You are on page 1of 14

Volume 6, Nomor 1, April 2022 ISSN 2623-1581 (Online)

ISSN 2623-1573 (Print)

FAKTOR RESIKO PENYEBAB KELUHAN MUSCULOSKELETAL


DISORDERS (MSDs) PADA PEKERJA: TINJAUAN LITERATUR

Sayyidah Rahmah1, Chahya Kharin Herbawani2


1
Program Studi Kesehatan Masyarakat Program Sarjana, Fakultas Ilmu Kesehatan,
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta, Depok, Indonesia
sayyidahrahmah@upnvj.ac.id1,chahyakh@gmail.com2

ABSTRACT
Musculoskeletal Disorders (MSDs) or musculoskeletal disorders are complaints felt by a person in the
skeletal muscles ranging from very mild complaints to very painful complaints in the form of damage
to ligaments, joints, and tendons can occur if the muscles receive repeated static loads in long time.
Based on Great Britain Labor Force Survey (LFS) data (2017) cases of MSDs are in second place in
the last 3 years with an average prevalence of 469,000 cases or 34.54% of all cases of occupational
diseases found. The purpose of this study is to identify and identify risk factors that cause complaints
of MSDs in workers. This study uses a literature review method. Literature searches were obtained
online through the Google Scholar database, the GARUDA portal, Pubmed, and Proquest. The
inclusion criteria used were as follows, free full text, year of publication with a range of 5 years (2016-
2021), published in Indonesian or English,,and articles selected based on relevance. While the
exclusion criteria used are as follows, do not use complete text and are not relevant to keywords.
Research articles that have been obtained in the last 5 years, obtained various risk factors that can
cause complaints of MSDs in workers. Risk factors that cause complaints of MSDs in workers are
divided into individual factors, occupational factors, and psychosocial factors. Individual factors
include the following, age, gender, years of service, physical fitness and exercise habits, and Body Mass
Index (BMI). Furthermore, the work factors include work posture, workload, work duration,
repetitive/repetitive movements, ergonomics risk level, and Manual Material Handling (MMH).
Finally, psychosocial factors consist of work fatigue and work stress.

Keywords : Risk factors, Musculoskeletal Disorders (MSDs), workers

ABSTRAK
Musculoskeletal Disorders (MSDs) atau gangguan musculoskeletal merupakan keluhan yang dirasakan
oleh seseorang pada bagian otot rangka mulai dari keluhan yang sangat ringan hingga sangat sakit,
keluhan berupa kerusakan pada ligament, sendi, dan tendon dapat terjadi apabila otot menerima beban
statis secara berulang dalam waktu yang lama. Berlandaskan pada data Labour Force Survei (LFS)
Great Britain (2017) kasus MSDs berada diposisi kedua dalam waktu 3 tahun terakhir dengan rata –
rata prevalensi sebanyak 469.000 kasus atau 34,54 % dari seluruh kasus penyakit akibat kerja yang
ditemukan. Tujuan dari pengkajian ini yaitu untuk mengetahui dan mengidentifikasi faktor resiko
penyebab terjadinya keluhan MSDs pada pekerja. Penelitian ini menggunakan metode literature review.
Pencarian literatur diperoleh secara daring melalui database Google Scholar, portal GARUDA,
Pubmed, dan Proquest. Kriteria inklusi yang digunakan sebagai berikut, free full text, tahun publikasi
dengan rentang 5 tahun (2016-2021), diterbitkan dalam Bahasa Indonesia atau Inggris, dan artikel
dipilih berdasarkan relevansi. Sedangkan kriteria eklusi yang digunakan sebagai berikut, tidak
menggunakan teks yang lengkap dan tidak relevan dengan kata kunci. Artikel penelitian yang sudah
didiperoleh dalam rentang waktu 5 tahun terakhir, didapatkan berbagai faktor resiko yang dapat
menyebabkan terjadinya keluhan MSDs pada pekerja. Faktor resiko penyebab keluhan MSDspada
pekerja dibagi menjadi faktor individu, faktor pekerjaan, dan faktor psikososial. Faktor individu
diantaranya adalah sebagai berikut, usia, jenis kelamin, masa kerja, kesegaran fisik dan kebiasaan
olahraga, dan Indeks Massa Tubuh (IMT). Selanjutnya pada faktor pekerjaan meliputi, postur kerja,
beban kerja, durasi kerja, gerakan repetitive/berulang, tingkat resiko ergonomi, dan Manual Material
Handling (MMH). Terakhir faktor psikososial yang terdiri dari kelelahan kerja dan stress kerja.

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 1


Volume 6, Nomor 1, April 2022 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)
Kata Kunci: Faktor resiko, Musculoskeletal Disorders (MSDs), pekerja

