You are on page 1of 13

Jurnal Media Analis Kesehatan ISSN : 2621-9557 (Print)

ISSN : 2087-1333 (Online)

AKTIVITAS PENGHARUM RUANGAN MENGANDUNG MINYAK SERAI DAPUR


TERHADAP PENURUNAN KOLONI BAKTERI Staphylococcus aureus DI
UDARA

Khoirun Nisyak1, Eviomitta Rizki Amanda2, Sifa Khadrotul Azizah3


1,2,3
STIKES Rumah Sakit Anwar Medika

Koresponden: nisachemist@gmail.com/085655099495

ABSTRACT

Microorganism in the air is the element of pollution that is the cause of symptoms of various
diseases. Microorganisms can be found in all places and survive in bad environmental
conditions. One of the pathogenic bacteria found in the air is Staphylococcus aureus. This
study aims to determine the effect of using air fresheners containing lemongrass essential oil
on the presence of S. aureus bacteria in the house. The rooms of the house that were taken from
the air samples included the kitchen, family room, and living room. The design used in this
research is the laboratory experiment by using the air capture method. The independent
variables observed included the frequency of spraying air freshener and the results were
compared with a disinfectant made of 2% sodium hypochlorite solution. The S. aureus bacteria
colonies obtained were in the form of golden yellow bacterial colonies, the surface was convex,
purple, and cocci-shaped, which indicated the Gram-positive bacteria group. Based on the
results of the study, it could be concluded that the use of air fresheners using the active
ingredient of lemongrass oil did not significantly affect the decrease in the number of S. aureus
bacteria colonies. However, the use of a disinfectant based on sodium hypochlorite solution as
a comparison with the spraying frequency three times had an effect on decreasing the number
of S.aureus bacteria colonies with the T-test results of sig value 0.007 (P <0.05).
Keywords: Air microorganism, fresheners, house, Lemongrass Oil, and Staphylococcus aureus

ABSTRAK

Mikroorganisme di udara merupakan unsur pencemaran yang menjadi penyebab gejala


berbagai penyakit. Mikroorganisme dapat ditemukan di semua tempat dan bertahan pada
kondisi lingkungan yang buruk. Salah satu bakteri patogen yang banyak ditemukan di udara
adalah Staphylococcus aureus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
penggunaan pengharum ruangan yang mengandung minyak atsiri serai dapur terhadap
keberadaan bakteri Staphylococcus aureus di rumah. Ruangan rumah yang diambil sampel
udaranya meliputi dapur, ruang keluarga, dan ruang tamu. Desain penelitian yang digunakan
adalah eksperimental laboratorium dengan menggunakan metode tangkap udara. Variabel
bebas yang diamati meliputi frekuensi penyemprotan pengharum ruangan dan dibandingkan
hasilnya dengan desinfektan yang terbuat dari larutan natrium hipoklorit 2%. Koloni bakteri S.
aureus yang didapatkan berwujud koloni bakteri berwarna kuning keemasan, permukaannya
berbentuk cembung, berwarna ungu, dan berbentuk kokus, dimana menunjukkan golongan
bakteri Gram positif. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan
pengharum ruangan menggunakan bahan aktif minyak serai dapur tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap penurunan jumlah koloni bakteri S. aureus. Namun penggunaan
desinfektan berbahan dasar larutan natrium hipoklorit sebagai pembanding dengan frekuensi

127
Vol. 11 No. 2, November 2020
DOI: https://doi.org/10.32382/mak.v11i2.1719
Jurnal Media Analis Kesehatan ISSN : 2621-9557 (Print)
ISSN : 2087-1333 (Online)

