You are on page 1of 19

Rencana Aksi Korporasi private placement yang

Dilakukan oleh PT. SLJ GLOBAL, Tbk. terhadap CARRIEDO


Limited

Arvi Alvianda

Fakultas Hukum, Magister Hukum Ekonomi, Universitas Indonesia,


arvi.alvianda24@gmail.com

ABSTRACT

One of the most important elements in the framework of the business development strategy
of public companies (issuers) is the addition of capital. The addition of capital can be done in two
ways, namely Capital Increase by providing Pre-emptive Rights and Capital Additions without
Giving Pre-emptive Rights. Providing Rights is the same as Rights Issue, while without giving
Rights can be equated with Private Placement. However, generally people are more familiar with
calling private placement with the term Right Issue without Preemptive Rights. Arrangements
regarding Preemptive Rights are regulated in POJK No.32/POJK.04/2015 concerning Addition
of Company Capital By Providing Pre-emptive Rights, while without providing Preemptive
Rights is regulated in POJK No.38/POJK.04/2014 concerning Capital Increase of Public
Companies without Giving Pre-emptive Rights. The research method is used a normative
juridical method. The research specifications are used descriptive-analytical. From the results of
the study it can be concluded that the Capital Increase without Giving Preemptive Rights is
carried out by PT. SLJ GLOBAL Tbk, by issuing new shares to creditors as a form of debt payment
is one of the best ways for the Company. This method proved to be able to reduce debt and increase
the paid up capital of the Company, as well as making the Creditor as a new shareholder. However,
corporate action through the issuance of new shares without giving HMETD, so that there are
additional new investors, resulting in a percentage share ownership of each of the existing
shareholders has decreased. (Dilution).
Keywords : Debt Payment, Creditor, Corporate Action, Dilution, PT. SLJ Global, Tbk.

Copyright © 2020 JSH. All rights reserved.

215
P-ISSN: 2656-534X, E-ISSN: 2656-5358
Jurnal Suara Hukum, Vol. 2, No. 2, September 2020

1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Kebanyakan perusahaan – perusahan besar menyadari bahwa
persaingan bisnis yang semakin ketat membuat perusahan–perusahaan
tersebut harus memperluas pasar mereka, namun permasalahan yang
sering kali dihadapi oleh perusahaan adalah kurangnya modal serta
manajemen yang lemah dari perusahaan itu sendiri. Pemecahan masalah
yang harus dihadapi adalah dengan melakukan go public yang dianggap
merupakan jalan keluar, pengertian go public itu sendiri adalah kegiatan
penawaran saham atau efek lainnya yang dilakukan oleh emiten
(perusahaan yang akan go public) untuk menjual saham atau efek kepada
masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur oleh UU Pasar Modal dan
Peraturan Pelaksanaannya.
Dengan go public dianggap dapat membuat perusahaan menghimpun
modal yang besar dari pasar dengan biaya yang relatif murah, serta
mempermudah proses merger atau akuisi, dan memungkinkan perusahaan
untuk memiliki peluang pasar yang lebih luas karena perusahaan dan
produknya semakin dikenal oleh masyarakat, dengan berubahnya budaya
perusahaan karena tuntutan profesionalisme, yang semuanya itu
merupakan konsekuensi positif dari go public.1
Salah satu unsur terpenting dalam kerangka strategi pengembangan
usaha perusahaan publik (emiten) adalah penambahan modal.
Penambahan modal dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu Penambahan
Modal dengan memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu dan
Penambahan Modal Tanpa Memberikan Hak Memesan Efek Terlebih
Dahulu. Dengan memberikan HMETD sama artinya dengan Rights Issue
atau Penawaran Umum Terbatas, sementara tanpa memberikan HMETD
dapat dipersamakan artinya dengan Private Placement.

