Stikes Patria Husada Blitar, Prodi Pendidikan Ners-Jl. Sudanco Supriyadi 168 Blitar

You might also like

You are on page 1of 13

“HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG NUTRISI MASA LAKTASI

DENGAN POLA MAKAN PADA IBU MENYUSUI DI PUSTU


DESA SEPANJANG GONDANGLEGI KABUPATEN MALANG”

Charisma Suciara

(STIKes Patria Husada Blitar, Prodi Pendidikan Ners-Jl. Sudanco Supriyadi 168 Blitar)
Email : charisma.nurse@gmail.com

ABSTRACT

Method: In process of breastfeeding, it takes food contains good nutrition to increase milk production
as baby food. Complete intake of nutrients is influenced by mother’s diet. Phenomenon occur today,
there is many problem regarding dietary habits that isn’t in accordance healthy and balanced diet.
The purpose of this research to determine relation between knowledge of lactation nutrition with
dietary habit in breastfeeding mother. This type of research is descriptive correlative with cross
sectional approach. The samples were 33 respondents, use purposive sampling. Instruments of data
collection use questionnaires. The data is presented in tabulation form, analyzed by spearman rank
correlation test with significance level p<0.05. The result showed sufficient knowledge as much as 22
respondents (66.7%) and sufficient diet as many as 18 respondents (54.6%). From spearman rank
analysis indicated p=0.013 or < 0.05. There is significant relationship between knowledge of
lactation nutrition with dietary habit. Suggested to health cares in Auxiliary public health center in
village Sepanjang Gondanglegi district of Malang to improve the knowledge of lactation nutrition
and dietary habit by educating about other foods that can be used as a substitute for foods that are
taboo in their culture so to establish healthy diet and balanced nutrition.

Keywords: Knowledge, Dietary Habit, Nutrition, Breastfeeding Mothers.

ABSTRAK

Pendahuluan : Dalam proses menyusui dibutuhkan makanan yang mengandung nutrisi yang baik
untuk meningkatkan produksi ASI sebagai makanan bayi. Untuk memenuhi asupan nutrisi sangat
dipengaruhi pola makan ibu. Fenomena yang terjadi saat ini sangat banyak permasalahan menyangkut
kebiasaan yang tidak sesuai dengan pola makan sehat dan seimbang. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui adakah hubungan antara pengetahuan nutrisi masa laktasi dengan pola makan ibu
menyusui di Pustu Desa Sepanjang Gondanglegi Kabupaten Malang. Jenis penelitian ini deskriptif
korelatif dengan pendekatan cross sectional. Sampel sebanyak 33 responden, dengan teknik sampling
purposive sampling. Instrumen pengumpulan data yaitu menggunakan kuesioner. Data disajikan
dalam bentuk tabulasi, dan dianalisa dengan uji korelasi Spearman Rank dengan taraf signifikansi
p<0.05. Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan cukup 22 responden (66.7%) dan pola makan
cukup 18 responden (54.6%). Dari analisis Spearman Rank menunjukkan p = 0.013 atau < 0.05 hal ini
menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang nutrisi masa laktasi dengan
pola makan. Disarankan kepada kader-kader kesehatan di Pustu Desa Sepanjang Gondanglegi
Kabupaten Malang dapat meningkatkan pengetahuan tentang nutrisi masa laktasi dan pola makan
dengan memberikan edukasi tentang makanan lain yang dapat digunakan sebagai pengganti makanan
yang dijadikan pantangan dalam budaya mereka sehingga terbentuk pola makan yang sehat dan nutrisi
seimbang.

