You are on page 1of 20

Jurnal Valuasi: Jurnal Ilmiah Ilmu Manajemen dan Kewirausahaan

Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Bina Bangsa


Volume 2 Nomor 1 Januari 2022
DOI Issue : 10.46306/vls.v2i1

ANALISIS PENERAPAN PSAK 71 TERKAIT CADANGAN KERUGIAN


PENURUNAN NILAI (PADA PERUSAHAAN SEKTOR PERBANKAN BUMN YANG
TERDAFTAR DI BEI)

1
Mohamad Husni, 2Wenny Ariesta Apriliani, 3Riyanthi Idayu
1,2,3)
Universitas Bina Bangsa Banten
E.mail: Mohamadhusni06@gmail.com1, aprilianiwenny03@gmail.com2, Riyanthi_idayu@yahoo.com3

Abstract
PSAK No. 71 is the merger of IFRS 9 whose implementation is calculated on January 1, 2020. PSAK 71 as a
new regulation will have a significant impact on banking in Indonesia, especially in calculating CKPN. PSAK 71
introduces a new method, namely the expected loss which is forward-looking. In addition to being forward-looking,
this new standard requires reporting entities to include information from past events and current conditions in the
expected credit loss (ECL) measurement. This means that banks must provide CKPN in the credit or loan category,
which are current, doubtful, or bad. This study aims to analyze the application of PSAK 71 to CKPN on bank credit
and capital and bank financial performance in terms of net income before and after the application of the new
standard. The method in this study uses a qualitative method with a descriptive design, the research sample is four
state-owned banks listed on the IDX. This study found that in the application of PSAK 71, CKPN on bank credit and
capital did not necessarily have a negative impact on all banks but on bank profits had a negative impact on all banks.
Keywords: PSAK No. 71, loan loss provisions, loan loss provisions on credit, capital bank, financial performance.

Abstrak
PSAK No. 71 merupakan penggabungan dari IFRS 9 yang penerapanya terhitung tanggal 01 Januari 2020.
PSAK 71 sebagai peraturan baru akan berdampak signifikan bagi perbankan di Indonesia, khususnya dalam
perhitungan CKPN. PSAK 71 ini memperkenalkan metode baru, yakni expected loss yang bersifat forward-looking.
Selain bersifat forward-looking, standar baru ini mengharuskan entitas pelaporan untuk memasukkan informasi dari
peristiwa masa lalu dan kondisi saat ini dalam pengukuran expected credit loss (ECL). Artinya, perbankan harus
menyediakan CKPN baik kategori kredit atau pinjaman, yang bersifat lancar, ragu-ragu, maupun macet. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis penerapan PSAK 71 terhadap CKPN atas kredit dan modal perbankan serta kinerja
keuangan perbankan dilihat dari sisi laba bersih sebelum dan sesudah penerapan standar baru. Metode dalam penelitian
ini menggunakan metode kualitatif dengan desain deskriptif, sampel penelitian berupa empat bank BUMN yang
terdaftar di BEI. Penelitian ini menemukan bahwa dalam penerapan PSAK 71 ini CKPN atas kredit dan modal
perbankan belum tentu berdampak negatif pada semua perbankan tetapi pada laba perbankan berdampak negatif pada
semua perbankan
Kata kunci: PSAK No. 71, CKPN, CKPN atas kredit, Modal Bank, Kinerja Keuangan.

Doi Artikel : 10.46306/vls.v2i1.69 62


Jurnal Valuasi: Jurnal Ilmiah Ilmu Manajemen dan Kewirausahaan
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Bina Bangsa
Volume 2 Nomor 1 Januari 2022
DOI Issue : 10.46306/vls.v2i1

PENDAHULUAN
Sejak terjadinya krisis keuangan global tahun 2008, kelompok 20 negara (G20), investor,
regulator, dan prudential authorities meminta peningkatan standar dan penerapan Cadangan
Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) kepada pembuat standar dan sebagai tanggapannya, salah satu
organisasi independen yang bertangungjawab untuk membangun dan meningkatan standar
akuntansi internasional yang berbasis di London (IASB) mengeluarkan Standar Pelaporan
Keuangan No. 9 tentang instrumen keuangan pada tahun 2014 yang mencakup standar baru untuk
CKPN dan mulai berlaku pada tahun 2018. Sebenarnya IASB selalu berniat mempertimbangan
kembali International Accounting Standards (IAS) 39–yang merupakan standar terdahulu dari
IFRS 9–, tetapi krisis keuangan telah menjadikannya prioritas. Standar baru ini juga dimaksudkan
untuk menanggapi kritik terhadap IAS 39, yang mengganggap standar tersebut terlalu rumit,
ketidakonsisten entitas dalam mengelola bisnis dan risiko organisasi mereka, serta menolak
pengakuan atas dasar kerugian yang didapatkan dari kredit atas pinjaman dan piutang sehingga
terlambat dalam siklus kredit.
Indonesia yang merupakan salah satu anggota G20, mempunyai kewajiban untuk
menerapkan IFRS 9 yang sudah diberlakukan oleh IASB. Selanjutnya Dewan Standar Akuntansi
Keuangan-Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK-IAI) menegaskan Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) No. 71 yang merupakan konvergensi dari IFRS No. 9 terhitung tanggal 26 Juli
2017 yang pada penerapannya sudah dimulai pada tanggal 01 Januari 2020. PSAK No. 71
mengatur modifikasi persyaratan instrumen keuangan yaitu berupa pengakuan dan pengukuran
yang sebelumnya diatur dalam PSAK No. 55.
PSAK 71 ini tentu berdampak signifikan bagi industri perbankan, khususnya dalam
perhitungan CKPN. Konteks CKPN dalam perbankan, merupakan sebuah persiapan cadangan
kerugian oleh bank guna menghadapi risiko yang ditimbulkan atas kerugian penurunan nilai
(impairment losses) aset seperti surat berharga serta kredit. Semua aset perbankan contohnya
dalam penyaluran kredit, terdapat risiko kerugian penurunan nilai berupa kredit macet yang
disebabkan debitur tidak bisa membayar pinjaman. pada PSAK 55, CKPN perhitungannya
menggunakan metode incurred loss yang sifatnya backward-looking, yang mana CKPN dibentuk
ketika terdapat bukti objektif bahwa debitur mengalami impairment dalam melakukan pembayaran

