You are on page 1of 7

PROSES SOSIALISASI DAN PENGASUHAN ANAK DI DALAM KELUARGA

Melik Budiarti
Fakultas Ilmu Pendidikan, IKIP PGRI Madiun
Email: melikbudiarti74@gmail.com

Abstract
Parenting parents to their children is the first socialization process done by children
against other people. The goal is to teach children how to be part of a better society in a broader
sense as well as in the smallest of a family environment. It is inseparable from its association
with the value of a child in front of his parents. Kids get the attention, or less attention will
continue to grow and thrive. Children will go through the process of socialization is facilitated
by social environment, parents, people who are important in a child’s life, peers and even by the
media which is now irreversible existence. Need to be understood, that the theoretical concept of
development as the psychoanalytic theory that center development socialization of a child lies in
the development of morality and superego that when children from the age of three years.
According to the theory the task of development, individual development tasks relating to social
demands and the adaptation to the demands of the development of age these skills must be
mastered by the individual. It will be different with the behavioristic theory, social cognitive
theory, and cognitive theory and Humanistic approach also provide insights into the
development of a child’s socialization. The concept of parenting is based on the assumption of
various theories on the development and socialization of children directed to the development of
morality, personality development and competencies for life. The development direction of
guidance for parents in the upbringing of their children by the process of the elaboration of the
child's personality.
Keyword: socialization, parenting, family

Abstrak
Pola pengasuhan orang tua terhadap anaknya merupakan proses sosialisasi pertama yang
dilakukan oleh anak terhadap orang lain. Tujuannya mengajarkan anak bagaimana menjadi
bagian dari sebuah masyarakat baik dalam arti luas maupun dalam lingkungan terkecil yaitu
sebuah keluarga. Ini tidak terlepas dari keterkaitannya dengan nilai dari seorang anak di
hadapan orang tuanya. Anak mendapatkan perhatian ataupun kurang mendapatkan perhatian
pun akan tetap tumbuh dan berkembang. Anak akan melalui proses sosialisasi yang difasilitasi
oleh lingkungan sosialnya, orang tuanya, orang-orang yang penting dalam kehidupan si anak,
teman sebaya bahkan oleh media yang sekarang sudah tidak bisa dibendung lagi
keberadaannya. Perlu dipahami, bahwa konsep teori tentang perkembangan seperti teori
psikoanalisa bahwa pusat perkembangan sosialisasi dari seorang anak terletak pada
perkembangan moralitasnya/superegonya yaitu ketika anak mulai umur tiga tahun. Menurut
teori tugas perkembangan, tugas perkembangan individu berkaitan dengan tuntutan sosial dan
penyesuaian diri terhadap tuntutan sesuai dengan perkembangan umurnya ketrampilan tersebut
harus dikuasai oleh individu. Ini akan berbeda dengan teori Behavioristik, teori Kognitif sosial,
Teori kognitif dan dan pendekatan Humanistik juga memberikan pandangan dalam perkem-
bangan sosialisasi dari seorang anak. Konsep pengasuhan anak berdasarkan asumsi dari
berbagai teori di atas perkembangan dan sosialisasi anak diarahkan pada perkembangan
moralitas, perkembangan kepribadian dan kompetensi untuk hidup. Arah perkembangan ini
menjadi pedoman bagi orang tua di dalam pengasuhan buah hatinya sesuai dengan proses
perkembangan kepribadian anak.
Kata kunci: sosialisasi, pengasuhan, keluarga