Kata Kunci : Pengetahuan, Pola Makan, Nutrisi, Ibu Menyusui


PENDAHULUAN makanan tertentu setelah melahirkan
dengan jenis makanan yang dihindari
Nutrisi ibu menyusui dapat adalah ikan dengan presentase 80%.
diartikan bahwa makanan yang dikonsumsi Sehingga dapat diketahui bahwa masih
ibu harus memenuhi kebutuhan untuk cukup tinggi jumlah ibu-ibu pasca
dirinya sendiri dan untuk pertumbuhan melahirkan yang menjalankan pantangan-
serta perkembangan bayinya. Kebutuhan pantangan terhadap makanan tertentu.
nutrisi ibu menyusui meningkat
dibandingkan dengan tidak menyusui dan Kekurangan gizi bagi ibu menyusui
masa kehamilan, karena komponen- akan mempengaruhi kesehatan ibu dan
komponen di dalam ASI diambil dari bayinya, antara lain: pada bayi proses
tubuh ibu sehingga harus digantikan oleh tumbuh kembang terganggu, daya tahan
makan makanan yang cukup (Tritya, tubuh menurun sehingga bayi mudah sakit,
2016). mudah terkena infeksi, menimbulkan
gangguan pada mata maupun tulang.
Pada kenyataannya masih banyak ibu Sedangkan pada ibu akan mengalami
kurang memperhatikan asupan gizi pada gangguan pada mata, kerusakan gigi dan
makanan yang mereka konsumsi saat tulang, mengalami kekurangan gizi dan
menyusui, atau kurang mengatur pola darah serta kualitas ASI menurun (Tritya,
makannya. Bahkan masih banyak ibu 2016).
menyusui mempercayai dan menjalankan
budaya yang tidak benar dalam Pengetahuan tentang nutrisi pada masa
pemenuhan nutrisi ibu menyusui di laktasi akan mempengaruhi pola makan.
lingkungan yang mereka tinggali seperti Pola makan adalah suatu cara atau suatu
menjalankan pantangan-pantangan dalam usaha dalam pengaturan jumlah, jenis dan
mengkonsumsi makanan saat menyusui jadwal makanan dengan maksud tertentu
(Proverawati, 2010). seperti mempertahankan kesehatan, status
nutrisi, mencegah atau membantu
Budaya pantangan terhadap makanan kesembuhan penyakit. Pola makan yang
tertentu pada masa setelah melahirkan sehat adalah makanan yang dikonsumsi
(masa nifas) akan membentuk pola makan mengandung jumlah kalori zat-zat gizi
ibu menyusui. Pantangan-pantangan yang yang sesuai dengan kebutuhan seperti
masih banyak diterapkan ibu menyusui karbohidrat, protein, vitamin, mineral,
diantaranya tidak mengkonsumsi ikan dan serat dan air. Pola makan juga harus diatur
telur, padahal hal tersebut bermanfaat secara rasional. Ibu yang sebelum
untuk kualitas ASI yang baik pada bayi menyusui makan tiga kali sehari, selama
dan mempercepat proses penyembuhan menyusui frekuensi makan harus
luka setelah melahirkan. Pantangan lain ditambah. Selain memperlancar produksi
seperti tidak makan lauk berupa ikan ASI, juga untuk mempercepat proses
segar, ikan berduri serta sayur yang boleh pemulihan kesehatan ibu setelah persalinan
dikonsumsi hanya labu kuning dan daun (Krisnatuti & Hastoro, 2000).
katuk, pantang makan sebagian besar
buah-buahan, pantang olahan makanan METODE PENELITIAN
yang dimasak dengan santan, berlemak
atau digoreng dan pantang minum es Penelitian ini menggunakan
(Ramadhani, 2016). pendekatan cross sectional yang
menekankan waktu pengukuran/observasi
Berdasarkan penelitian Ramadhani data variabel independen dan dependen
(2016), menunjukkan sebanyak 65% hanya satu kali pada satu saat. Populasi
responden memiliki pantangan terhadap sasaran dalam penelitian ini adalah ibu
menyusui yang terdaftar di Pustu Desa
Sepanjang Gondanglegi Kabupaten Usia Frekuensi Presentase
Malang dengan jumlah total pada bulan ≤ 20 tahun 7 21.2%
september 2017 terdapat 178 ibu 21-24 tahun 2 6.1%
menyusui. Pengambilan sampel dalam 25.27 Tahun 10 30.3%
penelitian ini secara “Purposive 28-30 tahun 5 15.1%
Sampling”. >30 tahun 9 27.3%
TOTAL 33 100%
Sampel dalam penelitian ini (Sumber: Kuesioner Data Demografi
berjumlah 33 ibu menyusui yang bulan Desember, 2017).
memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut: Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan
Ibu menyusui yang datang ke posyandu bahwa responden paling banyak berusia
saat penelitian berlangsung, menyusui 25-27 tahun berjumlah 10 responden
hanya 1 bayi saja, menyusui eksklusif, (30.3%).
umur bayi <6 bulan, ibu dalam kondisi 2. Karakteristik Responden
sehat, tidak memiliki penyakit penyerta,
Berdasarkan Pendidikan Terakhir
bisa membaca dan menulis, dan bersedia
menjadi responden. Kuisioner pengetahuan Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi
nutrisi masa laktasi pada ibu menyusui Karakteristik Responden
diperoleh dengan menggunakan instrumen Berdasarkan Pendidikan
kuesioner yang terdiri dari 22 pernyataan Terakhir Ibu Menyusui
dengan pilihan jawaban benar dan salah Pendidikan Frekuensi Presentase
yang berisi mengenai pengertian tentang Terakhir (F) (%)
nutrisi masa laktasi, manfaat nutrisi masa SD 10 30.3%
laktasi, karakteristik makanan ibu
SMP 10 30.3%
menyusui, kebutuhan zat gizi ibu
SMA 4 12.1%
menyusui, dampak kekurangan nutrisi ibu
Perguruan 9 27.3%
