Professional Documents
Culture Documents
Article history Work fatigue is an important problem that needs to be resolved because can cause work
accidents and can have an impact on workers' health. Based on the result of interviews in
Received date early 2020, there was one worker who was unconscious due to work fatigue where a
10 August 2020 similar case had never happened before in the last 5 years. Workers complain of feeling
dizzy, tired all over, fever, frequent drowsiness, trembling, feeling heavy in the head, and
Revised date feeling thirsty while working. The purpose of this study was to identify the factors
01 Sept 2020 associated with work fatigue at PT. Indonesia Power Unit Pembangkitan dan Jasa
15 Sept 2020 Pembangkitan (UPJP) Priok. This research was a quantitative-analytic study with a cross-
sectional design. The population of this research was 81 workers consisting of 11 workers
Accepted date in the main workshop and 70 workers in the mechanical part. The sample of this research
16 Sept 2020 was 40 workers in the main workshop and mechanics section which were obtained by a
purposive sampling technique. The results show that 57,5% of workers have experienced
a high category of work fatigue. Statistical analysis shows that nutritional status (p-
Keywords: value=0,034) and sleep quality (p-value=0,028) were related to work fatigue, while the
length of work (p-value=0,299), workload (p-value=0,100) and age (p-value=1,000) were
Main workshop; not related to work fatigue. Therefore, workers were suggested to consume foods with
Mechanics; high carbohydrate content, adequate-protein, calorie intake, and vitamins, as well as
Work fatigue. regulating duration and hours of sleep following the Ministry of Health's standards,
namely 7-8 hours per day for adults (ages 18-40 year).
Kata kunci: Kelelahan kerja merupakan masalah penting yang perlu ditanggulangi karena dapat
menyebabkan kecelakaan kerja dan dapat berdampak pada kesehatan pekerja.
Bengkel utama; Berdasarkan hasil wawancara pada awal tahun 2020, terdapat satu pekerja yang tidak
Mekanik; sadarkan diri akibat kelelahan kerja dimana kasus serupa belum pernah terjadi
Kelelahan kerja. sebelumnya dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. Pekerja mengeluh merasa pening, lelah
seluruh tubuh, demam, sering mengantuk, gemetar, merasa berat di kepala, dan merasa
haus saat bekerja. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang
berhubungan dengan kelelahan kerja di PT. Indonesia Power Unit Pembangkitan dan Jasa
Pembangkitan (UPJP) Priok. Penelitian bersifat analitik kuantitatif dengan desain
penelitian cross-sectional. Populasi penelitian berjumlah 81 orang, yang terdiri dari 11
orang pekerja bagian bengkel utama dan 70 orang pekerja bagian mekanik. Sampel
penelitian berjumlah 40 pekerja yang diperoleh dengan teknik purposive sampling. Hasil
penelitian menunjukan sebanyak 57,5% pekerja mengalami kelelahan kerja kategori
tinggi. Hasil analisis statistik menunjukan status gizi (p-value=0,034) dan kualitas tidur
(p-value=0,028) memiliki hubungan dengan kelelahan kerja, sedangkan masa kerja (p-
value=0,299), beban kerja (p-value=0,100), dan usia (p-value=1,000) tidak memiliki
hubungan dengan kelelahan kerja. Oleh karena itu, peneliti menyarankan pekerja untuk
mengonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat tinggi, protein, asupan kalori, dan
vitamin yang cukup, serta mengatur jam dan durasi tidur sesuai dengan standar kemenkes
yaitu 7-8 jam setiap hari untuk orang dewasa (usia 18-40 tahun).
Corresponding Author:
265
266 Jurnal Kesehatan, Volume 11, Nomor 2, Tahun 2020, hlm 265-271
Berdasarkan tabel 1, dapat dilihat dari 40 sejumlah 26 pekerja dari totalnya 40 memiliki
pekerja diperoleh 23 pekerja dengan persentase beban kerja yang sangat tinggi dengan persentase
sebesar 57,5% mengalami kelelahan kerja sebesar 65%. Tabel di atas menjelaskan sebanyak
kategori tinggi. Pada tabel 2 terlihat bahwa gejala 22 pekerja (55%) berusia <26 tahun. Rata-rata
kelelahan kerja yang paling sering dialami pekerja di UPJP Priok termasuk dalam kategori
pekerja yaitu frekuensi minum meningkat dengan keadaan gizi normal yaitu sebanyak 17 pekerja
total score 132, dan sulit bernapas merupakan (42,5%) dan hanya 7 pekerja (17,5%) yang
gejala kelelahan kerja yang jarang dirasakan oleh keadaan gizinya kurus. Jumlah pekerja yang
pekerja dengan total score yakni 66. memiliki kualitas tidur yang buruk lebih banyak
Pada tabel 3 tampak 26 pekerja dengan dari pekerja dengan kualitas tidur yang baik
persentase 65% telah bekerja selama <4,5 tahun yakni ada 21 pekerja (52,5%).