115
JURNAL LPPM Vol. 4 No. 2 Juli 2016

PENDAHULUAN program Keluarga Berencana. Maksud dari


Pengasuhan anak merupakan tugas yang program pemerintah tersebut salah satunya tidak
harus diemban oleh setiap orang tua. Tujuan dari lain adalah untuk membentuk keluarga yang
pengasuhan itu sendiri merupakan proses lebih terurus baik dalam pengasuhan anak
sosialisasi yaitu mengajarkan anak bagaimana maupun dalam ekonomi.
menjadi bagian dari sebuah masyarakat baik Program keluarga berencana yang
dalam arti luas maupun dalam lingkungan digalakkan oleh pemerintah pada masa sekarang
terkecil yaitu sebuah keluarga. Anak belajar berkompetisi dengan nilai-nilai moral anak yang
bersosialisasi dan menyesuaikan diri dengan berkembang dewasa ini. Kasus-kasus kehamilan
lingkungan sosialnya dengan cara-cara sosial remaja sebelum mereka menikah semakin
yang ada di masyarakat tersebut. Shehan dalam banyak dijumpai sehingga anak yang mereka
Andayani & Koentjoro (2004) menyebutkan lahirkan pun pengasuhannya tidak lagi menjadi
sebagai perilaku seperti ‘cara-cara’ sosial. tanggung jawabnya tetapi diserahkan pada orang
Selanjutnya karena ‘cara’ sangat tergantung lain baik itu dititipkan di panti asuhan maupun di
pada waktu dan tempat pengasuhan juga akan orang tua dari remaja tersebut. Ibu muda tersebut
mempunyai orientasi yang berbeda berdasarkan lebih cenderung memfokuskan pada penemuan
budaya dan masa (waktu). Maksudnya adalah jati dirinya dibandingkan melakukan tanggung-
pengasuhan seorang anak akan tergantung pada jawabnya mengasuh anak yang sudah dilahir-
kapan berlangsungnya pengasuhan tersebut dan kannya.
tempat pengasuhannya, serta latar belakang Dampak dari perubahan sosial yang
budaya dari keluarga serta pada masa apa. terjadi sekarang ini yaitu dengan adanya
Apabila ada dua anak diasuh sama-sama oleh modernisasi dan keterbukaan komunikasi
orang tua mereka masing-masing, sewaktu memberi pengaruh yang sangat besar terhadap
masih berumur empat tahun tetapi budaya yang keluarga. Pada saat keluarga berkewajiban untuk
melatarbelakanginya berbeda, akan menghasil- mensosialisasikan nilai-nilai sosial yang ada di
kan pribadi yang berbeda antara anak tersebut. masyarakat kepada anak-anaknya, banyak pula
Begitu pula sebaliknya apabila ada dua orang nilai-nilai tersebut terpengaruh oleh media
anak yang berumur sama empat tahun dan elektronik yang tidak bisa dibendung lagi. Bagi
dengan budaya pengasuhan yang sama yaitu seorang remaja, nilai yang mereka anut yang
budaya jawa tetapi mereka masing-masing lebih memberikan kesenangan dibandingkan
diasuh oleh orang tuanya dan seorang lagi diasuh nilai-nilai yang berbentuk larangan karena ini
oleh neneknya, ini akan menumbuhkan pribadi berhubungan dengan nilai-nilai yang dianut oleh
yang berbeda pada masing-masing anak. peer-groupnya. Nilai-nilai yang ditularkan oleh
Pengasuhan anak juga tidak terlepas orang tunanya yang cenderung mengekangnya
dari keterkaitannya dengan nilai dari seorang akan ditinggalkannya.
anak di hadapan orang tuanya. Apakah anak Sekarang ini orang tua tidak hanya
tersebut merupakan harapan atau dambaan menghadapi tantangan dalam pemenuhan
keluarga ataukah anak menjadi korban egosen- ekonomi dan gaya hidup tetapi juga memerlukan
trisme orang tuanya. Pada masa lampau anak penyesuaian perilaku dalam mendidik ataupun
mempunyai arti ekonomis dalam keluarga mengasuh anaknya agar bisa survive. Di dalam
karena anak menjadi investasi di masa tua pemenuhan kebutuhan hidup sekarang ini tidak
(Andayani & Koentjoro, 2004). Banyaknya saja menjadi tanggung jawab dari laki-laki
anak di dalam keluarga menjadikan anak-anak sebagai kepala rumah tangga tetapi juga
tidak terurus karena orang tua menjadi lebih dilakukan oleh perempuan untuk menopang
mempergunakan waktunya untuk memenuhi ekonomi keluarga dan juga untuk mendapatkan
kebutuhan hidup. Akhirnya slogan banyak anak identitas diri bagi seorang perempuan. Kondisi
banyak rejeki banyak ditinggalkan dan berubah ini memunculkan fenomena keluarga dengan
menjadi keluarga kecil dan ini tidak terlepas dari bekerja ganda, seorang perempuan bekerja tidak
upaya yang dilakukan oleh pemerintah dengan lagi semata-mata untuk urusan status sosial

