geologi Bandung, Publikasi Pulunggono, A., dan Martodjojo, S. 1994. Perubahan
keilmuan no. 31 seri Geologi. tektonik Paleogen-Neogen merupakan
Marshak, S. dan Mitra, G. 1988. Basic Methods of peristiwa tektonik terpenting di Jawa,
Structural Geology. Prentice Hall: New Jersey. Proceedings Geologi dan Geotektonik Pulau
McClay, K. R. 1987. The Mapping of Geological Jawa sejak akhir Mesozoik hingga Kuarter.
Structures. John Willey and Sons. Chichester – Seminar Jurusan T. Geologi Fak. Teknik
New York – Brisbane – Toronto – Singapore UGM. 253-274.
Pannekoek, A.J. 1949. Out Line Of The Rickard, M.J. 1972. Fault classification – discussion:
Geomorphology, Of Java, Geologi Survey. Geological Society of America Bulletin, v. 83,
T.A.G. The Netherlands. p. 2545–2546.
Moody, J. D., and Hill, M. J. 1956. Wrench-Fault Sukardi dan Budhitrisna T. 1992. Peta Geologi Lembar
Tectonics: Geol. Soc. Am., Bull., v. 67, p. Salatiga, Jawa. Skala 1 : 100.000. Pusat
1207-1246. Penelitian dan Pengembangan Geologi:
Pannekoek, A.J. 1949. Out Line of the Geomorphology Bandung.
of Java. Geologi Survey. T.A.G: The Suppe, J. 1985. Principles of structural Geology.
Netherlands. Prentice–Hall: New Jersey.
Park, R.G. 1988. Geological Structures and Moving Thanden, R.E, dkk. 1996. Peta Geologi Lembar
Plates. Blackie. USA: Chapman and Hall, New Magelang dan Semarang, Jawa. Skala 1 :
York, 337 p. 100.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Postuma, J.A. 1971. Manual of Planctonic Geologi: Bandung.
Foraminifera. Amsterdam. London. New Twiss, R.J., & E.M. Moores. 1992. Structural Geology.
York: Elvesier Publishing Company W.H. Freeman and Company: New York.
Amsterdam: London. Van Bemmelen, R.W. 1949. The Geology of Indonesia.
Price, N.J., Cosgrove, J.W. 1990. Analysis of v.IA. The Hague. Gov. Printing Office.
Geological Structures. Cambridge University Martinus Nijhoff. 732p. Amsterdam.
Press. Cambridge. 502 pp. dalam Mobasher,
Katayoun. 2007. Kinematic and Tectonic .
1964) dengan bidang sumbu N 261o 5. Waktu pembentukan struktur geologi di
E/84o dan sumbu lipatan N 266o daerah Kawengen adalah:
E/33o, - Struktur geologi yang dihasilkan dari
 Lipatan K. Kepok (steeply inclined arah tegasan utama baratlaut – tenggara
horizontal fold (Fluety, 1964) atau terbentuk pada Miosen Tengah,
horizontal fold (Rickard, 1971) - Struktur geologi yang dihasilkan dari
dengan bidang sumbu N 341o E/76o arah tegasan utama utara – selatan
dan sumbu lipatan N 160o E/6o, terbentuk pada Miosen Akhir – Pliosen
 Lipatan B K. Lana (upright gently Awal,
plunging fold (Fluety, 1964) dengan - Struktur geologi yang dihasilkan dari
bidang sumbu N 108o E/86o dan arah tegasan utama baratdaya –
sumbu lipatan N 287o E/16o. timurlaut terbentuk pada Pliosen Akhir
c. Sesar yang diidentifikasi: yaitu: sampai Plistosen Awal.
 Sesar Berbalik Menganan K. Lana
dengan kedudukan bidang sesar N B. Saran
126o E/86o, net slip N 304o E/19o, Berdasarkan dari hasil penelitian ini, maka
rake 18o, disarankan untuk penelitian selanjutnya:
 Sesar Mendatar Menganan Berbalik 1. Sebaiknya perlu dilakukan analisis citra
K. Banyumeneng dengan kedudukan SRTM untuk mengetahui pola kelurusan,
bidang sesar N 19o E/82o, net slip N dan perkiraan bentuk struktur geologi
189o E/46o, rake 50o, maupun arah pergerakan sesar sehingga
 Sesar Naik Menganan K. Mara lebih membantu memberikan hasil analisis
dengan kedudukan bidang sesar N yang lebih baik.
119o E/39o, net slip N 296o E/2o, 2. Sebaiknya dilakukan studi polideformasi
rake 3o, untuk mengetahui gambaran tektonik yang
 Sesar Berbalik Menganan K. Gandu lebih rinci yang terjadi pada daerah
dengan kedudukan bidang sesar N penelitian.
134o E/73o dan net slip N 136o
E/10o, DAFTAR PUSTAKA
 Sesar Berbalik Menganan G.
Girikusuma – G. Pertapan dengan Anderson, E. M. 1951. The Dynamics of Faulting.
kedudukan bidang sesar N 303o Oliver and Boyd: Edinburgh.
