You are on page 1of 12

Rizky Dwi Rahmadani, Ilham Akhsanu Ridlo.

Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion and Health Education 87
Vol. 8 No. 1 (2020) 87-98 doi: 10.20473/jpk.V8.I1.2020.87-98

Perilaku Masyarakat dalam Pembuangan Tinja ke Sungai di


Kelurahan Rangkah, Surabaya

Community’s Feces Disposal Behavior in Rangkah Village, Surabaya


Rizky Dwi Rahmadani1), Ilham Akhsanu Ridlo2)
1)
Departemen Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Airlangga, Surabaya
2)
Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Airlangga, Surabaya
Email: rizky.dwi.rahmadani-2016@fkm.unair.ac.id

ABSTRACT
Background: Environmental problems in Indonesia are complex to solve. Most people in
Indonesia still inappropriately dispose feces in wrong places. Based on the Joint
Monitoring Program WHO/UNICEF, 55 million people in Indonesia still had unhygienic
defecation behavior. Rangkah Village, Tambaksari District face the same problem because
its population is not balance with its area, so settling septic-tank becomes a problem.
Objective: This study identified community’s feces disposal behavior in Community
Association Number 8 of Rangkah Village. Method: The primary data were collected
through questionnaires, interview, and observation distributed to 249 respondents in
Community Association Number 8 of Rangkah Village. While the secondary data were
obtained through primary healthcare report. The analysis was done by using Slovin
formula. Results: The respondents had good knowledge and attitude towards the
importance of having latrines, septic-tank, and the danger of disposing feces into a river.
However, environment has a big impact on the respondents to dispose fece into the river.
They have already had latrines, but not septic-tank due to the lack of landfill for septic-
tank and community’s low economic level. Conclusion: Feces drain from the toilet to the
river through pipes, and this causes environmental pollution which spreads diseases to
people around the river. This problem still cannot be solved by the healthcare providers
and local government although they have done a program that deals with this problem.

Keywords: behavior, stool removal, septic-tank, environmental pollution.

ABSTRAK
Latar Belakang: Masalah lingkungan di Indonesia merupakan masalah yang komplek dan
sulit untuk diatasi. Salah satunya yaitu pembuangan tinja sembarangan yang masih
banyak dilakukan oleh sebagian masyarakat Indonesia. Data Joint Monitoring
Program WHO/UNICEF sebanyak 55 juta penduduk di Indonesia masih berperilaku BAB
sembarangan. Kelurahan Rangkah Kecamatan Tambaksari mengalami hal yang sama
dikarenakan tidak seimbangnya antara luas wilayah dan jumlah penduduk, sehingga
pembangunan septic-tank terhambat dan menjadi masalah. Tujuan: Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui perilaku masyarakat RW 8 Kelurahan Rangkah Kecamatan
Tambaksari terkait pembuangan tinja ke sungai. Metode: Data dari penelitian ini yaitu
data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari penyebaran kuesioner pada
masyarakat RW 8 Kelurahan Rangkah Kecamatan Tambaksari dengan jumlah responden
249 KK yang didapat dari pehitungan rumus slovin, wawancara kepada responden,
observasi pada lingkungan sekitar, dan wawancara pada pihak Puskesmas. Kemudian untuk
data sekunder didapat dari Puskesmas. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa
responden telah memiliki pengetahuan dan sikap yang baik terhadap pentingnya memiliki
jamban, pentingnya memiliki septic-tank, dan bahaya membuang tinja ke sungai. Namun,
lingkungan sekitar yang membuat masyarakat berperilaku membuang tinja ke sungai.
Masyarakat telah memiliki jamban namun mereka tidak memiliki septic-tank. Hal
tersebut terjadi karena kurangnya lahan untuk pembuatan septic tank dan rendahnya
tingkat ekonomi warga sekitar. Kesimpulan: Tinja yang dialirkan ke sungai melalui pipa
menyebabkan penyakit bagi masyarakat sekitar sungai. Keadaan ini masih belum bisa
©2020. Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion and Health
Education. Open Access under CC BY-NC-SA License.
Received: 11-06-2019, Accepted: 05-08-2019, Published Online: 31-03-2020
88 Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion and Health Education
Vol. 8 No. 1 Maret 2020 : 87-98, doi: 10.20473/jpk.V8.I1.2020. 87-98

diatasi oleh pihak Puskesmas dan pemerintah setempat walapun telah dilakukan program-
program untuk mengatasi masalah tersebut.

Kata Kunci: perilaku, pembuangan tinja, septic-tank, pencemaran lingkungan.

PENDAHULUAN makhluk hidup memiliki aktivitas. Perilaku


dari segi biologi adalah suatu aktivitas
Kesehatan merupakan hal yang yang dilakukan oleh makhluk hidup
harus diperhatikan oleh seluruh lapisan (Notoatmojo, 2012). Pada hakikatnya,
masyarakat, karena kesehatan merupakan perilaku manusia yang dimaksud adalah
suatu standar dari kesejahteraan tingkah laku maupun tindakan dari diri
seseorang. Konsep sehat merupakan suatu sendiri yang mempunyai bentangan luas.
keadaan dimana kondisi fisik, mental, dan Tindakan tersebut misalnya bekerja,
kesejahteraan sosial menjadi satu berbicara, menangis, berjalan, tertawa,
kesatuan dan tidak hanya bebas dari dan lain-lain. Perilaku merupakan
penyakit maupun kecacatan (Chandra, kegiatan maupun aktivitas yang dapat
2007). Undang-undang nomor 36 Tahun diamati dari luar baik secara langsung
2009 tentang Kesehatan menjelaskan maupun tidak. Respon seseorang terhadap
bahwa Pembangunan Kesehatan ditujukan rangsangan yang berasal dari luar adalah
sebagai bentuk meningkatkan derajat perilaku. Maka dari itu, perilaku tersebut
kesehatan, yaitu berarti untuk terjadi melalui proses adanya stimulus
pembangunan dan pembinaan sumber terhadap organisme, dan kemudian
daya manusia dan sebagai modal organisme tersebut merespons, maka
seutuhnya pelaksanaan pembangunan teori ini disebut teori “S-O-R” atau
manusia Indonesia serta seluruh Stimulus Organisme Respons (Skinner,
pembangunan masyarakat Indonesia 1938).
(Departemen Kesehatan Republik Perilaku kesehatan lingkungan
Indonesia, 2009). Pembangunan yaitu bagaimana seseorang merespon
masyarakat dapat dimulai dari lingkungannya, baik sosial budaya maupun
mewujudkan kualitas lingkungan sehat. lingkungan fisik dan sebagainya, yang
Cara yang digunakan baik kimia, biologi, akhirnya membuat lingkungan tidak
fisik, serta sosial yaitu yang berpengaruh terhadap kesehatannya.
memungkinkan setiap individu mencapai Dapat dikatakan, cara seseorang dalam
derajat kesehatan dengan setinggi- mengelola lingkungannya yang tidak
tingginya melalui upaya kesehatan berakibat mengganggu kesehatan anggota
lingkungan. Lingkungan sehat dalam arti keluarga, diri sendiri, bahkan
mencakup tempat kerja, lingkungan masyarakatnya. Seperti cara mengelola
pemukiman, serta tempat umum, dan air minum, pembuangan limbah,
fasilitas umum. pembuangan tinja, pembuangan sampah,
Sasaran salah satu dari program dan sebagainya (Notoatmojo, 2012).
Sustainable Development Goals (SDGs) Meskipun perilaku adalah bentuk
pada tahun 2030 adalah mewujudkan efek dari stimulus yang dikeluarkan dari
akses kebersihan sanitasi yang memadai luar organisme, akan tetapi pemberian
dan merata untuk semua, mengubah respon sesuai dengan jenis atau faktor
kebiasaan buang air besar di tempat lain dari orang yang terkait. Faktor-faktor
terbuka, dan lebih memperhatikan yang berbeda ini disebut dengan
kebutuhan kaum perempuan serta determinan perilaku. Determinan perilaku
kelompok masyarakat yang rentan. Tujuan dibedakan menjadi dua, yakni determinan
lainnya yaitu mendukung dan memperkuat internal dan eksternal. Determinan
partisipasi masyarakat lokal dalam internal yakni karakter seseorang yang
meningkatkan pengelolaan air dan berasal dari dalam dirinya. Contohnya
sanitasi. Masalah yang terdapat pada tingkat emosional, jenis kelamin, serta
negara-negara berkembang yaitu tingkat kecerdasan dan sebagainya.
perumahan dan sanitasi dasar. Determinan eksternal, yaitu seperti
Semua makhluk hidup baik lingkungan politik, sosial, ekonomi,
tumbuhan, hewan, serta manusia itu budaya, fisik, dan sebagainya. Faktor
berperilaku, dikarenakan masing-masing lingkungan tersebut adalah faktor yang
©2020. Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion and Health
Education. Open Access under CC BY-NC-SA License.
Received: 11-06-2019, Accepted: 05-08-2019, Published Online: 31-03-2020
Rizky Dwi Rahmadani dan Ilham Akhsanu Ridlo. Perilaku Masyarakat dalam…89