116
Proses Sosialisasi dan Pengasuhan Anak di Dalam Keluarga .....

melainkan juga peningkatan ekonomi yang menyimpang ataupun terhambat akan


(Andayani & Koentjoro, 2004). menjadi masalah bagi individu dan lingkungan
Adanya pergeseran ibu rumah tangga sosialnya. Di dalam perkembangan dikenal
menjadi ibu pekerja mempengaruhi pola peng- adanya proses sosialisasi dan kemanakah arah
asuhan anak. Anak menjadi kurang terperhati- sosialisasi ini dilakukan. Di dalam psikologi
kan atau tidak dipedulikan lagi oleh orang tuanya perkembangan perlu dipahami konsep teori
karena mereka sama-sama sibuk bekerja dengan tentang perkembangan yang selanjutnya akan
alasan memenuhi kebutuhan hidupnya. Anak mengarah pada perilaku pengasuhan berdasar-
mendapatkan perhatian ataupun kurang men- kan teori yang ada.
dapatkan perhatian pun mereka akan tetap 1. Teori Psikoanalisa
tumbuh dan berkembang. Anak akan melalui Tokoh dalam teori ini adalah Freud,
proses sosialisasi yang difasilitasi oleh ling- dalam teorinya mengajukan tiga konsep utama
kungan sosialnya, orang tuanya, orang-orang yang mendasari perilaku manusia (Waiten,
yang penting dalam kehidupan si anak, teman
1999). Pertama adalah struktur kepribadian yang
sebaya bahkan oleh media yang sekarang sudah
terdiri dari Id, Ego dan Superego. Ketiganya
tidak bisa dibendung lagi keberadaannya.
akan mempengaruhi struktur perilaku individu.
Produk dari sosialisasi anak ini akan
Kedua adalah tingkat kesadaran atau
berbeda, anak akan tumbuh dengan kualitas
consciousness level. Tingkat kesadaran ini
masing-masing dari yang positif (kematangan
dibagi menjadi tiga tingkat yaitu bawah sadar
emosi, sosial dan intelektual) dan memiliki
kecenderungan negatif yang muncul dalam (unconscious), ambang sadar (preconscious) dan
perilaku-perilaku negatif, ketidakpercayaan diri, tingkat sadar (conscious) (Baron, Byrne &
prestasi yang rendah dan sebagainya. Apabila Kantowitz:1980). Tingkat kesadaran ini terletak
proses sosialisasi menjadi satu hal yang perlu pada Id, Ego dan Superego berada, yang meng-
dikritisi dalam perkembangan anak, sebenarnya gambarkan kekuatan dari masing-masing untuk
apa yang menjadi inti dari proses sosialisasi ini mempengaruhi perilaku individu. Ketiga per-
sehingga anak dapat berkembang sesuai dengan kembangan psikoseksual. Bayi sejak dilahirkan
harapan orang tuanya dan lingkungan sosialnya? akan melalui tahap-tahap perkembangan yang
berpusat pada perkembangan moralitasnya.
Tinjauan Beberapa Teori Perkembangan Walaupun penekanan pada teorinya terletak
Tentang Proses Sosialisasi pada libido sexual tetapi teorinya lebih meng-
Seorang anak terlahir dengan potensi arah pada sisi moralitas individu yaitu
perilaku yang dimilikinya. Ahli biologi menye- perkembangan superegonya.
butkan bahwa instink memungkinkan seorang Superego terdiri dari ego ideal yang
anak untuk bertahan hidup di masa-masa awal berupa konsep tentang perilaku yang baik dan
kehidupannya. Sebagai contoh adalah instink buruk sedangkan conscious yaitu konsep tentang
untuk menghisap pada bayi yang diperlukan hal yang betul atau salah. Superego ini terbentuk
pada saat menyusu untuk memenuhi kebutuhan- pada diri seorang anak karena hubungan dengan
nya. Meskipun bayi sudah dilengkapi dengan orang tuanya (pola pengasuhannya) dimulai
seperangkat perilaku tetapi bayi masih memerlu- sekitar 3-5 tahun. Proses pembentukannya
kan orang lain untuk bertahan hidup. Bayi dimulai dengan proses identifikasi dan interna-
memerlukan orang lain untuk mengurus dan lisasi anak terhadap orang tuanya yang meng-
merawatnya sampai dirinya bisa menguasai hasilkan bentuk Superego yang kuat, lemah
dunianya sendiri. ataupun ekstrim tergantung dari nilai-nilai sosial
Bahasan di dalam psikologi perkem- yang diperkenalkan orang-tuanya. Nilai-nilai
bangan terletak pada perkembangan individu moral yang dikembangkan oleh lingkungan
sejak bayi sampai masa lanjut usia. Faktor-faktor keluarganya terutama orang tuanya mempe-
yang berperan dalam perkembangan individu ngaruhi pola perkembangan moral pada tahap
menjadi faktor penting karena perkembangan selanjutnya. Pusat perkembangan sosialisasi dari

