You are on page 1of 13

Variasi Waktu Terhadap Penyerapan Merkuri (Hg) Oleh

Eceng Gondok (Eichornia Crassipes) (Studikasus: Air


Danau Bekas PETI di Jorong Jujutan, Nagari Lubuk
Gadang, Kecamatan Sangir, Kabupaten Solok Selatan.

Fauzi Deswandri1,* and Fadhillah1**


1
Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik,Universitas Negeri Padang
*fauzides123@gmail.com
**dila_sipilunp@yahoo.co.id

Abstrack. Illegal Gold Mining (PETI) is an activity that individuals, groups, etc. that do not
have official permission from the government. The PETI was preceded by the presence of
traditional miners, who then evolved towards the use of heavy equipment which all happened
due to various factors one of which was the weakness of government supervision and law
enforcement. Activities that continue to change the regional topography result in
environmental pollution and natural disasters. As for the problem in the study where Gold
mining without permission is a gold mining that does not comply with environmental
regulations state minister No. 23 of 2008 concerning the technical guidelines and the
prevention of pollution or environmental damage as a result of gold mining. One of the former
PETI lakes in Jorong Jujutan, Nagari Lubuk Gadang, Sangir District, South Solok Regency
mg
has Mercury (Hg) levels of 0.0076  above the quality standard based on West Sumatra
L
mg
Governor's regulation No. 5 of 2008 which is 0.002  . Meanwhile there was no attempt to
L
reduce levels of Mercury (Hg) in the area. Therefore, the use of Eceng Gondok (Eichornia
Crassipes) plants that are able to absorb heavy metals so that this research is experimental
where the sample is treated based on time variations.Based on the results of Eceng Gondok
(Eichornia Crassipes) is able to absorb Mercury (Hg) well where successively 0-3 days
mg
85.85%, 0-6 days 84.21% and 0-9 days 90.78%. Where 0 days as control time 0,0076  ,
L
0-3 days is the first treatment with four replications , 0-6 days of the second treatment with
four replications, and 0-9 days of the third treatment with four replications. The first treatment
of 0-3 days is taken as a basis to find out how much Eceng Gondok is able to absorb mercury
in 1 liter of sample. From the test results obtained 1 gram of Eceng Gondok is able to absorb
mg
Hg of 2.15 x10 -5    in 3 days. But there was no time variation on the absorption of Mercury
L
(Hg) by Eceng Gondok (Eichornia Crassipes) reinforced by the kruskal wallis test with the
results (H = 4.2738) < (X 2 0.05 (3) = 7.815). Then H 0 d iterima means no
pen ga spirit miscellany of the time on the absorption of mercury (Hg) by Eceng Gondok
(Eichornia Crassipes) .
Keywords: Eichornia Crassipes, Experimental, Mercury (Hg), Absorption, and Polution

