You are on page 1of 12

Jurnal Ilmiah Platax Vol.

6:(1), Januari 2018 ISSN: 2302-3589

Visualisasi Data Digital Morfometrik Daun Avicennia marina Di Perairan


Pantai Tongkaina Dan Bintauna
(Avicennia marina Leaf Morphometric Digital Data Visualization In Tongkaina And
Bintauna Coastal Areas)
Rianto Robot1, Joudy R.R. Sangari2, Boyke H. Toloh2
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Universitas Sam Ratulangi Manado
e-mail : riantorobot@gmail.com
(2)
Staf Pengajar Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi Manado.
ABSTRACT
The development of biology has been a major step in explaining variations in
form. Information on the morphometric characteristics of A. marina leaves can be
collected, managed, calculated and displayed visually using the current emerging
technologies. The emerging technology is image processing software. In this study,
the leaf identification was performed automatically on digital image data to
measure variations and make morphometrics leaf digitalization using the software.
Measurement and visualization on the morphometric s of the shape based on
digital image data is still rare. To know the comparison of morphometric characters
of leaf based on location difference, the research was done by comparing
morphometric of A. marina leaves in Bintauna and Tongkaina using digital image
processing technology and object analysis. A. marina leaf samples were collected
and imaged with the camera. Furthermore, the image is processed with ImageJ to
obtain the results of morphometric character and leaf landmark data. The results of
the length ratio and width of the leaf were tested by t test, while the landmark data
was visualized with PAST software. Image data also analyzed and visualized using
elliptic Fourier descriptors (EFDs) method, plus visualization of the size and overall
shape of leaf contours using Photoshop. The results showed that the size of A.
marina leaves in Tongkaina are greater than that of Bintauna. A. marina leaves at
Tongkaina have a length of 65,36 mm, width 36,02 mm, wide by 169,24 mm2 and
circle 178,78 mm, While in Bintauna have a length of 63,76 mm, width 31,82 mm,
width 149.63 mm2 and circle 166.50 mm. Visualization applied directly on A.
marina leaf shape using the technique of point of coordinates of leaf (landmark)
and leaf edge contour detection technique using Photoshop, the result of a whole
analysis indicates that A. marina leaves in Tongkaina have symmetrical mean
(morphometric) which is slightly different than those in Bintauna. Based on the
result of EFDs method calculation and statistical t test, the result shows that leaf
size of both populations of A. marina in Tongkaina and Bintauna has no difference.
Keywords: Digital Imagery, Visualization, Morphometrics, Avicennia marina,
Bintauna, Tongkaina
ABSTRAK
Perkembangan biologi telah menjadi langkah besar dalam menjelaskan
variasi bentuk. Informasi mengenai data karakteristik morfometrik daun A. marina
dapat dikumpulkan, dikelola dan dihitung serta ditampilkan secara visual
menggunakan teknologi yang berkembang saat ini. Teknologi yang sedang
berkembang adalah perangkat lunak pengolah gambar. Identifikasi daun dapat
dilakukan secara otomatis pada data citra digital untuk mengukur variasi dan
membuat digitalisasi morfometrik daun menggunakan perangkat lunak.

42
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 6:(1), Januari 2018 ISSN: 2302-3589

Pengukuran dan penggambaran (visualisasi) mengenai bentuk morfometrik


berdasarkan data citra digital masih belum banyak dilakukan. Untuk mengetahui
perbandingan karakteristik morfometrik daun berdasarkan perbedaan lokasi,
dilakukan penelitian dengan membandingkan morfometrik daun A. marina yang
ada di Bintauna dan Tongkaina menggunakan teknologi digital image processing
dan analisis objek untuk melakukan visualisasi data. Sampel daun A. marina
dikumpulkan dan dicitrakan dengan kamera. Selanjutnya citra diproses dengan
ImageJ untuk mendapatkan hasil pengukuran karakter morfometrik dan data
landmark daun. Hasil pengukuran rasio panjang dan lebar daun diuji dengan uji t,
sedangkan data landmark divisualisasi dengan perangkat lunak PAST. Data citra
juga dianalisis dan divisualisasi dengan metode elliptical fourier descriptors
(EFDs), ditambah dengan visualisasi ukuran dan bentuk keseluruhan dari kontur
daun menggunakan Photoshop. Hasil penelitian menunjukan bahwa ukuran daun
A. marina yang ada di Tongkaina lebih besar dibandingkan dengan yang ada di
Bintauna. Daun A. marina di Tongkaina memiliki ukuran panjang 65,36 mm, lebar
36,02 mm, luas 169,24 mm2 dan lingkaran 178,78 mm, Sedangkan di Bintauna
memiliki ukuran panjang 63,76 mm, lebar 31,82 mm, luas 149,63 mm2 dan
lingkaran 166,50 mm. Visualisasi secara langsung dari bentuk daun A. marina
dengan teknik menggunakan titik koordinat daun (landmark) serta menggunakan
teknik pendeteksian tepi bentuk kontur daun menggunakan Photoshop, hasil
analisis keseluruhan menunjukan bahwa daun A. marina yang ada di Tongkaina
memiliki bentuk rata-rata kesimetrisan (morfometrik) yang sedikit berbeda
dibandingkan dengan yang berada di Bintauna. Berdasarkan hasil uji statistik
dengan metode (EFDs) kemudian dilanjutkan dengan uji t, menunjukan hasil
bahwa ukuran daun kedua populasi A. marina yang di Tongkaina dan Bintauna
adalah tidak berbeda.
Kata kunci : Citra digital, Visualisasi, Morfometrik, Avicennia marina, Bintauna,
Tongkaina

