You are on page 1of 11

e-journal GELAGAR Vol. 3 No.

1 2021 225
Program Studi Teknik Sipil S1, ITN MALANG

STUDI PERENCANAAN STABILITAS LERENG DENGAN PERKUATAN DINDING


PENAHAN TANAH TIPE BRONJONG PADA LERENG JALAN KEMUNING LOR
KECAMATAN ARJASA KABUPATEN JEMBER
Penddy Arisandy1, A. Agus Santosa2, Eri Andrian Yudianto2
123)
Jurusan Teknik Sipil S-1 Institut Teknologi Nasional Malang
Email : penddyarisandy55888@gmail.com1

ABSTRACT
Heavy rain that flushed most of the Jember district which resulted in landslides and erosion of part of the
road shoulders on the slopes of Jalan Kemuning Lor, Arjasa District, which is located in the hilly area of Jember
Regency which has geographic conditions consisting of cliffs and ravines that are quite steep, making it prone to
landslides. This study aims to design gabion as an alternative for strengthening slopes that are prone to landslides.
The slope stability calculation used is the BISHOP method, while the software used for the calculation uses
Microsoft Excel software.
Based on the calculation results, the value of the event factor before the landslide event is 1.4 and the
landslide event becomes 1.2, which indicates that the slope has experienced a landslide. The slope possibilities are
not 100% soil, allowing control of soil, rock, sand and gravel but more clay. After the retrofit planning is carried out
with a slope height of 24 meters and a width of 20 in order to obtain the SF (Safety Factor) value that meets the
standards. Gabion obtained SF rolling value of 4,137> 2 (safe), SF shift of 3,054> 1.5 (safe), SF failure of 164,694
kN / m2, with a qa value of 5626,728 kN / m2, so 164,694 kN / m2 <5626,728 kN / m2 ( secure). And the friction
force between the gabions is 1825 with a P value of 888.47, so 888.47 KN <1825 KN.

Keywords : Gabions, Slopes, Landslides, Safety Factors, Slope Stability

ABSTRAK
Hujan deras yang mengguyur sebagian besar wilayah kabupaten Jember yang mengakibatkan kelongsoran
dan pengikisan sebagian bahu jalan pada lereng jalan Kemuning Lor Kecamatan Arjasa yang terletak diwilayah
perbukitan kabupaten Jember yang memiliki kondisi geografis yang terdiri dari tebing dan jurang yang cukup curam,
sehingga rawan terjadinya kelongsoran. Penelitian ini bertujuan untuk mendesain gabion sebagai alternatif perkuatan
lereng yang rawan longsor.
Perhitungan analisis stabilitas lereng yang digunakan adalah metode BISHOP sedangkan software yang
digunakan untuk perhitungan menggunakan software Microsoft Excel.
Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh nilai faktor keamanan lereng sebelum terjadinya longsor adalah 1,4
dan sesudah terjadinya longsor menjadi 1,2 dimana hal itu menunjukkan bahwa lereng tersebut rawan terjadinya
longsor. Kemungkinan lereng ini tidak 100% tanah, dimungkinkan terdiri dari tanah, batu, pasir, dan gravel tapi lebih
banyak lempungnya. Setelah dilakukan perencanaan perkuatan dengan tinggi lereng 24 meter lebar 20 sehingga
diperoleh nilai SF (Safety Factor) yang memenuhi standar. Gabion diperoleh nilai SFguling sebesar 4,137 > 2 (aman),
SFgeser sebesar 3,054 > 1,5 (aman), SFkeruntuhan sebesar 164,694 kN/m2, dengan nilai qa sebesar 5626,728 kN/m2,
jadi 164,694 kN/m2 < 5626,728 kN/m2 (aman). Dan gaya gesek antar bronjong adalah 1825 dengan nilai P sebesar
888,47, jadi 888,47 KN < 1825 KN.

Kata Kunci : Gabion, Lereng, Longsor, Safety Factor, Stabilitas Lereng.


e-journal GELAGAR Vol. 3 No. 1 2021 226
Program Studi Teknik Sipil S1, ITN MALANG