1. PENDAHULUAN sindrom kelainan fungsi saraf yang


disebabkan keracunan Merkuri (Hg).
Petambangan emas tanpa izin (PETI) merupakan Gejala penyakit ini meliputi kesemutan
kegiatan yang dilakukan perorangan, kelompok dll pada kaki dan tangan, tremor, lemas-
yang tidak memiliki izin resmi dari pemerintah. lemas, kejang, penyempitan sudut
PETI diawali oleh keberadaan para penambang pandang dan degradasi kemampuan
tradisional, yang kemudian berkembang kearah berbicara dan pendengaran. Pada tingkat
pengunaan alat berat yang semua ini terjadi karena akut , gejala ini biasanya memburuk
berbagai faktor salah satunya lemahnya disertai dengan kemampuan, kegilaan,
pengawasan pemerintah dan penegakan hukum. koma dan kematian.
Kegiatan yang terus berjalan merubah topografi
Sehubungan dengan kondisi tersebut,
daerah mengakibatkan terjadinya pencemaran
maka penelitian tentang variasi waktu
lingkungan dan bencana alam.
terhadap penyerapan Merkuri (Hg) oleh
Adapun yang menjadi permasalahan Eceng Gondok ( Eichornia Crassipes)
dalam penelitian ini dimana Petambangan menjadi sangat penting. Karena
emas tanpa izin (PETI) merupakan kedepannya daerah perairan yang tercemar
penambangan emas yang tidak sesuai Merkuri (Hg) bisa dinetralisir dengan
dengan peraturan menteri negara menyebarkan tumbuhan Eceng Gondok
lingkungan hidup nomor 23 tahun 2008 ( Eichornia Crassipes) dipermukaannya.
tentang pedoman teknis pencegahan Disamping penegakan peraturan oleh
pencemaran dan atau kerusakan pemerintah aktivitas PETI untuk
lingkungan hidup akibat pertambangan dihentikan sementara itu daerah yang
emas rakyat. Salah satu danau bekas PETI sudah terlanjur tercemar ada upaya
di Jorong Jujutan, Nagari Lubuk Gadang, penanggulangi daerah tersebut supaya
Kecamatan Sangir, Kabupaten Solok tidak tercemar lagi.
Selatan memiliki kadar Merkuri (Hg)
Tujuan penelitian ini untuk melihat
diatas baku mutu berdasarkan peraturan
ada atau tidak pengaruh variasi waktu
Gubenur Sumatera Barat No. 5 Tahun
terhadap penyerapan Merkuri (Hg) oleh
2008 yaitu 0,002 mg/L. Sementara itu
Eceng Gondok (Eichornia Crassipes)
tidak ada upaya mengurangi kadar
dengan 0 hari sebagai waktu kontrol
Merkuri (Hg) di daerah tersebut. Oleh
dengan kadar awal 0,0076 mg/L, 0-3 hari
karena itu dimanfaatkan tumbuhan Eceng
merupakan perlakuan pertama dengan
Gondok (Eichornia Crassipes) yang
empat kali ulangan dengan kadar awal
mampu menyerap logam berat sehingga
0,0076 mg/L , 0-6 hari perlakuan kedua
penelitian ini bersifat eksperimen dimana
dengan empat kali ulangan dengan kadar
sampel diberikan perlakuan berdasarkan
awal 0,0076 mg/L, dan 0-9 hari perlakuan
variasi waktu
ketiga dengan empat kali ulangan dengan
Saat ini lahan bekas PETI di Jorong kadar awal 0,0076 mg/L.
Jujutan, Nagari Lubuk Gadang,
Kecamatan Sangir, Kabupaten Solok 2. LANDASAN TEORI
Selatan tidak bisa digunakan. Ada
keinginan masyarakat untuk membuat 2.1 Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI)
keramba tapi mereka takut nantinya ikan-
ikan dari danau tersebut tidak layak PETI adalah usaha pertambangan yang dilakukan
konsumsi. Sebagaimana diketahui oleh perseorangan, sekelompok orang, atau
dahulunya daerah tersebut bekas perusahaan/ yayasan berbadan hukum yang dalam
penambangan. operasinya tidak memilki izin dari instansi
pemerintah sesuai peraturan perundang-undangan
Ketakutan masyarakat akan ikan- yang berlaku. Dengan demikian, izin, rekomendasi,
ikan yang dikembangkan pada danau atau bentuk apapun yang diberikan kepada
bekas PETI yaitu ikan-ikan tersebut bila perseorangan, sekelompok orang, atau perusahaan/
dikonsumsi menyebabkan penyakit yayasan oleh instansi pemerintah di luar ketentuan
Minamata. Penyakit Minamata merupakan
peraturan perundangundangan yang berlaku, dapat Emas merupakan logam yang bersifat lunak dan
dikategorikan sebagai PETI[1] mudah ditempa, kekerasannya berkisar antara 2,5-3
(skala Mohs), serta berat jenisnya tergantung pada
2.2 Merkuri (Hg) jenis dan kandungan logam lain yang berpadu
dengannya sekitar ± 19,32 gram/cm3. Mineral
2.2.1 Pengertian Merkuri pembawa emas biasanya berasosiasi dengan
mineral ikutan (gangue minerals). Mineral ikutan
Pada dasarnya, merkuri/raksa (Hg) adalah unsur tersebut umumnya kuarsa, karbonat, turmalin,
logam yang sangat penting dalam teknologi di abad flourpar, dan sejumlah kecil mineral non logam.
modern saat ini merkuri adalah unsur yang
mempunyai nomor atom 80 serta mempunyai Mineral pembawa emas juga
massa molekul relatif 200,59. Merkuri diberikan berasosiasi dengan endapan sulfida yang
simbol kimia Hg yang merupakan singkatan yang telah teroksidasi. Mineral pembawa emas
berasal dari bahasa Yunani Hydrargyricum, yang terdiri dari emas nativ, elektrum, emas
berarti cairan perak[2]. telurida, sejumlah paduan dan senyawa
emas dengan unsur-unsur belerang,
Kebanyakan merkuri yang antimon, dan selenium. Emas terbentuk
ditemukan di alam terdapat dalam bentuk dari proses magmatisme atau
gabungan dengan elemen lainnya, dan pengkonsentrasian di permukaan.
jarang ditemukan dalam bentuk elemen Beberapa endapan terbentuk karena proses
terpisah. Komponen merkuri banyak metasomatisme kontak dan larutan
tersebar di karang-karang, tanah, udara, air hidrotermal, sedangkan pengonsentrasian
dan organisme hidup melalui proses- secara mekanis menghasilkan endapan
proses fisik, kimia dan bahan biologi yang letakan (placer). Genesa emas
kompleks. dikatagorikan menjadi dua yaitu endapan
primer dan endapan plaser.
2.2.2 Sifat Merkuri
Beberapa sifat merkuri adalah sebagai berikut:
1. Merkuri merupakan satu-satunya logam yang
berbentuk cair pada suhu kamar (250C) dan
mempunyai titik beku terendah dari semua
logam, yaitu -390C.
2. Merkuri mempunyai volatilitas yang tertinggi
dari semua logam.
3. Ketahanan listrik merkuri sangat rendah
sehingga merupakan konduktor yang terbaik
dari semua logam.
4. Banyak logam yang dapat larut di dalam
merkuri membentuk komponen yang disebut
amalgam (alloy).
5. Merkuri dan komponen-komponennya bersifat Gambar 2. Emas
racun terhadap semua makhluk hidup .
6. Merkuri terdapat sebagai komponen renik dari Emas banyak digunakan sebagai
banyak mineral, dengan bantuan continental barang perhiasan, cadangan devisa, dll.
yang rata-rata mengandung sekitar 80 ppb atau Potensi endapan emas terdapat hampir
lebih kecil lagi. Sinabor, merkuri sulfida, HgS, setiap daerah di Indonesia, seperti di Pulau
yang berwarna merah merupakan bijih merkuri Sumatera, Kepulauan Riau, Pulau
utama yang diperdagangkan. Bahan bakar batu Kalimantan, Pulau Jawa, Pulau Sulawesi,
bara fosil dan lignit sering mencapai 100 ppb Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua. Emas
merkuri, bahkan lebih[3]. digunakan sebagai standar keuangan di
banyak negara dan juga digunakan sebagai
Hampir semua merkuri diproduksi dengan cara perhiasan, dan elektronik. Penggunaan
pembakaran merkuri sulfida (HgS) di udara, emas dalam bidang moneter dan keuangan
dengan reaksi berikut: berdasarkan nilai moneter absolut dari
emas itu sendiri terhadap berbagai mata
HgS + O2 ==> Hg + SO2 uang di seluruh dunia, meskipun secara
resmi di bursa komoditas dunia, harga
emas dicantumkan dalam mata uang dolar
2.3 Emas (Au) Amerika. Bentuk penggunaan emas dalam
bidang moneter lazimnya berupa batangan
emas dalam berbagai satuan berat gram
sampai kilogram.