PENDAHULUAN langsung maupun tidak langsung


mempengaruhi perubahan vegetasi
Hutan mangrove merupakan
mangrove (Nurakhman, 2002). Oleh
salah satu bentuk ekosistem hutan
Karena itu akan terdapat perbedaan
yang unik dan khas yang sebagian
jenis pohon di hutan mangrove antara
besar dijumpai di sepanjang garis
satu tempat dengan tempat lainnya
pantai bersubstrat lumpur. Sampai saat
(Hadjowigeno, 1987) dalam (Sadat,
ini ada sekitar 202 jenis spesies
2004). Perubahan karakter yang sering
mangrove yang telah teridentifikasi di
paling menonjol adalah perubahan
Indonesia dan salah satunya adalah
karakter daun. Daun merupakan salah
Avicennia marina (Noor et al., 2006).
satu bagian tumbuhan yang mengalami
A. marina merupakan jenis mangrove
perubahan bentuk sesuai kondisi
yang sangat berpotensi untuk diteliti
kesehatan mangrove dan lingkungan
karena jenis ini dinilai merupakan
perairan tempat hidupnya (Nurakhman,
pelopor utama terbentuknya komunitas
2002). Oleh karena itu menarik untuk
hutan mangrove (Terrados et al., 1997)
dilakukan penelitian berkaitan dengan
dalam (IUCN Red List, 2017). Menurut
morfometrik daun A. marina antara
Noor et al., (2006) A. marina
daerah tumbuh yang satu dengan yang
merupakan salah satu jenis mangrove
lain.
yang tersebar di seluruh Indonesia
dengan kondisi yang sangat melimpah. Perkembangan biologi telah
berevolusi dalam menjelaskan variasi
Sering terjadinya fenomena
bentuk (Chitwood dan Sinha, 2016).
alam belakangan ini, akan berpengaruh
Informasi mengenai data karakteristik
terhadap kondisi ekologi baik secara

43
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 6:(1), Januari 2018 ISSN: 2302-3589

morfometrik daun A. marina dapat manfaatkan untuk kemudahan dalam


dikumpulkan, dikelola dan dihitung pengumpulan data, mengolah dan
serta ditampilkan secara visual menganalisis serta menampilkannya
menggunakan teknologi yang secara visual agar lebih sederhana dan
berkembang saat ini. Teknologi yang mudah dimengerti.
sedang berkembang adalah perangkat
lunak pengolah gambar (Hartadi, 2004). Tujuan
Identifikasi daun dapat dilakukan
secara otomatis menggunakan Penelitian ini bertujuan:
perangkat lunak pengolah citra. 1) Untuk mengetahui perbandingan
Pengelolaan citra digital saat ini karakteristik morfometrik daun
memiliki peranan penting dalam mangrove A. marina berdasarkan
penelitian yang berkaitan dengan
perbedaan lokasi penelitian.
bidang biologi (Ramdhani et al., 2013).
2) Mengaplikasikan teknologi digital
Pengukuran secara manual akan
membutuhkan banyak waktu, tidak image processing dan analisis
efisien, dan dipengaruhi oleh tingkat objek untuk melakukan visualisasi
ketelitian peneliti yang menganalisis data menjadi informasi yang user
(Rifano, 2014). friendly.
Manfaat
Dalam bidang sains sebagai
salah satu komponen penting Hasil penelitian ini diharapkan
kehidupan tidak luput dari dukungan dapat menjadi informasi awal untuk
teknologi. Untuk itu di era digital pengembangan dalam penelitiaan
sekarang, pengguna teknologi selanjutnya dengan memanfaatkan
khususnya dalam bidang manajemen perangkat lunak khususnya yang
sumberdaya perairan juga dituntut berhubungan dengan studi
untuk bisa menggunakan serta mahir morfometrik.
dalam mengoperasikan perangkat
lunak tersebut. Hal ini dapat dilihat dari METODOLOGI PENELITIAN
perhitungan-perhitungan yang dahulu
dikerjakan secara manual kini telah Lokasi pengumpulan data
diganti dengan peralatan elektronik penelitian dilakukan di hutan mangrove
(Mallo et al., 2012). pesisir pantai Desa Tongkaina
Kecamatan Bunaken Kota Manado
Berbagai bentuk penelitian dengan titik koordinat 1,5705140,
tentang mangrove telah dilakukan di 124,8057390 dan hutan mangrove
Sulawesi Utara. Akan tetapi, penelitian pesisir pantai Desa Minanga
perbandingan morfometrik khusus Kecamatan Bintauna Kabupaten
untuk spesies A. marina di dua lokasi Bolaang Mongondow Utara Sulawesi
antara perairan berbeda belum pernah Utara dengan koordinat 0,8924750,
dilakukan. Morfometrik adalah suatu 123,5686950. Penelitian ini
studi yang berkaitan dengan bentuk dilaksanakan selama satu bulan pada
suatu organisme. Pengukuran dan tanggal 04 September – 05 Oktober
penggambaran (visualisasi) mengenai 2017.
bentuk morfometrik berdasarkan data
citra digital masih belum banyak Prosedur Pengumpulan Data
dilakukan. Pengumpulan data sampel
Dengan berkembangnya dilakukan dengan metode survei,
teknologi informasi, studi morfometrik observasi dan koleksi langsung di
dapat dilakukan dengan teknik lapangan (Utama et al., 2012), serta
visualisasi digital menggunakan dilanjutkan dengan pembuatan citra
perangkat lunak yang dapat kita