1 Dikutip dari: http://e-journal.uajy.ac.id/3467/2/1KOM02329.pdf pada 21 Agustus 2020.

216
Rencana Aksi Korporasi………215-233

Dalam rangka memperbaiki kondisi keuangan, sebuah perusahaan


terbuka dapat melakukan penambahan modal tanpa melalui mekanisme
Hak Memesan Efek Terlebih Dahuku (HMETD). Hal ini diperbolehkan
sesuai pasal 2 POJK No.38/POJK.04/2014 Tentang Penambahan Modal
Perusahaan Terbuka Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu
(selanjutnya disebut POJK No.38/POJK.04/2014) bahwa Perusahaan
Terbuka dapat menambah modal tanpa memberikan HMETD kepada
pemegang saham sebagaimana diatur dalam peraturan di sektor Pasar
Modal yang mengatur mengenai Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu, baik
untuk memperbaiki posisi keuangan maupun selain untuk memperbaiki
posisi keuangan Perusahaan Terbuka. Sama seperti HMETD pada Rights
Issue, tujuan utama Private Placement adalah menambah modal perusahaan
yang dapat digunakan untuk ekspansi, pembayaran hutang, atau
pembayaran operasional perusahaan lainnya. Private placement juga bisa
digunakan untuk merekrut investor strategis yang dapat membantu jalan
dan perkembangan perusahaan.
Namun demikian, dampak akhir kedua aksi korporasi ini tidaklah
sama. Sesuai Pasal 1 POJK No.32/POJK.04/2015 Tentang Penambahan
Modal Perusahaan Terbuka Dengan Memberikan Hak Memesan Efek
Terlebih Dahulu (selanjutnya disebut POJK No.32/POJK.04/2015).
HMETD adalah hak yang melekat pada saham yang memberikan
kesempatan pemegang saham yang bersangkutan untuk membeli saham
dan/atau Efek Bersifat Ekuitas lainnya, baik yang dapat dikonversikan
menjadi saham atau yang memberikan hak untuk membeli saham, sebelum
ditawarkan kepada Pihak lain.Dengan ketentuan ini, pemegang saham
lama mendapatkan hak didahulukan untuk berpartisipasi membeli saham
baru yang akan dikeluarkan emiten, kecuali pemegang saham tidak
menggunakan haknya. Untuk itu, hak tersebut dapat dialihkan kepada
pihak lain. Di balik hak itu terkandung arti bahwa pemegang saham
kepemilikannya secara presentase di perseroan tidak mengalami dilusi

217
P-ISSN: 2656-534X, E-ISSN: 2656-5358
Jurnal Suara Hukum, Vol. 2, No. 2, September 2020

(pengurangan). Hal ini berbeda dengan tanpa HMETD di mana emiten


dapat menambah modal dengan tanpa memberikan HMETD kepada
pemegang saham, sebagaimana diatur dalam Pasal 2 POJK
No.38/POJK.04/2014, yang berarti bahwa pemegang saham yang telah ada
tidak diberikan hak untuk menambah kepemilikan sahamnya. Hal ini,
karena akan ada pemegang saham baru akan menjadi salah satu pemegang
saham terbesar di perusahaan publik tersebut. Konsekuensinya, pemegang
saham lama besar kemungkinan akan mengalami dilusi atas persentase
saham yang dimiliknya.
Penambahan Modal Tanpa Memberikan HMETD yang dilakukan
oleh Perseroan PT. SLJ GLOBAL, Tbk., dengan cara menerbitkan saham
baru kepada Kreditur sebagai bentuk pembayaran utang merupakan salah
satu cara terbaik bagi Perseroan. Cara tersebut terbukti mampu
mengurangi utang dan menambah modal disetor Perseroan & menjadikan
pihak Kreditur sebagai pemegang saham baru. Namun demikian, aksi
korporasi melalui penerbitan saham baru tanpa memberikan HMETD,
sehingga terdapat penambahan investor baru, mengakibatkan persentase
kepemilikan saham dari masing-masing pemegang saham lama mengalami
penurunan (dilusi).
PT. SLJ Global, Tbk yang ingin melakukan restrukturisasi utang
melalui debt to equity swap tentu dibolehkan sesuai dengan ketentuan Pasal
2 Salinan POJK No.38/POJK.04/2014 yaitu PT.SLJ Global, Tbk selaku
Debitur berencana untuk melakukan penyelesaian utang dengan Carriedo
Limited selaku Kreditur melalui Penambahan Modal Tanpa Memberikan
HMETD dengan cara konversi utang menjadi modal saham (debt to equity
swap).2
Menurut Agus Riyanto, “HMETD itu sama artinya dengan Rights
Issue atau Penawaran Umum Terbatas sementara Tanpa HMETD itu dapat

2Surat Edaran Keterbukaan Informasi Kepada Para Pemegang Saham PT. SLJ Global Tbk., hlm. 4.

218
Rencana Aksi Korporasi………215-233

dipersamakan artinya dengan Private Placement”.3 Perbedaan mendasar


dari Rights Issue dan Private Placement adalah tidak adanya hak bagi
pemegang saham lama untuk membeli saham baru yang akan diterbitkan
pada Private Placement. Jumlah maksimal saham baru yang bisa diterbitkan
oleh perusahaan pada aksi Private Placement adalah 10% dari total modal
ditempatkan dan disetor penuh.Sedangkan nilai yang dipakai untuk
menentukan harga dari saham baru adalah harga rata-rata penutupan 25
hari aktif bursa berturut-turut.

1.2. Rumusan Masalah


a. Apakah rencana aksi korporasi penambahan modal Tanpa
HMETD (Private Placement) yang dilakukan PT. SLJ Global, Tbk.,
kepada Carriedo Limited telah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku di bidang pasar modal?
b. Bagaimana dampak penambahan modal Tanpa HMETD (Private
Placement) bagi PT. SLJ Global, Tbk?