2.4 Eceng Gondok (Eichornia


Crassipes) Gambar 3. Tanaman Eceng Gondok
( Eichornia Crassipes)

2.4.1 Deskripsi Eceng gondok 2.4.2 Ciri Kusus Tanaman Eceng Gondok
Eceng gondok memiliki ciri khusus, habitat, dan 2.4.2.1 Akar Eceng Gondok
fungsi dalam kehidupan. Eceng Gondok adalah
jenis tumbuhan yang hidup dengan cara Ciri khusus yang pertama tanaman Eceng Gondok
mengapung di air. Tanaman dengan nama ilmiah adalah akarnya. Eceng Gondok memiliki akar jenis
Eichhornia Crassipes ini sangat mudah ditemukan serabut tetapi tidak bercabang. Akar ini berfungsi
hidup di rawa-rawa atau sungai di berbagai daerah untuk menjerat lumpur dan segala partikel yang
di Indonesia. Masing-masing daerah pun memiliki terlarut dalam air. Pada akar ini terdapat tudung
beberapa nama khusus untuk tanaman Eceng yang sering disebut juga sebagai tudung akar.
Gondok ini, misalnya di Lampung dinamakan Eceng Gondok juga memiliki bulu-bulu yang
Ringgak, di Dayak dinamakan Ilung-ilung, di tumbuh pada akarnya yang dapat berfungsi sebagai
Manado dinamakan Tumpe, dan di Palembang jangkar pada tanaman. Di ujungnya, terdapat
dinamakan Kelipuk. kantung akar yang jika terkena sinar matahari akan
berwarna kemerahan.
Tanaman Eceng Gondok dapat
tumbuh dengan sangat cepat sehingga
2.4.2.2 Daun Eceng Gondok
tidak membutuhkan waktu lama bagi
Eceng Gondok untuk menyebar dan Ciri khusus tanaman Eceng Gondok selanjutnya
menutupi seluruh permukaan sungai atau adalah daunnya. Eceng Gondok memiliki daun
rawa. Tumbuhan Eceng Gondok secara yang terletak di atas permukaan air dan termasuk
tidak sengaja pertama kali ditemukan pada ke dalam jenis makrofita. Eceng Gondok memiliki
tahun 1824 oleh Carl Friedrich Philipp daun tunggal, bentuk oval dengan pangkal runcing
Von Martius, seorang ahli Botani (acumintus), berwarna hijau, bertangkai, dan
berkebangsaan Jerman saat dirinya sedang permukaan mengkilat yang tersusun di atas roset
melakukan ekspedisi di Sungai Amazon, akar. Tepi daunnya rata (tidak bergerigi) dengan
Brazil. panjang sekitar 7 cm - 25 cm. Daun Eceng Gondok
memiliki lapisan rongga udara sehingga dengan
mudah membuatnya mengapung di atas permukaan
Para ahli menempatkan tanaman eceng gondok
air.
dalam klasifikasi:
Kingdom : Plantae 2.4.2.3 Bunga Eceng Gondok
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida Ciri khusus tanaman Eceng Gondok yang ketiga
Ordo : Commelianales adalah bunganya. Tanaman Eceng Gondok
Famili : Pontederiaceae memiliki bunga majemuk yang jumlahnya dapat
Genus : Eichornia, Kunth mencapai 7 - 36 buah. Bungai ini berwarna hijau,
Spesies : E. Crassipes beruang tiga, dan berbentuk kotak sejati (capsula).

2.4.2.4 Biji Eceng Gondok

Tanaman Eceng Gondok memiliki biji yang


berwarna hitam kecil. Biji inilah yang membuat
Eceng Gondok mampu berkembang biak dengan
cara generatif.