menyusui, dampak kekurangan nutrisi ibu
menyusui serta pantangan ibu menyusui Tinggi
dan untuk instrumen pola makan ibu TOTAL 33 100%
menyusui menggunakan kuisioner dengan (Sumber: Kuesioner Data Demografi
17 pertanyaan dengan pilihan jawaban bulan Desember, 2017).
sering, kadang−kadang, jarang dan tidak Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa
pernah. Pertanyaan mengenai: jumlah responden dengan pendidikan terakhir SD
makanan yang dikonsumsi ibu selama 24 dan SMP berjumlah masing-masing 10
jam, jenis makanan dan jadwal makan ibu
responden (30.3%).
menyusui. Pengolahan data dengan cara
tabulasi dan menggunakan uji Spearmen 3. Karakteristik Responden
Rank dengan menggunakan SPPS for Berdasarkan Pekerjaan
windows. Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi
Karakteristik Responden
HASIL PENELITIAN Berdasarkan Pekerjaan Ibu
Menyusui
1. Karakteristik Responden Pekerjaan Frekuensi Presentase
Berdasarkan Usia (F) (%)
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi SWASTA 9 27.3%
Karakteristik Responden
IRT 24 72.7%
Berdasarkan Usia ibu
TOTAL 33 100%
menyusui
(Sumber: Kuesioner Data Demografi
bulan Desember, 2017).
Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa 6. Karakteristik Responden
responden paling banyak selaku Ibu Berdasarkan Status Sosial Ekonomi
Rumah Tangga berjumlah 24 responden (UMR tahun 2017)
(72.7%). Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi
4. Karakteristik Responden Karakteristik Responden
Berdasarkan Memiliki Bayi yang Berdasarkan Status Sosial
Menjadi Anak Ke- Ekonomi (UMR tahun 2017)
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Status Sosial Frekuensi Presentase
Karakteristik Responden Ekonomi (F) (%)
Berdasarkan Memiliki Bayi (UMR tahun
yang Menjadi Anak Ke-
2017)
Memiliki Bayi Frekuensi Presentase
Pendapatan 21 63.6%
yang Menjadi (F) (%)
<
Anak Ke-
Rp.2.368.510
1 19 57.6%
Pendapatan 7 21.2%
2 11 33.3%
Rp.2.368.510
3 1 3%
Pendapatan 5 15.2%
Lebih dari 3 2 6.1%
TOTAL 33 100% >
(Sumber: Kuesioner Data Demografi Rp.2.368.510
bulan Desember, 2017). TOTAL 33 100%
Berdasarkan tabel 4.4 responden paling (Sumber: Kuesioner Data Demografi
banyak memiliki bayi yang menjadi anak bulan Desember, 2017).
ke- 1 berjumlah 19 responden (57.6%). Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa
5. Karakteristik Responden status sosial ekonomi responden dengan
Berdasarkan Budaya Pantangan pendapatan < Rp. 2.368.510 berjumlah 21
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi responden (63.6%).
Karakteristik Responden 7. Karakteristik Responden
Berdasarkan Budaya Berdasarkan Informasi yang Pernah
Pantangan Ibu Menyusui diperoleh
Budaya Frekuensi Presentase Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi
(F) (%) Karakteristik Responden
Tidak 11 33.3% Berdasarkan Informasi yang
pernah diperoleh Ibu
Memiliki
Menyusui
Pantangan
Memiliki 22 66.7%
Pantangan
TOTAL 33 100%
(Sumber: Kuesioner Data Demografi
bulan Desember, 2017).
Berdasarkan tabel 4.5 responden memiliki
pantangan berjumlah 22 responden
(66.7%), dengan makanan yang menjadi
pantangan selama menyusui: ikan laut,
telor ayam, udang/seafood, ayam, dan Informasi Frekuensi Presentase
makanan pedas. Responden yang tidak (F) (%)
memiliki pantangan berjumlah 11 Pernah 8 24.2%
responden (33.3%)
mendapatkan
informasi Makan (F)
mengenai Baik 14 42.4%
nutrisi masa Cukup 18 54.6%
laktasi Kurang 1 3%
Tidak pernah 25 75.8% TOTAL 33 100%
(Sumber: Kuesioner Data Demografi
mendapatkan
bulan Desember, 2017).
informasi Berdasarkan tabel 4.9 menunjukkan bahwa
mengenai sebagian besar responden memiliki pola
nutrisi masa makan yang cukup berjumlah 18
laktasi responden (54.6%).
TOTAL 33 100% 10. Tabulasi Silang Hubungan
(Sumber: Kuesioner Data Demografi Pengetahuan tentang Nutrisi Masa
bulan Desember, 2017). Laktasi dengan Pola Makan pada
Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan bahwa Ibu Menyusui
responden tidak pernah mendapatkan Tabel 4.10 Tabulasi Silang Hubungan
informasi mengenai nutrisi masa laktasi Pengetahuan tentang
berjumlah 25 responden (75.8%). Nutrisi Masa Laktasi
8. Pengetahuan Ibu tentang Nutrisi dengan Pola Makan pada
Masa Laktasi Ibu Menyusui
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Peng Pola Makan Ibu Menyusui
Karakteristik Responden etahu Kuran Jumlah
Berdasarkan Pengetahuan ibu Baik Cukup
an g
tentang Nutrisi Masa Laktasi di
Ibu
Pustu Desa Sepanjang
Gondanglegi Kabupaten Meny f % f % f % f %
Malang Desember 2017 usui
Pengetahuan Frekuensi Presentase 18.2 0 27.3
Baik 6 3 9.1% 0 9
(F) (%) % % %
Baik 9 27.3% Cuku 24.2 42.5 0 66.7
8 14 0 22
Cukup 22 66.7% p % % % %
Kurang 2 6% Kura 3
0 0% 1 3% 1 2 6%
TOTAL 33 100% ng %
(Sumber: Kuesioner Data Demografi Juml 42.4 54.6 3 100
bulan Desember, 2017). 14 18 1 33
ah % % % %
Berdasarkan tabel 4.8 menunjukkan bahwa Spearman Rank: p = 0.013, rs : 0.427
sebagian besar responden memiliki Sumber data : Tabulasi Data