44
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 6:(1), Januari 2018 ISSN: 2302-3589

dan pengukuran daun menggunakan Hasil citra digitalisasi gambar


perangkat lunak. daun A. marina akan diolah dan
dilakukan pengukuran dari luas area
penampang, panjang-lebar, perimeter
dan rasio menggunakan ImageJ
(Reinking, 2007). Pengukuran
dilakukan diawali dengan mengolah
citra warna menjadi citra gray scale
pada menu (Image>Tipe>8bit)
kemudian (Threshold) untuk
mengubah ke citra biner. Pada (Set
Measurments), “area”, “Shape
descriptors”, Perimeter” dan “Feret’s
diameter” dicentang. Wand tool pada
tool bar digunakan untuk mengklik
Gambar 1. Peta lokasi penelitian objek yang akan diukur. Hasil
pengukuran dihasilkan melalui
Individu A. marina dibagi dalam tiga Measure pada menu Analyze.
kategori, pohon (diameter batang ≥ 10
cm), anakan (diameter batang 2,1 cm –
10 cm) dan semai (diameter batang ≤ 2
cm) (Fachrul, 2007). Tiap kategori
diambil 30 tangkai ranting (pohon 30,
anakan 30 dan semai 30). Hal ini
dimaksudkan sebagai ulangan pada
Gambar 2. (A) citra asli, (B) citra gray
tiap lokasi penelitian, sehingga jumlah
scale, (C) citra biner
tangkai ranting yang akan terkumpul
pada satu lokasi adalah 90. Dari 90
tangkai/lokasi, akan di petik 180 helai
daun yang keseluruhannya diambil
secara acak.
Pengambilan Gambar Daun
Daun-daun secara digital
dicitrakan dengan cara difoto
menggunakan kamera Canon DSLR
1100D sebagai alat bantu untuk
pembuatan citra gambar dengan format
(JPEG). Daun yang telah dilepaskan
tangkainya (petiole) di letakan di atas
kertas putih ukuran A4 secara berjejer
sebanyak 6 helai bersama dengan
mistar. Kemudian bagian atasnya
ditutupi dengan kertas bening dengan
tujuan agar permukaan daun menjadi Gambar 3. Hasil pengukuran morfologi
rata. selanjutnya daun difoto dan hasil daun dengan ImageJ
gambar disimpan dalam komputer
(Alfitri et al., 2013) dalam (Rifano, Mengeksport Data Landmark dan
2014). Visualisasi Bentuk Morfometrik
Geometrik Daun
Pengukuran Luas Area, Panjang-
Lebar, Perimeter dan Rasio Titik landmark (digitasi) pada
kontur gambar daun dilakukan dengan

45
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 6:(1), Januari 2018 ISSN: 2302-3589

