You are on page 1of 9

JPH RECODE Maret 2020; 3 (2): 79-87

http://e-journal.unair.ac.id/JPHRECODE

HUBUNGAN POSTUR KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA


PEKERJA HOTEL DI JAKARTA
The Correlation Between Work Posture With Musculoskeletal Complaint of Hotel Housekeeper in
Jakarta

Dwi Indica Danida1, Rahmah Hida Nurrizka2, Agustina3, Acim Heri Iswanto4
1,2,3,4Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran”, Jakarta
indicadnd@gmail.com

ARTICLE INFO ABSTRACT


Background: Room attendant and public area attendant’s job
Article History: involved in repetitive activities and awkward posture that can cause
uncomfortable ergonomic situation and can lead to musculoskeletal disorder.
Received:
Purpose: The aim of this research was to see the correlation of work posture
September, 09th, 2019
with musculoskeletal complaints on room attendant and public area attendant
workers in Kartika Chandra Hotel especially on janitorial worker that cleans
Revised: glasses, toilets and carpets. Methods: This research was used cross-sectional
From October, design approach which has been done in February until June 2019. The
31th, 2019 population was used to determine the samples of all the population of room
attendant and public area attendant workers in Kartika Chandra Hotel with 42
Accepted: respondents as the samples. Results: The result showed that the majority of
respondents having musculoskeletal issue reach 57,1%. Conclusion: There was
Nopember, 2nd, 2019
a correlation between work posture on musculoskeletal complaints.
Keywords: work posture, musculoskeletal complaint, housekeeper
Published online
March, 30th, 2019 ABSTRAK
Latar Belakang: Pekerjaan housekeeping melibatkan gerakan
berulang dan postur yang canggung sehingga menyebabkan ketidaknyamanan
situasi ergonomis dan dapat berkontribusi pada gangguan muskuloskeletal.
Tujuan: untuk melihat hubungan antara postur kerja dengan keluhan
muskuloskeletal pada pekerja room attendant dan public area attendant di Hotel
Kartika Chandra khususnya pada postur kerja membersihkan kaca, kloset dan
karpet. Metode: Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional,
yang dilakukan pada bulan Februari sampai Juni 2019. Populasi penelitian ini
adalah seluruh pekerja room attendant dan public area attendant di Hotel
Kartika Chandra, dengan sampel menggunakan teknik total sampling sebanyak
42 responden. Hasil: Hasil penelitian diperoleh mayoritas responden
mengalami keluhan muskuloskeletal tinggi sebesar 57,1%. Kesimpulan:
Terdapat hubungan yang bermakna antara postur kerja dengan keluhan
muskuloskeletal.
Kata Kunci: postur kerja, housekeeping, keluhan muskuloskeletal

79
Danida, et al. Hubungan Postur Kerja Dengan Keluhan JPH RECODE Maret 2020; 3 (2): 79-87
Muskuloskeletal Pada Pekerja Hotel di Jakarta http://e-journal.unair.ac.id/JPHRECODE

