You are on page 1of 10

As-Syifaa Vol 07 (02) : Hal.

209-218, Desember 2015


ISSN : 2085-4714

ALTERNATIF SPLINTING PADA KEGOYANGAN GIGI AKIBAT PENYAKIT


PERIODONTAL

Lilies Anggarwati Astuti

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Muslim Indonesia Makassar


Email : liliesanggarwatigauk@yahoo.com

ABSTRACT

Introduction: Periodontal disease is a disease of inflammation of the tissues


around the tooth that originated from inflammatory gingival and continues to the
periodontal structures other periodontal ligament and cementum, and the alveolar
bone. Loosening of the teeth is one of the symptoms of periodontal disease
characterized by loss of bonding as well as vertical bone damage. Loosening can be
caused by damage to the bone that supports the teeth, trauma from occlusion, and
the presence of inflammation of the gingiva to the expansion of the network of
supporters who are more patologik and processes in the jaw. Purpose: one of the
ways to control and stabilize the loosening of the teeth is splinting. Splinting is
indicated on the State loosening teeth degree 3 with severe bone damage.
Literature review: Periodontal splint is a tool that can be used for stabilization or
loosening of teeth that immobilisasi experience. Splint consists of temporary and
permanent splint splint. Indication temporary splint is for stabilization of teeth rocking
before and during therapy with the goal to reduce the peridontal trauma at the time of
care and speed up the healing process, such as the ligature wire splint. Discharging
permanent splint is part of this phase of the restoration or reconstruction phases of
periodontal care. Permanent Splint is extremely limited usage. Used when actually
used to increase the stability of pressure oklusal. Summary: the selection of the
alternatives of periodontal splint adapted on certain conditions, such as economic
status and health status of the patient.

Key words: Splinting, loosening of teeth, periodontal disease.

PENDAHULUAN ditandai dengan hilangnya perlekatan


Penyakit periodontal serta kerusakan tulang vertikal.
merupakan penyakit peradangan pada Kegoyangan dapat disebabkan
jaringan sekitar gigi yang berawal dari adanya kerusakan tulang yang
inflamasi gingiva dan berlanjut ke mendukung gigi, trauma dari oklusi
struktur jaringan penyangga gigi dan adanya perluasan peradangan
lainnya yaitu sementum, ligamentum dari gingiva ke jaringan pendukung
periodontal dan tulang alveolar. yang lebih dalam serta proses
Kegoyangan gigi merupakan salah patologik rahang.1 Menurut Fedi dkk,
satu gejala penyakit periodontal yang kegoyangan gigi diklasifikasikan
1
Alternatif splinting pada kegoyangan gigi akibat penyakit

menjadi tiga derajat. Derajat 1 yaitu


Splint, menurut Glossary of
kegoyangan sedikit lebih besar dari
Periodontic Terms (1986) merupakan
normal. Derajat 2 yaitu kegoyangan
“sebuah piranti yang didesain untuk
sekitar 1 mm, dan derajat 3 yaitu
menstabilkan gigi disertai mobilitas”.
kegoyangan sekitar > 1 mm pada
Splint dapat dibuat dalam bentuk yang
segala arah dan gigi dapat ditekan ke
menyatu dengan tumpatan komposit,
arah apikal.1
gigitiruan jembatan, protesa sebagian
Salah satu cara untuk
lepasan, dll.2
mengontrol dan menstabilisasi
TUJUAN PENELITIAN
kegoyangan gigi adalah splinting.
Tujuan penulisan ini adalah
Splinting diindikasikan pada keadaan
untuk mengetahui splinting yang
kegoyangan gigi derajat 3 dengan
merupakan salah satu alternatif
kerusakan tulang berat. Adapun
kegoyangan gigi adalah pada penyakit
indikasi utama penggunaan splint
periodontal.1
dalam mengontrol kegoyangan yaitu
TINJAUAN PUSTAKA
imobilisasi kegoyangan yang
Periodontal splint adalah alat
menyebabkan ketidaknyamanan
yang dapat digunakan untuk stabilisasi
pasien serta menstabilkan gigi pada
atau immobilisasi gigi yang mengalami
tingkat kegoyangan yang makin
kegoyangan. Splint terdiri dari splint
bertambah. Ditambahkan oleh
sementara dan splint permanen.
Strassler dan Brown splinting juga
Indikasi splint sementara adalah untuk
digunakan untuk mengurangi
stabilisasi gigi goyang sebelum dan
gangguan oklusal dan fungsi
selama terapi peridontal dengan tujuan
mastikasi.1
unutk mengurangi trauma pada waktu
Splinting dilakukan pada terapi
perawatan dan mempercepat proses
inisial (fase etiotropik) dalam rencana
penyembuhan, contohnya wire ligature
perawatan penyakit periodontal.
splint. Pemakaian splint permanen
Tindakan yang dilakukan pada fase
merupakan bagian dari fase restorasi
pertama adalah pemberian kontrol
atau fase rekonstruksi dari perawatan
plak yang meliputi motivasi edukasi
periodontal. Splint permanen sangat
dan instruksi, skeling dan penghalusan
terbatas penggunaannya. Digunakan
akar, splinting dan terapi oklusal, serta
bila benar-benar dipergunakan untuk
pemberian terapi penunjang berupa
menambah stabilitas tekanan oklusal.1
antimikroba.1