penyemprotan tiga kali berpengaruh terhadap penurunan jumlah koloni bakteri S. aureus
dengan hasil uji T nilai sig 0.007 (P<0.05).
Kata kunci: mikroorganisme udara, pengharum ruangan, rumah, minyak serai dapur, dan
Staphylococcus aureus
atsiri diketahui mampu menghambat
PENDAHULUAN pertumbuhan bakteri dengan cara
Keberdaan mikroorganisme di udara mengganggu proses pembentukan
merupakan salah satu unsur pencemaran membran atau dinding sel bakteri
yang menjadi penyebab gejala berbagai (Solórzano-Santos and Miranda-Novales,
penyakit. Pertumbuhan bakteri di tempat 2012). Salah satu cara untuk mengurangi
umum atau ruang publik dipengaruhi oleh penyebaran bakteri patogen dalam udara
sistem ventilasi, kelembapan udara, aliran dapat dilakukan dengan penyemprotan
udara, jenis mikroorganisme, partikel debu, pengharum ruangan yang mengandung
dan temperatur. Pada temperatur optimum minyak atsiri sebagai antibakteri di udara.
pertumbuhan bakteri sangat tinggi karena Pengharum ruangan dipercaya dapat
akan menginaktifasi sistem enzimatik membunuh mikroorganisme sekaligus
dalam sel bakteri (Huang, 2017). menghilangkan sumber bau. Penggunaan
Keberadaan mikroorganisme dalam suatu pengharum ruangan sebagai bahan
ruangan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antibakteri dapat menyebabkan penurunan
antara lain padatnya orang dan kegiatan aktivitas antibakteri serta lebih mudah
orang yang menempati ruangan (Astriani et dilakukan, lebih praktis, dan biayanya lebih
al., 2012). Salah satu bakteri patogen yang hemat (Filiptsova et al., 2017). Minyak
terdapat di udara adalah Staphylococcus atsiri yang digunakan dalam penelitian ini
aureus. Keberadaan bakteri S. aureus di adalah minyak serai dapur yang diisolasi
udara sebagai indikator tercemarnya dari tanaman serai dapur (Cymbopogon
makanan yang dipengaruhi oleh tidak citratus) dengan metode distilasi uap.
terjaganya kebersihan, dan udara ruangan Minyak serai dapur mempunyai komponen
yang lembab (Horváth et al., 2016). penyusun utama yaitu geranial (sitral α)
Kontaminasi bakteri S. aureus dapat sebesar 42,11%, neral (sitral β) sebesar
menyebabkan sejumlah infeksi seperti 34,78%, dan mirsen sebesar 13,71%
alergi, radang tenggorokan, asma, dan (Venzon et al., 2018). Mekanisme kerja
infeksi nosokomial (Sharma et al., 2017). minyak serai dapur sebagai antibakteri
Dua dari empat isolate koloni bakteri udara untuk menghambat pertumbuhan bakteri
merupakan bakteri S. aureus dengan warna adalah membentuk senyawa komplek
koloni berwarna krem dan bentuk koloni dengan protein ekstraseluler yang terlarut
bulat (Todar, 2008). Hasil pengujian sehingga dapat merusak membran sel
biokimia dan pewarnaan gram menunjukan bakteri (Zhang et al., 2017). Berdasarkan
bakteri gram positif S. aureus dengan penelitian yang dilakukan Nisyak (2018)
bentuk koloni coccus berwarna ungu dan terkait aktivitas antibakteri minyak serai
hasil uji biokimia meliputi uji indol positif, dapur pada bakteri Staphylococcus aureus
uji sukrosa positif, uji glukosa positif, uji menggunakan diffuser menunjukkan
laktosa positif, dan uji katalase positif. penurunan jumlah koloni S. aureus setelah
Upaya mengurangi perkembangan penggunaan minyak atsiri dalam jangka
bakteri patogen dan mengurangi besarnya waktu 48 jam. Berdasarkan hasil tersebut
kasus infeksi akibat bakteri patogen maka dapat disimpulkan bahwa minyak serai
dapat digunakan bahan antibakteri. Salah dapur memiliki kemampuan untuk
satu bahan antibakteri yang dapat menekan pertumbuhan bakteri S. aureus di
digunakan adalah minyak atsiri. Minyak udara. Tujuan penelitian ini adalah untuk

128
Vol. 11 No. 2, November 2020
DOI: https://doi.org/10.32382/mak.v11i2.1719
Jurnal Media Analis Kesehatan ISSN : 2621-9557 (Print)
ISSN : 2087-1333 (Online)

mengetahui efektivitas penggunaan jam didalam inkubator pada temperatur 37


pengharum ruangan yang mengandung °C. Pada tahap selanjutnya dilakukan uji
minyak serai dapur terhadap keberadaan kuantitatif dengan menghitung koloni
koloni bakteri S. aureus di rumah. menggunakan colony counter.
Berdasarkan studi literatur dan uji Koloni diambil untuk dilakukan uji
pendahuluan, hipotesis dari penelitian ini kualitatif dengan metode pewarnaan Gram
adalah minyak serai dapur yang dengan menginokulasikan bakteri ke kaca
diaplikasikan sebagai pengharum ruangan objek dengan menambahkan kristal violet
dapat menekan jumlah koloni bakteri S. dan diamkan selama dua menit, lalu dibilas
aureus di udara kawasan rumah. dengan air mengalir. Tahap selanjutnya
ditambahkan larutan lugol, didiamkan
METODE selama dua menit, dan dibilas dengan air
Desain, tempat, dan waktu mengalir. Kemudian sediaan dibilas dengan
Desain penelitian yang digunakan alkohol selama 10-20 detik dan dibilas
Eksperimental laboratorium. Penelitian dengan air mengalir. Tahap terakhir
dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi dilakukan penambahan safranin dan
STIKES Rumah Sakit Anwar Medika dibiarkan selama satu menit lalu dibilas
untuk identifikasi kualitatif dan kuantitatif dengan air mengalir. Kaca objek yang
bakteri S. aureus dan rumah peneliti sudah siap diidentifikasi dengan mikroskop
sebagai tempat pengambilan sampel perbesaran rendah. Perbesaran dilakukan
mikroorganisme udara. Penelitian ini secara bertahap hingga didapatkan bentuk
dilakukan dalam jangka waktu 5 bulan coccus berwarna ungu (Gram positif).
yakni bulan April - Agustus tahun 2020 Identifikasi selanjutnya adalah uji
Bahan dan alat katalase dilakukan dengan mengambil
Bahan yang digunakan dalam sedikit koloni dari media MSA dan koloni
penelitian antara lain adalah media diletakkan pada objek glass yang telah
Manittol Salt Agar (MSA), media Eosin ditetesi H2O2. Hasil positif ditandai dengan
Methylene Blue Agar (EMB), media adanya gelembung udara. Identifikasi
Nutrient Agar (NA), aquades, pemutih terakhir yaitu uji koagulase dengan plasma
pakaian dengan kandungan NaClO sebesar sitrat, dimana diteteskan plasma sitrat dan
5%, minyak serai dapur, dan baking soda. natrium sitrat 0,9% ke objek glass masing-
Peralatan yang digunakan meliputi cawan masing satu tetes, kemudian diambil koloni
petri, labu ukur, pipet tetes, neraca analitik, yang tumbuh pada media MSA dengan
colony counter, bak pewarnaan gram, dan jarum ose dan lakukan homogenisasi. Hasil
inkubator. dari uji koagulase dapat dilihat ada tidaknya
Identifikasi awal bakteri S. aureus di gumpalan, dimana hasil positif koagulase
ruangan rumah ditandai tidak adanya gumpalan
Identifikasi awal jumlah koloni menandakan bakteri yang diuji positif
bakteri S. aureus dalam rumah dilakukan Staphylococcus aureus. Hasil uji kuantitatif
dengan metode tangkap udara (Astriani et dan kualitatif digunakan sebagai dasar
al., 2012). Cawan Petri yang berisi 15 mL kondisi awal penyebaran mikroba dalam
media Manitol Salt Agar (MSA) digunakan udara rumah.
sebagai media selektif untuk Pembuatan Pengharum Ruangan
menumbuhkan bakteri S. aureus. Cawan Minyak Serai Dapur
petri yang berisi media MSA diletakkan di Pengharum ruangan dibuat dengan
sudut ruang dengan kondisi terbuka selama konsentrasi 2,5%, dimana 6,25 mL minyak
15-30 menit. Cawan Petri tersebut serai dapur dengan 10 gram baking soda
kemudian ditutup dan diinkubasi selama 24 dicampurkan dalam gelas piala.