E/78o dan net slip N 114o E/35o, Blow, W.H. 1969. Late Middle Eocene to Recent
Planktonic Foraminiferal Biostratigraphy. In
 Sesar Berbalik Menganan G.
Bronnimann, P. and H.H. Renz (eds.) Proc. of
Magersirapan dengan kedudukan
the 1st Internat. Conf. on Plank. Microfoss.
bidang sesar N 338o E/79o dan net
Leiden: E.J. Brill, vol. 1, p. 199-422.
slip N 1o E/64o.
Boyer, S., dan Elliott, D. 1982. Thrust Systems. Bulletin
2. Daerah Kawengen mengalami tiga kali
of the American Association of Petroleum
deformasi, yaitu:
Geologists. 66, 1196-1230.
a. Deformasi dengan arah tegasan utama
Daly, M. C., Hooper, B. G. D., dan Smith, D. G. 1991.
baratlaut – tenggara,
Tertiary Plate Tectonics and Basin Evolution
b. Deformasi dengan arah tegasan utama
in Indonesia. Marine and Petroleum Geology,
utara – selatan,
8, 2-21.
c. Deformasi dengan arah tegasan utama
Davis, G., and Reynolds, S. J. 1996. Structural Geology
baratdaya – timurlaut.
of Rocks and Regions. New York: John Willey
3. Pola dari struktur geologi yang terdapat di
and Sons Inc, 776p.
daerah Kawengen adalah membentuk
sistem sesar naik bertipe imbrikasi yang
pembentukannya berkaitan dengan lipatan De Genvreye, P., dan Samuel, L. 1972. Geologi of the
(fault propagation fold) dan terpotong oleh Kendeng Zone (Central and East Java). Proc
sesar geser (transform fault). 1st Ann. Conv. IPA.
4. Mekanisme pembentukan struktur geologi Fleuty, M. J. 1964. The Description of Folds. London:
di daerah Kawengen pada awalnya Proceedings of the Geologists Association 75:
terbentuk karena reaktivasi dari sesar – 461–492.
sesar regangan yang telah terbentuk Fossen, H. 2010. Structural Geology. Cambridge
sebelumnya menjadi struktur yang bersifat University Press: New York.
kompresional yang kemudian akibat dari Hamilton, W. 1979. Tectonics of the Indonesian
subduksi yang terus berlangsung Region. United States Geological Survey
menyebabkan terbentuk struktur – struktur Professional Paper, p. 1078.
yang baru.
diperkirakan sebagai fault propagation fold yang D. Sejarah Tektonik
dicirikan dengan forelimb yang terjal hingga terbalik Zona Kendeng tersusun oleh batuan yang
(Suppe, 1985 dalam McClay, 2000). terbentuk selama fase inversi. Fase inversi ini mulai
sejak Oligosen Akhir sampai Miosen Tengah. Pada
fase ini, struktur geologi graben/half graben yang
terbentuk selama periode tektonik ekstensi Paleogen
teraktivasi. Inversi cekungan terjadi karena
konvergensi Lempeng India yang menghasilkan
rezim tektonik kompresi. Di daerah Kawengen,
struktur inversi yang mulai terbentuk adalah Sesar
Berbalik Menganan K. Lana. Berdasarkan analisis
dinamik sesar-sesar tersebut, terekam arah tegasan
pola Meratus yang berarah baratdaya – timurlaut.
Dalam waktu yang tidak lama, yaitu pada kala
Miosen Akhir sampai Pliosen Awal, fase
kompresional berarah utara – selatan yang
dihasilkan dari penunjaman lempeng Samudera
Gambar 3 Singkapan yang menunjukkan fault Hindia di bawah lempeng Eurasia menghasilkan
propagation fold sesar – sesar naik bertipe imbrikasi yang berkaitan
dengan lipatan (fault propagation fold), seperti
Menurut Twiss dan Moores (1992), sesar naik Lipatan A K. Lana, Lipatan B K. Lana, Sesar
tidak memperlihatkan suatu bentuk yang menerus Berbalik Menganan K. Gandu, dan Sesar Berbalik
melainkan terbagi-bagi menjadi blok-blok oleh sesar Menganan G. Girikusuma – G. Pertapan. Pada kala
sobekan yang mengakomodasikan perbedaan ini, juga terbentuk Sesar Mendatar Menganan
pergerakan atau pemendekan dari tiap bagian. Hal Berbalik K. Banyumeneng yang memotong Sesar
inilah yang menyebabkan terbentuknya Sesar Berbalik Menganan K. Gandu dan Sesar Berbalik
Mendatar Menganan Berbalik K. Banyumeneng Menganan G. Girikusuma – G. Pertapan yang telah
yang memotong Sesar Berbalik Menganan G. terbentuk sebelumnya.
Girikusuma – G. Pertapan. Kemudian, pada kala Pliosen Akhir sampai