117
JURNAL LPPM Vol. 4 No. 2 Juli 2016

seorang anak terletak pada perkembangan 3. Teori Behavioristik


moralitasnya/superegonya. Jadi keluarga Teori Behaviorisme ini menekankan
merupakan dasar dari perkembangan moral bahwa manusia datang ke dunia ini tidak dengan
ataupun karakter dari seorang anak yang akan membawa ciri-ciri yang pada dasarnya "baik
memberikan dampak positif dalam perkem- atau buruk", tetapi netral (tabula Rasa). Hal-hal
bangan dan penyesuaian diri anak di lingkungan yang mempengaruhi perkembangan kepribadian
sosial yang lebih besar. individu selanjutnya semata-mata bergantung
2. Teori Tugas Perkembangan pada lingkungannya. Faktor lingkungan dan
Havighurst (Monks dkk, 2002) mem- pengalaman individulah yang akan membentuk
perilaku individu. Ada beberapa asumsi dasar
punyai pandangan bahwa perkembangan
dari kelompok behaviorisme ini yaitu pertama
manusia diarahkan oleh adanya tuntutan sosial.
bahwa perilaku harus dipelajari dengan metode
Tuntutan sosial ini bertahap yang disesuaikan
yang objektif sehingga diperkecil menjadi unit-
dengan usia individu dari masa bayi hingga
unit respon. Kedua, respon diyakini merupakan
lanjut usia. Sehingga perkembangan individu ini fungsi dari apa yang disebut reinforcement dan
dituntun oleh tugas perkembangan menurut punishment. Ketiga, bahwa lingkungan mem-
Havighurst. Tugas perkembangan ini bersumber punyai peran yang penting dalam menentukan
pada tiga hal yaitu, pertama kematangan fisik efektifitas reinforcement yang diberikan.
individu, contoh ketangkasan fisik, untuk ber- Efektifitas reinforcement ternyata tidak
perilaku sesuai dengan jenis kelaminnya. selalu harus secara langsung mengenai individu,
Sumber kedua adalah tekanan sosial dari masya- karena Bandura membuktikan bahwa reinfor-
rakat, misalnya belajar membaca, menulis, ber- cement yang mengenai orang lain dapat juga
hitung, belajar pengertian-pengertian kehidupan menjadi cara yang efektif untuk belajar ber-
sehari-hari sebagai anggota masyarakat. Sumber perilaku (Andayani & Koentjoro, 2004). Teori
ketiga adalah nilai-nilai personal dan aspirasi belajar sosial Bandura yang disebut dengan teori
individu berkaitan dengan bagian dari diri dan belajar observasional atau imitasi yang secara
kepribadian individu. Bagian dari diri dan ringkas dapat disimpulkan bahwa asumsi teori
kepribadian individu itu terbentuk dari interaksi tersebut bahwa: (1) banyak perilaku dan proses
individu dengan masyarakat, misalnya perkem- belajar manusia merupakan fungsi dari penga-
laman yang diperoleh dari pengamatan perilaku
bangan skala nilai secara sadar perkembangan
orang lain atau model simbolik, (2) Imitasi
gambaran dunia yang adequat.
seringkali diberikan pengukuhan dan (3) Belajar
Tugas perkembangan individu ini ber-
observasional dapat dijelaskan melalui prinsip
kaitan dengan tuntutan sosial dan penyesuaian
pengkondisian operan (Andayani & Koentjoro,
diri terhadap tuntutan sesuai dengan perkem-
2004).
bangan umurnya ketrampilan tersebut harus Dapat disimpulkan bahwa teori
dikuasai oleh individu. Havighurst dalam behaviorisme berminat terhadap perkembangan
Andayani & Koentjoro (2004) juga menekankan manusia. Manusia tumbuh dan berkembang
perkembangan moralitas yang disebut sebagai a tergantung dari pengalaman di lingkungan
mature set of values and a set of ethical controls sosialnya, sehingga faktor lingkungan sangat
that characterize a good man and a good citizen. mempengaruhi perkembangan individu. Dasar
Tugas ini dimulai dari membangun konsep etik dari perkembangan individu itu pada perilaku
sebagai titik awal dari tanggung-jawab moral yang tampak yang diperoleh dari lingkungan
dalam hubungan individu dengan orang lain. sosialnya akan tetapi perilaku tersebut juga bisa
Jadi proses sosialisasi dalam teori ini diarahkan dirubah ataupun dihilangkan sesuai dengan
pada individu yang mandiri dan baik dalam tuntutan atau harapan sosial di lingkungannya.
hubungannya dengan lingkungan sosialnya yang 4. Teori Kognitif Sosial
terpusat pada perkembangan moralitas- Teori kognitif menentang pandangan
nya. behaviorisme karena dianggap tidak manusiawi.