dapat mendominasi perilaku seseorang pemanfatan sarana sewerage system dari


(Notoatmojo, 2007). Perilaku manusia hasil analisis statistik. Jamban yang
dibedakan kedalam 3 bagian, yaitu dibangun dekat dengan kali berpotensi
kognitif (cognitive), afektif (affective), 8,733 kali tidak memiliki sarana septic
dan psikomotor (psychomotor). Teori ini tank dan limbah tinja tersebut dialirkan
berkembang dan kemudian dimodifikasi ke kali (Dwipayanti and Swastika, 2012).
yang digunakan pada pengukuran hasil Syarat dasar minimal yang harus
pendidikan kesehatan seperti dimilki oleh setiap keluarga untuk
pengetahuan, sikap, dan praktik atau memenuhi kebutuhan sehari-hari yang
tindakan (Notoatmojo, 2007). termasuk dalam kesehatan lingkungan
Pengetahuan adalah hasil dari yaitu sanitasi dasar. Sanitasi dasar
mengerti, dan hal ini terjadi setelah mempunyai ruang lingkup seperti sarana
seseorang bertindak dengan menggunakan jamban keluarga, penyediaan air bersih,
indranya terhadap objek tertentu. pembuangan air limbah, dan pembuangan
Penginderaan terjadi melalui pancaindra sampah. Indonesia merupakan negara
manusia, yaitu indra pendengaran, yang masih banyak masyarakatnya
penglihatan, penciuman, raba, dan rasa. berperilaku buang air besar (BAB)
Pengetahuan seseorang paling besar sembarangan. Di sejumlah daerah, BAB
diperoleh dari mata dan telinga. sembarangan masih menjadi budaya di
Pengetahuan merupakan unsur yang masyarakat. Data Joint Monitoring
penting untuk membentuk tindakan Program WHO/UNICEF tahun 2014,
seseorang (Notoatmojo, 2012). sebesar 55 juta penduduk di Indonesia
Stimulus yang didapat dari reaksi berperilaku BAB sembarangan. Mereka
atau respon yang tertutup disebut sebagai juga melakukan aktivitas mandi dan
sikap. Sikap dengan jelas memperlihatkan mencuci pakaian di sungai yang sama dan
keserasian respon kepada rangsangan bisa berakibat rentan terkena penyakit
tertentu yang disebut respon pada diare. Selain diare, balita mudah
kegiatan sehari-hari memiliki sifat terserang pneumonia dari pencemaran
emosional kepada rangsangan sosial tinja melalui udara (Karuru, 2014).
(Notoatmojo, 2012). Data Riset Kesehatan Dasar
Definisi tinja adalah sisa bahan (Riskesdas) tahun 2012 menyebutkan,
buangan dari proses pencernaan makanan sebanyak 39-40 juta orang yang BAB
pada seluruh sistem pencernaan makanan sembarangan, merupakan mereka yang
(tractus digestivus) yang dikeluarkan dari mempunyai WC, namun masih membuang
tubuh manusia melalui anus. Pada kotorannya ke sungai. BAB yang
penjelasan tersebut juga menjelaskan dianjurkan oleh ahli kesehatan dan
semua bahan buangan dari manusia yang merupakan buang air besar yang sehat
berasal dari tubuhnya seperti halnya yaitu dengan membuang tinja di septic
karbon monoksida (CO) yang merupakan tank yang digali di tanah dengan syarat-
sisa dari proses pernapasan, lendir dari syarat tertentu. Dengan pembuangan
pembuangan kelenjar, keringat, dan tinja di septic tank dan bukan di sungai,
sebagainya (Soeparman and Ester, 2002) maka masyarakat telah melakukan salah
2002). Ekskreta manusia (human excreta) satu syarat dasar kesehatan lingkungan
yang berupa feses dan air seni (urine) (Kementerian Kesehatan RI, 2013).
merupakan hasil akhir dari proses yang Jamban keluarga yang digunakan
ada pada tubuh manusia dengan masyarakat sebagian besar adalah leher
menyebabkan pemisahan serta angsa (97,5%), tetapi tidak semua
pembuangan zat-zat yang tidak menggunakan tangki septik untuk tempat
dibutuhkan oleh tubuh (Chandra, 2007). pengelolaan dan penampungan tinja. Dari
Pada permukiman di pinggiran kali 39 unit responden yang memiliki jamban
Kelurahan Daning Puri, Denpasar, sebesar keluarga, hanya 29 unit (75%) yang
72,4% kepala keluarga (KK) tidak memenuhi syarat. 10 unit yang tidak
mempunyai sarana pembuangan tinja memenuhi syarat dikarenakan tempat
yang layak, baik berupa septic tank atau penampungan tinja memiliki kedalaman
mendapatkan fasilitas sewerage system sama dengan muka air tanah (Suliono,
sehingga tinja dialirkan menuju kali. 2018).
Diketahui adanya hubungan yang Jawa Timur masih mengalami
signifikan antara jarak jamban dan kali masalah terkait kebiasaan buang air besar
terhadap ketersediaan septic tank dan sembarangan (BABS) (Karuru, 2014).
©2020. Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion and Health
Education. Open Access under CC BY-NC-SA License.
Received: 11-06-2019, Accepted: 05-08-2019, Published Online: 31-03-2020
90 Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion and Health Education
Vol. 8 No. 1 Maret 2020 : 87-98, doi: 10.20473/jpk.V8.I1.2020. 87-98