PENDAHULUAN ditemukan dengan total 1.200.000 kasus,


sebanyak lebih dari 500.000 merupakan kasus
Bahaya ergonomi di lingkungan kerja keluhan MSDs. Pekerja konstruksi, pengirimin
berpotensi menimbulkan penyakit akibat kerja barang dan petugas kesehatan merupakan kasus
pada pekerja. Aktivitas atau kegiatan kerja yang yang paling banyak ditemukan (Istighfaniar dan
termasuk dapat memicu bahaya ergonomi Mulyono, 2017). Berlandaskan pada data
ditempat kerja, diantaranya adalah kegiatan Bereau of Labor Statistic U.S Department of
kerja yang dilakukan berulang-ulang, Labor (BLS) (2015), dari seluruh kasus
mendorong, memindahkan, mengangkat dan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
aktivitas lainnya yang masih memerlukan tenaga sebanyak 31 % atau berjumlah 356.910 kasus
manusia dan dikerjakan dalam waktu yang tidak MSDs (BLS, 2016). Hal ini disebabkan karena
sebentar (Widiastuti and Poetryono dalam proses mengangkat pekerjaan dilakukan
Dharmosamoedero, 2015). dengan terlalu dipaksakan (Wiranto et al.,
Berlandaskan pada data International 2019). Selanjutnya, berlandaskan pada data
Labour Organization (ILO) (2013), diperoleh Labour Force Survei (LFS) Great Britain
informasi bahwa terdapat kurang lebih sekitar 2 (2017) kasus MSDs berada diposisi kedua dalam
juta pekerja meninggal terkait kecelakaan kerja waktu 3 tahun terakhir dengan rata – rata
maupun penyakit akibat kerja dan kurang lebih prevalensi sebanyak 469.000 kasus atau 34,54 %
2,02 juta kasus kematian berhubungan dengan dari seluruh kasus penyakit akibat kerja yang
penyakit akibat kerja. Kecelakaan kerja ditemukan (LFS, 2017).
setidaknya menyebabkan kematian pada satu Tujuan dari pengkajian ini yaitu untuk
pekerja setiap 15 detik di dunia dan sakit akibat mengetahui dan mengidentifikasi faktor-faktor
kerja dialami oleh 160 pekerja (Jauhari et al., resiko yang dapat menyebabkan terjadinya
2017). keluhan MSDs pada pekerja. Dengan
Musculoskeletal Disorders (MSDs) atau mengetahui faktor resiko akan lebih mudah
gangguan musculoskeletal merupakan keluhan dalam melakukan pencegahan serta
yang dirasakan oleh seseorang pada bagian otot pengendalian sehingga akan membantu
rangka keluhan yang dirasakan bertahap yakni, produktivitas dan performa pekerja.
dari keluhan yang sangat ringan hingga sangat
sakit, keluhan berupa kerusakan pada ligament, METODE
sendi, dan tendon dapat terjadi apabila otot
menerima beban statis dalam waktu yang lama Penulisan artikel ini menggunakan metode
secara berulang. Gangguan sistem literature review. Pengolahan data dilakukan
musculoskeletal pada pekerja memiliki faktor dengan empat tahapan yakni: Organize,
resiko yang mempengaruhi penyebab terjadinya Synthesize, Identify dan dilakukan analisis
gangguan tersebut (Tarwaka et al., 2004). Faktor lanjut. Artikel yang digunakan dalam jurnal
biomekanika, faktor individu, dan faktor nasional maupun jurnal internasional didapatkan
psikososial termasuk faktor resiko penyebab melalu pencarian literatur. Pencarian literature
terjadinya keluhan MSDs. Faktor biomekanika menggunakan database Google Scholar, portal
yang terdiri dari force/beban, posisi tubuh saat GARUDA, Pubmed, dan Proquest. Dalam
bekerja, durasi, frekuensi, dan paparan pada pencarian artikel jurnal menggunakan kata kunci
getaran. Selanjutnya faktor individu meliputi “Faktor resiko MSDs pada Pekerja”. Artikel
jenis kelamin, umur, masa kerja, indeks massa yang digunakan dipilih sesuai dengan kriteria
tubuh, kebiasaan olahraga, dan kebiasaan inklusi sebagai berikut, free full text, tahun
merokok (Bukhori, 2010; Mayasari and publikasi dengan rentang 5 tahun (2016-2021),
Saftarina, 2016; Santosa and Ariska, 2018). diterbitkan dalam Bahasa Indonesia atau
Berlandaskan pada data The Labour Force Inggris, dan artikel dipilih berdasarkan
Survey (LFS) U.K (2014), Musculoskeletal relevansi. Sedangkan kriteria eklusi yang
merupakan kasus yang banyak dialami pekerja, digunakan sebagai berikut, tidak menggunakan
yaitu sekitar satu dari setengah kasus penyakit teks yang lengkap dan tidak relevan dengan kata
akibat kerja. Kasus penyakit akibat kerja yang kunci.

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 2


Volume 6, Nomor 1, April 2022 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)

1.626 Artikel Nasional 2.684 Artikel Internasional


(google scholar dan portal GARUDA) (proquest dan pubmed)

Total 4.310 Artikel yang Total 4.295 Artikel yang tidak


diperoleh sesuai kriteria

15 Artikel yang diperoleh


(10 artikel nasional dan 5 artikel
internasional)

Gambar 1. Metode Literature Review

HASIL
Dari publikasi yang telah dilakukan ditentukan. Di antara 15 temuan artikel
identifikasi, sebanyak 4.295 artikel tidak yang digunakan dilakukan di negara-negara
digunakan karena tidak mencukupi syarat Asia, termasuk Indonesia, India, Cina,
kriteria inklusi kelayakan yan telah Thailand, dan Bangladesh.

Tabel 1. Deskripsi Jurnal Faktor Resiko Penyebab Keluhan MSDs

No Nama Penulis dan Tempat Judul Artikel Metode Penelitian Hasil


Tahun dan Sampling
1 Fila Meilani, Andi Indonesia Faktor-Faktor Resiko Cross Sectional. 91 Ada
Asnifatima, dan Yang Mempengaruhi responden dari total hubungan
Anissatul Fathimah. Keluhan 1.098 pekerja antara postur
2018 Musculoskeletal operator sewing janggal dan
Disorder (Msds) Pada durasi kerja
Pekerja Operator dengan
Sewing Di PT Dasan keluhan
Pan Fasific Indonesia MSDs
2 Sherli Shobur, Maksuk, Indonesia Faktor Resiko Observasional Ada
dan Fenti Indah Sari. Musculoskeletal analitik Cross hubungan
Tahun 2019 Disorders (MSDs) Sectional. 44 antara umur,
Pada Pekerja Tenun responden pekerja lama kerja,
Ikat Di Kelurahan tenun ikat masa kerja,
Tuan Kentang Kota aktivitas
Palembang berulang dan
kesegaran
fisik dengan
keluhan
MSDs
3 Tiara Devi T, Imelda G Indonesia Faktor Resiko Cross Sectional. Ada
Purba, dan Mona Keluhan Purposive sampling hubungan
Lestari. Tahun 2017 Musculoskeletal 70 responden pekerja antara umur
Disorders (Msds) pengangkutan beras dan masa
Pada Aktivitas kerja dengan
Pengangkutan Beras keluhan
Di PT Buyung Poetra MSDs