Sesar mendatar yang pembentukannya Plistosen Awal, tektonik kompresional dari subduksi
berhubungan dengan sesar naik adalah transfer Jawa menghasilkan struktur lipatan dan sesar yang
faults (Gambar 4.17). Transfer fault adalah sesar berarah baratlaut – tenggara. Pada kala ini, secara
mendatar yang menghubungkan serangkaian lokal struktur tersebut dibentuk oleh arah tegasan
struktur geologi yang terbentuk secara bersamaan. berarah baratdaya – timurlaut.
Sesar mendatar ini dibentuk oleh transpressional
atau contractional deformation. Deformasi ini VIII. KESIMPULAN DAN SARAN
mengakibatkan terbentuknya struktur pengangkatan A. Kesimpulan
kontraksi atau pop – up. Berdasarkan hasil dan pembahasan uraian di
atas, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Struktur geologi yang berkembang di
daerah Kawengen adalah:
a. Kekar yang intensif di seluruh satuan
batuan, kecuali pada satuan breksi
vulkanik. Sedangkan pada breksi aliran,
kekar hanya dijumpai pada bagian
bawah.
b. Lipatan yang dijumpai di lapangan,
yaitu:
Gambar 4 Pergerakan sesar mendatar dapat terjadi di  Lipatan A K. Kalam (upright
sepanjang ramps yang mendatar pada setting kontraksi. moderately plunging fold (Fluety,
Di ujung transfer fault saling menghubungkan sesar 1964) dengan bidang sumbu N 137o
yang diakibatkan oleh tektonik yang bersifat kontraksi E/88o dan sumbu lipatan N 140o
E/48o,
Fase deformasi kompresional terakhir terjadi  Lipatan B K. Kalam (upright
ketika tegasan utama berarah baratdaya – timurlaut. moderately plunging fold (Fluety,
Pada fase ini terbentuk lipatan dan sesar baru yang 1964) dengan bidang sumbu N 127o
berarah baratlaut – tenggara yang juga membentuk E/89o dan sumbu lipatan N 306o
sistem sesar naik tipe imbrikasi. E/34o,
 Lipatan A K. Lana (upright
moderately plunging fold (Fluety,
E/7o. Berdasarkan klasifikasi sesar oleh yang mempengaruhi pembentukan struktur geologi
Rickard (1972), sesar tersebut adalah Sesar di daerah Kawengen, yaitu:
Berbalik Menganan K. Gandu. a. Berarah baratlaut – tenggara, menghasilkan
5. Sesar Berbalik Menganan G. Sesar Berbalik Menganan K. Lana, Sesar
Girikusuma – G. Pertapan Naik Menganan K. Mara, dan Kekar pada
Sesar Berbalik Menganan G. STA 40, 48, dan 173.
Girikusuma – G. Pertapan diidentifikasi b. Berarah utara - selatan; menghasilkan
dari keberadaan breksi sesar, microfold, Lipatan A K. Lana dan Lipatan B K. Lana,
gawir pada bukit G. Girikusuma dan G. Sesar Mendatar Menganan Berbalik K.
Pertapan yang mengidentifikasi adanya Banyumeneng, Sesar Berbalik Menganan K.
struktur geologi, jurus dan kemiringan Gandu, dan Sesar Berbalik Menganan G.
perlapisan yang berbeda, drag fold, dan Girikusuma – G. Pertapan
gash fracture. Berdasarkan analisis c. Berarah baratdaya – timur laut;
kinematika dari data pengukuran struktur menghasilkan Lipatan A K. Kalam, Lipatan
yang dilakukan di beberapa lokasi di B K. Kalam, Lipatan K. Kepok, Sesar
sepanjang gawir G. Girikusuma, diperoleh Berbalik Menganan G. Magersirapan, dan
kedudukan bidang sesar N 303o E/78o, net Kekar pada STA 9, 20, 162, dan 190.
slip N 114o E/35o, gash fracture N 188o Hubungan antara arah tegasan utama dengan
E/58o, dan bidang sumbu lipatan N 294o pembentukan struktur geologi yang berkembang di
E/72o. Sedangkan dari hasil analisis daerah Kawengen dapat dijelaskan dengan model
dinamik, arah tegasan utama yang pure shear. Deformasi pertama yang terjadi adalah
membentuk struktur ini adalah N 204o deformasi dengan arah tegasan baratlaut – tenggara,
E/18o. Berdasarkan klasifikasi sesar oleh deformasi kedua adalah deformasi dengan arah
Rickard (1972), sesar tersebut adalah Sesar tegasan utara – selatan, dan deformasi terakhir
Berbalik Menganan G. Girikusuma – G. adalah deformasi dengan arah tegasan baratdaya –
Pertapan. timurlaut. Urutan pembentukan tiga arah tegasan ini
6. Sesar Berbalik Menganan G. berdasarkan pada pola tegasan yang terjadi di Pulau
