You are on page 1of 11

MATRA Inovasi Manajemen Pemerintahan

Berbasis Aplikasi Digital di


PEMBARUA Provinsi Jawa Tengah
N
Jurnal Inovasi Kebijakan
BadanArifSofiantoPerencanaan* Pembangunan, Penelitian
jurnal.kemendagri.go.id/index.php/mp dan Pengembangan Daerah Provinsi Jawa Tengah
Jl. Pemuda No 127-133, Semarang, Jawa Tengah 50132,
e-ISSN: 2549-5283
p-ISSN: 2549-5151
Indonesia Dikirim: 20 Juni 2019; Direvisi: 27 September 2019;
Matra Pembaruan 3 (2) (2019):

Disetujui: 16 Oktober 2019


99-108

Abstract
DOI:
Bureaucratic reform is faced with the challenges of the digital
10.21787/mp.3.2.2019.99-108
age, where the government apparatus is required to be able to work in
accordance with the development of information technology. Central
Keywords: Bureaucratic Reform, -governance
Java Provincial Government develops digital applications in order to
Innovation, GRMS,
Reformasi Birokrasi, support bureaucratic reform, namely the Government Resources
Management System (GRMS). The purpose of this study is to analyze
KataKunci : the use of the application, what are the constraints and how the
Inovasi GRMS, e-governance
development is needed. This research is in the form of descriptive,
*
qualitative approach. Primary data comes from system users, and
KorespondensiEmailPhone::01arifsofianto@gmail.+6285227001825 secondary data comes from the application system used. Data analysis
com was performed with a simultaneous model developed by Miles and
Huberman. The existence of the GRMS application system so far has
been enough to contribute to improving government performance,
which is easier for local government administrators. The existence of
the application changes the way it works but has not been able to
MATRA PEMBARUAN change the mindset to encourage a change in work culture completely,
Jurnal Inovasi Kebijakan
which contributes to bureaucratic reform. On the other hand,
application usage is hampered by user readiness, there is no
synchronization between applications, and application performance is
not optimal. The conclusion of the research is that government
management innovation in the form of GRMS applications has been
carried out in helping the administration of government. The obstacle
faced is the readiness of the authorities because they are not
e-ISSN: 2549-5283
Matra Vol 3 No 2 Hlm 99-108 Jakarta,
Pembaruan November 2019 p-ISSN: 2085-5151

accustomed to using digital systems, their behavior and work habits.


Diterbitkan Oleh

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN


KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

DAN
Another obstacle is the still not optimal role of the application system
BDAN PENELITIAN to sustain all the needs of government management activities, as well
PENGEMBANGAN
as the integration between applications. The change needed is to build
(BPP) KEMENTERIAN
integration between applications, work culture reform as well as a
DALAM NEGERI system of incentives and disincentives for ASN and regional
Jl. Kramat Raya No 132, Jakarta Pusat,
apparatuses.

10450 IntisariReformasi birokrasi dihadapkan pada tantangan era digital, di


mana aparatur pemerintah dituntut untuk mampu bekerja sesuai dengan
© Arif Sofianto perkembangan teknologi informasi. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah
mengembangkan aplikasi digital dalam rangka mendukung reformasi
birokrasi, yaitu
(GRMS). Tujuan penelitian iniGovernmentadalahmenganalisisResources
This work is licensed under the
Managemepenggunaant aplikasiSystem tersebut, apa kendala dan bagaimana

Creative Commons Attribution pengembangan yang diperlukan. Penelitian ini berbentuk deskriptif, dengan

Non Commercial Share Alike pendekatan kualitatif. Data primer bersumber dari pengguna sistem, dan data sekunder

4.0 International License. berasal dari sistem aplikasi yang digunakan. Analisis data dilakukan dengan model

99
simultan yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman. prinsip utama yang melandasi pelaksanaan
Keberadaan sistem aplikasi GRMS selama ini sudah cukup
memberikan sumbangan bagi perbaikan kinerja yaitu akuntabilitas, transparansi, dan partisipasi
Kota Surakarta. Prinsip tersebut

good

pemerintahan, yaitu mempermudah penyelenggara governance Begitu pun pengaruh reformasi


pemerintahan daerah. Keberadaan aplikasi tersebut masyarakat.
mengubah cara kerja tetapi belum bisa mengubah pola pikir
untuk mendorong perubahan budaya kerja seutuhnya, yang birokrasi dengan penerapan pelayanan satu pintu
memberikan kontribusi pada reformasi birokrasi. Di sisi
yang terlihat nyata adalah mempersingkat waktu
lain, penggunaan aplikasi terhambat kesiapan pengguna,
pelayanan. Ada dua strategi dalam pelaksanaan
belum ada sinkronisasi antar-aplikasi, dan kinerja aplikasi
reformasi birokrasi, yaitu
dan

meliputi berbagai bidang cakupan seperti personil,


. Comprehensive St ategy

belum optimal. Kesimpulan dari penelitian adalah inovasi Incremental Strategy Compreh nsive St ategy
manajemen pemerintahan berupa aplikasi GRMS telah anggaran, dan organisasi dan sangat ditentukan
dijalankan di dalam membantu penyelenggaraan
pemerintahan. Kendala yang dihadapi adalah kesiapan Str tegy
political
kepala daerah. Adapun birokrasi will
adalah pendekatan reformasi

Incremental

aparat karena belum terbiasa menggunakan sistem digital, secara bertahap dan berurutan, karena reformasi
perilaku dan kebiasaan kerja mereka. Kendala lain adalah
masih belum optimalnya peran sistem aplikasi untuk dianggap sebagai salah satu proses (Ahmad, 2018).
menopang semua kebutuhan aktivitas manajemen Salah satu cara mengatasi masalah birokrasi
pemerintahan, serta belum terintegrasinya antar-aplikasi. adalah dengan “inovasi” (Andhika, 2017, p. 50).
Perubahan yang diperlukan adalah membangun integrasi Pasalnya, inovasi dipandang sebagai kebutuhan
antar aplikasi, reformasi budaya kerja serta sistem insentif karena dapat mengatasi masalah patologi
dan disinsentif bagi ASN dan perangkat daerah. birokrasi, meningkatkan kualitas pelayanan
publik, memaksimalkan potensi aparatur, serta
I. Birokrasi identik dengan kinerja yang mengembalikan kepercayaan publik. Inovasi juga
Pendahuluan dipengaruhi oleh perkembangan teknologi informasi
berbelit-belit, struktur yang terlalu besar, penuh yang pesat. Aparatur pemerintah dituntut mampu
bekerja sesuai dengan perkembangan teknologi
dengan kolusi, korupsi dan nepotisme, serta tidak tersebut. Teknologi menjadi hal cukup penting
ada standar yang pasti (Yusriadi & Misnawati, sebagai instrumen dalam pelaksanaan tugas-tugas
2017, p. 100). Saat ini birokrasi harus mampu pemerintahan. Hal ini didorong oleh tumbuhnya
melaksanakan kebijakan publik yang efektif, efisien model komunikasi baru yang berkembang seiring
dan cepat, bermuara pada kualitas dan kecepatan pesatnya penetrasi internet dan media sosial.
pelayanan dan peningkatan daya saing (Cahyono, Data menunjukkan bahwa 132,7 juta orang
2017). Salah satu isu penting dalam proses (51,5%) penduduk Indonesia telah menggunakan
reformasi di Indonesia adalah perwujudan tata internet, mayoritas pengguna internet di pulau
pemerintahan yang baik ( ) melalui
reformasi birokrasi, di mana rekam jejak birokrasi good governance Jawa mencapai 65 % (86,3 Juta orang). Diprediksi
dianggap tidak profesioal, tidak netral, dan sangat angka tersebut meningkat tajam pada tahun-tahun
mendatang (Cahyono, 2017). merupakan salah satu
paternalistik yang menjadi akar korupsi, kolusi, Penerapan
dan nepotisme (Firnas, 2007, p. 27). Birokrasi
upaya yang perlu dilakukan. Untuk menyikapi hal
-governance