118
Proses Sosialisasi dan Pengasuhan Anak di Dalam Keluarga .....

Pendekatan kognitif yang diajukan Bandura hidup dilahirkan dengan dua kecenderungan
menambahkan unsur antisipasi pada reinfor- fundamental yaitu kecenderungan untuk ber-
cement yang diperoleh ketika melakukan adaptasi dan kecenderungan untuk berorganisasi
imitasi. Antisipasi yang dikembangkan oleh (Monks dkk, 2002). Adaptasi menurut Piaget
Bandura merupakan proses mental (bersifat (Monks dkk, 2002) terjadi melalui dua proses
Kognitif). Dalam teorinya Bandura menjelaskan yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi berupa
bahwa perilaku manusia terpusat pada pikiran- respon pada lingkungan dengan pola perilaku
nya yaitu self-referent thought yaitu suatu yang sudah dipelajari sebelumnya yang disebut
pikiran yang berkaitan dengan 'diri' dengan dengan schema. Karena situasi yang dihadapi
proses mental diri sendiri. Pikiran tersebut oleh seorang individu itu semakin kompleks dan
berkaitan dengan estimasi terhadap kemampuan schema yang dimilikinya tidak cukup untuk
diri dengan penilaian terhadap kemampuan dan merespon situasi baru yang sangat kompleks
efektivitas diri dalam berhubungan dengan maka individu membutuhkan perubahan dalam
dunia luar (Andayani & Koentjoro, 2004). informasi dan perilaku, perubahan ini menentu-
Istilah yang digunakan untuk meng- kan akomodasi (perubahan pemahaman).
gambarkan estimasi diri ini adalah efikasi diri Perkembangan individu menurut Piaget
(self-efficacy). Efikasi ini adalah kompetensi merupakan satu rangkaian tahap yang berisi
dalam berhubungan dengan lingkungan sosial- perubahan-perubahan yang ditandai oleh
nya. Efikasi ini adalah penilaian tentang tingkat perubahan persepsinya terhadap lingkungan.
keefektifan diri pada situasi tertentu, aspek Perkembangan kemampuan kognitif anak akan
terpentingnya adalah self-knowledge yang menentukan akomodasinya tentang lingkungan
dimiliki oleh individu. Self-knowledge yang sehingga anak semakin mampu memahami
dimiliki oleh individu diperoleh dari penga- kehidupan yang semakin kompleks. Piaget
lamannya baik secara langsung maupun tidak mengembangkan teori mengenai bagaimana
langsung. Ada empat sumber pertimbangan kemampuan anak-anak untuk berfikir dan mem-
keefektifan diri yaitu pertama, enactive yang pertimbangkan kehidupan mereka secara logis
bersumber pada perilaku individu itu sendiri; berlangsung melalui satu rangkaian tahapan
kedua, vicarious pertimbangan keefektifan yang yang berbeda sewaktu mereka berkembang dari
bersumber pada perbandingan dengan kinerja tahapan sensorimotor, tahapan praoperasional,
orang lain; ketiga, persuasory yaitu pertim- tahapan operasional konkret dan operasional
formal (Santrock, 2002).
bangan keefektifan yang bersumber dari
Teori Selman yang dipengaruhi oleh
persuasi dan keempat emotive, keefektifan yang
Piaget menitik beratkan pada perkembangan
merupakan hasil dari gugahan atau reaksi emosi
kognisi sosial yaitu pemahaman tentang pikiran,
dari individu.
emosi dan perilaku baik pada diri sendiri
Efikasi diri ini berkembang sejak masa
maupun pada orang lain (Andayani &
kanak-kanak. Hal yang penting dalam perkem-
Koentjoro, 2004). Teori hubungan teman sebaya
bangannya adalah penilaian dari individu untuk
Selman dalam Andayani & Koentjoro (2004)
mendapatkan perhatian, minat dan afeksi orang
menyatakan bahwa perkembangan kompetensi
lain. Dengan demikian dalam perkembangan
sosial anak terjadi dalam hubungannya dengan
individu menjadi efektif secara sosial menjadi teman sebaya. Kompetensi sosial ini mencer-
sangat penting sehingga efikasi diri mempunyai minkan kemampuan anak untuk mengenali
peran utama dalam kehidupan seorang individu. perspektif orang lain dan mengintegrasikan
5. Teori Kognitif perspektifnya sendiri dengan perspektif orang
Teori kognitif yang dikembangkan oleh lain. Anak prasekolah termasuk dalam tahap
Piaget yang berkaitan dengan perkembangan impulsive, karena mereka belum mampu mem-
pengetahuan yang terjadi dalam pertumbuhan bedakan antara perasaan dan perilaku dan tidak
dan perkembangan individu. Dalam teorinya memahami bahwa anak lain akan menginter-
Piaget beranggapan bahwa setiap organisme prestasi perilaku yang sama dengan cara