129
Vol. 11 No. 2, November 2020
DOI: https://doi.org/10.32382/mak.v11i2.1719
Jurnal Media Analis Kesehatan ISSN : 2621-9557 (Print)
ISSN : 2087-1333 (Online)

Selanjutnya campuran tersebut dimasukkan HASIL


ke dalam botol spray berwarna gelap. Identifikasi koloni S. aureus di ruangan
Sebanyak 250 mL aquades ditambahkan rumah
kedalam botol spray dan dihomogenkan. Identifikasi awal jumlah koloni S.
Pengharum ruangan tersebut siap aureus dalam ruangan rumah dilakukan
digunakan untuk penelitian. pada lima ruangan dalam rumah yaitu
Pembuatan Desinfektan berbahan dapur, ruang keluarga, dan ruang tamu,
pemutih pakaian teras, dan kamar mandi. Berdasarkan hasil
Sebanyak 20 mL pemutih pakaian pengamatan menunjukkan bahwa koloni
dengan kadar hipokolorit 5,25% mikroorganisme pada udara ruang
dicampurkan dengan 1 L aquades berbentuk bulat, berwarna putih
kemudian dihomogenkan. Campuran kekuningan, permukaan cembung dan
tersebut dimasukkan ke botol semprot. dapat mengubah warna media MSA. Hal ini
Uji antibakteri pengharum ruangan menunjukkan bakteri tersebut mampu
minyak serai dapur dan desinfektan memfermentasi manitol, karena adanya
Bahan aktif yang digunakan sebagai fenol acid pada media MSA sehingga
antibakteri meliputi minyak serai dapur dan bakteri mampu merubah warna merah pada
desinfektan. Metode analisa bakteri S. media menjadi kuning sedangkan jika hasil
aureus yang ada dalam ruangan dilakukan negatif maka tidak ada perubahan warna
dengan metode tangkap udara (Toelle dan Lenda, 2014).
menggunakan prosedur yang sama dengan Tahap selanjutnya dilakukan uji
identifikasi awal mikroba dalam ruang kuantitatif dengan menghitung koloni yang
rumah. Penyemprotan pengharum ruangan tumbuh dan sesuai ciri morfologi bakteri S.
minyak serai dapur dan desinfektan aureus menggunakan colony counter.
dilakukan variasi frekuesi Berdasarkan lima sampel ruangan yang
penyemprotannya dalam jangka waktu 24 diidentifikasi hanya terdapat tiga sampel
jam. Frekuesi penyemprotannya sebanyak yang digunakan penelitian karena kamar
satu kali, dua kali, dan tiga kali. mandi tidak terdapat pertumbuhan koloni
Pengolahan dan Analisa Data dan teras menjadi tempat yang jarang
Data yang didapatkan dari digunakan. Data perhitungan jumlah koloni
penelitian meliputi data penurunan jumlah bakteri S. aureus disajikan pada Tabel 1.
koloni S.aureus dihubungkan dengan Pada Tabel 1 menunjukkan bahwa ruangan
waktu dan durasi penyemprotan, yang paling banyak jumlah koloni S. aureus
didapatkan data kualitatif dan kuantitatif adalah dapur. Pada penelitian ruangan yang
berupa jumlah koloni bakteri S. aureus. difokuskan untuk pengambilan sampel
Data yang diperoleh dianalisa dengan udara adalah dapur, ruang tamu, dan ruang
metode regresi berganda menggunakan keluarga.
bantuan perangkat lunak SPSS dengan Identifikasi mikroorganisme secara
menghitung uji F dan Uji T. Uji F historis didasarkan pada beberapa karakter
digunakan untuk mengetahui pengaruh termasuk ciri morfologi dan berbagai reaksi
semua variabel bebas secara bersama-sama biokimia. Untuk mengetahui golongan
terhadap variabel terikat. Sedangkan uji T bakteri tersebut maka harus melakukan
digunakan untuk mengetahui masing- pewarnaan Gram dan pengamatan bentuk
masing variabel bebas terhadap variabel pada koloni secara mikroskopis. Hasil
terikat. sampel pewarnaan gram yang termasuk
dalam bakteri S. aureus diamati di bawah
mikroskop menunjukkan hasil bentuk
coccus dan tergolong Gram positif yang