2.4.2.5 Habitat Eceng Gondok

Tanaman Eceng Gondok sangat menyukai perairan


yang lambat untuk berkembang biak. Umumnya,
hidup disekitar danau, rawa, sungai, tanah basah,
kolam-kolam dangkal, dan tempat penampungan
air lainnya. Eceng Gondok adalah tanaman yang
memiliki kemampuan untuk beradaptasi terhadap untuk menutupi permukaan perairan.
perubahan ekstrem yang terjadi dihabitatnya, Akibatnya, cahaya yang akan menembus masuk
seperti perubahan arus dan ketinggian air, ke dalam perairan terhalang oleh tumbuhan
temperatur, pH, racun dalam air, dan ketersediaan eceng gondok. Hal ini selanjutnya akan
nutrien. Eceng Gondok dapat mengalami membuat tingkat kelarutan oksigen menjadi
pertumbuhan yang sangat cepat terutama pada berkurang.
lingkungan dengan nutrien tinggi yang kaya oleh
potassium, fosfat, dan nitrogen.
5. Mengurangi Jumlah Air
Tanaman Eceng Gondok sangat
dipengaruhi oleh perubahan kandungan Eceng Gondok yang menyebar secara massif di
garam disekitar habitatnya. Kandungan seluruh permukaan air akan menyebabkan efek
garam yang tinggi akan menghambat evapotranspirasi. Hal ini berarti akan
pertumbuhan eceng gondok. Hal ini meningkatkan resiko kehilangan air yang
banyak terjadi pada danau-danau di sekitar diakibatkan oleh tumbuhan eceng gondok yang
pantai Afrika Barat, di mana populasi memiliki daun yang lebar.
Eceng Gondok sepanjang musim hujan
akan bertambah dan populasi akan 6. Perairan Menjadi Dangkal
berkungan ketika musim kemarau tiba
akibat terjadinya peningkatan kandungan Salah satu penyebab terjadinya pendangkalan
garam. sungai adalah banyaknya eceng gondok yang
tumbuh menutupi permukaan sungai. Seiring
2.4.2.6 Dampak Negatif Tumbuhan Eceng berjalannya waktu, tanaman eceng gondok yang
Gondok mati akan bertumpuk hingga ke permukaan
yang akhirnya pendangkalan pun terjadi.
Eceng Gondok yang sudah dianggap sebagai gulma
memiliki beberapa dampak negatif jika tidak segera
di atasi. Dampak negatif itu antara lain sebagai 2.4.2.7 Manfaat Eceng Gondok
berikut:
Eceng gondok dapat mendatangkan manfaat untuk
1. Merusak Keindahan Perairan kesehatan, seperti:
1. Mengobati penyakit bisul
Jika berada di daratan, mungkin tidak salah jika 2. Menghilangkan efek gatal pada kulit akibat
eceng gondok dianggap sebagai rumput liar. bakteri dan virus
Perbedaannya adalah tumbuhan eceng gondok 3. Menyembuhkan gangguan penyumbatan pada
hidup di air, oleh karena itu dibutuhkan saluran air seni
penanganan agar penyebarannya tidak 4. Menghilangkan gangguan tenggorokan
mengganggu keindahan perairan. 5. Maanfaat lainya Eceng gondok
2. Mengganggu Lalu Lintas Perairan

Keberadaan eceng gondok yang menutupi 3. Metode Penelitian


permukaan perairan sangat mengganggu
khususnya bagi nelayan. Perahu mereka sering Penelitian ini dilakukan pada tanggal 13 Desember
terjebak dan sulit bergerak terhalang oleh 2018-22 Desember 2018 . lokasi pengujian kadar
banyaknya eceng gondok. Merkuri (Hg) di BAPELKES Sumatera Barat
UPTD labor kesehatan kota Padang.

3. Meningkatnya Habitat Baru 3.1 Rancangan Penelitian

Eceng gondok yang tumbuh semakin banyak Penelitian ini merupakan penelitian Eksperimen
akan memicu timbulnya habitat-habitat baru. dimana sampel diberikan perlakuan berdasarkan
Hal yang paling ditakutkan dari kondisi adalah variasi waktu. Variasi waktu 0 hari sebagai kontrol
dapat menjadi faktor penyebab munculnya (K). Perlakuan masing-masing X 1 = 3 hari, X 2 = 6
penyakit. hari, dan X 3 = 9 hari. Semua kontrol dan perlakuan
diulang empat kali.

4. Mengurangi Jumlah Oksigen 3.2 Pelaksanaan

Akibat pertumbuhannya yang sangat cepat, Pelaksanaan penelitian dimulai dari


Eceng gondok tidak membutuhkan waktu lama mempersiapkan sampel, persiapan wadah,
pengambilan dan aklimatisasi tanaman Eceng 2) Untuk bilangan baku ini digunakan
Gondok. daftar distribusi normal baku
kemudian dihitung peluang F(Z1)= P
2.5 Uji Statistik Parametrik dan Non (Z11).
Parametrik 3) Selanjutnya menggunakan porsi
hitung z1,z2,....... zn∑zi jika proposi ini
2.5.1 Uji Statistik Parametrik dinyatakan F(zi)-S(zi). Jika proposi
ini dinyatakan S(zi), maka:
Ilmu statistika yang mempertimbangkan jenis
sebaran/ distribusi data, yaitu apakah data S(zi) =
menyebar normal atau tidak. Pada umumnya, Jika
data tidak menyebar normal, maka data harus
dikerjakan dengan metode Statistika non- banyaknya Z 1 , Z 2 , … … Zn ∑ zi
parametrik, atau setidak-tidaknya dilakukan
transformasi agar data mengikuti sebaran normal, n
sehingga bisa dikerjakan dengan statistika
parametrik. 4) Menghitung selisih F(Zi)- S(Zi)
Uji normalitas, homogenitas dan signifikansi data kemudian tentukan harga mutlaknya.
salah satunya uji liliefors. Adapun langkah-langkah 5) Ambil harga yang paling besar
uji liliefors yaitu: diantara harga-harga mutlak selisih
a. Menghitung rata-rata kelompok sampel tersebut. Untuk menolak atau
menggunakan rumus sebagai berikut: menerima hipotesis, kita bandingkan
Lo dengan nilai kritis L yang diambil
∑ xi dari daftar untuk taraf nyata α yang
X= dipilih. Kriteria adalah : tolak
n hipotesis nol jika Lo diperoleh dari
data pengamatan melebihi L daftar
Arti dari tanda-tanda dalam rumus tersebut tabel dalam hal lainnya nol diterima.
adalah: d. Uji homogenitas
X = skor rata-rata yang dicari
∑ xi = jumlah nilai data Untuk menguji kesamaan menggunakan uji
n= jumlah sampel homogenitas
b. Menghitung simpangan baku dengan rumus variasi terbesar
F=
sebagai berikut: variasi terkecil
2
∑ ( x− X ) Kriteria pengujian adalah: terima hipotesis
S=√ jika F hitung lebih kecil dari F tabel
n−1
distribusi dengan derajat kebebasan =
(v1,v2) dengan taraf nyata (α)= 0,001
Arti dari tanda-tanda dalam rumus tersebut
adalah: e. Uji Signifikansi
S= simpang baku yang dicari
n= jumlah sampel Untuk menguji signifikansi hasil
∑ ( x− X )2= jumlah kuadrat nilai data eksperimen, maka dilakukan t-test
menggunakan uji satu pihak rumus sebagai
dikurangi rata-rata berikut:

c. Uji normalitas data dengan menggunakan Mx−My


t=
uji normalitas liliefors √¿¿
1) Pengamatan X1, X2,..Xn dijadikan
bilangan baku Z1, Z2, ...Zn dengan keterangan:
menggunakan rumus:
M: nilai rata-rata hasil perkelompok
xi−X
Z1= N: banyaknya subyek
s
x: deviasi setiap nilai x2 dan x1
( X dan S masing-masing merupakan
rata-rata dan simpangan baku dari y: deviasi setiap nilai y1 dan y2 .[4]
sampel)
Contoh metode statistika parametrik:
Pemeriksaan kadar Merkuri (Hg) dalam air danau
1) uji-z (1 atau 2 sampel)
2) uji-t (1 atau 2 sampel)
bekas PETI di Jorong Jujutan, Nagari Lubuk
3) korelasi pearson
4) Percobaan (1 or 2-way ANOVA
parametrik) dll Gadang, Kecamatan Sangir, Kabupaten Solok

2.5.2 Uji Statistik Non Parametrik Selatan dengan cara mengambil sampel air 2 L.

Statistika nonparametrik adalah statistika bebas Tabel 1. Hasil Pengujian Kadar Merkuri (Hg)
sebaran (tdk mensyaratkan bentuk sebaran N Para Sat Sa Baku Spesi
parameter populasi, baik normal atau tidak).
o. meter uan mp MutuM fikasi
Statistika non-parametrik biasanya digunakan
untuk melakukan analisis pada data berjenis el enurut Meto
Nominal atau Ordinal. Data berjenis Nominal dan Peratur de
Ordinal tidak menyebar normal. L.8 an
Contoh metode Statistika non-parametrik: Gubern
580
ur
a. Binomial test
Sumate
b. Chi-square test
c. Median test ra
d. Kruskall Wallis dll Barat
No. 5
Uji Kruskall Wallis, disebut juga uji Th.
H Kruskall Wallis, merupakan generalisasi 2008)
uji dua-contoh Wilcoxon untuk k> 2
contoh. Uji ini digunkan untuk menguji
hipotesis nol Ho bahwa k contoh bebas itu
1. Raksa mg 0,00 0,002 SNI
berasal dari populasi yang identik. L
(Hg) 76 6989.
Diperkenalkan pada tahun 1952 oleh W.
H. Kruskal dan W. A. Wallis, uji 78:20
nonparametrik ini merupakan alternatif
bagi uji F untuk pengujian kesamaan 11
beberapa nilaitengah dalam analisis ragam
bila kita ingin menghindar dari asumsi
bahwa contoh diambil dari populasi
normal.
k 2 Didapatkan nilai sampel 0,0076 mg/L jauh dari
12 ri
H= ∑ −3 ( n+1 ) .[5]
n(n+1) i=1 n i baku mutu menurut peraturan Gubenur Sumatera

Barat No.5 Th.2008.


3.3 Teknik Analisis Data

Data pengujian yang diperoleh dianalisis


4.2 Eksperimen
normalitasnya untuk diketahui data bersifat normal
atau tidak. Apabila data tidak normal dilakukan uji
Kruskal Wallis dengan taraf 5%. Jika H hitung
lebih besar dari H tabel, maka H 0 ditolak Berdasarkan keadaan awal air danau bekas PETI di
dilanjutkan dengan uji lanjut BNt (Beda Nyata
Kecil) pada taraf 5%. Nagari Durian Taruang, Kecamatan Sangir,
4. Kabupaten Solok Selatan maka dilakukan
eksperimen menggunakan tumbuhan Eceng
Analisa Data dan Pembahasan Gondok (Eichornia Crassipes). Menurut
Febrianingsi, 2014 ada pengaruh lama waktu
kontak Eceng Gondok (Eichornia Crassipes)
4.1 Keadaan Awal Sampel Penelitian terhadap penyerapan logam berat Merkuri (Hg).
Untuk itu penulis melakukan eksperimen.
1 Ke-0 mg -
0,0076
Xi F F Fi.Ki Xi 2 Fi.Xi2 L
i k
0,000 0,000 0,0000002 0,0000002 2 Ke-3 0,001075 85,85 %
5 1 1 5 5 5
0,000 0,000 0,0000003 0,0000003 mg
6 1 2 6 6 6 L
0,000 0,002 0,0000006 0,0000019
8 3 5 4 4 2 3 Ke- 6 mg 84,21 %
0,000 0,002 0,0000008 0,0000024 0,0012
9 3 8 7 1 3 L
0,001 0,001 0,0000012 0,0000012
1 1 9 1 1 1 4 Ke-9 mg 90,78 %
0,001 1 0,002 0,0000019 0,0000039 0,0007
L
4 2 1 8 6 2
0,001 1 0,001 0,0000032 0,0000032
8 1 2 8 4 4
4.1.3 Uji Normalitas Data dengan Uji Liliefors