di PT. Indonesia Power UPJP Priok, dan
Tabel 4. Analisis Hubungan antara Faktor Pekerjaan (Masa Kerja dan Beban Kerja) dengan
Kelelahan Kerja
Kelelahan Kerja
Variabel Tinggi Sedang Total p-value OR 95% CI
n % n % n %
Masa Kerja
> 4,5 tahun 6 42,9 8 57,1 14 100 0,40
0,299
< 4,5 tahun 17 65,4 9 34,6 26 100 (0,10-1,50)
Beban Kerja
Sangat tinggi 12 46,2 14 53,8 26 100 0,23
0,100
Tinggi 11 78,6 3 21,4 14 100 (0,05-1,04)
Dari analisis tabel 4 dapat disimpulkan ada mengeluh mengalami kelelahan kerja kategori
17 pekerja (65,4%) dari 26 pekerja yang sudah tinggi, dan sebanyak 12 pekerja (46,2%) yang
bekerja selama <4,5 tahun di PT. Indonesia beban kerjanya sangat tinggi merasakan
Power UPJP Priok merasakan kelelahan tinggi, kelelahan tingkat tinggi juga. Nilai p untuk
dan 6 pekerja (42,9%) yang telah bekerja selama variabel beban kerja senilai 0,100 dan 0,299
>4,5 tahun juga mengalami kelelahan kerja untuk variabel masa kerja, sehingga Ho diterima
tinggi. Hasil analisis tabel 4 sejumlah 11 pekerja yang artinya tidak ada asosiasi antara beban kerja
(78,6%) dengan beban kerja yang tinggi dan masa kerja dengan kelelahan kerja.
Tabel 5. Analisis Hubungan antara Faktor Individu Pekerja (Usia, Status Gizi, dan Kualitas
Tidur) dengan Kelelahan Kerja
Kelelahan Kerja
Variabel Tinggi Sedang Total p-value OR 95% CI
n % n % n %
Usia
> 26 tahun 10 55,6 8 44,4 18 100 0,86
1,000
< 26 tahun 13 59,1 9 40,9 22 100 (0,25-3,05)
Status Gizi
Tidak Normal 17 73,9 6 26,1 23 100 5,19
0,034
Normal 6 35,3 11 64,7 17 100 (1,33-20,28)
Kualitas Tidur
Buruk 16 76,2 5 23,8 21 100 5,49
0,028
Baik 7 36,8 12 63,2 19 100 (1,39-21,59)
Tabel 5 memaparkan dari total 22 pekerja sebanyak 6 pekerja (35,3%) yang berstatus gizi
yang berusia <26 tahun ditemukan 13 pekerja normal juga menderita kelelahan kerja kategori
(59,1%) yang mengalami kelelahan tinggi, dan tinggi. Dari 21 pekerja yang memiliki kualitas
dari 18 pekerja yang berusia >26 tahun ada 10 tidur yang buruk terlihat 16 pekerja (76,2%)
pekerja (55,6%) yang juga mengalami kelelahan mengalami kelelahan kategori tinggi, dan dari
kerja tinggi. Berdasarkan tabel 5, didapatkan dari total 19 pekerja yang kualitas tidurnya baik juga
semua pekerja dengan jumlah 23 orang yang ada 7 pekerja (36,8%) yang mengalami kelelahan
berstatus gizi tidak normal ada 17 pekerja tingkat tinggi.
(73,9%) yang menderita kelelahan tinggi, dan
Safira, Kelelahan Kerja pada Pekerja di PT. Indonesia Power Unit Pembangkitan dan Jasa … 269
Hasil uji statistik didapatkan nilai p- kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja bagian
value=1,000 untuk vaiabel usia, artinya tidak ada cetak pabrik pengecoran.
korelasi antara usia dengan kelelahan kerja. Nilai Pada penelitian ini walaupun beban kerja
p-value untuk variabel status gizi sebesar 0,034 tidak berhubungan dengan kelelahan kerja akan
dan untuk variabel kualitas tidur sebesar 0,028 tetapi sebagian besar pekerja memiliki beban
yang artinya ada asosiasi antara status gizi dan kerja yang berat sehingga tidak menutup
kualitas tidur dengan kelelahan kerja. kemungkinan pekerja mengalami risiko penyakit
tertentu (Asriyani, Karimuna and Jufri, 2017).