Jumlah penduduk sebesar 38.610.000 sampai dengan RT 8, Kelurahan Rangkah


jiwa, sejumlah 2.923.910 diantaranya Kecamatan Tambaksari dengan besar
adalah anak-anak. Hanya 60,38% sampel sebanyak 617 KK. Penentuan
penduduknya yang memiliki akses ke sampel diambil menggunakan rumus
sarana sanitasi yang layak, sedangkan Slovin dengan hasil 249 KK.
18,2% sama sekali tidak memiliki akses ke Kriteria inklusi sampel penelitian
toilet. Dampak dari buruknya sanitasi adalah:
memengaruhi angka kematian balita di 1) Warga yang tinggal di RW 8 dari RT 1
Jawa Timur hingga 30 per 1.000 kelahiran hingga RT 8 Kelurahan Rangkah
hidup, sedangkan kasus diare pada balita Kecamatan Tambaksari
mencapai 2,30%. Kelurahan Rangkah 2) Responden dengan kriteria dewasa
Kecamatan Tambaksari dikarenakan data yang berusia lebih dari 18 tahun dan
yang didapat dari Kelurahan Rangkah mengerti tentang pembuangan tinja
menyebutkan bahwa Luas Wilayah 70 Ha di keluarga
dan dihuni oleh 6.545 kepala keluarga Kriteria eksklusi penelitian adalah
(KK) dan terdapat 19.518 penduduk. Dari responden dengan kriteria anak-anak (5-
data tersebut menunjukkan bahwa 11 tahun) serta lansia (lebih dari 46
wilayah tersebut mengalami perbandingan tahun).
yang tidak seimbang antara luas wilayah Wawancara dilakukan dengan
dan jumlah penduduk, sehingga menggunakan pedoman wawancara
menimbulkan kepadatan penduduk. terstruktur dan kuesioner yang diisi oleh
Berdasarkan data yang didapat dari hasil responden. Observasi dilakukan peneliti
wawancara dengan pihak Puskesmas pada warga dan kondisi lingkungan sekitar
Rangkah, yaitu RW 8 Kelurahan Rangkah warga, baik di dalam maupun di luar
Kecamatan Tambaksari merupakan rumah. Wawancara juga dilakukan dengan
wilayah yang masih banyak penduduknya pihak Puskesmas Rangkah, untuk
yang mempunyai jamban namun mengetahui upaya yang dilakukan pihak
pembuangan tinja langsung pada sungai Puskesmas Rangkah tentang upaya
dan tidak dibuang pada septic tank. promosi kesehatan terkait pentingnya
Berdasarkan data diatas, maka memiliki septic tank dan tidak membuang
penelitian ini dilakukan untuk tinja di sungai. Informed consent
memberikan gambaran tentang perilaku dilakukan dengan meminta persetujuan
masyarakat RW 8 Kelurahan Rangkah pada warga, juga mengirimkan surat
Kecamatan Tambaksari terkait tertulis yang berisikan penjelasan
pembuangan tinja ke sungai. prosedur beserta hak dan kewajiban
selama penelitian, serta format informed
METODE consent yang perlu ditandatangani oleh
warga yang menyatakan kesediaan warga
Jenis penelitian ini adalah untuk ikutserta dalam penelitian. Hasil
penelitian deskriptif dengan desain penelitian diolah dengan menggunakan
penelitian menggunakan cross sectional. program komputer, dengan menggunakan
Pengumpulan data dilakukan kurang lebih analisis deskriptif.
satu bulan (Januari-Februari 2018), di
lingkungan Kelurahan Rangkah Kecamatan HASIL DAN PEMBAHASAN
Tambaksari. Populasi dalam penelitian ini
adalah masyarakat RW 8 Kelurahan Pengetahuan Responden terhadap
Rangkah Kecamatan Tambaksari. Pentingnya Kepemilikan Septic Tank
Pemilihan RW didasarkan pada hasil
wawancara oleh pihak Puskesmas Rangkah Tabel 1 menunjukkan bahwa
dan didapat RW 8 yang memiliki masalah mayoritas responden yang memiliki septic
terhadap pembuangan tinja. tank dengan dengan pengetahuan yang
Data dikumpulkan dengan cara baik yaitu berjumlah 90 (54,5%)
melakukan wawancara dan observasi responden dan mayoritas yang tidak
langsung kepada masyarakat di RW 8 RT 1

©2020. Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion and Health
Education. Open Access under CC BY-NC-SA License.
Received: 11-06-2019, Accepted: 05-08-2019, Published Online: 31-03-2020
Rizky Dwi Rahmadani dan Ilham Akhsanu Ridlo. Perilaku Masyarakat dalam…91

memiliki septic tank berpengetahuan (0,040) < α (0,05) yang berarti terdapat
buruk yaitu sebanyak 42 (50,0%) hubungan antara pengetahuan dengan
responden. Hasil dari analisis kepemilikan septic tank.
menunjukkan hasil signifikan yaitu P value

Tabel 1. Pengetahuan Responden terhadap Kepemilikan Septic Tank di RW 8 Kelurahan


Rangkah Kecamatan Tambaksari, Tahun 2018
Kepemilikan Septic Tank
Total
Pengetahuan Memiliki Tidak Memiliki P value
n % n % n %
Baik 90 54,5 75 45,5 165 100
0,040
Buruk 42 50,0 42 50,0 84 100
Total 132 53,0 117 47,0 249 100

