In this section, the results of the analysis and discussion using the binary logistic

regression method will be explained to determine the factors related to chronic kidney disease
in diabetes mellitus in Indonesia.
1. Univariate Analysis
Characteristics of factors that influence the occurrence of chronic kidney disease in
people with diabetes mellitus in Indonesia.
Tabel 4.1 Univariate Analysis
Variabel n %
Jenis Kelamin
Laki-laki 194 32,8
Perempuan 397 67,2
Status Pernikahan
Belum Kawin 10 1,7
Kawin 456 77,2
Cerai Hidup 15 2,5
Cerai Mati 110 18,6
Pendidikan
Tidak/Belum pernah sekolah 60 10,2
Tidak Tamat SD/MI 92 15,6
Tamat SD/MI 165 27,9
Tamat SLTP/MTS 88 14,9
Tamat SLTA/MA 127 21,5
Tamat D1/D2/D3 22 3,7
Tamat PT 37 6,3
Status Pekerjaan
Bekerja 298 50,4
Tidak Bekerja 293 49,6
Status Merokok
Ya 145 24,5
Tidak Merokok 446 75,5
Status Alkohol
Ya 4 0,7
Tidak 587 99,3
Makanan Daging/Ayam/ Ikan Olahan dengan Pengawet
Pernah 203 34,3
Tidak Pernah 388 65,7
Konsumsi Bumbu Penyedap
Pernah 527 89,2
Tidak Pernah 64 10,8
Konsumsi Soft Drink
Pernah 69 11,7
Tidak Pernah 522 88,3
Konsumsi Minuman Berenegri
Pernah 37 6,3
Tidak Pernah 554 93,7
Konsumsi Mie Instan
 Variabel n %
Pernah 407 68,9
Tidak Pernah 184 31,1
Cholestrol
Tidak Beresiko 246 41,6
Beresiko 345 58,4
HDL
Tidak Beresiko 534 90,4
Beresiko 57 9,6
LDL
Tidak Beresiko 70 11,8
Beresiko 521 88,2
TG
Tidak Beresiko 257 43,5
Beresiko 334 56,5
Usia
15 – 34 tahun 6 1,0
35 – 44 tahun 55 9,3
45 – 54 tahun 203 34,3
55 – 64 tahun 222 37,6
65 – 74 tahun 91 15,4
75+ 14 2,4
Durasi DM
≤ 5 tahun 388 65,7
>5 tahun 203 34,3
Aktivitas Sedang
Ya 86 14,6
Tidak 505 85,4
Aktivitas Berat
Ya 439 74,3
Tidak 152 25,7
Status Hipertensi
Ya 206 34,9
Tidak 385 65,1
Jenis Pengobatan
Obat anti DM (OAD) dari tenaga medis 485 82,1
Injeksi Insulin 17 2,9
Obat anti DM (OAD) dari tenaga medis dan injeksi 57 9,6
Tidak diobati 32 5,4
IMT
Sangat Kurus 32 5,4
Kurus 260 44,0
Normal 204 34,5
Gemuk 92 15,6
Obesitas 3 0,5
Klasifikasi Desa
Perkotaan 408 69,0
Perdesaan 183 31,0
 Terdapat 591 sampel yang memenuhi kriteria menderita diabetes mellitus Subjek
terbanyak adalah yang berusia 55 - 64 tahun (34,3%), dengan jenis kelamin perempuan lebih
banyak dari pada laki-laki (67,2%), mayoritas subjek tinggal didaerah perkotaan sebanyak 69%,
tingkat pendidikan subjek terbanyak pada kategori tamat SD/MI (15,6%), status perkawinan
terbanyak yaitu menikah (77,2%), dan status pekerjaan terbanyak yaitu bekerja (50,4%). Sampel
yang memiliki kadar kolesterol total berisiko sebanyak 58,4%, kadar HDL berisiko sebanyak
9,6%, kadar LDL berisiko sebanyak 88,2%, dan kadar trigliserida berisiko sebanyak 56,5%.
Subjek yang memiliki status tidak merokok sebanyak 75,5%, tidak meminum alcohol sebanyak
99,3%, tidak memakan makanan dengan pengawet sebanyak 65,7%, tidak mengkonsumsi bumbu
penyedap 10,8%, tidak mengkonsumsi soft drink sebanyak 88,3%, tidak mengkonsumsi
minuman berenegri sebanyak 93,7% dan tidak memakan makanan instan sebanyak 31,1%.
Subjek dengan durasi DM lebih dari 5 tahun sebanyak 34,3%, dengan jenis pengobatan yaitu
obat anti DM (OAD) dari tenaga medis sebesar 82,1%. Mayoritas subjek tidak memiliki status
hipertensi yaitu sebesar 65,1%, IMT subjek mayoritas berada di kategori kurus sebesar 44%.
There were 591 samples that met the criteria for suffering from diabetes mellitus. Most
subjects were aged 55 - 64 years (34.3%), with more female gender than male (67.2%), the
majority of subjects living in urban areas as many as 69 %, the highest level of subject education
was in the elementary/MI graduate category (15.6%), the highest marital status was married
(77.2%), and the highest occupational status was working (50.4%). Samples with total
cholesterol levels were at risk of 58.4%, HDL levels were at risk of 9.6%, LDL levels were at
risk of 88.2%, and triglyceride levels were at risk of 56.5%. Subjects who do not smoke as much
as 75.5%, do not drink alcohol as much as 99.3%, do not eat foods with preservatives as much as
65.7%, do not consume seasonings 10.8%, do not consume soft drinks as much as 88.3% , did
not consume energy drinks as much as 93.7% and did not eat instant food as much as 31.1%.
Subjects with DM duration of more than 5 years were 34.3%, with the type of treatment, namely
anti-DM drugs (OAD) from medical personnel by 82.1%. The majority of the subjects did not
have hypertension status, which was 65.1%, the BMI of the majority of the subjects was in the
thin category at 44%.
2. Bivariate Analysis
Characteristics of factors that influence the occurrence of chronic kidney disease in
people with diabetes mellitus in Indonesia.