juga harus melayani, sesuai paradigma tersebut, meskipun tidak semua jenis pelayanan
(NPS) yang menekankan pemerintah

New Public

sebagai pelayan, melayani bukan


mengarahkan,

S rvices publik dapat disediakan sepenuhnya melalui


tidak dijalankan dengan prinsip bisnis (Denhardt & elektronik dalam bingkai kegiatan
faktanya
, tetapi sejauh ini banyak -government pelayanan

publik disediakan melalui elektronik (Holle, 2011).


Denhardt, 2016). Menurut penelitian Taufan (2017)
dampak reformasi birokrasi yang berpengaruh Beberapa negara seperti
e Amerika dan Inggris
signifikan terhadap kualitas pelayanan di antaranya
jauh menerapkan 2009, p. 8). dalam pelayanan
perubahan cara berpikir
penguasa
pegawai dari menjadi pelayan, serta

(Mindset)
meningkatkan
publik (Indrajit,

-government
Adapun manfaat

pengawasan masyarakat terhadap kinerja birokrasi. nyata yang dirasakan seperti; 1) Memperbaiki
kualitas pelayanan pemerintah; 2) Meningkatkan
Salah satu indikator keberhasilan reformasi transparansi, kontrol, dan akuntabilitas, 3)
birokrasi adalah kecepatan birokrasi dalam Mengurangi secara signifikan total biaya
pelayanan dengan memangkas regulasi, peraturan,
administrasi, relasi, dan interaksi, 4) Memberikan
maupun sistem yang menghambat, serta penggunaan
sistem yang lebih tanggap. Hasil penelitian peluang bagi pemerintah untuk mendapatkan
Nurbarani (2009) di Kota Surakarta menyatakan sumber-sumber pendapatan baru, 5) Menciptakan
keberhasilan reformasi birokrasi karena gagasan suatu lingkungan masyarakat baru yang cepat dan
program inovatif yang bertujuan untuk memenuhi tepat menjawab permasalahan, 6)
kebutuhan masyarakat, serta adanya prinsip- Memberdayakan masyarakat dan pihak-pihak lain
sebagai mitra pemerintah dalam proses
pengambilan berbagai kebijakan publik.

100 Matra Pembaruan 3 (2) (2019): 99-108


Pada government ke 21, berbagai gerakan adalah adanya kecenderungan sikap resistensi dari
aparat perangkat daerah. Hal ini terjadi karena
adanya pergeseran yang cukup besar dari kinerja
menuju
- awal abad telah dimulai,
E-government

baik dalam
berbasis manual menjadi berbasis elektronik. Sistem
menyentuh
skala mikro maupun makro. juga yang semakin transparan, kontrol yang ketat
berbagai sektor, baik penyelenggaraan dan serta perubahan pola kerja harus
manajerial dan tata kelola pemerintahan, maupun dilakukanrealtimoleh, aparat pemerintah. Pola ini
tentu sangat berbeda dengan pola kerja sebelumnya
- vernment

pelayanan publik. Di banyak daerah, perjalanan


penerangan, dimulai dari pemanfaatan teknologi yang cenderung tertutup, lamban, berbelit, sangat
informasi untuk memberikan informasi, prosedural, dan rawan dengan manipulasi.
selanjutnya, dan penyajian profil. Perkembangan Sampai saat ini sistem GRMS sudah berjalan
penggunaan teknologi informasi seperti diungkapkan oleh Komisioner Komisi
merambah ke penyediaan ruang partisipasi/ Informasi Provinsi (KIP) Jateng, Zainal Abidin bahwa
pengaduan, penentuan kebijakan, bahkan tata kecenderungan saat ini OPD Provinsi Jawa Tengah
kelola manajerial dan saluran utama pemberian sudah mulai terbuka dalam transparansi anggaran,
layanan kepada masyarakat. Pada prinsipnya, kebijakan, maupun kinerja. Menurut Kepala
reformasi birokrasi pada pelayanan publik harus Perwakilan Ombudsman RI Jateng, Sabarudin Hulu
good governance

berjalan karena merupakan pintu masuk menuju sesuai kajian Ombudsman, pelayanan Pemprov Jateng
menggunakan prinsip efektivitas sudah meningkat cukup baik (Huda, 2019). Namun
dan efisiensi, demokrasi, transparansi, taat hukum, meskipun sudah digunakan, masih muncul
assessi
menghargai HAM, responsif, representatif, dan pertanyaan apakah GRMS sudah optimal digunakan
government
akuntabel (Akhmaddhian,- 2012). Hasil dalam menjalankan pemerintahan di Jawa Tengah.
empat yang
terhadap pengembangan di Indonesia Apakah sistem tersebut memberi keuntungan
sejauh ini terdapat pemerintah daerah tertentu dibanding sistem sebelumnya. Perlu juga
sudah sampai pada tahapan pemanfaatan, yaitu dikaji kendala yang masih dihadapi, dan adakah
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten kekurangan atau kerugian ditetapkannya GRMS
Karanganyar, Kabupaten Gresik, dan Kota Surabaya dibanding menggunakan sistem konvensional.
(Yunita & Aprianto, 2018, p. 334). Pertanyaan penting lainnya adalah apakah GRMS
Jawa Tengah merupakan satu-satunya tersebut telah memberikan kontribusi bagi reformasi
provinsi di Indonesia yang telah menerapkan GRMS birokrasi di Jawa Tengah, apakah belum terdapat
sebagai wujud komitmen reformasi birokrasi. perubahan yang diharapkan, atau justru menurunkan
Berbagai kemudahan seperti kecepatan pelayanan, kinerja pemerintahan.
Government Res urces