119
JURNAL LPPM Vol. 4 No. 2 Juli 2016

berbeda. Pada tahap ini konflik diselesaikan pengetahuan, pengalaman, tujuan dan aspirasi-
dengan cara menggunakan kekuatan secara nya (Desmita, 2011). Pemikiran Maslow ter-
impulsif maupun protective withdrowal. Pada pusat pada perkembangan kepribadian yang
tahap 4-9 tahun anak akan beralih ke tahap sehat yaitu perilaku yang didasari oleh dua
unilateral. Pada tahap ini anak mulai memahami kelompok kebutuhan. Kelompok pertama yaitu
bahwa anak lain dapat mempunyai pandangan deficit motive, yang mencakup motif untuk
yang berbeda tentang perilaku yang sama, tetapi mendapatkan kebutuhan fisiologis (pangan) dan
mereka belum mampu untuk secara stimultan kebutuhan psikologis (rasa aman, kasih sayang
mempertimbangkan perspektifnya sendiri & harga diri), kelompok kedua yaitu metaneed
dengan perspektif anak lain. Konflik pada tahap motive yang digambarkan sebagai kebutuhan
ini diselesaikan dengan cara mengendalikan tertinggi yaitu aktualisasi diri (Desmita, 2011).
perilaku anak lain ataupun mengalah secara pasif Pada tingkat deficit motive kebutuhan
pada anak lain. Tahap resiprocal dimulai ketika tertinggi adalah pemenuhan akan harga diri.
anak berusia 6-12 tahun, pada tahap ini anak Apabila kebutuhan tertinggi tersebut sudah
dapat secara mental melepaskan diri dari terpenuhi maka individu akan mengarahkan
perspektifnya sendiri, memahami pandangan perilakunya untuk memenuhi kebutuhan
orang lain dan konflik yang terjadi bisa metaneed-nya. Kebutuhan akan aktualisasi diri
diselesaikan dengan cara pertukaran ataupun ini digambarkan sebagai individu yang meng-
persetujuan. Tahap collaborative dimulai ketika gunakan secara tuntas dan menggunakan bakat,
anak berusia 9-15 tahun, anak sudah bisa melihat kapasitas, kepribadian, potensi dan kualitas
dirinya dan orang lain sebagai aktor maupun dirinya dan imbalan yang didapat bukan dari
obyek dan mereka sudah mampu untuk meng- lingkungan luar tetapi dari dirinya sendiri.
koordinasikan perspektif yang dimilikinya
dengan orang lain, konflik yang terjadi bisa Konsep Pengasuhan Anak
diselesaikan dengan kerjasama. Jadi dapat Dari berbagai teori perkembangan yang
disimpulkan bahwa teori Selman menggambar- telah diulas di atas maka dapat diasumsikan
kan bagaimana anak dapat memahami orang bahwa proses sosialisasi dalam perkembangan
lain. anak diarahkan pada perkembangan moralitas,
Berbeda dengan teori Selman yang perkembangan kepribadian dan kompetensi
fokusnya pada perkembangan kemampuan untuk hidup. Arah perkembangan ini menjadi
sosial anak, teori Kohlberg lebih berminat pada pedoman bagi orang tua di dalam pengasuhan
perkembangan moral anak yang didasari oleh buah hatinya sesuai dengan proses perkem-
tahap perkembangan kognitif Piaget. Kohlberg bangan kepribadian anak. Nilai-nilai moral yang
menyatakan perkembangan moral anak melalui dikaitkan dengan budaya masyarakat di Indo-
enam tahap masing-masing tahap dibangun nesia yang masih sangat kental sehingga nilai-
berdasarkan tahapan sebelumnya (Desmita, nilai moral ini menjadi titik pusat dalam sosiali-
sasi anak. Pembentukan moral dan pengajaran
2011). Keenam tahapan yang dikemukakan oleh
nilai-nilai sosial yang diajarkan oleh orang tua
Kohlberg terbagi dalam tiga tingkat penalaran
merupakan proses yang selama ini di Indonesia
moral (Preconventional, Conventional dan
terjadi secara 'otoriter'.
Postconventional), yang membedakan apa yang
Sifat yang terkesan otoriter di budaya
dipahami sebagai benar atau tindakan moral kita menjadikan anak memiliki kecenderungan
menurut usia anak. untuk menghindari hukuman apabila tidak
6. Pendekatan Humanistik mengikuti nilai-nilai moral yang ada di keluarga-
Carl Roger salah salah satu psikolog nya. Pada akhirnya anak menginternalisasi nilai-
humanistik menyatakan bahwa untuk nilai yang baik tentang yang baik dan buruk
memahami perilaku individu seseorang harus (ego-ideal) maupun betul dan salah (conscience)
memahami bagaimana cara individu tersebut didasari rasa takut. Pada budaya Jawa, digam-
mempersepsi lingkungannya dengan perspektif barkan oleh Koentjaraningrat dalam Andayani &