Pengetahuan yang rendah adalah bahwa sungai akan digunakan kembali


salah satu faktor yang mendukung proses sebagai sumber air bersih untuk
terjadinya penularan berbagai penyakit, kehidupan sehari-hari sehingga tidak
diantaranya dipengaruhi oleh perilaku boleh tercemar dan mengetahui bahwa
buang air besar di sembarang tempat. memiliki jamban pribadi merupakan hal
Oleh sebab itu, masyarakat yang yang sangat penting.
berpengetahuan kurang mempunyai Pengetahuan warga tersebut
peluang lebih besar lebih menyukai buang didapat dari penyuluhan dari pihak
air besar di sembarang tempat, sehingga Puskesmas Rangkah tentang bahaya tinja
mudah tertular berbagai penyakit seperti dan penyebab pencemaran lingkungan
diare, typhus, muntaber, disentri, yang dapat menimbulkan penyakit bagi
cacingan, dan gatal-gatal, dibandingkan warga setempat serta pentingnya
dengan yang berpengetahuan cukup. kepemilikan septic tank dan jamban.
Dengan demikian perlu adanya Masyarakat mengaku telah mengetahui
pengetahuan yang baik terhadap informasi tersebut selain dari pihak
penggunaan jamban (Arsin et al., 2003). Puskesmas juga didapat dari informasi
Apabila perilaku didasari oleh yang beredar di sosial media seperti TV,
pengetahuan dan sikap yang positif, maka Radio, Brosur, Leaflet, dan lain
perilaku akan bersifat langgeng (long sebagainya. Data tersebut diperoleh dari
lasting) (Notoatmodjo, 2003). wawancara oleh warga serta wawancara
Pengetahuan kesehatan yang baik dari pihak Puskesmas Rangkah sendiri.
berbanding lurus dengan perilaku Dari data tersebut, masyarakat yang
kesehatan. Semakin baik tingkat memiliki pengetahuan kurang yaitu
pengetahuan seseorang, maka tingkat dikarenakan mereka kurang aktif dalam
pemahaman dan sikap seseorang akan mendapatkan informasi seperti tidak
semakin baik pula. Adanya pengetahuan, pernah mengikuti penyuluhan dan tidak
pemahaman, dan sikap yang baik tersebut mengerti media sosial.
maka akan diaplikasikan dengan perilaku
yang baik pula. Hal tersebut menyatakan Sikap Responden terhadap Pentingnya
bahwa pengetahuan seseorang tentang Kepemilikan Septic Tank
kesehatan yang semakin baik, maka Tabel 2 menunjukkan bahwa
perilaku kesehatan akan semakin baik sebagian besar responden memiliki septic
juga. Pengetahuan merupakan faktor awal tank dengan pengetahuan baik yaitu
dari perilaku yang diinginkan dan berjumlah 110 (55,3%) responden dan
berhubungan positif dengan perilaku mayoritas responden tidak memiliki septic
(Siregar, 2011). tank dengan pengetahuan buruk yaitu
Hasil penelitian dengan metode berjumlah 28 (56,0%) responden. Hasil
penyebaran kuesioner menunjukkan dari analisis menunjukkan hasil signifikan
bahwa belum semua responden yaitu P value (0,015) < α (0,05) yang
mengetahui bahwa bahaya dari tinja yang berarti terdapat hubungan antara sikap
langsung dibuang ke sungai yaitu dapat dengan kepemilikan septic tank.
menyebabkan pencemaran lingkungan.
Belum semua responden juga mengerti

©2020. Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion and Health
Education. Open Access under CC BY-NC-SA License.
Received: 11-06-2019, Accepted: 05-08-2019, Published Online: 31-03-2020
92 Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion and Health Education
Vol. 8 No. 1 Maret 2020 : 87-98, doi: 10.20473/jpk.V8.I1.2020. 87-98

Tabel 2. Sikap Responden terhadap Kepemilikan Septic Tank di RW 8 Kelurahan Rangkah


Kecamatan Tambaksari, Tahun 2018
Kepemilikan Septic tank
Total
Sikap Memiliki Tidak memiliki P value
n % n % n %
Baik 110 55,3 89 44,7 199 100
0,015
Buruk 22 44,0 28 56,0 50 100
Total 132 53,0 117 47,0 249 100

Kesiapan untuk bertindak yang lingkungan. Masyarakat yang dalam


bukan termasuk penggerak motif tertentu kategori buruk memiliki keyakinan bahwa
merupakan sikap. Sikap bukan merupakan dengan menyalurkan tinja ke sungai
tindakan, tetapi sikap adalah suatu merupakan hal yang wajar.
bentuk yang menentukan tindakan atau
perilaku dapat terjadi. Sikap adalah reaksi
yang tertutup, bukan merupakan reaksi Stimulus Proses Reaksi
terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Rangsangan Stimulus Tingkah
laku
Penghayatan objek yang didapat dari (terbuka)
kesiapan untuk merespon objek
dilingkungan tertentu disebut sebagai Sikap
sikap (Notoatmojo, 2012). (tertutup)
Tidak semua masyarakat RW 8
Kelurahan Rangkah telah yakin bahwa Sumber: Notoatmojo, 2012
dengan membuang tinja di sungai Gambar 1. Proses Terbentuknya Sikap dan
merupakan sesuatu yang tidak baik dan Reaksi
dapat menimbulkan pencemaran

Tabel 3. Kepemilikan Jamban dengan Septic Tank dan Tidak dengan Septic Tank
Septic tank
Total P value
Kepemilikan jamban Ada Tidak ada
n % n % n %
Memiliki 83 45,9 98 54,1 181 100 0,800
Total 132 53,0 117 47,0 249 100

Kepemilikan Jamban dimanfaatkan untuk menampung


a. Memiliki Jamban namun tanpa Septic kotoran manusia yang biasanya disebut
Tank dengan WC/kakus. Kotoran tersebut lalu
Tabel 3 menunjukkan bahwa disimpan dalam wadah tertentu dan
responden yang memiliki jamban tapi dipastikan tidak menjadi penyebab
tidak memiliki septic tank sebesar 98 penyebaran penyakit serta mengotori
responden (54,1%). Hasil wawancara lingkungan sekitar. Kenyataannya,
yang dilakukan yaitu responden yang kotoran manusia setiap harinya
tidak memiliki jamban membuang air bercampur dengan air, maka dalam
besar ke WC umum yang telah tersedia pengolahannya sama dengan air limbah.
di dekat hunian mereka, maka dapat Oleh karena itu, pengolahan kotoran
dikatakan bahwa semua responden manusia memiliki syarat-syarat yang
melakukan buang air besar melalui sama dengan pengolahan air limbah .
jamban. Hasil dari analisis menunjukkan Jamban dapat dikatakan
hasil tidak signifikan yaitu P value memenuhi kriteria jamban sehat
(0,800) > α (0,05) yang berarti tidak apabila:
terdapat hubungan antara kepemilikan 1) Sumber air tidak tercemari oleh
jamban dengan kepemilikan septic jamban. Posisi lubang yang
tank. Responden yang memiliki jamban digunakan untuk menampung
belum tentu memiliki septic tank. Hasil kotoran kurang lebih berjarak 10
yang menunjukkan bahwa sebagian meter dari sumur air minum (sumur
responden RW 8 Kelurahan Rangkah pompa tangan, sumur gali, dan lain-
Kecamatan Tambaksari tidak memiliki lain). Akan tetapi, apabila keadaan
septic tank. tanahnya berkapur atau dalam
Jamban dalam keluarga kondisi tanah liat yang retak-retak
merupakan bangunan yang pada musim kemarau, dan juga
©2020. Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion and Health
Education. Open Access under CC BY-NC-SA License.
Received: 11-06-2019, Accepted: 05-08-2019, Published Online: 31-03-2020
Rizky Dwi Rahmadani dan Ilham Akhsanu Ridlo. Perilaku Masyarakat dalam…93