21
Alternatif splinting pada kegoyangan gigi akibat penyakit

Splinting biasanya dilakukan


splinting, seseorang harus
pada fase terapi inisial, dimana terapi
mempertimbangkan penyebab
inisial bertujuan untuk membuang
mobilitas gigi:3
semua faktor lokal yang menyebabkan
1. Kehilangan struktur pendukung
peradangan gingival serta pemberian
secara kuantitatif akibat
instruksi dan motivasi pasien dalam
periodontitis
melakukan kontrol plak. Terapi inisial
2. Perubahan struktur pendukung
juga disebut sebagai fase etiotropik
secara kualitatif akibat trauma from
karena bertujuan untuk menghilangkan
occlusion
faktor etiologi penyakit periodontal.
3. Trauma jangka pendek pada
Terapi inisial mencakup kontrol plak
periodonsium akibat perawatan
yang meliputi motivasi, edukasi dan
periodontitis.
instruksi dari pasien, skeling dan
4. Kombinasi penjelasan di atas.
penghalusan akar, rekonturing
Gigi yang mengalami mobilitas
restorasi, pembuangan karies,
dengan derajat mobilitas yang tidak
pemberian antimikroba serta evaluasi
meningkat, umumnya tidak
jaringan. Pencapaian perawatan
membutuhkan splinting. Gigi dengan
melalui bedah periodontal dapat
peningkatan mobilitas akibat trauma
dilakukan bilamana terapi inisial
oklusal harus dirawat dengan
berhasil dengan baik.1
penyesuaian oklusal, bukan dengan
Splinting biasanya dilakukan
splinting (Vollmer & Rateischak 1975).
pada fase inisial, sebelum fase bedah,
Meskipun tidak benar bahwa gigi yang
baik berupa splinting sementara
mengalami mobilitas dapat di-
maupun splinting permanen. Beberapa
imobilisasi dengan splinting, dan
penelitian menunjukkan splinting dapat
bahwa splinting memberikan
meningkatkan resistensi jaringan
kenyamanan bagi pasien, splinting
terhadap kerusakan periodontal lebih
tidak menyebabkan stabilisasi biologis
lanjut dan mempercepat respon
gigi jangka panjang (Galler dkk, 1979;
penyembuhan.1
Rateitschak 1980).3
Untuk menjelaskan apakah
terdapat beberapa indikasi untuk

21
Alternatif splinting pada kegoyangan gigi akibat penyakit

Skema berikut merupakan klasifikasi kemungkinan dilakukannya splinting: 3

Indikasi untuk beragam jenis tidak di-splinting, akan terjadi bahaya


splinting3 peningkatan mobilitas gigi yang terus
Splinting sementara atau berlanjut. (Nyman & Lyndhe 1979).
semipermanen diindikasikan untuk gigi Splinting Sementara3
dengan mobilitas parah sebelum Ligatur kawat sederhana (Gbr.
maupun selama terapi periodontal. 1) dapat berfungsi sebagai splint cekat
Splinting jenis ini dapat menurunkan selama beberapa hari hingga
trauma perawatan. beberapa minggu. Ligatur kawat sudah
Splinting semipermanen atau jarang digunakan sekarang ini,
permanen dapat digunakan untuk terutama karena pertimbangan estetik.
menstabilkan gigi dengan mobilitas Splint cekat sementara yang paling
tinggi sehingga mengganggu umum digunakan, yaitu splint resin
pengunyahan pasien. Retensi komposit etsa-asam tanpa preparasi
ortodontik juga dapat dianggap gigi (Gbr. 2). Beberapa splint dapat
sebagai jenis splinting diaplikasikan dengan cepat dan
semipermanen/permanen. mudah disertai penggunaan rubber
Splinting permanen digunakan dam dalam rongga mulut; namun,
selama rehabilitasi rongga mulut splinting ini merupakan pengukuran
kompleks di mana gigi penyangga sementara karena adhesi resin
mengalami mobilitas tinggi atau di terhadap struktur gigi tidak terlalu kuat
mana gigi penyangga yang sedikit tanpa tambahan retensi mekanis yang
harus mendukung seluruh protesa, diberikan oleh preparasi kavitas,
terutama ketika gigi penyangga groove, dll. Fraktur splint umum terjadi
memiliki dukungan periodontal yang jika lebih dari 3-4 gigi yang terlibat
minimal, namun telah berhasil dirawat dalam satu unit splinting.
secara periodontal. Jika beberapa gigi