Doi Artikel : 10.46306/vls.v2i1.69 63


Jurnal Valuasi: Jurnal Ilmiah Ilmu Manajemen dan Kewirausahaan
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Bina Bangsa
Volume 2 Nomor 1 Januari 2022
DOI Issue : 10.46306/vls.v2i1

angsuran kredit. Semua bukti-bukti dikalkulasikan oleh bank dan dijadikan dasar evaluasi apakah
termasuk dalam kerugian penurunan yang perlu diakui. Setiap bank menerapkan evaluasi yang
berbeda-beda dalam membentuk CKPN. karena bersifat backward-looking, maka penentuan risiko
didasarkan pada data-data historis. Seperti, beberapa tahun belakangan ini terdapat kerugian bisnis
kartu kredit adalah 10%, selanjutnya bank membentuk CKPN sebesar 10% dari bisnis tersebut.
Metode perhitungan CKPN pada PSAK 71 kelak mengunakan metode expected loss
bersifat forward-looking. Dewan Standar Akuntansi Keuangan memandang bahwa metode
expected loss memaksa bank dalam mengestimasi risiko instrumen keuangan sejak pengakuan
awal menggunakan informasi forward-looking seperti prediksi pertumbuhan ekonomi, inflasi,
tingkat pengangguran, dan indeks harga komoditas di setiap tanggal pelaporan. Selain bersifat
forward-looking, standar baru ini mengharuskan entitas pelaporan untuk memasukkan informasi
dari peristiwa masa lalu dan kondisi saat ini dalam pengukuran expected credit loss (ECL).
Artinya, korporasi harus menyediakan berbagai kategori CKPN untuk berbagai jenis kredit atau
pinjaman, baik itu yang bersifat lancar (performing), ragu-ragu (underperforming), ataupun macet
(non-performing). seperti kredit lancar, CKPN yang harus disediakan oleh koroporasi berdasarkan
prediksi kerugian kredit dalam 12 bulan mendatang. Pada akhirnya, nilai cadangan atas kredit atau
piutang tak tertagih harus lebih besar dibandingkan sebelumnya.
Survei Deloitte atas 59 bank dari Amerika, Eropa, Asia Psifik, Timur Tengah dan Afrika,
pada September 2015 menunjukkan bahwa sebagian besar bank memperkirakan peningkatan
dalam CKPN hingga 50% setelah adopsi IFRS 9. Hasil penelitian Rizal dan Shauki (2019)
menunjukkan dampak penerapan PSAK No. 71 menaikan tingkat CKPN atas kredit. Hasil
penelitian Witjaksono (2017) juga memperlihatkan, dampak ED PSAK 71 dalam hal instrumen
keuangan dimensi pengukuran kredit pada laporan keuangan Bank Umum akan signifikan,
khususnya dalam aspek CKPN terkait impairment. Salah satu bank swasta nasional yang masuk
golongan buku 2 yang dijadikan obyek simulasi didapat informasi setelah penerapan PSAK 71
terdapat pengaruh meningkatnya CKPN rata-rata 55,68% (Suroso, 2017). Hasil penelitian
sebelumnya ini menimbulkan pertanyaan apakah akan berlaku kondisi tersebut jika sampel yang
digunakan bukan dari bank BUKU 2 dan jika ya, bagaimana penerapan standar ini bisa menaikkan
CKPN atas kredit begitu besar.

Doi Artikel : 10.46306/vls.v2i1.69 64


Jurnal Valuasi: Jurnal Ilmiah Ilmu Manajemen dan Kewirausahaan
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Bina Bangsa
Volume 2 Nomor 1 Januari 2022
DOI Issue : 10.46306/vls.v2i1

Dampak dari penerapan PSAK No. 71 yang menaikan tingkat CKPN atas kredit akan
memengaruhi modal perusahaan. Witjaksono (2017) juga meyakini bahwa dampak dari penerapan
PSAK 71 menghasilkan efek penurunan pada KPMM/CAR perbankan. Hasil penelitian yang
dilakukan pada salah satu bank swasta nasional yang termasuk dalam golongan buku 2
menunjukkan bahwa penerapan PSAK 71 memberikan dampak penurunan KPMM/CAR rata-rata
0,28%. Hasil penelitian sebelumnya ini menimbulkan pertanyaan apakah akan berlaku kondisi
tersebut jika sampel yang digunakan bukan dari bank BUKU 2 dan jika ya, bagaimana penerapan
standar ini bisa menurunkan KPPM/CAR cukup signifikan
Septiadi, 2019 dalam penelitiannya bahwa penerapan PSAK 71 sejatinya tidak akan
berdampak langsung terhadap laporan laba-rugi pada awal tahun penerapan. Nuhartini dan anwar,
2016 menyatakan bahwa penerapan cadangan kerugian penurunan nilai berpengaruh signifikan
terhadap kinerja keuangan. Menggemakan ketakutan yang telah diungkapkan oleh para ahli
keuangan, maka berbagai hasil penelitian sebelumnya ini menimbulkan pertanyaan apakah benar
akan mempengaruhi laba dan jika ya, bagaimana dampaknya pada laba perbankan sebelum dan
sesudah penerapan standar baru ini.

TINJAUAN PUSTAKA
AKUNTANSI
Akuntansi menurut Sumarsan (2017:1) adalah suatu seni untuk mengumpulkan,
mengidentifikasi, mengklasifikasikan, mencatat transaksi, serta kejadian yang berhubungan
dengan keuangan, sehingga dapat menghasilkan informasi keuangan atau suatu laporan keuangan
yang dapat digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan.