1. PENDAHULUAN 3. Lereng timbunan tanah, seperti urugan untuk jalan


raya
Perkembangan ekonomi di Indonesia yang semakin Menurut Craig (1989), gaya-gaya gravitasi dan
meningkat menyebabkan naiknya kebutuhan lahan rembesan (seepage) cenderung menyebabkan
untuk pengguna jalan dan lahan konstruksi. Hal ini ketidakstabilan (instability) pada lereng alami (natural
mengakibatkan manusia untuk memanfaatkan setiap slope), pada lereng yang dibentuk dengan cara
lahan yang ada sebaik mungkin, seperti contohnya penggalian, dan pada lereng tanggul serta bendungan
pemanfaatan lahan di kawasan perbukitan dan tanah (earth dams).
berlereng yang topografinya cenderung beragam.
Namun demi mewujudkan pemanfaatan lahan yang Tipe – Tipe kelongsoran
aman, nyaman dan memiliki konstruksi yang awet 1. Kelongsoran rotasi (rotational landslide), adalah
pada daerah lereng atau tebing, di perlukan sebuah bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang
analisis terhadap tingkat keamanan lereng dalam gelincir berbentuk cekung
perencanaanya. 2. Kelongsoran translasi (translational landslide),
adalah bergeraknya massa tanah dan batuan pada
Tujuan Perencanaan bidang gelincir berbentuk rata atau
Adapun tujuan dari Tugas Akhir ini untuk : menggelombang landau
1. Mengetahui angka aman dari kestabilan lereng 3. Pergerakan Blok (Block Slide), adalah perpindahan
eksisting batuan yang bergerak pada bidang gelincir
2. Mengetahui dimensi rencana dinding penahan berbentuk rata. Longsoran ini disebut juga
tanah tipe Gabion yang mampu menahan tekanan longsoran translasi blok batu
tanah lateral pada daerah tersebut 4. Runtuhan Batu (Rockfall), terjadi ketika sejumlah
3. Mengetahui angka aman stabilitas dinding besar batuan atau material lain bergerak ke bawah
penahan tipe Gabion terhadap geser, guling, dan dengan cara jatuh bebas. Umunya terjadi pada
daya dukung tanah lereng yang terjal hingga menggantung terutama di
daerah pantai. Batu – batu besar yang jatuh dapat
Batasan Masalah menyebabkan kerusakan yang parah
Mengingat keterbatasan waktu, maka mengambil 5. Rayapan Tanah (Creep), adalah jenis tanah longsor
beberapa batasan : yang bergerak lambat. Jenis tanahnya berupa
1. Data tanah yang digunakan adalah data yang butiran kasar dan halus, jenis tanahnya berupa
diambil sampelnya hanya di lereng jalan butiran kasar dan halus, jenis tanah longsor ini
Kemuning Lor Kecamatan Arjasa Kabupaten hampir tidak dapat dikenali, setelah waktu yang
Jember, berupa data sondir dari hasil laboratorium. cukup lama longsor jenis rayapan ini bisa
2. Parameter tanah asli yaitu geser (φ), kohesi (c), dan menyebabkan tiang – tiang telepon, pohon, atau
berat isi (ϒ) diperoleh dari hasil pengujian di pun rumah miring kebawah
laboratorium. 6. Aliran Bahan Rombakan (Debris Flow), terjadi
3. Data tinggi tebing diperoleh langsung di lapangan, ketika massa tanah bergerak didorong oleh air.
dengan tinggi 24 meter. Kecepatan aliran tergantung pada kemiringan
4. Lereng digambarkan dengan menggunakan lereng, volume dan tekanan air, dan jenis
pemodelan dua dimensi materialnya. Gerakannya terjadi di sepanjang
5. Mendesain dan menganalisis keamanan struktur lembah dan mampu mencapai ratusan meter
dinding penahan tanah menggunakan batu kali jauhnya. Di beberapa tempat bisa sampai ribuan
(gravity wall) terhadap stabilitas geser, guling. meter seperti di daerah aliran sungai di sekitar
6. Tidak menghitung anggaran biaya konstruksi. gunung merapi. Aliran tanah ini dapat menelan
korban cukup banyak
2. LANDASAN TEORI
Dinding Penahan Tanah
Pendahuluan
Menurut Hardiyatmo (2010), dinding penahan tanah
Kelongsoran dapat terjadi pada setiap macam lereng,
yaitu suatu bangunan yang digunakan untuk menahan
akibat berat tanah sendiri, ditambah dengan pengaruh
tekanan tanah lateral yang ditimbulkan oleh tanah urug
yang besar dari rembesan air tanah, serta gaya lain dari
atau tanah asli yang labil. Bangunan ini banyak
luar lereng.Wesley (1977), membagi lereng menjadi
digunakan pada proyek – proyek : irigasi, jalan raya,
tiga macam ditinjau dari segi terbentuknya, yaitu :
1. Lereng alam, yaitu lereng yang terbentuk akibat pelabuhan, dan lain – lainnya. Terdapat beberapa tipe
kegiatan alam, seperti erosi, gerakan tektonik dan dinding penahan tanah, antara lain :
sebagainya • Dinding Gravitasi
2. Lereng yang dibuat manusia, akibat penggalian • Dinding Kantilever
atau pemotongan pada tanah asli
• Dinding Counterfort
e-journal GELAGAR Vol. 3 No. 1 2021 227
Program Studi Teknik Sipil S1, ITN MALANG

• Dinding Buttress bernilai 0 – 1/3φ untuk tanah kohesif, sedangkan untuk


tanah non kohesif 1/3φ – 2/3φ dengan φ adalah sudut
• Dinding Gabion gesek dalam tanah (o).
Perancangan Dinding Penahan Tanah
Langkah – langkah dalam menghitung perancangan Tekanan Tanah Aktif Menurut Teori Coulomb :
1
struktur dinding penahan tanah dapat dilakukan Pa = 𝛾 𝐻2 𝐾𝑎
2
sebagai berikut (Hardiyatmo, 2014) dalam Wardana Dan
2018 ialah : 𝐶𝑜𝑠 2 ( 𝜑− 𝜃 )
• Menganalisis stabilitas lereng (kontrol terhadap Ka = 2
𝑆𝑖𝑛 ( 𝜎+ 𝜑 ) . 𝑆𝑖𝑛 ( 𝜑− 𝛼 )2
𝐶𝑜𝑠 2 𝜃 𝐶𝑜𝑠 (𝛿+ 𝜃 ) [1+ √ ]
kelongsoran). 𝐶𝑜𝑠 ( 𝛿 + 𝜃 ) . 𝐶𝑜𝑠 ( 𝜃 − 𝛼 )

• Dipilih bentuk dinding penahan tanah, termasuk Dengan :


memilih dimensi dinding vertikal tebal, dan lebar φ = Sudut gesek dalam tanah
plat fondasi. θ = Kemiringan dinding terhadap bidang
• Menghitung gaya – gaya yang bekerja pada Vertikal
dinding penahan tanah. β = Kemiringan dinding terhadap bidang
• Menentukan letak resultan gaya – gaya yang horizontal
bekerja yang selanjutnya digunakan untuk δ = Sudut gesek antara dinding dan tanah
perhitungan kestabilan dinding penahan tanah α = Sudut kemiringan permukaan tanah urug
terhadap penggulingan, penggeseran dan retaknya
konstruksi (crack) dan dipastikan aman terhadap
faktor aman (Safety Factor) yang ditentukan.
• Menghitung tekanan yang terjadi pada dasar
pondasi dengan tekanan maksimum tidak melebihi
kapasitas dukung yang di izinkan.
• Menghitung pondasi berdasarkan kekuatan
tanahnya dan beban yang diterima, dilanjutkan
perhitungan penulangan pondasi maupun dinding
penahan tanah.