pengetahuan yang cukup terkait nutrisi Berdasarkan tabel 4.10 diatas menunjukan
masa laktasi berjumlah 22 responden bahwa sebagian besar responden memiliki
(66.7%). pengetahuan dan pola makan yang cukup
9. Pola Makan Ibu Menyusui yaitu berjumlah 14 responden (42.5%).
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan
Karakteristik Responden antara pengetahuan dan pola makan pada
Berdasarkan Pola Makan Ibu ibu menyusui digunakan uji statistic
Menyusui di Pustu Desa Spearman Rank. Berdasarkan tabel 4.10
Sepanjang Gondanglegi diatas dengan uji Spearman Rank, teknik
Kabupaten Malang tersebut digunakan untuk menentukan
Desember 2017 adanya hubungan antar dua variabel
Pola Frekuensi Presentase (%) dengan skala data ordinal, menunjukkan
bahwa nilai signifikasi (2- tailed) 0,013 ≤ berada pada tingkat pengetahuan yang
0,05 maka artinya ada hubungan yang cukup yaitu sebanyak 38 responden (76%).
signifikan antar dua variabel. Dari output Dalam penelitian ini dapat
koefesiensi korelasi didapatkan nilai 0,427 diketahui bahwa seluruh responden yaitu
artinya tingkat kekuatan hubungan sebanyak 33 orang (100%) memiliki
(korelasi) antar variabel pengetahuan pengetahuan yang baik mengenai
dengan pola makan ibu menyusui adalah pengertian nutrisi masa laktasi serta
korelasi moderat (cukup). Melihat arah manfaat nutrisi masa laktasi. Hal ini
hubungan yang terdapat hasil 0,427 yaitu dibuktikan bahwa seluruh responden
arah hubungan positif yang artinya jika menjawab benar pada kuesioner
pengetahuan ibu baik maka pola makan pengetahuan nomer 1, 2, dan 3. Dimana
ibu semakin baik. seluruh responden menjawab benar bahwa
nutrisi ibu menyusui adalah makanan yang
PEMBAHASAN mengandung zat gizi yang dibutuhkan oleh
tubuh untuk meningkatkan produksi ASI
1. Pengetahuan Ibu Tentang Nutrisi (Air Susu Ibu). Semua responden juga
Masa Laktasi di Pustu Desa menjawab benar bahwa nutrisi bagi ibu
Sepanjang Gondanglegi Kabupaten menyusui bermanfaat untuk pembentukan
Malang ASI yang diperlukan untuk pertumbuhan
Pengetahuan adalah informasi yang bayi. Serta seluruh responden setuju bahwa
telah dikombinasikan dengan pemahaman makanan ibu menyusui dapat
dan potensi untuk menindaklanjuti yang meningkatkan pertahanan tubuh selama
lantas melekat di benak seseorang. Pada proses pemulihan setelah melahirkan.
umumnya, pengetahuan memiliki Meskipun seluruh responden
kemampuan prediktif terhadap sesuatu memiliki pengetahuan yang baik mengenai
sebagai hasil pengenalan atas suatu pola. pengertian nutrisi serta manfaat nutrisi
Manakala informasi dan data sekedar masa laktasi tersebut, mereka memiliki
berkemampuan untuk menginformasikan pengetahuan yang kurang tentang makanan
atau bahkan menimbulkan kebingungan, pantangan untuk ibu menyusui dan
maka pengetahuan berkemampuan untuk karakteristik makanan ibu menyusui. Hal
mengarahkan tindakan. Inilah yang disebut ini dapat dibuktikan dengan data yang
potensi untuk menindaklanjuti. telah diperoleh selama penelitian ini
(Notoatmodjo, 2007) bahwa masih banyak ibu menyusui yang
Berdasarkan data dari tabel 4.8 di beranggapan bahwa selama menyusui
atas dapat dilihat bahwa sebagian besar mereka tidak dilarang minum kopi. Hal
responden memiliki pengetahuan yang tersebut dapat dilihat bahwa sebanyak 28
cukup, yaitu sebanyak 22 responden responden (84.8%) menjawab salah dalam
(66.7%), dan sebanyak 9 responden pertanyaan tersebut. Hal ini tidak sesuai
(27.3%) memiliki pengetahuan yang baik. dengan teori dari Atikah dan Erna (2011)
Sedangkan hanya 2 responden (6%) bahwa ada beberapa hal yang perlu
memiliki pengetahuan yang kurang. dihindari bagi ibu menyusui untuk tetap
Penelitian ini sejalan dengan penelitian menjaga kualitas ASI salah satunya adalah,
terdahulu yang telah dilakukan oleh ibu menyusui dilarang minum kopi, karena
Astutik (2013) tentang tingkat kopi dapat meningkatkan kinerja ginjal
pengetahuan ibu menyusui tentang gizi sehingga ibu akan lebih sering buang air
seimbang saat menyusui di Desa Karungan kecil. Ibu menyusui juga dianjurkan untuk
Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen mengurangi konsumsi jamu dan obat
diperoleh hasil bahwa pengetahuan ibu tradisional. Sedangkan data yang
tentang gizi seimbang saat menyusui didapatkan peneliti, masih banyak
responden yang tidak mengetahui bahwa
mereka dianjurkan untuk mengurangi pertama menyusui atau berulang kali
konsumsi jamu atau obat tradisional menyusui, hal ini dapat dilihat dari hasil
tersebut, yaitu sebanyak 24 responden penelitian bahwa sebanyak 19 responden
(72.8%) menjawab salah pada poin (57.6%) ibu yang baru mempunyai anak
pernyataan tersebut. pertama, dengan begitu dapat dikatakan
Berdasarkan hasil penelitian yang pengalaman menyusui belum ada. Hal
telah didapatkan di atas, peneliti berasumsi tersebut dapat terjadi, karena ibu tidak
bahwa pengetahuan responden yang cukup mendapatkan informasi atau pendidikan