2. Metode Penelitian
Menurut Peter Mahmud Marzuki, penelitian hukum adalah suatu proses
untuk menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-
doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi. 4 Penelitian ini
menggunakan metodologi penelitian yuridis normatif, yakni penelitian
hukum yang berbasis atau mengacu kepada kaidah-kaidah atau norma-norma
hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan.5 Dalam
kaitanya dengan pasar modal, khususnya yang berkaitan dengan HMETD dan
Tanpa HMETD, terdapat beberapa peraturan dari pemerintah serta otoritas

3Agus Riyanto, Penambahan Modal di Pasar Modal: Dengan atau Tanpa Hak HMETD, http://business-
law.binus.ac.id/2017/06/21/penambahan-modal-di-pasar-modal-dengan-atau-tanpa-hak-hmetd/
Diakses 17 Mei 2020.
4Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2005),hlm 35.
5 Sudikno Mertokusumo, Penelitian Hukum Suatu Pengantar, cet. II, (Yogyakarta: Liberty, 2001), hlm. 29.

219
P-ISSN: 2656-534X, E-ISSN: 2656-5358
Jurnal Suara Hukum, Vol. 2, No. 2, September 2020

yang berwenang dalam bentuk pengawasan. Penambahan modal dengan


HMETD (Right Issue) maupun tanpa HMETD (Private Placement) memiliki
tujuan yang sama, untuk memperkuat modal perusahaan, memperoleh dana
tambahan dari masyarakat, melakukan ekspansi maupun melunasi
pembayaran hutang. Untuk dapat menentukan pilihan mana yang akan
ditempuh antara keduanya tergantung kepada keinginan dan konsekuensi
dari pilihan tersebut, keduanya memiliki perbedaan kondisi yang
mendasarinya. Menurut Soerjono Soekanto, pendekatan normatif yaitu
penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau
data sekunder sebagai bahan dasar untuk diteliti dengan cara mengadakan
penelusuran terhadap peraturan-peraturan dan literatur-literatur yang
berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.6

3. Hasil Penelitian dan Pembahasan


3.1 Pengaturan Aksi Korporasi Penambahan Modal Dengan HMETD
(Right Issue) dan Tanpa HMETD (Private Placement)
Yang dimaksud HMETD itu sama artinya dengan Rights Issue atau
Penawaran Umum Terbatas, sementara Tanpa HMETD itu dapat
dipersamakan artinya dengan Private placement. Hal yang menjadi rujukan
utama adalah regulasi yang mengaturnya. Untuk HMETD dan tanpa
HMETD telah diatur dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang
Pasar Modal yang merupakan landasan hukum yang mewajibkan Emiten
atau Perusahaan Publik untuk memberikan hak memesan efek terlebih
dahulu kepada setiap pemegang saham secara proporsional, kemudian
UUPM juga melindungi kepentingan pemegang saham independen, serta
mengatur mengenai persyaratan dan tata cara penerbitan hak memesan
efek terlebih dahulu.

6Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat), (Jakarta: Rajawali
Pers, 2001), hlm. 13-14.

220
Rencana Aksi Korporasi………215-233

Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas


(selanjutnya disebut UUPT) dijelaskan bahwa preemptive right/Hak
Memesan Efek Terlebih Dahulu merupakan suatu keharusan yang
dilaksanakan oleh perusahaan dan merupakan hak yang secara otomatis
diberikan kepada pemegang saham, tanpa perlu diatur secara jelas dan
tegas dalam Anggaran Dasar, Peraturan Bapepam dan LK Nomor IX. D.
1. Tahun 2003 tentang Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu menjelaskan
mengenai pengertian, syarat-syarat dan ketentuan hak memesan efek
terlebih dahulu serta prosedur pelaksanaan dari hak memesan efek
terlebih dahulu, Peraturan Bapepam dan LK Nomor IX. D. 2. Tahun 2000
tentang Pedoman Mengenai Bentuk dan Isi Pernyataan Pendaftaran
Dalam Rangka Penerbitan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu secara
garis besar mengatur tentang pedoman mengenai bentuk dan isi
pernyataan pendaftaran yang akan digunakan bagi Emiten atau
perusahaan publik yang bermaksud untuk menawarkan Hak Memesan
Efek Terlebih Dahulu.
Peraturan Bapepam dan LK Nomor IX. D. 3. Tahun 2000 tentang
Pedoman Mengenai Bentuk dan Isi Prospektus Dalam Rangka
Penerbitan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu secara garis besar
menjelaskan mengenai bentuk dan isi Prospektus dalam rangka
penerbitan Right Issue, Peraturan Bapepam dan LK Nomor IX. D. 4.
Tahun 2009 tentang Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek
Terlebih Dahulu secara garis besar mengatur mengenai persyaratan
penambahan modal tanpa HMETD, rapat umum pemegang saham dan
bagaimana pelaksanaan penambahan modal tanpa HMETD. Peraturan
OJK Nomor 38/POJK.04/2014 tentang Penambahan Modal Perusahaan
Terbuka Tanpa Memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu secara
garis besar mengatur mengenai persyaratan penambahan modal tanpa
HMETD, keterbukaan informasi, pelaksanaan penambahan modal
perusahaan terbuka tanpa memberikan HMETD, dan pengumuman