apabila letak jamban di atas sumber Berdasarkan data dan


air minum pada tanah yang miring, pembahasan tesebut dapat disimpulkan
maka jarak hendaknya lebih dari 15 bahwa masyarakat RW 8 Kelurahan
meter Rangkah Kecamatan Tambaksari telah
2) Tikus maupun serangga tidak dapat memiliki jamban semua dan tidak ada
menjamah tinja dan juga tinja tidak warga yang melakukan buang air besar
menimbulkan bau di lingkungan ke sungai. Namun penempatan letak
sekitar. Tinja harus tertutup rapat jamban masih belum sesuai dengan
misalnya dengan menggunakan peraturan yang ada dikarenakan lahan
jamban leher angsa atau penutup yang tidak memadahi dan padatnya
lubang yang rapat penduduk. Masyarakat RW 8 Kelurahan
3) Tanah di sekitar tidak dicemari oleh Rangkah Kecamatan Tambaksari juga
air seni, air pembersih, dan air telah memenuhi salah satu indikator
penggelontor. Oleh karena itu, dari Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
lantai jamban diharuskan cukup luas (PHBS) dalam tatanan rumah tangga
kurang lebih berukuran 1×1 meter, yaitu menggunakan jamban sehat.
dan dibuat cukup landai/miring ke
lubang jongkok b. Memiliki Jamban dengan memiliki
4) Jamban harus terbuat dari bahan Septic Tank
yang kuat dan tahan lama karena Responden yang memiliki jamban
agar aman saat digunakan dan tetapi memiliki septic tank sebesar 49
mudah untuk dibersihkan. Untuk responden (72%). Pengelolaan tinja
menghemat biaya maka digunakan manusia salah satu caranya adalah
bahan-bahan yang ada di sekitar dengan menggunakan septic tank dan
5) Jamban harus dilengkapi dengan resapannya (Suriawiria, 1996). Melalui
dinding dan atap untuk pelindung cara demikian membuat pengendapan
yang kedap air serta berwarna limbah yang telah auk kedalam tangki,
terang sehingga tidak gelap selain itu juga memisahkan antara
6) Memiliki penerangan yang cukup benda yang bersifat cair dan bersifat
7) Lantai harus dalam keadaan kedap padat. Di dalam tangki juga terdapat
air proses anaerobic pengendapan terhadap
8) Memiliki luas ruangan yang cukup benda padat yang dibantu oleh bakteri
dan tidak terlalu rendah untuk menguraikan kandungan organik
9) Tersedia ventilasi yang baik yang berada didalamnya. Hasil dari
10) Terdapat air yang cukup dan alat proses tersebut menyebabkan padatan
untuk membersihkan. tidak berbau lagi apabila septic tank
Jamban yang terletak di RW 8 terisi penuh dan isi didalamnya telah
Kelurahan Rangkah kurang memenuhi dikeluarkan, sama halnya dengan
syarat jarak yang telah ditentukan. kondisi tinja yang dibiarkan di luar
Kondisi tersebut dikarenakan kurangnya septic tank. Masalah yang masih harus
lahan yang tersedia, sehingga letak dihadapi yaitu benda cair yang telah
jamban berdekatan dengan rumah terlepas dari padatannya yang masih
masyarakat (Departemen Kesehatan mengandung mikroba dan kemungkinan
Republik Indonesia, 1985). bersifat patogen. Dengan demikian
Hasil observasi yang dilakukan di dibuatlah resapan untuk benda cair
RW 8 Kelurahan Rangkah memperoleh yang telah lepas dari padatannya
hasil yaitu masyarat telah menggunakan mengalir. Solusi dari pembuatan
jamban dengan jenis leher angsa. Jamban resapan yaitu dibuatnya lapisan batu
yang berjenis leher angsa yaitu jamban kerikil diletakkan di bawah tanah agar
yang memliki leher lubang pada closet air yang mengalir tadi lalu meresap
membentuk lengkungan, kemudian air tetap memperoleh oksigen (aerobik)
yang terisi di leher tersebut berguna yang nantinya membuat terbunuhnya
untuk sumbat yang dapat menghilangkan mikroba patogen.
bau busuk dan mencegah masuknya Alasan responden tidak memiliki
binatang-binatang kecil. Jamban leher septic tank yaitu karena tingkat
angsa ini merupakan desain terbaik yang pengetahuan dan sikap responden
disarankan untuk kesehatan lingkungan belum seluruhnya baik, serta faktor
(Warsito, 1994). lahan yang kurang memadai untuk
pembangunan septic tank tersebut.
©2020. Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion and Health
Education. Open Access under CC BY-NC-SA License.
Received: 11-06-2019, Accepted: 05-08-2019, Published Online: 31-03-2020
94 Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion and Health Education
Vol. 8 No. 1 Maret 2020 : 87-98, doi: 10.20473/jpk.V8.I1.2020. 87-98