Tabel 4.2 Bivariate Analysis

Ginjal Kronik 95% CI
Variabel P RP
Ya Tidak Total Lower Upper
Jenis Kelamin
Laki-laki 0 194 194 1,0
Perempuan 5 392 397 0 1,495 1,412 1,583
Status Pernikahan
Belum Kawin 0 10 10 0,9 0,000 0,000 -
Kawin 5 451 456 9 0,000 0,000 -
Cerai Hidup 0 15 15 0,9 27,03 0,000 -
Cerai Mati 0 110 110 9
1,0
0
Pendidikan
Tidak/Belum pernah sekolah 2 58 60 1,0 0,005 0,000 -
Tidak Tamat SD/MI 0 92 92 0 185131852,3 0,000 -
Tamat SD/MI 3 162 165 0,9 0,000 0,000 -
Tamat SLTP/MTS 0 88 88 9 0,001 0,000 -
Tamat SLTA/MA 0 127 127 0,9 962734,95 0,000 -
Tamat D1/D2/D3 0 22 22 9 0,000 0,000 -
Tamat PT 0 36 36 1,0
0
0,9
9
1,0
0
Status Pekerjaan
Bekerja 0 298 298 0,9
Tidak Bekerja 5 288 293 9 2,035 1,874 2,209
Status Merokok
Ya 0 145 145 0,9
Tidak Merokok 5 441 446 9 1,329 1,269 1,392
Status Alkohol
Ya 0 4 4 0,9
Tidak 5 582 587 9 1,007 1,000 1,014
Makanan Daging/Ayam/ Ikan Olahan
dengan Pengawet
Pernah 0 203 203
Tidak Pernah 5 383 388 1,0 1,530 1,442 1,623
0
Konsumsi Bumbu Penyedap
Pernah 4 523 527 1,0 0,896 0,578 1,391
Tidak Pernah 1 63 64 0 1,860 0,317 10,91
Konsumsi Soft Drink
Pernah 0 69 69 1,0
Tidak Pernah 5 516 522 0 1,133 1,100 1,167
 Ginjal Kronik 95% CI
Variabel P RP
Ya Tidak Total Lower Upper
Konsumsi Minuman Berenegri
Pernah 1 36 37 0,9 3,256 0,548 19,33
Tidak Pernah 4 550 554 9 0,852 0,550 1,322
Konsumsi Mie Instan
Pernah 1 406 407 0,9 0,289 0,050 1,668
Tidak Pernah 4 180 184 9 2,604 1,653 4,104
Cholestrol
Tidak Beresiko 2 244 246 0,9 0,961 0,327 2,823
Beresiko 3 342 345 9 1,028 0,501 2,110
HDL
Tidak Beresiko 5 529 534 0,9 1,108 1,079 1,138
Beresiko 0 57 57 9
LDL
Tidak Beresiko 2 68 70 0,9 3,447 1,151 10,320
Beresiko 3 518 521 9 0,679 0,332 1,389
TG
Tidak Beresiko 4 253 457 0,9 1,853 1,184 2,900
Beresiko 1 333 334 9 0,352 0,061 2,034
Usia
15 – 34 tahun 0 6 6 0,9 0,000 0,000 -
35 – 44 tahun 0 55 55 9 2747E+10 0,000 -
45 – 54 tahun 2 201 201 0,9 47133,831 0,000 -
55 – 64 tahun 1 221 222 9 1101809981 0,000 -
65 – 74 tahun 1 90 91 0,9 33960077,69 0,000 -
75+ 1 13 14 9
0,9
9
0,9
9
Durasi DM
≤ 5 tahun 2 386 388 0,9 0,607 0,207 1,779
>5 tahun 3 200 203 9 1,758 0,852 3,628