paket perangkat lunak ImageJ. Multi- centang pada kotak select Area >gray
point pada menu Tool bar digunakan scale. >Make Histogram.
untuk menerapkan 15 titik landmark >Image.Binarize >Centang kotak Filter
pada kontur daun. Selanjutnya Ero Dil Filter dan Dil Ero Filter
koordinat x, y dari titik landmark untuk >Labeling Object. >Chain Coding. Ini
setiap daun ditampilkan dengan akan menambahkan kode rantai ke
menekan tombol keyboard CTRL+M pilihan pengguna >Pilih Save to File.
(Measure). Semua data koordinat daun Langkah 1-3 diulangi untuk gambar
dirata-ratakan kemudian diplot dengan yang lain.
program PAST (Plot >X Y graph).
Metode ini digunakan untuk membuat Kode rantai dikonversi
visualisasi dari rata-rata keseluruhan (dinormalisasi) dengan program
bentuk kontur daun menjadi kurva CHC2NEF yang ada dalam paket
poligon daun. SHAPE. Pilih file kode berantai yang
dihasilkan pada langkah 3. File NEF
Visualisasi Bentuk Kontur Daun baru yang akan dihasilkan pada
Menggunakan Photoshop langkah berikut. Max Harmonic No
ditetapkan. Angka harmonik yang lebih
Langkah-langkah visualisasi tinggi menyebabkan perkiraan bentuk
kontur daun menggunakan Photoshop yang lebih baik, namun biasanya 20
bertujuan untuk menampilkan cukup untuk merekapitulasi bentuk
keseluruhan bentuk asli dari sampel daun secara akurat. Pilih Metode
daun. Proses ini dilakukan dengan Normalisasi untuk ‘based on the
mengubah citra gambar daun menjadi longest radius’. Ini adalah cara gambar
gambar biner dengan meilih menu pada awalnya berorientasi, dan opsi ini
image >Abjustments >Black and with memungkinkan manipulasi lebih baik
>ok > ulangi Image >Abjustments untuk disesuaikan dengan benar. Klik
>Threshold. Pilih Qiuck Selection 'OK' >Klik ‘Start' pada jendela baru.
Tool pada tool bar untuk melakukan Semua gambar disejajarkan. klik 'Save
deteksi tepi. / Next Obj' dan diulangi sampai semua
Ketika objek gambar daun telah diklik gambar dinormalisasi.
dengan Qiuck Selection Tool, klik
kanan mouse >new layer >klik kanan Visualisasi Elliptical Fourier
mouse >Transform selection >atur Descriptors (EFDs) dilakukan dalam
posisi yang diinginkan >Enter >kanan paket program SHAPE itu sendiri.
mouse >strock >atur warna (color) Program 'PrinComp' diaktifkan, di
dan width diubah 3 px. Kemudian ok. dalam SHAPE. perintah 'Files>Open
Ulangi langkah 2- 5 untuk gambar daun Nef File' dan pilih file.nef dilakukan.
yang lain. Jumlah harmonisasi ditetapkan untuk
melakukan PCA (standarnya adalah
Analisis Bentuk: Elliptical Fourier 20). Centang a-d untuk menganalisis
Descriptors (EFDs) varian simetris dan asimetris. klik
tombol Principal Component
Pendekatan Elliptical Fourier Analysis. klik OK. Simpan file hasil
Descriptors (EFDs) dilakukan dengan (file.pcr), Sebuah jendela baru akan
program SHAPE v. 1.3 (Iwata dan Ukai, muncul dengan informasi dari PCA.
2002). Gambar dibuka dengan memilih ‘Make Report’ untuk memunculkan
1)
Select Image File. Pilih file BMP (citra informasi analisis. ‘Eigenvalues dan
gambar harus sudah dalam format Eigenvalue Proportions’ dicentang,
BMP). 2)Pada tab ‘config’ atur object karena ini berisi varian persen yang
color (Dark/Black), Scale Included ‘No’. dijelaskan oleh masing-masing
Untuk mulai memproses foto dipilih tab Principle componen (PC). Klik 'OK'.
3)
Processing >Load Image >hapus Untuk mengambil nilai PC untuk

46
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 6:(1), Januari 2018 ISSN: 2302-3589

analisis lebih lanjut, tombol ‘Calculate


Principal Component Scores’ diklik
pada toolbar PrinComp untuk
membuat file skor PC. Klik 'OK'.
Untuk memvisualisasikan
'Eigenleaves' dan apa yang ditunjukkan
masing-masing PC, klik tombol
'Reconstruct Principal Component
Contours' di toolbar PrinComp. Gambar 4. Pengukuran manual (kiri),
Muncul kotak dialog untuk memilih pengukuran otomatis dengan ImageJ
jumlah komponen yang akan (kanan)
direkonstruksi, pilihannya adalah
Hasil pengukuran dari
'Reconstruct Effective Components
keseluruhan sampel daun A. marina
Only' atau 'Select Manually'. Ini akan
menggunakan perangkat lunak
menjadi jumlah komponen yang akan
pengolah citra menunjukan adanya
divisualisasikan. Berkas 'PC contours'
sedikit perbedaan antara ukuran daun
yang dihasilkan disimpan. Jendela baru
yang ada di Bintauna dan di Tongkaina.
akan muncul (terbuka secara otomatis
Untuk daerah Bintauna memiliki nilai
dalam program PrinPrint), satu dengan
panjang rata-rata 63,76 mm dan lebar
grafis yang menunjukkan Eigenleaves
rata-rata 31,82 mm, sedangkan untuk
yang lain untuk memilih opsi
daerah Tongkaina panjang rata-rata
menggambar (Klein dan Svoboda,
65,36 mm serta lebar rata-rata 36,02
2017).
mm. Perbedaan ukuran panjang dan
HASIL DAN PEMBAHASAN lebar daun otomatis akan
mempengaruhi luas area dan lingkaran
Hasil Pengukuran Daun dengan daun (Perimeter). Semakin besar
Perangkat Lunak Pengolah Citra
ukuran panjang dan lebar daun maka
Digital
luas dan lingkaran daun juga akan
Pengukuran morfologi daun semakin besar. Berdasarkan hasil
dalam bentuk citra digital menggunakan pengukuran, daun A. marina yang ada
perangkat lunak ImageJ sangat efektif di Bintauna memiliki luas rata-rata
untuk diterapkan. Pada penelitian ini, 149,63 mm2 dan panjang lingkaran
sebelum semua data citra diukur 166,50 mm. Sedangkan yang di
secara otomatis menggunakan Tongkaina luas rata-ratanya 169,24
perangkat ImageJ, sebelumnya mm2 dan panjang lingkaran 178,78
dilakukan uji beberapa daun untuk mm. Dari hasil pengukuran tersebut
diukur secara manual. Hasil dapat disimpulkan bahwa persentasi
pengukuran secara manual kemudian daun A. marina yang ada Tongkaina
dibandingkan dengan pengukuran rata-rata memiliki bentuk dan ukuran
secara otomatis menggunakan ImageJ. yang lebih besar dibandingkan yang
Data yang dihasilkan dari pengukuran ada di Bintauna. Berikut tabel dan
citra daun secara otomatis menunjukan gambar dari rata-rata ukuran daun
hasil yang sama dengan pengukuran pada dua lokasi tersebut.
manual (Gambar 4).
Tabel 1. Hasil pengukuran rata-rata bentuk daun menggunakan ImageJ

