Professional Documents
Culture Documents
Faktor Risiko Dermatitis Kontak Akibat Kerja Pada para Pekerja Salon Di Kelurahan Padang Bulan Sumatera Utara Tahun 2017
Faktor Risiko Dermatitis Kontak Akibat Kerja Pada para Pekerja Salon Di Kelurahan Padang Bulan Sumatera Utara Tahun 2017
Abstract
Skin disease is the most occupational disease after bone and muscle. Occupational Contact
dermatitis is in the first rank in occupational skin disease, 80% is irritant contact dermatitis
and the remaining 20% is allergic contact dermatitis who have the highest incidence of
contact dermatitis were salon workers. Generally, this study aims to determine the risk
factors of occupational contact dermatitis on salon workers.This study is analytic method
study which uses cross sectional design, where the data is only taken once in a time by
using primary data from interview and questionnaire instrument as a tool and respondent
were drawn using consequtive sampling. The study showed that 47,3% of salon workers had
contact dermatitis. Risk factors which have a significant relationship with contact dermatitis
are chemical exposure frequency (p value = 0,020) and duration of water exposure (p value
= 0,005). The result of multivariate analysis showed that the most dominant variable causes
occupational contact dermatitis was the duration of skin exposure (p value = 0,030; OR =
3,783). Frequency of exposure and duration of exposure have a significant relationship with
occupational contact dermatitis to the salon workers in Kelurahan Padang Bulan. Meanwhile,
sex, age, long of work and use of personal protective equipment have no significant
relationship with occupational contact dermatitis to the salon workers in Kelurahan Padang
Bulan.
56
Jurkessia, Vol. VIII, No. 2, Maret 2018 Fadlan Aufar Malik, dkk.
rambut dan sebagainya). Dalam sebuah menggunakan tekhnik cross sectional, yaitu
studi dikatakan bahwa pada tahun 2006- pengambilan data hanya dilakukan dalam
2015, 80,9 kasus dari 100,000 penata satu waktu dan menggunakan tekhnik
rambut per tahun mengalami penyakit wawancara serta menggunakan teknik
dermatitis kontak akibat kerja (DKAK), consecutive sampling dalam pengambilan
menempati urutan kedua setelah tukang sampel.
bunga yang mengalami penyakit DKAK, Pengolahan dan analisa data dibagi
yang selanjutnya diikuti oleh ahli kecantikan, dalam beberapa tahap, yaitu pengumpulan
tukang masak dan teknisi (7). Para pekerja data, pengolahan data, penyajian data,
salon adalah orang yang paling sering analisis/interpretasi data dan pengambilan
terpapar dengan bahan iritan dan masih kesimpulan. Data yang diperoleh
banyak faktor lainnya yang belum diketahui. dideskripsikan menggunakan tekhnik
Oleh sebab itu, saya berminat untuk komputerisasi dan didistribusikan secara
melakukan penelitian tentang faktor apa saja deskriptif dengan menggunakan tabel
yang dapat meningkatkan kejadian distribusi frekuensi dan dilakukan
dermatitis kontak akibat kerja pada para pembahasan sesuai dengan pustaka yang
pekerja salon. ada. Selanjutnya dilakukan analisis bivariat
untuk melihat ada tidaknya hubungan antara
Metode Penelitian dua variabel, yaitu variabel terikat berupa
Jenis penelitian ini adalah kejadian DKAK dengan variabel bebas
observasional analitik dengan desain khusus meliputi jenis kelamin, usia, lama bekerja,
multivariat regresi logistik dan pendekatan frekuensi terpapar kimia, durasi terpapar air,
cross sectional, yaitu pengambilan data pemakaian alat pelindung diri (APD). Uji
dilakukan pada satu saat atau periode statistik yang digunakan dalam penelitian ini
tertentu dan pengamatan studi hanya adalah uji chi-square. Uji chi-square
dilakukan satu kali serta pengukuran subjek merupakan uji komparatif yang digunakan
dilakukan pada saat itu juga menggunakan dalam data di penelitian ini. Uji signifikan
teknik wawancara menggunakan alat antara data yang diobservasi dengan data
kuesioner untuk mengetahui hubungan yang diharapkan dilakukan dengan batas
antara variabel bebas dan variabel terikat. kemaknaan (α<0,05) yang artinya apabila
Penelitian dilakukan di salon diperoleh p<α, berarti ada hubungan yang
Kelurahan Padang Bulan pada bulan Juli signifikan antara variabel bebas dengan
2017 sampai Desember 2017 dengan variabel terikat dan bila nilai p>α, berarti
populasi target adalah para pekerja salon, tidak ada hubungan yang signifikan antara
sedangkan populasi terjangkau pada variabel bebas dengan variabel terikat.