PENDAHULUAN Menurut Tarwaka (2015) dalam


Kecelakaan dan cedera akibat kerja (Saputro, 2018) semakin jauh posisi tubuh
cenderung terjadi pada negara berkembang, terhadap gravitasi tubuh maka semakin besar
sebagian besar terjadi pada profesi pula keluhan musculoskeletal yang dirasakan.
pertambangan, sektor migas, industri bahan Dari data tersebut menunjukkan bahwa
kimia, dan sebagainya (Prasetya, 2017). gangguan muskuloskeletal adalah salah satu
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) penyakit akibat kerja yang prevalensinya masih
diberlakukan untuk memberikan perlindungan cukup tinggi.
kepada tenaga kerja, karena tenaga kerja Gangguan muskuloskeletal dapat
merupakan asset yang berharga bagi suatu menyebabkan kerugian pada pekerja seperti
badan usaha (Astari, 2019). Selain itu, dapat terjadinya pembatasan fungsional dan
penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja degenerasi dini tulang dan tulang rawan hingga
(K3) di tempat kerja dianggap sebagai salah kerugian pada perusahaan seperti pengeluaran
satu strategi perusahaan yang bertujuan untuk biaya untuk pengobatan dan perawatan pekerja
mencegah risiko buruknya kesehatan pekerja yang sakit serta menurunnya bahkan
(penyakit akibat kerja, kecelakaan kerja hingga kehilangan produktivitas kerja ( The Health
stress akibat kerja) dan meningkatkan and Safety Authority, 2013). Gangguan
kesejahteraan tenaga kerja (Alli, 2008). Risiko muskuloskeletal dapat disebabkan oleh
K3 berkaitan dengan sumber bahaya yang
beberapa faktor seperti peregangan otot yang
ditimbulkan pada aktivitas seperti aspek
berlebihan, aktivitas berulang, sikap kerja tidak
manusia, asset perusahaan, Penyakit Akibat
alamiah sebagai faktor pekerjaan dan faktor
Kerja (PAK), kerusakan sarana produksi, dan
individu antara lain umur, jenis kelamin,
gangguan operasi (Wibawa, 2019). Namun
kebiasaan merokok, kesegaran jasmani,
kurangnya kesadaran perusahaan dan pekerja
kekuatan fisik, ukuran tubuh (antropometri)
terhadap penerapan K3 di tempat kerja akan
selain itu ada faktor lain seperti tekanan,
memiliki dampak negatif seperti kecelakaan
getaran dan mikroklimat yang dapat
kerja dan penyakit akibat kerja (PAK),
menyebabkan terjadinya keluhan sistem
sementara itu sebagaimana tertuang dalam UU
muskuloskeletal hingga variasi jenis pekerjaan
Republik Indonesia No. 13 Tahun 2003
yang melibatkan berbagai gerakan berulang
Tentang Ketenagakerjaan bahwa setiap
dan/atau postur statis dapat menyebabkan
pekerja/buruh mempunyai hak untuk
ketidaknyamanan atau gangguan
memperoleh perlindungan atas keselamatan
muskuloskeletal, sejalan dengan penelitian di
dan kesehatan kerja; moral dan kesusilaan; dan
sentra pengasapan ikan bahwa ada hubungan
perlakuan yang sesuai dengan harkat dan
antara jenis pekerjaan di sentra tersebut dengan
martabat manusia serta nilai -nilai agama.
gangguan musculoskeletal (Tarwaka, 2014;
Penyakit akibat kerja terdiri atas penyakit kerja
Fitriana, 2018). Hasil penelitian BLS (Bureau
disebabkan oleh paparan bahan yang timbul
of Labour Statistics) Amerika bahwa terdapat
dari aktivitas kerja, penyakit akibat kerja oleh
365.580 kasus gangguan muskuloskeletal
sistem organ target dan kanker okupasional
(MSDs) untuk semua pekerja di Amerika
(akibat kerja) (Peraturan Presiden Republik
Indonesia, 2019). Serikat (U.S Bureau of Labor Statistics, 2017).
Sebuah penelitian di sektor industri jasa di
Menurut hasil penelitian European
Washington pada tahun 2002-2010
Occupational Diseases Statistic tentang PAK,
menyebutkan bahwa gangguan
bahwa prevalensi gangguan muskuloskeletal
muskuloskeletal akibat kerja paling banyak
yaitu sebesar 38,1%, gangguan syaraf 20,9%,
mengalami sakit punggung, sebanyak 24.000
dan organ sensorik 12,8% (European Agency
pekerja dan diikuti dengan sakit pergelangan
for Safety and Health at Work, 2010). Dalam
tangan, bahu, lutut, leher, dan siku (Howard et
data 5 tahun terakhir di Indonesia, dilaporkan
al., 2016). Studi di Indonesia menunjukkan
bahwa angka PAK masih terbilang sangat kecil
bahwa postur kerja seperti pada dokter gigi
namun didominasi oleh gangguan tulang
( Refresitaningrum dan Indriati, 2018) dan
belakang, pendengaran, gatal-gatal pada kulit
pengrajin batik (Lindawati dan Mulyono,
karena zat kimia dan gangguan kulit pada
2018) berisiko dan berhubungan dengan
tangan (BPJS Ketenagakerjaan, 2019).
keluhan nyeri punggung (Refresitaningrum
Semakin postur kerja tidak alamiah maka akan
dan Indriati, 2018).
semakin meningkat pula risiko terjadinya
musculoskeletal pada pekerja (Lindawati,
2018).

80
Danida, et al. Hubungan Postur Kerja Dengan Keluhan JPH RECODE Maret 2020; 3 (2): 79-87
Muskuloskeletal Pada Pekerja Hotel di Jakarta http://e-journal.unair.ac.id/JPHRECODE