Panjang Lebar Luas Lingkaran


Lokasi (mm) (mm) (mm2) (mm)
Bintauna 63,76 31,82 149,63 166,5
Tongkaina 65,36 36,02 169,24 178,78

47
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 6:(1), Januari 2018 ISSN: 2302-3589

Ukuran Morfometrik Daun


Lingkaran 178,78
166,50

Luas 169,24
149,63

Lebar 36,02
31,82

Panjang 65,36
63,76

0 50 100 150 200


Milimeter
Tongkaina Bintauna

Gambar 5. Hasil perbandingan ukuran rata-rata ukuran daun dua lokasi

Perbedaaan ukuran daun A. bahwa sedikit perbedaan bentuk


marina yang dihasilkan menunjukan kesimetrisan daun A. marina yang ada
perbedaan pada bentuk kesimetrisan di Bintauna dan Tongkaina, terbentuk
daun pada dua populasi di lokasi karena sebagai respon terhadap
tumbuh berbeda. Sebagaimana yang keadaan lingkungan salah satunya
dikatakan Nurakhman (2002), bahwa adalah salinitas substrat. Dugaan
tipe perubahan bentuk daun mangrove tersebut mengacu pada kemampuan
yang biasa dijumpai antara lain yang dimiliki daun A. marina dalam
perubahan kesimetrisan (morfometrik) mengeluarkan garam, sehingga
daun, karena daun merupakan salah semakin tinggi salinitas substrat bisa
satu bagian tumbuhan yang mengalami saja akan membuat organ daun A.
perubahan bentuk sesuai kondisi marina bekerja lebih keras dalam
kesehatan mangrove dan lingkungan mengeluarkan garam. Teknik
perairan tempat hidupnya. penyesuaian terhadap kondisi seperti
ini bisa saja terjadi dengan cara
Dari hasil pengukuran memperbesar luas penampang daun,
parameter lingkungan menggunakan agar lebih banyak garam yang dapat
Horiba, pada dua lokasi hanya dikeluarkan. Terbukti bahwa luas area
menunjukan berbedaan pada salinitas penampang daun A. marina yang ada
substrat (ppt) dan oksigen terlarut (DO). di Tongkaina lebih besar dengan
Tabel 2. Parameter lingkungan salinitas substrat pada lokasi tersebut
rata-rata 26,5 ppt. Sedangkan yang ada
Lokasi Suh Salinit Derajat DO di Bintauna luas penampang daunnya
u as Keasam rata-rata sedikit lebih kecil dengan
(0C) (ppt) an (pH) salinitas rata-rata substrat pada lokasi
Bintaun 28,6 18,1 7,89 2,3 18,1 ppt. Hal ini sejalan dengan hasil
a 5 2 penelitian Hutahaean et al., 1999)
bahwa jenis A. marina memiliki nilai
Tongkai 27,5 26,5 7,63 0,5 pertumbuhan daun rata-rata yang
na 5 6 paling tinggi pada salinitas 22,5 – 30,0
ppt.
Berdasarkan data lingkungan
tersebut, peneliti hanya bisa menduga

48
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 6:(1), Januari 2018 ISSN: 2302-3589