tersebut dipengaruhi oleh tingkat kesehatan tentang nutrisi masa laktasi
pendidikan yang dimilikinya, hal ini dapat meskipun ada beberapa ibu yang mendapat
dilihat dari hasil penelitian bahwa informasi atau pendidikan kesehatan dari
sebanyak 10 responden (30.3%) berbagai macam media, tetapi semua itu
berpendidikan terakhir SD dan 10 tidak mengubah pengetahuan dan perilaku
responden (30.3%) berpendidikan terakhir ibu untuk mengkonsumsi makanan apa
SMP. Hal tersebut sesuai dengan pendapat saja yang penting ketika menyusui. Hal ini
Notoatmodjo (2007) bahwa salah satu juga diperkuat oleh Notoatmodjo (2007),
faktor yang mempengaruhi pengetahuan yang menyatakan bahwa tingkat
adalah tingkat pendidikan. Semakin tinggi pengetahuan seseorang akan dipengaruhi
tingkat pendidikan seseorang maka makin oleh pengalaman.
mudah menerima informasi sehingga Menurut Notoatmodjo (2006),
semakin banyak pula pengetahuan yang faktor-faktor yang mempengaruhi
dimiliki. pengetahuan ibu menyusui harus
Selain tingkat pendidikan, peneliti diperhatikan diantaranya seperti faktor
berasumsi bahwa pekerjaan ibu juga ekonomi. Keluarga dengan status ekonomi
menunjang tinggi rendahnya pengetahuan baik lebih mudah tercukupi dibanding
seperti yang didapatkan dari hasil dengan keluarga dengan status ekonomi
penelitian ini bahwa sebanyak 24 rendah, hal ini akan mempengaruhi
responden (72.7%) bekerja sebagai ibu kebutuhan makanan yang dikonsumsi ibu.
rumah tangga. Menurut peneliti ibu rumah Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
tangga cenderung tidak memperhatikan bahwa sebagian besar responden sebanyak
makanan sehat dan bergizi untuk 21 orang (63.6%) memiliki pendapatan
meningkatkan produksi ASI. Mereka <Rp.2.368.510 atau kurang dari UMR.
cenderung makan makanan yang menurut 2. Pola Makan Ibu Menyusui di Pustu
daerah atau lingkungan mereka boleh/tidak Desa Sepanjang Gondanglegi
boleh dikonsumsi. Karena sebagian besar Kabupaten Malang
informasi yang didapatkan hanya seputar Pola makan yang baik merupakan
informasi dari lingkungan tempat tinggal pola makan yang sehat dan seimbang
mereka. Hal ini didukung dari hasil artinya tercukupi zat-zat gizi yang
penelitian didapatkan sebagian besar ibu mencakup karbohidrat, protein, lemak,
yang memiliki pantangan yaitu sebanyak vitamin dan mineral. Pola makan adalah
22 responden (66.7%). Hal tersebut sesuai salah satu penentu keberhasilan ibu dalam
dengan Wawan dan Dewi (2010) bahwa menyusui. Untuk itulah ibu menyusui
salah satu faktor yang mempengaruhi perlu mengkonsumsi makanan dengan gizi
pengetahuan adalah pekerjaan, dimana seimbang yang dibutuhkan oleh tubuh
lingkungan pekerjaan dapat membentuk selama masa menyusui dalam
suatu pengetahuan karena adanya saling meningkatkan produksi ASI sebagai
tukar informasi antara teman-teman di makanan bayi (Manurung dan Tarwoto,
lingkungan kerjanya. 2006).
Pengalaman ibu juga Dari hasil interpretasi tabel 4.9 pola
mempengaruhi pengetahuan seperti baru makan responden dikategorikan cukup
sebanyak 18 responden (54.6%), pola menyebabkan alergi, pendapat tersebut
makan baik sebanyak 14 responden juga tidak benar karena makanan pedas
(42.4%) dan pola makan kurang sebanyak tidak ada hubungannya dengan alergi atau
1 responden (3%). Penelitian ini tidak daya tahan tubuh bayi. Beberapa pendapat
sejalan dengan penelitian terdahulu yang tentang makanan tersebut perlu dipilah
telah dilakukan oleh Nadimin, dkk (2010) kebenarannya sehingga ibu tidak salah
tentang faktor-faktor yang berhubungan dalam menilai kebenarannya.
dengan status gizi ibu menyusui wilayah Selain jenis makanan yang menjadi
kerja Puskesmas Moncobalang Kabupaten kurang variatif, dalam penelitian ini juga
Gowa diperoleh hasil bahwa pola makan dapat diketahui bahwa sebagian besar
ibu menyusui baik sebanyak 50 responden responden memiliki pengetahuan yang
(71.4%) dan 20 responden (28.6%) kurang mengenai jumlah makanan yang
memiliki pola makan yang kurang. harus dikonsumsi, yaitu sebanyak 29
Pola makan ibu menyusui yang responden (87.9%) menjawab salah dalam
diteliti dalam penelitian ini terdiri dari hal makanan yang dikonsumsi ibu
jumlah, jenis dan jadwal. Menurut menyusui jumlahnya tetap sama seperti
Sediaotama (2004) dalam Krisnakai (2018) saat sedang hamil. Hal ini tidak sesuai
mengatakan bahwa salah satu faktor yang dengan teori yang dikemukakan oleh
mempengaruhi pola makan adalah sosial Manurung dan Tarwoto (2006) bahwa
budaya. Kebudayaan suatu masyarakat karakteristik makanan atau nutrisi yang
mempunyai kekuatan yang cukup besar dibutuhkan oleh ibu menyusui salah satu
untuk mempengaruhi seseorang dalam diantaranya adalah bahwa jumlah makanan
memilih dan mengolah pangan yang akan ibu menyusui lebih banyak dari makanan
dikonsumsi. Dimana budaya pantangan ibu hamil. Sehingga menurut peneliti,
cukup menentukan jenis makanan yang pengetahuan yang kurang tersebut