21
Alternatif splinting pada kegoyangan gigi akibat penyakit

Gambar 1. Splint kawat. Kawat besi lunak (diameter 0.04 mm) dililitkan mengelilingi
permukaan fasial dan oral gigi yang akan di-splinting, kemudian ligatur
dikencangkan dengan memuntir ujung kawat. Stabilisasi gigi individual dapat
dicapai dengan mengaplikasikan ligatur interdental. Resin etsa-asam dapat
diaplikasikan pada permukaan labial tiap gigi (Gbr. 6) untuk mencegah kawat
meluncur ke arah apikal. Splint kawat tidak memberikan perlindungan terhadap
tekanan oklusi

Gambar 2. Splint resin komposit, tanpa preparasi gigi. Setelah gigi dibersihkan secara
menyeluruh, permukaan interproksimal diaplikasikan etsa-asam dan resin.
Daerah apikal ruang interdental harus dibiarkan terbuka untuk memelihara
kebersihan yang baik.

Splint sementara lepasan dapat waktu yang singkat. Jenis splint ini
terbuat dari akrilik bening yang ditarik sebelumnya digunakan sebagai “bite
di dalam vakum pada model studi guard” pada perawatan parafungsi
(Gbr. 3). Splint ini kadang rongga mulut, namun dengan
diindikasikan untuk stabilisasi keberhasilan yang sangat sedikit.
sementara gigi individu untuk jangka

21
Alternatif splinting pada kegoyangan gigi akibat penyakit

Gambar 3. Vacuum formed removable acrylic splint. Splint ini dapat digunakan untuk
retensi atau stabilisasi gigi jangka pendek. Tepi splint harus melebihi tinggi
kontur tiap gigi (tanda panah pada skema) baik pada permukaan labial dan
lingual, untunk memberikan retensi yang aman.

Splinting Semipermanen3,4
3. Risiko kehilangan gigi selama
1. Peningkatan mobilitas gigi sebagai
fungsi atau perawatan
akibat penurunan periodonsium
Prosedur:
dapat diterima selama oklusi tetap
1. Splinting menggunakan komposit
stabil dan kenyamanan
setelah pengetsaan daerah email
pengunyahan tidak terganggu.
yang cukup besar pada gigi yang
2. Relasi yang tidak menguntungkan
akan di-splinting dan gigi tetangga.
antara mahkota klinis dan panjang
Splint dapat diperkuat
gigi secara keseluruhan dapat
menggunakan serat karbon atau
menyebabkan tekanan yang
dilindungi dengan kerangka logam
berpengaruh pada puncak alveolar
atau kerangka akrilik.
dan pada apeks selama fungsi:
2. Pembentukan unit kecil yang
sehingga disebut trauma oklusal
mengalami mobilitas sangat
sekunder.
menguntungkan; jika lebih dari tiga
3. Pada kasus splinting gigi ini dalam
gigi yang disatukan, risiko fraktur
menurunkan ruang ligamentum
(pada gigi yang kokoh) dianggap
periodontal, karena tekanan yang
dapat mengalami peningkatan.
menganggu tersebar pada
3. Oklusi harus diperiksa dengan teliti;
beberapa gigi.
terutama pada gigi anterior maksila
Indikasi untuk splinting semipermanen:
dapat menimbulkan keadaan yang
1. Penurunan gigi-jaringan
tidak dapat diterima secara estetik.
pendukung yang signifikan
4. Kebersihan periodontal tidak boleh
2. Mobilitas gigi yang progresif
terganggu; pembersihan embrasur
21
Alternatif splinting pada kegoyangan gigi akibat penyakit

dengan menggunakan sikat dan menggunakan preparasi kavitas


interdental atau dental floss pada splint. Teknik aplikasi ini serupa
(Superfloss) di rumah harus dengan penempatan restorasi resin
memungkinkan. komposit menggunakan etsa-asam
Splint semipermanen cekat sebelum perawatan.
yang sangat sering digunakan pada Pada daerah anterior
daerah anterior adalah splint resin mandibula, splint resin intrakoronal
komposit etsa-asam yang yang menyatu dengan serat poliester
diaplikasikan setelah preparasi gigi. telah terbukti sangat berguna (Grau &
splint ini dapat berfungsi selama Lutz 1982). Resin polimerisasi-ringan
beberapa bulan atau bahkan tahun. umumnya digunakan untuk jenis splint
Kadang sangat memungkinkan untuk ini karena waktu kerja yang panjang.
melepas restorasi anterior yang lama