Representasi Bentuk Daun rata daun A. marina pada lokasi


Berdasarkan Data Landmark tumbuh di Bintauna dan Tongkaina.
(Poligon) Dari hasil perbandingan berdasarkan
hasil visualisasi data landmark daun
Gambar 24 menggambarkan tersebut, menunjukan bentuk ukuran
keseluruhan data landmark dalam luas yang berbeda. Hal ini menunjukan
bentuk titik-titik koordinat (x, y) yang bahwa lokasi tumbuh berpengaruh
diekstraksi dari keseluruhan bentuk pada kelangsungan hidup suatu
sampel daun. Data landmark yang telah sepesies.
diambil rata-ratanya kemudian
dihubungkan dengan garis lurus Dalam melakukan visualisasi
membentuk poligon kontur daun. bentuk morfometrik daun ataupun
Hasil visualisasi yang organisme lainnya dengan metode
ditampilkan dalam penelitian ini terlihat poligon, perlu memperhatikan jarak
sederhana dengan garis penghubung antara setiap titik landmark. Dalam
setiap titik landmark berbentuk garis penelitian ini, bentuk patah-tatah kontur
patah-patah. Hal ini disebabkan oleh daun yang digambarkan disebabkan
jumlah titik landmark yang diterapkan oleh jarak antara titik satu dengan titik
pada daun terlalu sedikit, sehingga lainnya hanya terhubung dengan garis
tidak dapat merepresentasikan secara linear. Pembentukan kontur daun harus
sempurna bentuk asli dari daun A. memperhatikan urutan landmark
marina. Akan tetapi, berdasarkan hasil sebagai urutan titik poligon (Takemura
visualisasi bentuk kurva daun tersebut, dan Marcondes, 2002) dalam (Ristian,
sudah bisa menjelaskan bahwa kedua 2017). Untuk medapatkan hasil bentuk
populasi sampel memiliki perbedaan kontur daun yang mendekati kontur
ukuran, terlihat dengan jelas pada daun asli bisa dilakukan dengan teknik
gambar 15 bahwa daun A. marina di lanjutan menggunakan B-spline
Tongkaina lebih lebar dibandingkan approximation seperti yang pernah
dengan daun A. marina yang ada di dilakukan oleh Ristian (2017) dalam
Bintauna. tesisnya untuk mengekstraksi bentuk
kontur daun menggunakan Nearest
Neighbor dan B-spline. B-spline ia
digunakan untuk memperbaiki kualitas
titik landmark kontur daun (Ristian,
2017).
Visualisai Bentuk Kontur Daun
Menggunakan Photoshop

Perkembangan teknologi sudah


sepatutnya untuk kita manfaatkan
semaksimal mungkin. Kemampuan
perangkat lunak pengolah citra dapat
Gambar 6. Perbandingan visualisasi kita gunakan dalam merepresentasikan
data landmark daun A. marina Bintauna bentuk daripada morfologi suatu
dan Tongkaina organisme. Dalam penelitian ini juga
coba dilakukan visualisasi dari rata-rata
Visualisasi daun A. marina bentuk kontur daun A. marina dengan
dengan metode poligon, memanfaatkan tools yang ada di
mempelihatkan luas area yang terkover program Photoshop untuk melakukan
oleh bentuk kurva dari daun. Bentuk pendeteksian tepi (edge) dan
hasil visualisasi dari kurva daun dalam mengekstraksi keseluruhan bentuk asli
metode ini, terlihat jelas perbedaan dari daun A. marina.
bentuk morfometrik dari ukuran rata-

49
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 6:(1), Januari 2018 ISSN: 2302-3589

Hasil deteksi tepi dalam bentuk Hasil rata-rata bentuk dan


pola daun untuk sampel yang sama ukuran dapat dibedakan langsung dari
ditumpuk pada satu titik yang sama hasil visualisasi gambar yang
dengan menggunakan program ditampilkan. Berdasarkan hasil
Photoshop. Berdasarkan teknik ini, visualisasi dari bentuk kontur daun
bentuk daun secara sempurna akan menggunakan perangkat lunak
digambarkan sesuai dengan bentuk Photoshop terlihat dengan jelas bahwa
asli. Dari penumpukan bentuk pola rata-rata (mean) bentuk kedua populasi
kontur daun inilah, dapat melihat sampel daun A. marina tidak simetris
diamati langsung secara visual ketika gambar dibuat tumpang tindih
perbedaan bentuk morfometrik A. (overlap). Hasil ini sangat sejalan
marina dari dua lokasi yang berbeda. dengan hasil pengukuran otomatis
Teknik visualisasi ini dapat memberikan yang dilakukan dengan perangkat lunak
informasi keseluruhan bentuk daun ImageJ. Pada pengukuran morfometrik
yang masuk dalam anggota sampel, daun dengan perangkat lunak ImageJ
termasuk bentuk ukuran yang paling hasil rata-rata kedua lokasi dapat dilihat
besar dan paling kecil, sekaligus bentuk pada Tabel 1.
dan ukuran yang paling dominan.
Informasi visual dari gambar
Berdasarkan hasil visualisasi kurva daun yang ditampilkan dapat
yang dilakukan dengan Photoshop, mengandung banyak informasi.
terlihat jelas bahwa ukuran daun A. Visualisasi merupakan salah satu cara
marina yang ada di Tongkaina lebih untuk merepresentasikan data dalam
panjang dan lebih lebar. Hal ini sejalan bentuk gambar untuk menyampaikan
dengan hasil pengukuran informasi (Hansen & Johnson, 2005).
menggunakan ImageJ, bahwa Kelebihan dari metode ini dapat
pertumbuhan ukuran panjang dan lebar menggambarkan secara real (nyata)
maksimum daun A. marina yang ada di bentuk asli dari daun A. marina,
Tongkaina lebih besar di bandingkan sehingga peneliti dapat dengan mudah
dengan yang di Bintauna. Dari hasil melihat dan membandingakan bentuk
pengukuran menggunakan ImageJ, daun dari kedua populasi sampel.
didapat pertumbuhan maksimum Kekurangan dari metode ini yaitu tidak
panjang 100 mm dan lebar maksimum dapat melakukan analisis statistik dari
56 mm untuk daerah Tongkaina, data yang dimasukan.
sedangkan untuk Bintauna panjang
maksimum 94 mm dan lebar Visualisasi dan Analisis PCA Dengan
maksimum 50 mm. Metode Elliptical Fourier Descriptors
(EFDs)