sering dikonsumsi. Dari hasil penelitian akhirnya membentuk pola makan ibu
yang telah didapatkan yaitu sebanyak 22 menyusui menjadi kurang.
responden (66.7%) yang memiliki Sehingga berdasarkan hasil
pantangan terhadap makanan tertentu, penelitian yang telah didapatkan tersebut,
diantaranya, ikan laut, telur, ayam, peneliti berasumsi bahwa pola makan
makanan pedas, seafood. Dengan masih responden dipengaruhi oleh tingkat
banyak nya ibu menyusui yang memiliki pendidikan orangtua, seperti yang
pantangan tersebut, hal ini akan membuat didapatkan dari hasil penelitian ini bahwa
ibu menyusui menjadi cenderung memiliki 10 responden (30.3%) tingkat pendidikan
pola makan yang tidak variatif terhadap terakhir SMP dan 10 responden (30.3%)
pemilihan jenis makanan yang dikonsumsi. tingkat pendidikan terakhir SD. Menurut
Banyak nya makanan pantangan yang peneliti, dengan latar belakang pendidikan
dimiliki ibu menyusui tersebut seperti yang rendah, maka seseorang cenderung
pantang untuk makan ikan laut dan kurang dalam menerima informasi yang
makanan pedas, hal ini seperti halnya baru. Hal ini sejalan dengan yang ditulis
diungkapkan oleh Atikah dan Erna (2011) oleh Sulistyoningsih (2011) bahwa faktor-
bahwa beberapa ibu menyusui dilarang faktor yang mempengaruhi terbentuknya
makan ikan laut karena dianggap akan pola makan salah satunya adalah
menyebabkan ASI menjadi amis. Pada pendidikan yang dalam hal ini dikaitkan
kenyataannya hal tersebut tidak benar dengan pengetahuan, dimana pengetahuan
karena justru kandungan ikan laut yaitu akan berpengaruh terhadap pemilihan
protein, mineral dan lemak sangat bagus bahan makanan dan pemenuhan kebutuhan
untuk tumbuh kembang bayi. Pendapat gizi.
lain mengatakan ibu menyusui pantang Selain tingkat pendidikan, pola
makan makanan yang pedas, karena dapat makan ibu juga dipengaruhi oleh faktor
ekonomi. Keluarga dengan status ekonomi Di dalam tabel 4.10 dapat diketahui
baik lebih mudah tercukupi dibanding bahwa sebanyak 3 responden (9.1%)
dengan keluarga dengan status ekonomi memiliki pengetahuan yang baik akan
rendah, hal ini akan mempengaruhi tetapi memiliki pola makan yang cukup.
kebutuhan makanan yang dikonsumsi ibu. Hal tersebut dimungkinkan dapat terjadi.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Meski memiliki pengetahuan yang baik,
bahwa sebanyak 21 responden (63.6%) tetapi ibu tersebut masih menerapkan
memiliki pendapatan <Rp.2.368.510 atau budaya pantangan atau masih percaya akan
kurang dari UMR. Menurut pantangan yang ada di lingkungan mereka,
Sulistyoningsih (2011) variabel ekonomi sehingga mereka tidak memiliki pola
yang cukup dominan mempengaruhi makan yang baik juga, hal tersebut sesuai
konsumsi pangan adalah pendapatan dengan Ramadhani (2016) bahwa adanya
keluarga dan harga. Meningkatnya budaya pantangan terhadap makanan
pendapatan akan meningkatkan peluang tertentu pada masa setelah melahirkan
untuk membeli pangan dengan kuantitas akan membentuk pola makan ibu
dan kualitas yang lebih baik, sebaliknya menyusui. Pola makan yang dimiliki ibu
penurunan pendapatan akan menyebabkan tersebut tidak akan sebaik mereka yang
menurunnya daya beli pangan baik secara tidak memiliki pantangan meski mereka
kualitas maupun kuantitas. memiliki pengetahuan yang bagus.
Hal lain yang menurut peneliti Pendapat Arifin (2004)
menjadi faktor penyebab cukup nya pola mengatakan bahwa faktor penunjang status
makan pada ibu menyusui ini adalah gizi yang baik ibu menyusui sangat
pengalaman ibu. Dimana dalam penelitian dipengaruhi oleh pengetahuan gizi ibu
ini didapatkan data yaitu sebanyak 19 menyusui. Karena dengan pengetahuan
responden (57.6%) ibu baru mempunyai yang cukup ibu menyusui dapat
anak pertama. Hal tersebut dapat terjadi, memberikan kontribusi yang benar
karena ibu belum mendapatkan informasi terhadap pemenuhan kebutuhan gizi
atau pendidikan kesehatan tentang selama ibu menyusui. Sehingga
bagaimana penerapan pola makan yang pantangan-pantangan atau mitos-mitos
baik selama menyusui. Meskipun ada yang dikenakan kepada ibu menyusui
beberapa ibu yang mendapat informasi dapat diperhatikan. Jangan sampai
atau pendidikan kesehatan dari berbagai pantangan tersebut merugikan kondisi
macam media, tetapi semua itu tidak ibunya maupun anak yang disusuinya.
mengubah pengetahuan dan perilaku ibu Sehingga dengan berkurangnya pantangan
untuk mengkonsumsi makanan apa saja yang ada tersebut membuat pola makan
yang penting ketika menyusui. Hal ini ibu menjadi lebih baik.
diperkuat oleh Notoatmodjo (2007), yang Dari data hasil uji statistic secara
menyatakan bahwa tingkat pengetahuan korelasi Spearman Rank yang
seseorang akan dipengaruhi oleh menggunakan taraf signifikansi analisis (a)
pengalaman sedangkan nantinya 0.05 di dapatkan nilai signifikasi (2- tailed)
pengetahuan tersebut akan membentuk 0,013 ≤ 0,05 maka artinya ada hubungan
sikap dimana akan terbentuk perilaku yang signifikan antara pengetahuan