Tabel 3. Nilai Xi , Fi, F Kumulatif, Fi.Xi, Xi2 dan Fi.Xi2


Tahapan eksperimen dimulai dari

membuat sampel di laboratorium BAPELKES Tabel 4. Nilai (z), F(z), s(z) dan ‖F ( z ) −s (z)‖
(z) F(z) s(z) ‖F ( z ) −s (z)‖
Sumatera Barat UPTD Laboratorium Kesehatan
-0,72119 0,235398 0,062500 0,172898
Kota Padang sebanyak 32 L dengan kadar 0,0076
-0,68754 0,24587 0,125000 0,12087
mg/L. Sampel dibagi 2 perlakuan.
-0,62026 0,267543 0,187500 0,080043

-0,62026 0,267543 0,250000 0,017543


4.2 Hasil
-0,62026 0,267543 0,312500 0,044957

4.1.1 Uji Laboratorium -0,58662 0,278729 0,375000 0,096271


Berdasarkan eksperimen yang dilakukan maka
didapatkan data sebagai berikut: -0,58662 0,278729 0,437500 0,158771

. Hasil Uji Kandungan Merkuri (Hg) dari Sampel -0,58662 0,278729 0,500000 0,221271
Tabel 2
Eksperimen -0,51934 0,301763 0,562500 0,260737
Waktu Kontak
Hari Hari Hari Hari -0,41841 0,337822 0,625000 0,287178
Ulangan ke-0 ke-3 ke-6 ke-9
Ulangan 1 0,0076 0,0014 0,0008 0,0008
-0,41841 0,337822 0,687500 0,349678
Ulangan 2 0,0076 0,0009 0,0008 0,0009 -0,28385 0,388263 0,750000 0,361737
Ulangan 3 0,0076 0,0009 0,0014 0,0005
Ulangan 4 0,0076 0,0011 0,0018 0,0006 1,667348 0,952277 0,812500 0,139777
Jumlah 0,0304 0,0043 0,0048 0,0028 1,667348 0,952277 0,875000 0,077277
0,0010
Rata-Rata 0,0076 75 0,0012 0,0007
1,667348 0,952277 0,937500 0,014777
4.1.2 Persentase Penurunan Kadar Hg 1,667348 0,952277 1,000000 0,047723
Tabel 3. Rerata kadar Hg dan Persentase Penurunan
No Hari Rerata Kadar Persentas
Hg e 4.1.4 Uji Kruskal Wallis
Penuruna
n Uji hipotesis dengan uji Kruskall Wallis:
1. H0 = Tidak ada pengaruh variasi waktu terhadap
penyerapan Merkuri (Hg) oleh Eceng Gondok
(Eichornia Crassipes).
2. H1 =Ada pengaruh variasi waktu terhadap
penyerapan Merkuri (Hg) oleh Eceng Gondok
(Eichornia Crassipes).

Berdasarkan tabel 6 pada uji Kruskall Wallis data


diberikan peringkat angka 1 untuk terendah secara
berurutan sampai data habis.

Tabel. 5. Peringkat Bagi Data Variasi Waktu Terhadap


Penyerapan Merkuri (Hg) Oleh Eceng Gondok
Gambar 4. Penurunan Kadar Hg Hari 0-3
(Eichornia Crassipes)
.
Waktu Kontak
Hari Hari Hari Hari Penurunan kadar Hg pada hari 0-3 sudah signifikan
Ulangan ke-0 ke-3 ke-6 ke-9
Ulangan 1 13,5 10,5 3,5 3,5 yaitu 0,0076 mg/L menjadi 0,001075 mg/L (rerata
Ulangan 2 13,5 6,5 3,5 6,5
Ulangan 3 13,5 6,5 10,5 1 pengurangan empat kali)
Ulangan 4 13,5 9 12 2
r1= r2= r3= r4=
54 32 29 13
4.2.2.2 Penurunan Hari 0-6

4.2 Pembahasan

4.2.1 Konsentrasi Kadar Merkuri (Hg)

a. kadar Hg hari ke 0-3 =


0,0076−0,001075
x 100% =
0,0076
85,85%
b. kadar Hg hari ke 0-6 =
0,0076−0,0012 Gambar 5. Penurunan Kadar Hg Hari 0-6
x 100% = 84,21%
0,0076
c. kadar Hg hari ke 0-9 =
0,0076−0,0007 Penurunan kadar Hg 0-6 hari yaitu 0,0076 mg/L
x 100% = 90,78%
0,0076
turun menjadi 0,0012 mg/L (rerata pengulangan

empat kali. Pada perlakuan 0-6 hari rerata


4.2.2 Penurunan Kadar Merkuri (Hg)
pengulangan kecil dibandingkan perlakuan 0-3 hari
4.2.2.1 Penurunan Hari 0-3
dikarenakan pada pengulanggan 0-6 hari pada

tumbuhan nomor 7 dan tumbuhan nomor 8 daun

Eceng Gondok banyak yang layu.