Berdasarkan penjelasan di atas, diperlukan atas


transparansi, dan peningkatan kinerja birokrasi
Manag ment System

kinerja GRMS Jawa Tengah secara internal


telah dapat diraih melalui
(GRMS). Pemerintah Provinsi maupunreview eksternal. Secara internal, bagaimana
Jawa Tengah mengembangkan model GRMS sejak bisa menjelaskan GRMS dalam mendorong reformasi
2014 melalui Surat Keputusan Gubernur No 489 birokrasi di Pemerintah Provinsi Jawa Tengah,
Tahun 2014. GRMS adalah bangunan sistem aplikasi sekaligus mengidentifikasi secara lebih spesifik
e-Government kekurangan-kekurangan yang masih timbul. Secara
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah yang merupakan
eksternal melakukan identifikasi layanan publik
perwujudan dari . Penerapan GRMS
yang berhasil dilakukan dan diselesaikan melalui
tersebut memiliki dasar pemikiran, korupsi telah
GRMS. Oleh sebab itu penelitian ini dilakukan dalam
menggurita dalam berbagai bentuk dan melibatkan
rangka memberikan kontribusi bagi perbaikan
banyak pihak dan telah menggerogoti keuangan
GRMS Jawa Tengah dalam konteks reformasi
negara. Untuk itu, perlu ada penyikapan, salah
good governance
birokrasi. Sesuai dengan penjelasan di atas, tujuan
satunya dengan penataan pemerintahan yang baik
penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauhmana
( ). (Holle, 2011, p. 22) menyatakan,
peran GRMS dalam mendorong reformasi birokrasi di
kontak langsung pelayanan memberi peluang
electronic govern ent
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Penelitian ini juga
yang besar terjadinya praktik maladministrasi, bertujuan mengetahui pada aspek apakah sajakah
sedangkan melalui teknologi GRMS memberikan pengaruh perbaikan,
informasi dan komunikasi meminimalisasi kontak dan pada aspek apa saja yang masih kurang.
langsung tersebut.
Jika merujuk pada 8 area perubahan reformasi
birokrasi sesuai Peraturan Menteri Pendayagunaan
II. PenelitianMetode ini memiliki tujuan pada
Road Map

Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No 11


Tahun 2015 Tentang Reformasi Birokrasi
2015-2019, GRMS berupaya memberikan kontribusi implementasi kebijakan, oleh sebab itu penelitian ini
bagi perbaikan tata laksana, mental aparatur, besifat terapan. Melihat objek penelitian yang
pengawasan, dan akuntabilitas. Pada tahap awal multidimensi menggambarkan berbagai hal
implementasi GRMS ini, hal yang paling nampak

Inovasi Manajemen Pemerintahan Berbasis Aplikasi Digital di Provinsi Jawa Tengah 101
Arif Sofianto
terkait implementasi kebijakan, maka penelitian ini
termasuk jenis penelitian deskriptif, dengan
Kedua
menggunakan pendekatan kualitatif. Data dalam bebas, pasar terbuka, dan lain sebagainya perlu

mendapat perhatian; , kemajuan teknologi


penelitian ini adalah data primer yang bersumber dari informasi (komputer dan telekomunikasi) terjadi
informan yaitu pengembang sistem (sekrertariat yang sangat pesat di mana data, informasi, dan
GRMS), pengguna sistem (aparat pemertintah pengetahuan dapat diciptakan dengan sangat cepat
Ketiga
dan disebarkan ke seluruh lapisan masyarakat;
Provinsi Jawa Tengah), dan data sekunder berasal ,
meningkatnya kualitas kehidupan
dari dokumen dan regulasi yang terkait. Subjek masyarakat karena membaiknya kinerja industri
penelitian adalah sistem aplikasi GRMS Jawa Tengah. swasta. Ketiga faktor tersebut menjadi pemicu
Jawa Tengah dipilih karena satu-satunya pemerintah tumbuhnya kebutuhan penggunaan teknologi
informasi dalam pemerintahan.
provinsi di Indonesia yang sudah menggunakan
Selain reformasi birokrasi, isu utama pada
sistem ini. Analisis data dilakukan dengan model era ini adalah inovasi di dalam penyelenggaraan
simultan yang dikembangkan oleh Miles dan pemerintahan maupun pelayanan publik. Sururi
Huberman. Yaitu pengumpulan, pengolahan dan (2017) menyatakan bahwa prinsip dan strategi
penyajian data secara simultan dalam rangka utama untuk inovasi dalam pemerintahan adalah
meliputi: 1) mengintegrasikan layananan; 2)
menghasilkan kesimpulan yang saling terkait (Usman
desentralisasi pemberian layanan; 3) memanfaatkan
& Akbar, 2008). Data hasil wawancara dan FGD dari kemitraan; 4) melibatkan warga negara; dan
informan digunakan untuk menjelaskan dampak 5) memanfaatkan Teknologi Informasi dan
GRMS terhadap pola pikir, budaya kerja, dan Komunikasi. Ciri kelima memanfaatkan teknologi
perubahan-perubahan yang terjadi dibanding informasi dan komunikasi merupakan keniscayaan
disruption.

seiring dengan perkembangan global, dengan apa


sebelumnya.
Reformasi birokrasi merupakan suatu upaya
yang disebut era reformasi birokrasi melalui
III. Hasil dan Pembahasan Komitmen
untuk melakukan transformasi baik peran, posisi, inovasi di Jawa Tengah terwujud dalam pernyataan
misi berupa mempercepat reformasi birokrasi
maupun kapasitas kinerja birokrasi di dalam rangka yang dinamis serta memperluas sasaran ke
mengemban fungsi negara dan pemerintahan. pemerintahan Kabupaten/Kota. Pemerintah
Reformasi Birokrasi merupakan proses upaya Provinsi Jawa Tengah juga telah mengeluarkan
sistematis, terpadu, terintegrasi, ditujukan untuk
Road Map