berupa pengaturan pola makan yang tentang nutrisi masa laktasi dengan pola
dijalankan. makan pada ibu menyusui di Pustu Desa
3. Hubungan Pengetahuan Tentang Sepanjang Gondanglegi Kabupaten
Nutrisi Masa Laktasi dengan Pola Malang, sehingga dapat disimpulkan
Makan pada Ibu Menyusui di Pustu bahwa kurangnya pengetahuan akan
Desa Sepanjang Gondanglegi mempengaruhi pola makan yang sering
Kabupaten Malang dikonsumsi ibu juga akan berdampak pada
nutrisi ibu dalam meningkatkan produksi dari makanan ibu hamil, kebutuhan air
ASI. lebih banyak setiap hari > dari 6 gelas,
Berdasarkan hasil penelitian Nadimin makanan tidak mengandung bumbu yang
dkk (2010), didapatkan hasil bahwa ada merangsang, misalnya cabe, makanan
hubungan yang signifikan antara mengandung banyak sayuran berwarna
pengetahuan dengan status gizi ibu hijau untuk meningkatkan produksi ASI
menyusui. Artinya semakin baik dan memperlancar proses BAB. Sejalan
pengetahuan gizi yang dimiliki ibu dengan yang dipaparkan oleh Suparyanto
menyusui maka semakin baik pula status (2011), bahwa salah satu keberhasilan ibu
gizinya. Dalam penelitian tersebut menyusui sangat ditentukan oleh pola
dijelaskan pula ada hubungan antara pola makan. Agar ASI ibu terjamin kualitas dan
makan dengan status gizi ibu menyusui. kuantitasnya, makanan bergizi tinggi dan
Sehingga apabila ibu menyusui memiliki seimbang perlu dikonsumsi setiap hari. Ibu
pola makan yang baik maka semakin baik harus menambah konsumsi karbohidrat,
pula status gizi ibu menyusui tersebut. lemak, vitamin, mineral dan air dalam
Ibu membutuhkan pengetahuan jumlah yang sesaui dengan kebutuhan
yang baik agar nutrisinya tercukupi. tubuh selama menyusui. Bila kebutuhan ini
Apabila ibu menyusui tidak mendapat tidak terpenuhi, selain mutu ASI dan
nutrisi yang mencukupi, maka nutrisi/ kesehatan ibu terganggu, juga akan
unsur-unsur itu akan diambil dari tubuh mempengaruhi jangka waktu ibu dalam
ibu sendiri. Keadaan seperti itu, memproduksi ASI.
kemungkinan ibu akan mudah menderita
berbagai penyakit defisiensi akut, KESIMPULAN
sedangkan keadaan gizi ibu itu dengan
Dari hasil penelitian yang
demikian ada dalam daftar taraf minimal.
dilakukan tentang hubungan pengetahuan
Sering ibu-ibu menyusui anaknya akan
tentang nutrisi masa laktasi dengan pola
lebih kelihatan pucat, lesu, kurus. Itu
makan pada ibu menyusui di pustu desa
merupakan tanda bahwa makanan nya
sepanjang gondanglegi kabupaten malang
tidak cukup. Dengan mengkonsumsi
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
makanan sehari-hari yang beraneka ragam,
1. Sebanyak 9 (27.3%) ibu menyusui
kekurangan zat gizi pada jenis makanan
memiliki pengetahuan yang baik,
yang satu akan dilengkapi dengan
sebanyak 22 (66.7%) ibu menyusui
keunggulan susunan zat gizi jenis makanan
memiliki pengetahuan yang cukup
lain, sehingga diperoleh masukan zat gizi
serta sebanyak 2 (6%) ibu menyusui
yang seimbang. Mengkonsumsi makanan
memiliki pengetahuan yang kurang
yang beraneka ragam sangat bermanfaat
terkait nutrisi masa laktasi.
bagi kesehatan ibu menyusui. Ibu
2. Sebanyak 14 (42.4%) ibu menyusui
menyusui hanya perlu makan seperti biasa
memiliki pola makan yang baik,
dengan menu yang beragam sesuai dengan
sebanyak 18 (54.6%) ibu menyusui
pola makan yang seimbang. Porsinya saja
memiliki pola makan yang cukup serta
yang ditambah baik melalui makanan
sebanyak 1 (3%) ibu menyusui
pokok maupun makanan selingan (Inayati,
memiliki pola makan yang kurang.
2006).
3. Berdasarkan hasil penelitian ada
Pengetahuan tentang nutrisi pada
hubungan pengetahuan tentang nutrisi
masa laktasi akan mempengaruhi pola
masa laktasi dengan pola makan pada
makan ibu, dimana pola makan ibu
ibu menyusui. (ρ: 0.13)
mencakup jenis, jadwal dan jumlah.
Adapun makanan seimbang untuk ibu
SARAN
menyusui adalah: kalori, protein dan
karbohidrat, jumlah makanan lebih banyak 1. Bagi Tenaga Kesehatan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat Kehidupan. Kencana Prenadamedia
dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan Group. Jakarta.
pengevaluasian dalam pengambilan Arifin, M. 2004. Gizi untuk Ibu Menyusui.
kebijakan-kebijakan di bidang kesehatan http://www.menyusui.com/makana
terutama kader-kader kesehatan di Pustu n-ibu.html. 11 Agustus 2017
Desa Sepanjang Gondanglegi Kabupaten (19.34).
Malang untuk lebih meningkatkan upaya Arikunto, 2010. Prosedur Penelitian:
komunikasi, informasi dan edukasi kepada Suatu Pendekatan Praktik. (Edisi
ibu menyusui tentang makanan lain yang Revisi). Rineka Cipta. Jakarta.
memiliki kandungan yang sama sebagai Astutik, P. 2013. Tingkat Pengetahuan Ibu
pengganti makanan yang dijadikan Menyusui Tentang Gizi Seimbang
pantangan dalam lingkungan mereka serta Saat Menyusui di Desa Karungan
selalu memotivasi ibu menyusui untuk Kecamatan Plupuh Kabupaten
meningkatkan pola makan mereka yang Sragen. Karya Tulis Ilmiah. Prodi