Faktor ekonomi juga mempengaruhi penyehatan lingkungan dan higienitas


pembangunan septic tank untuk serta jumlah sarana sanitasi yang
keluarga. Kepadatan penduduk di RW 8 dibangun juga menentukan (Basilius,
Kelurahan Rangkah tersebut yang 2008). Perilaku membuang tinja ke
membuat lahan penuh dengan rumah- sungai merupakan suatu tindakan yang
rumah yang telah dibangun untuk dapat mencemari lingkungan dan dapat
tempat tinggal masyarakat sendiri. menyebabkan timbulnya penyakit yang
Hasil ini diperkuat oleh penelitian menyebar kepada masyarakat serta
yang dilakukan di Bali, yang merusak komponen lingkungan sekitar.
menyatakan bahwa lahan minimal yang Penelitian sebelumnya juga
diperlukan untuk membuat septic-tank menjelaskan bahwa masyarakat
adalah 4 m2 , dengan ukuran ideal mengerti tentang dampak dari
1,5x1,5x2 meter ditambah dengan bak pencemaran kotoran manusia, akan
peresapan dengan ukuran 1x1x2 meter tetapi masyarakat tidak mengerti
(Djabu, 1990). Kepala keluarga dengan tentang sarana septic-tank yang
luas halaman <4 m2 berisiko 1,449 kali memiliki peran sangat penting dalam
tidak memiliki septic tank dibandingkan mengatasi pencemaran lingkungan yan g
dengan KK dengan luas pekarangan disebabkan oleh tinja (Dwipayanti and
lebih dari 4 m2. Penyebab rendahnya Swastika, 2012).
kualitas septic tank di kota adalah Hasil penelitian menunjukkan
terbatasnya lahan sehingga banyak bahwa pengetahuan dan sikap
pihak kesulitan untuk membangun masyarakat terhadap pentingnya
sistem pengolahan tinja individual memiliki septic-tank, pentingnya
dengan septic tank yang sesuai syarat memiliki jamban, dan tidak
(Paskah, 2007). Peningkatan diperbolehkannya membuang tinja ke
pencemaran air minum disebabkan oleh sungai telah baik, namun tindakan
kebocoran septic tank yang kurang masyarakat masih terbilang buruk.
layak. Tetapi hingga saat ini septic tank Seluruh masyarakat RW 8 Kelurahan
kurang ideal ada di perkotaan yang Rangkah Kecamatan Tambaksari
penduduknya padat (Badan Perencanaan melakukan buang air besar ke jamban.
Pembangunan Nasional, 2006). Apabila Namun, mereka tidak memiliki septic
terdapat septic tank di setiap bangunan tank, sehingga mereka memasang pipa
maka jumlah septic tank akan terus dari jamban menuju ke sungai kemudian
bertambah sehingga kualitas air tanah tinja dari jamban langsung masuk ke
dapat menurun, didukung dengan dalam sungai.
banyaknya septic tank yang tidak sesuai Hasil tersebut diperkuat oleh
dengan standar teknis yang telah penelitian sebelumnya yang dilakukan di
ditetapkan (Badan Perencanaan Kecamatan Kaliwates Kabupaten
Pembangunan Nasional, 2006). Jember. Penelitian tersebut
Pencemaran sungai tidak hanya menyatakan bahwa sebagian besar
disebabkan oleh pencemar yang masyarakat sudah memiliki jamban
berjumlah banyak, namun pencemar namun tidak memiliki septic tank
yang berjumlah sedikitpun dapat sehingga masyarakat membuang limbah
menyebabkan pencemaran lingkungan. tinja langsung ke sungai tanpa ada
Maka dari itu, pihak Puskesmas Rangkah pengolahan terlebih dahulu. Jamban
menargetkan warga RW 8 Kelurahan yang dimililiki masyarakat sudah
Rangkah Kecamatan Tambaksari 100% memenuhi kriteria jamban yang baik,
memiliki septic-tank sehingga dapat keseluruhan sudah menggunakan tipe
menghilangkan pencemar yang kloset leher angsa, lantai kedap air
menyebabkan kerusakan lingkungan. yakni sebagian besar sudah
Teori Bloom menyebutkan, menggunakan lantai semen dan
pengukuran suatu perilaku dilihat dari keramik, dinding terbuat dari bahan
tingkat pengetahuan, sikap, dan yang tahan lama yakni menggunakan
tindakan. Ketiganya sangat berkaitan batu bata atau tembok, tersedia air
erat, sehingga suatu perilaku terbentuk bersih dan sabun, lantai tidak licin dan
akibat dari pengetahuan terhadap bersih. Kriteria jamban yang baik ini
sesuatu kemudian bersikap lalu tidak ditunjang dengan sarana
bertindak. Pengetahuan, sikap, dan pembuangan air limbah tinja yang baik
perilaku masyarakat menentukan pula, hal ini disebabkan sedikit
©2020. Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion and Health
Education. Open Access under CC BY-NC-SA License.
Received: 11-06-2019, Accepted: 05-08-2019, Published Online: 31-03-2020
Rizky Dwi Rahmadani dan Ilham Akhsanu Ridlo. Perilaku Masyarakat dalam…95

masyarakat yang memiliki septic tank, pembangunan pembuangan limbah


sehingga pembuangan limbah tinja disebabkan karena meningkatnya nilai
tetap bermuara di sungai tanpa ada konstruksi dan rendahnya lahan yang
pengolahan terlebih dahulu. dapat digunakan sebagai jaringan
Pembuangan limbah tinja ke sungai pelayanan. Kesediaan membayar
menggunakan selokan yang terbuat dari (willingness to pay) dari masyarakat
pipa paralon, keterangan ini didapat juga masih sangat rendah, sehingga
dari pengakuan responden karena mengakibatkan tidak dapat menutupi
kondisi saluran tertutup secara biaya pelayanan tidak tertutupi
permanen. Masyarakat yang tidak (Paskah, 2007).
memiliki jamban dan kamar mandi, Pembuangan air limbah rumah
melakukan aktivitas buang air besar dan tangga terutama tinja tidak boleh
mandi di sungai. Dimana sungai tersebut dibuang sembarangan karena dapat
merupakan sungai yang sama digunakan mengakibatkan pencemaran bagi
masyarakat sebagai pembuangan limbah lingkungan sekitarnya. Pembuangan
rumah tangga baik cair dan padat limbah ke sungai ini sudah tidak
(Nurcahya, Moelyaningrum and memenuhi kriteria dari tujuan
Ningrum, 2014). pembuangan air limbah. Pembuangan
Alasan dari masyarakat RW 8 limbah cair seharusnya bertujuan untuk
Kelurahan Rangkah Kecamatan perlindungan terhadap ikan yang hidup
Tambaksari berperilaku demikian dalam kolam ataupun di kali,
dikarenakan padatnya penduduk menghilangkan tempat berkembang
sehingga menyebabkan kurangnya lahan biaknya bibit-bibit penyakit (cacing dan
untuk pembuatan septic tank. Selain itu sebagainya) dan vektor penyebab
dari hasil wawancara dari masyarakat penyakit (nyamuk, lalat dan
dan pihak Puskesmas, masyarakat tidak sebagainya), serta menghilangkan
bersedia membuat septic tank karena adanya aroma dan pemandangan yang
kebanyakan penduduk RW 8 Kelurahan tidak sedap (Entjang, 2000).
Rangkah Kecamatan Tambaksari bukan Pembuangan limbah tinja ini dapat
merupakan penduduk asli atau mereka membunuh biota sungai, merupakan
tidak memiliki tanah untuk tempat tempat berkembangbiaknya bibit
tinggal mereka. Mereka mayoritas penyakit dan bisa menginfeksi manusia
mengontrak rumah di daerah tersebut, apabila terjadi kontak dengan air sungai
dan masyarakat enggan untuk membuat tersebut. Contohnya, responden yang
septic tank karena dianggap bukan melakukan BAB di sungai, dapat memicu
merupakan tanggung jawab mereka. timbulnya aroma yang tidak sedap
Pengetahuan dan sikap telah baik akibat kandungan amoniak yang
namun lingkungan tidak mendukung terkandung di limbah tinja dan air seni
maka perilaku tidak terjadi. (excreta). Excreta ini merupakan cara
Perkotaan akan terus mengalami transport utama bagi penyakit bawaan
pertumbuhan urbanisasi dengan dampak air.
buruknya yaitu meningkatnya kepadatan Salah satu strategi nasional yang
penduduk, kemiskinan, dan meluasnya juga dalam scheme yang sama adalah
permukiman kumuh, yang mana kota STBM (Departemen Kesehatan Republik
tidak siap dalam memenuhi pelayanan Indonesia, 2008). Strategi tersebut
sanitasi dasar. Kondisi ini menyebabkan menyebuatkan bahwa ada lima pilar
warga tidak memperoleh sarana utama yang harus dicapai dalam sanitasi
pembuangan tinja yang layak total. Pilar tersebut yaitu masyarakat
(Winayanti, 2009; Yuwono, 2009). tidak membuang air besar sembarangan,
Solusinya dapat dilakukan dengan mencuci tangan dengan sabun,
membangun perumahan layak huni, mengelola air minum dan makanan yang
misalnya berupa rumah susun sederhana aman, mengelola sampah dengan benar,
sewa (rusunawa) atau rumah susun mengelola limbah cair rumah tangga
sederhana milik (rusunami) yang telah dengan aman. Dalam strategi ini, suatu
dilengkapi dengan sanitasi dasar upaya perubahan perilaku berusaha
(Paskah, 2007). Solusi tersebut dapat dicapai terlebih dahulu yang diawali
mengurangi perilaku masyarakat dengan proses pemicuan. Kesadaran
membuang tinja ke sungai. Masalah akan kebutuhan sarana sanitasi yang
yang timbul akibat rendahnya laju tumbuh dari proses tersebut kemudian
©2020. Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion and Health
Education. Open Access under CC BY-NC-SA License.
Received: 11-06-2019, Accepted: 05-08-2019, Published Online: 31-03-2020
96 Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion and Health Education
Vol. 8 No. 1 Maret 2020 : 87-98, doi: 10.20473/jpk.V8.I1.2020. 87-98