Peraturan Gubernur No 28 Tahun 2019 Tentang

merealisasikan tata pemerintahan yang baik Reformasi Birokrasi Provinsi Jawa Tengah
( (Sedarmayanti, 2009). Upaya 2019-2023. Reformasi birokrasi yang diharapkan
melalui tiga dimensi utama yaitu pelayanan publik
reformasi birokrasiGood
dilakukan melalui perubahan Governance)

mengarah pada pemerintahan yang lebih baik


yang semakin dinamis, efektivitas dan efisiensi
sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan dinamika manajemen pemerintahan, kapasitas kelembagaan,
kemajuan zaman. Hal ini penting karena dinamika serta manajemen sumber daya manusia aparatur
perubahan harus disikapi dengan baik agar tercipta yang semakin baik. Pelayanan publik yang dinamis
open government
tertib bernegara dan bermasyarakat, di mana diimplementasikan dalam kerangka membangun
tugas birokrasi adalah menjalankan kewajiban Open government dan pemerintahan yang responsif.
negara kepada rakyatnya. Salah satu bentuk diwujudkan melalui keterbukaan
reformasi birokrasi adalah penggunaan teknologi informasi publik, transparansi, partisipasi publik
informasi untuk memudahkan, mempercepat, dalam penyelenggaraan pemerintahan, serta
dan meningkatkan transparansi, yaitu dengan meningkatkan komunikasi dan serapan aspirasi
konsep . Sebagaimana dikemukakan publik. Pemerintahan yang responsif berupa
kecepatan dalam menyikapi aduan dan persoalan
Suhendra (2017) mengenai kota cerdas di Bandung
-government

dan Surabaya, bahwa konsep kota cerdas kota riil masyarakat. Pelayanan publik yang dinamis
cerdas tidak lepas dari pengunaan sarana informasi memiliki prinsip pelayanan yang mudah, murah,
dan teknologi. Dibutuhkan peran regulasi dan kerja cepat, serta didukung inovasi dan teknologi
sama yang baik antar unsur dengan mengedepankan informasi.
prinisp kota cerdas dalam memberikan pelayanan Indikator kinerja tujuan misi tersebut adalah
Indeks Reformasi Birokrasi, dengan sasaran:
publik kepada masyarakat. utama 1) Meningkatnya kualitas pelayanan publik; 2)
Menurut - Indrajit (2009), pemicu
tumbuhnya dapat dirunut dari Meningkatnya efektivitas dan efisiensi manajemen
sejarah perkembangan global, yaitu: Pertama , era
government

globalisasi yang datang lebih cepat dari perkiraan pemerintahan; dan 3) Meningkatnya efisiensi

membuat banyak isu semacam demokratisasi, hak kelembagaan dan sistem manajemen sumber daya
asasi manusia, hukum, transparansi, korupsi, , perdagangan
manusia aparatur yang baik. Terkait dengan
society, good corporate governance civil

102 Matra Pembaruan 3 (2) (2019): 99-108


pelayanan publik, indikator yang akan dicapai

adalah indeks kepuasan masyarakat dan indeks


Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE).
Indeks Sistem Pemerintahan Berbasis
Elektronik (SPBE) Jawa Tengah pada 2018 sebesar
direct services

2,64, dan ditarget pada tahun 2023 menjadi 3,24. Dua


strategi utama adalah services
tata kelola pemerintahan.
road show
Direct dan digitalisasi dilakukan

melalui open government dan jemput bola sebagai upaya


perwujudan informasi . Di mana terdapat
keterbukaan publik, transparansi, Roadmap PengembanganGmbarGRMS1. Provinsi Jawa Tengah
partisipasi publik, komunikasi dan serapan aspirasi
publik. Adapun digitalisasi pemerintahan dilakukan Sumber: https://grms.jatengprov.go.id
melalui pengembangan jaringan infrastruktur Provinsi Jawa Tengah, (GRMS) adalah bangunan
teknologi informasi, pengelolaan sistem informasi
e-government

Government Resources Management System


pemerintah berbasis elektronik ( ) sistem aplikasi terintegrasi pemerintah Provinsi
dan meningkatkan kemampuan ASN dalam
penggunaannya. Jawa Tengah. Sistem ini merupakan perwujudan
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah juga menjadi dari e-
yang terdiri
di Jawa Tengah. Sistem aplikasi atas; sistem

pemerintah daerah provinsi yang pertama kali Gove nment e-budgeting, e-project
menerapkan GRMS di sektor tata kelola manajemen planning, e-Standarisasi Harga Barang
dan e-Governor denganPlanning H ndbook
(SHB), (GPH). Sistem

pemerintahan, maupun pelayanan publik. GRMS e-penatausahaan, -delivery, e-controlling, e-monev


adalah bangunan sistem aplikasi terintegrasi ini dibangun latar belakang sulitnya
Government

pemerintah Provinsi- Jawa Tengah yang merupakan


perwujudan dari di Jawa Tengah. mengakses dan memperoleh data anggaran maupun
Muara dalam sistem ini adalah integrasi antar realisasi program Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
Melalui SK Gubernur No 489 Tahun 2014, . Saat ini,

data di dalam proses bisnis internal birokrasi yang terbentuk


Pemerintah Provinsi Jawa Tengah telah mampu

notabene merupakan sistem pengelolaan keuangan government res urces man gement system
pemerintah dalam menyokong pelayanan publik melihat alur realisasi keuangan dan kinerja masing-
real time

dan pembangunan sehingga tercipta monitoring


.
dan evaluasi kinerja birokrasi secara . masing SKPD secara melalui sistem real time online
adalah sistem perencanaan pemba-

GRMS berupaya memerangi korupsi dalam


ngunan daerah yang berisi proses Musyawarah Pe-

E-planning
berbagai bentuk dengan melibatkan banyak pihak. rencaaan Pembangunan (Musrenbang), usulan ban-
Melalui sistem ini, baik pimpinan darah, aparatur,
maupun masyarakat memiliki kesempatan untuk tuan keuangan kabupaten/kota, usulan masa reses
berpartisipasi dalam perencanaan pembangunan. kepada anggota DPRD, usulan bantuan sosial, usu-
Masyarakat dapat mengusulkan program/ lan hibah, dan usulan kepada gubernur. Sistem ini
kegiatan kepada Pemerintah Provinsi Jawa Tengah memungkinkan proses perencanaan program dan
secara langsung. Provinsi Jawa Tengah berupaya kegiatan pembangunan oleh Pemerintah Provinsi
meningkatkan pemanfaatan Teknologi Informasi Jawa Tengah dapat dilakukan secara cepat dan ter-
dan Komunikasi (TIK) dalam mendukung Reformasi padu antar unit, dan melibatkan masyarakat. digunakan untuk merencanakan anggaran

Birokrasi khususnya dalam rangka menciptakan


E-bud-

daerah dengan tujuan memberikan epanduan dalam

geting bisa
transparansi. Gubernur menginstruksikan proses penyusunan APBD. Melalui
percepatan pembangunan infrastruktur TIK dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan
diketahui secara cepat kebutuhan anggaran dalam -budgeting

publik di lingkungan Pemerintah Provinsi


setiap tahunan, serta memudahkan melakukan pe-
Jawa Tengah. Dengan pemanfaatan TIK yang
mantauan dan evaluasi. merupakan sistem yang
optimal, diharapkan tercipta pola manajemen
dikembangkan untuk menyusun rencana pekerjaan E-project planning

pemerintahan yang transparan. Dalam konteks pada setiap kegiatan yang telah di anggarkan.
administrasi pemerintahan, GRMS di Jawa Tengah
Melalui sistem ini pelaksanaan kegiatan bisa
juga merupakan salah satu tindak lanjut dari
dipantau progresnya, serta dengan cepat diketahui
rekomendasi BPK terkait dengan standar akuntansi masalahnya. memuat data terkait
terbentuknya sebuah kontrak. Dengan demikian E-delivery

pemerintah berbasis akrual berdasarkan laporan perkembangan sebuah kontrak dapat dipantau
keuangan Provinsi Jawa Tengah 2014. GRMS Jawa .
secara mengakomodasi
Tengah ini juga merupakan pelopor sistem
proses penatausahaan keuangan daerah provinsi

online E-penatausahaan
integrasi manajemen pemerintahan.

