Professional Documents
Culture Documents
Slide Presentasi Webinar CAAIP 30 September 2021
Slide Presentasi Webinar CAAIP 30 September 2021
SEKBAN SEKDITJEN
PSDMP
PPSDM HUBLA DITKAPEL DPKP BKKP
SEKOLAH TINGGI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN
KETUA
RSG
HARIAN
BALAI BESAR
KESELAMATAN KAPAL
AKREDITASI
KABID
POLITEKNIK UNIVERSITAS STAF
PMKK
AHLI
BALAI AKADEMI SUBDIT
KEPELAUTAN PENGUJI
TRAINING
SMK PELAYARAN PPK
CENTER
APA ITU MLC?
Maritim Labour Convention (MLC) 2006 adalah konvensi yang
diselenggarkan oleh International Labour Organization (ILO)
pada tahun 2006 di Genewa, Swiss. MLC 2006 bertujuan untuk
memastikan hak-hak para pelaut di seluruh dunia dilindungi
dan memberikan standar pedoman bagi setiap negara dan
pemilik kapal untuk menyediakan lingkungan kerja yang nyaman
bagi pelaut.
PERNYATAAN
CERTIFICATE
PEMERIKSAAN MEMENUHI
OF MLC 2006
SYARAT
1. USIA MINIMUM
2. SERTIFIKAT MEDIS
3. KUALIFIKASI PELAUT
4. PERJANJIAN KERJA PELAUT
5. PENGGUNAAN LISENSI ATAU SERTIFIKASI ATAU PELAYANAN PEREKRUTAN
DAN PENEMPATAN KERJA PELAUT
6. JAM KERJA DAN ISTIRAHAT
7. TINGKAT PENGAWAKAN KAPAL
8. AKOMODASI
9. FASILITAS REKREASI DI ATAS KAPAL
10. PERMAKANAN DAN KATERING
11. PERLINDUNGAN KESEHATAN, KEAMANAN, DAN RESIKO KECELAKAAN
12. PERAWATAN MEDIS DIATAS KAPAL
13. PROSEDUR KOMPLAIN DI KAPAL
14. PEMBAYARAN GAJI
15. JAMINAN KEUANGAN TERKAIT PEMULANGAN ABK
16. JAMINAN KEUANGAN TERKAIT TANGGUNG JAWAB PEMILIK KAPAL
5.1.3 SERTIFIKAT KETENAGAKERJAAN
MARITIM DAN DEKLARASI KEPATUHAN
KETENAGAKERJAAN MARITIM
KAPAL BERUKURAN 500
GT ATAU LEBIH,
BERLAYAR PADA
PELAYARAN
INTERNASIONAL
DMLC
KAPAL BERUKURAN 500
GT ATAU LEBIH,
ANGGOTA DARI NEGARA
BENDERA, BEROPERASI
DI NEGARA LAIN
CONVENTION
konvensi yang
MARITIME
yang
digambarkan oleh
LABOUR
pejabat yang
berwenang)
DMLC
PART II (dibuat
oleh pemilik kapal
untuk
menunjukan
bagaimana
kapalnya
mengikuti aturan
bagian I)
1. PERSYARATAN
5. KEPATUHAN DAN
2. KONDISI KERJA
PENEGAKAN ATURAN
4. PERLINDUNGAN
3. AKOMODASI,
KESEHATAN,
FASILITAS REKREASI,
PERAWATAN MEDIS,
PERMAKANAN DAN
KESEJAHTERAAN,
KAATERING
DAN JAMINAN SOSIAL
1. Persyaratan minimum
pelaut untuk bekerja dikapal
1. Persyaratan minimum pelaut
untuk bekerja dikapal
Regulation
Reg 1.1 • Usia minimum awak kapal adalah 18tahun
Persyaratan Usia • Awak kapal dengan usia di bawah 18 tahun tetapi di atas 16
Minimal tahun dapat dipekerjakan dalam rangka pelatihan sepanjang
memperbatikan keamanan dan kesehatan bagi awak kapal
yang bersangkutan. )
Reg 1.2 Sertifikat • memastikan bahwa semua pelaut secara medis dinyatakan
Kesehatan fit untuk tugas2 di kapal.