Gambar 6. Tumbuhan Eceng Gondok Nomor 7
Gambar 8. Penurunan Kadar Hg Hari 0-9

Penurunan kadar Hg 0-6 Hari yaitu dari 0,0076


mg/L turun menjadi 0,0007 mg/L (rerata
pengulangan). Dengan penurunan paling baik yaitu
pada sampel ke-11 dari 0,0076 mg/L menjadi
0,0005 mg/L. Dari data diatas semua pengulangan
menurunkan kadar Hg. Bahkan pada ulangan
pertama sudah mampu menetralisir kadar Hg.
Dimana rata-rata sampel setelah perlakuan menjadi
mg
dibawah batas baku mutu 0,002 . Acuan
L
tingkat penurunan kadar Hg dapat kita lihat pada
tabel 7. Rata-rata kelompok perlakuan (X1,X2 dan
Gambar 7. Tumbuhan Eceng Gondok Nomor 8 X3) dapat menurunkan kadar Hg berturut-turut
85,85%,84,21% dan 90,78%.
Dari gambar diatas dapat kita lihat
layu/ matinya daun Eceng Gondok Secara fisiologis eceng gondok dapat
berpengaruh terhadap penyerapan kadar berperan secara tidak langsung dalam
Hg. Kemampuan eceng gondok dalam mengatasi bahan pencemar perairan
penyerapan karena adanya vakuola dalam karena dapat bertahan hidup dengan cara
struktur sel. Sesuai dengan penelitian membentuk rumpun. Semakin banyak
Febrianingsih (2013) dimana mekanisme eceng gondok yang hidup didalam
penyerapan yang terjadi yaitu dengan perairan semakin banyak penguapan.
adanya bahan-bahan yang diserap Proses transpirasi yang giat dapat
menyebabkan vakuola menggelembung, mempercepat angkutan garam-garaman
maka sitoplasma terdorong kepinggiran dan logam dari akar ke daun, sehingga
sel sehingga sitoplasma dekat dengan proses penyerapan eceng gondok
permukaan sel. Hal ini, menyebabkan dipengaruhi oleh berat dari eceng gondok
pertukaran atau penyerapan logam Hg tersebut. Hal tersebut didukung penelitian
antara sebuah sel dengan sekelilingnya terdahulu yang menjelaskan bahwa eceng
menjadi lebih efisien. gondok dengan berat 100 gr hanya mampu
Penyerapan eceng gondok juga dipengaruhi oleh menyerap logam berat berupa Cu
berbagai hal misalnya suhu, pH dll. Suhu optimum sebanyak 10,5% dalam 1,5 liter air limbah
untuk pertumbuhan eceng gondok adalah 25°C- elektroplating selama 6 hari, lebih sedikit
30°C[6]. dibandingkan dengan eceng gondok
dengan berat 300 gr mampu menyerap
logam berat berupa Cu sebanyak 26,46%
4.2.2.3 Penurunan Hari 0-9
dalam 1,5 liter air limbah elektroplating
selama 6 hari [7].

4.2.3 Hubungan Lama Waktu Eceng

Gondok (Eichornia Crassipes) dan

Kosentrasi Merkuri (Hg)


pasir yang mengandung emas tidak pada
lokasi penambangan, namun
4.2.3.1 Pembuktian Hipotesa melakukannya tepisah dari kegiatan
penambangan dan dilakukan pada lokasi
Setelah di lakukan pengujian uji kruskkal wallis khusus baik untuk amalgamasi untuk
maka didapatkan hasil Ho diterima. Dimana tidak meminimalkan penyebab pencemar bahan
ada pengaruh variasi waktu terhadap penyerapan berbahaya akibat peresapan ke dalam
Merkuri (Hg). tanah dan terbawa aliran air permukaan.
Karena dinilai sangat berbahaya bagi
H0 = Tidak ada pengaruh variasi waktu terhadap pekerja dan masyarakat setempat serta
penyerapan Merkuri (Hg) oleh Eceng Gondok biota air di Sungai Sangir tersebut.
(Eichornia Crassipes). 2. Untuk pembuatan kolam amalgamasi
H1 = Ada pengaruh variasi waktu terhadap sebaiknya dilakuka di kolam tertutp
penyerapan Merkuri (Hg) oleh Eceng Gondok dengan lapisan kedap air (semen, plastic,
(Eichornia Crassipes). dll) di bawahnya dan diupayakan jauh
(minimal 50 m dan beda tinggi dari muka
air badan perairan umum > 2 meter dari
badan perairan umum (sungai, mata air,
4.2.3.2 Kondisi Penelitian dll), saluran air, danau dan sumur
penduduk.
3. Pada pembuatan kolam amalgamasi
ditambahkan tumbuhan Eceng Gondok
4.2.3.3 Waktu Mulai Tanaman Eceng Gondok
untuk menyerap Merkuri (Hg).
4. Perlunya ada penelitian selanjutnya dalam
Menyerap Hg pengaplikasian metode penyerapan
Merkuri (Hg) oleh Eceng Gondok kepada
Dari penelitian ini diketahui tumbuhan Eceng lingkungan yang telah tercemar seperti di
Gondok (Eichornia Crassipess) sangat efektif untuk danau bekas PETI di Jorong Jujutan,
menyerap kadar Hg di dalam sampel. Selama 3 hari Nagari Lubuk Gadang, Kecamatan Sangir,
tumbuhan Eceng Gondok seberat 600 gr mampu Kabupaten Solok Selatan.
menyerap kadar Hg 0,00646 mg/L dalam 2 liter
sampel. Berarti dalam 1 gram eceng gondok 5. Perlunya perhatian pemerintah dalam
mampu menyerap kadar Hg sebanyak 2,15 x10 -5 sosialisasi bagaimana cara menerapkan
mg/L dalam 2 liter sampel. tambang emas tradisional yang ramah
lingkungan.
5. Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan

Dari penelitian yang dilakukan mengenai variasi


waktu terhadap penyerapan Merkuri (Hg) oleh
Eceng Gondok ( Eichornia Crassipes) studi kasus
air danau bekas PETI di Jorong Jujutan, Nagari
Lubuk Gadang, Kecamatan Sangir, Kabupaten
Solok Selatan maka dapat disimpulkan:
1. satu gram Eceng Gondok mampu
menyerap Hg sebanyak 2,15 x 10-5 mg/L
dalam 3 hari.
2. Tidak ada variasi waktu terhadap
penyerapan Merkuri (Hg) oleh Eceng
Gondok (Eichornia Crassipes).