221
P-ISSN: 2656-534X, E-ISSN: 2656-5358
Jurnal Suara Hukum, Vol. 2, No. 2, September 2020

serta pemberitahuan pelaksanaan penambahan modal, Peraturan OJK


Nomor 32 /POJK.04/2015tentang Penambahan Modal Perusahaan
Terbuka Dengan Memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu
secara garis besar mengatur mengenai persyaratan penambahan modal
dengan HMETD, penggunaan dana, keterbukaan informasi dalam
RUPS, pernyataan pendaftaran, permintaan perubahan atau tambahan
informasi, pencatatan perdagangan dan distribusi HMETD, laporan
pelaksanaan HMETD dan dokumentasi serta ketentuan sanksi.
Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu).
Perbedaan antara HMETD dan tanpa HMETD jelas terlihat dari
terminologi kata yang digunakan dan juga ketidaksamaan dari regulasi
yang mengaturnya.7
Undang-Undang Pasar Modal, Undang-Undang Perseroan Terbatas,
Peraturan Bapepam-LK, dan Peraturan OJK yang mengatur kegiatan
Pasar Modal tersebut memperkuat kewenangan Pasar Modal terutama
bagi investor. Investor merupakan komponen utama dalam Pasar Modal
karena merupakan sumber dana bagi kegiatan transaksi di dalam Pasar
Modal, sehingga Undang-Undang maupun Peraturan yang ada
memberikan perlindungan bagi investor dan emiten terutama bagi
investor, agar investor merasa aman karena mendapatkan perlindungan
hukum yang pasti dalam kegiatan menanamkan modalnya.8
Right Issue dengan HMETD adalah hak untuk memesan efek terlebih
dahulu yang melekat pada saham, sebelum hak itu diberikan kepada
pihak lain, hak itu terlebih dulu diberikan kepada pemegang saham lama
untuk membeli saham baru yang akan diterbitkan perusahaan.9
Perusahaan melakukan ini dengan memberikan hak kepada pemegang

7 Dikutip dari: http://business-law.binus.ac.id. (Penambahan Modal Di Pasar Modal: Dengan atau Tanpa
Hak HMETD) diakses tanggal 17 Mei 2020.
8Bella Ratna Syafierra, Paramita Prananingtyas, Sartika Nanda Lestari. Program Studi S1 Ilmu Hukum,

Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro. Analisa hukum aksi korporasi berupa Right Issue Tanpa Hak Memesan
Efek Terlebih Dahulu pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 2017. hlm. 5-6.
9 Munir Fuady, Pembiayaan Perusahaan Masa Kini, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1997). hlm. 105-106

222
Rencana Aksi Korporasi………215-233

saham mereka yang ada untuk memperoleh saham selanjutnya dari


pemegang saham lama secara proporsional dengan kepemilikan saham
yang ada.10 Perusahaan menawarkan Right Issue terlebih dahulu kepada
mereka karena perusahaan ingin memberi insentif kepada mereka, selain
itu agar perusahaan dapat menarik pemegang saham lama untuk
menanamkan modalnya lebih banyak ke dalam perusahaan.11
Pada dasarnya penambahan modal dengan HMETD (Right Issue)
maupun tanpa HMETD (Private Placement) memiliki tujuan yang sama,
untuk memperkuat modal perusahaan, memperoleh dana tambahan
dari masyarakat, melakukan ekspansi maupun melunasi pembayaran
hutang. Untuk dapat menentukan pilihan mana yang akan ditempuh
antara keduanya tergantung kepada keinginan dan konsekuensi dari
pilihan tersebut, keduanya memiliki perbedaan kondisi yang
mendasarinya. Sebelumnya sudah dijelaskan pengertian mengenai
HMETD (Right Issue), selanjutnya akan dibahas pengertian pengertian
dari Tanpa HMETD (Private placement). Perbedaan mendasar dari Rights
Issue dan Private Placement adalah tidak adanya hak bagi pemegang
saham lama untuk membeli saham baru yang akan diterbitkan pada
Private Placement. Jumlah maksimal saham baru yang bisa diterbitkan
oleh perusahaan pada aksi Private Placement adalah 10% dari total modal
ditempatkan dan disetor penuh.12 Penambahan modal tanpa HMETD
yang dilakukan setiap perseroan dilakukan tanpa harus memberikan
kesempatan terlebih dahulu kepada pemegang saham lama untuk
membeli saham baru yang akan diterbitkan perusahaan. Pemegang
saham lama tidak dapat diikutsertakan dalam penambahan modal baru.
Konsekuensinya, pemegang saham lama besar kemungkinan akan
mengalami dilusi atas persentase saham yang dimilikinya.