Tekanan Tanah Lateral Gambar 2. Tekanan Tanah Aktif Coulomb


Tekanan tanah lateral adalah gaya yang ditimbulkan Sumber : Braja M. Das
oleh akibat dorongan tanah di belakang struktur
penahan tanah (Hardiyatmo, 2003). Tekanan tanah Tekanan Tanah Aktif menurut Mononobe – Okabe :
1
lateral dapat dibedakan menjadi 3, yaitu : tekanan Pae = 2 𝛾 𝐻2 . (1 − 𝑘𝑣). Kae
tanah lateral saat diam, aktif, dan pasif, seperti pada Koefisien tekanan tanah aktif dengan pengaruh gempa
Gambar berikut: diperoleh dari persamaan :
𝐶𝑜𝑠 2 ( 𝜑− 𝜃− 𝛽)
Kae = 1 2
sin( 𝛿+ 𝜑 ) sin(𝜑− 𝛼−𝛽 2
𝐶𝑜𝑠 2 𝜃 cos 𝛽 cos(𝛿+ 𝜃+ 𝛽){1+ [ ] }
cos(𝛿+ 𝜃+ 𝛽) cos(𝜃−𝛼)

(-) (+) Dan


+ 𝑘ℎ
θ = tan -1 [1−𝑘𝑣]
(+)
(+) Perlu diperhatikan bahwa :
𝐾𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛 ℎ𝑜𝑟𝑖𝑧𝑜𝑛𝑡𝑎𝑙 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑔𝑒𝑚𝑝𝑎
Kh =
Tekanan Tanah Pasif Tekanan Tanah Aktif 𝑔
𝐾𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛 𝑉𝑒𝑟𝑡𝑖𝑘𝑎𝑙 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑔𝑒𝑚𝑝𝑎
Kv =
Dalam perhitungan tekanan tanah aktif, menurut 𝑔
sunggono (1984) tekanan akibat kohesi ( c ) tidak Dengan :
diperhitungkan karena dapat menyebabkan tarikan (-) g = Percepatan gravitasi ( 9,80665 m/s2 atau 9,8 m/s2)
sehingga nilai tekanan tanah aktif dapat berkurang. Tekanan Tanah Pasif Menurut Teori Coulomb :
1
Tekanan tanah yang diperhitungkan dalam Pp = 2 𝛾 𝐻2 𝐾𝑝
merencanakan dinding penahan tanah berupa tekanan
tanah aktif dan pasif. Koefisien tekanan tanah lateral 𝐶𝑜𝑠 2 ( 𝜑+ 𝜃 )
Kp = 2
dapat dihitung dengan menggunakan teori Rankine 𝑆𝑖𝑛 ( 𝜑− 𝛿 ) . 𝑆𝑖𝑛 ( 𝜑+ 𝛼 )2
𝐶𝑜𝑠 2 𝜃 𝐶𝑜𝑠 (𝛿 − 𝜃 ) [1− √ ]
dan Coulomb. Teori Coulomb (1776) memperhatikan 𝐶𝑜𝑠 ( 𝛿− 𝜃 ) . 𝐶𝑜𝑠 ( 𝛼− 𝜃 )

pengaruh gesekan antara dinding penahan tanah Dengan :


dengan tanah urug dibelakangnya (Hardiyatmo, φ = Sudut gesek dalam tanah
2003). Sudut gesek antara dinding dan tanah ( δ ) θ = Kemiringan dinding terhadap bidang
Vertikal
e-journal GELAGAR Vol. 3 No. 1 2021 228
Program Studi Teknik Sipil S1, ITN MALANG

β = Kemiringan dinding terhadap bidang Tekanan tanah akibat beban lalu lintas perlu
horizontal diperhitungkan terhadap dinding penahan tanah
δ = Sudut gesek antara dinding dan tanah apabila diatas struktur terdapat jalan yang dilalui lalu
α = Sudut kemiringan permukaan tanah urug lintas. Beban lalu lintas merupakan beban merata
dengan intensitas yang digolongkan menurut kelas
jalan seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 1.
Tabel 1 Beban Lalu Lintas

Kelas Jalan Beban Lalu Lintas


(kPa)
I 15
II 12
III 12
Sumber : Panduan Geoteknik 4 Desain dan
Gambar 3 Tekanan Tanah Pasif Coulomb Konstruksi
Sumber : Braja M. Das
Adapun klasifikasi jalan berdasarkan kelas jalan
Tekanan Tanah Pasif menurut Mononobe – Okabe : ditunjukkan dalam Tabel 2.
1
Ppe = 2 𝛾 𝐻2 . (1 − 𝑘𝑣). Kpe Tabel 2 Klasifikasi Jalan Berdasarkan Kelas Jalan
Koefisien tekanan tanah pasif dengan pengaruh gempa
diperoleh dari persamaan :
𝐶𝑜𝑠 2 ( 𝜑− 𝜃+ 𝛽)
Kpe = 1 2
sin( 𝛿+ 𝜑 ) sin(𝜑− 𝛼+𝛽 2
𝐶𝑜𝑠 2 𝜃 cos 𝛽 cos(𝛿+ 𝜃−𝛽){1− [ ] }
cos(𝛿− 𝜃+ 𝛽) cos(𝜃−𝛼)

