You are on page 1of 12

Jurnal IPTEKS PSP, Vol.

1 (1) April 2014: 28 - 39 ISSN: 2355-729X

KUALITAS STABILITAS KAPAL PAYANG PALABUHANRATU


BERDASARKAN DISTRIBUSI MUATAN

Quality of Payang Boat and Stability

Yopi Novita1), Neni Martiyani2) dan Reni Eva Ariyani3)

1)
Departemen PSP, FPIK, IPB, Bogor.
2)
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.
3)
SMKN 2 Indramayu, Jawa Barat.

Diterima: 4 Oktober 2013; Disetujui: 4 Februari 2014

ABSTRACT

A good stability of a fishing vessel determines the safety and the success of fishing operation.
One of the critical factors affecting the quality of fishing boat’s stability is the on board loads
arrangement. However, it is generally ignored by traditional fishermen, such as fishermen of payang
boat. This condition may increase the possibility of capsizing as a result of less stability. A payang
fishing boat should have a good stability. It is because while conducting fishing operation, this fishing
boat should be capable of quick manoeuvering. This research aimed to analyse the stability of the
boat in an existing loads arrangement and determine the arrangement for the better stability. This
research was conducted in two phases. The first phase was conducting a survey which to capture
existing condition. The second one was developing a simulation of loads arrangement to gain the
better parameter of stability. The results showed that the typical loads arrangement applying by
traditional fishermen (existing condition) resulted on poor stability. Better stability was produced by
placing more cargos under deck and avoiding overload on the deck.

Key words: Stability, payang boat, loads arrangement.

Contact person : Yopi Novita


Email : yop_novita@yahoo.com

Yopi dkk. 28
Jurnal IPTEKS PSP, Vol. 1 (1) April 2014: 28 - 39 ISSN: 2355-729X

PENDAHULUAN tangkapan melimpah, seringkali nelayan


kapal payang menempatkan hasil tangkapan
Stabilitas kapal yang tinggi sangat melebihi kapasitas muat kapal. Kondisi
menentukan keselamatan kapal dan inipun akan mempengaruhi kualitas stabilitas
keberhasilan suatu operasi penangkapan ikan. kapal. Hasil kajian Suwardjo dkk. (2010),
Salah satu faktor yang menentukan tinggi menunjukkan bahwa kecelakaan kapal
atau rendahnya kualitas stabilitas suatu kapal perikanan memberikan dampak terbaliknya
adalah penempatan muatan di atas kapal kapal.
(Hind, 1982). Penempatan muatan di atas Oleh karena itu, maka penelitian ini
kapal akan mempengaruhi keberadaan titik bertujuan untuk: 1) mengkaji kualitas
berat (gravity, G) pada kapal. Hind (1982) stabilitas kapal payang dalam kondisi
menyatakan bahwa titik G akan berubah eksisting penempatan muatan di atas kapal,
apabila terjadi penambahan, pengurangan dan 2) menentukan posisi penempatan
ataupun perpindahan muatan di atas kapal. muatan yang menghasilkan kualitas stabilitas
Taylor (1977) menyebutkan bahwa kapal yang lebih tinggi.
keberadaan titik G terhadap titik Metacentre
(M) menentukan kondisi stabilitas suatu DATA DAN METODE
kapal. Apabila posisi titik G berada di bawah
Penelitian dilakukan dengan
titik M, maka kapal berada dalam kondisi
menjadikan kapal payang di Palabuhanratu
stable equilibrium. Posisi titik G berada di
sebagai objek penelitian. Penelitian dilakukan
atas titik M, akan mengakibatkan kapal dalam
selama bulan November 2011 hingga Maret
kondisi unstable equilibrium. Oleh karena itu,
2012. Penelitian dilakukan dengan dua cara,
semakin tinggi posisi titik G dari titik K ( Keel,
yaitu mengkaji kondisi eksisting penempatan
lunas kapal) atau semakin dekat posisi titik G
muatan di atas kapal payang di
ke titik M, maka kapal dalam kondisi menuju
Palabuhanratu dan simulasi terhadap
unstable equilibrium. Kajian terhadap
penempatan muatan di atas kapal payang
stabilitas kapal dan kaitannya dengan
tersebut. Simulasi dilakukan dengan
penempatan muatan, umumnya dilakukan
menggunakan program GZ (PGZ) dan
pada kondisi berat muatan yang berbeda.
dilakukan di Laboratorium Desain dan
Seperti kajian yang telah dilakukan oleh
Dinamika Kapal, Departemen PSP FPIK IPB.
Marjoni dkk. (2010) terhadap kapal purse
Penelitian dilakukan terhadap
seine di Nanggroe Aceh Darussalam. Hasil
penempatan kondisi eksisting penempatan
kajian tersebut menunjukkan bahwa
muatan saat kapal dalam perjalanan kembali
perubahan berat muatan akan
ke fishing base, dalam dua kondisi eksisting,
mengakibatkan perubahan jarak KG.
yaitu saat hasil tangkapan minimal (musim
Umumnya, nelayan-nelayan tradisional
paceklik ikan) (kondisi M1-1) dan saat hasil
sering mengabaikan masalah penempatan
tangkapan maksimal (musim banyak ikan)
muatan di atas kapal. Seringkali muatan
(kondisi M2-1). Adapun simulasi penempatan
diletakkan di atas lantai dek kapal. Alasan
muatan, dilakukan terhadap muatan-muatan
penempatan muatan di atas lantai dek kapal
yang memang mudah untuk dipindahkan,
adalah semata-mata dikarenakan kemudahan
seperti hasil tangkapandan ABK (anak buah
pada saat bongkar muatan setibanya kapal di
kapal). Kondisi muatan saat kondisi M1-1 dan
pelabuhan. Nelayan kapal payang adalah
M2-1 serta simulasi dari kedua kondisi
salah satu nelayan yang seringkali melakukan
tersebut adalah sebagai berikut:
penempatan muatan di atas lantai dek kapal.
Apabila sedang musim puncak dimana hasil