Dikutip dari: Av.sc.com. Rights Issue guide UK Ordinary shareholders. 2010. hlm 4
10
11Pascoe, GA, MJD Ward dan DJ MacKenzie. The Influence of Economic Factors on Right Issue
Announcement.Investment Analysts Journal, 61. 2005. hlm. 17-28
12Dikutip dari Peraturan OJK No. 38/POJK.04/2014. (pada Pasal 2 ayat 3)

223
P-ISSN: 2656-534X, E-ISSN: 2656-5358
Jurnal Suara Hukum, Vol. 2, No. 2, September 2020

Dari penjelasan diatas kita dapat mengetahui, bahwa tujuan dari aksi
korporasi baik dengan HMETD maupun tanpa HMETD adalah untuk
kemajuan suatu perusahaan yang dilakukan dengan cara memperkuat
struktur permodalan perusahaan dan juga untuk pelunasan kewajiban
utang perusahaan. Perusahaan yang melakukan aksi korporasi Right
Issue dan Private Placement dapat mengalami peningkatan jumlah kas,
jumlah asset, jumlah ekuitas, jumlah modal ditempatkan, dan jumlah
modal disetor. Namun, pada umumnya penambahan modal tanpa
HMETD yang dilakukan perseroan adalah guna memperbaiki struktur
keuangan perusahaan, terutama dalam pembayaran utang, yaitu dengan
cara debt to equity swap.

3.2. Manfaat Penerbitan Saham Baru melalui Penambahan Modal


tanpa HMETD Bagi PT. SLJ Global, Tbk adalah:
PT. SLJ Global, Tbk yang ingin melakukan restrukturisasi utang
melalui debt to equity swap tentu dibolehkan sesuai dengan ketentuan Pasal
2 Salinan POJK No.38/POJK.04/2014 yaitu PT.SLJ Global, Tbk selaku
Debitur berencana untuk melakukan penyelesaian utang dengan Carriedo
Limited selaku Kreditur melalui Penambahan Modal Tanpa Memberikan
HMETD dengan cara konversi utang menjadi modal saham (debt to equity
swap).13
Sesuai dengan Salinan POJK No. 38/ POJK.04/2014 Pasal 6 ayat (1)
tentang Keterbukaan Informasi, yaitu :
1) Perusahaan Terbuka yang menambah modal tanpa memberikan
HMETD kepada pemegang saham sebagimana dimaksud dalam Pasal
2 ayat (1) wajib mengumumkan informasi tentang penambahan modal
tanpa memberikan HMETD kepada pemegang saham bersamaan
dengan pengumuman RUPS dengan memenuhi Prinsip Keterbukaan
yang paling kurang memuat :

13Surat Edaran Keterbukaan Informasi Kepada Para Pemegang Saham PT. SLJ Global Tbk., op.cit., hlm. 4.

224
Rencana Aksi Korporasi………215-233

a. Alasan dan tujuan Penambahan Modal Tanpa memberikan


HMETD (PMT-HMETD) ;
b. Perkiraan periode pelaksanaan PMT-HMETD (jika ada) ;
c. Rencana penggunaan dana hasil PMT-HMETD (jika telah dapat
ditentukan);
d. Analisis dan pembahasan Manajemen mengenai kondisi keuangan
Perusahaan Terbuka sebelum dan sesudah PMT-HMETD;
e. Risiko / dampakPMT-HMETD kepada pemegang saham termasuk
dilusi;
f. Keterangan dalam bentuk tabel tentang rincian struktur modal
saham sebelum dan sesudah PMT-HMETD, yang mencakup :
g. Modal dasar, modal ditempatkan, dan disetor penuh, beserta
informasi mengenai jumlah saham, nilai nominal, dan jumlah nilai
nominal;
h. Rincian kepemilikan saham oleh pemegang saham yang memiliki
5% (lima persen) atau lebih, direktur, dan komisaris yang meliputi
informasi mengenai nama, jumlah kepemilikan sahamnya, jumlah
nilai nominal, dan presantase kepemilikan sahamnya ;
i. Saham dalam simpanan (portepel) yang meliputi informasi
mengenai jumlah saham dan nilai nominal; dan
j. Proforma modal saham apabila Efek dikonversikan (jika ada); dan
k. Keterangan mengenai calon pemodal (jika ada) termasuk ada atau
tidaknya hubungan Afiliasi dengan Perusahaan Terbuka.
Untuk memenuhi ketentuan Salinan POJK No.38/ POJK.04/2014, Pasal 6
ayat (1) huruf (a), (b), (c), dan (e), yaitu “Alasan dan tujuan Penambahan Modal
Tanpa memberikan HMETD (PMT-HMETD), Perkiraan periode pelaksanaan
PMT-HMETD, Rencana penggunaan dana hasil PMT-HMETD, dan Risiko atau
dampak PMT-HMETD kepada pemegang saham termasuk dilusi” PT. SLJ
Global, Tbk telah mengumumkan Surat Edaran Keterbukaan Informasi kepada
para Pemegang Saham.