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 3


Volume 6, Nomor 1, April 2022 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)
Pangan Pegayut Ogan
Ilir
4 Sumardiyono, Reni Indonesia Faktor Resiko Purposive sampling Ada
Wijayanti, Ari Kesehatan Kerja Pada 21 responden pekerja hubungan
Probandari, Galuh Pekerja Pembatik bagian batik tulis anatara jenis
Larasati, Aprilia Tulis kelamin,
Kusuma Dewi dan umur, dan
Rizka Fitri Ardiani. indeks massa
Tahun 2018 tubuh
dengan
keluhan
MSDs
5 Agus Santosa, dan Dwi Indonesia Faktor-Faktor Yang analitik Korelasi. 45 Ada
Kuat Ariska. Tahun Berhubungan Dengan responden pekerja hubungan
2018 Kejadian batik antara usia,
Musculoskeletal jenis
Disorders Pada kelamin,
Pekerja Batik Di lama kerja,
Kecamatan Sokaraja jam kerja
Banyumas perhari dan
posisi kerja
dengan
keluhan
MSDs
6 Tri Hastuti Sulistiyo, Indonesia Analisis Faktor Cross Sectional. 99 Ada
Rico J. Sitorus, dan Resiko Ergonomi Dan responden radiografer hubungan
Ngudiantoro. Tahun Musculoskeletal antara umur
2017 Disorders Pada dan masa
Radiografer Instalasi kerja dengan
Radiologi Rumah keluhan
Sakit Di Kota MSDs
Palembang
7 Agus Wiranto, Iwan M. Indonesia Faktor Yang Cross Sectional. Ada
Ramdan dan Dina Mempengaruhi Purposive Sampling hubungan
Lusiana. 2019 Keluhan 35 responden antara postur
Musculoskeletal penggilingan padi kerja
Disorder Pada dan resiko
Pekerja Penggilingan Material
Padi Kabupaten Manual
Penajam Handling
Paser Utara dengan
keluhan
MSDs
8 Siti Rahmah Indonesia Analisis Faktor Cross Sectional. 17 Ada
Hidayatullah Lubis. Resiko Ergonomi responden pekerja hubungan
Tahun 2018 terhadap teller Bank antara postur
Keluhan statis, postur
Musculoskeletal janggal, dan
Disorders (MSDs) repetisi yang
pada Teller Bank tinggi dalam
melakukan
pekerjaan
dengan
keluhan
MSDs.
Karakteristik
individu
(usia, jenis
kelamin,
pola makan,

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 4


Volume 6, Nomor 1, April 2022 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)
dan
kebiasaan
olahraga)
merupakan
faktor
pengganggu
yang dapat
meningkatka
n resiko
Teller
terhadap
keluhan
MSDs
9 Aditya Jaka Laksana Indonesia Analisis Resiko Cross Sectional. Ada
dan Triana Musculoskeletal Simple Random hubungan
Srisantyorini. Tahun Disorders (MSDs) Sampling 55 antara IMT,
2020 pada Operator responden pekerja masa kerja,
Pengelasan (Welding) pengelasan kebiasaan
Bagian olahraga,
Manufakturing di PT durasi kerja,
X Tahun 2019 postur tubuh,
dan repetisi
dengan
keluhan
MSDs
10 Rubi Ginanjar, Indonesia Analisis Resiko Cross Sectional. 98 Ada
Anissatul Fathimah, Ergonomi Terhadap responden pekerja hubungan
dan Resti Aulia. Tahun Keluhan konveksi antara
2018 Musculoskeletal tingkat
Disorders (MSDs) resiko
Pada Pekerja ergonomi
Konveksi Di dan
Kelurahan Kebon kebiasaan
Pedes Kota Bogor olahraga
Tahun 2018 dengan
keluhan
MSDs
11 M Shanmugam, B K India Prevalence of Cross Sectional. 120 Ada
Gnanavel, V Vijaya Musculoskeletal responden pekerja hubungan
Rajan, and V Disorders and pelukis bangunan anatara
Santhanam. Tahun occupational risk aktivitas
2021 factors among yang
building painters in berulang,
South India postur
janggal,
pengerahan
tenaga yang
kuat, dan
ketinggian
kerja di atas
bahu dengan
keluhan
MSDs
12 Xianting Yong, Fuye Cina A Cross-Sectional Cross Sectional. Ada
Li, Hua Ge, Xuemei Epidemiological Random Sample hubungan
Sun, Xiaofan Ma, and Survey of Work- 1.325 responden antara durasi
Jiwen Liu. Tahun 2020 Related pekerja tambang batu kerja, masa
Musculoskeletal bara kerja,
Disorders and aktivitas
Analysis of Its berulang,

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 5


Volume 6, Nomor 1, April 2022 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)
Influencing Factors postur tubuh,
among Coal Mine suhu, operasi
Workers in Xinjiang kekuatan
maksimum
dalam waktu
singkat,
kelelahan
kerja,
insiden jatuh
dan
terpeleset,
dengan
keluhan
MSDs
13 Petcharatana Thailand The Prevalence of and Cross Sectional. 334 Ada
Bhuanantanondh, Risk Factors responden pekerja hubungan
Bryan Buchholz, Sara Associated with pemanen kelapa sawit antara jenis
Arphorn, Pornpimol Musculoskeletal tugas, heavy
Kongtip, dan Susan Disorders in Thai Oil lifting
Woskie. Tahun 2021 Palm Harvesting (Manual
Workers: A Cross- Material
Sectional Study Handling),
dan stres
kerja dengan
keluhan
MSDs
14 Rahul JAIN1, Makkhan India Risk factors for Cross Sectional. 140 Ada
Lal MEENA, Govind Musculoskeletal responden petani hubungan
Sharan Disorders in manual antara usia,
DANGAYACHA, dan harvesting farmers of pekerjaan
Awadhesh Kumar Rajasthan sehari-hari di
BHARDWAJ. Tahun pertanian,
2018 pengalaman
bertani, jenis
kelamin,
dominasi
tangan, dan
kelelahan
kerja dengan
keluhan
MSDs
15 Mohammad Hayatun Bangladesh Factors Associated Cross Sectional. 410 Ada
Nabi, Pornpimol with Musculoskeletal responden pekerja hubungan
Kongtip. Disorders Among garmen wanita antara usia
Susan Woskie, Female Readymade dengan
Noppanun Garment Workers in keluhan
Nankongnab, Dusit Bangladesh: A MSDs
Sujirarat, dan Suttinun Comparative Study
Chantanakul. Tahun Between OSH
2021 Compliant and Non-
Compliant Factories

Belandaskan Tabel 1 dapat dilihat olahraga, Indeks Massa Tubuh (IMT),


terdapat berbagai faktor yang dapat postur kerja, beban kerja, durasi kerja,
menyebabkan keluhan MSDs. Faktor gerakan repetitive atau aktivitas berulang,
resiko penyebab keluhan MSDs tingkat resiko ergonomi, dan Manual
diantaranya meliputi usia, jenis kelamin, Material Handling (MMH).
masa kerja, kesegeran fisik dan kebiasaan