Beban Yang Bekerja Diatas Permukaan Tanah


Dalam standar pembebanan untuk Jembatan RSNI T-
02-2005, tanah di belakang dinding penahan biasanya
mendapatkan beban tambahan yang bekerja apabila Sumber : Undang - undang Republik Indonesia No.
beban lalu lintas bekerja pada bagian daerah 22 Tahun 2009 Tentang LLAJ
keruntuhan aktif teoritis. Besarnya beban tambahan
ini adalah setara dengan tanah setebal 0,6 meter yang Stabilitas Terhadap Penggulingan
bekerja secara merata pada bagian tanah yang Tekanan tanah lateral yang diakibatkan oleh tanah
dilewati oleh beban lalu lintas tersebut sebagaimana urug di belakang dinding penahan, cenderung
ditunjukkan dalam Gambar menggulingkan dinding dengan pusat rotasi pada
ujung kaki depan pelat fondasi. Momen penggulingan
q beban merata (kN/m²)
(Mgl) ini, dilawan oleh momen akibat berat sendiri
0.60 m dinding penahan dan momen akibat berat tanah di atas
pelat fondasi.
Faktor aman akibat terhadap penggulingan (Fgl),
bergantung pada jenis tanah (Hardiyatmo 2014), yaitu
H Pqh Fgl ≥ 1,5 untuk tanah dasar granuler
Fgl ≥ 2 untuk tanah dasar kohesif
H/2 Faktor aman terhadap penggulingan (Fgl) didefinisikan
sebagai berikut :
q.Kae ∑ 𝑀𝑤
𝐹𝑔𝑙 =
∑ 𝑀𝑔𝑙
Gambar 4 Tekanan Akibat Beban Terbagi Rata
Sumber : RSNI T-02-2005 Dengan :
ΣMw = W. b1 = Momen yang melawan penggulingan
q beban terbagi rata = 0,6 x γtanah (kN.m)
Keterangan : ΣMgl = ΣPahh1 =Momen yang mengakibatkan
penggulingan (kN.m)
Pqh = Beban terbagi rata horizontal (kN) W = Berat tanah diatas pelat fondasi + berat sendiri
q = Beban merata diatas tanah urug (kN/m2) dinding penahan (kN)
γtanah = Berat volume tanah (kN/m3) B = Lebar kaki dinding penahan (m)
ΣPah = Jumlah gaya – gaya horizontal (kN)
e-journal GELAGAR Vol. 3 No. 1 2021 229
Program Studi Teknik Sipil S1, ITN MALANG

ΣPav = Jumlah gaya – gaya vertikal (kN) ∑ 𝑅ℎ = tahanan dinding penahan tanah terhadap
penggeseran.
W = berat total dinding penahan dan tanah diatas
pelat fondasi (kN)
δb = sudut geser antara tanah dan dasar pondasi,
biasanya diambil 1/3-(2/3)φ
c = kohesi tanah dasar (kN/m2)
αd = faktor adhesi
B = lebar fondasi (m)
Fgs = faktor aman terhadap penggeseran
∑ 𝑃ℎ =jumlah gaya-gaya horizontal (KN)
Stabilitas Terhadap Keruntuhan Kapasitas Daya
Dukung Tanah
Menurut Hardiyatmo (2014), berapa persamaan
Gambar 5 Stabilitas terhadap penggulingan
kapasitas dukung tanah telah digunakan untuk
Sumber : Hardiyatmo 2014
menghitung stabilitas dinding penahan tanah, seperti
Stabilitas Terhadap Penggeseran persamaan – persamaan kapasitas dukung Terzaghi
(1943), Mayerhof (1951,1963), Vesic (1975) dan
Menurut Hardiyatmo (2014) tekanan tanah lateral
Hansen (1970).
yang diakibatkan oleh tanah urug dibelakang dinding
Penggunaan persamaan Terzaghi (1943) untuk
penahan, cenderung menggeserkan dinding penahan
menghitung kapasitas dukung tanah struktur dinding
tanah yang dapat menyebabkan dinding terdorong
penahan tidak tepat, karena persamaan Terzaghi
menjauhi tanah urug tersebut, seperti ditunjukkan
hanya berlaku untuk fondasi yang dibebani secara
dalam Gambar 6.
vertikal dan sentris, sedang resultan beban – beban
pada dinding penahan tanah umumnya miring dan
eksentris (Hardiyatmo 2014).
Kapasitas dukung ultimit dengan menggunakan
persamaan Hansen (1970) dan Vesic (1975) untuk
beban miring dan eksentris dalam Hardiyatmo (2014),
didefinisikan :
qu = dc ic cNc + dq iq Df γ Nq + dγ iγ 0,5Bγ Nγ
Keterangan :
dc, dq, d = Faktor Kedalaman Pondasi (Tabel 3)
ic, iq, i = Faktor kemiringan beban (Tabel 4)
Df = Kedalaman pondasi (m)
B = Lebar pondasi dinding penahan tanah (m)
Nc, Nq, N=Faktor-faktor kapasitas dukung Vesic
(1975) yang
Gambar 6 Stabilitas terhadap penggeseran e = Eksentristas beban (m)
Sumber : Hardiyatmo 2014 γ = Berat volume tanah (kN/m3)
Faktor aman terhadap penggeseran dasar pondasi (Fgs) Faktor aman terhadap daya dukung tanah (Fddt) dalam
minimum, diambil 1,5 Bowles (1997) dalam Hardiyatmo (2014), didefinisikan
𝑞𝑢
Hardiyatmo (2014) menyarankan : Fddt = 𝑞 ≥ 3
Fgs ≥ 1,5 untuk tanah dasar granuler Tekanan struktur pada tanah dasar pondasi (q) dalam
Fgs ≥ 2 untuk tanah dasar kohesif Hardiyatmo (2014) dapat dihitung dengan cara lebar
Faktor aman terhadap penggeseran (Fgs) didefinisikan efektif fondasi (asumsi Mayerhof).
sebagai berikut : 𝑉
∑𝑅 q = 𝐵 , dengan V = beban vertikal total dan B’ = B – 2e
𝐹𝑔𝑠 = ∑ 𝑃 ℎ
ℎ Tabel 3 Faktor Kedalaman Pondasi (Vesic 1975)
Untuk tanah granuler (c = 0) : Faktor Nilai Keterangan
Rh =Wf Kedalaman
= W tg δb ; dengan δb ≤ φ dc 1 + 0,4 (Df/B) Batasan : Bila
Untuk tanah kohesif (φ = 0) : dq 1 + 2(Df/B) tg (Df/B) > 1
∑ Rh = cd B φ (1 – sinφ)2 Maka (Df/B)
Untuk tanah c - φ (φ > 0 dan c > 0) : dγ 1 diganti dengan
∑ Rh = cd B + W tg δ Arc tg (Df/B)
Keterangan : Sumber : Hardiyatmo 2014
e-journal GELAGAR Vol. 3 No. 1 2021 230
Program Studi Teknik Sipil S1, ITN MALANG