• sesuai STCW Sertifikat kesehatan berlaku 2 tahun kecuali
umur pelaut dibawah 18 tahun berlakunya 1 tahun
Reg 1.3 Kualifikasi memastikan bahwa pelaut yang bekerja diatas kapal kompeten
dan Pelatihan untuk melaksanakan tugas sesuai jabatannya dibuktikan dengan
sertifikat keahlian dan/ atau sertifikat keterampilan.
1. Persyaratan minimum pelaut
untuk bekerja dikapal
Regulation
Reg 1.4 • dilakukan oleh perusahaan keagenan Awak Kapal yang memperoleh
Perekrutan dan perizinan berusaha sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
Penempatan undangan di bidang penyelenggaraan perizinan berusaha berbasis
risiko
• Perusahaan keagenan Awak Kapal dilarang untuk:
a. menggunakan cara, mekanisme, atau daftar hitam untuk
menghalangi Pelaut memperoleh pekerjaan sesuai dengan
kualifikasi yang dimiliki;dan/ atau
b. memungut biaya kepada Pelaut kecuali untuk biaya dokumen
perjalanan, biaya pembuatan dokumen Pelaut, dan biaya
pemeriksaan untuk penerbitan sertifikat kesehatan Pelaut
Agen Perekrutan Awak Kapal
WAJIB :
1. Menyimpan daftar yang up to date (terkini) dari semua
penempatan pelaut. , to be available for inspection by the
competent authority;
2. Menyimpan data daftar kapal dan melakukan kontak
dengan perusahaan dimana pelaut ditempatkan.
3. Memberitahukan kepada pelaut terkait dengan kewajiban
berdasarkan PKL
4. Memberikan salinan PKL kepada pelaut.
5. Memastikan bahwa PKL pelaut sesuai dengan dengan
undang-undaang nasional dan CLA yang berlaku.
6. Melakukan assesment atas kualifikasi pelaut
7. Memastikan bahwa pemilik kapal atau perusahaan dimana
pelaut ditempatkan aman secara finansial
8. Tersedia prosedur keluhan yang efektif
9. Memilik sistim asuransi untuk memberikan kompensasi
kepada pelaut atas kegagalan dalam memenuhi kewajiban
sebagaimana sesuai dengan PKL
2. KONDISI KERJA
2. Kondisi Kerja
Regulation
Reg 2.1 Perjanjian Kerja Pelaut Perjanjian kerja hrs jelas, sesuai
dengan ketentuan hukum dan hrs
sesuai CBA (apabila ada.) dan harus
dimasukan dalam sijil.
PKL ASLI untuk Pelaut dan Salinan
harus ada di kapal
SERTIFIKAT
ASURANSI PELAUT
5. KEPATUHAN DAN PENEGAKKAN
INSPECTOR
5. KEPATUHAN DAN PENEGAKKAN
Regulation
5.1 Tanggung Jawab Negara memastikan bahwa setiap Negara Anggota
Bendera menerapkan tanggung jawabnya di bawah
Konvensi ini menyangkut kapal-kapal yang
mengibarkan bendera negara tersebut.
PSCO
Melaksanakan investigasi
/pemeriksaan di kapal
Kapal Niaga Asing tunduk pada yurisdiksi Yurisdiksi kriminal Negara pantai tidak dapat
negara pantai terhadap kejahatan yang dilaksanakan di atas kapal asing yang sedang melintasi
dilakukan oleh awak kapal niaga asing. laut teritorial untuk menangkap siapapun atau untuk
mengadakan penyidikan yang bertalian dengan
Akan tetapi untuk tindak pidana kejahatan apapun yang dilakukan di atas kapal selama
pelanggaran yang menyangkut soal disiplin lintas demikian, kecuali dalam hal yang berikut :
dan tata tertib internal, maka berlaku 1. Apabila akibat kejahatan itu dirasakan di Negara
yurisdiksi negara bendera kapal pantai;
2. Apabila kejahatan itu termasuk jenis yang
Yurisdiksi Kapal Asing di Perariran mengganggu kedamaian Negara tersebut atau
Pedalaman ketertiban laut wilayah;
3. Apabila telah diminta bantuan penguasa setempat
Kapal asing yang memasuki wilayah oleh nakhoda kapal oleh wakil diplomatik atau
perairan suatu negara, maka kapal tersebut pejabat konsuler Negara bendera;
berada di bawah yurisdiksi negara yang 4. Apabila tindakan demikian diperlukan untuk
bersangkutan menumpas perdagangan gelap narkotika atau bahan
psychotropis.