Magersirapan Jawa yang berubah arah searah dengan jarum jam
Sesar Berbalik Menganan G. (Daly dkk, 1991).
Magersirapan dijumpai di lokasi STA 139. Pembentukan struktur geologi yang ada di
Pada lokasi ini dijumpai beberapa daerah Kawengen yang merupakan bagian barat dari
pergeseran lapisan, micro fold, dan drag Zona Kendeng tidak lepas dari pengaruh struktur
fold. Kemenerusan dari sesar ini ditandai geologi yang telah ada sebelumnya. Menurut
dengan kedudukan perlapisan yang berbeda beberapa peneliti terdahulu, Zona Kendeng
dan kemiringan lapisan yang tegak. terbentuk pada saat terjadi inversi struktur yang
Berdasarkan analisis kinematika dari data telah ada sebelumnya.
pengukuran struktur yang dilakukan di Pada awalnya, pola inversi ini dapat terlihat
STA 139, diperoleh kedudukan bidang dari pembentukan Sesar Berbalik Menganan K.
sesar N 338o E/79o, net slip N 1o E/64o. Lana yang kemungkinan disebabkan oleh
Sedangkan dari hasil analisis dinamik, arah pengaktifan kembali struktur ekstensional yang
tegasan utama yang membentuk struktur ini sebelumnya telah terbentuk menjadi struktur akibat
adalah N 62o E/3o. Berdasarkan klasifikasi gaya kompresional. Selain itu, tegasan ini juga
sesar oleh Rickard (1972), sesar tersebut membentuk struktur kekar yang terdapat pada satuan
adalah Sesar Berbalik Menganan G. batuan lempung karbonatan B, batugamping, dan
Magersirapan. batupasir karbonatan.
C. Kekar Proses pembentukan struktur inversi ini
Kekar di daerah Kawengen pada berlanjut ketika arah tegasan utama berarah utara –
umumnya intensif pada satuan batulempung selatan yang membentuk Lipatan A K. Lana dan
sisipan batupasir, batulempung - batupasir, Lipatan B K. Lana, Sesar Berbalik Menganan K.
batugamping, batupasir karbonatan, dan Gandu, dan Sesar Berbalik Menganan G.
batupasir tuffan. Secara umum, arah gaya yang Girikusuma – G. Pertapan. Pola yang ditunjukkan
menghasilkan kekar di daerah Kawengen dari struktur tersebut adalah pola dari sistem sesar
adalah baratdaya – timurlaut (SW – NE) dan naik. Sesar Berbalik Menganan K. Gandu dan Sesar
baratlaut – tenggara (NW – SE). Berbalik Menganan G. Girikusuma – G. Pertapan
membentuk sistem sesar naik dengan kemiringan
C. Mekanisme Pembentukan Struktur Geologi bidang sesar yang besar. Tipe dari sesar naik ini
Daerah Penelitian adalah tipe imbrikasi. Sesar naik ini berasosiasi
Berdasarkan hasil analisis stereonet dari dengan Lipatan A K. Lana, lipatan B K. Lana, dan
struktur geologi yang ditemukan di daerah Lipatan di beberapa tempat lainnya. Lipatan yang
Kawengen di atas, terdapat tiga arah tegasan utama sejajar dengan sesar di daerah Kawengen
E/34o, σ1 berarah N 37o E/3o. Berdasarkan (1972), sesar tersebut adalah Sesar Berbalik
klasifikasi Fluety (1964), lipatan ini Menganan K. Lana.
diklasifikasikan sebagai upright moderately
plunging fold. 2. Sesar Mendatar Menganan Berbalik K.
3. Lipatan A K. Lana Banyumeneng
Lipatan A K. Lana dijumpai pada Sesar Mendatar Menganan Berbalik
STA 122 dan terdapat pada satuan K. Banyumeneng dapat diamati dari dua
batulempung - batupasir (Gambar 4.12). punggungan bukit G. Pertapan dan G.
Dari pengolahan data kedudukan lapisan, Girikusuma yang dipotong oleh K.
diperoleh bidang sumbu dengan kedudukan Banyumeneng, yang seolah-olah G.
N 261o E/84o dan sumbu lipatan N 266o Girikusuma bergerak relatif menganan. Di
E/33o, σ1 berarah N 172o E/6o. Berdasarkan lapangan, dijumpai beberapa pergeseran
klasifikasi Fluety (1964), lipatan ini kedudukan lapisan yang diamati sepanjang
diklasifikasikan sebagai upright moderately K. Banyumeneng, selain itu gejala – gejala
plunging fold. sesar lain yang teramati adalah adanya
4. Lipatan K. Kepok kekar gerus, lipatan minor, dan gash
Lipatan K. Kepok dijumpai pada fracture.
STA 152 LP 3 dan terdapat pada satuan Berdasarkan analisis kinematika dari
batulempung - batupasir (Gambar 4.13). data pengukuran struktur yang dilakukan