Hotel termasuk ke dalam salah satu dari penelitian ini adalah untuk menganalisis
bidang usaha dalam kelompok industri hubungan postur kerja dengan keluhan
penyedia jasa atau lebih dikenal dengan muskuloskeletal pada pekerja room attendant
Hospitality Industry dimana salah satu dan public area attendant di Hotel Kartika
karakteristiknya yaitu bekerja dalam waktu Chandra tahun 2019.
yang lama dan pekerja diharuskan bekerja
secara cepat dan bekerja dibawah tekanan METODE
(ASEAN, 2012). Sebuah survei di India bahwa Penelitian ini bersifat analitik kuantitatif
sebesar 45% dari 1183 pekerja hotel dengan studi cross sectional. Penelitian ini
mengalami gangguan otot rangka antara lain dilaksanakan di Hotel Kartika Chandra
sakit punggung, nyeri pada tungkai, nyeri beralamat di Jl. Jendral Gatot Subroto Kav.18-
sendi dan nyeri leher (Gawde, 2018). Dalam 20 DKI Jakarta pada bulan Mei-Juni di Tahun
terselenggaranya pelayanan di hotel didukung 2019. Penelitian ini telah memperoleh izin
oleh berbagai departemen, salah satunya penelitian dengan nomor etik
adalah Departemen Housekeeping. B/1881/5/2019/KEPK.
Departemen Housekeeping mempunyai Populasi pada penelitian ini adalah
tanggung jawab mengatur atau menata seluruh pekerja housekeeping yang meliputi
peralatan baik dikamar atau di area hotel room attendant dan public area attendant di
lainnya, menjaga kebersihan seluruh area Hotel Kartika Chandra. Teknik pengambilan
hotel, dan memberi dekorasi dengan tujuan sampel pada penelitian ini menggunakan total
agar hotel tampak rapi, bersih, menarik dan sampling dengan jumlah sampel sama dengan
menyenangkan bagi penghuni atau tamu yang jumlah populasi yaitu berjumlah 42 pekerja.
datang serta siap menanggapi permintaan tamu Rapid Entire Body Assessment (REBA)
kapanpun selama 24 jam sehingga digunakan untuk mengukur tingkat risiko
membutuhkan banyak pekerja dimana menjadi ergonomi karena dalam pekerjaan
3 shift kerja dengan 8 jam kerja dalam 1 shift housekeeping seluruh tubuh ikut bekerja,
dengan postur kerja berdiri atau berjalan Nordic Body Map untuk mengetahui tingkat
seperti dalam membersihkan lantai dan kaca; dan letak keluhan muskuloskeletal. Analisis
membungkuk, jongkok, berlutut dam memutar data menggunakan analisa univariat dan
badan dalam membersihkan tempat tidur, bivariat. Analisa univariat digunakan untuk
toilet, tempat sampah dan sebagainya; hingga menganalisis postur kerja, jenis pekerjaan,
pengangkatan yang dilakukan secara manual keluhan muskuloskeletal dan karakteristik
seperti dalam mengangkat linen dan responden terkait usia, jenis kelamin, olahraga,
mengangkat peralatan kebersihan sehingga peregangan otot, dan status gizi. Analisis
tidak dapat dipungkiri terdapat bahaya bivariat digunakan untuk mengetahui
ergonomi dalam pekerjaan yang dilakukan hubungan yang signifikan antara dua variabel
(Yuniarsih, 2016). Room attendant dan public dengan menggunakan uji statistik chi-square.
area attendant termasuk ke dalam jenis
pekerjaan di departemen housekeeping yang
mempunyai tugas utama pembersihan. Tujuan

HASIL
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Keluhan Muskuloskeletal (n=42)
Keluhan Muskuloskeletal Jumlah Persentase (%)
Rendah 0 0
Sedang 18 42,9
Tinggi 24 57,1
Total 42 100

Tabel 1 menunjukkan bahwa


mayoritas (57%) responden mengalami
keluhan muskuloskeletal dengan kategori
tinggi.

81
Danida, et al. Hubungan Postur Kerja Dengan Keluhan JPH RECODE Maret 2020; 3 (2): 79-87
Muskuloskeletal Pada Pekerja Hotel di Jakarta http://e-journal.unair.ac.id/JPHRECODE

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Pekerjaan dan Individu (n=42)


Karakteristik Jumlah Persentase (%)
Karakteristik Pekerjaan
Postur Kerja Membersihkan
Kaca:
Risiko Sedang 19 45,2
Risiko Tinggi 17 40,5
Risiko Sangat Tinggi 6 14,3
Total 42 100
Postur Kerja Membersihkan
Kloset:
Risiko Sedang 18 42,9
Risiko Tinggi 14 33,3
Risiko Sangat Tinggi 10 23,8
Total 42 100
Postur Kerja Membersihkan
Karpet:
Risiko Sedang 18 42,9
Risiko Tinggi 10 23,8
Risiko Sangat Tinggi 14 33,3
Total 42 100
Jenis Pekerjaan:
Room Attendant 21 50
Public Area Attendant 21 50
Total 42 100
Karakteristik Individu
Usia:
Remaja Akhir 17 40,5
Dewasa Awal 25 59,5
Total 42 100
Jenis Kelamin:
Wanita 4 9,5
Pria 38 90,5
Total 42 100
Olahraga:
Ya 30 71,4
Tidak 12 28,6
Total 42 100
Peregangan Otot:
Ya 28 66,7
Tidak 14 33,3
Total 42 100
Status Gizi:
Underweight 9 21,4
Normal 24 57,1
Overweight 9 21,4
Total 42 100