Dalam mengekstrak atau


mengukur fitur daun merupakan suatu
studi yang cukup rumit. Hal ini
membuat aplikasi dari pengenalan pola
pada bidang ini adalah suatu tantangan
baru (Syahputra, 2009). Khul dan
Giadina (1982) telah mengembangkan
ekstraksi fitur menggunakan Elliptic
Fourier.
Elliptical Fourier Descriptor yang
diawali dengan pendeteksian tepi
(edge) dari citra pada kontur daun A.
Gambar 7. Visualisasi dengan marina dalam bentuk kode berantai
Photoshop (chain code) yang akan

50
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 6:(1), Januari 2018 ISSN: 2302-3589

merepresentasikan data numerik dan menggambarkan bahwa daun yang ada


dapat dimanipulasi secara aljabar untuk di Tongkaina dan Bintauna memiliki
mengekstraksi EFDs. Hasil visualisasi bentuk yang mirip. Penggambaran
data dari chain code yang daun pada Gambar 16 didasarkan pada
ternormalisasi ditampilkan dalam persamaan dan perbedaan yang
bentuk grafis yang menunjukan ditampilkan 5 PC untuk mewakili
eigenleaves dan tersaji dalam bentuk keseluruhan variabilitas bentuk daun.
tabel Principle Component Analysis
(PCA), yang dapat dilihat di Gambar
16.
Metode ini juga menghasilkan
informasi analisis komponen dalam
bentuk angka (skor) dari keseluruhan
bentuk daun yang divisualisasikan,
sehingga dapat diketahui gambar daun
pada tabel PCA yang mewakili
keseluruhan data pengukuran daun.
Berdasarkan hasil visualisasi ini tidak
perlu untuk membandingkan secara
visual keseluruhan dari bentuk daun,
akan tetapi tinggal membandingkan
beberapa bentuk kontur daun yang
telah direduksi dari seluruh bentuk
daun.

Gambar 9. Tampilan visualisasi dari


data PCA yang dihasilkan dari program
SHAPE v.1.3. Bintauna (atas),
Tongkaina (bawah)
Dari hasil visualisasi tersebut,
varian persen yang dijelaskan oleh
masing-masing komponen dapat dilihat
dalam hasil laporan analisis yang
dihasilkan oleh program SHAPE.
Laporan tersebut berisi skor dari
komponen analisis dan dapat
ditampilkan dalam bentuk gambar
scree plot dengan program PAST untuk
melihat varian persen yang dijelaskan
masing-masing principle component.
Gambar 8. Visualisasi eigenleaves
Bintauna (atas), Tongkaina (bawah) Berdasarkan data yang
ditampilkan dalam bentuk scree plot
Berdasarkan hasil analisis tersebut, menjelaskan bahwa
bentuk dari koefisien Fourier, komponen 1-5 bisa mewakili 84% dari
visualisasi eigenleaves tersebut data daun A. marina di Bintauna dan

51
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 6:(1), Januari 2018 ISSN: 2302-3589

88% dari data daun A. marina yang ada menggunakan titik koordinat daun
di Tongkaina (Tabel 4). (landmark) serta menggunakan
teknik pendeteksian tepi bentuk
Tabel 3. Varian persen yang dijelaskan
oleh setiap komponen kontur daun menggunakan
Photoshop, secara keseluruhan
menunjukan hasil bahwa daun A.
marina yang ada di Tongkaina
memiliki bentuk ukuran lebih besar
dibanding dengan yang di Bintauna.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa
sampel daun dari dua populasi ini
memiliki bentuk rata-rata
kesimetrisan (morfometri) yang
sedikit berbeda. Perubahan
Berdasarkan hasil visualisasi kesimetrisan (morfometri) daun
yang dihasilkan dari laporan analisis adalah tipe perubahan bentuk daun
program SHAPE v.1.3, tidak menujukan mangrove yang biasa dijumpai
adanya perbedaan, terlihat dari bentuk (Nurakhman, 2002).
rata-rata (mean) sampel daun A.  Perbandingan menggunakan uji
marina yang ditampilkan memiliki statistik, dengan metode elliptical
bentuk kontur yang sama. Metode ini Fourier descriptors, menunjukan
akan sangat efektif digunakan dalam hasil bahwa kedua populasi data
mengidentifikasi bentuk morfometrik
antara A. marina yang di Tongkaina
apabila dilakukan dengan penelitian
dan Bintauna adalah tidak berbeda
lanjutan yang lebih mendalam
mengenai faktor genotip dan kondisi nyata.
lingkungan, sehingga perbedaan
sedikitpun akan dapat dijelaskan DAFTAR PUSTAKA
apakah respon genotip terhadap suatu Chitwood, D.H. dan N.R. Sinha. 2016.
kondisi lingkungan dapat Evolutionary and environmental
mempengaruhi kondisi daripada forces sculpting leaf
fenotipik. Metode EFDs ini juga akan development. Curr. Biol. 26,
lebih cocok bila dilakukan untuk R297–R306. doi:
membedakan bentuk morfometrik dari 10.1016/j.cub.2016. 02.033.
spesies yang berbeda atau dari
beberapa varietas yang berbeda, Fachrul, M.F. 2007. Metode Sampling
seperti yang telah dilakukan oleh Klein Bioekologi. Jakarta: Bumi
et al., (2017). Aksara.