120
Proses Sosialisasi dan Pengasuhan Anak di Dalam Keluarga .....

Koentjoro (2004) hubungan anak dengan orang REFERENSI


tuanya (terutama ayah) adalah hubungan yang
diwarnai oleh obedience (kepatuhan). Sehingga Andayani & Koentjoro. 2004. Psikologi
dapat disimpulkan bahwa ketika sosialisasi K e l u a rg a , P e r a n Ay a h M e n u j u
terpusat pada moralitas maka pola pengasuhan Coparenting. Surabaya: Citra Media.
anak juga bersifat terpusat pada orang tua, Baron, R.A. Byrne, D. & Kantowitz, B.H. 1980.
sehingga anak wajib menuruti aturan nilai-nilai Understanding Behavior, 2nd. Tokyo.
moral yang ditetapkan keluarganya. Holt-Saunders Japan. Ltd.
Pengaruh modernisasi dan perkem-
bangan media elektronik yang sudah tidak bisa Desmita. 2011. Psikologi Perkembangan
dibendung lagi, terjadi pergeseran dalam pola Peserta Didik. Bandung: Remaja Rosda
pengasuhan anak. Fokus sosialisasi yang Karya.
sebelumnya terpusat pada kepatuhan anak
berangsur-angsur beralih pada proses keman- Monks, F.J. Knoers. Haditono, Siti Rahayu.
dirian dan tanggungjawab anak yang disesuai- 2002. Psikologi Perkembangan:
kan dengan usia perkembangan anak. Anak- Pengantar dalam Berbagai Bagian.
anak diajarkan untuk lebih mampu mengambil Yogyakarta: Gadjah Mada University
keputusan sendiri dan perilakunya dikendalikan Press.
secara internal (demokratis), sehingga sosiali- Santrock, John W. 2002. Life-Span Development
sasi tidak terpusat pada pembentukan moral anak 5th: Perkembangan Masa Hidup Edisi 5.
tetapi pembentukan kepribadian anak yang Jakarta: Erlangga.
terpusat pada kemampuan atau kualitas pribadi
si anak. Dari sini disimpulkan bahwa pusat dari Weiten, Wayne. 1999. Psichology: Times and
pola pengasuhan anak terpusat pada diri si anak Variations, 2ndEdition. USA: Brooks/
bukan lagi pada diri orang tuanya. Cole Publishing Company.

121

You might also like