OTORISASI KEPELABUHANAN
SUBJEK HUKUM
lintas barang yang masuk atau keluar daerah
pabean serta pemungutan bea masuk dan
bea keluar. UU Kepabeanan tidak menggunakan istilah
korporasi, tetapi menggunakan istilah badan
2. DAERAH PABEAN; wilayah Republik hukum;
Indonesia yang meliputi wilayah darat,
perairan dan ruang udara di atasnya, serta
tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi Formulasi tindak pidana / delik-nya diawali
Eksklusif dan landas kontinen yang di dengan “setiap orang”. Sedangkan KUHP
dalamnya berlaku Undang-Undang ini. menggunakan istilah “barangsiapa” (hij die).
3. KAWASAN PABEAN: kawasan dengan
batas-batas tertentu di pelabuhan laut,
Konsekuensi yuridisnya: semua rumusan
bandar udara, atau tempat lain yang
ditetapkan untuk lalu lintas barang yang tindak pidana, berlaku juga bagi badan
sepenuhnya berada di bawah pengawasan hukum.
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Pasal 2 AYAT (1)
PASAL 3
Melakukan penyelundupan di bidang impor dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan pidana penjara
paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling
banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
UU NO. 6 TAHUN 2011
TENTANG KEIMIGRASIAN
Nakhoda pada Kapal hanya dapat menurunkan Setiap Orang wajib mematuhi
atau menaikkan orang dan / atau Barang setelah penyelenggaraan Kekarantinaan Kesehatan.
dilakukan Pengawasan Kekarantinaan Kesehatan
oleh pejabat Karantina Kesehatan.
PASAL 93 ;
PASAL 90;
Kejahatan terhadap ketidakpatuhan
Perbuatan dalam Pasal 19 ayat (3) dapat penyelenggaraan kekarantinaan Kesehatan,
menyebabkan; menyebarkan penyakit dan / atau dapat di pidana paling lama 1 (satu) tahun
faktor risiko kesehatan yang menimbulkan dan/atau pidana denda paling banyak Rp
Kedaruratan Kesehatan Masyarakat dipidana 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh)
tahun atau denda paling banyak
Rp15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah).
PASAL 21 UU NO. 5 TAHUN 1990
TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI KEJAHATAN TERHADAP SATWA
& EKOSISTEMNYA
1. Menangkap, melukai, membunuh, menyimpan,
memiliki, memelihara, mengangkut, dan
KEJAHATAN TERHADAP TUMBUHAN memperniagakan satwa yang dilindungi dalam
keadaan hidup;
1. Melarang setiap orang untuk; mengambil, 2. Menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, dan
menebang, memiliki, merusak, memusnahkan, memperniagakan satwa yang dilindungi dalam
memelihara, mengangkut, dan memperniagakan keadaan mati;
tumbuhan yang dilindungi atau bagian- 3. Mengeluarkan satwa yang dilindungi dari suatu
bagiannya dalam keadaan hidup atau mati; tempat di Indonesia ke tempat lain di dalam atau di
luar Indonesia;
2. Mengeluarkan tumbuhan yang dilindungi atau 4. Memperniagakan, menyimpan atau memiliki kulit,
bagian-bagiannya dalam keadaan hidup atau tubuh, atau bagian-bagian lain satwa yang dilindungi
mati dari suatu tempat di Indonesia ke tempat atau barang-barang yang dibuat dari bagian-bagian
lain di dalam atau di luar Indonesia. tersebut atau mengeluarkannya dari suatu tempat di
Indonesia ke tempat lain di dalam atau di luar
PASAL 40 Ayat (2) Indonesia;
Kejahatan terhadap tumbuhan & satwa 5. Mengambil, merusak, memusnahkan,
Dapat dipidana paling lama 5 (lima) tahun dan denda memperniagakan, menyimpan atau memiliki telur dan
paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah). atau sarang satwa yang dillindungi.