Dari pengolahan data kedudukan lapisan, di STA 9 LP 1 sampai LP 3, diperoleh
diperoleh bidang sumbu dengan kedudukan kedudukan bidang sesar N 19o E/82o, net
N 341o E/76o dan sumbu lipatan N 160o slip N 189o E/46o, rake 50o. Sedangkan
E/6o, σ1 berarah N 251o E/11o. Berdasarkan dari hasil analisis dinamiknya, arah tegasan
klasifikasi Fluety (1964), lipatan ini utama yang membentuk sesar ini N 196o
diklasifikasikan sebagai steeply inclined E/49o. Berdasarkan klasifikasi sesar oleh
horizontal fold. Rickard (1972), sesar tersebut adalah Sesar
5. Lipatan B K. Lana Mendatar Menganan Berbalik K.
Lipatan B K. Lana dijumpai pada Banyumeneng.
STA 203 dan terdapat pada satuan 3. Sesar Naik Menganan K. Mara
batulempung - batupasir (Gambar 4.14). Sesar Naik Menganan K. Mara
Dari pengolahan data kedudukan lapisan, dijumpai di lokasi STA 69. Pada lokasi ini
diperoleh bidang sumbu dengan kedudukan dijumpai beberapa pergeseran lapisan,
N 108o E/86o dan sumbu lipatan N 287o kekar gerus, dan gash fracture.
E/16o, σ1 berarah N 18o E/4o. Berdasarkan Berdasarkan analisis kinematika dari data
klasifikasi Fluety (1964), lipatan ini pengukuran struktur yang dilakukan di
diklasifikasikan sebagai upright gently STA 69, diperoleh kedudukan bidang sesar
plunging fold. N 119o E/39o, net slip N 296o E/2o, rake 3o.
b. Sesar Sedangkan dari hasil analisis dinamik, sesar
Sesar di daerah Kawengen dapat dijumpai ini terbentuk dari arah tegasan utama N
dengan jelas bidang sesarnya dan pada 308o E/26o. Berdasarkan klasifikasi sesar
beberapa tempat diindikasikan oleh kehadiran oleh Rickard (1972), sesar tersebut adalah
kekar gerus (shear fracture), gash fracture, Sesar Naik Menganan K. Mara.
breksi sesar, lipatan minor, dan lipatan seretan. 4. Sesar Berbalik Menganan K. Gandu
Secara umum, sesar naik berarah baratlaut – Sesar Berbalik Menganan K. Gandu
tenggara (NW – SE) dan barat – timur (W – E) dijumpai di lokasi STA 108. Pada lokasi
dan sesar geser menganan berarah utara – ini dijumpai beberapa pergeseran lapisan,
selatan (N - S). lipatan minor, dan drag fold. Kemenurusan
1. Sesar Berbalik Menganan K. Lana dari sesar ini juga ditandai dengan hadirnya
Sesar Berbalik Menganan K. Lana lapisan tegak yang diperkirakan sebagai
dijumpai di lokasi STA 209. Pada lokasi batas dua satuan batuan yang berbeda.
ini dijumpai beberapa pergeseran lapisan, Lapisan tegak tersebut mengindikasikan
kekar gerus, dan gash fracture. adanya kontak sesar antara satuan
Berdasarkan analisis kinematika dari data batulempung sisipan batupasir dengan
pengukuran struktur yang dilakukan di satuan batulempung - batupasir.
STA 209, diperoleh kedudukan bidang Berdasarkan analisis kinematika dari
sesar N 126o E/86o, net slip N 304o E/19o, data pengukuran struktur yang dilakukan
rake 18o. Sedangkan dari hasil analisis di STA 108, diperoleh kedudukan bidang
dinamiknya, arah tegasan utama yang sesar N 134o E/73o, net slip N 136o E/10o.
membentuk sesar ini N 322o E/14o. Sedangkan dari hasil analisis dinamik, arah
Berdasarkan klasifikasi sesar oleh Rickard tegasan yang membentuk sesar ini N 12o
6. Tahap Penulisan Laporan dan Penyusunan lipatan dan sesar naik yang berkembang
Peta di daerah Kawengen,
Tahap konsultasi dilakukan dengan b. Arah baratlaut – tenggara (NW – SE)
maksud untuk mendiskusikan data yang yang diinterpretasikan sebagai arah jurus
diperoleh di lapangan, hasil pengolahan data, lipatan dan sesar naik yang berkembang
dan analisis stereografis dengan dosen di daerah Kawengen,
pembimbing. Hal ini selanjutnya digunakan c. Arah utara – selatan (N - S) yang
sebagai bahan untuk merekonstruksi kondisi diinterpretasikan sebagai arah jurus sesar
tektonik daerah Kawengen yang kemudian mendatar menganan yang berkembang di
digunakan dalam pembuatan laporan, peta daerah Kawengen.
lintasan, penampang struktur geologi, peta
a b
struktur geologi, dan peta geologi.