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 6


Volume 6, Nomor 1, April 2022 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)
PEMBAHASAN MSDs pada pekerja. Menurut Tarwaka
(2010), yang menerangkan bahwa jenis
Berdaarkan hasil dari 15 temuan artikel kelamin berhubungan dengan resiko
yang sudah diintefikasi baik jurnal nasional keluhan otot (Tarwaka, 2010). Hal ini
maupun internasional dengan rentang waktu dikarenkan dapat dibandingkan secara
5 tahun terakhir diperoleh faktor-faktor yang fisiologis, kemampuan otot wanita lebih
dapat menjadi penyebab keluhan MSDs rendah dibndingkan dengan kemampuan
pada pekerja. Penulis membagi menjadi tiga otot pria (Tarwaka, 2010). Hasil penelitian
faktor resiko yaitu, faktor individu, faktor yang diperoleh oleh Sumardiyono dkk.,
pekerjaan, dan faktor psikososial. menunjukkan dibandingkan dengan pekerja
laki-laki, pekerja perempuan lebih banyak
Faktor Individu merasakan keluhan MSDs (Sumardiyono et
al., 2018). Hasil tersebut sesuai dengan
Usia penelitian yang dikerjakan Siti yakni, hasil
Berdasarkan 15 temuan artikel, terdapat penelitian pada pekerja VDT memperoleh
8 artikel yang menyatakan bahwa usia hasil dimana wanita memiliki resiko lebih
termasuk salah satu faktor resiko yang bisa tinggi untuk mengalami keluhan pada tubuh
menyebabkan terjadinya keluhan MSDs bagian atas apabila dibandingkan dengan
pada pekerja. Hal ini dijelaskan pada salah pria. Namun, hal ini berbeda dengan
satu artikel, umur dapat memengaruhi kerja penelitian yang dikerjakan oleh Sherli dkk.,
otot pekerja. Hasil penelitian yang diperoleh yang menyatakan tidak adanya hubungan
menyatakan bahwa terdapat hubungan yang berarti antara jenis kelamin dengan
antara usia dengan keluhan MSDs, pekerja keluhan MSDs pada pekerja Tenun Ikat
yang memiliki usia ≥ 30 tahun akan lebih (Shobur, Maksuk and Sari, 2019).
beresiko 4,4 kali mengalami keluhan MSDs
tingkat tinggi dibandingkan dengan pekerja
yang berusia < 30 tahun (Shobur, Maksuk Masa Kerja
and Sari, 2019). Selain itu, menurut Berdasarkan 15 temuan artikel, terdapat
Tarwaka dkk. (2014), keluhan pertama 6 artikel yang menyatakan bahwa masa kerja
lazimnya dialami pada seseorang yang termasuk salah satu faktor resiko yang bisa
berusia 35 tahun dan bersamaaan dengan menyebabkan terjadinya keluhan MSDs
bertmbahnya umur seseorang maka tingkat pada pekerja. Menurut Tarwaka (2010),
keluhan akan selalu meningkat. Hal tersebut yang menerangkan bahwa keluhan MSDs
disebabkan karena pada usia setengah baya, akan terus meningkat saat masa kerja yang
maka ketahanan dan kekuatan otot mulai dimiliki pekerja menjadi lebih banyak, dan
menurun sehingga menyebabkan resiko baik secara fisik maupun psikis akan
mengalami keluhan otot meningkat menimbulkan kejenuhan pada pekerja. Masa
(Tarwaka et al., 2004). Namun bertolak kerja termasuk faktor resiko yang dapat
belakang dengan penelitian yang telah memengaruhi pekerja sehingga pekerja
dikerjakan oleh Aulia dkk., yang beresiko mengalami gangguan
menyatakan tidak adanya hubungan yang musculoskeletal, khusunya saat melakukan
berarti antara usia dengan keluhan MSDs pekerjaan yang membutuhkan kekuatan
pada pekerja konveksi (Aulia, Ginanjar and kerja yang tinggi (Sumardiyono et al.,
Fathimah, 2019). 2018). MSDs termasuk penyakit kronis
dimana membutuhkan waktu yang lama
Jenis Kelamin untuk berkembang menjadi suatu penyakit.
Berdasarkan 15 temuan artikel, terdapat Jadi dapat disimpulkan semakin lama waktu
4 artikel yang menyatakan bahwa jenis kerja atau semakin lama pekerjaan yang
kelamin termasuk salah satu faktor resiko dilakukan pekerja akan semakin tinggi pula
yang bisa menyebabkan terjadinya keluhan