130
Vol. 11 No. 2, November 2020
DOI: https://doi.org/10.32382/mak.v11i2.1719
Jurnal Media Analis Kesehatan ISSN : 2621-9557 (Print)
ISSN : 2087-1333 (Online)

berwarna ungu, ditunjukkan pada Gambar presipitat granular (Delfira dkk., 2020).
2. Hal ini menunjukkan bahwa bakteri Hasil penelitian dari tiga sampel di media
tersebut tergolong kedalam bakteri Gram MSA menunjukan hasil positif ditandai
positif karena bakteri Gram positif dapat adanya gumpalan. Fungsi uji koagulase
menyerap zat warna kristal violet yang untuk membedakan S. aureus dengan
berwarna ungu. spesies Staphylococus yang lainnya. Uji
Pada penelitian ini ditemukan koagulase bertujuan untuk mengetahui
bakteri berbentuk bulat yang berarti kemampuan bakteri menghasilkan enzim
termasuk ke dalam bakteri golongan kokus. koagulase. Koagulase merupakan protein
Hasil ini sesuai dengan pernyataan ekstraseluler yang dihasilkan oleh S. aureus
Bhattacharjee et al., (2010), yang yang dapat menggumpalkan plasma dengan
menyatakan bahwa bakteri S.aureus bantuan faktor yang terdapat dalam serum.
merupakan golongan bakteri Gram positif Faktor serum bereaksi dengan koagulase
berbentuk kokus yang tersusun seperti untuk membentuk esterase, aktivasi
anggur. Bakteri Gram positif berbentuk penggumpalan, dan mengaktivasi
kokus dimungkinkan bakteri golongan protombin menjadi trombin. Trombin akan
Staphylococcus atau Streptococcus. Maka membentuk fibrin yang berpengaruh
untuk mengetahui secara pasti bakteri terhadap terjadinya penggumpalan plasma.
termasuk kedalam golongan spesies bakteri Kemampuan menggumpalkan plasma
tersebut dilakukan uji katalase. Hasil uji merupakan salah satu faktor verulensi dalan
mikroskopis ditunjukkan pada Gambar 1. potogenesis S. aureus (Ote et al., 2011).
Hasil penelitian dari uji katalase Hasil uji koagulase ditunjukkan pada
menunjukkan terbentuknya gelembung Gambar 3.
udara. Uji katalase berguna dalam Aktivitas Pengharum Ruangan Minyak
mengidentifikasi kelompok bakteri Serai Dapur terhadap Koloni Bakteri S.
tertentu. Uji katalase pada bakteri bentuk aureus
kokus digunakan untuk membedakan Pembuatan pengharum ruangan
Staphylococcus dan Streptococcus. dibuat dengan konsentrasi 2,5% minyak
Kelompok Streptococcus memberi reaksi serai dapur. Penambahan baking soda
negatif pada uji katalase, sedangkan dalam pengharum ruangan berfungsi
Staphylococcus memberikan reaksi positif sebagai penyerap bau tidak sedap di udara
(Wongsariya et al., 2014). Katalase dan untuk menyegarkan udara (Faidliyah,
merupakan enzim yang mengkatalisa 2017). Minyak serai dapur memiliki
penguraian hidrogen peroksida menjadi aktivitas antimikroba. Efektifitas dari
H2O dan O2. Hidrogen peroksida bersifat minyak atsiri serai dapur dipengaruhi oleh
toksik terhadap sel karena bahan ini kompisisi senyawa yang terkandung.
menginaktifkan enzim dalam sel. Hidrogen Kandungan senyawa kimia dari minyak
peroksida terbentuk sewaktu metabolisme serai dapur meliputi senyawa geranial,
aerob, sehingga mikroorganisme yang neral dan mirsen yang termasuk dalam
tumbuh dalam lingkungan aerob pasti golongan senyawa aldehid yang memiliki
menguraikan bahan tersebut. Hasil uji gugus fungsional karbonil yang terikat pada
katalase ditunjukkan pada Gambar 2. rantai karbon di satu sisi dan atom hidrogen
Uji lanjutan selanjutnya adalah uji di sisi yang lain (Sritabutra and Soonwera,
koagulase dengan cara meneteskan darah 2013). Sitral adalah nama diberikan untuk
manusia ke plat tetes, diambil suspensi campuran bahan isomer dari neral dan
bakteri lalu kedua suspensi dicampur dan geranial (Gambar 4). Efek antimikroba dari
dihomogenkan. Reaksi positif terjadi sitral cukup baik, tetapi mekanisme
apabila dalam waktu 2-3 menit terbentuk