penelitian ini adalah seluruh pekerja salon di Kemudian untuk melihat variabel
Kelurahan Padang Bulan. independen yang paling berpengaruh
Pengambilan sampel menggunakan terhadap variabel dependen saat dilakukan
metode nonprobability sampling jenis analisis multivariat yang digunakan adalah
consecutive sampling sesuai dengan kriteria regresi logistic, karena pada penelitian ini
inklusi dan kriteria eksklusi, dimana sampel menggunakan skala kategorik.
diambil sesuai urutan datang sampai
memenuhi jumlah sampel minimal. HasilPenelitian
Penentuan besar sampel dalam A. Gambaran Umum Responden
penelitian ini menggunakan tekhnik rule of Gambaran umum responden meliputi
thumb, yaitu besar sampel 5-10 kali jumlah jenis kelamin, usia, lama bekerja, frekuensi
variabel bebas yang diteliti (8). Dalam terpapar kimia, durasi terpapar air,
penelitian ini jumlah variabel independen pemakaian APD dapat dilihat dalam tabel-
adalah 6, sehingga jumlah subjek yang tabel di bawah ini :
diperlukan adalah sebanyak 30-60 subjek. Tabel 1. Distribusi Jenis Kelamin Responden
Jumlah subjek yang didapatkan adalah 55 Jenis Kelamin n %
pekerja salon. Laki- laki 2 3,6
Alat yang digunakan adalah angket Perempuan 53 96,4
quesioner yang berisi pertanyaan seputar Jumlah 55 100
DKAK akibat kerja dengan pengambilan data
57
Jurkessia, Vol. VIII, No. 2, Maret 2018 Fadlan Aufar Malik, dkk.
58
Jurkessia, Vol. VIII, No. 2, Maret 2018 Fadlan Aufar Malik, dkk.
59
Jurkessia, Vol. VIII, No. 2, Maret 2018 Fadlan Aufar Malik, dkk.
kejadian DKAK, yang mungkin disebabkan (54,5%). Kejadian DKAK dengan durasi
oleh karena hal tersebut tergantung dari terpapar air di atas atau sama dengan 2 jam
banyaknya terkena paparan kimia atau dalam seharisebanyak 17 responden
bahan kimia apa yang sering dipakai. (65,4%) dan yang tidak mengalami DKAK
sebanyak 8 responden (27,6%).Setelah
D. Frekuensi Terpapar dilakukan uji hipotesis dengan metode Chi
Frekuensi terpapar kimia dalam Square dengan tingkat kemaknaan 0,05 (α =
penelitian ini adalah <5kali/hari, 5-10 5%), diperoleh nilai p value adalah 0,005 (p<
kali/hari, >10 kali/hari. Sebanyak 28 orang 0,05) yang berarti bahwa ada hubungan
(50,9%) responden terpapar dengan bahan durasi terpapar air dalam sehari dengan
kimia sebanyak 0-5 kali per hari, 18 orang kejadian DKAK pada para pekerja salon. Hal
(32,7%) responden terpapar dengan bahan ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh
kimia sebanyak 5-10 kali per hari dan 9 Behroozy A, dkk. (1) bahwa paparan dengan
orang (16,4%) responden terpapar dengan air lebih dari 2 jam dapat mengakibatkan
bahan kimia lebih dari 10 kali per hari. lapisan stratum corneum menjadi bengkak
Kejadian DKAK yang terjadi pada responden atau menyusut yang menyebabkan kejadian
dengan frekuensi terpapar bahan kimia DKAK. Hal ini mungkin disebabkan oleh
kurang dari 5 kali per hari sebanyak 10 karena air merupakan salah satu bahan
responden (38,5%) dan yang tidak iritan yang bisa menembus lapisan stratum
mengalami DKAK sebanyak 18 orang corneum dengan mudah. Penelian lain juga
(62,1%). Kejadian DKAK pada responden mengatakan osmolalitas, pH, konten mineral
dengan frekuensi terpapar bahan kimia 5 dan suhu dari air mungkin juga dapat
sampai 10 kali per hari sebanyak 8 mempengaruhi kejadian DKAK.