AKUNTANSI KEUANGAN
Akuntansi keuangan merupakan sebuah proses yang berakhir pada pembuatan laporan
keuangan menyangkut perusahaan secara keseluruhan untuk digunakan baik oleh pihak-pihak
internal maupun eksternal (Kieso, 2011:12). Akuntansi keuangan menurut IAI (2015:PSAK No.1)
adalah akuntansi yang mempunyai tujuan: (1) memberikan informasi dan data keuangan yang
dapat membantu para pengguna laporan keuangan untuk memprediksi potensi perusahaan
mendapatkan laba di masa yang akan datang; (2) memberikan informasi keuangan mengenai

Doi Artikel : 10.46306/vls.v2i1.69 65


Jurnal Valuasi: Jurnal Ilmiah Ilmu Manajemen dan Kewirausahaan
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Bina Bangsa
Volume 2 Nomor 1 Januari 2022
DOI Issue : 10.46306/vls.v2i1

kewajiban, modal, dan sumber ekonomi perusahaan secara handal dan dapat dipercaya; (3)
memberikan informasi yang berkaitan tentang perubahan-perubahan yang ada pada sumber
ekonomi dan kewajiban perusahaan; dan (4) menyampaikan informasi lain yang relevan dengan
laporan keuangan untuk digunakan pihak- pihak pengguna lapororan keuangan.

PSAK 71
Pengakuan awal entitas mengakui aset keuangan atau liabilitas keuangan di laporan posisi
keuangan, jika dan hanya jika, entitas menjadi salah satu pihak ketentuan pada kontrak instrumen
tersebut. Exposure Draft (2016) penghentian pengakuan aset keuangan laporan keuangan
konsolidasi diterapkan kententuan konsolidasi, aset keuangan ke level konsolidasi. a. Entitas
menentukan apakah penghentian pengakuan diterapkan pada bagian, keseluruan, kelompok aset
serupa. b. Entitas menghentikan aset keuangan, jika dan hanya jika hak kontraktual atas arus yang
berasal dari aset keuangan berakhir atau entitas mengalihkan aset keuangan. c. Entitas
mengalihkan aset keuangan, jika dan hanya jika mengalihkan hak kontraktual untuk menerima
arus kas yang berasal dari aset keuangan atau mempertahankan hak kontraktual menerima arus kas
yang berasal dari aset keuangan tetapi juga menanggung kewajiban kontraktual untuk membayar
arus kas yang diterima tersebut kepada satu atau lebih pihak penerima melalui suatu kesepakatan
yang memenihi persyaratan.
Efektif tanggal 1 Januari 2020 yang lalu, laporan keuangan perusahaan Indonesia
menerapkan PSAK 71, memberikan sebuah petunjuk bahwa pengakuan awal sebuah organisasi
mengenai asset keuangan dan liabilitas keuangan di dalam laporan posisi keuangan yang
merupakan konvergensi dari IFRS 9. PSAK 71 memberikan petunjuk mengenai instrumen
keuangan. Secara umum, PSAK 71 mengatur beberapa modifikasi persyaratan mengenai
instrumen keuangan, diantaranya:
• Penurunan Nilai
• Akuntansi Lindung Nilai
• Klaisifikasi Pengukuran

Doi Artikel : 10.46306/vls.v2i1.69 66


Jurnal Valuasi: Jurnal Ilmiah Ilmu Manajemen dan Kewirausahaan
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Bina Bangsa
Volume 2 Nomor 1 Januari 2022
DOI Issue : 10.46306/vls.v2i1

Alasan perihal beberapa perubahan yang sangat mendasar sebagaimana tersebut di atas,
khususnya terkait dengan penurunan nilai (impairment), dampak cukup signifikan yang
diddapatkan organisasi dalam hal penerapan PSAK 71, terutama sangat eklusive untuk dunia
perbankan, diantaranya adalah pemenuhan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum
(KPMM/Capital Adequacy Ratio).

PENURUNAN NILAI (Impairment)


Cadangan kerugian penurunan nilai merupakan cadangan yang dibuat bank dengan tujuan
untuk menghadapi risiko kerugian yang diakibatkan penanaman dana aktiva produktif. Jika
terdapat bukti objektif mengenai penurunan nilai atas aset keuangan atau kelompok aset keuangan
sebagai akibat dari satu atau lebih peristiwa yang terjadi setelah pengakuan awal aset tersebut dan
berdampak pada estimasi arus kas masa depan sebesar nilai yang dapat diperoleh dari aset. Pada
tanggal setiap neraca, bank mengevaluasi apakah terdapat bukti yang objektif bahwa aset keuangan
atau kelompok aset keuangan mengalami penurunan nilai, perhitungan cadangan kerugian nilai
dilakukan melalui evaluasi individual yakni sebesar nilai tercatat aset keuangan dengan nilai kini
estimasi arus kas masa depan yang diskontokan menggunakan suku bunga efektif awal dari aset
tersebut (Febriati, 2013).
Dampak perubahan yang mendasar dari penerapan PSAK 71 yaitu meningkatnya kualitas
pelaporan keuangan terutama yang menyangkut dengan pengakuan penurunan nilai. Informasi dari
instrument keuangan yang dihasilkan lebih tepat waktu, relevan dan dapat dipahami oleh semua
pengguna laporan keuangan, konsep penurunan nilai pada PSAK 55 adalah incurred loss model
dalam artian penurunan nilai dalam instrument keuangan dilakukan apabila terdapat bukti obyektif
terkait penurunan nilai. Sedangkan expected loss model digunakan dalam konsep PSAK 71 yaitu
terkait penurunan nilai pada instrumen keuangan didasarkan pada kerugian kredit yang dharapkan
(expected credit loss). Penerapan dari penerapan PSAK 71 ini mengharuskan organisasi pada
setiap tanggal pelaporan organisasi perlu menilai apakah resiko kredit atas instrument keuangan
meningkat secara signifikan sejak pengakuan awal dengan menggunakan informasi forward-
looking yang wajar dan reasonable and supportable information.