Selain itu masih banyak faktor lain yang dapat
PEMBAHASAN menentukan besarnya beban kerja yang diterima
oleh pekerja seperti lingkungan fisik, dan
Hubungan Masa Kerja dengan Kelelahan psikologis yang akan berpengaruh terhadap
Kerja kinerja individu, dimana bila beban kerja yang
dipikul terlalu berat dapat memicu terjadinya
Hasil analisis chi-square diperoleh nilai p- kelelahan baik mental maupun fisik dan reaksi
value sebesar 0,299 yang artinya masa kerja tidak emosional seperti mudah marah (Ekawati,
berhubungan dengan kelelahan kerja. Hasil Rahmawati and Wijaningsih, 2016).
tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Wahyuni, dan Indriyani (2019) dengan nilai Hubungan Usia dengan Kelelahan Kerja
p-value sebesar 1,000 yang artinya tidak ada
hubungan antara masa kerja dengan kelelahan Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh
kerja. Hasil tersebut bertolak belakang dengan nilai p-value=1,000 yang diartikan usia tidak
penelitian Asriyani, Karimuna, dan Jufri (2017) memiliki hubungan dengan kelelahan kerja. Hasil
dimana 19 pekerja (63,3%) dengan masa kerja >1 uji statistik tersebut sejalan dengan penelitian
tahun mengalami kelelahan kerja berat dan Ferusgel (2017) yang mendapat p-value 0,625,
memproleh nilai p-value sebesar 0,01 yang karena rata-rata usia pekerja Molding Plant di
artinya terdapat hubungan antara masa kerja PT. Pacific Medan Industri merupakan usia
dengan kelelahan kerja. produktif (20-29 tahun). Penelitian ini tidak
Hasil penelitian tidak sesuai dengan sejalan dengan penelitian Amalia dan Widajati
pendapat yang mengutarakan semakin lama masa (2019) yang menghasilkan uji statistik dengan
kerja seseorang maka semakin tinggi pula tingkat nilai <0,05 sehingga diketahui ada hubungan
kelelahannya (Asriyani, Karimuna and Jufri, antara usia dengan kelelahan kerja.
2017). Hal tersebut sejalan dengan teori Manuba Hasil analisis data menurut tabel 5 tidak
(1992) dalam Wahyuni dan Indriyani (2019) sependapat dengan teori yang dikemukakan oleh
yang berpendapat semakin lama seseorang Suma’mur (1996) dalam Wahyuni dan Indriyani
bekerja, semakin tinggi keterampilan dalam (2019) yang berpendapat bahwa usia seseorang
melakukan pekerjaannya sehingga terbiasa berdampak pada kondisi tubuhnya, makin
dengan kelelahan yang dirasakan (Wahyuni and bertambah usia maka semakin meningkat
Indriyani, 2019). Kelelahan kerja kategori tinggi kelelahan yang dirasakan karena dipengaruhi
yang dirasakan oleh pekerja yang telah bekerja < oleh ketahanan tubuh dan kapasitas kerja
4,5 tahun dapat dipengaruhi oleh unsur lain (Wahyuni and Indriyani, 2019). Hasil tersebut
seperti beban kerja, karena berat ringannya beban memberi gambaran bahwa tidak hanya pekerja
kerja yang dipikul pekerja dapat menentukan yang berusia tua saja yang mengalami kelelahan
berapa lama pekerja tersebut dapat melakukan kerja namun pekerja usia muda juga dapat
pekerjaannya sesuai dengan kapasitas atau mengalami kelelahan kategori tinggi.
kemampuannya tersebut (Tarwaka, 2010). Penyebabnya karena pekerjaan yang dilakukan
terlalu monoton sehingga menimbulkan rasa
Hubungan Beban Kerja dengan Kelelahan jenuh, dan dapat juga dipengaruhi oleh
Kerja lingkungan kerja yang tidak mendukung seperti
cuaca yang panas. Hal tersebut dapat juga
Analisis chi square memperoleh p- disebabkan karena beban kerja yang diberikan
value=0,100, artinya beban kerja tidak memiliki terlalu berlebih terlihat dari tabel 4, seluruh
hubungan dengan kelelahan kerja. Analisis pekerja memiliki beban kerja tinggi dan sangat
tersebut sejalan dengan penelitian Puspitasari, tinggi.