Tabel 2 menunjukkan bahwa 42,9%, postur kerja membersihkan karpet


proporsi postur kerja responden dalam mayoritas memiliki risiko ergonomi sedang
membersihkan kaca mayoritas mengalami sebesar 42,9%, sedangkan proporsi kedua jenis
risiko ergonomi sedang sebanyak 45,2%, pekerjaan tersebut sama besar yaitu masing-
postur kerja membersihkan kloset mayoritas masing berjumlah 21 responden (50%).
memiliki risiko ergonomi sedang sebesar Mayoritas usia responden yaitu pada kategori

82
Danida, et al. Hubungan Postur Kerja Dengan Keluhan JPH RECODE Maret 2020; 3 (2): 79-87
Muskuloskeletal Pada Pekerja Hotel di Jakarta http://e-journal.unair.ac.id/JPHRECODE

dewasa awal sebesar 59,5%, jenis kelamin 71,4%, mayoritas responden melakukan
responden didominasi oleh pekerja pria sebesar peregangan otot baik sebelum dan/atau saat
90,5%, mayoritas responden melakukan bekerja sebesar 66,7%.
olahraga minimal 1 kali seminggu sebesar

Tabel 3. Hubungan Karakteristik Pekerjaan dan Individu Dengan Keluhan Muskuloskeletal


Karakteristik Keluhan Muskuloskeletal
Rendah Tinggi P Value OR
N % N %
Karakteristik Pekerjaan
Postur Kerja
Membersihkan Kaca:
Risiko Sedang 13 68,4 6 31,6 0,006 7,800
Risiko Tinggi 5 21,7 18 78,3
Postur Kerja
Membersihkan Kloset:
Risiko Sedang 13 72,2 5 27,8
Risiko Tinggi 5 20,8 19 79,2 0,003 9,880
Jenis Pekerjaan:
Room Attendant 13 61,9 8 38,1
Public Area Attendant 5 23,8 16 76,2 0,029 5,200
Karakteristik Individu
Usia:
Remaja Akhir 4 23,5 13 76,5
Dewasa Awal 14 56,0 11 44,0 0,077 0,242
Jenis Kelamin:
Wanita 0 0 4 100 0,122 1,900
Pria 18 47,4 20 52,6
Olahraga:
Ya 14 46,7 16 53,3 0,657 1,750
Tidak 4 33,3 8 66,7
Peregangan Otot:
Ya 17 56,7 13 43,3 0,012 14,385
Tidak 1 8,3 11 91,7
Status Gizi:
Normal 16 66,7 8 33,3 0,001 16,000
Tidak Normal 2 11,1 16 88,9

Tabel 3 menggambarkan hubungan antara kaca dengan keluhan muskuloskeletal dengan


karakteristik pekerjaan dan karakteristik p-value 0,006 dan OR = 7,800. Hasil uji
individu dengan keluhan muskuloskeletal. statistik menunjukkan bahwa ada hubungan
Berdasarkan uji statistik diperoleh bahwa ada antara postur kerja membersihkan kloset
hubungan antara postur kerja membersihkan dengan keluhan muskuloskeletal dengan p-

83
Danida, et al. Hubungan Postur Kerja Dengan Keluhan JPH RECODE Maret 2020; 3 (2): 79-87
Muskuloskeletal Pada Pekerja Hotel di Jakarta http://e-journal.unair.ac.id/JPHRECODE