Yopi dkk. 29
Jurnal IPTEKS PSP, Vol. 1 (1) April 2014: 28 - 39 ISSN: 2355-729X

1) Kondisi M1-1: eksisting penempatan


muatan saat kapal bermuatan minimal
(musim paceklik ikan).
2) Kondisi M2-1: eksisting penempatan
muatan saat kapal bermuatan maksimal
(musim puncak ikan).
3) Kondisi M1-2: simulasi kondisi M1-1
dengan memindahkan semua blong
berisi ikan ke bawah lantai dek kapal,
tepatnya di tengah kapal hingga ke arah
haluan kapal. Gambar 1. Stabilitas pada sudut kemiringan
4) Kondisi M1-3: simulasi kondisi M1-2 yang besar (Hind, 1982).
dengan memindahkan blong besar berisi
ikan ke tengah kapal hingga ke arah GZ = BR – BT (dimana BR adalah horizontal
haluan kapal dan menyebarkan blong transfer of the centre of buoyancy), dan the
kecil berisi ikan di buritan dan haluan moment of transfer of the wedges adalah:
kapal.
5) Kondisi M2-2: simulasi kondisi M2-1 v  hh1  BR   (1)
dengan menurunkan semua awak yang
duduk di atas para-para ke lantai dek dimana:
kapal dan memindahkan blong besar
berisi ikan ke arah buritan kapal dan v : volume of wedge;
blong kecil berisi ikan ke arah haluan. hh1 : horizontal transfer of wedge
 : displacement of volume
6) Kondisi M2-3: simulasi kondisi M2-1
dengan meniadakan blong yang berisi
ikan di atas lantai dek dan memposisikan v  hh1
BR = (2)
ABK disisi berlawanan dengan 
keberadaan alat tangkap, dengan kata
lain semua hasil tangkapan disimpan di dimana BT = BG sin 
dalam palka.
v  hh1
Jenis data yang akan dikumpulkan GZ =  BG sin  (3)

terdiri dari nilai selang stabilitas ( range of
stability), GZmaks, sudut saat GZmaks, dan GM. Moment of statical stability =
Keempat data tersebut diperoleh dengan
menggunakan program PGZ. Pada Gambar 1
 v  hh1 
disajikan ilustrasi stabilitas kapal pada sudut   BG sin   (4)
kemiringan yang besar.   