Dimana :
Δx
ΔL = cos α
FK > SF
Tabel 4 Faktor Kemiringan Beban (Vesic 1975)
Keterangan :
Faktor Nilai Keterangan FK = faktor aman
kemiringan
SF = >1 (Hardiyatmo, 2010)
beban C = kohesi tanah (kN/m2)
ic 1−𝑖𝑞
iq = 𝑁𝑐 𝑡𝑔𝜑 Untuk φ > 0 ΔL = panjang bagian lingkaran pada irisan ke-i
ic ' 𝑚𝐻 Untuk φ = 0 (m)
1 - 𝐴′ 𝐶𝑎 𝑁𝑐
Δx = lebar per pias (m)
iq [1 − Untuk V/A’ Α = besar sudut per pias (derajat)
𝑚 ca ≤ 1 Φ = sudut gesek dalam tanah (derajat)
𝐻
] ≥0 R = jari-jari lingkaran bidang longsor (m)
𝑉+𝐴′ 𝑐𝑎 𝑐𝑡𝑔𝜑
iγ [1 − Untuk dasar W = berat massa (kN)
𝑚+1 horizontal
𝐻
] ≥ 3. METODOLOGI STUDI
𝑉+𝐴′ 𝑐𝑎 𝑐𝑡𝑔𝜑
0 Lokasi Studi
2+𝐵/𝐿 Kemiringan
m = mB =1+𝐵/𝐿 Lokasi tempat perancangan bronjong ini tepatnya
beban searah berada pada jurang di jalan Kemuning Lor Kecamatan
lebar B Arjasa Kabupaten Jember. Kelongsoran tersebut
2+𝐿/𝐵 Kemiringan
m = mL =1+𝐿/𝐵 mengakibatkan kemiringan lereng semakin curam dan
beban searah hampir mengenai badan jalan. Perlu dilakukan
panjang L penanganan yang serius demi keselamatan pengemudi
Jika inklinasi beban pada arah n H ≤ caA’ + V kendaraan yang melalui jalan tersebut dengan adanya
dan membuat sudut θn terhadap tg δ tanah timbunan dan membangun bronjong. Setelah
arah L fondasi, maka mn diperoleh mendapatkan data yang dibutuhkan, akan dilakukan
dari : mn = mL cos2θn + mB sin2θn analisis kondisi lereng tanah tersebut dengan
Sumber : Hardiyatmo 2014 menggunakan software dan direncanakan
menggunakan Bronjong
Analisa Kestabilan Lereng
Faktor aman (SF) didefinisikan sebagai perbandingan Metode Pengumpulan Data
antara gaya yang menahan dan gaya yang Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah
menggeser/menggerakan. Kondisi kritis yaitu kondisi sebagai berikut :
batas kestabilan lereng jika (SF=1) maka lereng a. Metode Literatur adalah metode mengumpulkan,
tersebut akan mulai bergerak (tidak stabil). Untuk itu mengidentifikasikan dan mengolah data tertulis
Hardiyatmo. merekomendasikan angka aman (SF) > dan metode kerja yang digunakan.
1,5 sehingga kondisi lereng kritis tidak b. Metode Observasi dengan survey langsung ke
r Sin n
lapangan, agar dapat diketahui kondisi real di
r r lapangan sehingga dapat diperoleh gambaran
bn C sebagai pertimbangan dalam perencanaan desain
r r
1 struktur.
n
H
Metode Penyelesaian
Wn
3 Dalam perencanaan bronjong ini tentunya melalui
A
5
4 beberapa tahapan. Adapun tahapan – tahapan tersebut
ialah sebagai berikut :
1. dilakukan pengumpulan data – data baik data
n
sekunder maupun primer daari berbagai sumber.
Gambar 7 Analisa Kestabilan Lereng Metode Irisan Data primer meliputi foto situasi lokasi longsoran
(Method of slices) sedangkan data sekunder meliputi data
Sumber : Braja M. Das perencanaan seperti : data potongan melintang /
tipikal jalan dan data penyelidikan tanah (uji SPT
Faktor aman didefinisikan sebagai,
Jumlah momen penahan dan uji Laboratorium);
FK = Jumlah momen penggerak 2. Setelah didapatkan besarnya beban yang bekerja
Σ MR pada bronjong, dilanjutkan menganalisa kestabilan
FK = Σ MD
Σ [(c .ΔL) .R] + [(W .cos α .tg 𝜙) .R]
dinding penahan itu sendiri, meliputi : aman
FK = Σ (W .sin α) .R
e-journal GELAGAR Vol. 3 No. 1 2021 231
Program Studi Teknik Sipil S1, ITN MALANG