VI. Diagram Alir

Gambar 2 Pola kelurusan dari peta topogafi


(a) dan citra DEM (b) daerah Kawengen

Sedangkan dari penarikan kelurusan


perbukitan dan sungai di daerah Kawengen dengan
menggunakan citra DEM, diperoleh satu arah
umum yang dominan, yaitu baratlaut – tenggara
(NW – SE) yang diinterpretasikan sebagai jurus
dari lipatan dan sesar naik yang berkembang di
daerah Kawengen.

Struktur Geologi Daerah Kawengen


Struktur geologi yang berkembang di daerah
Kawengen adalah lipatan, sesar naik, sesar geser
menganan, dan kekar. Adapun penjelasan dari
struktur geologi yang ditemukan di daerah
Kawengen, yaitu sebagai berikut:
a. Lipatan
VII. Hasil dan Pembahasan Berdasarkan penarikan sumbu lipatan dari
A. Stratigrafi jurus dan kemiringan lapisan batuan dan
Stratigrafi di daerah Kawengen tersusun oleh singkapan yang dijumpai di lapangan, lipatan
empat formasi, yaitu Formasi Kerek, Formasi di daerah Kawengen umumnya berarah umum
Kalibeng, Formasi Kaligetas, dan Formasi Breksi baratlaut – tenggara (NW – SE) dan barat –
Gunungapi. Formasi Kerek merupakan formasi timur (N – E).
tertua dan Formasi Breksi Gunungapi merupakan 1. Lipatan A K. Kalam
formasi yang termuda. Berdasarkan pengamatan Lipatan A K. Kalam dijumpai pada
langsung di lapangan, dapat diketahui bahwa litologi STA 28 LP 3 dan terdapat pada satuan
yang menyusun daerah Kawengen mulai dari yang batulempung - batupasir (Gambar 4.10).
tertua sampai termuda adalah satuan batulempung Dari pengolahan data kedudukan lapisan,
sisipan batupasir, satuan batulempung – batupasir, diperoleh bidang sumbu dengan kedudukan
satuan batugamping, satuan batupasir karbonatan, N 137o E/88o dan sumbu lipatan N 140o
satuan batupasir tuffan, satuan breksi aliran, dan E/48o, σ1 berarah N 46o E/4o. Berdasarkan
satuan breksi vulkanik. klasifikasi Fluety (1964), lipatan ini
diklasifikasikan sebagai upright moderately
B. Struktur Geologi plunging fold.
Pola Kelurusan Daerah Kawengen 2. Lipatan B K. Kalam
Berdasarkan penarikan kelurusan perbukitan Lipatan B K. Kalam dijumpai pada
dan sungai di daerah Kawengen dengan STA 30 dan terdapat pada satuan
menggunakan peta topografi, diperoleh tiga arah batulempung – batupasir (Gambar 4.11).
umum pola kelurusan, yaitu: Dari pengolahan data kedudukan lapisan,
a. Arah barat – timur (W – E) yang diperoleh bidang sumbu dengan kedudukan
diinterpretasikan sebagai arah jurus N 127o E/89o dan sumbu lipatan N 306o
Model), analisis stereografi, dan analisis penentuan dilakukan dari data struktur dalam penelitian
umur batuan. Dengan menggunakan metode ini adalah sebagai berikut:
tersebut, nantinya dapat diketahui kinematika dan a. Analisis Lipatan
dinamika dari struktur geologi yang dianalisis. Hasil pengukuran jurus dan
kemiringan lapisan pada tiap sayap
V. Tahapan Penelitian lipatan diolah dengan menggunakan
Dalam penulisan laporan tugas akhir ini perangkat lunak Dips untuk menentukan
dilakukan dengan beberapa tahapan seperti : nama lipatan berdasarkan klasifikasi
1. Tahap Persiapan Fluety (1964) sumbu lipatan, bidang
Tahapan persiapan ini dilakukan sumbu lipatan, dan menentukan arah
sebelum terjun ke lapangan, yaitu studi pustaka tegasan maksimum (σ1) yang membentuk
(penelitian terdahulu), studi literatur, lipatan tersebut.
pembuatan proposal penelitian, dan b. Analisis Sesar
mempersiapkan alat dan bahan yang Setelah data unsur struktur sesar
diperlukan selama di lapangan, analisis, dan berupa bidang sesar, jalur breksi sesar,
pembuatan laporan dan peta. Hal ini lipatan minor, gash fracture, dan kekar
dimaksudkan agar maksud dan tujuan gerus diolah dengan menggunakan
penelitian ini jelas sehingga diharapkan data perangkat lunak Dips, hasil analisis
yang diambil di lapangan, analisis di tersebut digunakan untuk menentukan
laboratorium, dan pembuatan laporan dan peta nama sesar berdasarkan klasifikasi
sesuai dengan maksud dan tujuan dari Rickard (1972) dan menentukan arah
penelitian tersebut. tegasan maksimum (σ1) yang membentuk
2. Tahapan Pendahuluan sesar tersebut.
Tahap pendahuluan ini berupa survei c. Analisis Kekar
dan observasi daerah penelitian, hal ini Data kekar berupa bidang kekar
dimaksudkan untuk mengenal secara langsung berpasangan yang diukur di lapangan
daerah yang akan diteliti sehingga dapat diolah dan dianalisis dengan
diketahui gambaran tentang kondisi medan menggunakan perangkat lunak Dips
yang akan ditempuh dan cara pencapaiannya, untuk menentukan arah tegasan
serta mengenal kondisi geologi daerah maksimum (σ1) yang membentuk kekar
Kawengen secara umum dengan tujuan untuk tersebut.
menentukan perkiraan lintasan yang akan d. Analisis Mekanisme Pembentukan
digunakan. Dalam tahapan ini, juga dilakukan Struktur dan Sejarah Tektonik
pengurusan surat perijinan ke instansi-instansi Setelah analisis lipatan, sesar, dan
yang terkait agar tidak terjadi kendala-kendala kekar dilakukan, maka dapat diperkirakan
administratif ketika pengambilan data di mekanisme pembentukan keseluruhan
lapangan. struktur geologi yang berada di daerah
3. Tahapan pemetaan geologi struktur Kawengen. Interpretasi mekanisme
semidetail pembentukan pembentukan struktur
Tahap pemetaan geologi struktur geologi juga dapat dilakukan dengan
semidetail merupakan kegiatan observasi dan membandingkan kedudukan struktur
pengumpulan data struktur geologi secara geologi yang satu dengan yang lainnya.
menyeluruh antara skala 1 : 25000 – 1 : 5000. Dengan menggabungkan hasil interpretasi
Hal ini dilakukan setelah tahap pendahuluan, tersebut dengan umur relatif satuan
yang meliputi pengamatan, pengukuran, batuan yang ada di daerah Kawengen,
deskripsi, analisis gejala-gejala struktur maka dapat diperkirakan sejarah tektonik
geologi yang tersingkap di lapangan, dan yang terjadi di daerah Kawengen.
pendokumentasian data lapangan. Data 5. Tahapan Konsultasi
struktur geologi yang diambil adalah lipatan, Tahap konsultasi dilakukan dengan
sesar, dan kekar, serta unsur – unsur struktur maksud untuk mendiskusikan data yang
yang termasuk di dalamnya. diperoleh di lapangan, hasil pengolahan data,
4. Tahapan Pengolahan Data dan Analisis dan analisis stereografis dengan dosen
Data Lapangan pembimbing. Hal ini selanjutnya digunakan
Tahap pengolahan data dan analisis data sebagai bahan untuk merekonstruksi kondisi
lapangan dilaksanakan setelah tahap pemetaan tektonik daerah Kawengen yang kemudian
struktur geologi semidetail selesai digunakan dalam pembuatan laporan, peta
dilaksanakan. Setelah pengolahan data lintasan, penampang struktur geologi, peta
dilakukan, kemudian dilanjutkan dengan struktur geologi, dan peta geologi.
analisis stereografis. Beberapa analisis yang
disebut dengan nama Antiklinorium Kendeng kompleks antiklin berarah barat – timur.
atau Kendeng Ridge karena tersusun oleh