Inovasi Manajemen Pemerintahan Berbasis Aplikasi Digital di Provinsi Jawa Tengah 103
Arif Sofianto
Jawa Tengah. Dengan sistem ini penatausahaan perangkat daerah merasa kesulitan dan keberatan,

keuangan bisa dipantau dan dievaluasi setiap saat. karena sistem dianggap belum siap. Selain itu,
kegiatan di
E-con rolling
mencatat pengendalian pelaksanaan pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
masih banyak ketidaksesuaian dengan sistem
pengangg aran yang konvensional, yang berakibat

Kegiatan di setiap unit kerja dapat dipantau dengan tersendatnya proses penganggaran.

cepat perkembangannya setiap bulan.


memuat data target dan real isas i pengangg
E-monev
aran
Hal ini juga terjadi karena berpengaruh
terhadap perubahan pola kinerja berbasis manual

seluruh SKPD. Dengan sistem ini, monitoring dan menjadi berbasis elektronik yang memerlukan

evaluasi pelaksanaan anggaran bisa dilakukan banyak penyesuaian. Masih banyak aparatur yang
dengan cepat dan tepat. e-Standarisasi Harga belum siap dengan penggunaan sistem digital karena
Begitu juga dengan ketidakmampuan teknis. Selain itu, hambatan non
Barang
memuat daftar, jenis, spesifikasi
teknis dan harga dari suatu barang/j asa. Melalui (SHB)
teknis seperti
tertentu yang
pegawai, adanya kepentingan tergang gu, mindset serta kebiasaan kerja

sistem ini pelaksana kegiatan dapat dengan mudah menghambat proses migrasi ini. Dengan demikian

menentukan besaran anggaran dengan tepat sesuai pada tahap awal terjadi guncangan bagi aparat
standar yang berlaku. E-GPH merupakan aplikasi pengampu kegiatan atau tugas pemerintahan, yang
yang digunakan Gubernur untuk memantau usulan/ bila dilihat dari tersendatnya proses pengangaran
perencanaan dari seluruh elemen di Jawa Tengah. pada awal penerapan GRMS. Sistem yang semakin
Melalui sistem ini masyarakat memiliki kesempatan
untuk berpartisipas i dalam perencanaan
transparan, kontrol yang ketat dan
perubahan pola kerja harus dilakukan oleh aparat
serta
pembangunan, khususnya mengusulkan program/ pemerintah. real time,

kegiatan kepada Pemerintah Provinsi Jawa Pola ini tentu sangat berbeda dengan pola
Tengah. Usulan masyarakat tersebut dilakukan kerja sebelumnya yang cenderung tertutup, lamban,
secara personal maupun kelompok dan langsung berbelit, sangat prosedural, dan rawan dengan
ditampung untuk dipertimbangkan. manipulasi. GRMS memaksa aparat untuk bekerja
Berdasarkan penjelasan di atas, GRMS dengan sistem yang tertata, terbuka/transparan
merupakan sebuah sistem layanan aplikasi dan kontrol yang ketat. Sebagaimana niat awal,
penyelenggaraan pemerintahan yang lengkap yang sistem GRMS juga meminimalisasi ruang gerak
memuat berbagai informasi dan layanan aduan, terjadinya korupsi di birokrasi dari berbagai
seperti program badan atau dinas, sampai pada lini, baik manajerial internal maupun hubungan
jumlah anggarannya. GRMS merupakan sebuah dengan pihak eksternal. Kendala tersebut secara
sistem aplikasi yang dianggap mampu memonitor teoritis sangat terkait dengan mentalitas aparatur
secara kinerja seluruh perangkat Pemerintah
Provinsi Jawa Tengah. Tidak hanya para pejabat dan

update
yang masih memiliki ciri birokrasi model lama
(

bekerja secara tertutup, lamban dan tidak responsif


). Birokrasi cenderung

perangkat daerah, masyarakat juga bisa melakukan

pengawasan secara langsung melalui sistem ini. old public administration


terhadap kebutuhan masyarakat. Selain kendala

Model ini diharapkan mampu meningkatkan pada sisi operator, pada sisi pengembangan
efektivitas dan efisiensi anggaran, meningkatkan aplikasi dan infrastruktur juga sempat terkendala.
pengawasan, serta meminimalisasi korupsi. Guna Aplikasi belum mampu mengantisipasi perubahan
melengkapi bangunan sistem, GRMS dilengkapi atau dinamisasi dalam penganggaran dan
dengan berbagai saluran aduan dan informasi yang pelaksanaannya sebagaimana sistem manual. Pada
memungkinkan masyarakat secara luas terlibat, sisi infrastruktur dasar juga sempat terkendala
melalui
satu kantor
dan
Jateng. di lantai lemahnya jaringan yang menopang kebutuhan arus
d ata.
Namun demikian, Pemerintah Provinsi Jawa

call center, twitter, facebook, instagram,

Gubernur

email, SMS cent complaint handling Tengah lambat laun berhasil menyiasati kondisi
A. Kendala Penerapan Aplikasi

Sistem aplikasi ini dibangun mulai 2014, tersebut. Meskipun belum siap secara teknis GRMS

Pemberlakuan GRMS telah “memaksa” aparat


dan digunakan secara efektif sejak 2015 melalui daerah untuk menyesuaikan diri dengan sistem
beberapa proses uji coba, serta diluncurkan yang berlaku. GRMS digunakan sebagai satu-satunya
offline online sistem manajemen penganggaran dan pelaksanaan
secara resmi pada 2016. Proses migrasi dari kegiatan di Pemerintah Provinsi Jawa Tengah,
menjadi menemui berbagai kendala, sehingga memaksa aparatur untuk menyesuaikan
baik dari aspek kesiapan sistem dan perangkat, diri. Di sisi lain, telah terjadi perbaikan pada sisi
kesiapan SDM dan kesiapan data. Pada tahap awal pengembangan aplikasi digital dan infrastrukturnya.
implementasi GRMS ini, hal yang paling nampak Seiring dengan pemberlakukan GRMS, aparat
adalah adanya kecenderungan sikap resistensi dari pemerintah juga memiliki kesadaran untuk
aparat perangkat daerah. Pada awal penggunaan menyesuaikan diri, bekerja melalui sistem yang
GRMS, terutama dalam proses penganggaran aparat sudah ditetapkan tersebut.