131
Vol. 11 No. 2, November 2020
DOI: https://doi.org/10.32382/mak.v11i2.1719
Jurnal Media Analis Kesehatan ISSN : 2621-9557 (Print)
ISSN : 2087-1333 (Online)

hambatan pertumbuhan tidak sepenuhnya tidak bepengaruh signifikasi terhadap


dipahami (Oladeji et al., 2019). jumlah koloni.
Hasil pengamatan jumlah koloni Aktivitas desinfektan terhadap
dengan perlakuan penyemprotan penurunan koloni bakteri
pengharum ruangan berbahan aktif minyak Staphylococcus aureus
serai dapur dapat dilihat pada Tabel 2. Pada penelitian menggunakan
Analisis data menggunakan perangkat desinfektan dari pemutih pakaian yang
lunak SPPS disajikan pada Tabel 3, dimana mengandung senyawa natrium hipoklorit
uji T diatas tidak bekerja secara maksimal. sebagai kontrol positif. Desinfektan bersifat
Data diatas menunjukkan bahwa nilai Sig biodegradable, memiliki kemampuan
durasi penyemprotan sebesar 0.83 menghilangkan bau yang kurang sedap,
(P>0.05). Hipotesis ditolak artinya tidak meninggalkan noda, stabil, mudah
frekuensi penyemprotan tidak berpengaruh digunakan, dan ekonomis. Natrium
signifikasi terhadap jumlah koloni. hipoklorit jika dilarutkan dalam air
Sedangkan nilai Sig lama penyemprotan menimbulkan efek pemurnian permukaan,
sebesar 0.631 (P>0.05) maka hipotesis penghilang bau, dan desinfektan.
ditolak artinya lama penyemprotan tidak Hasil pengamatan jumlah koloni S.
berpengaruh signifikasi terhadap jumlah aureus dengan perlakuan desinfektan
koloni. Hasil uji F nilai sig sebesar 0.183 berbahan aktif minyak serai dapur pada
(P>0.05) artinya frekuensi penyemprotan ruang dapur dapat dilihat pada Tabel 4.
dan lama penyemprotan tidak berpengaruh Analisis data hasil penelitian menggunakan
tehadap jumlah koloni. perangkat lunak SPPS ditunjukkan pada
Pada ruang keluarga dilihat pada Tabel Tabel 5, dimana uji T diatas tidak bekerja
3 uji T data menunjukkan nilai sig durasi secara maksimal. Data diatas menunjukkan
penyemprotan sebesar 1000 (P>0.05). bahwa nilai Sig frekuensi penyemprotan
Hipotesis ditolak artinya frekuensi sebesar 0.011 (P>0.05). Hipotesis ditolak
penyemprotan tidak berpengaruh artinya frekuensi penyemprotan tidak
signifikasi terhadap jumlah koloni. berpengaruh signifikasi terhadap jumlah
Sedangkan nilai Sig lama penyemprotan koloni. Sedangkan nilai Sig lama
0.041 (P>0.05) maka hipotesis ditolak penyemprotan sebesar 0.271 (P>0.05)
artinya lama penyemprotan tidak maka hipotesis ditolak artinya lama
berpengaruh signifikasi terhadap jumlah penyemprotan tidak berpengaruh
koloni. Hasil uji F nilai sig 0.105(P>0.05) signifikasi terhadap jumlah koloni. Hasil uji
artinya frekuensi penyemprotan dan lama F nilai sig sebesar 0.024 (P>0.05) artinya
penyemprotan tidak berpengaruh tehadap frekuensi penyemprotan dan lama
jumlah koloni. penyemprotan tidak berpengaruh tehadap
Pada ruang tamu dapat dilihat pada jumlah koloni.
Tabel 3 uji T menunjukkan nilai Sig Pada ruang keluarga dilihat pada
frekuensi penyemprotan sebesar 0.688 Tabel 5 uji T data menunjukkan nilai sig
(P>0.05). Hipotesis ditolak artinya durasi Frekuensi penyemprotan sebesar 0.013
penyemprotan tidak berpengaruh (P>0.05). Hipotesis ditolak artinya durasi
signifikasi terhadap jumlah koloni. Nilai penyemprotan tidak berpengaruh
Sig lama penyemprotan 0.691 (P>0.05). signifikasi terhadap jumlah koloni.
Hipotesis ditolak artinya lama Sedangkan nilai Sig lama penyemprotan
penyemprotan tidak berpengaruh terhadap 0.107 (P>0.05) maka hipotesis ditolak
jumlah koloni. Hasil uji F menunjukkan artinya lama penyemprotan tidak
nilai Sig 0.843 (P>0.05) artinya frekuensi berpengaruh signifikasi terhadap jumlah
penyemprotan dan lama penyemprotan koloni. Hasil uji F nilai sig 0.21 (P>0.05)

132
Vol. 11 No. 2, November 2020
DOI: https://doi.org/10.32382/mak.v11i2.1719
Jurnal Media Analis Kesehatan ISSN : 2621-9557 (Print)
ISSN : 2087-1333 (Online)