Analisis data dilakukan dengan cara


comparative-numeric antara parameter
stabilitas pada keenam kondisi muatan kapal,
yaitu: kondisi M1-1, M2-1, M1-2, M1-3, M2-2, dan
M2-3.

Yopi dkk. 30
Jurnal IPTEKS PSP, Vol. 1 (1) April 2014: 28 - 39 ISSN: 2355-729X

HASIL DAN PEMBAHASAN tersebut memiliki tinggi kapal yang rendah


sehingga diduga kekuatan longitudinal kapal
Desain kapal payang kurang baik.
Untuk nilai B/D kapal payang yang
Kapal payang yang dikaji memiliki dikaji, adalah sebesar 3,13 dan mendekati
dimensi utama sebagaimana disajikan pada nilai 1. Kondisi ini menunjukkan bahwa kapal
Tabel 1. Metode pengoperasian alat tangkap tersebut memiliki stabilitas dan olah gerak
payang saat setting adalah dengan cara yang baik. Mengacu pada rasio dimensi
dilingkarkan dengan menggunakan kapal. utama dapat disimpulkan bahwa kapal
Mengacu pada pengelompokkan kapal payang Palabuhanratu memiliki tahanan
berdasarkan metode pengoperasian alat gerak, stabilitas dan olah gerak yang cukup
tangkap yang dilakukan oleh Fyson (1985), baik, walaupun kekuatan longitudinalnya
kapal payang termasuk kelompok kapal tidak terlalu baik.
encircling gear. General arrangement (GA) kapal payang
di Palabuhan Ratu disajikan pada Gambar 1.
Tabel 1. Dimensi dan rasio dimensi utama
Pada Gambar 1 terlihat bahwa di atas lantai
kapal perikanan.
dek tidak terdapat bangunan. Hanya terdapat
meja tempat meletakkan pemberat dan bak
No. Dimensi Nilai
kayu tempat menyimpan es selama operasi
1. LOA 12,4 m
penangkapan dilakukan. Adapun ruang di
2. LPP 9,14 m
bawah lantai dek hanya berupa ruang yang
3. Lebar (B) 2,5 m
memanjang sepanjang buritan hingga haluan
4. Dalam (D) 0,8 m
tanpa ada sekat diantaranya. Lines plan kapal
5. Draft (d) 0,6 m
payang disajikan pada Gambar 2. Pada
6. Rasio L/B, L/D, B/D 3,65, 11,42, 3,13
Gambar 2 terlihat bahwa bentuk badan kapal
cenderung berbentuk round. Bentuk round
Fyson (1985) menyatakan bahwa nilai
memiliki keunggulan dalam olah gerak (Rouf
masing-masing dapat dijadikan acuan untuk
dan Novita, 2006).
menganalisis tahanan gerak dan kemampuan
stabilitas kapal, kekuatan longitudinal dan
Muatan dan Penempatannya di Kapal
olah gerak kapal, dan stabilitas dan
kemampuan olah gerak kapal. Semakin besar Umumnya jenis muatan di atas kapal
nilai L/B, maka tahanan gerak kapal semakin payang terdiri dari: mesin kapal, alat tangkap,
mengecil akan tetapi stabilitas kapal akan solar, ABK, es curah, dan hasil tangkapan.
berkurang. Adapun untuk nilai L/D yang Jenis dan berat muatan di atas kapal payang
semakin besar, maka kekuatan longitudinal Palabuhanratu pada kondisi eksisting
kapal akan semakin melemah walaupun olah disajikan pada Tabel 2. Berat kapal payang itu
gerak kapal membaik. Selanjutnya untuk nilai sendiri adalah sekitar 2 ton. Pada umumnya,
B/D yang semakin besar, maka stabilitas kapal semua muatan termasuk ABK berada di atas
dan olah gerak kapal semakin membaik.Kapal lantai dek kapal. Perbedaan penempatan
payang yang dikaji memiliki nilai rasio L/B muatan pada saat musim paceklik dengan
(3,65) yang mendekati nilai 1. Hal ini musim puncak adalah pada penempatan hasil
menunjukkan bahwa kapal tersebut memiliki tangkapan dan keberadaan ABK. Pada saat
tahanan gerak yang cukup besar. Adapun musim banyak ikan, hasil tangkapan yang
nilai L/D kapal payang tersebut adalah telah dimasukkan ke dalam blong sebagian
sebesar 11,42, nilai tersebut jauh dari nilai 1. diletakkan di bawah lantai dek kapal dan
Kondisi ini menunjukkan bahwa kapal sebagian lagi diletakkan di atas lantai dek