Aktivitas Sedang
Ya 1 85 86 1,0 1,379 0,236 8,047
Tidak 4 501 505 0 0,936 0,603 1,452
Aktivitas Berat
Ya 3 436 439 0,9 0,806 0,394 1,652
Tidak 2 150 152 9 1,563 0,529 4,612
Status Hipertensi
Ya 1 205 206 0,9 0,572 0,099 3,311
Tidak 4 381 385 9 1,230 0,791 1,915
Jenis Pengobatan
Obat anti DM (OAD) dari tenaga medis 3 482 485 0,9 0,000 0,000 -
Injeksi Insulin 1 16 17 9 0,000 0,000 -
Obat anti DM (OAD) dari tenaga medis dan 1 56 57 0,9 0,000 0,000 -
injeksi 9
Tidak diobati 0 32 32 0,9
9

IMT
Sangat Kurus
 Ginjal Kronik 95% CI
Variabel P RP
Ya Tidak Total Lower Upper
Kurus 0 32 32 1,0 139,365 0,000 -
Normal 3 257 250 0 0,000 0,000 -
Gemuk 0 204 204 1,0 0,015 0,000 -
Obesitas 2 90 92 0 0,000 0,000 -
0 3 3 1,0
0
1,0
0
Klasifikasi Desa
Perkotaan 3 405 408 0,9 0,868 0,424 1,779
Perdesaan 2 181 183 9 1,295 0,440 3,815

3. Multivariate Analysis
Binary logistic regression was used to determine the factors thought to influence chronic
kidney disease in people with diabetes mellitus in Indonesia.
A1. Concurrent Test
Hyphotesis
H0 : β1 = β2 =….= β23 = 0
H1 : at least one βj≠ 0 with j = 1,2,…,23
Significant Level : α = 0,1

Critical Area : Reject H0 if and P-value < α

Statistical Test :
Tabel 4.3 Concurrent Test
P-
G df
value
17,108 4 0,002 7,77
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa berdasarkan uji signifikansi parameter secara

serentak diperoleh nilai G sebesar 17,108 yang lebih besar dari nilai sebesar 7,77
dan nilai p-value sebesar 0,002 yang kurang dari taraf signifikan α sebesar 0,1. Sehingga
diperoleh keputusan Tolak H0, yang berarti minimal ada satu variabel prediktor yang
berpengaruh signifikan.
Table 4.3 shows that based on the simultaneous parameter significance test, a G
value of 17,108 is obtained which is greater than the value of 7,77 and a p-value of 0.002
which is less than the significance level of 0.1. So that the decision Reject H0 is obtained,
which means that there is at least one predictor variable that has a significant effect.
A2. Partial Test
Hyphotesis
H0 : βi = 0
H1 : βj≠ 0 with j = 1,2,…,23
Significant Level : α = 0,1