artinya frekuensi penyemprotan dan lama dimiliki oleh kedua bakteri sangat berbeda.
penyemprotan tidak berpengaruh tehadap Struktur dinding sel bakteri gram positif
jumlah koloni. yang relatif lebih sederhana sehingga
Pada ruang tamu dapat dilihat pada memudahkan senyawa antibakteri masuk
Tabel 5 uji T menunjukkan nilai Sig ke dalam sel dan menemukan sasaran untuk
frekuensi penyemprotan sebesar 0.349 bekerja. Mekanisme kerja terpenoid
(P>0.05). Hipotesis ditolak artinya sebagai antibakteri melibaktan kerusakan
frekuensi penyemprotan tidak berpengaruh membran oleh senyawa lipofilik. Terpenoid
signifikasi terhadap jumlah koloni. Nilai dapat bereaksi dengan protein
Sig lama penyemprotan 0.007 (P<0.05). transmembran pada membran luar dinding
Hipotesis diterima artinya lama sel bakteri. Akibatnya sel bakteri
penyemprotan berpengaruh terhadap kekurangan nutrisi dan pertumbuhannya
penurunan jumlah koloni. Hasil uji F akan terhambat atau mati (Amalia dkk,
menunjukkan nilai Sig 0.017 (P>0.05) 2017).
artinya frekuensi penyemprotan dan lama Mekanisme antibakteri dari minyak
penyemprotan tidak bepengaruh signifikasi atsiri adalah mengubah permeabilitas
terhadap jumlah koloni. membran sel, menghilangkan ion-ion
dalam sel, menghalangi proton-pump, dan
PEMBAHASAN menurunkan produksi adenosin trifosfat
Berdasarkan Gambar 5 diketahui (ATP) merupakan mekanisme kerja minyak
bahwa hasil nilai rata-rata pada ketiga titik atsiri untuk membunuh bakteri. Mekanisme
penyemprotan, pada dapur frekuensi kerja minyak atsiri adalah dengan
penyemprotan 1 kali, 2 kali, dan 3 kali menghambat membran sel bakteri sehingga
mengalami penurunan. Pada ruang menyebabkan material sitoplasma
keluarga frekuensi penyemprotan 1 kali 2 menghilang. Minyak atsiri bersifat lipofilik
kali 3 kali mengalami penurunan. Pada yang dapat melewati dinding bakteri karena
ruang tamu durasi penyemprotan 1 kali 2 dinding bakteri terdiri meliputi
kali 3 kali jumlah koloni tidak mengalami polisakarida, asam lemak, dan fosfolipid.
perubahan Hal ini disebabkan karena Hal ini dapat mengakibatkan kerusakan
adanya faktor yang mempengaruhi yaitu dinding sel sehingga dapat membunuh
banyaknya aktivitas manusia, udara yang bakteri (Korenblum et al., 2013).
lembab, dan kurangnya menjaga Berdasarkan Gambar 6 diketahui
kebersihan. bahwa semakin meningkat frekuesi
Rahman (2014) melaporkan penyemprotan desinfektan pada area dapur
bioaktifitas minyak serai dapur terhadap dan ruang tengah, jumlah koloni bakteri S.
pertumbuhan bakteri S. aureus dan E. coli, aureus semakin meningkat. Sedangkan
diperoleh bahwa minyak atsiri tersebut pada ruang tamu terjadi penurunan jumlah
lebih efektif dalam menghambat koloni S. aureus. Hal tersebut menunjukkan
pertumbuhan bakteri Gram positif S. aureus desinfektan tidak bekerja secara maksimal.
bila dibandingkan dengan Gram negatif Faktor yang mempengaruhi meningkatnya
Escherichia coli. Efektivitas minyak serai jumlah koloni S. aureus yaitu kurangnya
dapur diperoleh pada konsentrasi 50% ventilasi di ruangan, kelembaban udara,
terhadap bakteri Escherichia coli dan S. aktivitas manusia, dan kurangnya menjaga
aureus. kebersihan.
Minyak serai dapur lebih efektif dalam Menurut penelitian Ghanem et al
menghambat pertumbuhan bakteri gram (2012) mekanisme kerja desinfektan dalm
positif dibandingkan gram negatif. Hal ini membunuh bakteri dengan mengubah
disebabkan kemampuan biologis yang permeabilitas membran sel bakteri.

133
Vol. 11 No. 2, November 2020
DOI: https://doi.org/10.32382/mak.v11i2.1719
Jurnal Media Analis Kesehatan ISSN : 2621-9557 (Print)
ISSN : 2087-1333 (Online)