Doi Artikel : 10.46306/vls.v2i1.69 67


Jurnal Valuasi: Jurnal Ilmiah Ilmu Manajemen dan Kewirausahaan
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Bina Bangsa
Volume 2 Nomor 1 Januari 2022
DOI Issue : 10.46306/vls.v2i1

BANK
Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 pasal 1 angka 2 tentang perubahan Atas Undang-
Undang No 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, bank disebutkan sebagai sebuah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf
hidup masyarakat sebagai balik jasa pihak perbankan memberikan sebuah rangsangan berupa
bunga, hadiah ataupun balas jasa lainnya. Berdasarkan fungsinya Menurut Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 1967 fungsinya bank dibagi menjadi 4 macam yaitu : (1) Bank Sentral, (2) Bank
Umum, (3) Bank Tabungan, dan (4) Bank pembangunan.
Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan juga memberikan perbedaan
mengenai jenis perbankan dan dalam penjelasannya memberikan keterangan bahwa perbankan di
Indonesia terdiri dari Bank Umum dan Bank Perkereditan Rakyat. Bank BUMN (Persero) masuk
dalam kategori Bank Umum. Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatnya memberikan jasa dalam
lalulintas pembayaran, sedangkan Bank Perkerditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan
kegiatan usahanya secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatanya
tidak memberikan jasa lalu lintas pembayaran. BUMN adalah badan usaha yang dimiliki baik
sepenuhunya, sebagian besar, maupun sebagian kecil oleh pemerintah melalui penyertaan modal
secara langsung yang berasal dari kekayaan Negara yang dipisahkan dan pemerintah memberikan
kontrol terhadapnya. Persero adalah BUMN dalam bentuk perseroan terbatas dengan komposisi
modalnya dalam bentuk saham dan seluruhnya atau sedikitnya 51% (lima puluh satu persen)
sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan.
Bisa diartikan terminologi dari bank BUMN adalah bank yang menghimpun dana
masyarakat dalam wujud simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit
atau bentuk-bentuk lainnya yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara yang
tujuan utamanya mengejar keuntungan. Indonesia memiliki bank BUMN sebanyak 4 bank yang
terkumpul dalam Himpunan Bank Milik Negara (Himbara), yaitu antara lain sebagai berikut.
1. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.
2. PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.

Doi Artikel : 10.46306/vls.v2i1.69 68


Jurnal Valuasi: Jurnal Ilmiah Ilmu Manajemen dan Kewirausahaan
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Bina Bangsa
Volume 2 Nomor 1 Januari 2022
DOI Issue : 10.46306/vls.v2i1

3. PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk.


4. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.

METODE PENELITIAN
Jenis metode penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan pendekatan
kualitataif sedangkan metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus yang dilakukan di BEI
Terkait Kinerja 4 (empat) Bank BUMN yang termasuk dalam Himpunan Bank Milik Negara
(Himbara)

DATA DAN SUMBER DATA


Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah berupa data kuantitatif dan data kualitatif,
data kualitatif terkait jumlah objek yang diteliti, sedangkan data kualitatif berupa data sekunder
mengenai kinerja Bank BUMN yang termasuk dalam Himpunan Bank Milik negara tahun 2018-
2019

TEKNIK PENGUMPULAN DATA


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalan penelitian ini adalah metod dokumentasi
yang dilakuakan dengan mengumpulkan data sekunder dengan cara mencatat atau mengkopi
dokumen-dokumen, arsip-arsip maupun data lain yang terkait dengan masalah yang diteliti dalam
rangka memperoleh informasi dan data yang dikelola dalam penelitian ini, maka pengumpulan
data dilakukan yaitu: Teknik Observasi, Teknik Dokumentasi.

PROSEDUR ANALISIS DATA


Menurut Miles & Huberman (1992: 16) analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi
secara bersamaan yaitu: reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan/verifikasi

Doi Artikel : 10.46306/vls.v2i1.69 69


Jurnal Valuasi: Jurnal Ilmiah Ilmu Manajemen dan Kewirausahaan
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Bina Bangsa
Volume 2 Nomor 1 Januari 2022
DOI Issue : 10.46306/vls.v2i1

Gambar: 1 Model Analissi data Miles & Huberman

Reduksi data merupakan penyederhanaan, penggolongan, dan membuang yang tidak perlu
data sedemikian rupa sehingga data tersebut dapat menghasilkan informasi yang bermakna dan
memudahkan dalam penarikan kesimpulan. Banyaknya jumlah data dan kompleksnya data,
diperlukan analisis data melalui tahap reduksi. Tahap reduksi ini dilakukan untuk pemilihan
relevan atau tidaknya data dengan tujuan akhir, Penyajian data merupakan kegiatan saat
sekumpulan data disusun secara sistematis dan mudah dipahami, sehingga memberikan
kemungkinan menghasilkan kesimpulan. Bentuk penyajian data kualitatif bisa berupa teks naratif
(berbentuk catatan lapangan), matriks, grafik, jaringan ataupun bagan. Melalui penyajian data
tersebut, maka nantinya data akan terorganisasikan dan tersusun dalam pola hubungan, sehingga
akan semakin mudah dipahami. Berikutnya Penarikan kesimpulan dan verifikasi data Kesimpulan
awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan memungkinan mengalami perubahan
apabila tidak ditemukan bukti yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi
apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid,
maka kesimpulan yang dihasilkan merupakan kesimpulan yang kredibel. Verifikasi dimaksudkan
agar penilaian tentang kesesuaian data dengan maksud yang terkandung dalam konsep dasar
analisis tersebut lebih tepat dan obyektif

HASIL DAN PEMBAHASAN


Gambaran Umum Tentang Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah Bursa Efek Indonesia (BEI) dan yang menjadi objek
dalam penelitian ini juga adalah empat bank milik pemerintah dan tidak temasuk ke dalam bank

Doi Artikel : 10.46306/vls.v2i1.69 70


Jurnal Valuasi: Jurnal Ilmiah Ilmu Manajemen dan Kewirausahaan
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Bina Bangsa
Volume 2 Nomor 1 Januari 2022
DOI Issue : 10.46306/vls.v2i1

buku 2. Perbankan tersebut memberikan lapangan yang ideal untuk menjawab pertanyaan dalam
penelitian ini.

Analisis Penerapan PSAK 71 Terhadap CKPN Atas Kredit Perusahaan Perbankan BUMN
Yang Terdaftar Di BEI
Bar Chart di bawah menggambarkan presantase CKPN atas kredit dari empat perbankan
BUMN (BBNI, BBRI, BMRI, dan BBTN) yang terdaftar di BEI pada periode 2018-2019 dan
periode 2017-2018. Secara keseluruhan, presentase CKPN atas kredit lebih besar pada periode
2018-2019 daripada presentase CKPN atas kredit periode 2017-2018. Dua dari empat perbankan
BUMN mengalami peningkatan CKPN atas kredit secara yoy (year on year) yang ditunjukkan
oleh BBNI sebesar 14,1% dan BBTN sebesar 92,9%.