akan mendorong masyarakat untuk 3) Pengawasan dan pengendalian


mulai meletakkan sarana sanitasi penyehatan lingkungan pemukiman.
sebagai prioritas kebutuhannya. Strategi Upaya ini bertujuan untuk mencapai
ini telah membuahkan banyak hasil peningkatan kesehatan perumahan dan
dengan dicapainya Open Defecation terpenuhinya syarat kesehatan bagi
Free (ODF) oleh desa yang telah dipicu. rumah yang akan dan sedang dibangun
Sejak tahun 2006, telah 10.000 desa oleh masyarakat.
menerapkan STBM dan hal ini secara 4) Pembinaan pengelolaan TPM dan
langsung meningkatkan cakupan akses penjamah makanan. Program ini
sarana sanitasi di daerah tersebut bertujuan untuk meningkatkan
(Kementerian Kesehatan RI, 2010),. kemampuan masyarakat dalam
Tidak menutup kemungkinan juga pengelolaan penyehatan makanan,
bahwa pendekatan STBM ini dilakukan di diperolehnya kualitas makanan yang
daerah perkotaan dengan mengajak sehat, aman, dan higienis.
masyarakat berkumpul dan secara 5) Pembinaan kesehatan lingkungan
bersama-sama melihat kondisi institusi. Program ini bertujuan untuk
lingkungannya dan menyadari apa yang mencapai peningkatan derajat
harus mereka lakukan untuk menjaga kesehatan di lingkungan institusi,
kelestarian lingkungan dan kesehatan meliputi institusi pendidikan, institusi
masyarakatnya. kesehatan, dan tempat kerja.
Penjabaran masalah tersebut Pihak Puskesmas Rangkah telah
menunjukkan bahwa perilaku berusaha dalam mengatasi masalah yang
pembuangan tinja pada masyarakat RW terjadi di RW 8 Kelurahan Rangkah
8 Kelurahan Rangkah Kecamatan Kecamatan Tambaksari. Pihak Puskesmas
Tambaksari masih jauh dari baik. Perlu juga telah melakukan advokasi pada pihak
adanya dorongan dan pendampingan pemerintah setempat namun masih dalam
untuk mengubah perilaku masyarakat proses. Pihak Puskesmas juga menyatakan
dari pihak-pihak terkait sehingga bahwa dahulu pernah diadakan
masalah tersebut dapat teratasi dan hak pembuatan septic tank dari bantuan
untuk hidup sehat dapat dimiliki oleh pemerintah, namun karena jumlah septic
masyarakat. Selain itu, semangat dan tank tidak sepadan dengan jumlah
motivasi dari masyarakat sendiri sangat penduduk. Akibatnya, septic tank
diperlukan. tersebut cepat penuh dan masyarakat
enggan untuk melakukan pengurasan
Peran Puskesmas terhadap septic-tank karena harus
Hasil wawancara dengan pihak mengeluarkan uang untuk hal tersebut
Puskesmas Rangkah mendapatkan dan harus dilakukan berkali-kali dengan
informasi bahwa penyuluhan terkait jangka waktu yang singkat. Masyarakat
masalah tinja pada RW 8 Kelurahan berpendapat bahwa program tersebut
Rangkah Kecamatan Tambaksari sudah merugikan masyarakat sendiri, maka
dilakukan. Program-program yang telah masyarakat RW 8 Kelurahan Rangkah
dilakukan pihak Puskesmas antara lain Kecamatan Tambaksari membongkar
yaitu Kesehatan lingkungan, meliputi: septic-tank yang telah dibuat dan
1) Pengawasan dan Pengendalian Kualitas masyarakat kembali melakukan aktifitas
Air. Upaya ini bertujuan untuk yang seperti semula yaitu membuang tinja
meningkatkan kualitas air bersih langsung ke sungai.
sebagai upaya untuk meningkatkan Setelah adanya kejadian tersebut,
kesehatan masyarakat. pihak Puskesmas melakukan program yang
2) Pengawasan dan pengendalian tempat- mengajak masyarakat untuk menabung
tempat umum (TTU). Upaya ini dalam pembuatan septic tank namun
bertujuan untuk mewujudkan kondisi program tersebut tidak berjalan. Hingga
tempat-tempat umum yang memenuhi saat ini permasalahan tersebut masih
syarat kesehatan agar masyarakat belum bisa diatasi oleh seluruh warga RW
terhindar dari kemungkinan bahaya 8 Kelurahan Rangkah Kecamatan
penularan penyakit serta tidak Tambaksari dan pihak Puskesmas serta
menimbulkan risiko gangguan/bahaya pemerintah setempat.
terhadap kesehatan masyarakat di
sekitarnya. SIMPULAN

©2020. Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion and Health
Education. Open Access under CC BY-NC-SA License.
Received: 11-06-2019, Accepted: 05-08-2019, Published Online: 31-03-2020
Rizky Dwi Rahmadani dan Ilham Akhsanu Ridlo. Perilaku Masyarakat dalam…97