104 Matra Pembaruan 3 (2) (2019): 99-108


Keberhasilan di dalam implementasi sistem ini kegiatan, -budgeting sudah berjalan dengan efektif.
tidak terlepas dari peran Gubernur sebagai pimpinan
daerah, yang dengan tegas memberlakukan sistem ini Aplikasi mekanisme sudah dijalankan sebagai satu-
sebagai satu-satunya sistem manajemen kinerja satunya -budgeting penganggaran, serta kontrol
pelaksanaan kegiatannya. Dengan demikian, sistem
pemerintahan. Dengan demikian, aparat terpaksa ini terbilang efektif dalam manajerial penganggaran
menyesuaikan diri dan belajar menggunakan sistem dan monitroing pelaksanaan kegiatan, sebagaimana
hasil pengukuran terhadap pengembangan
tersebut dalam bekerja. Selain itu, partisipasi pemerintah di

assessing
Indonesia

daerah sudah sampai pada tahapan


menunjukkan, empat

-Gover ment
masyarakat juga mendorong masifnya penggunaan pemanfaatan, yaitu Pemerintah Provinsi Jawa
GRMS ini, contohnya banyaknya usulan masyarakat
dalam proses pengajuan usulan perencanaan
e pla nning

Tengah, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Gresik,


pembangunan melalui . Sampai saat ini dan Kota Surabaya (Yunita & Aprianto, 2018). Dalam
sistem GRMS sudah bisa berjalan dengan baik, perumusan anggaran, sudah disediakan yang
menjadi sistem yang mapan dalam penyelenggaraan berguna bagi pejabat dalam menentukan
-SHB
besaran

pemerintahan daerah Jawa Tengah. Kecenderungan anggaran sesuai standar harga barang dan jasa yang
saat ini OPD Provinsi Jawa Tengah sudah mulai
terbuka dalam transparansi anggaran, kebijakan, berlaku.
maupun kinerja. Sesuai kajian Ombudsman, Dalam konteks implementasi kegiatan yang
pelayanan Pemprov Jateng sudah meningkat cukup sudah dianggarkan, aplikasi belum sepenuhnya
sudah digunakan meskipun

-project planning

baik, dengan nilai tujuh atau kuning. menjadi satu-satunya sistem, karena masih ada
Selain itu, kemudahan ini harus menjadi
bahan pembelajaran bagi masyarakat itu sendiri. saluran lain yang digunakan secara konvensional.
Sebagaimana dikemukakan Kepala Biro Humas Pelaksanaan kontrak kegiatan sudah menggunakan
Setda Provinsi Jateng, Sinoeng Nugroho Rachmadi, kegiatan yang memuat proses dan perkembangan
-delivery
yang dikerjakan melalui kontrak. Di dalam

menurutnya, dengan banyak kanal aduan dalam pengelolaan keuangan daerah, oleh perangkat
GRMS, organisasi perangkat daerah (OPD) sudah digunakan dengan baik

menerima banyak sekali aduan yang kadang tidak


-p natausahaan

daerah, sehingga perkembangannya bisa terkontrol


bisa diverifikasi dengan baik. OPD harus mengecek
keaslian informasi atau aduan dari masyarakat oleh pimpinan daerah. Pengawasan dan monitoring
untuk ditindaklanjuti. Di sisi lain, Pemerintah sudah dilakukan melalui dan
Provinsi Jawa tengah juga tidak terlalu membuka
yang menjadi media pengendalian dan monitoring
-controlling e-monev

berbagai informasi, terutama yang sensitif. pelaksanaan kegiatan yang dijalankan oleh
Sebagaimana dikemukakan oleh Muhamad Junaidi perangkat daerah.
selaku dosen ilmu tata pemerintahan, Universitas Meskipun sudah digunakan dengan baik,
Semarang yang menyatakan, keterbukaan memang namun GRMS juga masih memiliki berbagai
berorientasi pada tatanan pemerintahan yang kekurangan, sehingga implementasinya belum
bersih, berwibawa, dan tetap menjaga marwah dan optimal. Kekurangan tersebut terutama terkait
martabat, namun akses yang terlalu luas memiliki dengan integrasi antar sistem di dalam GRMS.
kerawanan terhadap martabat pemerintah di mata Idealnya sebuah sistem akan bekerja simultan
masyarakat. Beberapa komplain yang mengolok- dan saling terkait satu sama lain. Di dalam GRMS,
olok pemerintah dapat mempengaruhi masyarakat terdapat sistem perencanaan, penganggaran,
lain, yang menjadikan wibawa pemerintah turun. monitoring dan evaluasi, pengadaan barang dan
Keterbukaan yang terlalu luas dapat menjadi jasa, serta beberapa sistem lainnya. Proses tersebut
bumerang apabila respons lambat, apalagi semestinya berjalan melalui sistem yang saling
tanggapan yang diberikan tidak sesuai harapan. terkait, namun implementasi di dalam GRMS belum
Terlepas dari potensi masalah tersebut, berjalan demikian. Antar aplikasi di dalam sistem
secara umum implementasi GRMS dalam konteks GRMS tersebut masih berjalan sendiri-sendiri
manajerial penyelenggaraan pemerintahan dapat dan tidak- saling terintegrasi. Antara perencanaan
dikatakan cukup baik dan lancar. Setiap perangkat melalui dan alokasi anggaran melalui
daerah dan perangkat terkait sudah menggunakan penatausahaan serta
-budgeting tidak terkoneksi.

pl ning
aplikasi dan mengikuti alur sesuai dengan Hal ini mengindikasikan, bangunan sistem GRMS
e-planning
ketentuan. Proses perencanaan menggunakan
aplikasi sebagai salah satu upaya yang dijalankan belum terintegrasi, namun hanya
menjaring masukan. Meskipun di luar itu metode kompilasi beberapa aplikasi menjadi satu ruang.
lain secara konvensional dalam menjaring masukan Dengan demikian, upaya integrasi sistem ini
masih dominan, namun penggunaan aplikasi yang masih perlu menjadi perhatian, agar kinerja
ini sudah cukup memperkaya masukan dan sistem menjadi optimal. Sistem yang terintegrasi
mempermudah partisipasi masyarakat. Di dalam ini nantinya juga dapat menjadi satu-satunya
saluran atau perangkat manajemen pemerintahan
proses penganggaran dan pelaporan pelaksanaan yang efisien. Karena dari proses perencanaan,