value 0,003 dan OR = 9,880. Hasil uji statistik berjinjit untuk menjangkau ditambah dengan
menunjukkan bahwa ada hubungan antara kurang ergonomisnya alat yang digunakan
postur kerja membersihkan karpet dengan karena alat tersebut mempunyai gagang yang
keluhan muskuloskeletal dengan p-value 0,003 pendek. Beberapa responden juga melakukan
dan OR = 9,880. Hasil uji statistik pembengkokan sisi terhadap postur kerjanya
menunjukkan bahwa ada hubungan antara jenis untuk menjangkau kaca yang berada di sisi
pekerjaan dengan keluhan muskuloskeletal kanan atau kiri tubuhnya.
dengan p-value 0,029 dan OR = 5,2. Pada proses membersihkan kloset dapat
Hasil uji statistik menunjukkan menyebabkan keluhan muskuloskeletal karena
bahwa tidak ada hubungan antara usia dengan postur janggal dan statis walaupun beban
keluhan muskuloskeletal dengan p-value 0,070 objek kurang dari 5 kg. Pada saat proses
dan OR = 0,242. Hasil uji statistik membersihkan toilet, hampir semua responden
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan dengan posisi punggung membungkuk, selain
antara jenis kelamin dengan keluhan itu alat yang digunakan untuk membersihkan
muskuloskeletal dengan p-value 0,122 dan OR kloset hanya menggunakan lap yang tidak
= 1,9. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa memilikiipegangan sehingga dapat
tidak ada hubungan antara olahraga dengan menyebabkaniterjadinya keluhan
keluhan muskuloskeletal dengan p-value 0,657 muskuloskeletal. Dalam membersihkan kloset
dan OR = 1,75. Hasil uji statistik menunjukkan secara keseluruhan dari bagian luar kloset
bahwa ada hubungan antara peregangan otot hingga bagian dalam kloset dibutuhkan waktu
dengan keluhan muskuloskeletal dengan p- lebih dari 1 menit. Posisi punggung yang
value 0,012 dan OR = 14,38. Hasil uji statistik membungkuk sehingga posisi kaki pun
menunjukkan bahwa ada hubungan antara cenderung menekuk.
status gizi dengan keluhan muskuloskeletal Pada proses membersihkan lantai
dengan p-value 0,001 dan OR = 16,00. dimana pada penelitian ini berfokus pada
membersihkan karpet dengan menggunakan
PEMBAHASAN alat vacuum cleaner . Vacuum cleaner tersebut
Pada penelitian ini, untuk mengetahui memiliki berat 9 kg dan mempunyai pegangan
tingkatan risiko ergonomi dari suatu postur yang nyaman. Namun pada beberapa
kerja menggunakan metode REBA (Rapid responden, ketinggian vakum tersebut tidak
Entire Body Assessment) karena room sesuai dengan tinggi responden dan tidak
attendant dan public area attendant dalam melakukan pergantian tangan dalam
pekerjaannya menggunakan seluruh bagian memegang vakum tersebut. Penggunaan
tubuh untuk bekerja dimana hanya terbagi vacuum cleaner dalam membersihkan karpet
menjadi kategori risiko sedang dan tinggi disarankan untuk melakukannya dengan
(tinggi dan sangat tinggi) dikarenakan hasil gerakan mundur ke belakang agar tidak
akhir skor REBA hanya berada pada kategori mengotori karpet yang sudah dibersihkan atau
tersebut. menyejajarkan tubuh dengan jalur vakum.
Pekerjaan housekeeping (room attendant Namun pada kenyataannya, responden
dan public area attendant) masih melakukannya dengan gerakan yang tidak
menggunakan prinsip manual handling seharusnya sehingga menimbulkan postur
sehingga mempunyai risiko terjadinya keluhan pembengkokan sisi tubuh dan leher.
muskuloskeletal. Pekerjaan tersebut khususnya Hasil uji statistik menunjukaniterdapat
membersihkan toilet, karpet dan kaca hubungan antara postur kerja membersihkan
melibatkan gerakan berulang dan postur yang kaca dengan keluhan muskuloskeletal;
canggung sehingga dapat menyebabkan hubungan antara postur kerja membersihkan
ketidaknyamanan situasi ergonomis dimana kloset dengan keluhan muskuloskeletal; dan
dapat berkontribusi pada gangguan hubungan antara postur kerja membersihkan
musculoskeletal. lantai dengan keluhan muskuloskeletal. Hal ini
Pada proses membersihkan kaca, postur kemungkinan besar dikarenakan postur kerja
kerja juga dapat menyebabkan keluhan responden memiliki risiko ergonomi sedang
muskuloskeletal seperti postur janggal karena dan tinggi (berdasarkan metode REBA).
sulitnya untuk menjangkau bagian kaca yang Sehingga dapat disimpulkan bahwa keluhan
paling atas oleh pekerja sehingga muskuloskeletal dipengaruhi oleh postur tubuh
menyebabkan posisi kaki pekerja perlu seseorang saat bekerja.

84
Danida, et al. Hubungan Postur Kerja Dengan Keluhan JPH RECODE Maret 2020; 3 (2): 79-87
Muskuloskeletal Pada Pekerja Hotel di Jakarta http://e-journal.unair.ac.id/JPHRECODE