Wiediartini, dan Rosydah (2018) dengan p-value
0,876 artinya tidak ada hubungan antara beban
270 Jurnal Kesehatan, Volume 11, Nomor 2, Tahun 2020, hlm 265-271
Hubungan Status Gizi dengan Kelelahan pekerja dengan kualitas tidur baik. Berdasarkan
Kerja penelitian terdahulu, penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan Azwar, et al. (2018)
Analisis uji chi-square memperoleh nilai dengan nilai p-value=0,002, kualitas tidur dapat
p-value=0,034 yang artinya terdapat hubungan berpengaruh terhadap kelelahan karena tidur
antara status gizi dengan kelelahan kerja, dan merupakan bentuk recovery tubuh, jika
nilai OR sebesar 5,19 yang artinya pekerja pemulihan tubuh baik maka individu lebih siap
berstatus gizi tidak normal berisiko 5,19 kali dan segar ketika melakukan pekerjaan.
lebih besar mengalami kelelahan kerja kategori Berdasarkan hasil analisis, rata-rata
tinggi dibanding pekerja berstatus gizi normal. pekerja memperoleh total score kuesioner PSQI
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian sebesar 5,98 yang artinya kebanyakan pekerja
Azwar, et al. (2018) serta penelitian memang memiliki kualitas tidur yang buruk.
Suryaningtyas (2017) yang berkesimpulan tidak Beberapa masalah tidur yang sering mengganggu
ada hubungan antara faktor status gizi dengan tidur pekerja antara lain tidak dapat tidur selama
kejadian kelelahan kerja. Penelitian ini sejalan 30 menit setelah berbaring, terbangun saat tengah
dengan penelitian Paulina dan Salbiah (2016) malam karena ingin ke kamar kecil, serta
yang memperoleh nilai p-value=0,016 dan nilai kesulitan untuk tetap segar atau tidak merasa
r=-0,431 yang artinya semakin rendah atau buruk ngantuk saat bekerja. Pekerja di PT. Indonesia
status gizi seseorang maka semakin tinggi tingkat Power UPJP Priok rata-rata tidur selama 6 jam
kelelahan kerja nya. per 24 jam sehari, padahal individu yang berusia
Status gizi adalah salah satu penyebab 18-40 tahun dianjurkan untuk tidur selama 7-8
terjadinya kelelahan kerja. Pekerja dengan status jam (Azwar et al., 2018).
gizi nomal memiliki ketahanan tubuh dan Kebiasaan tidur yang tidak buruk dapat
kapasitas kerja yang lebih baik daripada pekerja mengganggu konsentrasi pekerja sehingga
dengan status gizi yang tidak normal. Status gizi berpengaruh pada produktivitas dan kapasitas
berpengaruh positif terhadap kapasitas kerja, kerjanya (Nuraini, Winarko and Warno, 2018).
dimana jika asupan kalori pekerja tidak sesuai Pekerja dengan kualitas tidur yang buruk dapat
dengan keperluan yang dibutuhkan maka pekerja mengalami penurunan kemampuan kognitif,
akan cepat merasa kelelahan sehingga sering mengantuk, serta masalah kehadiran
pergerakkan tubuh menjadi lambat (Asriyani, (keterlambatan, dan absensi). Masalah kesehatan
Karimuna and Jufri, 2017). Status gizi sangat yang dapat timbul akibat kebiasaan tidur yang
berkaitan dengan produktivitas kerja. Tubuh buruk antara lain gangguan metabolisme dan
membutuhkan energi untuk bekerja, apabila kardiovaskuler, meningkatnya tekanan darah,
intake energi kurang secara kualitas maupun berkurangnya system kekebalan tubuh, serta
kuantitas maka produktivitas kerja dapat meningkatnya kerentanan tubuh terhadap
terganggu. Perlu adanya keseimbangan antara penyakit (Azwar et al., 2018).
intake dan output energi dalam tubuh, selain itu
perlu juga badan yang sehat agar nutrisi dalam
tubuh dapat diproses oleh organ tubuh dengan SIMPULAN
baik (Paulina and Salbiah, 2016).
Terdapat hubungan antara status gizi dan
Hubungan Kualitas Tidur dengan Kelelahan kualitas tidur dengan kelelahan kerja di PT.
Kerja Indonesia Power UPJP Priok.
Tidak ada hubungan antara usia dengan
Nilai p-value 0,028 dan nilai OR 5,49, nilai kelelahan kerja, serta tidak ada variabel faktor
tersebut menunjukkan adanya hubungan antara pekerjaan yang berhubungan dengan kelelahan
kualitas tidur dan kelelahan kerja, selain itu kerja pada pekerja di PT. Indonesia Power UPJP
pekerja dengan kualitas tidur yang buruk 5,49 Priok baik variabel masa kerja maupun variabel
kali lebih beresiko mengalami kelelahan daripada beban kerja.
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, I. dan Widajati, N. (2019). Analisa of Health Science and Prevention, (1),
Kelelahan Kerja Secara Obyektif pp.1-9.
berdasarkan Reaction Timer pada Tenaga Asriyani, N., Karimuna, S. R. and Jufri, N. N.
Kerja Unit Pengerolan Besi PT.X. Journal (2017). Faktor yang Berhubungan dengan
Safira, Kelelahan Kerja pada Pekerja di PT. Indonesia Power Unit Pembangkitan dan Jasa … 271