100%

80%

60%

2018-2019
40%
2017-2018

20%

0%
BBRI
BBNI

BBTN
BMRI

-20%

Gambar 2. CKPN Atas Kredit Perbankan BUMN Periode 2017-2018 dan 2018-2019

Sumber: Laporan Keuangan Perbankan BUMN Periode 2017-2018 dan 2018-2019 (Data Diolah
Penulis)

Namun hal demikian tidak terjadi pada BBRI dan BMRI. BBRI hanya mampu
meningkatkan jauh lebih sedikit CKPN atas kredit sebesar 9,7% pada periode 2018-2019 dari
sebesar 19% pada periode 2017-2018. Sedangkan yang terjadi pada BMRI adalah tidak terjadi
peningkatan maupun penurunan CKPN atas kredit karena yang terjadi adalah terjun bebas sebesar

Doi Artikel : 10.46306/vls.v2i1.69 71


Jurnal Valuasi: Jurnal Ilmiah Ilmu Manajemen dan Kewirausahaan
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Bina Bangsa
Volume 2 Nomor 1 Januari 2022
DOI Issue : 10.46306/vls.v2i1

5,7%. Walaupun sebenarnya pada periode 2017-2018 CKPN atas kredit BMRI juga sudah terjun
sebesar 5,6%.
Peningkatan CKPN atas kredit yang terjadi pada perbankan BUMN, yang ditunjukkan oleh
BBRI dan BBTN didukung oleh hasil penelitian Rizal dan Shauki (2019) dan Witjaksono (2017)
yang menyatakan bahwa penerapan PSAK 71 umumnya memang akan menaikkan CKPN atas
kredit. Penelitian Rizal dan Shauki (2019) telah menunjukkan bahwa lima dari enam responden
menyatakan dampak dari penerapan PSAK No. 71 akan menambah jumlah CKPN atas kredit.
Niali penurunan CKPN atas kredit pada perbankan BUMN, yang ditunjukkan oleh BBRI
terjadi karena berdasarkan hasil penelitian Rizal dan Shauki (2019), bahwa imbas penerapan
PSAK No. 71 terhadap pembentukan CKPN atas kredit terkait penerapan PSAK No. 55 yang
sebelumnya diterapkan apakah konservatif atau tidak sehingga ditemukan bahwa semua bank tidak
terdampak secara negatif atas pemberlakuan PSAK No. 71. Artinya memang dalam penerapan
PSAK 71 ini, CKPN atas kredit belum tentu berdampak negatif pada semua perbankan dengan
peningkatan pada CKPN atas kredit secara yoy.
Bersumber pada paparan sebelumnya, menunjukkan bahwa dalam penerapan PSAK 71 ini,
CKPN atas kredit belum tentu berdampak negatif pada semua perbankan dengan indikasi
peningkatan pada CKPN atas kredit secara yoy. Artinya tidak adanya hubungan yang pasti antara
penerapan PSAK 71 dengan CKPN atas kredit karena pada perbankan BUMN yang terjadi adalah
adanya perbankan yang mengalami peningkatan CKPN atas kredit yang ditunjukkan oleh BBNI
dan BBTN, tetapi ada juga yang mengalami penurunan nilai CKPN atas kredit yang ditunjukkan
oleh BBRI. Bahkan ada yang mengalami minus dalam nilai CKPN atas kerdit yang ditunjukkan
oleh BMRI.
Peningkatan CKPN atas kredit yang terjadi pada perbankan BUMN, yang ditunjukkan oleh
BBRI dan BBTN dikarenakan perbankan harus menyediakan CKPN bagi semua jenis kredit atau
pinjaman, baik itu yang bersifat lancar (performing), ragu-ragu (underperforming), maupun macet
(non-performing). Sedangkan penurunan CKPN atas kredit pada perbankan BUMN, yang
ditunjukkan oleh BBRI terjadi karena berdasarkan hasil penelitian Rizal dan Shauki (2019), bahwa
imbas dari penerapan PSAK No. 71 terhadap pembentukan CKPN atas kredit tergantung
penerapan PSAK No. 55 yang sebelumnya diterapkan apakah konservatif atau tidak sehingga

Doi Artikel : 10.46306/vls.v2i1.69 72


Jurnal Valuasi: Jurnal Ilmiah Ilmu Manajemen dan Kewirausahaan
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Bina Bangsa
Volume 2 Nomor 1 Januari 2022
DOI Issue : 10.46306/vls.v2i1

ditemukan bahwa tidak semua bank terdampak secara negatif atas pemberlakuan PSAK No. 71.
Oleh karena itu, BMRI tidak mengalami dampak yang signifikan karena menurut Laurensius
sebagai Workflow Manager at Consumer Loans Group di PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (dalam
Dirgantara, 2020) Bank Mandiri di tahun-tahun sebelumnya, tanpa adanya aturan tersebut (PSAK
71), pencadangan dananya sudah konservatif. Jadi penerapan PSAK 71 memang membuat
pencadangan Bank Mandiri menjadi lebih ketat. Laurensius menambahkan bahwa dampak sangat
terlihat pada bank-bank yang lebih kecil atas penerapan PSAK. bagi Bank Mandiri dan bank besar
lainnya, Laurensius menyebut dampaksignifikan terliaht pada biaya provisi Bank Mandiri.
Melihat kondis-kondisi di atas secara substansi tidak bisa dimaknai sebagai “hitam putih”,
artinya keadaan tersebut tidak serta merta berlaku bagi bank secara keseluruhan. Dapat
disimpulkan bahwa besar kecilnya dampak penerapan PSAK 71 terhadap peningkatan CKPN atas
kredit sangat bergantung pada beberapa aspek, antara lain:
• Jumlah kredit yang diberikan.
• Risiko kredit.
• Manajemen perbankan dalam menilai risiko kredit tersebut.
• Penerapan PSAK No. 55 yang sebelumnya diterapkan apakah konservatif atau tidak.