Yopi dkk. 31
Jurnal IPTEKS PSP, Vol. 1 (1) April 2014: 28 - 39 ISSN: 2355-729X

kapal. Adapun ABK sekitar 4 orang duduk di telah dimasukkan ke dalam blong, semuanya
atas para-para, dan sisanya duduk di atas diletakkan di atas lantai dek kapal. Adapun
lantai dek kapal. Lain halnya dengan ABK, hanya seorang yang duduk di atas para-
penempatan hasil tangkapan saat musim para. Secara rinci, ilustrasi penempatan
paceklik, dimana semua hasil tangkapan yang muatan di atas kapal pada kondisi eksisting
baik saat musim puncak maupun paceklik
disajikan pada Gambar 3 dan 4.

Gambar 2. Rancangan umum kapal payang Palabuhanratu.

Gambar 3. Rencana gariskapal payang Palabuhanratu.

Yopi dkk. 32
Jurnal IPTEKS PSP, Vol. 1 (1) April 2014: 28 - 39 ISSN: 2355-729X

Tabel 2. Jenis, berat dan posisi muatan kondisi eksisting di atas kapal payang Palabuhanratu.

Berat (kg)
No. Jenis Muatan Jumlah
M1-1 M2-1
1. Mesin kapal 1 unit 40 40
2. Alat tangkap payang 1 unit 1.000 1.000
3. Nelayan 15 orang 975 975
4. Es 1 unit 30 30
5. Hasil tangkapan di badan kapal 10 - 2.400
6. Hasil tangkapan di blong 10 922 922
7. Solar 1 unit 20 33

Gambar 4. Ilustrasi penempatan muatan di atas kapal payang saat musim paceklik.

Yopi dkk. 33
Jurnal IPTEKS PSP, Vol. 1 (1) April 2014: 28 - 39 ISSN: 2355-729X

Gambar 5. Ilustrasi penempatan muatan di atas kapal payang saat musim puncak.

Hasil perhitungan berat muatan di Stabilitas Kapal


empat posisi kapal, yaitu: buritan,
haluan, CLkanan, dan CLkiri Kurva stabilitas kapal payang pada
(ilustrasi pada Gambar 5), disajikan pada kondisi eksisting mengangkut hasil
Tabel 3. Pada Tabel 3 terlihat bahwa pada tangkapan minimum (kondisi M1-1) dan
kedua kondisi eksisting M1-1 dan M2-1, simulasinya (kondisi M1-2 dan M1-3)
muatan lebih berat berada di posisi disajikan pada Gambar 6. Adapun kurva
(CLkiri) secara melintang dan di posisi stabilitas kapal payang pada kondisi
buritan secara longitudinal.Pada eksisting mengangkut hasil tangkapan
kondisi simulasi yaitu M1-2,M1-3, M2-2, dan maksimum (kondisi M2-1) dan simulasinya
M2-3 dilakukan upaya agar berat muatan (kondisi M2-2 dan M2-3) disajikan pada
secara melintang dan longitudinal Gambar 7. Pada Gambar 6 dan 7 terlihat
seimbang atau mendekati seimbang. bahwa kondisi kapal hasil simulasi memiliki
Keseimbangan berat muatan di atas kapal kurva stabilitas yang lebih tinggi jika
secara melintang maupun longitudinal dibandingkan dengan kurva stabilitas kapal
dapat membantu mempertahankan pada kondisi eksisting.
stabilitas kapal.