terhadap geser (FS≥2), guling (FS≥2) Hardiyatmo


(2014);
3. Apabila control terhadap geser, guling, dan daya
dukung tanah tidak memenuhi syarat yang ada,
maka dilakukan pendimensian bronjong kembali,
jika memenuhi syarat dilanjutkan dengan
menganalisa daya dukung tanah (FS≥3)
Hardiyatmo (2014). Apabila daya dukung tanah
tidak terpenuhi maka dilakukan perkuatan
tambahan berupa pondasi tiang pancang
4. Setelah hasil analisa serta pembahasan diketahui,
barulah diambil kesimpulan yang berisi
rangkuman hasil perencanaan. Gambar 8 Diagram Alir
Adapun alur dari tahapan – tahapan tersebut dapat Sumber : (Hasil Perencanaan)
dilihat pada bagan alir (flowchart) Gambar 8.

Diagram Alir 4. PERENCANAAN


Dinding Penahan Tanah
Perencanaan dinding penahan tanah pada lereng jalan
Kemuning Lor Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember
yang akan dianalisis manual tersebut dari pasangan
batu kali. Dinding penahan tanah ini dikategorikan
sebagai jenis klasik dengan mengandalkan berat
konstruksi itu sendiri untuk melawan gaya-gaya yang
bekerja dan menganalisis kontrol gaya-gaya dalam
yang bekerja pada konstruksi dinding penahan.

Struktur Jalan Raya


Kelas jalan yang direncanakan pada penelitian lereng
ini yaitu Arteri III dengan asumsi VLHR sebesar
8.000 smp/hari. Lebar jalur yang digunakan untuk
kelas jelas Arteri IIIA pada penelitian ini yaitu 3 m
dan lebar bahu sebesar 2 m (TPGJAK, 1997).
Adapun struktur jalan yang direncanakan dapat
dilihat pada gambar.

Gambar 9 Pembebanan Truk (SNI-T-02-2005)

Beban terbagi rata akibat distribusi muatan sumbu


kendaraan ke badan jalan adalah :
W = 8 ton
L = 0,8 m
Beban terbagi rata = (1/2 W) : L² =6,25t/m²
AC-WC = 2,5 cm
AC-BW = 6 cm
AC-BASE = 7,5 cm
LPA = 15 cm
LPB = 15 cm

berat volume AC = 1600 kg/m3


e-journal GELAGAR Vol. 3 No. 1 2021 232
Program Studi Teknik Sipil S1, ITN MALANG

berat volume LPA = 1700 kg/m3 ΔL = panjang lintasan bidang longsor


berat volume LPB = 1800 kg/m3 C = kohesi
W = adalah berat pias
Beban Keseluruhan Tan  = sudut geser dalam ( ˚)
dimensi berat volume (kg/m2)
Setelah dilakukan pengecekan terhadap lereng,
a b axb
akhirnya didapatkan hasil angka keamanan (SF)
0,025 1600 40 sebelum terjadinya longsor sebesar SF = 1,4 dan
0,06 1600 96 setelah terjadinya longsor sebesar SF = 1,2 dari angka
tersebut dapat disimpulkan bahwa lereng tersebut
0,075 1600 120
rawan terjadinya kelongsoran.
0,15 1700 255
0,15 1800 270 Perhitungan Stabilitas Lereng Sesudah Adanya
Perkuatan
Ʃ 781
Analisis dengan Perhitungan:
Jadi berat total = 781 kg/m2 Dari Table diketahui data tanah adalah :
= 0,781 t/m² Kohesi tanah (c) = 20,594 kN/m²
Sudut geser dalam (ϕ) = 41,2°
Total Pembebanan = 6,25 + 0,781 Berat volume tanah kering (ϒd) = 7,6982 kN/m³
= 7,031 t/m² Berat volume tanah asli (ϒ)
= 68,951 kN/m² = 14,4157 kN/m³
Berat jenis tanah (Gs)
Perhitungan Stabilitas Lereng Sebelum Adanya = 2,631
Perkuatan Gabion Wall Angka pori (e) = 2,385
Data perencanaan sempel I (berdasarkan nilai Kadar pori :
𝑒
parameter yang sudah ada): n = 1+𝑒
γsat = Gs. γw + e. γw 2,385
=
1+e 1+2,385
= 2,63 x 9,81 + 2,06 x 9,81 = 0,7046
1 + 2,06 Berat volume tanah jenuh :
= 15,035 kN/m3 ϒsat = ϒd + n
C ( Nilai Kohesi Tanah ) = 0,22 kg/cm2 = 7,6982 + 0,7046 = 5,424 kN/m³
∅ ( Sudut Geser Tanah ) = 4,350
Menghitung koefisien tekanan tanah aktif.
Analisis Stabilitas Lereng Tanpa Perkuatan 𝑐𝑜𝑠 2 (∅ − 𝛽)
Analisa stabilitas lereng tanpa perkuatan lereng Ka=
dilakukan dengan perhitungan manual. Tinjauan 𝑠𝑖𝑛(∅ + 𝛿)𝑠𝑖𝑛(∅ − 𝛼)
perhitungan yaitu selebar 1m bidang gambar. Contoh 𝑐𝑜𝑠 2 𝛽 𝑐𝑜𝑠(𝛿 + 𝛽) [1 + √ ]
𝑐𝑜𝑠(𝛿 + 𝛽)𝑐𝑜𝑠(𝛼 + 𝛽)
perhitungan yang digunakan pada analisis ini yaitu
dengan 1 variasi, dengan menggunakan tinjuan
kelongsoran lereng secara keseluruhan 𝑐𝑜𝑠 2 (33,66)
=
𝑠𝑖𝑛(68,667)𝑠𝑖𝑛(41,2)
𝑐𝑜𝑠 2 0 𝑐𝑜𝑠(22,44) [1 + √ ]
cos (27,467)𝑐𝑜𝑠(0)