Analisis Penerapan PSAK 71 Terhadap Modal Perbankan BUMN yang Terdaftar Di BEI
Bar Chart di bawah menunjukkan informasi mengenai besarnya rasio (presentase) CAR
perbankan BUMN pada tahun 2018 dan 2019. Secara keseluruhan, rasio CAR tahun 2019
mengalami kenaikan dibandingkan dengan rasio CAR pada tahun 2018. Tiga dari empat perbankan
BUMN mengalami kenaikan rasio CAR yang ditunjukkan oleh BBNI sebesar 19,7%, BBRI
sebesar 22,6%, dan BMRI sebesar 21,4%. Sedangkan hal tersebut tidak terjadi pada BBTN
dikarenakan terjadi penurunan rasio CAR yang cukup signifikan pada tahun 2019 kisaran 17,3%
dari tahun 2018 sebesar 18,2%.

Doi Artikel : 10.46306/vls.v2i1.69 73


Jurnal Valuasi: Jurnal Ilmiah Ilmu Manajemen dan Kewirausahaan
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Bina Bangsa
Volume 2 Nomor 1 Januari 2022
DOI Issue : 10.46306/vls.v2i1

25%

20%

15%
2019
10% 2018

5%

0%
BBNI BBRI BMRI BBTN

Gambar 3. Rasio CAR Perbankan BUMN Tahun 2019 dan 2018


Sumber: Laporan Keuangan Perbankan BUMN 2019 (Data Diolah)

Jika dibandingkan dengan tahun lalu, rasio CAR BBNI hanya naik tipis dari 18,5% menjadi
19,7%. Hal sama juga terjadi pada BBRI dan BMRI, yang hanya naik tipis dari 21,2% menjadi
22,6% pada BBRI dan dari 21% menjadi 21,4% pada BMRI. Sedangkan BBTN, mengalami
penurun yang cukup jauh dari 18,2% menjadi 17,3%.
Hasil penelitian ini berbeda dari hasil penelitian Rizal dan Shauki (2019) yang menyatakan
bahwa imbas dari penerapan PSAK No. 71 akan menaikan jumlah CKPN terhadap kredit sehingga
memengaruhi modal perusahaan dan Witjaksono (2017) yang menyatakan bahwa penerapan
PSAK 71 ini memberikan imbas penurunan KPMM/CAR. Perbedaan ini disebabkan karena
metodologi dan pengambilan sampel penelitian yang dilakukan. Rizal dan Shauki melakukan
penelitian dengan menggunakan mixed method dan sampel penelitiannya adalah early adopters
PSAK 71 (terdiri dari enam bank, yakni tiga bank asing, dua bank pemerintah, dan satu bank
swasta nasional). Sedangkan Witjaksono melakukan penelitian terhadap perbankan yang termasuk
kedalam BUKU 2. Artinya bahwa dalam penerapan PSAK 71 ini saat CKPN atas kredit meningkat
yang ditunjukkan oleh BBNI dan BBTN belum tentu akan menurunkan rasio CAR perbankan

Doi Artikel : 10.46306/vls.v2i1.69 74


Jurnal Valuasi: Jurnal Ilmiah Ilmu Manajemen dan Kewirausahaan
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Bina Bangsa
Volume 2 Nomor 1 Januari 2022
DOI Issue : 10.46306/vls.v2i1

tersebut karena BBNI yang mengalami kenaikan CKPN atas kredit, tidak mengalami penurunan
rasio CAR secara yoy.
Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan sebelumnya, memberikan informasi bahwa
dalam penerapan PSAK 71 ini saat CKPN atas kredit meningkat yang ditunjukkan oleh BBNI dan
BBTN belum tentu akan menurunkan rasio CAR perbankan tersebut karena BBNI yang
mengalami kenaikan CKPN atas kredit tetapi tidak mengalami penurunan rasio CAR secara yoy.
Disamping hal itu, BBRI dan BMRI juga mengalami peningkatan rasio CAR secara yoy walaupun
sebenarnya BBRI dan BBNI tidak mengalami kenaikan CKPN atas kredit
Tentunya kondisi seperti apabila CKPN atas kredit meningkat akan menurunkan
KPMM/CAR. Besar kecilnya dampak penerapan PSAK 71 terhadap penurunan KPMM/CAR
sangat bergantung pada beberapa aspek, antara lain (Suroso, 2017:163):
• Tingkat profitabilitas
• Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR)
• Kualitas Kredit Tingkat profitabilitas

Dampak Penerapan PSAK 71 Pada Kinerja Keuangan Perbankan BUMN Yang Terdaftar
di BEI Sebelum dan Setelah Penerapan Standar.

Bar Chart di samping menunjukkan informasi mengenai presentase profit perbankan yang
terdaftar di BEI periode 2019 dan 2018. Secara keselurahan, empat perbankan BUMN mengalami
performa kurang ciamik pada tahun 2019 dibandingkan dengan tahun lalu. Tiga perbankan BUMN
memang mengalami pertumbuhan laba bersih, yang ditunjukkan oleh BBNI sebesar 2,7%, BBRI
sebesar 6,2%, dan BMRI sebesar 10%, tetapi pertumbuhan tersebut hanya naik tipis dari tahun
sebelumnya. Sedangkan BBTN tidak mengalami pertumbuhan dan justru malah anjlok di 92,5%.