Yopi dkk. 34
Jurnal IPTEKS PSP, Vol. 1 (1) April 2014: 28 - 39 ISSN: 2355-729X

Tabel 3. Perhitungan berat muatan di ke empat posisi kapal.

Longitudinal (kg) Melintang (kg)


Kondisi muatan KG (m)
Buritan Haluan CLKanan CLKiri
Muatan saat musim paceklik
M1-1 2.108,0 884,0 1.342,0 1.650,0 0,999
M1-2 1.415,0 1.577,0 1.306,0 1.686,0 0,864
M1-3 1.590,0 1.402,0 1.462,5 1.529,5 0,837
Muatan saat musim puncak
M2-1 3.256,0 2.149,0 2.483,5 2.921,5 0,929
M2-2 3.016,0 2.389,0 2.418,5 2.986,5 0,869
M2-3 2.628,0 1.855,0 2.049,0 2.434,0 0,783

Keterangan: KG = jarak titik G secara vertikal dari atas lunas

Gambar 6. Pembagian posisi penghitungan berat muatan di atas kapal.

Yopi dkk. 35
Jurnal IPTEKS PSP, Vol. 1 (1) April 2014: 28 - 39 ISSN: 2355-729X

Nilai parameter stabilitas yang beberapa blong berukuran kecil sebagian


terdapat dalam kurva stabilitas, yaitu nilai ditempatkan di bawah lantai dek di buritan
GZmaksimum sudut oleng kapal saat kapal dan sebagian lagi di haluan kapal,
terbentuknnya GZmaksimum dan besarnya luas yaitu kondisi M1-3. Perubahan posisi
area di bawah kurva hingga sudut oleng muatan dari kondisi M1-1 menjadi M1-3
kapal saat terbentuknya GZmaksimum disajikan tersebut, mengakibatkan nilai GZ
pada Tabel 4. Luas area di bawah kurva bertambah hingga sekitar 55,6 %, energi
menunjukkan besarnya energi yang dapat pembalik bertambah hingga 69,2% dan
membalikkan kapal kembali ke posisi tegak jarak KG berkurang hingga 16,2%.
semula dari kemiringannya. Energi Demikian pula halnya saat blong
pembalik kapal dihitung dengan mengacu besar dan blong kecil berisi ikan pada
luas area di bawah kurva hingga sudut kondisi eksisting kapal payang yang
kemiringan kapal yang menghasilkan mengangkut muatan maksimum (M2-1)
GZmaksimum. dipindahkan sebagaimana kondisi M2-2.
Pada Tabel 4 terlihat bahwa saat Dimana blong besar dipindahkan ke arah
semua blong berisi ikan pada kondisi buritan kapal dan blong kecil ke arah
eksisting kapal payang yang mengangkut haluan kapal. Selain itu, ABK yang pada
muatan minimum (M1-1) dipindahkan ke kondisi eksisting duduk di atas para-para
bawah lantai dek kapal tepatnya di tengah kapal, diturunkan dan diposisikan di lantai
kapal dan disusun hingga ke arah haluan dek kapal. Perpindahan muatan ini
kapal, yaitu kondisi M1-2, nilai GZ mengakibatkan nilai GZ bertambah hingga
bertambah hingga sekitar 51 %, sudut sekitar 19,7 %, sudut kemiringan kapal saat
kemiringan kapal saat GZmaks bertambah GZmaks bertambah 12,5, energi pembalik
9,5, energi pembalik bertambah hingga bertambah hingga 28,7% dan jarak KG
65,7% dan jarak KG berkurang hingga berkurang hingga 6,5%. Akan tetapi, jika
13,5%. Nilai GZ dan energi pembalik kapal hanya mengangkut hasil
semakin bertambah besar, dan tangkapan.
jarak KG semakin mengecil saat