= Lokasi penelitian
Gambar 1 Sketsa peta fisiografi sebagian Pulau Jawa dan Madura
(modifikasi dari Van Bemmelen, 1949)

b. Stratigrafi Regional struktur Tersier di Pulau Jawa dapat dibagi


Berdasarkan Peta Geologi lembar menjadi 3 periode, yaitu:
Magelang dan Semarang yang disusun oleh a. Fase Paleogene Extensional
Thanden dkk. (1996) dan Peta Geologi Lembar Fase ini menghasilkan graben/half
Salatiga yang disusun oleh Sukardi dan graben dan sesar – sesar yang mempunyai
Budhitrisna (1992), tatanan stratigrafi daerah arah pemanjangan barat – timur.
Semarang dan sekitarnya dapat dikelompokkan b. Periode Neogen Compressional
menjadi beberapa formasi yang secara umum Wrenching
berupa kelompok batuan sedimen berumur Fase ini ditandai dengan
Tersier dan batuan sebagian kecil batuan pembentukan sesar-sesar geser, yang
gunungapi Kuarter. terutama terjadi akibat gaya kompresif dari
Zona Kendeng tumbukan lempeng Hindia dengan lempeng
Stratigrafi Zona Kendeng pada Eurasia. Sesar geser yang terjadi
umumnya terdiri dari endapan turbidit klastik, membentuk orientasi tertentu, yang
karbonat, dan vulkaniklastik yang merupakan berhubungan dengan kompresi utama.
endapan laut dalam, terutama di bagian bawah. Sebagian besar pergeseran sesar merupakan
Semakin ke atas berkembang menjadi endapan reaktivasi dari sesar-sesar normal yang
laut yang semakin mendangkal dan akhirnya terbentuk pada periode Paleogen.
terbentuk endapan non laut di bagian atas. c. Periode Plio – Pleistocene Compressional
Secara stratigrafi, formasi batuan penyusun Thrust – Folding
Zona Kendeng yang terdapat di daerah Fase ini ditandai dengan
Kawengen dari tua ke muda adalah Formasi pembentukan lipatan yang berlanjut pada
Kerek dan Formasi Kalibeng. pembentukan sesar – sesar
Zona Transisi naik. Antiklinorium dan thrust belt yang
Stratigrafi Zona Transisi di daerah terjadi memiliki orientasi tertentu yang
penelitian, tersusun oleh Formasi Kaligetas berhubungan dengan arah kompresi dan
dan Formasi Gunungapi. kinematika pembentukannya. Pada zaman
Neogen, cekungan Jawa Timur bagian utara
c. Struktur Geologi Reginal mengalami rezim kompresi yang
Di bagian utara Jawa, konfigurasi menyebabkan reaktivasi sesar-sesar normal
strukturnya dicirikan oleh kecenderungan dan menghasilkan sesar-sesar naik.
mengikuti arah barat - timur. Pola struktur
yang berarah barat - timur ini sesuai dengan IV. Metodologi Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini
busur volkanik Tersier yang juga berarah barat
adalah metode observasi lapangan dan metode
- timur (Hamilton, 1978).
analisis. Metode observasi lapangan yaitu dengan
Pada bagian barat cekungan Jawa Timur
mengamati, mengukur, dan menganalisis gejala-
nampak adanya kecenderungan arah morfologi
gejala struktur geologi, berupa lipatan, sesar, dan
dan struktur barat - timur. Dalam kerangka
kekar yang tersingkap di lapangan. Sedangkan
tektonik regional maka proses pembentukan
metode analisis berupa analisis pola kelurusan dari
peta topografi dan citra DEM (Digital Elevation
PEMETAAN GEOLOGI STRUKTUR UNTUK MENENTUKAN GAMBARAN TEKTONIK DAERAH
KAWENGEN DAN SEKITARNYA, KECAMATAN UNGARAN TIMUR, KABUPATEN SEMARANG