Permasalahan yang terjadi di Chandra, B. (2007) Pengantar Kesehatan


lingkungan sekitar RW 8 Kelurahan Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku
Rangkah Kecamatan Tambaksari yaitu Kedokteran.
pembuangan tinja ke sungai. Pengetahuan Departemen Kesehatan Republik Indonesia
dan sikap masyarakat setempat telah (1985) „Syarat Jamban Sehat‟.
bagus, namun berdasarkan hasil observasi, Jakarta: Departemen Kesehatan
lingkungan di RW 8 Kelurahan Rangkah Republik Indonesia.
Kecamatan Tambaksari yang membuat Departemen Kesehatan Republik Indonesia
masyarakat melakukan perilaku tersebut. (2008) „Keputusan Menteri Kesehatan
Mayoritas masyarakat RW 8 Kelurahan Republik Indonesia no
Rangkah Kecamatan Tambaksari telah 852/MENKES/SK/IX/2008 tentang
memiliki jamban pribadi di rumah dan Strategi Nasional Sanitasi Total
melakukan BAB di jamban. Berbasis Masyarakat.‟ Jakarta:
Warga yang belum memiliki Departemen Kesehatan Republik
jamban pribadi menggunakan jamban Indonesia.
untuk umum yang telah disediakan di Departemen Kesehatan Republik Indonesia
lingkungan tersebut. Masyarakat masih (2009) Undang-undang Republik
banyak yang tidak memiliki septic tank Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
dikarenakan lahan untuk pembuatan tentang Kesehatan. Jakarta.
septic tank tidak tersedia. Keadaan Djabu (1990) Pedoman Bidang Studi
tersebut terjadi karena kepadatan jumlah Pembuangan Tinja dan Air Limbah
penduduk yang tinggal di daerah tersebut. Pada Institusi Pendidikan Sanitasi
Masyarakat memasang pipa dan Atau Kesehatan Lingkungan. Jakarta:
mengalirkannya ke sungai untuk Pusat Kesehatan Departemen
membuang tinja, jadi tinja tersebut Kesehatan RI.
langsung masuk ke dalam sungai dan Dwipayanti, U. and Swastika, D. G. (2012)
mencemari lingkungan. „Faktor Pengaruh terhadap
Pihak Puskesmas dan pemerintah Ketersediaan Septictankdan
setempat telah melakukan program- Sambungan Sewerage System
program untuk mengatasi masalah Permukiman Pinggiran Kali, Kel.
tersebut. Namun, masalah tersebut belum Dangin Puri, Denpasar‟, Archive of
juga dapat teratasi hingga saat ini. Community Health, 1(1).
Sebaiknya dilakukan modifikasi Entjang, I. (2000) Ilmu Kesehatan
lingkungan sehingga dapat dilakukan Masyarakat. Bandung: Citra Aditya
pemasangan septic tank yang berukuran Bakti.
besar agar dapat menampung tinja Karuru, Z. (2014) „UNICEF Luncurkan
seluruh masyarakat RW 8 Kelurahan Kampanye Tinju Tinja Perangi BABS‟,
Rangkah Kecamatan Tambaksari. Selain Kalbar Antara News, 19 November.
itu, dapat dilakukan pengurasan septic Available at:
tank yang dilakukan oleh warga secara https://kalbar.antaranews.com/berit
bergilir dan diberikan jadwal atau bisa a/328542/unicef-luncurkan-
dilakukan dengan cara gotong royong. kampanye-tinju-tinja-perangi-babs.
Kementerian Kesehatan RI (2010) Sejak
DAFTAR PUSTAKA 2006 Sudah 10.000 Desa Terapkan
STBM. Available at:
Arsin, A. A. et al. (2003) „Analisis Perilaku www.depkes.go.id/index.php/berita/
Masyarakat terhadap Kejadian Malaria press-release/441-sejak-2006-sudah-
di Pulau Kapoposang, Kabupaten 10000-desa-terapkanstbm.html
Pangkajene Kepulauan‟, Medika2, 12, (Accessed: 27 March 2018).
pp. 762–768. Kementerian Kesehatan RI (2013) „Riset
Badan Perencanaan Pembangunan Kesehatan Dasar 2013‟, Badan
Nasional (2006) „Petunjuk Teknis Penelitian dan Pengembangan
Pengajuan Usulan Kegiatan Yang Kesehatan Departemen Kesehatan
Dibiayai Dari Pinjaman Dan/Atau Republik Indonesia, (Penyakit
Hibah Luar Negeri‟. Jakarta. Menular), p. 103. doi:
Basilius, C. . (2008) Sanitasi Total 10.1007/s13398-014-0173-7.2.
Berbasis Masyarakat (In: International Notoatmodjo (2003) Pendidikan dan
Year Of Sanitation). Aceh: PT. Aceh Perilaku Kesehatan.
Grafika. Notoatmojo, S. (2007) Promosi Kesehatan
©2020. Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion and Health
Education. Open Access under CC BY-NC-SA License.
Received: 11-06-2019, Accepted: 05-08-2019, Published Online: 31-03-2020
98 Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion and Health Education
Vol. 8 No. 1 Maret 2020 : 87-98, doi: 10.20473/jpk.V8.I1.2020. 87-98

dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Foundation.


Cipta. Soeparman, H. . and Ester, M. (2002)
Notoatmojo, S. (2012) Promosi Kesehatan Pembuangan tinja & limbah cair  :
dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka suatu pengantar. Jakarta: Kedokteran
Cipta. EGC.
Nurcahya, K., Moelyaningrum, A. D. and Suliono (2018) Analisis Hubungan Sarana
Ningrum, P. T. (2014) „Identifikasi Sanitasi Dasar dan Perilaku Higienis
Sanitasi Pasar di Kabupaten Jember dengan Kejadian Gastroenteritis di
(Studi di Pasar Tanjung Jember)‟, E- Daerah Rawan Banjir Desa Sitiarjo
Journal Pustaka Kesehatan, 2(2), pp. Kec. Sumbermanjing Wetan Kab.
285–292. Malang Tahun 2017. Uniersitas
Paskah, H. S. (2007) Laporan Pencapaian Airlangga.
Millenium Development Goals Suriawiria (1996) Pengantar Mikrobiologi
Indonesia 2007. Jakarta. Umum. Bandung: Angkasa.
Siregar, Y. D. R. (2011) Faktor yang Warsito, A. (1994) Biokimia. Surakarta:
Mempengaruhi Perilaku BAB di Desa Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Sibuntuon Partur Kecamatan Winayanti, L. (2009) „Merencanakan Masa
Lintongnihuta Kabupaten Humbahas Depan Kota‟, Cipta Karya, 8(7), pp. 9–
Pada Tahun 2011. Universitas 10.
Sumatera Utara. Yuwono, B. (2009) „Memantau
Skinner, B. . (1938) The Behavior of Pembangunan Perkotaan dengan RPIJ
Organisms: An Experimental Analysis. M‟, Cipta Karya, 7, pp. 9–10.
Massachusetts: B.F Skinner

©2020. Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion and Health
Education. Open Access under CC BY-NC-SA License.
Received: 11-06-2019, Accepted: 05-08-2019, Published Online: 31-03-2020

You might also like