Gambar 4. Splint resin komposit dengan preparasi gigi. Wanita berusia 38 tahun
ini tidak ingin mengubah keinginannya bahwa gigi anterior maksila yang
terlibat dan hampir tidak dapat diharapkan tersebut harus dipertahankan.
Setelah terapi awal, gigi 11, 21, dan 22 dengan mobilitas tinggi harus
distabilisasi dengan melepaskan resin Klas III yang lama dan
menggunakan preparasi kavitas untuk retensi splint resin etsa-asam.
Splint tetap berada pada tempatnya hingga prognosis definitif seluruh
gigi-geligi dapat ditentukan.

21
Alternatif splinting pada kegoyangan gigi akibat penyakit

Gambar 5. Aplikasi splint dengan rubber dam. Setelah dilakukan pengetsaan tepi kavitas
menggunakan asam fosforik, preparasi kavitas dan bagian koronal ruang
interdental ditumpat dengan resin komposit light-cured kemudian dikilapkan.

Gambar 7. Mobilitas gigi yang sangat mengganggu. Wanita berusia 25 tahun ini
menunjukkan adanya gingivoperiodontitis ulseratif (ANUG) pada tahap interval.
Radiografi menunjukkan kehilangan tulang sedang hingga parah pada daerah
anterior mandibula. Gigi 41, 31, dan 32 mengalami mobilitas dan non-
fungsional tinggi. Splint semipermanen diperkuat fiber, intrakoronal
diindikasikan pada perawatan ini, agar gigi tetap berada di tempatnya
setidaknya hingga rencana perawatan, prognosis definitif, dan terapi aktif dapat
diselesaikan.

Gambar 8. Splinting intrakoronal – Preparasi groove. Dengan menggunakan bur intan


bulat kecil, groove dipreprasi pada email/dentin dengan kedalaman 0.7-1.0
mm pada ketinggian titik kontak interdental secara menyeluruh mengelilingi
tiap gigi. Tepi groove dibulatkan dan base diaplikasikan untuk melindungi
pulpa ketika groove meluas hingga dentin.

21
Alternatif splinting pada kegoyangan gigi akibat penyakit

Gambar 9. Etsa asam – Pengaplikasian ligatur poliester. Sebanyak dua splint, masing-
masing menyatukan tiga gigi, kemudian dibuat. Ligatur Kevlar tear-resistant
pertama-tama dilapisi menggunakan monomer resin (kanan), kemudian
diaplikasikan pada gigi seperti angka 8 yang diulang-ulang dan diikat.
Perawatan ini dilakukan dengan memasang rubber dam (perhatikan floss pada
daerah servikal tiap gigi untuk menahan rubber dam tepat pada tempatnya)
untuk memastikan daerah kerja yang kering.

Gambar 10. Splint intrakoronal. Tepi groove yang telah dihaluskan dan telah dietsa
(berwarna merah pada skematik) diulasi dengan monomer sebelum
ditambahkan dengan resin light-cured (biru). Setelah dihaluskan dan
dikilapkan splint resin intrakoronal hampir tidak terlihat secara klinis. Fiber
yang menyatu dengan baik menurunkan bahaya fraktur resin.

KESIMPULAN dapat dibiarkan in situ secara


Adapun simpulan dari penulisan permanen.
ini adalah: DAFTAR PUSTAKA
1. Pemilihan alternatif splint 1. Suwandi Trijani. The Initial
periodontal disesuaikan pada Treatment of Mobile Teeth Closure
Diastema in Chronic Adult
kondisi-kondisi tertentu, misalnya Periodontitis. PDGI Jour
status ekonomi dan status 2010;59:105-109.
kesehatan pasien. 2. Lindhe J. Nyman S. Tooth-
2. Splint yang tidak mengganggu supported fixed partial dentures. In:
Lindhe J, Lang NP, Karring T,
secara fungsional atau kosmetik editors. Clinical Periodontology and
Implant Dentistry. 5th Ed. Oxford:

21
Alternatif splinting pada kegoyangan gigi akibat penyakit

Blackwell Munksgaard; 2008. New York: Georg Thieme Verlag


P.1129. Stuttgart; 1985. P.291-4.

3. Rateitschak EM, Wolf HF, Hassel 4. Mueller HP. Periodontology: the


TM. Color Atlas of Periodontology. Essential. Germany: Druckhaus
Gutz. 2005. P. 177-9.

21

You might also like