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 7


Volume 6, Nomor 1, April 2022 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)
mengalami resiko keluhan MSDs (Shobur, hubungan antara kebiasaan olahraga dengan
Maksuk and Sari, 2019). keluhan MSDs pada pekerja pada operator
Hasil penelitian yang dilakukan oleh pengelasan (Jaka Laksana et al., 2020).
Aditya dkk., menunjukan yang mempunyai
masa kerja lebih dari sama dengan 3 tahun Indeks Massa Tubuh (IMT)
(76,7%) pada operator pengelasan Berdasarkan 15 temuan artikel,
cenderung memiliki potensi 5 kali lebih terdapat 2 artikel yang menerangkan bahwa
besar apabila dibandingkan dengan operator IMT termasuk salah satu faktor resiko yang
pengelasan yang mempunyai masa kerja bisa menyebabkan terjadinya keluhan
kurang dari 3 tahun (Jaka Laksana et al., MSDs pada pekerja. Berdasarkan
2020). Hal ini sesuai dengan penelitian yang Kementerian Kesehatan RI (2018), setelah
dikerjakan oleh Tiara dkk. yang pengukuran Indeks Massa Tubuh pada
mendapatkan hasil penelitian dimana seseorang maka dapat ditentukan klasifikasi
terdapat hubungan yang berarti antara masa obesitas pada seseorang, apabila nilai IMT
kerja dengan keluhan MSDs (Devi, Purba lebih dari atau sama dengan 25 kg/m2
and Lestari, 2017). Penelitian yang (P2PTM Kemenkes RI, 2018). Obesitas atau
dilakukan oleh Sherli dkk. pada pekerja kegemukan meningkatkan resiko terjadinya
tenun ikat juga menunjukkan terdapat gangguan musculoskeletal karena dapat
hubungan yang bermakna antara masa kerja menjadi pemicu berbagai penyakit
dengan keluhan MSDs (Shobur, Maksuk metabolik (Soegondo, 2006). Keluhan
and Sari, 2019). MSDs tentunya akan menganggu serta dapat
menghalangi berbagai aktivitas fisik. Nyeri
Kesegaran Fisik dan Kebiasaan Olahraga leher, nyeri kaki, osteoatritis pada lutut,
Berdasarkan 15 temuan artikel, terdapat cedera tendon Achilles, dan tendinitis
4 artikel yang menyatakan kesegaran fisik rotator cuff merupakan keluhan umum
dan kebiasaan olahraga termasuk faktor MSDs yang dirasakan pada individu yang
resiko yang bisa menyebabkan terjadinya obesitas (Mayasari and Saftarina, 2016).
keluhan MSDs pada pekerja. Menurut Pada penelitian yang dikerjakan oleh
Tarwaka dkk (2004) yang menerangkan Sumardiyono dkk. menunjukkan adanya
bahwa kesegaran jasmani dan kemampuan hubungan yang bermakna antara indeks
fisik dipengaruhi oleh kebiasaan olahraga. massa tubuh dengan gangguan
Olahraga dapat membiasakan kerja fungsi - musculoskeletal, hal tersebut dapat dilihat
fungsi otot (Tarwaka et al., 2004). Dapat pada pekerja pembatik tulis yang
dikatakan bahwa resiko keluhan otot akan mempunyai indeks massa tubuh lebih dari
meningkat apabila tingkat kesegaran 25 kg/m2 atau ketagori gemuk dan obesitas
jasmani rendah (Mayasari and Saftarina, (77,8%) mengalami gangguan
2016). musculoskeletal lebih tinggi dibandingkan
Hasil penelitian yang dikerjakan oleh dengan pekerja yang memiliki indeks massa
Aulia dkk., yang menerangkan terdapat tubuh kurang dari sama dengan 25 kg/m2
hubungan yang berarti anatara kebiasaan atau kategori normal dan kurus (25%)
olahraga dengan keluhan MSDs. Sedangkan (Sumardiyono et al., 2018). Sama halnya
responden yang akan berpotensi mempunyai dengan penelitian yang dikerjakan oleh
resiko 3,4 kali lebih besar merasakan Aditya dkk., yakni hasil penelitian
keluhan MSDs adalah yang tidak memiliki menunjukkan operator pengelasan yang
kebiasaan olahraga dibanding dengan memiliki IMT lebih dari 22 kg/m2 MSDs
responden yang mempunyai kebiasaan (79,2%) cenderung memiliki potensi 4 kali
olahraga (Aulia, Ginanjar and Fathimah, lebih besar merasakan keluhan MSDs
2019). Hasil penelitian tersebut sesuai dibanding dengan opeator pengelasan yang
dengan penelitian yang dikerjakan oleh mempunyai IMT kurang dari sama dengan
dkk., dimana menunjukkan adanya 22 kg/m2 (Jaka Laksana et al., 2020).

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 8


Volume 6, Nomor 1, April 2022 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)
Namun hal ini bertolak belakang dengan
penelitian yang telah dikerjakan oleh Tiara Beban Kerja
dkk., dimana menyatakan bahwa tidak ada Berdasarkan 15 temuan
hubungan yang signifikan antara IMT artikel, terdapat 1 artikel yang menyatakan
dengan keluhan MSDs hal tersebut bahwa beban kerja termasuk salah satu
dibuktikan dengan hasil uji statistik faktor resiko yang bisa menyebabkan
didapatkan nilai p-value 0,854 sehingga terjadinya keluhan MSDs pada pekerja.
tidak ada hubungan (Devi, Purba and Hasil penelitian yang dikerjakan oleh Tiara
Lestari, 2017). dkk., pekerja yang dalam bekerja
mengangkut beban berat akan lebih banyak
Faktor Pekerjaan merasakan keluhan MSDs berat, jika hal
tersebut tidak diberikan intervensi dan
Postur Kerja didiamkan dalam waktu yang lama kan
Berdasarkan 15 temuan artikel, terdapat memengaruhi keluhan MSDs. Selanjutnya,
8 artikel yang menyatakan bahwa postur hasil analisis menyatakan beban yang
kerja termasuk salah satu faktor resiko yang diangkut dengan kategori berat berpotensi
bisa menyebabkan terjadinya keluhan memiliki resiko 6,2 kali merasakan keluhan
MSDs pada pekerja. Postur kerja merupakan MSDs (Devi, Purba and Lestari, 2017).
titik penentu dalam menganalisa keefektifan Beban kerja fisik dikategorikan
dari suatu pekerjaan. Apabila postur kerja berlandaskan persen cardiovaskuler load
yang dilakukan oleh operator sudah baik dan dengan menggunakan pengukuran denyut
ergonomis maka dapat dipastikan hasil yang nadi. Beban kerja fisik pada seseorang dapat
diperoleh oleh operator tersebut akan baik. memiliki hubungan dengan keluhan MSDs.
Akan tetapi bila postur kerja operator Hal tersebut terjadi jika beban fisik
tersebut tidak ergonomis maka operator menyebabkan kontraksi otot yang
tersebut akan mudah kelelahan (Sulaiman et berlebihan akibat pembebanan yang banyak
al., 2016). Menurut Berker (2009), postur sekali dengan waktu pembebanan panjang
janggal merupakan posisi bagian tubuh yang yang menyebabkan kelelahan otot karena
pergelangan tangan menekuk, memutar, minimnya suplai oksigen yang
membungkuk, berlutut, bekerja dengan menimbulkan penumpukan sisa
ketinggian melewati kepala, jongkok, dan metabolisme (asam laktat) dan
meraih ke belakang (Nur, Lestari and menimbulkan rasa ketidaknyamanan, nyeri
Mustaniroh, 2016). atau pegal (Wiranto et al., 2019).
Hasil penelitian yang dikerjakan oleh Pembebanan pada tulang punggung dapat
Agus dkk., memperoleh hasil penelitian terjadi akibat pemindahan material yang
dimana terdapat hubungan yang signifikan dilakukan secara manual tetapi tidak
antara postur kerja dengan keluhan dilakukan secara ergonomis. Oleh karena
MSDspada pekerja penggilingan padi di itu, pada pekerjaan yang berisiko mengalami
Kecamatan Sepaku Kabupaten Penajam keluhan MSDs seperti mengangkat atau
Paser Utara. Postur janggal banyak mengangkut, efisiensi kerja dan pencegahan
ditemukan pada aktivitas menggiling padi terhadap masalah tulang belakang harus
(Wiranto et al., 2019). Sesuai penelitian memperoleh perhatian cukup (Mayasari and
yang dikerjakan oleh Fila dkk., yang Saftarina, 2016).
memperoleh hasil analisis hubungan postur
janggal dengan keluhan MSDs pada pekerja Durasi Kerja
sebanyak 50 responden dimana sebanyak 47 Berdasarkan 15 temuan artikel, terdapat
responden dengan kategori tinggi dan 4 artikel yang menyatakan bahwa durasi
sebanyak 41 responden dengan kategori kerja dapat juga menjadi faktor resiko yang
sedang yang merasakan keluhan MSDs bisa menyebabkan terjadinya keluhan
(Meilani, Asnifatima and Fathimah, 2018). MSDs pada pekerja. Durasi adalah lamanya