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan di


lapangan maka penulis memberikan saran sebagai
berikut:
1. Diharapkan kepada pengusaha penambang
emas tersebut supaya melakukan
pengolahan atau pemurnian batuan atau
(Eichornia Crassipes) Pada Limbah
Cair PT. Siak Raya Timber. Pekanbaru:
Fakultas Perikanan Universitas Riau.
[]
Lutfiana, S, Boedi, H & Prijadi, S.
2014. “Kemampuan Eceng Gondok
(Eichornia sp.), Kangkung Air ( Ipomea
DAFTAR RUJUKAN sp.), dan Kayu Apu ( Pistia sp.) dalam
Menurunkan Bahan Organik Limbah
[1]
Surbakti, Nanta.2011. “Pertambangan Industri Tahu (Skala Laboratorium).
Tanpa Izin.” http: // nanta- “www.portalgaruda.org diakses 17
surbakti.blogspot.com, diakses 8 April 2018.
September 2018.
[8]
Mega, M, Ani,I & Farida, N.2015.
[3]
“Efektivitas Eceng Gondok Terhadap
Achmad, R.2004. Kimia Lingkungan. Penurunan Kadar COD dan BOD pada
Yogyakarta: ANDI Limbah Cair Industri Kembang Gula
[2]
Lunak.” www.portalgaruda.org,
Alfian, Z. 2006. “Merkuri: Antara diakses 17 April 2018.
Manfaat dan Efek Penggunaannya Bagi
Kesehatan Manusia dan Lingkungan.” [9 ]
Mochammad Aziz. 2014. “Model
http://library.usu.ac.id, diakses 8 Pertambangan Emas Rakyat dan
September 2018. Pengelolaan Lingkungan Tambang di
[3]
Wilayah Desa Paningkaban, Kecamatan
Chairul, I, Ardiansyah & Naisha, H. Gumelar, Kabupaten
2014. “Potensi Hayati Serap Purun Banyumas.”www.portalgaruda.org, di
Tikus ( Eleocharis Dulcis) dalam Proses akses 10 Desember 2017.
Adsorpsi Kandungan Logam Berat
Merkuri (Hg), TSS dan COD pada [10]
Narbuko, Cholid & dan Achmadi, Abu.
Limbah Cair Pertambangan Emas.” 2004. Metodologi penelitian. Jakarta:
www.portalgaruda.org di akses 10 Bumi Aksara.
Desember 2017.
[11]
[4]
Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan
Emi, E & Harjuna, M. 2017. “Pengaruh Udara. Yogyakarta: Konsius.
Kosentrasi Terhadap Fitoremidiasi
Limbah Zn Menggunakan Eceng [12]
Nurandani, H & Suparni, S. 2006. “
Gondok ( Eichornia Crassipes).” Fitoremediasi Phospat dengan
www.portalgaruda.org, diakses 17 Pemanfaatan Eceng Gondok (Eichornia
April 2018. Crassipes) Studi Kasus Pada Limbah
[5]
Cair Industri Kecil Laundry.”
Febrianingsi Aneta. 2013. “Pengaruh www.portalgaruda.org, diakses 17
Lama Waktu Kontak Eceng Gondok April 2018.
(Eichornia Crassipes) Terhadap
Penyerapan Logam Berat Merkuri [13]
Putri, I, Alexander, T & Ruslan, W.
(Hg).” www.portalgaruda.org, diakses 2017. “ Pengaruh Kerapatan Tanaman
10 Desember 2017. Eceng Gondok (Eichornia Crassipes)
[7]
Terhadap Penurunan Logam Chromium
Handoko. (2002). “Penurunan Pada Limbah Cair Penyamakan Kulit.”
Kosentrasi Fenol Dengan www.portalgaruda.org, diakses 10
Memanfaatkan Eceng Gondok Desember 2017.
[14]
Ridhowati,S. 2013. Mengenal
Pencemaran ragam logam. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
[5]
Ronald E. Walpole. (1992).”Pengantar
Statistika”. Jakarta: PT.Gramedia
Pustaka Utama.
[16]
Shelga, S, Ellyke & Khoiron.
2015.”Pemanfaatan Eceng Gondok
Terhadap Penurunan Kadar Merkuri
(Hg) Limbah Cair Pada Pertambangan
Emas Tanpa Izin
(PETI).”www.portalgaruda.org, di
akses 10 Desember 2017.
[4]
Sudjana. (2005). “Metode Statistika”.
Bandung: Tarsito.

[19]
Vinolia. 2016. “Menyelisik Tambang
Emas Ilegal di Solok Selatan.”
https://www.mongabay.co.id, diakses
diakses tanggal 10 Desember 2017.
[20]
Wahyuni, Ermita. 2016. ”Pengaruh
Kegiatan Penambangan Emas
Tradisional Terhadap Kualitas Air
Sungai Sangir (TSS, TDS, Mangan,
Besi, pH dan Merkuri) di Nagari X
Kabupaten Solok Selatan Tahun 2016.”
Strata Satu. UNP.
[[6 ]
Yani S. 2009. “Pemanfaatan Algae
Chlorella sp dan Eceng Gondok Untuk
Menurunkan Tembaga (Cu) Pada
Industri Pelapisan Logam.”
https://eprints.undip.ac.id, diakses 12
Desember 2018.

You might also like