Kesimpulan Hartadi D, Sumardi I. 2004. Simulasi


penghitungan jumlah sel darah
 Pengukuran morfologi dalam merah. Transmisi. 8(2) : 1 – 6.
bentuk citra gambar menggunakan
perangkat lunak ImageJ sangat Hutahaean, E.E., C. Kusmana dan H.R.
efektif untuk diterapkan, karena Dewi. 1999. Studi Kemampuan
pengukuran dengan program Tumbuh Anakan Mangrove
Jenis Rhizophora mucronata,
tersebut lebih cepat dan hasilnya
Bruguiera gimnorrhiza dan
sama dengan pengukuran manual. Avicennia marina pada
 Perbandingan berdasarkan semua Berbagai Tingkat Salinitas.
hasil pengukuran dan visualisasi Jurnal Manajemen Hutan Hutan
secara langsung dari bentuk asli Tropika V(I),77-85.
daun A. marina dengan teknik

52
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 6:(1), Januari 2018 ISSN: 2302-3589

Hansen, C.D., C.R. Johnson. 2011. kawasan hutan lindung Angke-


Visualization handbook. Kapuk, Jakarta Utara [skripsi].
Burlington: Academic Press. Universitas Diponegoro-
Semarang.
Iwata, H. dan Y. Ukai (2002)
SHAPE: A computer program Rifano, R. 2014. Aplikasi imagej untuk
package for menghitung perubahan Luas inti
quantitative evaluation eritrosit bebek akibat larutan
of biological shapes based Hipotonis [skripsi]. Fakultas
on elliptic Fourier Kedokteran Hewan-IPB.
descriptors. Journal of Heredity
Reinking, L. 2007. ImageJ Basic.
93:384-385.
Diungah 2014 Agustus 27, dari:
IUCN. 2017. Avicennia marina. Diakses www.melville.ch.cam.ac.uk.
10 September 2017,
Ramdhani, D., V.A. Suvifan, Y.
http://www.iucnredlist.org/details
Lusiyanti. 2013. Otomatisasi
/178828/0
Pendeteksian Sel Blast dan Sel
Khul, F.P., C.R. Giadina. 1982. Elliptic Metafase dengan Perangkat
Fourier Features of Closed Lunak Pengolahan Citra
Contour, Computer Graphic and Sumber Terbuka. Seminar
Image Processing 18 : 236-258. Nasional Aplikasi Teknologi
Informasi, Yogyakarta. ISSN:
Klein, L.L. dan H.T. Svoboda. 2017. Bio
1907-5022.
Protocol : Comprehensive
Methods for Leaf Geometric Ristian, U. 2017. Optimasi Ekstraksi
Morphometric Analyses. Ciri Kontur Daun Menggunakan
Department of Biology, Saint Interpolasi Nearest Neighbor
Louis University, St. Louis, dan B-Spline.Tesis Sekolah
Missouri, USA; Department of Pascasarjana-IPB.
Environmental and Plant
Syahputra, H. 2009. Ekstraksi Fitur
Biology, Ohio University,
Menggunakan Elliptical Fourier
Athens, Ohio, USA.
Descriptor Untuk Pengenalan
Mallo PY, S.R.U.A. Somphe, B.S. Varietas Tanaman Kedelai.
Narasiang, Bahrun. 2012. Tesis: Sekolah Pascasarjana-
Rancang bangun alat ukur IPB.
kadar hemoglobin dan oksigen
Sadat, A. 2004. Kondisi Ekosistem
dalam darah dengan sensor
Mangrove Berdasarkan
oximeter secara non-invasive
Indikator Kualitas Lingkungan
[online]. [diunduh September 17
dan Pengukuran Morfometrik di
2017]. Tersedia pada:
Way Panet, Kabupaten
Unsrat.ac.id.
Lampung Timur Propinsi
Noor, Y.R., M. Khazali dan I.N.N. Lampung [skripsi]. Fakultas
Suryadiputra. 2006. Panduan Perikanan dan Ilmu Kelautan-
Pengenalan Mangrove di IPB.
Indonesia. Wetlands
Utama, P.A., Syamsuardi, A. Arbain.
International-Indonesia
2012. Studi Morfometrik Daun
Programme. Bogor: Ditjen
Macaranga Thou. di Hutan
PHKA.
Pendidikan dan Penelitian
Nurakhman. 2002. Kondisi Ekosistem Biologi (HPPB). Jurnal Biologi
mangrove berdasarkan indikator Universitas Andalas, 1(1), hal.
kualitas lingkungan dan 54-62.
pengukuran morfometrik daun di

53
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax

You might also like