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 9


Volume 6, Nomor 1, April 2022 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)
waktu pajanan terhadap faktor risiko. Dapat tersebut disebabkan akibat pekerja tenun
diasumsikan bahwa semakin besar resiko dalam melakukan pekerjannya sering
yang terjadi dipengaruhi oleh semakin lama melakukan aktivitas berulang dan sarana
durasi paparannya Durasi sendiri seperti tempat duduk yang digunakan tidak
diklasifikasikan menjadi tiga kategori yakni, ergonomis (Shobur, Maksuk and Sari,
durasi singkat dengan waktu <1 jam/hari, 2019). Hal ini sesuai dengan penelitian yang
durasi sedang dengan waktu <1-2 jam/hari, dikerjakan oleh Siti, yakni pekerjaan Teller
dan durasi lama dengan waktu >2 jam/hari dalam melakukan pekerjaannya selalu
(Mayasari and Saftarina, 2016). beresiko memiliki postur kerja yang janggal
Hasil penelitian yang dikerjakan oleh secara berulang sepanjang waktu. Dalam 1
Fila dkk., hasil analisis menyatakan adanya menit sepanjang bekerja dapat melakukan
hubungan durasi kerja dengan keluhan gerakan berulang lebih dari 4 kali. Hal
MSDspada pekerja dimana dari 64 tersebut akan sangat beresiko terhadap
responden yang mempunyai jam kerja lebih terjadinya gejala MSDs pada Teller yang
dari 8 jam yang merasakan keluhan MSDs melakukan gerakan repetitive atau berulang
berjumlah 58 responden dan responden yang tersebut (Lubis, 2018).
tidak merasakan keluhan MSDs sebanyak 6
responden (Meilani, Asnifatima and Tingkat Resiko Ergonomi
Fathimah, 2018). Hasil ini sejalan dengan Berdasarkan 15 temuan artikel, terdapat
penelitian yang dikerjakan oleh Aditya dkk. 1 artikel yang menyatakan bahwa tingkat
yang menerangkan bahwa terdapat resiko ergonomi menjadi salah satu faktor
hubungan antara durasi kerja pengelasan resiko yang bisa menyebabkan terjadinya
dengan keluhan MSDs (Jaka Laksana et al., keluhan MSDs pada pekerja. Menurut
2020). Namun, hal ini berbanding terbalik bridger (1995) dan NIOSH (1997), adapun
dengan penelitian yang dilakukan oleh Tiara faktor yang dapat mempengaruhi tingkat
dkk., yang menunjukan tidak ada hubungan resiko ergonomi yaitu sebagai berikut
yang berarti pada variabel lama kerja dengan beban, durasi, postur, dan frekuensi (Aulia,
keluhan MSDs (Devi, Purba and Lestari, Ginanjar and Fathimah, 2019). Hasil
2017). penelitian yang dikerjakan oleh Aulia dkk.,
memperoleh hasil yang menyatakan ada
Gerakan repetitive atau Aktivitas berulang hubungan yang bermakna antara tingkat
Berdasarkan 15 temuan artikel, terdapat resiko ergonomi dengan keluhan MSDs.
4 artikel yang menyatakan bahwa gerakan Pada pekerja yang mempunyai tingkat
repetitive atau aktivitas berulang termasuk resiko ergonomi tinggi berpotensi
salah satu faktor resiko yang bisa mempunya resiko 6 kali lebih besar
menyebabkan terjadinya keluhan MSDs merasakan keluhan MSDs dibandingkan
pada pekerja. Menurut Tarwaka dkk. (2004), dengan pekerja yang mempunyai tingkat
Keluhan otot dapat terjadi akibat otot resiko ergonomi sedang (Aulia, Ginanjar
mendapat tekanan akibat beban kerja secara and Fathimah, 2019). Sedangkan hal ini
terus menerus tanpa mendapatkan waktu bertolak belakang dengan penelitian yang
untuk pengenduran atau relaksasi (Tarwaka telah dikerjakan oleh Tiara dkk., dimana
et al., 2004). Hasil penelitian Sherli dkk., menyatakan bahwa tidak ada hubungan
menunjukan hubungan yang bermakna yang signifikan antara tingkat resiko
terhadap aktivitas berulang pada pekerja ergonomi dengan keluhan MSDs hal
Tenun Ikat dimana didapatkan hasil pekerja tersebut dibuktikan dengan hasil uji statistik
yang kerap melakukan aktivitas berulang didapatkan nilai p-value 1,000 sehingga
berpotensi memiliki resiko 8,000 kali lebih tidak ada hubungan. Walaupun hasil
banyak untuk merasakan keluhan MSDs penelitian menunjjuka tidak adanya
dibandingkan pekerja yang tidak bekerja hubungan yang signifikan, akan tetapi
dengan kegiatan atau aktivitas berulang Hal keluhan MSDs berat lebih banyak dialami