Secara umum, jenis pekerjaan room belum cukup sehingga diperlukan sampel
attendant dan public area attendant tambahan untuk mendapatkan hasil uji yang
mempunyai tanggung jawab yang sama yaitu berhubungan.
menciptakan suasana hotel yang bersih, Dari hasil penelitian diketahui bahwa
menarik, nyaman dan amandengan sebaik- jumlah pekerja didominasi oleh pria sebanyak
baiknya kepada tamu sehingga tamu merasa 38 pekerja. Seluruh pekerja wanita dan 20
puas saat berkunjung maupun menginap di pekerja pria mengalami keluhan
hotel (Fadhli, 2017). Hal yang membedakan muskuloskeletal tinggi dan 18 pekerja pria
antara jenis pekerjaan room attendant dan lainnya mengalami keluhan muskuloskeletal
public area attendant yaitu ruang lingkup area rendah. Penelitian di Kantor Bank X yang
kerja. Ruang lingkup area kerja room attendant dilakukan oleh Hardianto menunjukan bahwa
hanya pada kamar tamu sedangkan public area terdapat hubungan yang bermakna antara jenis
attendant mempunyai ruang lingkup kerja kelamin dengan kejadian MSDs disebabkan
yang lebih luas selain kamar tamu. Hasil uji oleh kelamin perempuan cenderung mengalami
statistik menunjukan adanya hubungan antara keluhan musculoskeletal disorders dengan
jenis pekerjaan dengan keluhan nyeri beratlebih besar daripada responden
muskuloskeletal dimana nilai p-value dengan jenis kelamin laki-laki (Hardianto,
< 0,05 sehingga menunjukkan bahwa Ho Trisnawati and Rossa, 2015).
ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa jenis Namun hasil uji statistik menunjukkan
pekerjaan public area attendant memiliki bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin
kecenderungan lebih tinggi mengalami keluhan dengan keluhan muskuloskeletal dengan nilai
muskuloskeletal. p-value >0,050. Data penelitian yang diperoleh
Teori yang dijelaskan Bridger bahwa dapat diketahui bahwa baik jenis kelamin
sesuai dengan meningkatnya usia seseorang wanita dan pria memiliki risiko yang sama
maka akan terjadi degenerasi tulang mulai untuk mengalami keluhan muskuloskeletal.
pada usia 30 tahun. Degenerasi tulang tersebut Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dapat berupa kerusakan jaringan, pergantian dilakukan oleh Made Tahun 2017 yaitu
jaringan menjadiijaringan parut, hingga “Faktor Yang Berhubungan Terhadap Keluhan
pengurangan cairan sehingga dapat Muskuloskeletal Pada Mahasiswa Universitas
menyebabkan stabilitas pada tulang dan otot Udayana Tahun 2016” berdasarkan hasil
menjadi berkurang. Oleh karena itu, semakin analisis bivariat diketahui bahwa tidak ada
tua seseorang maka semakin tinggi risikonya hubungan bermakna antara jenis kelamin
untuk mengalami penurunan elastisitas pada dengan keluhan muskuloskeletal (Prawira et
tulang sebagai pemicu timbulnya gejala al., 2017), sehingga dapat disimpulkan dari
gangguan muskuloskeletal (Bridger, 2003). penelitian ini bahwa keluhan muskuloskeletal
Namun pada penelitian ini, responden yang tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin seseorang
belum berusia 30 tahun sudah merasakan dan diduga karena jumlah sampel penelitian
keluhan muskuloskeletal walaupun belum yang belum cukup sehingga diperlukan sampel
terjadi degenerasi tulang pada dirinya. tambahan untuk mendapatkan hasil uji yang
Sehingga dimungkinkan terdapat faktor berhubungan.
lainnya yang menyebabkan terjadinya keluhan Teori Tarwaka menjelaskan bahwa
pada usia dibawah 30 tahun baik dalam umumnya keluhan muskuloskeletal lebih
kategori remaja akhir dan dewasa awal. jarang ditemukan pada seseorang yang
Data yang didapatkan oleh peneliti mempunyai cukup waktu untuk beristirahat
diketahui bahwa tidak ada hubungan antara dalam aktivitasnya. Namun sebaliknya, jika
usia dengan keluhan muskuloskeletal dengan seseorang yangi dalam kesehariannya
nilai p-value > 0,050. Hal ini kemungkinan melakukan pekerjaan dengan pengerahan
besar disebabkan karena proporsi kategori usia tenaga yang besar dan tidak mempunyai waktu
remaja akhir dengan keluhan muskuloskeletal yang cukup untuk beristirahat maka sudah
tinggi lebih banyak dibandingkan dengan dipastikan orang tersebut akan mengalami
kategori usia dewasa awal dengan keluhan keluhan muskuloskeletal. Tingkat kebiasaan
muskuloskeletal tinggi. Sehingga dapat berolahraga juga sangat mempengaruhi tingkat
disimpulkan bahwa keluhan muskuloskeletal keluhan muskuloskeletal sehingga dapat
tidak dipengaruhi oleh usia seseorang dan dikatakan bahwa jika kebiasaan berolahraga
diduga karena jumlah sampel penelitian yang rendah maka akan mempertinggi risiko

85
Danida, et al. Hubungan Postur Kerja Dengan Keluhan JPH RECODE Maret 2020; 3 (2): 79-87
Muskuloskeletal Pada Pekerja Hotel di Jakarta http://e-journal.unair.ac.id/JPHRECODE

terjadinya keluhan muskuloskeletal (Tarwaka, mengakibatkan timbulnya stres mekanis pada