Oleh: Christian Widiasmoro Putro

ABSTRACT

Research area is located on the border of two district, there are district of Semarang and Demak which includes
the village of Kawengen, Penawangan, and surrounding areas, subdistrict of East Ungaran and the village of Barang,
subdistrict of Mranggen. The mean of this research is to determine the tectonic overview of Kawengen and the
surrounding area, in with the purpose are to find out geological structure of fold, fault, and joint that formed in research
area, know the pattern of the geological structure, know the mechanism and main trend direction forming the geological
structure, know the time of forming of geological structure, know the relationship between of the geological structure
formed with tectonic history in research area.
The collecting of data was done by mapping of semidetail geological structure and continued with processing
and analyzing of data. The analysis were lineament pattern of topographic map and image of DEM analysis,
stereographic analysis, and determination of relative age of rocks analysis.
Litology units that forming the Kawengen area started from the youngest to the oldest are claystone interbeded
sandstone unit, claystone – sandstone unit, limestone unit, carbonate sandstone unit, tufaceous sandstone unit, lava
breccias unit, and volcanic breccias unit.
The geological structures that formed in research area are folds, faults, and joints which the main direction are
west – east, north - south, and northwest – southeast. From the stereographic analysis, main direction that form the
geological structure are northwest – southeast, north – south, southwest – northeast. The making of geological structures
in Kawengen were occurred in phase of inversion structure that the extension structures turned into a compression
structure which resulted of the subduction of Australian plate and Eurasian plate. The geological pattern of Kawengen
area are indicated as imbricate fault type which is associated with the folds (fault propagation fold). The making of the
fault is also related to the establishment of strike slip fault in research area. Tectonic history in Kendeng zone started
from Last Oligocene – Middle Miocene that caused the existing structure inverted. It was the result of the compression
tectonic regime. This compression phase continued in the Middle Miocene – Last Miocene and last occurred in the Last
Pliocene - Early Pleistocene.

Keywords: Kawengen, mapping of geological structure, analysis, mechanism, tectonic

I. Pendahuluan – sesar naik dan lipatan (Pulunggono dan


Berdasarkan Peta Geologi Lembar Magelang Martodjojo, 1994).
dan Semarang (Thanden dkk, 1996) dan Peta
Geologi Lembar Salatiga (Sukardi dan Budhitrisna, II. Maksud dan Tujuan Penelitian
1992), daerah penelitian terdiri dari Formasi Kerek, Maksud dari penelitian ini adalah untuk
Formasi Kalibeng, Formasi Kaligetas, dan Formasi mengetahui gambaran tektonik daerah penelitian,
Breksi Gunungapi. Struktur geologi yang berada di yaitu di daerah Kawengen dan sekitarnya,
daerah ini berupa sesar naik dan lipatan yang relatif Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang
berarah barat – timur dan sesar geser yang relatif berdasarkan kondisi struktur geologi yang terdapat
berarah utara – selatan. Sedangkan secara fisiografi pada daerah penelitian. Sedangkan tujuan dari
regional (van Bemmelen, 1949), daerah penelitian penelitian ini adalah untuk mengetahui struktur
termasuk Zona Kendeng. Kehadiran sesar naik geologi lipatan, sesar, dan kekar yang berkembang
yang berasosiasi dengan lipatan diindikasikan di daerah penelitian, Mengetahui pola dan
bahwa daerah tersebut termasuk dalam fold thrust kedudukan struktur geologi tersebut, mengetahui
belt. mekanisme, pola, dan arah tegasan yang
Tatanan tektonik Pulau Jawa menunjukkan membentuk struktur geologi tersebut, mengetahui
ciri khas produk interaksi konvergen antara waktu pembentukan struktur geologi tersebut, dan
lempeng samudera (lempeng Indo – Australia) dan mengetahui hubungan antara struktur geologi yang
lempeng benua (lempeng Eurasia). Pertemuan terbentuk dengan sejarah tektonik yang terjadi di
lempeng ini menghasilkan busur volkanik busur daerah penelitian.
(volcanic arc) dan jalur penunjaman (subduction
zone), atau palung (trench), dan telah berlangsung III. Geologi Regional
sejak zaman akhir Kapur – Paleosen (100 – 52 juta a. Geomorfologi Regional
tahun). Di Zona Kendeng, penunjaman antar Zona Kendeng adalah suatu wilayah
lempeng ini membentuk struktur geologi berpola dalam pembagian fisiografi Pulau Jawa yang
Jawa yang berarah barat – timur, yaitu berupa sesar dipopulerkan oleh Pannekoek (1949) dan Van
Bemmelen (1949). Zona Kendeng sering pula

You might also like