Tabel 4. Nilai parameter stabilitas kapal payang kondisi eksisting, dengan kondisi simulasinya.
Energi
Sudut pada Rentang KG
Kondisi GZmaks (m) pembalik
GZmaks (°) stabilitas (m)
(m.rad)
M1-1 0,099 47,5 0,742 0° - 71° 0,999
M1-2 0,202 52,5 2,164 0° - 88° 0,864
M1-3 0,223 52,5 2,406 0° - 91° 0,837
M2-1 0,110 35,0 1,730 0° - 68° 0,929
M2-2 0,137 40,0 2,426 0° - 75° 0,869
M2-3 0,204 45,0 4,327 0° - 94° 0,783

Yopi dkk. 36
Jurnal IPTEKS PSP, Vol. 1 (1) April 2014: 28 - 39 ISSN: 2355-729X

Gambar 7. Kurva stabilitas kapal payang Gambar 8. Kurva stabilitas kapal payang
kondisi eksisting M1-1, dengan kondisi eksisting M2-1, dengan
simulasinya M1-2 dan M1-3 simulasinya M2-2 dan M2-3

Pada Tabel 4 terlihat bahwa saat dipindahkan sebagaimana kondisi M2-2.


semua blong berisi ikan pada kondisi Dimana blong besar dipindahkan ke arah
eksisting kapal payang yang mengangkut buritan kapal dan blong kecil ke arah
muatan minimum (M1-1) dipindahkan ke haluan kapal.Selain itu, ABK yang pada
bawah lantai dek kapal tepatnya di tengah kondisi eksisting duduk di atas para-para
kapal dan disusun hingga ke arah haluan kapal, diturunkan dan diposisikan di lantai
kapal, yaitu kondisi M1-2, nilai GZ dek kapal.Perpindahan muatan ini
bertambah hingga sekitar 51 %, sudut mengakibatkan nilai GZ bertambah hingga
kemiringan kapal saat GZmaks bertambah sekitar 19,7 %, sudut kemiringan kapal saat
9,5, energi pembalik bertambah hingga GZmaks bertambah 12,5, energi pembalik
65,7% dan jarak KG berkurang hingga bertambah hingga 28,7% dan jarak KG
13,5%. Nilai GZ dan energi pembalik berkurang hingga 6,5%. Akan tetapi, jika
semakin bertambah besar, dan jarak KG kapal hanya mengangkut hasil tangkapan
semakin mengecil saat beberapa blong yang terdapat di bawah lantai dek kapal,
berukuran kecil sebagian ditempatkan di dengan kata lain tidak ada hasil tangkapan
bawah lantai dek di buritan kapal dan yang dimasukkan ke dalam blong (kondisi
sebagian lagi di haluan kapal, yaitu kondisi M2-3) yang diletakkan di atas lantai dek
M1-3. Perubahan posisi muatan dari kondisi kapal, nilai GZ dan energi pembalik
M1-1 menjadi M1-3 tersebut, semakin bertambah besar, dan jarak KG
mengakibatkan nilai GZ bertambah hingga semakin mengecil. Perubahan posisi
sekitar 55,6 %, energi pembalik bertambah muatan dari kondisi M2-1 menjadi M2-3
hingga 69,2% dan jarak KG berkurang tersebut, mengakibatkan nilai GZ
hingga 16,2%. bertambah hingga sekitar 46,1 %, energi
Demikian pula halnya saat blong pembalik bertambah hingga 60% dan jarak
besar dan blong kecil berisi ikan pada KG berkurang hingga 15,7%.
kondisi eksisting kapal payang yang Berdasarkan hasil kajian Jin et al.
mengangkut muatan maksimum (M2-1) (2002), Wang et al. (2005) dan Ant 𝑎̃ o