Inovasi Manajemen Pemerintahan Berbasis Aplikasi Digital di Provinsi Jawa Tengah 105
Arif Sofianto
penganggaran, monitoring dan evaluasi menjadi evaluasi, kembali ke perencanaan merupakan suatu
sistem lain terkait yang dapat diakses oleh
kalangan luas. Sistem ini juga memungkinkan siklus yang saling terhubung.
Dalam konteks kontribusi terhadap reformasi
kontrol publik menjadi lebih baik dan berkualitas mi dset

birokrasi, GRMS belum mampu mengubah


dalam mendorong pencapaian pembangunan. aparat pemerintah untuk dari pemikiran
B. ImplementasiPerbaikanReformasisistemaplikasiBirokrasiGRMS
konvensional menjadi inovatif. Penggunaan
GRMS baru dimaknai sebagai “alat kerja” bukan
bagi refomasi birokrasi dalam perbaikan kinerja pemerintahan, terutama menjadi ajang untuk mengubah budaya kerja
aspek kecepatan, ketepatan, dan transparansi selama ini belum terjawab. yang sesuai dengan semangat reformasi birokrasi.
Sebagaimana dikemukakan di atas, awalnya GRMS
Aplikasi tersebut pada awalnya mendapat resistensi dan keluhan, meskipun
lahir salah satunya ditujukan untuk memberantas
saat ini sudah diterima. Secara teknis, pada awalnya “mempersulit” aparat korupsi, melalui perbaikan tata laksana, mental
aparatur, pengawasan, dan akuntabilitas, namun
dalam merencanakan dan menjalankan kegiatannya, namun dengan
terdapat data yang menunjukkan perubahan
pengembangan saat ini telah dapat mempermudah penyelenggara hal tersebut. Tata laksana dalam pemerintahan
memang sudah mengalami perubahan, namun
pemerintahan daerah, dalam hal ini Aparatur Sipil negara (ASN) dan pejabat
perubahan mentalitas aparat untuk melayani,
yang berwenang di dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya. bersih, dan akuntabel belum bisa diukur. ASN masih
Berdasarkan penjelasan informan, GRMS cukup membantu di dalam
menggunakan pola pikir lama dalam perencanaan,
penganggaran dan pelaksanaan kegiatan yang
peningkatan efisiensi kinerja, partisipasi masyarakat dan sinergi dalam belum mengarah kepada akuntabilitas, transparan
perencanaan pembangunan, serta kontrol dalam pelaksanaan kegiatan dan melayani, GRMS hanya menjadi alat bantu dalam
bekerja. Dengan demikian kontribusi GRMS bagi
pemerintahan. Proses perencanaan dan penganggaran sudah dijalankan lebih
reformasi birokrasi baru pada tahap mengubah cara
cepat menggunakan GRMS, serta partisipasi masyarakat lebih terbuka. bekerja, belum mengubah budaya kerja seutuhnya
sebagaimana diharapkan dalam reformasi birokrasi.
Dalam urusan pelayanan publik juga belum
Hal ini sejalan dengan temuan penelitian
terintegrasi antar layanan, sebagaimaan telah
Basuki, et al (2018) tentang inovasi di Pemerintah
dilakukan oleh Kota Surabaya dan Gresik. Kedua
Kabupaten Wajo, bahwa manfaat langsung yang
dirasakan terkait dengan reformasi pelayaan
e– government Surab ya Single

daerah tersebut sudah menerapkan layanan satu


publik berbasis teknologi informasi ialah
Window Gresik Single Window

pintu berbasis yaitu


. Dari aspek
masyarakat dimudahkan karena tidak perlu datang dan mindset
ke kantor karena semuanya sudah dapat diakses substansi, kontribusi GRMS terhadap perubahan

secara online, sangat memudahkan, lebih budaya kerja dan aparatur belum
bermanfaat. Dalam konteks inovasi kepegawaian, sepenuhnya terwujud. GRMS baru mengubah cara
segala urusan kepegawaian dapat diselesaiakan atau kebiasaan kerja, khusus dalam perencanaan
tanpa meninggalkan pekerjaan, adanya perbaikan penganggaran dan pelaksanaannya, belum
tunjangan penghasilan, menghemat pengeluaran, mampu mengubah mindset pegawai sebagaimana
lebih terkontrol. diharapkan dalam reformasi birokrasi, yaitu menjadi
Penggunaan aplikasi ini sudah berjalan baik birokrasi yang berintegritas, bersih, melayani, dan
dalam penyelenggaraan pemerintahan di Jawa akuntabel.
Tengah. Kecepatan, ketepatan, dan transparansi lebih Dengan demikian, upaya reformasi ini yang
baik dibanding dengan sistem konvensional, di mana masih perlu menjadi perhatian, agar kinerja
proses penganggaran, pelaksanan, pelaporan sistem menjadi optimal. Sistem yang terintegrasi
kegiatan sudah . Namun demikian, masih terdapat ini nantinya juga dapat menjadi satu-satunya
kekuranganrealtimedimana gabungan aplikasi yang saluran atau perangkat manajemen pemerintahan
ada dalam GRMS ternyata belum “menyatu” dalam yang efisien, karena dari proses perencanaan,
sebuah sinergi sistem yang saling terkoneksi. Saat ini, penganggaran, monitoring dan evaluasi menjadi
masing-masing proses seperti perencanaan sistem saling terkait yang dapat diakses oleh
melalui berjalan sendiri, tanpa terhubung dengan kalangan luas. Sistem ini juga diharakan mengubah
pola pikir dan budaya kerja, serta memungkinkan
esistemplanninglainnya. Pengelolaan pendapatan
kontrol publik menjadi lebih baik dan berkualitas
juga masih terpisah dengan pengelolaan keuangan, dalam mendorong pencapaian pembangunan.
Fungsi-fungsi tersebut perlu dioptimalkan agar
serta penganggaran. Sehingga meskipun sistem ini GRMS memberikan kontribusi optimal bagi
lengkap, namun belum terintegrasi, sehingga reformasi birokrasi.
Tentu saja untuk pengembangan yang lebih
belum berjalan ideal. Idealnya mulai dari proses
perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan baik perlu dilakukan telaah terhadap jumlah, hasil,

106 Matra Pembaruan 3 (2) (2019): 99-108


dan umpan balik atas layanan yang telah diberikan Akhmaddhian, S. (2012). Pengaruh Reformasi
GRMS tersebut. Dengan demikian kinerja GRMS dapat
dievaluasi, serta dapat melihatoutputberbagai
kekurangan yang masih ada, sebagai kontribusi untuk Birokrasi Terhadap Perizinan Penanaman
perbaikan. Di sisi lain, dapat dianalisis keberhasilan Modal di Daerah; Studi Kasus di Pemerintahan
,
GRMS yang dalam beberapa layanan sudah berjalan Kota Bekasi.
464–478.
(3), Jurnal Dinamika Hukum 12
https://doi.org/10.20884/1.