2014). tubuh seiring dengan bertambahnya berat
Penelitian oleh Hardianto dkk. tahun badan. Stres mekanik dalam jangka waktu
2015 yang berjudul “Faktor-Faktor Yang lama dapat menyebabkan terjadinya perubahan
Berhubungan Dengan Keluhan pada bentuk sel, membran sel, konsentrasi ion
Musculoskeletal Disorders (MSDs) Pada hingga munculnya integrin-integrin dijaringan
Karyawan Bank X” bahwa responden yang sebagai akibat dari reaksi pada jaringan otot
melakukan olahraga setidaknya satu kali untuk menopang beban yang bertambah. Hal
seminggu cenderung mengalamin MSDs ini dikarenakan seseorang dengan berat badan
dengan keluhan berat lebih kecil daripada sangat gemuk (obesitas) akan berupaya untuk
responden yang tidak mempunyai kebiasaan menopang tubuh dari depan dengan
berolahraga minimal satu kali dalam seminggu mengkontraksikan otot punggung bawah
(Hardianto, Trisnawati dan Rossa, 2015). (Tarwaka, Bakri dan Sudiajeng, 2004)
Hasil analisis statistik menunjukkan Dari data yang didapatkan oleh peneliti
tidak ada hubungan bermakna antara olahraga diketahui bahwa dari 18 responden dengan
dengan keluhan muskuloskeletal dengan p- status gizi tidak normal mempunya proporsi
value > 0,05. Pilihan latihan telah lebih banyak terhadap keluhan muskuloskeletal
diidentifikasi yang dapat mengurangi tinggi sebanyak 16 responden. Hasil uji
ketidaknyamanan muskuloskeletal yang statistik juga menunjukan bahwa ada hubungan
dialami oleh orang yang melakukan berbagai antara status gizi dengan keluhan
tugas statis dan berulang di tempat kerja. muskuloskeletal dengan nilai p-value> 0,050
Peregangan otot dapat meningkatkan yang berarti Ho ditolak. Sejalan dengan
kenyamanan otot dan persendian jika tubuh penjelasan Tarwaka bahwa walaupun status
ditahan dalam posisi statis atau digunakan gizi mempunyai pengaruh yang relatif kecil,
dengan cara berulang-ulang. tetapi berat badan (weight), tinggi badan
Meregangkan leher, memiringkan leher, (height), dan massa tubuh (body mass) adalah
menyelipkan dagu, meregangkan sisi, dan faktor yang dapat menyebabkan timbulnya
memutar badan adalah latihan yang disarankan penyakit-penyakit tertentu yang dapat
untuk leher dan tubuh bagian atas, mengangkat mempengaruhi produktivitas kerja seperti
bahu dan memutarnya, memutar dan keluhan muskuloskeletal (Tarwaka, 2014).
meregangkan fleksor/ekstensor pergelangan Namun berbanding terbalik dengan penelitian
tangan adalah beberapa latihan untuk yang dilakukan oleh Hardianto dkk Tahun
ekstremitas atas, memeluk kedua kaki, 2015 bahwa hasil uji Kolmogorov-Smirnov
memanjangkan kaki, dan pompa pergelangan diketahui bahwa tidak ada hubungan
kaki adalah beberapa latihan untuk tubuh yangbermakna antara indeks massa tubuh
bagian bawah. Latihan peregangan memiliki dengan keluhan Musculoskeletal Disorders
manfaat psikologis seperti meningkatkan (MSDs) pada karyawan pengguna komputer
kewaspadaan mental sekaligus mengurangi PC di Kantor Pusat Bank X (Hardianto,
kecemasan dan stress (Mani, 2018). Trisnawati and Rossa, 2015).
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui
bahwa proporsi responden yang melakukan KESIMPULAN
peregangan otot baik sebelum dan/atau saat Penelitian menunjukkan bahwa
bekerja sebanyak 30 responden dimana 17 mayoritas responden merasakan keluhan
diantaranya mempunyai keluhan muskuloskeletal dengan kategori tinggi. Hasil
muskuloskeletal rendah. Hasil uji statistik penelitian ini juga menunjukkan bahwa
menunjukan bahwa ada hubungan antara terdapat hubungan antara postur kerja pada
peregangan otot dengan keluhan aktifitas membersihkan kaca (p-value = 0,006),
muskuloskeletal dengan nilai p-value <0,050. terdapat hubungan antara postur kerja pada
Hal ini sejalan dengan teori diatas. Sehingga aktifitas membersihkan kloset (p-value =
dapat disimpulkan bahwa keluhan 0,003) dan terdapatihubungan antara postur
muskuloskeletal dipengaruhi oleh peregangan kerja pada aktifitas membersihkan karpet (p-
otot yang dilakukan pekerja baik sebelum value = 0,003) dengani keluhan
dan/atau di sela-sela pekerjaan. muskuloskeletal. Terdapat hubungan yang
Tulang belakang akan tertekan apabila bermakna antara jenis pekerjaan, peregangan
menerima beban yang berat sehingga otot dan status gizi dengan keluhan