PERBUATAN MEMASUKKAN & MENGELUARKAN MEDIA PEMBAWA
Dalam Undang – Undang No. 21 Tahun 2019 Tentang Karantina Hewan, Ikan, & Tumbuhan
PASAL 35
1. Setiap Orang yang memasukkan dan/atau mengeluarkan Media Pembawa dari suatu Area ke Area lain di
dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia wajib:
a. melengkapi sertifikat kesehatan dari Tempat Pengeluaran yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat bagi
Hewan, Produk Hewan, Ikan, Produk Ikan, Tumbuhan, dan/atau Produk Tumbuhan;
b. memasukkan dan/atau mengeluarkan Media Pembawa melalui Tempat Pemasukan dan Tempat
Pengeluaran yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat; dan
c. melaporkan dan menyerahkan Media Pembawa kepada Pejabat Karantina di Tempat Pemasukan dan
Tempat Pengeluaran yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat untuk keperluan tindakan Karantina dan
pengawasan dan/atau pengendalian
2. Selain melaporkan dan menyerahkan sertifikat kesehatan dan Media Pembawa sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Setiap Orang yang memasukkan dan/atau mengeluarkan Media Pembawa menyerahkan dokumen
lain yang dipersyaratkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dikecualikan terhadap Media Pembawa Lain.
4. Dalam hal Media Pembawa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Transit di suatu Area, wajib dilengkapi surat
keterangan Transit yang dikeluarkan oleh Pejabat Karantina dari tempat Transit
KETENTUAN PIDANA
Dalam Undang – Undang No. 21 Tahun 2019 Tentang Karantina Hewan, Ikan,
& Tumbuhan
PASAL 86
1. Memasukkan Media Pembawa dengan tidak melengkapi sertifikat kesehatan dari negara asal bagi
Hewan, Produk Hewan, Ikan, Produk Ikan, Tumbuhan, dan/atau Produk Tumbuhan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 33 ayat (1) huruf a;
2. Memasukkan Media Pembawa tidak melalui Tempat Pemasukan yang ditetapkan oleh
Pemerintah Pusat, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (1) huruf b;
3. Tidak melaporkan atau tidak menyerahkan Media Pembawa kepada Pejabat Karantina di
Tempat Pemasukan yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat untuk keperluan tindakan Karantina
dan pengawasan dan/atau pengendalian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (1) huruf c;
dan / atau
4. Mentransitkan Media Pembawa tidak menyertakan sertifikat kesehatan dari negara transit
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (4)
Dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda
paling banyak Rpl0.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
PASAL 87 PASAL 88
Setiap Orang yang: Setiap Orang yang:
1. Memasukkan atau mengeluarkan Media Pembawa dari
1. Mengeluarkan Media Pembawa dengan tidak
suatu Area ke Area lain di dalam wilayah Negara Kesatuan
melengkapi sertifikat kesehatan bagi Hewan, Republik Indonesia yang tidak melengkapi sertifikat
Produk Hewan, Ikan, Produk Ikan, Tumbuhan, kesehatan dari Tempat Pengeluaran yang ditetapkan oleh
dan/atau Produk Tumbuhan sebagaimana dimaksud Pemerintah Pusat bagi Hewan, Produk Hewan, Ikan,
dalam Pasal 34 ayat (1) huruf a; Produk Ikan, Tumbuhan, dan/atau Produk Tumbuhan
2. Mengeluarkan Media Pembawa tidak melalui sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1) huruf a;