= 0,214

Menghitung tekanan tanah aktif :


Pa = 1
𝐻 (𝐾𝑎. 𝛾. 𝐻 )
2
Gambar 10 Bidang Longsor Kritis Lereng 1
= 𝑥 24 𝑥 (0,214 𝑥 14,4157 𝑥 24)
2
((∆𝐿)(𝑐)+(𝑊 cos∝) tan∅)+(Q tot×jarak tot)
SF = = 888,47 kN
𝑊 sin∝
Menghitung momen aktif :
𝑔𝑎𝑦𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑙𝑜𝑛𝑔𝑠𝑜𝑟 Ma = 1
= 𝑔𝑎𝑦𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑦𝑒𝑏𝑎𝑏𝑘𝑎𝑛 𝑙𝑜𝑛𝑔𝑠𝑜𝑟 𝑃𝑎1 ( 𝐻)
3
1
888,47 𝑥 ( 𝑥 24 )
3
e-journal GELAGAR Vol. 3 No. 1 2021 233
Program Studi Teknik Sipil S1, ITN MALANG

= 16 250 75
= 7107,76 kNm 17 250 75
Menghitung koefisien tekanan tanah pasif : 18 250 75
Kp = ∅ 19 250 75
𝑡𝑎𝑛2 (45 + )
= 241,2 20 250 75
𝑡𝑎𝑛2 (45 + )
= 3,76
2 21 250 75
Menghitung tekanan tanah pasif : 22 250 75
Pp = ½. Kp. ϒ. H4² 23 250 75
= ½. 3,76. 14,416. 0,7²
= 8,898 kN 24 250 75
fs 1825
Menghitung momen pasif : Sehingga :
Mp = 1 fs = 1825 KN
𝑃𝑝 ( . 𝐻4) Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa bronjong
3 tidak bergerak, hal ini dikarenakan gaya dorong
1 yang terjadi lebih kecil dari gaya gesek yang di
= 8,898 ( . 0,7)
3 timbulkan oleh bronjong
= 2,076 kNm P < fs
Analisis bronjong 888,47 KN < 1825KN (Aman)
Faktor keamanan terhadap kuat dukung tanah,
geser dan guling
Menghitung tekanan tanah akibat beban merata untuk
bronjong :
Paq = H (Ka.q)
= 24 x 0,214 x 68,951
= 4,434 kN
Maq = 0,5. Paq. H1. 1
= 0,5 x 4,434 x 24 x 1
= 17,736 kNm
∑H = Pa + Paq
= 888,47 + 4,434
Gambar 11 Gaya Gesek Bronjong = 892,904 kN
P = FS (Bronjong Tepat Akan Bergerak) ∑Ma = Ma + Maq
P < FS (Bronjong Tidak Akan Bergerak) = 7107,76 + 17,736
P> FS (Bronjong Akan Bergerak) = 7125,496 kNm
BRONJONG W Fs Stabilitas terhadap geser untuk bronjong
V = ∑W = 448,5 kN
1 250 100 δ = 2/3. Ø
2 250 75 = 2/3 x 41,2
3 250 75 = 27,467°
f = tg δ tg 27,467 = 0,5198
4 250 75 SF = 𝑉. 𝑓 + 𝑐. 𝐵
5 250 75
6 250 75
𝛴𝐻
448,5 𝑥 0,5198+20,594 𝑥 24
=
7 250 75 892,904
= 3,054 > 1,5 (Aman)
8 250 75
Stabilitas terhadap guling untuk bronjong
9 250 75 ∑MW = ∑Mo
10 250 75 = 17384,118kNm
∑MGL = ∑Ma
11 250 75
= 7125,496 kNm
12 250 75 Σ𝑀𝑊
SF = Σ𝑀𝐺𝐿
13 250 75 17384,118
=
14 250 75 7125,496
= 4,137 > 2 (Aman)
15 250 75
e-journal GELAGAR Vol. 3 No. 1 2021 234
Program Studi Teknik Sipil S1, ITN MALANG