responden (30,8%) dan yang tidak
mengalami DKAK sebanyak 10 responden F. Pemakaian APD
(34,5%). Kejadian DKAK pada responden Pemakaian APD pada penelitian ini
dengan frekuensi terpapar bahan kimia lebih adalah selalu dan jarang, 21 orang (38,2%)
dari 10 kali per hari sebanyak 8 responden selalu memakai alat pelindung diri seperti
(30,8%) dan yang tidak mengalami DKAK sarung tangan, masker dan lain-lain saat
sebanyak 1 responden (3,4%). Setelah bekerja, sedangkan 34 orang (61,8%) dari
dilakukan uji hipotesis dengan metode Chi responden jarang menggunakan alat
Square dengan tingkat kemaknaan 0,05 (α = pelindung diri saat bekerja. Kejadian DKAK
5%), diperoleh nilai p value adalah 0,020 (p< yang terjadi pada responden yang selalu
0,05) yang berarti bahwa ada hubungan memakai alat pelindung diri sebanyak 11
antara frekuensi terpapar bahan kimia dalam responden (42,3%) dan yang tidak
sehari dengan kejadian DKAK pada para mengalami DKAK sebanyak 10 orang
pekerja salon. Hal ini sesuai dengan (34.5%). Kejadian DKAK yang terjadi pada
penelitian lurati (10) yang mengatakan responden yang jarang memakai alat
bahwa bahan kimia dapat menyebabkan pelindung diri sebanyak 15 responden
hilangnya lapisan lemak pada kulit dan (57,7%) dan yang tidak mengalami DKAK
menghilangnya pelindung dari kulit, yang sebanyak 19 orang (65,5%).Setelah
selanjutnya akan menyebabkan kejadian dilakukan uji hipotesis dengan metode chi
DKAK. square dengan tingkat kemaknaan 0,05 (α =
5%), diperoleh nilai p value adalah 0,552 (p>
E. Durasi Terpapar 0,05) yang berarti bahwa tidak ada
Durasi terpapar air dalam penelitian ini hubungan yang bermakna antara pemakaian
adalah <2 jam/hari dan ≥2 jam/hari, 30 orang alat pelindung diri dengan kejadian DKAK
(54,5%) dari responden terpapar dengan air pada para pekerja salon di Kelurahan
kurang dari 2 jam dalam sehari dan 25 orang Padang Bulan. Hal ini tidak sesuai dengan
(45,5%) dari responden terpapar dengan air penelitian Behroozy A, dkk. (1), yang
lebih atau sama dengan 2 jam dalam sehari. berpendapat bahwa alat pelindung diri
Kejadian DKAK dengan durasi terpapar air berupa sarung tangan dapat mengubah
kurang dari 2 jam dalam seharisebanyak 9 suhu dan kelembaban dari kulit saat
responden (34,6%) dan yang tidak digunakan terus menerus yang akan memicu
mengalami DKAK sebanyak 21 responden terjadinya kejadian DKAK.Hasil penelitian
60
Jurkessia, Vol. VIII, No. 2, Maret 2018 Fadlan Aufar Malik, dkk.
Kesimpulan
Terdapat hubungan antara frekuensi
terpapar kimia dalam sehari dan durasi
terpapar air dalam sehari terhadap kejadian
dermatitis kontak akibat kerja pada para
pekerja salon.
Daftar Pustaka
1. Behroozy A, Keegel TG. 2014. Wet-
Work Exposure: A Main Risk Factor For
Occupational Hand Dermatitis. Saf
Health Work, 5 (4) : 175–80.
2. Boone MALM, Jemec GBE, Del Marmol
V. 2014. Differentiating Allergic And
Irritant Contact Dermatitis By High-
Definition Optical Coherence
Tomography: A Pilot Study. Arch
Dermatol Res., 307 (1) : 11–22.
61