Tempat Pengeluaran yang ditetapkan oleh 2. Memasukkan dan/atau mengeluarkan tidak melalui
Pemerintah Pusat, sebagaimana dimaksud dalam Tempat Pemasukan dan Tempat Pengeluaran yang
ditetapkan oleh Pemerintah Pusat, sebagaimana dimaksud
Pasal 34 ayat (1) huruf b; dan / atau
dalam Pasal 35 ayat (1) huruf b;
3. Tidak melaporkan atau tidak menyerahkan Media 3. Tidak melaporkan atau tidak menyerahkan Media
Pembawa kepada Pejabat Karantina di Tempat Pembawa kepada Pejabat Karantina di Tempat Pemasukan
Pengeluaran yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat dan Tempat Pengeluaran yang ditetapkan oleh Pemerintah
untuk keperluan tindakan Karantina dan Pusat untuk keperluan tindakan Karantina dan
pengawasan dan/atau pengendalian sebagaimana pengawasan dan/atau pengendalian sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1) huruf c . dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1) huruf c; dan/atau
4. Mentransitkan Media Pembawa tidak menyertakan surat
keterangan Transit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35
Dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) ayat (4)
tahun dan pidana denda paling banyak
Dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun
Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).
dan pidana denda paling banyak Rp2.000.000.000,00 (dua
miliar rupiah).
SEKIAN & TERIMAKASIH
AKKMI
MATERI
01 Jas Merah
02 Hukum Maritim
“
Indonesia adalah
Negara Lautan yang
ditaburi oleh
Pulau - Pulau
Presiden RI - Ir. Sukarno
AKKMI
INDONESIA
Indonesia memiliki 17.499 pulau,
Terbentang dari Sabang hingga Merauke,
dengan luas total wilayah
Indonesia sekitar 7,81 juta km2.
Dari total luas wilayah tersebut, 3,25 juta
km2 adalah lautan dan 2,55 juta km2
adalah Zona Ekonomi Eksklusif.
Hanya sekitar 2,01 juta km2 yang
berupa daratan.
(kkp.go.id)
AKKMI
MATERI
01 Jas Merah
02 Hukum Maritim
HUKUM MARITIM
Hukum Maritim (Maritime Law) menurut
kamus hukum “Black’s Law Dictionary”,
adalah hukum yang mengatur pelayaran
dalam arti pengangkutan barang dan
orang melalui laut, kegiatan
kenavigasian, dan perkapalan sebagai
sarana / moda transportasi laut termasuk
aspek keselamatan maupun kegiatan
yang terkait langsung dengan
perdagangan melalui laut yang diatur
dalam hukum perdata / dagang maupun
yang diatur dalam hukum publik.
AKKMI
MATERI
01 Jas Merah
02 Hukum Maritim
CONTOH KASUS
HUKUM MARITIM INTERNASIONAL
• Pada tanggal 03 Sep 2021, dilakukan penahanan terhadap 3 (tiga)
orang Crew Kapal berbendera Korea. Mereka ditetapkan sebagai
tersangka dikarenakan saat pesiar di negara India, mereka tidak
membawa dokumen pendukung.
CONTOH KASUS
HUKUM MARITIM NASIONAL
• Tiga Orang Ditetapkan Tersangka Tenggelamnya KMP Yunice
• 13 AGUSTUS 2021, 12: 05: 59 WIB | EDITOR : BAYU SAKSONO
• BANYUWANGI, Jawa Pos Radar Banyuwangi – Tenggelamnya kapal
motor penumpang (KMP) Yunice pada Selasa (29/6) lalu, terpaksa harus
menyeret tiga orang menjadi tersangka oleh Mabes Polri. Ketiga
tersangka tersebut diantaranya IS sebagai nahkoda kapal KMP, NW
sebagai kepala cabang dan RMS sebagai kepala Syahbandar korsatpel
BPTD Pelabuhan Ketapang.
TERIMA KASIH
hakeng@yahoo.com Marcellus Hakeng capt_Marcellus_Jayawibawa 085810280811