Yopi dkk. 37
Jurnal IPTEKS PSP, Vol. 1 (1) April 2014: 28 - 39 ISSN: 2355-729X

(2008), menunjukkan bahwa kecelakaan perubahan posisi titik gravitasi. Dimana


kapal yang terjadi, lebih sering berupa titik gravitasi bergeser ke bawah sehingga
terbaliknya kapal. Kondisi ini disebabkan nilai KG mengecil. Mengecilnya nilai KG
karena kapal mengangkut muatan yang memberikan dampak terhadap lengan
melebihi kapasitas muatnya dan penegak (righting arm) dan energi
penempatan muatan yang berlebihan di pembalik kapal ke posisi tegak
atas lantai dek kapal. Hind (1982) semula.Lengan penegak dan energi
menyatakan bahwa penempatan muatan pembalik kapal ke posisi tegak semula
yang cenderung berada jauh di atas lunas, semakin bertambah besar. Kondisi ini
akan mengakibatkan titik gravitasi bergeser menunjukkan bahwa kualitas stabilitas
menjauhi lunas. Pada kondisi eksisting kapal menjadi meningkat.
kapal saat mengangkut muatan minimum Demikian pula halnya pada kondisi
(kondisi M1-1) dan kondisi eksisting kapal M1-3, yaitu blong berisi ikan dipindahkan ke
saat mengangkut muatan maksimum bawah lantai dek kapal, dimana blong
(kondisi M2-1) memiliki titik gravitasi (KG) besar di tempatkandi tengah kapal hingga
yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan ke arah haluan kapal dan menyebarkan
kondisi hasil simulasi keduanya. Lebih blong kecil di buritan dan haluan kapal.
tingginya titik gravitasi di atas lunas pada Pada kondisi M1-3, terjadi pergeseran titik
kondisi M1-1 lebih disebabkan karena gravitasi ke bawah (lebih rendah dari
hampir semua muatan ditempatkan di atas kondisi M1-2). Oleh karenaitu, maka
lantai dek kapal. Berdasarkan hasil penempatan muatan yang berupa hasil
perhitungan, titik gravitasi kapal pada tangkapan ke bawah lantai dek kapal dan
kondisi tersebut berada pada 0,999 m di kemudian memposisikannya dengan cara
atas lunas.Jika dibandingkan dengan tinggi disebar di bagian buritan, tengah kapal dan
kapal (depth), keberadaan titik gravitasi haluan kapal (kondisi M1-3) lebih mampu
sekitar 10 cm di atas lantai dek kapal. meningkatkan kualitas stabilitas kapal
Lain halnya dengan kondisi M2-1, titik payang dibandingkan dengan kondisi M1-1
gravitasi yang jauh di atas lunas kapal, dan M1-2.
yaitu 0,929 m, diduga disebabkan karena Pada kondisi M2-2, yaitu semua awak
kelebihan muatan. Pada kondisi tersebut, di beradadi lantai dek kapal dan
bagian bawah lantai dek telah dimuati oleh memindahkan blong besar berisi ikan ke
hasil tangkapan, yaitu sekitar 2.400 kg, arah buritan kapal dan blong kecil berisi
adapun di bagian atas lantai dek ditempati ikan ke arah haluan, terjadi pergeseran titik
oleh sekitar 10 blong ikan dengan total gravitasi ke arah bawah sehingga nilai KG
ikan didalamnya sebanyak 922 kg. Selain mengecil. Kondisi ini mengakibatkan
blong berisi ikan, di atas lantai dek juga lengan penegak dan energi pembalik kapal
terdapat alat tangkap, jirigen berisi bahan semakin bertambah besar, kualitas
bakar dan nelayan. Berdasarkan hasil stabilitas kapal meningkat. Peningkatan
kajian, diperkirakan kapal payang kualitas stabilitas kapal semakin bertambah
Palabuhanratu saat berada dalam kondisi besar saat simulasi penempatan muatan
M1-1 dan M2-1 memiliki peluang terbalik dilakukan sesuai dengan kondisi M2-3, yaitu
yang cukup besar. dengan dengan meniadakan blong yang
Pada kondisi M1-2, yaitu semua blong berisi ikan di atas lantai dek dan
berisi ikan dipindahkan ke bawah lantai dek memposisikan ABK disisi berlawanan
kapal dan terkonsentrasi di tengah kapal dengan keberadaan alat tangkap. Simulasi
hingga ke arah haluan kapal, terjadi ini menuntut nelayan kapal payang tidak