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 10


Volume 6, Nomor 1, April 2022 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)
pada responen yang termasuk dalam tingkat Faktor Psikososial
resiko ergonomi kategori tinggi, jika hal
terus meneus dibiarkan dalam waktu yang Kelelahan Kerja dan Stress Kerja
lama dan tanpa dilakukannya intervensi Berdasarkan 15 temuan artikel, terdapat
maka tingkat risiko ergonomi bisa 3 artikel yang menyatakan bahwa kelelahan
mempengaruhi keluhan MSDs (Devi, Purba kerja dan stress kerja termasuk faktor resiko
and Lestari, 2017) yang dapat menyebabkan terjadinya keluhan
MSDs pada pekerja. Menurut Tarwaka dkk.
Manual Material Handling (MMH) (2004), Kelelahan dikategorikan menjadi
Berdasarkan 15 temuan artikel, terdapat dua macam, yaitu kelelahan otot dan
2 artikel yang menyatakan bahwa Manual kelelahan umum. Menurut Grandjean
Material Handling (MMH) termasuk salah (1993), kelelahan otot adalah suatu kondisi
satu faktor resiko yang bisa menyebabkan tremor pada bagian otot atau rasa nyeri di
terjadinya keluhan MSDs pada pekerja. bagian otot. Sedangkan kelelahan umum
Pekerjaan yang berhubungan dengan MMH lazimnya diawali dengan kurangnya
diantaranya pada pekerjaan pertukangan, keiginan untuk bekerja karena bebrbagai
bongkar muat barang, pekerjaan di pasar dan sebab yakni, monotoni; keadaan
aktivitas atau kegiatan bisnis lainnya. lingkungan; sebab-sebab mental; intensitas
Aktivitas atau kegiatan MMH antara lain dan lamanya kerja fisik; status kesehatan
sebagai berikut, proses mendorong, dan keadaan gizi (Tarwaka et al., 2004).
mengangkat, menarik, memanggul, dan Stress adalah kondisi tekanan psikologis
aktivitas penanganan material lainnya yang dapat menyebabkan berbagai bentuk
dengan tidak menggunakan alat bantu penyakit seperti penyakit mental (kejiwaan)
mekanis (Purnomo, 2017). dan dapat pula menyebabkan penyakit
Hasil penelitian yang dikerjakan oleh secara fisik (Tarwaka et al., 2004).
Agus dkk., memperoleh hasil yang Hasil penelitian yang dikerjakan oleh
menerangkan terdapat hubungan yang Petcharatana dkk., menunjukan faktor lain
lumayan kuat antara resiko Manual MMH yang ditemukan terkait dengan punggung
dengan keluhan MSDs. Dari hasil penelitian bagian bawah, leher, dan bahu MSDs adalah
yang telah dikerjakan diperoleh resiko stress kerja. Temuan menunjukkan bahwa
MMH dengan kategori tingkat sedang mayoritas responden merasa pekerjaan
berjumlah 65,7% dan resiko MMH kategori mereka memiliki kontrol pekerjaan yang
tingkat tinggi berjumlah 34,3%. Pada tinggi, tuntutan psikologis yang tinggi,
penilaian resiko MMH pengklasifikasian tuntutan fisik yang tinggi, dukungan sosial
ditentukan berlandaskan skor hasil hitung yang tinggi, keamanan kerja yang tinggi,
yang didapatkan dari 4 parameter sebagai dan bahaya kerja yang tinggi. Selain itu,
berikut, waktu atau frekuensi sikap 29,6% dari responden menganggap
membawa beban, (total 1 hari kerja), beban pekerjaan mereka sebagai pekerjaan dengan
angkut, dan kondisi linngkungan. Hal ketegangan tinggi. Mereka yang memiliki
tersebut didukung dengan kondisi pekerja di pekerjaan dengan ketegangan tinggi lebih
penggilingan di Kecamatan Sepaku beresiko untuk mengalami keluhan MSDs
Kabupaten Penajam Paser Utara dimana pada bagian punggung bawah, bahu, dan
banyak ditemukan postur janggal seperti leher. Bekerja di bawah tekanan waktu
membungkuk dan gerakan berulang pada ditemukan terkait dengan MSDs punggung
aktivitas manual handling sehingga banyak bawah pada pekerja pemanen kelapa sawit.
yang pekerja yang mengalami keluhan pada Ulasan sistematis juga melaporkan
daerah pinggul, punggung, dan pinggang hubungan antara faktor psikososial dan
(Wiranto et al., 2019). nyeri punggung bawah. Sebelumnya
penelitian juga menunjukkan bahwa stress

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 11


Volume 6, Nomor 1, April 2022 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)
dikaitkan dengan nyeri bahu dan sakit leher sehingga penulis dapat menyelesaikan
(Bhuanantanondh et al., 2021). dengan baik artikel ilmiah ini.

KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Dari hasil telaah artikel yang
didapatkan bahwa terdapat faktor individu, Aulia, R., Ginanjar, R. and Fathimah, A.
faktor pekerjaan, dan faktor psikososial (2019) ‘ANALISIS RISIKO
yang dapat menyebabkan terjadinya keluhan ERGONOMI TERHADAP
MSDs pada pekerja. Faktor individu KELUHAN MUSCULOSKELETAL
diantaranya adalah sebagai berikut, usia, DISORDERS (MSDs) PADA
jenis kelamin, masa kerja, kesegaran fisik PEKERJA KONVEKSI DI
dan kebiasaan olahraga, dan IMT. KELURAHAN KEBON PEDES
Selanjutnya pada faktor pekerjaan meliputi, KOTA BOGOR TAHUN 2018’,
postur kerja, beban kerja, durasi kerja, Promotor, 2(4), p. 301. doi:
gerakan repetitive/berulang, tingkat resiko 10.32832/pro.v2i4.2243.
ergonomi, dan MMH. Terakhir faktor
psikososial yang terdiri dari kelelahan kerja Bhuanantanondh, P. et al. (2021) ‘The
dan stress kerja. Berdasarkan hasil telaah prevalence of and risk factors
artikel yang telah di paparkan tersebut, saran associated with musculoskeletal
yang dapat digunakan adalah sebagai disorders in thai oil palm harvesting
berikut, sebaiknya hal yang dapat dilakukan workers: A cross-sectional study’,
dalam mencegah terjadinya keluhan MSDs International Journal of
pada pekerja adalah sebagai berikut, Environmental Research and Public
perusahaan atau tempat pekerja Health, 18(10). doi:
menyediakan falitas pendidikan dan 10.3390/ijerph18105474.
pelatihan bagi pekerja agar pekerja dapat BLS (2016) News Release Nonfatal
memahami ligkungan dan alat kerja, Occupational Injuries and Illnesses
mengatur waktu kerja dan istirahat yang Requiring Days Away From Work,
cukup, serta pengawasan yang insentif 2015. Available at:
sehingga kemungkinan pencegahan https://www.bls.gov/
terjadinya resiko sakit akibat kerja dapat news.release/archives/osh2
dilakukan lebih dini. Selain itu, perusahaan 11102016.pdf (Accessed: 9 December
atau tempat kerja menyediakan alat bantu 2021).
yang sesuai dengan keamanan dan
keselamatan dalam bekeja dan mengedukasi Bukhori, E. (2010) Hubungan Faktor Risiko
pekerja untuk menghindari postur janggal Pekerjaan Dengan Terjadinya
dalam bekerja. Keluhan Musculoskeletal Disorder
(MSDs) Pada Tukang Angkat Beban
UCAPAN TERIMAKASIH Pnambang Emas Di Kecamatan
Cilograng Kabupaten Lebak Tahun
Dengan ini penulis menyampaikan 2010. Universitas Islam Negeri Syarif
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Hidayatullah Jakarta. Available at:
Bapak Arga Buntara, SKM, MPH selaku https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/
Kepala Program Studi Kesehatan bitstream/123456789/1224/1/ENDA
Masyarakat Program Sarjana UPN Veteran NG BUKHORI-FKIK.PDF.
Jakarta. Oleh karena itu, penulis sangat Devi, T., Purba, I. and Lestari, M. (2017)
bersyukur dan mengapresiasi kepada pihak- ‘RISK FACTORS OF
pihak yang telah memberikan dukungan MUSCULOSKELETAL
DISORDERS (MSDs)