membran sel berguna sebagai penghalang KESIMPULAN


selektif terhadap zat terlarut dan menahan Berdasarkan penelitian yang telah
zat yang tidak larut. Beberapa zat diangkut dilakukan dapat disimpulkan bahwa
secara aktif melalui membran, sehingga penggunaan pengharum ruangan minyak
konsentrasinya dalam sel tinggi. Zat-zat serai dapur dan desinfektan belum bekerja
yang terkonsentrasi pada permukaan sel maksimal terhadap penurunan jumlah
akan mengubah sifat-sifat fisiknya koloni bakteri S. aureus dalam udara di
sehingga membunuh dan menghambat sel. ruangan rumah. Namun penggunaan
Perubahan permeabilitas membran sel desinfektan dengan frekuensi
bakteri merupakan mekanisme kerja fenol, penyemprotan tiga kali berpengaruh
dan senyawa amonium kuartener. terhadap penurunan jumlah koloni bakteri
Terjadinya perubahan permeabilitas S. aureus dengan hasil uji T nilai sig 0.007
membran sel menyebabkan kebocoran (P<0.05).
kostituen sel yang esensial sehingga bakteri
mengalami kematian. Interkalasi dalam SARAN
asam deoksiribo nukleat (ADN) senyawa Berdasarkan hasil penelitian yang
turunan trifenilmetan seperti gentian violet diperoleh, penulis menyarankan
dan akridin seperti akriflavin bekerja penggunaan pengharum minyak serai dapur
sebagai antibakteri dengan mengikat secara sebagai antibakteri dibuat dengan
kuat asam nukleat. Ikatan ini akan konsentrasi lebih pekat dan frekuensi
menghambat sintesis ADN sehingga penyemprotan yang lebih banyak.
sintesis protein tidak terjadi.
Menurut penelitian Ningrum (2017) UCAPAN TERIMA KASIH
melaporkan bahwa ketika natrium Penulis mengucapkan terima kasih kepada
hipoklorit larut dalam air, dua zat akan akan STIKES Rumah Sakit Anwar Medika yang
terbentuk yaitu asam hipoklorit dan ion telah memberikan dukungan materi
hipoklorit. Asam hipoklorit terdegradasi terhadap kelancaran proses penelitian.
membentuk asam klorida dan oksigen.
Oksigen merupakan oksidator yang sangat DAFTAR PUSTAKA
kuat oleh karena itu natrium hipoklorit Astriani, N. K., Sunarni, T. and Rinanto, Y.
sering digunakan untuk membunuh bakteri. (2012) ‘Pengujian Resistensi
Larutan asam klorit mampu mengoksidasi Staphylococcus aureus Hasil Isolasi
dan menghidrolasi sel dan secara osmosis Udara Ruang Kelas Sekolah Dasar Di
mengalirkan air keluar dari sel akibat Surakarta terhadap Penisilin G ,
sifatnya yang hipertonis. Natrium Metisilin dan Vankomisin
hipoklorit mempunyai pH antara 11-12. Staphylococcus aureus Resistance
Berdasarkan penelitian yang telah Testing of Insulation Air in the
dilakukan hasil uji linear berganda Surakarta Elementary School
menggunakan uji T dan uji F. Uji T untuk Classroom t’, 9(1).
mengetahui pengaruh masing-masing Bhattacharjee, I., Chatterjee, S. K. and
variabel bebas terhadap variabel terikat. Chandra, G. (2010) ‘Isolation and
Berdasarkan uji tersebut pada identification of antibacterial
penyemprotan minyak serai dapur hipotesis components in seed extracts of
ditolak artinya variabel bebas dan variabel Argemone mexicana L.
terikat tidak berpengaruh signifikasi secara (Papaveraceae)’, Asian Pacific
bersama-sama terhadap jumlah koloni. Hal Journal of Tropical Medicine. Hainan
ini dikarenakan konsentrasi minyak serai Medical College, 3(7), pp. 547–551.
dapur yang digunakan terlalu kecil. doi: 10.1016/S1995-7645(10)60132-

134
Vol. 11 No. 2, November 2020
DOI: https://doi.org/10.32382/mak.v11i2.1719
Jurnal Media Analis Kesehatan ISSN : 2621-9557 (Print)
ISSN : 2087-1333 (Online)

0. yang Dilihat dari Mikroskop Elektron.


Filiptsova, O. V. et al. (2017) ‘The effect of Sumber Todar, 2008’.
the essential oils of lavender and Venzon, L. et al. (2018) ‘Essential oil of
rosemary on the human short-term Cymbopogon citratus (lemongrass)
memory’, Alexandria Journal of and geraniol, but not citral, promote
Medicine. Alexandria University gastric healing activity in mice’,
Faculty of Medicine, pp. 3–6. doi: Biomedicine and Pharmacotherapy.
10.1016/j.ajme.2017.05.004. Elsevier, 98(May 2016), pp. 118–124.
Horváth, G. et al. (2016) Natural doi: 10.1016/j.biopha.2017.12.020.
Substances from Higher Plants as Wongsariya, K. et al. (2014) ‘Synergistic
Potential Anti-MRSA Agents, Studies interaction and mode of action of
in Natural Products Chemistry. Citrus hystrix essential oil against
Elsevier B.V. doi: 10.1016/B978-0- bacteria causing periodontal diseases’,
444-63603-4.00003-6. Pharmaceutical Biology, 52(3), pp.
Huang, L. (2017) ‘Dynamic identification 273–280. doi:
of growth and survival kinetic 10.3109/13880209.2013.833948.
parameters of microorganisms in Zhang, Y. et al. (2017) ‘Antibacterial and
foods’, Current Opinion in Food antibiofilm activities of eugenol from
Science. Elsevier Ltd, 14, pp. 85–92. essential oil of Syzygium aromaticum
doi: 10.1016/j.cofs.2017.01.013. (L.) Merr. & L. M. Perry (clove) leaf
Oladeji, O. S. et al. (2019) ‘Phytochemistry against periodontal pathogen
and pharmacological activities of Porphyromonas gingivalis’, Microbial
Cymbopogon citratus: A review’, Pathogenesis. Elsevier Ltd,
Scientific African. Elsevier B.V., 6, p. 113(October), pp. 396–402. doi:
e00137. doi: 10.1016/j.micpath.2017.10.054.
10.1016/j.sciaf.2019.e00137.
Sharma, G. et al. (2017) ‘Inhibitory effect
of cinnamaldehyde alone and in
combination with thymol, eugenol and
thymoquinone against Staphylococcus
epidermidis’, Journal of Herbal
Medicine. Elsevier GmbH., 9, pp. 68–
73. doi:
10.1016/j.hermed.2016.11.001.
Solórzano-Santos, F. and Miranda-
Novales, M. G. (2012) ‘Essential oils
from aromatic herbs as antimicrobial
agents’, Current Opinion in
Biotechnology, 23(2), pp. 136–141.
doi: 10.1016/j.copbio.2011.08.005.
Sritabutra, D. and Soonwera, M. (2013)
‘Repellent activity of herbal essential
oils against Aedes aegypti (Linn.) and
Culex quinquefasciatus (Say.)’, Asian
Pacific Journal of Tropical Disease,
3(4), pp. 271–276. doi:
10.1016/S2222-1808(13)60069-9.
Todar, S. (2008) ‘Staphylococcus aureus