86
Danida, et al. Hubungan Postur Kerja Dengan Keluhan JPH RECODE Maret 2020; 3 (2): 79-87
Muskuloskeletal Pada Pekerja Hotel di Jakarta http://e-journal.unair.ac.id/JPHRECODE

muskuloskeletal namun tidak terdapat Research and Community Health


hubungan yang bermakna antara usia, jenis Development, 1(2), pp. 130–142.
kelamin, dan olahraga dengan keluhan Mani, K. 2018. Ergonomics Education for
muskuloskeletal. Office Computer Workers: An Evidence-
Based Strategy. IntechOpen. doi:
DAFTAR PUSTAKA 10.5772/intechopen.72221.
Alli, B. O. 2008. Fundamental Principles of Peraturan Presiden Republik Indonesia. 2019.
Occupational Health and Safety. 2nd edn. Peraturan Presiden Republik Indonesia
Geneva: International Labour Office. Nomor 7 Tahun 2019 Tentang Penyakit
Astari, L. A. dan Denny, A. 2019. Hubungan Akibat Kerja.
Media Komunikasi K3 dengan Prasetya, A. M. P. 2017. Penerapan Sistem
Pengetahuan dan Sikap Penggunaan Alat Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Pelindung Diri pada Karyawan Bagian Kerja (SMK3) PT Indopherin Jaya. JPH
Produksi. JPH Recode, 2(2), 105-116 Recode, 1(1), 48-60.
ASEAN. 2012. Maintain Hospitality Industry Prawira, M. A. et al. 2017. Faktor Yang
Knowledge. Berhubungan Terhadap Keluhan
BPJS Ketenagakerjaan. 2019. BPJSTK Siap Muskuloskeletal Pada Mahasiswa
Tanggung 88 Jenis Penyakit Akibat Kerja. Universitas Udayana Tahun 2016. Journal
Bridger, R. S. 2003. Introduction to of Industrial Hygiene and Occupational
Ergonomics. 2nd edn. London & New Health, 1(2). doi:
York: Taylor & Francis. 10.21111/jihoh.v1i2.888.
European Agency for Safety and Health at Refresitaningrum, Edwindi dan Indriati
Work. 2010. OSH in Figures: Work- Paskarini. 2018. Analisa Sikap Kerja
Related Musculoskeletal Disorders in The Dokter Gigi Yang Berhubungan Dengan
EU. Keluhan Nyeri Pinggang Di Rumah Sakit
Fadhli, A. 2017. Pengantar Housekeeping X Surabaya, Journal of Public Health
Perhotelan. Yogyakarta: Penerbit Gava Research and Community Health
Media. Development, 1(2), pp. 108–118.
Fitriana, A. 2018. Faktor-Faktor yang Saputro, C. B., Mulyono, dan Septa, I. P. 2018.
Berhubungan dengan Gangguan Hubungan Karakteristik Individu dan
Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada Sikap Kerja terhadap Keluhan
Pekerja Sentra Pengasapan Ikan. Muskuloskeletal pada Pengrajin Batik
Gawde, N. C. 2018. A Study of Tulis. JPH Recode, 2(1), 1-10.
Musculoskeletal Pain Among Hotel Tarwaka. 2014. Ergonomi Indutri: Dasar-
Employees, India, Journal of Dasar Ergonomi dan Implementasi di
Ecophysiology and Occupational Health, Tempat Kerja. Surakarta: Harapan Press.
18(1–2), pp. 44–51. doi: Tarwaka, Bakri, S. H. dan Sudiajeng, L. 2004.
10.18311/jeoh/2018/20012. Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan
Hardianto, Trisnawati, E. dan Rossa, I. 2015. Kerja dan Produktivitas. Surakarta: Uniba
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Press.
Keluhan Musculoskeletal Disorders The Health and Safety Authority. 2013.
(MSDs) Pada Karyawan Bank X. Jurnal Guidance on the Prevention and
Universitas Muhammadiyah Pontianak, Management of Musculoskeletal
2(111). Disorders ( MSDs ) in the Workplace.
Howard, N. et al. 2016. Work Related U.S Bureau of Labor Statistics. 2017. Survey
Musculoskeletal Disorders (WMSDs) in of Occupational Injuries & Illnesses
Washinton State Services, Safety and Charts Package.
Health Assessment and Research for Wibawa, Z. D. dan Sho’im, H. 2019. Penilaian
Prevention (SHARP) Program. dan Pengendalian Risiko Kecelakaan pada
Washington. Pekerjaan Atap di Pembangunan Gedung
Lindawati dan Mulyono. 2018. Evaluasi Postur Bertingkat. JPH Recode, 2(2), 83-93.
Kerja Pengrajin Batik Tulis Aleyya Batik Yuniarsih, R. 2016. Housekeeping I. Surabaya:
Di Yogyakarta. Journal of Public Health NSC Press.

87

You might also like