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 12


Volume 6, Nomor 1, April 2022 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)
COMPLAINTS ON RICE Meilani, F., Asnifatima, A. and Fathimah,
TRANSPORTATION ACTIVITIES A. (2018) ‘Faktor-faktor Risiko Yang
AT PT. BUYUNG POETRA Mempengaruhi Keluhan
PANGAN PEGAYUT OGAN ILIR’, Musculoskeletal Disorders (MSDs)
Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Pada pekerja Operator Sewing DI PT
8(2), pp. 125–134. doi: Dasan Pan Fasific Indonesia Tahun
10.26553/jikm.2016.8.2.125-134. 2018’, Promotor Jurnal Mahasiswa
Kesehatan Masyarakat, 1(1), pp. 62–
Istighfaniar, K. and Mulyono, M. (2017) 67. Available at: http://ejournal.uika-
‘Evaluasi Postur Kerja Dan Keluhan bogor.ac.id/index.php/PROMOTOR/
Muskoloskeletal Pada Pekerja article/view/1429.
Instalasi Farmasi’, The Indonesian
Journal of Occupational Safety and Nur, R. F., Lestari, E. R. and Mustaniroh, S.
Health, 5(1), p. 81. doi: A. (2016) ‘Analisis Postur Kerja pada
10.20473/ijosh.v5i1.2016.81-90. Stasiun Pemanenan Tebu dengan
Metode OWAS dan REBA, Studi
Jaka Laksana, A. et al. (2020) ‘Analisis Kasus di PG Kebon Agung, Malang’,
Risiko Musculoskeletal Disorders Teknologi dan Manajemen
(MSDs) pada Operator Pengelasan Agroindustri, 5(1), pp. 39–45.
(Welding) Bagian Manufakturing di
PT X Tahun 2019’, Jurnal Kajian dan P2PTM Kemenkes RI (2018) Klasifikasi
Pengembangan Kesehatan Obesitas setelah pengukuran IMT,
Masyarakat, 01, pp. 64–73. Available Kementerian Kesehatan RI. Available
at: at:
https://jurnal.umj.ac.id/index.php/AN http://p2ptm.kemkes.go.id/infographi
-NUR. c-p2ptm/obesitas/klasifikasi-obesitas-
setelah-pengukuran-imt (Accessed: 18
Jauhari, L. et al. (2017) ‘Analisis Distribusi November 2021).
Tingkat Keparahan Keluhan Subjektif
Musculoskeletal Diseases (MSDs) Purnomo, H. (2017) Manual Materials
dan Karakteristik Faktor Tingkat Handling, Universitas Islam
Risiko Ergonomi pada Pekerja Kantor Indonesia. Yogyakarta. doi:
Asuransi’, Jurnal Info Kesehatan, 10.1002/9781119276531.ch3.
15(1), pp. 20–28. Available at:
http://jurnal.poltekeskupang.ac.id/ind Santosa, A. and Ariska, D. K. (2018)
ex.php/infokes%0AAnalysis. ‘Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Kejadian Musculoskeletal
LFS (2017) Self-reported work- related ill Disorders pada Pekerja Batik di
health and workplace injuries: Index Kecamatan Sokaraja Banyumas’,
of LFS tables. Available at: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan,
http://www.hse.gov.uk/statist 16(1), pp. 42–46.
ics/lfs/index.htm (Accessed: 9
December 2021). Shobur, S., Maksuk, M. and Sari, F. I.
(2019) ‘FAKTOR RISIKO
Mayasari, D. and Saftarina, F. (2016) MUSCULOSKELETAL
‘Ergonomi Sebagai Upaya DISORDERS (MSDs) PADA
Pencegahan Musculoskletal Disorders PEKERJA TENUN IKAT DI
pada Pekerja’, Jurnal Kedokteran KELURAHAN TUAN KENTANG
Universitas Lampung, 1(2), pp. 369– KOTA PALEMBANG’, Jurnal
379. Available at: Medikes (Media Informasi
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/inde Kesehatan), 6(2), pp. 113–122. doi:
x.php/JK/article/view/1643. 10.36743/medikes.v6i2.188.

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 13


Volume 6, Nomor 1, April 2022 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)
Soegondo (2006) ‘Obesitas’, in Buku Ajar Harapan Press.
Ilmu Penyakit. 4th edn. Jakarta Pusat:
Penerbitan IPD FKUI. Widiastuti, U. and Poetryono
Dharmosamoedero, D. (2015)
Sulaiman, F. et al. (2016) ‘ANALISIS ‘PERAN ERGONOMI DALAM
POSTUR KERJA PEKERJA INDUSTRI TERHADAP
PROSES PENGESAHAN’, Journal KECELAKAAN KERJA
Teknovasi, 03, pp. 16–25. BERDASARKAN
MUSCULOSKELETAL
Sumardiyono et al. (2018) ‘Faktor Risiko DISORDERS (MSDs)’, Gaung
Kesehatan Kerja pada Pekerja Informatika, 8(3), pp. 199–210.
Pembatik Tulis’, Prosiding SNST ke-9 Available at:
Tahun 2018 Fakultas Teknik http://jurnal.usahidsolo.ac.id/index.ph
Universitas Wahid Hasyim, pp. 7–12. p/GI/article/view/300.
Tarwaka et al. (2004) Ergonomi Untuk Wiranto, A. et al. (2019) ‘FAKTOR YANG
Keselamatan, Kesehatan Kerja, dan MEMPENGARUHI KELUHAN
Poduktivitas Kerja. 1st edn. Surakarta: MUSCULOSKELETAL DISORDER
UNIBA PRESS. PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI
Tarwaka (2010) Ergonomi Industri, Dasar- KABUPATEN PENAJAM PASER
Dasar Pengetahuan Ergonomi dan UTARA’, Jurnal Husada Mahakam, IV(8),
Aplikasi di Tempat Kerja. I. Surakarta: pp. 439–452.

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 14

You might also like