Critical Area : Reject H0 if and P-value < α

Statistical Test :
Tabel 4.4 Partial Test
d 95% C.I.for EXP(B)
B S.E. Wald Sig. Exp(B)
f Lower Upper
Step 22b LDL(1) -1.852 .985 3.534 1 .060 .157 .023 1.082
Status_Pekerjaan(1) 16.97
2082.832 .000 1 .993 23611161.405 .000 .
7
Minuman_Berenegri(1) -2.777 1.344 4.274 1 .039 .062 .004 .866
Makanan_Instan(1) 2.489 1.239 4.039 1 .044 12.053 1.064 136.580
Constant 3.809 .685 30.920 1 .000 45.115

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa variabel LDL yang tidak beresiko, pernah
mengkonsumsi minuman berenegri dan pernah memakan makanan instan berpotensi
dalam menyebabkan penyakit ginjal kronis pada penderitas diabetes mellitus di
Indonesia.
Table 4.4 shows that LDL variables that are not at risk, have consumed energy
drinks and have eaten instant food have the potential to cause chronic kidney disease in
people with diabetes mellitus in Indonesia.

A3. Goodness Test

The Goodness of fit test was carried out to determine whether the model formed was
appropriate or not.
Hyphotesis
H0 : Observed = Expected
H1 : Observed ≠ Expected
Significant Level : α = 0,1

Critical Value : Reject H0 if or p-value < α

Tabel 4.5 Goodness of fit
 P-
df
value
1,39 6 0,966 10,64
3
Table 4.5 menunjukkan bahwa nilai P-value sebesar 0,966 lebih besar dari nilai α sebesar

0,1 dan nilai sebesar 1,393 kurang dari sebesar 10,64 yang berarti Gagal Tolak H0.
Sehingga dapat diputuskan bahwa model sesuai artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan
antara hasil pengamatan dengan kemungkinan hasil prediksi model. Kebaikan model yang
didaptkan dalam analisis digunakan untuk mengetahui sejauh mana variable predictor dapat
menjelaskan model yang terbentuk dengan nilai R-sq. Berikut merupakan nilai R-sq dari model
yang terbentuk serta perhitungan manual untuk memperoleh nilai tersebut.
Table 4.5 shows that the P-value of 0,966 is greater than the value of of 0.1 and the value
of 1,393 is less than 10,64, which means Failed to Reject H0. So it can be decided that the model
is appropriate, meaning that there is no significant difference between the observed results and
the possible predictions of the model. The goodness of the model obtained in the analysis is used
to determine the extent to which the predictor variable can explain the model formed with an R-
sq value. The following is the R-sq value of the formed model as well as manual calculations to
obtain this value.
Tabel 4.6 R-sq
Nagelkerke R Square
0,307
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa nilai nagelkerke R-square sebesar 30,7% yang berarti
model dapat dijelaskan oleh variabel prediktor sebesar 30,7%.
Table 4.6 shows that the Nagelkerke R-Square value is 30,7% which means that the
model can be explained by the predictor variable of 30,7%.

A4. Classification Accuracy

The classification accuracy table is a way to find out how much the observations are
classified correctly.
Tabel 4.7 Classification Accuracy
Ginjal
Kronis
Ya Tidak Percentage Correct
Ginjal Ya 0 5 0
Kronis Tidak 0 586 100.0
 Overall Percentage 99.2

Tabel 4.7 menunjukkan bahwa ketepatan klasifikasi sebanyak 586 subjek tepat
diklasifikasikan sebagai tidak memiliki penyakit ginjal kronis dan 5 subjek dengan kondisi
memiliki penyakit ginjal kronis diklasifikasikan ke dalam tidak memiliki penyakit ginjal kronis.
Ketepatan klasifikasi model adalah sebesar 99.2% yang berarti subjek yang tepat diklasifikasikan
oleh model adalah sebesar 99.2%.
Table 4.7 shows that the accuracy of the classification as many as 586 subjects were
correctly classified as not having chronic kidney disease and 5 subjects with the condition having
chronic kidney disease were classified as not having chronic kidney disease. The accuracy of the
model classification is 99.2%, which means that the correct subject is classified by the model at
99.2%.