225
P-ISSN: 2656-534X, E-ISSN: 2656-5358
Jurnal Suara Hukum, Vol. 2, No. 2, September 2020

Restukturisasi utang merupakan suatu proses yang dapat dilakukan oleh


perusahaan yang mengalami kesulitan pemenuhan kewajiban utangnya. Salah
satu pola yang lazim digunakan dalam restrukturisasi utang adalah konversi
utang menjadi saham atau debt to equity swap, yaitu pertukaran utang dengan
saham, atau mengubah utang menjadi penyertaan modal, dengan cara
perusahaan menerbitkan saham baru kepada kreditur sebagai bentuk
pembayaran atas kewajibannya. Hal ini dilakukan karena perusahaan tersebut
tidak mampu melunasi kewajibannya kepada kreditur secara tunai.Definisi Debt
To Equity Swap menurut Gunadi merupakan suatu langkah yang diambil oleh
pihak kreditur karena kreditur tersebut melihat dan mengamati bahwa
perusahaan dari debitur yang mengalami masalah keuangan tersebut
mempunyai nilai ekonomi yang sangat bagus di masa yang akan datang, dan ini
merupakan cara yang bagus bagi kreditur untuk menambah laba, yaitu dengan
cara reklasifikasi tagihan debitur menjadi penyertaan.14
Melakukan penyelesaian (restrukturisasi) utang dengan skema konversi
saham akan meringankan beban keuangan Perseroan, dan tentunya akan
memperbaiki struktur keuangan Perseroan, sehingga dipandang sebagai pilihan
terbaik bagi Perseroan, dan seluruh pemegang saham Perseroan. RUPS terlebih
dahulu diperlukan karena akan ada pemegang saham baru yang akan menjadi
salah satu pemegang saham terbesar di perusahaan publik tersebut.
Konsekuensinya, pemegang saham lama besar kemungkinan akan mengalami
dilusi atas persentase saham yang dimiliknya.
Untuk memenuhi ketentuan di atas dan ketentuan di dalam Pasal 2 ayat (2)
POJK No.38/POJK.04/2014 tentang Persyaratan Penambahan Modal Tanpa
HMETD, yang mengharuskan adanya persetujuan dari RUPS, maka PT. SLJ
Global, Tbk menyelenggarakanRapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa
(RUPS-LB) pada hari Senin, tanggal 19 Juni 2017 pukul 9.00 WIB, bertempat di

14Gunadi,Restrukturisasi Perusahaan Dalam Berbagai Bentuk Dan Pemajakannya(Jakarta: Salemba

Empat, 2001), hlm. 61.

226
Rencana Aksi Korporasi………215-233

Gedung Balai Kartini lantai 2, Ruang Cempaka, Gatot Subroto Kav. 37, Jakarta
Selatan.
Dari skema restrukturisasi yang telah disepakati oleh PT. SLJ Global, Tbk
dengan Carriedo Limited, PT. SLJ Global, Tbk akan memperoleh beberapa
manfaat antara lain :15
1. Memperbaiki struktur keuangan Perseroan, yaitu dengan adanya
persetujuan untuk mengkonversi seluruh utang tersebut menjadi modal
saham, akan memperbaiki rasio solvabilitas seperti rasio utang terhadap
ekuitas Perseroan, baik dari perubahan utang ke saham, maupun dari
pendapatan komprehensif dari penghapusan bunga dan ke depan akan
menambah modal kerja.
2. Ekuitas perusahaan setelah dilakukannya konversi utang ke saham ini
menjadi positif, dimana sebelumnya mengalami ekuitas negatif sebesar
USD 15.442.281 menjadi positif sekitar USD 3 juta.
3. Konversi pada harga sebesar Rp. 238/saham, merupakan harga rata-rata
saham Perseroan di BEI selama 25 hari sebelum dilakukan kesepakatan
konversi utang menjadi saham pada tanggal 28 April 2017 dan juga
masih lebih tinggi dari harga penutupan pada tanggal 28 April 2017
yang seharga Rp. 226/saham, harga konversi tersebut cukup baik yang
dicapai oleh Perseroan, bila dibandingkan dengan nilai nominal saham
Perseroan yang adalah Rp. 100/saham, maupun harga rata-rata saham
Perseroan di BEI selama 25 hari sebelum dilakukan pengumuman akan
dilaksanakan RUPS-LB yang diumumkan pada tanggal 10 Mei 2017
yang adalah hanya sebesar Rp. 230/saham.
4. Harga Konversi Saham sebesar Rp. 238/saham telah memenuhi
ketentuan Butir V.1.1. Peraturan Bursa Efek Indonesia pada Pencatatan
Efek No. I-A dan ketentuan di dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang
tentang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007, yang menyatakan

15Ibid., hlm. 6-7.