Yopi dkk. 38
Jurnal IPTEKS PSP, Vol. 1 (1) April 2014: 28 - 39 ISSN: 2355-729X

membawa hasil tangkapan yang melebihi Organization Resolution A. 749 (18): 14-
kapasitas simpan di bawah lantai dek kapal. 28.
Pada kondisi M2-3, titik KG semakin Jin, D., H.L. Kite-Powell, E. Thunberg, A.R. Solow,
mengecil, lengan penegak dan energi W.K. Talley. 2002. A Model of Fishing
pembalik kapal semakin bertambah besar. Vessel Accident Probability. Journal of
Berdasarkan hasil pemaparan di atas, Safety Research, 33: 497-510.
terlihat bahwa apabila beban yang Marjoni, B.H. Iskandar dan M. Imron. 2010.
berlebihan di atas lantai dek kapal Stabilitas Statis dan Dinamis Kapal
ditiadakan, maka kualitas stabilitas kapal Purse seine di Pelabuhan Perikanan
semakin meningkat. Pantai Lampulo Kota Banda Aceh
Nanggroe Aceh Darussalam. Jurnal
Marine Fisheries, 1(2): 113-122.
KESIMPULAN
Rouf, A.R.A. dan Y. Novita. 2006. Studi
Berdasarkan hasil kajian, disimpulkan Tentang Bentuk Kasko Kapal Ikan di
bahwa: penempatan muatan yang berupa Beberapa Daerah di Indonesia. Jurnal
Torani. Vol. 16 (4): 51-62.
hasil tangkapan dalam jumlah minimal
(musim paceklik) dan maksimal (musim Suwardjo, D., I. Jaya, J. Jaluan dan S.
puncak ikan) yang selama ini dilakukan Hadipoernomo. 2010. Kajian Tingkat
oleh nelayan payang di Palabuhanratu Kecelakaan Fatal, Pencegahan dan
Mitigasi Kecelakaan Kapal-kapal
menghasilkan kualitas stabilitas kapal yang
Penangkap Ikan yang Berbasis Operasi
rendah. Penempatan muatan di bawah di PPP Tegal Sari, PPN Pekalongan
lantai dek kapal, dapat meningkatkan dan PPS Cilacap. Jurnal Teknologi
kualitas stabilitas kapal. Oleh karena itu, Perikanan dan Kelautan, 10 (1): 61 – 72.
penempatan muatan sebaiknya di bawah
Taylor, L.G. 1977. The Principle of Ship Design.
lantai dek kapal. Selain itu, kelebihan Glasgow: Brown and Son Publisher Ltd.
muatan di atas kapal, dapat mengurangi Nautical Publisher. 52 Darnley Street.
kualitas stabilitas kapal. Oleh sebab itu,
Wang, J., A. Pillay, Y.S. Kwon, A.D. Wall and C.G.
kelebihan muatan di atas kapal sebaiknya
Loughran. 2005. An Analysis of Fishing
dihindari. Vessel Accidents. Accident Analysis &
Prevention, Vol. 27: 1019-1024.
DAFTAR PUSTAKA

Ant𝑎̃o, P., T. Almeida, C. Jacinto and C.G. Soares.


2008. Causes of Occupational
Accidents in The Fishing Sector in
Portugal. Safety Science, Vol. 46: 885-
899.
Fyson, J. 1985. Design of Small Fishing
Vessels. England: Fishing News Book: 21
– 53.
Hind, J.A. 1982. Stability and Trim of Fishing
Vessels. Second edition. Fishing News
Books Ltd. Farnham, England. 131 pp.
IMO, 1995. Code on Intact Stability for All
Types of Ships Covered by IMO
Instruments. International Maritime

Yopi dkk. 39

You might also like