Doi Artikel : 10.46306/vls.v2i1.69 75


Jurnal Valuasi: Jurnal Ilmiah Ilmu Manajemen dan Kewirausahaan
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Bina Bangsa
Volume 2 Nomor 1 Januari 2022
DOI Issue : 10.46306/vls.v2i1

40%

20%

0%

-20% 2019
-40% 2018

-60%

-80%

-100%

Gambar 4. Laba Perbankan BUMN Tahun 2019 dan 2018

Sumber: Laporan Keuangan Perbankan BUMN Tahun 2019 dan 2018, serta Laporan Tahunan
2019 (Data Diolah)

Terlihat akhir 2019, emiten plat merah (BBNI) itu hanya memperoleh laba setelah pajak
sebesar Rp15,5 triliun. Terdapat penambahan 2,6% dari tahun sebelumnya dengan laba setelah
pajak yang sudah di angka Rp15,1 triliun Tidak jauh berbeda dengan BBNI, BBRI hanya mampu
mencetak laba setelah pajak sebesar Rp 34,4 triliun pada 2019 atau terdpat penambahan sebesar
6,2% dari tahun sebelumnya Rp 32,4 trilun. BMRI juga mengalami nasib yang nyaris serupa.
Performa bank berlogo pita emas ini hanya mencatatkan pertumbuhan laba setelah pajak sebesar
10% dari Rp25,9 triliun menjadi Rp28,5 triliun pada akhir 2019. Pertumbuhan ini masih kalah
dibandingkan dengan pertumbuhan periode sebelumnya yang mampu mencapai doubel digit,
yakni 21%.
Bisa dilihat BTN, tercatat per 31 Desember 2019, laba setelah pajak BTN turun 92,5% dari
total laba pada tahun 2018 sebesar Rp2,8 triliun menjadi sebesar Rp 209,3 miliar. Nixon, sebagai
Direktur Keuangan BTN (dalam Gideon, 2020) menjelaskan bahwa penurunan laba pada bank
BTN terjadi karena perseroan menerapkan PSAK 71. Didalam aturan PSAK tersebut, bank harus
mempunyai CKPN yang layak dengan coverage harus di atas 100 persen di awal 2020. Seperti
bisa dilihat digambar 5 Jumlah CKPN Perbankan BUMN Tahun 2019 dan 2018 di halaman

Doi Artikel : 10.46306/vls.v2i1.69 76


Jurnal Valuasi: Jurnal Ilmiah Ilmu Manajemen dan Kewirausahaan
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Bina Bangsa
Volume 2 Nomor 1 Januari 2022
DOI Issue : 10.46306/vls.v2i1

selanjutnya, yang menunjukkan bahwa bank BTN memang menaikkan CKPN sangat besar, yakni
84,9% ditahun lalu. Sedangkan bank BUMN yang lain tidak menaikkan CKPN sebesar bank BTN.
Artinya, dalam penerapan PSAK 71 pada kinerja keuangan perusahaan perbankan BUMN sebelum
dan sesudah penerapan standar menunjukkan perubahan pada laba perusahaan yaitu menjadi lebih
sedikit daripada sebelum penerapan standar.

100%

80%

60%

40%
2019
2018
20%

0%

-20%

-40%

Gambar 5. Jumlah CKPN Perbankan BUMN Tahun 2019 dan 2018


Sumber: Laporan Keuangan dan Laporan Tahunan Perbankan BUMN Tahun 2019 (Data Diolah)

Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan sebelumnya, bahwa dalam penerapan PSAK
71 pada kinerja keuangan perusahaan perbankan BUMN sebelum dan sesudah penerapan standar
menunjukkan perubahan pada laba perusahaan yaitu menjadi lebih sedikit daripada sebelum
penerapan standar. Penulis menyimpulkan bahwa dampak penerapan PSAK 71 terhadap laba/rugi
perbankan BUMN cukup signifikan karena empat perbankan BUMN mengalami perlambatan
pertumbuhan secara presantase dibandingkan tahun sebelumnya.

Doi Artikel : 10.46306/vls.v2i1.69 77


Jurnal Valuasi: Jurnal Ilmiah Ilmu Manajemen dan Kewirausahaan
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Bina Bangsa
Volume 2 Nomor 1 Januari 2022
DOI Issue : 10.46306/vls.v2i1

Diakui oleh PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk bahwa penerapan ketentuan
Pedoman Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 71 bakal menggerus permodalan bank. Meski bagi
emiten berkode saham BBNI ini, dampak tergerusnya laba perseroan dari aturan tersebut masih
dalam batas aman. Direktur Manajemen dan Risiko BNI Bob Tyasika Ananta (dalam Miftahudin,
2019) menyatakan “Ini kan masih masa percobaan. Kalau perhitungan-perhitungan awal ya ada
(menggerus laba BNI), tapi masih back and forth terus lah”. Terbukti realisasi laba bersih Bank
BNI pada periode 2018-2019 hanya tumbuh 2,7% turun signifikan dibandingkan periode 2017-
2018 yang tumbuh sebesar 9,4%
Direktur Utama BRI Suprajarto menyatakan “Penetapan laba BRI telah memperhitungkan
persiapan dan penerapan PSAK 71. Makanya kami optimistis ketika kami siap menerapkan PSAK
71 pada 2020, pertumbuhan kredit kami masih bisa double digitI,”. Tetapi realisasi laba yang
terjadi bukan double digit karena Bank BRI hanya mampu mengalami pertumbuhan sebesar 6,2%
dari tahun lalu.
Pelaksana tugas. Direktur Utama Bank BTN Oni Febriarto R. menyatakan, “Dengan
peningkatan kuota ke CKPN tersebut, laba bersih Bank Tabungan Negara berada di kisaran Rp
801 miliar pada kuartal tiga ini. Sampai limit akhir tahun, kami membidik perbandingan CKPN
terus meningkat ke level di atas 70%,” Hal tersebut terbukti dengan realisasi laba Bank BTN yang
anjlok sebesar 92,5%.
Sedangkan Bank Mandiri sampai dengan kuartal III- 2019 membukukan laba bersih
konsolidasian mencapai Rp 20,3 triliun, meningkat 11,9% secara tahunan (yoy). Hingga akhir
tahun ini perseroan akan menjaga pertumbuhan laba dua digit. Pada periode 2018-2019 Bank
Mandiri memang berhasil menjaga pertumbuhan laba di double digit yaitu sebesar 10% tetapi jika
dibandingkan periode yang lalu Bank Mandiri mengalami penurunan laba yang cukup signifikan
karena bank berlogo pita emas ini mampu menghasilkan laba 21%.
Tentunya kondisi seperti apabila CKPN atas kredit meningkat akan menurunkan
KPMM/CAR sehingga menekan laba/rugi perbankan tidak dapat dimaknai sebagai “hitam putih”,
yang berarti keadaan tersebut tidak serta merta berlaku bagi bank secara keseluruhan. Penulis
menyimpulkan besar kecilnya imas dari penerapan PSAK 71 terkait penurunan laba/rugi
perbankan sangat bergantung pada beberapa aspek, antara lain:

Doi Artikel : 10.46306/vls.v2i1.69 78


Jurnal Valuasi: Jurnal Ilmiah Ilmu Manajemen dan Kewirausahaan
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Bina Bangsa
Volume 2 Nomor 1 Januari 2022
DOI Issue : 10.46306/vls.v2i1

• Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN)


• Dana Pihak Ketiga (DPK)
• Non-Performing Loan (NPL)
• Pertumbuhan kredit
• Penghasilan bunga

KESIMPULAN

Berdasarkan analisis yang ditemukan dalam penelitian, peneliti mengambil kesimpulan


sebagai berikut:
1. Dampak dari penerapan PSAK 71 akan meningkatkan jumlah CKPN atas kredit sehingga
mempengaruhi modal perusahaan, Jumlah CKPN atas kredit akan meningkat karena
metode yang digunakan dalam PSAK No. 71 akan menggunakan metode expected credit
loss untuk menentukan kerugian kredit yang diharapkan yang artinya pinjaman yang
sebelumnya tidak dibentuk CKPN akan menjadi dibentuk tergantung pada apakah ada
eksposur risiko kredit atau tidak hal ini ditunjukan oleh BBNI dan BBTN yang terlihat
diahun pengamatan.
2. Tidak adanya hubungan yang pasti antara penerapan PSAK 71 dengan CKPN atas kredit
karena pada perbankan BUMN yang terjadi adalah adanya perbankan yang mengalami
peningkatan CKPN atas kredit yang ditunjukkan oleh BBNI dan BBTN, tetapi ada juga
yang mengalami penurunan nilai CKPN atas kredit yang ditunjukkan oleh BBRI. Bahkan
ada yang mengalami minus dalam nilai CKPN atas kerdit yang ditunjukkan oleh BMRI.
3. Dalam penerapan PSAK 71 ini saat CKPN atas kredit meningkat yang ditunjukkan oleh
BBNI dan BBTN belum tentu akan menurunkan rasio CAR perbankan tersebut karena
BBNI yang mengalami kenaikan CKPN atas kredit tetapi tidak mengalami penurunan rasio
CAR secara yoy. Disamping hal itu, BBRI dan BMRI juga mengalami peningkatan rasio
CAR secara yoy walaupun sebenarnya BBRI dan BBNI tidak mengalami kenaikan CKPN
atas kredit

Doi Artikel : 10.46306/vls.v2i1.69 79


Jurnal Valuasi: Jurnal Ilmiah Ilmu Manajemen dan Kewirausahaan
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Bina Bangsa
Volume 2 Nomor 1 Januari 2022
DOI Issue : 10.46306/vls.v2i1

4. Dalam penerapan PSAK 71 menunjukan perubahan pad alaba perusahaan yanitu menjadi
lebih sedikit daripada sebeleum pemberlakuan PSAK 71. Dampak penerapan PSAK 71
terhadap laba rugi perbankan BUMN cukup signifikan karena empat perbnakan BUMN
mengalami perlambatan pertumbuhan, tentunya apabila kondisi CKPN atas kredit
meningkat akan menurunkan KPPM/CAR sehingga menekan laba/rugi perbankan, tetapi
tidak bisa dimaknai semua secara “hitam putih “ artinya keadaan tersebut tidak serta merta
berlaku bagi bank secara keseluruhan.

DAFTAR PUSTAKA
DSAK-IAI. 2019. Kesimpulan Hasil Pembahasan Isu Penerapan PSAK 71 Tahun 2018 – 2019.
Exposure Draft. (2016). Pernyataan standar akunansi keuangan instrumen keuangan: pengakuan
dan pengukuran PSAK No.71. Ikatan Akuntan Indonesia. www.iaiglobal.or.id
Exposure Draft PSAK 1 (revisi 2009) Tentang Penyajian Laporan Keuangan.
Exposure Draft PSAK 71 Tentang Instrumen Keuangan P 5.5.17.
Exposure Draft PSAK 71 Tentang Instrumen Keuangan P 5.5.18.
Febriati, E. (2013). Analisis penerapan PSAK 55 atas cadangan keugian penurunan nilai pada PT
Bank BRI. Jurnal EMBA 1(3), 2303-1174. https://doi.org/10.35794/emba.v1i3.1648
Ikatan Akuntan Indonesia. (2015). Pernyataan standar akuntansi keuangan No. 1 tentang Laporan
Keuangan, Edisi Revisi 2015. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Kieso, D., E. & Weyganadt, J., J. (2011). Intermediate accounting, Edisi tahun 2011. Jakarta:
Erlangga
Milles dan Huberman, Analisis Data Kualitatif, Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1992, hlm.
16
Sumarsan, Thomas. 2017. Perpajakan Indonesia Edisi Kelima. Jakarta: Indeks
Sugiono. 2018. Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualititatif, dan
R&D. Jakarta: ALFABETA
Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan.
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1967 Tentang Pokok-pokok Perbankan.

Doi Artikel : 10.46306/vls.v2i1.69 80


Jurnal Valuasi: Jurnal Ilmiah Ilmu Manajemen dan Kewirausahaan
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Bina Bangsa
Volume 2 Nomor 1 Januari 2022
DOI Issue : 10.46306/vls.v2i1

PwC Indonesia. 2019. PSAK 71- Financial Instruments - Understanding the Basics. Publications
PwC Indonesia.
Rizal, P. A, dan Shauki, R. E. 2019. Motif dan Kendala Bank Melakukan Penerapan Dini PSAK
71 Terhadap CKPN Kredit. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol. 16, No. 1, h.
83-107.
Suroso. 2017. Penerapan Psak 71 dan Dampaknya Terhadap Kewajiban Penyediaan Modal
Minimum Bank. Jurnal Bina Akuntansi Vol.4 No. 2.
Witjaksono, Armanto. 2017. Dampak ED PSAK 71 Instrumen Keuangan Terhadap Pedoman
Akuntansi Perbankan Terkait Kredit. Jurnal Online Insan Akuntan. Vol.2, No.1.

Doi Artikel : 10.46306/vls.v2i1.69 81

You might also like