227
P-ISSN: 2656-534X, E-ISSN: 2656-5358
Jurnal Suara Hukum, Vol. 2, No. 2, September 2020

bahwa, “Pengeluaran saham yang dilakukan untuk menambah modal


ditempatkan, harus disetor penuh. Adanya ketentuan saham harus disetor
penuh tersebut mewajibkan nilai konversi saham sekurang- kurangnya sama
dengan nilai nominalnya”.
5. Aset Perseroan yang dijaminkan berupa tanah, bangunan, mesin-mesin,
Fidusia inventory, dan account receivable yang merupakan aset-aset
utama Perseroan, yaitu industri plymill yang paling besar dalam
menghasilkan pendapatan bagi Perseroan, akan dilepas jaminan sejalan
dengan pelaksanaan penyelesaian (restrukturisasi) seluruh utang pada
Kreditur Baru tersebut, dengan nilai jaminan sekitar Rp. 219 miliar, USD
17,5 juta, dan JPY 908 ribu. Secara keseluruhan, dengan adanya
restrukturisasi (penyelesaian) utang ini, akan lebih meringankan arus
kas Perseroan untuk menambah modal kerja.
6. Perseroan akan mendapatkan keringanan dengan dihapuskannya
seluruh beban bunga dan denda yang tertunggak, sampai dengan
tanggal dilaksanakannya konversi utang menjadi modal saham, yang
diperkirakan akan dilaksanakan pada bulan Juli 2017.
4. Penutup
4.1 Simpulan
a) Dari permohonan restrukturisasi utang yang diajukan kepada
masing-masing kreditur Perseroan (PT. SLJ Global, Tbk) dan Anak
Perseroan (PT. Kalimantan Powerindo) terdapat 2 (dua) kreditur
yaitu Auspicium dan Pegasus yang pada tahun 2012 telah
dilakukan penyelesaian seluruh utang tertunggak dengan skema
utang pokok dikonversi menjadi modal saham Perseroan (Debt To
Equity Swap), serta penghapusan seluruh bunga dan denda yang
tertunggak sampai dengan tanggal terjadinya konversi. Satu lagi
kreditur yakni Bank CIMB Niaga juga telah menyepakati skema
restrukturisasi utang yang dituangkan dalam Adendum Perjanjian

228
Rencana Aksi Korporasi………215-233

Kredit tahun 2013, dimana salah satu skemanya adalahopsi


konversi sebagian utang jangka panjang menjadi modal saham.
b) Sesuai ketentuan UUPT Pasal 35 ayat (2) dan Penjelasannya yang
mengatur, “utang yang bisa dikonversi menjadi saham hanya
utang pokoknya”, yaitu sebesar USD 15,635,383.48. Saham yang
akan diterbitkan dalam rangka Penambahan Modal Tanpa HMETD
adalah sebanyak 875.515.780 lembar saham, dengan nilai nominal
Rp100,00. Pelaksanaan PMT-HMETD diperkirakan pada bulan Juli
2017. Para pemegang saham, sesuai data pada tanggal 31 Maret
2017 akan mengalami dilusi sekitar 22% pada saat tanggal
pelaksanaan Penambahan Modal Tanpa HMETD.
c) Untuk memenuhi ketentuan di dalam Pasal 2 ayat (2) POJK
No.38/POJK.04/2014 tentang Persyaratan Penambahan Modal
Tanpa HMETD, yang mengharuskan adanya persetujuan dari
RUPS, maka PT. SLJ Global, Tbk menyelenggarakan Rapat Umum
Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS-LB) pada hari Senin, tanggal
19 Juni 2017 pukul 9.00 WIB, bertempat di Gedung Balai Kartini
lantai 2, Ruang Cempaka, Gatot Subroto Kav. 37, Jakarta Selatan.
Dan untuk memenuhi ketentuan dalam Pasal 8, 9, dan 10 POJK
No.38/POJK.04/2014, maka Pengumuman atau Pemberitahuan
akan diadakannya RUPS-LB telah diumumkan melalui 1 (satu)
surat kabar harian berbahasa Indonesia, pada hari Rabu tanggal 10
Mei 2017 melalui surat kabar harian Investor Daily dan situs web
Perseroan (www.sljglobal.com). Pemanggilan Rapat akan
diumumkan melalui surat kabar harian yang sama, serta situs web
Perseroan pada hari Jum’at tanggal 26 Mei 2017.
d) Bersamaan pada tanggal Iklan Pengumuman atau Pemberitahuan
RUPS-LB, di harian Investor Daily dan situs web Perseroan, PT. SLJ
Global, Tbk mengumumkan Keterbukaan Informasi kepada Para
Pemegang Saham dan Publik (“Pengumuman”) tentang Rencana