135
Vol. 11 No. 2, November 2020
DOI: https://doi.org/10.32382/mak.v11i2.1719
Jurnal Media Analis Kesehatan ISSN : 2621-9557 (Print)
ISSN : 2087-1333 (Online)

Gambar 1. Pengamatan makroskopis koloni bakteri S. aureus

Gambar 2. Hasil uji katalase isolat koloni bakteri S. aureus yang terdapat dalam udara
rumah (a) dapur (b) ruang keluarga (c) ruang tamu

Gambar 3. Hasil uji koagulase isolat koloni bakteri S. aureus yang terdapat dalam udara
rumah (a) dapur (b) ruang keluarga (c) ruang tamu

136
Vol. 11 No. 2, November 2020
DOI: https://doi.org/10.32382/mak.v11i2.1719
Jurnal Media Analis Kesehatan ISSN : 2621-9557 (Print)
ISSN : 2087-1333 (Online)

Gambar 4. Struktur senyawa sitral dalam minyak serai dapur

7
6
5
Jumlah koloni

4
dapur
3
ruang tengah
2
ruang tamu
1
0
1 kali 2 kali 3 kali
Frekuensi penyemprotan

Gambar 5. Aktivitas pengharum ruangan minyak serai dapur terhadap kolono bakteri S.
aureus di udara

6
5
Jumlah koloni

4
3 dapur
2 ruang tengah
1 ruang tamu
0
1 kali 2 kali 3 kali
Frekuensi penyemprotan

Gambar 6. Aktivitas desinfektan terhadap koloni bakteri S. aureus di udara

137
Vol. 11 No. 2, November 2020
DOI: https://doi.org/10.32382/mak.v11i2.1719
Jurnal Media Analis Kesehatan ISSN : 2621-9557 (Print)
ISSN : 2087-1333 (Online)

Tabel 1. Jumlah koloni bakteri S.aureus pada ruangan di rumah

No Ruangan Jumlah Koloni


1 Dapur 13
2 Ruang keluarga 6
3 Ruang tamu 8
4 Kamar mandi 0
5 Teras 3

Tabel 2. Aktivitas Pengharum Ruangan Minyak Serai Dapur terhadap Koloni Bakteri S.
aureus di udara

Titik Frekuensi Luas Kontrol Rata- Penurunan


penyemprotan penyemprotan ruangan (-) rata (%)
(m2)
Dapur 15 m2 15 6 60
Ruang 1x 20 m2 9 5 44
keluarga
Ruang tamu 12 m2 3 3 0
2
Dapur 15 m 15 6 60
Ruang 2x 20 m2 9 3 67
keluarga
Ruang tamu 12 m2 3 3 0
2
Dapur 15 m 15 3 80
Ruang 3x 20 m2 9 3 67
keluarga
Ruang Tamu 12 m2 3 3 0

Tabel 3. Data uji T dan uji F Aktivitas Pengharum Ruangan Minyak Serai Dapur
terhadap Koloni Bakteri S. aureus di udara

Data Uji T dan Uji F


Titik Variabel bebas T F Nilai Sig
penyemprotan
Frekuensi 0.083 >0.05
Dapur penyemprotan 0.183
Lama penyemprotan 0.631 >0.05
Frekuensi 1000 >0.05
Ruang keluarga penyemprotan 0.105
Lama penyemprotan 0.041 >0.05
Frekuensi 0.688 >0.05
Ruang tamu penyemprotan 0.843
Lama penyemprotan 0.691 >0.05

138
Vol. 11 No. 2, November 2020
DOI: https://doi.org/10.32382/mak.v11i2.1719
Jurnal Media Analis Kesehatan ISSN : 2621-9557 (Print)
ISSN : 2087-1333 (Online)

Tabel 4. Aktivitas Desinfektan terhadap Koloni Bakteri S. aureus di udara

Titik Frekuensi Luas Kontrol Rata- Penurunan


penyemprotan penyemprotan ruangan (-) rata (%)
(m2)
Dapur 15 m2 13 1 92.31
Ruang keluarga 1x 20 m2 6 1 83.33
Ruang tamu 12 m2 8 3 62.50
Dapur 15 m2 13 3 76.92
Ruang keluarga 2x 20 m2 6 4 33.33
Ruang tamu 12 m2 8 1 87.50
Dapur 15 m2 13 5 61.54
Ruang keluarga 3x 20 m2 6 5 16.67
Ruang Tamu 12 m2 8 3 62.50

Tabel 5. Data uji T dan uji F Aktivitas desinfektan terhadap Koloni Bakteri S. aureus di
udara

Uji T dan Uji F


Titik Variabel bebas T F Nilai Sig
penyemprotan
Dapur Frekuensi 0.11 >0.05
penyemprotan 0.024
Lama penyemprotan 0.271 >0.05
Ruang keluarga Frekuensi 0.013 >0.05
penyemprotan 0.21
Lama penyemprotan 0.107 >0.05
Ruang tamu Frekuensi 0.349 >0.05
penyemprotan 0.017
Lama penyemprotan 0.007 <0.05

139
Vol. 11 No. 2, November 2020
DOI: https://doi.org/10.32382/mak.v11i2.1719

You might also like