meliputi jumlah makanan yang DIII Kebidanan STIKes Kusuma
dikonsumsi, jenis makanan dan jadwal Husada. Surakarta.
makan. Atikah, P. dan Erna, K. 2011. Ilmu Gizi
2. Bagi Responden untuk Keperawatan dan Gizi
Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan Kesehatan. Mulia Medika.
sebagai bahan informasi dan wacana Yogyakarta.
tentang pengaturan pola makan yang tepat Dudek, S.G. 2001. Nutrition Essentials for
terutama upaya meningkatkan status Nursing Practice. Lippincott.
nutrisi ibu menyusui. Serta dapat Philedelphia.
mengaplikasikan lebih baik lagi tentang Hidayat, A.A.A. 2009. Metode Penelitian
pengaturan pola makan yang sehat dan Keperawatan dan Teknik Analisis
seimbang guna meningkatkan status nutrsi Data. Salemba Medika. Jakarta.
ibu menyusui. Inayati, DA. 2006. Seputar Status Gizi Ibu
3. Bagi Peneliti Selanjutnya Menyusui dan Pemberian ASI.
Diharapkan hasil penelitian ini dapat http://www.wrm-indonesia.org. 2
dikembangkan oleh peneliti selanjutnya Januari 2018 (20.23).
dan dijadikan sebagai tambahan informasi Jannah, N. 2012. Buku Ajar Asuhan
dalam menyusun atau membuat konsep- Kebidanan: Kehamilan. CV Andi
konsep tentang pengetahuan ibu tentang OF SET. Jogjakarta.
nutrisi masa laktasi yang baik untuk pola Khairina, D. 2008. Faktor-Faktor yang
makan guna meningkatkan status nutrisi Berhubungan dengan Status Gizi
ibu menyusui. Penulis juga ingin Berdasarkan IMT pada Pembantu
menyarankan kepada peneliti selanjutnya Rumah Tangga (PRT) Wanita di
agar menggunkan instrument yang lebih Perumahan Duta Indah Bekasi.
rinci lagi dalam menggali pola makan ibu Skripsi. Program Sarjana
seperti dengan menambah instrument Kesehatan Masyarakat Fakultas
penelitian berupa lembar observasi, Kesehatan Masyarakat Universitas
sehingga diketahui perbedaan dengan Indonesia. Depok.
peneliti sebelumnya. Krisnakai. 2018. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Pola Makan.
DAFTAR PUSTAKA http://bukuteori.com/2018/01/09/fa
ktor-faktor-yang-mempengaruhi-
Almatsier, S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu
pola-makan.html. 1 Februari 2018
Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
(20.10)
Andriani, M. dan Wirjatmadi, B. 2014.
Peranan Gizi dalam Siklus
Krisnatuti dan Hastoro. 2000. Menu Sehat Ramadhani, A.S. 2016. Pola Konsumsi
untuk Ibu Hamil dan Menyusui. Pangan Ibu Pasca Melahirkan
Puspa Suara. Jakarta. (Studi Kasus di RSIA Thaha Bakrie
Manurung, S. dan Tarwoto, D. 2006. Samarinda). Skripsi. Sekolah Pasca
Pendidikan Kesehatan dalam Sarjana Institut Pertanian. Bogor.
Praktik Keperawatan Maternitas. Ramayulis, R. dan Marbun, M. 2010.
CV. Trans Info Media. Jakarta. Menu dan Resep untuk Ibu
Matondang, M. 2007. Status Gizi dan Pola Menyusui. Penebar Plus. Jakarta.
Makan pada Anak Taman Kanak- Roesli. 2004. Mengenal ASI Eksklusif.
Kanak di Yayasan Muslimat R.A Pustaka Pengembangan Swadaya
Al-Ittihadiyah Medan. Skripsi. Nusantara. Jakarta.
Fakultas Kesehatan Masyarakat Sari, D. 2012. Hubungan Pola Makan
Universitas Sumatera Utara. Siswa Obesitas Kelas XI dengan
Medan. Aktivitas Fisik di SMA Islam
Mulia, A. 2010. Pengetahuan Gizi, Pola Sultan Agung 1 Semarang. Skripsi.
Makan dan Status Gizi Mahasiswa Universitas Muhammadiyah
Pendidikan Teknologi Kimia Semarang. Jawa Tengah.
Industri (PTKI). Skripsi. Fakultas Sediaoetama, A. 2006. Ilmu Gizi untuk
Kesehatan Masyarakat Universitas Mahasiswa dan Profesi. Dian
Sumatera Utara. Medan. Rakyat. Jakarta.
Nadimin, dkk. 2010. Faktor-faktor yang Soetjiningsih. 2012. ASI petunjuk untuk
Berhubungan dengan Status Gizi Tenaga Kesehatan. EGC. Jakarta.
Ibu Menyusui Wilayah Kerja Sugiyono. 2010. Metode Penelitian
Puskesmas Moncobalang Kuantitatif, Kualititatif dan R &D.
Kabupaten Gowa. Jurnal Alfabeta. Bandung.
Kesehatan Media Gizi Pangan Sulistyoningsih. 2011. Gizi untuk
IX(1): 52-57. Kesehatan Ibu dan Anak. Graha
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Ilmu. Jogjakarta.
Penelitian Kesehatan. Rineka Suparyanto. 2011. Pola Makan Sehat.
Cipta. Jakarta. https://isearch.avg.com. 18
. 2007. Promosi Kesehatan Agustus 2017 (19.23).
& Ilmu Perilaku. Rineka Cipta. Tritya, D. 2016. Gizi Seimbang Ibu
Jakarta. Menyusui. Fakultas Kedokteran
Nugroho, T. 2011. ASI dan Tumor Brawijaya: Program Studi Ilmu
Payudara. Nuha Medika. Gizi.
Yogyakarta. http://www.gizi.fk.ub.ac.id/gizi-
Nursalam. 2008. Konsep & Penerapan seimbang-ibu-menyusui/. 7 Agustus
Metodologi Penelitian Ilmu 2017 (20.05).
Keperawatan. Edisi 2. Salemba Wawan, A. dan Dewi, M. 2010. Teori dan
Medika. Jakarta. Pengukuran Pengetahuan, Sikap
Oktaviani, W. 2011. Hubungan Pola dan Perilaku Manusia. Nuha
Makan dengan Gastritis pada Medika. Yogyakarta.
Mahasiswa S1 Keperawatan
Program A FIKKES UPN
“Veteran” Jakarta. Skripsi. Program
Studi S1 Keperawatan Fakultas
Ilmu Kesehatan. Jakarta.
Proverawati, A. dan Asfuah, S. 2010.
Buku ajar Gizi untuk Kebidanan.
Nuha Medika. Yogyakarta.

You might also like