Kapasitas dukung ultimit : bronjong dan di dapatkan Stabilitas bronjong terhadap


qu = c . Nc + Po . Nq + 0,5 . ϒ . B .Nϒ guling diperoleh SFguling sebesar 4,137 > 2 (Aman)
Nc, Nq, Nϒ = faktor kapasitas dukung tanah (fungsi dan Stabilitas bronjong terhadap geser diperoleh
ϕ). Φ = 41,2ᶱ SFgeser sebesar 3,054 > 1,5 (Aman).
Diambil dari grafik yang diberikan Terzaghi dapat Kemungkinan bisa terjadinya kelongsoran walaupun
dilihat pada Gambar 2.17 atau Table 2.2. angka keamanan sebelum terjadinya kelongsoran
Nc = 85,83 adalah SF = 1,4 yaitu angka tersebut sangat rawan
Nq = 76,196 terjadi longsor, bisa jadi dikarenakan oleh:
Nϒ = 135,286 1. Kondisi jenis tanah tidak 100% tanah butir halus
Po = ½ . Df . ϒ 2. Tanah butir halus tidak murni berlaku jenuh
= 0,5 x 8 x 14,416 3. Mungkin ada beban lalu – lintas yang besar lewat
= 57,663 kN/m² di jalanan atas lereng melebihi SNI dan lalu -
lintas
4. Kondisi lereng secara alami terlampau tegak,
qu = cNc + Df . ϒ . Nq + 0,5 . ϒ . B. Nϒ 5. Karena pengaruh air hujan
= 205,940 x 85,83+ 8 x 76,196 x 14,416 x 6. Dan lain-lain yang mungkin bisa berkaitan
36,5 +0,5 x 14,416 x 4 x 135,286 dengan penyebab terjadinya longsor
= 30363,670 kN/m² 7. putaran balik.
Stabilitas terhadap kuat dukung tanah untuk bronjong
qu
qa = FK Saran
30363,670 Berdasarkan hasil dari ananlisis penelitian, maka perlu
= 1,5 adanya penelitian lebih lanjut untuk melengkapi dan
= 20242,446 kN/m² mengembangkan penelitian serupa. Adapun saran
1 ∑Mo−∑Ma
e = .𝐵 − ( ) yang diberikan pada penelitian selanjutnya yaitu
2 𝑉
1 1164,375 − 281,433
1. Dapat dilakukan studi dengan jenis perkuatan
= 𝑥6−( ) tebing sungai lainnya pada tebing sungai di jalan
2 448,5
= 0,031 m Kemuning Lor Kecamatan Arjasa Kabupaten
Jember.
eijin = 1/6 . B 2. Jumlah sampel tanah dapat diambil lebih dari
= 1/6 x 4 beberapa titik tinjauan.
= 0,667 m 3. Pemodelan selanjutnya dapat dilakukan dengan
e < eijin ; maka, software geoteknik seperti: Geoslope maupun
Plaxis
𝑣 6. 𝑒
qmin = (1 − ) 4. Membandingkan dengan pemodelan fisik di
𝐵 𝐵 laboratorium.
= 448,5 6 𝑥 0,031
(1 − ) DAFTAR PUSTAKA
4 4
= 106,853 kN/m2
> 0 (Aman) Andriyani, B.C.D, 2019, “Studi Perencanaan Dinding
Penahan Tanah Tipe Kantilever Pada Lereng
𝑣
qmax = (1 +
6.𝑒
) Jalan Kemuning Lor Kecamatan Arjasa
𝐵 𝐵 Kabupaten Jember” Institut Teknologi
448,5 6 𝑥 0,031
= 4 (1 + 4 ) Nasional, Malang.
= 117,397 kN/m3 < qa Amin, S.A, 2019, “Analisis Kestabilan Lereng
= 117,397 kN/m3 <20242,446kN/m3 (Aman) Dengan Perkuatan Geotekstile Pada Lereng
Jalan Kemuning Lor Kecamatan Arjasa
Kabupaten Jember” Institut Teknologi
5. KESIMPULAN DAN SARAN
Nasional, Malang
Kesimpulan
Das, B.M. 1993. Mekanika Tanah (Prinsip-Prinsip
Berdasarkan dari hasil analisis dan pembahasan yang
Rekayasa Geoteknis). Erlangga, Jakarta.
dilakukan pada lereng yang berlokasi di jalan
Das, B.M. 1998. Mekanika Tanah Jilid 1, Erlangga,
Kemuning Lor Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember,
Jakarta.
didapat kesimpulan bahwa sebelum terjadinya
Das, B.M. 1998. Mekanika Tanah Jilid 2, Erlangga,
kelongsoran nilai faktor keamanan (SF) existing pada
Jakarta.
lereng jalan Kemuning Lor kec.Arjasa Kab.Jember
Das, B.M. 2007. Principles of Foundation
sebesar SF = 1.4 dan sesudah terjadinya longsor
Engineering – 6th Edition. Toronto, Ontario,
menjadi SF = 1.2 dari angka tersebut dapat
Canada : Nelson, A Division of Thomson
disimpulkan bahwa lereng tersebut rawan terjadinya
Canada Limited.
kelongsoran. Kemudian dilakukan perhitungan
Hardiyatmo, H.C. 2002. Teknik Pondasi I. Edisi
perkuatan dinding penahan tanah menggunakan
Kedua. Yogyakarta : Beta Offset.
e-journal GELAGAR Vol. 3 No. 1 2021 235
Program Studi Teknik Sipil S1, ITN MALANG

Hardiyatmo, H.C. 2003. Teknik Pondasi II. Edisi


Ketiga. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press.
Hardiyatmo, H.C. 2006. Mekanika Tanah I.
Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Hardiyatmo, H.C. 2010. Teknik Pondasi II. Edisi
Kelima. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press.
Murri, M.M. 2014. “Analisis Stabilias Lereng Dengan
Pemasangan Bronjong(Studi Kasus Di Sungai
Gajah Putih, Surakarta)”. Universitas Sebelas
Maret. Surakarta
Terzaghi, K dan Ralph B.P. 1967. Mekanika Tanah
Dalam Praktek Rekayasa. Edisi Kedua Jilid I.
Jakarta : Penerbit Erlangga.

You might also like