dengan efektif dalam memperbaiki pelayanan publik jdh.2012.12.3.120


sesuai dengan semangat
Andhika, L. R. (2017). Budaya Inovasi Aspek Yang
birokrasi e-gvernance. yang menjadi instrumen reformasi
Terlupakan Dalam , Inovasi Kepegawaian.
from (1), 49–61. Retrieved
Civil Servic e Jo l 11
http://jurnal.bkn.go.id/ index.php/asn/

article/view/37

IV. InovasiKesimpulanmanajemen Basuki, Y., Kasmad, R., & Nasrulhaq, N. (2018).


pemerintahan berupa aplikasi GRMS telah dijalankan Tipologi Inovasi Sektor Publik (Program Si-
di dalam membantu penyelenggaraan pemerintahan. Cakep) di Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan.
Keberadaan aplikasi tersebut yang dilaksanakan ,
secara tegas dengan kebijakan pimpinan daerah, bisa (3), 207–216. https://doi.
org/10.21787/mp.2.3.2018.207-216

Matra Pembaruan

mengubah cara kerja, tetapi belum mampu mengubah Cahyono, E. (2017). Manajemen Strategik
yang mendorong perubahan budaya
kerjamindsetsepenuhnya yang memberikan Komunikasi Publik di Era Digital. Retrieved
kontribusi pada reformasi birokrasi. Beberapa October 17, 2019, from https://setkab.go.id/
kendala yang dialami pada saat penerapannya manajemen -strategik- komunikasi-publik-di-
era-digital/ The New
adalah kesiapan aparat, dalam hal ini ASN atau PNS
Denhardt, J. V, & Denhardt, R. B. (2016). (revisi).
di dalam menggunakan sistem digital, perilaku dan New York City: Routledge.

Public Serv ce: Serving, Not Steering


kebiasaan kerja mereka. Kendala lain adalah masih Firnas, M. A. (2007). Implementasi Good Governance
belum optimalnya peran sistem aplikasi untuk
menopang semua kebutuhan aktivitas manajemen Melalui Reformasi Sistem Kepegawaian: Belajar
pemerintahan, serta belum terintegrasinya antar dari Pengalaman China. ,
Civil Servic e Journal
(2), 27–38. Retrieved from http://jurnal.bkn.

aplikasi. Perubahan utama yang diperlukan adalah


go.id/index.php/asn/article/view/11

1 Melalui
membangun integrasi antar aplikasi sebagai satu Holle, E. S. (2011). Pelayanan Publik
sistem yang saling terkait, serta menjadikan
digitalisasi sebagai satu-satunya sistem yang Electronic Government: Upaya Meminimalisir
dijalankan sehingga meningkatkan transparansi, Praktek Maladministrasi Dalam Meningkatan
efisiensi, responsibilitas dan memudahkan kontrol. Public Service. , (1), 21–30.
Retrieved from https://s3.ama zonaws.com/ Jurnal Sasi 17

Beberapa perbaikan yang dibutuhkan dari sistem academia.edu.documents


aplikasi tersebut yang memungkinkan terciptanya
Huda, M. N. (2019). Ganjar dan Heru Luncurkan
sinkronisasi antar aplikasi, serta optimalisasi
Sistem Layanan Berbasis Transparansi.
aplikasi dalam mendukung kinerja aparat. Selain Retrieved October 24, 2019, from https://
itu perlunya penguatan upaya reformasi budaya jateng.tribunnews.com/2016/08/27/ganjar-
kerja serta sistem insentif dan disinsentif bagi ASN dan-heru-luncurkan -sistem-layanan-berbasis-
dan perangkat daerah. transparansi-mau-buka-klik-di-sini
UcapanPenulisTerimamengucapkanKasihterimakasih Indrajit, R. E. (2009). Electronic Government; . Jakarta: Aptikom.

Konsep Pelayanan Publik Berbasis Internet dan


yang sebesar besarnya kepada Kepala Bappeda Provinsi Jawa Nurbaini, M. (2009). . Unoversitas Diponegoro.

Teknologi Informasi
Tengah yang telah memfasilitasi pelaksanaan penelitian ini. Retrieved Reformasi Birokrasi Pemerintah from http://eprints.undip.

Terimakasih juga kami ucapkan kepada segenap pihak yang


Ko a Surakarta Reformasi Administrasi
ac.id/24269/

Sedarmayanti. (2009).
telah berkontribusi dalam penelitian ini, terutama tim pengelola

GRMS Jawa Tengah.


Publik, Reformasi Birokrasi, dan Kepemimpinan
V.Daftar Pustaka
Ahmad, N.(2018) .Reformasi Birokrasi Pemerintah Kota Masa Depan : Mewujudkan Pelayanan Prima
dan Kepemerintahan yang Baik. Bandung:
Semarang Studi Kasus di Badan.UniversitasPelayan
Refika Aditama.
Diponegoro.PerizinanTerpaduRetrievedKota Suhendra, A. (2017). Kesiapan Pemerintah Daerah
Jurnal Matra Pembaruan 1

Semarangfromhttp://eprints. undip.ac.id/61292/ dalam Mewujudkan Kota Cerdas di Bandung


dan Surabaya. , (1),
go.id/index.php/mp/article/view/396/2561–9.Retrievedfromhttp://jurnal.kemendagri.

Inovasi Manajemen Pemerintahan Berbasis Aplikasi Digital di Provinsi Jawa Tengah 107
Arif Sofianto
Aksara
Sururi, A. (2017). Inovasi Kebijakan dalam
Perspektif Administrasi Publik Menuju
Penelitian. Sosial (Edisi ke-2.). Jakarta:
Terwujudnya Good Public Policy Governance. Bumi Yunita, N. P., & Aprianto, R. D. (2018). No TitleKondisi
, (2), 14–31. Retrieved from Terkini Perkembangan Pelaksanaan
https://jurnalSpiritPublik.uns12.ac.id/spirit- E-Government Di Indonesia : Analisis Website.
publik/article/ download/16236/13050
(pp.
Taufan, T. (2017). mplementasi Reformasi In Seminar Nasional Teknologi Informasi
Birokrasi Dan Kualitas Pelayanan Publik Di 329dan–336)Komunikasi2018.Yogyakarta:
Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil (SENTIKAUniversitas2018)Atma Jaya
Kabupaten Sleman Tahun 2014-2016. Yogyakarta. Retrieved from https://fti.uajy.
Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah ac.id/sentika/publikasi/makalah/2018/40. pdf
Yogyakarta. Retrieved from http:// r e p o s i t Yusriadi, Y., & Misnawati, M. (2017). Reformasi
ory.umy.ac.id/bitstream/ Birokrasi Dalam Pelayanan Publik (Studi
handle/123456789/11892/Naskah Publikasi. Pelayanan Terpadu Satu Pintu).
, (2), 99–Jurnal108.https://Ilmiah
pdf?sequence=14&isAllowed=y
Usman, H., & Akbar, P. S. (2008). Metodologi doiIlmu.org/10Administrasi.26858/JIAPPublik.V7I2.4954

108 Matra Pembaruan 3 (2) (2019): 99-108

You might also like