229
P-ISSN: 2656-534X, E-ISSN: 2656-5358
Jurnal Suara Hukum, Vol. 2, No. 2, September 2020

Transaksi Penerbitan Saham Baru melalui Penambahan Modal Tanpa


HMETD.
Tanpa HMETD yang dilakukan tanpa harus memberikan kesempatan
kepada pemegang saham lama untuk membeli saham baru yang akan
diterbitkan, yang berarti bahwa pemegang saham yang telah ada tidak diberikan
hak untuk menambah kepemilikan sahamnya. Hal ini, karena akan ada
pemegang saham baru yang akan menjadi salah satu pemegang saham terbesar
di perusahaan tersebut. Konsekuensinya, pemegang saham lama besar
kemungkinan akan mengalami dilusi atas persentase saham yang dimiliknya.
Penambahan modal dengan Tanpa HMETD lebih efisien dari segi waktu karena
prosedurnya tidak rumit dibandingkan dengan HMETD, sehingga perusahaan
dapat menambah modal dengan cepat sesuai dengan yang dibutuhkan, banyak
emiten memilih dengan cara ini disamping untuk memperkuat struktur
permodalan ataupun untuk mengurangi beban keuangan dengan pembayaran
utang kepada kreditor. Perbedaan keduanya sudah jelas nyata dari penjelasaan
diatas, namun yang membedakan keadaannya adalah Penambahan modal
dengan cara HMETD dilakukan dengan kondisi perusahaan yang kondisi
keuangannya stabil atau sehat, sedangkan Penambahan Modal dengan cara
Tanpa HMETD dilakukan apabila kondisi keuangan perusahaan tersebut sedang
tidak stabil atau tidak sehat.
Dengan melakukan penyelesaian (restrukturisasi) utang dengan skema
konversi saham akan meringankan beban keuangan Perseroan, dan tentunya
akan memperbaiki struktur keuangan Perseroan, sehingga dipandang sebagai
pilihan terbaik bagi Perseroan, dan seluruh pemegang saham Perseroan. Dari
skema restrukturisasi yang telah disepakati oleh PT. SLJ Global, Tbk dengan
Carriedo Limited, PT. SLJ Global, Tbk akan memperoleh beberapa manfaat
antara lain dapat memperbaiki struktur keuangan Perseroan, yaitu dengan
adanya persetujuan untuk mengkonversi seluruh utang tersebut menjadi modal
saham, akan memperbaiki rasio solvabilitas seperti rasio utang terhadap ekuitas
Perseroan, baik dari perubahan utang ke saham, maupun dari pendapatan

230
Rencana Aksi Korporasi………215-233

komprehensif dari penghapusan bunga dan ke depan akan menambah modal


kerja.

231
P-ISSN: 2656-534X, E-ISSN: 2656-5358
Jurnal Suara Hukum, Vol. 2, No. 2, September 2020

Daftar Pustaka
Buku
Abdul Halim, Analisis Investasi, Jakarta: Salemba Empat, 2005.
Fuady, Munir. Pembiayaan Perusahaan Masa Kini (Tinjauan Hukum Bisnis).
Bandung: Citra Aditya Bakti, 1997.
Gunadi, “Restrukturisasi Perusahaan dalam Berbagai Bentuk Dan
Pemajakannya” Jakarta : Salemba Empat, 2001.
Jogiyanto Hartono, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi Kedua,
Yogyakarta: BPFE, 1998.
Marzuki, Peter Mahmud. Penelitian Hukum, (Jakarta : Kencana Prenada Media
Group, 2005),hlm 35.
Mertokusumo, Sudikno. Penelitian Hukum Suatu Pengantar, cet. II, (Yogyakarta:
Liberty, 2001), hlm. 29.
M. Irsan Nasarudin dan Indra Surya, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia,
Jakarta:Prenada Media, 2004.
Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif (Suatu
Tinjauan Singkat), (Jakarta: Rajawali Pers, 2001), hlm. 13-14.

Jurnal
Bella Ratna Syafierra, Paramita Prananingtyas, Sartika Nanda Lestari. Program
Studi S1 Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro. Analisa
hukum aksi korporasi berupa Right Issue Tanpa Hak Memesan Efek
Terlebih Dahulu pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
(2017). hlm. 5-6.
Pascoe, GA, MJD Ward dan DJ MacKenzie. The Influence of Economic Factors
on Right Issue Announcement.Investment Analysts Journal, 61. (2005).
hlm. 17-28.
Sudari, “Analisis Kandungan Informasi Pengumuman Right Issue, Deviden dan
Saham Bonus Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Yang Terdaftar
Di BEI, Jurusan Manajemen, STIE MDP

232
Rencana Aksi Korporasi………215-233

Website
Agus Riyanto, Penambahan Modal di Pasar Modal: Dengan atau Tanpa Hak
HMETD, http://business-law.binus.ac.id/2017/06/21/penambahan-
modal-di-pasar-modal-dengan-atau-tanpa-hak-hmetd/ Diakses pada
tanggal17 Mei 2020.
Av.sc.com. Rights Issue guide UK Ordinary shareholders.2010. [online] Available
at:https://av.sc.com/corp-en/content/docs/2010-Rights-Issue-guide-
UK Ordinary-shareholders.pdf Diakses pada tanggal17 Mei 2020.
Otoritas Jasa Keungan. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia
Nomor 38 Tentang Perizanan Perusahaan Pemringkat Efek [Ebook]
2018.(hlm.10-12). Jakarta. Retrieved from
https://ojk.go.id/id/regulasi/Documents/Pages/Perizinan-
Perusahaan-Pemeringkat-Efek/pojk%2038-2018.pdf. Diakses pada
tanggal 17 Mei 2020.
Penambahan Modal di Pasar Modal: Dengan Atau Tanpa HMETD. (2017).
Retrieved from http://businesslaw.binus.ac.id/2017/06/21/penambahan-
modal-di-pasar-modal dengan-atau-tanpa-hak hmetd/ Diakses pada tanggal 17
Mei 2020.

233

You might also like