You are on page 1of 14

BAB 1

DASAR BERAQIDAH
A. Pendahuluan
Aqidah merupakan elemen yang sangat terpenting
yang harus diwujudkan secara utuh oleh setiap individu
muslim. Karena aqidah adalah tolak ukur dalam menilai
kualitas iman seseorang, apakah ia muslim sesungguhnya
atau hanya muslim abangan dan setengah-setengah.
Orang yang benar-benar muslim adalah yang tidak
mencampur adukkan aqidahnya dengan keyakinan-
keyakinan sesat, tetapi benar-benar lurus hanya kepada
Allah SWT.1
Beraqidah kepada Allah SWT mencakup:
1. Beriman kepada wujud Allah;
2. Beriman kepada ke-Esa-an dalam rububiyyah dan
uluhiyyahNya;
3. Beriman kepada Asma`ul husna yang dimiliki Allah
SWT;
4. Beriman kepada sifat-sifatNya yang tinggi, yang
menunjukkan secara jelas bahwa Dia memiliki segala
sifat sempurna sesuai ilmuNya;
5. Beriman kepada kesucian, kesempurnaan, tidak
memiliki kekurangan.
B. Pengertian
Aqidah adalah ilmu yang ditetapkan dari ilmu
tauhid yang di dukung dengan dalil-dalil (bukti) nyata
sehingga dapat mengetahui sifat-sifat Allah SWT dan
Rasul-Nya dengan bukti yang meyakinkan.
Menurut bahasa (etimologi), aqidah berakar dari
kata `aqada-ya`qidu-`aqdan-`aqidatan. "Aqidatan" berarti
simpul, ikatan, perjanjian dan kokoh.

1
Abdullah Nashih Ulwan, Pesan Untuk Pemuda Islam, Cet. 6,
(Jakarta: Gama Insani Press, 1994), hlm.103.

1
Dari kata 'aqidatan terbentuk menjadi kata aqidah
yang berarti keyakinan. Gabungan antara arti kata `aqdan
dan `aqada adalah keyakinan yang tersimpul menjadi
kokoh dalam hati, bersifat mengikat, mengandung
perjanjian. Dapat diartikan sesuatu yang diyakini,
diimani, dipercayai atau kepercayaan terhadap sesuatu.
Menurut istilah (terminology) para ulama berbeda
dalam memberikan penjelasan tentang aqidah. Karena
aqidah merupakan suatu kesatuaan yang utuh dan murni.
Adapun beberapa defenisi (ta`rif) mengenai aqidah dari
berbagai pendapat ulama adalah:
Menurut Hasan Al-Banna; Aqidah adalah beberapa
perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati,
mendatangkan ketentraman jiwa, menjadikan keyakinan
tidak bercampur sedikitpun dengan kurafat, bid'ah, syirik
dan keragu-raguan.
Menurut Abu Bakar Jabir Al-Jazairy; Aqidah adalah
sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum
(axioma) oleh manusia berdasarkan akal, wahyu dan
fitrah. Kebenaran itu dipraktikkan oleh manusia dalam
hati, diyakini kesahihannya, keberadaannya secara pasti
dan di tolak segala sesuatu yang bertentangan dengan
kebenaran itu.
Menurut imam Al-Gazali: Aqidah tersusun dari enam
perkara yaitu:
a. Ma’rifat kepada Allah; ma’rifat dengan Allah SWT
yaitu mengakui secara sungguh-sungguh bahwa Allah
maha mulia dengan segala sifat-sifatNya yang tinggi,
dapat mengetahui wujud Allah dengan bukti-bukti
adaNya dan kenyataan sifat keagunganNya dalam
alam semesta ini.
b. Ma’rifat kepada alam malaikat; alam malaikat
yakni alam yang tidak dapat dilihat. Alam malaikat
memiliki kakuatan-kekuatan kebaikan. Selain alam

2
malaikat adalagi makhluk jin didalamnya terbentuk
kekuatan–kekuatan jahat yang berbentuk iblis dan
tentaranya dari golongan syaitan. Selain itu ada alam
lain yaitu bangsa jin dan sejumlah ruh.
c. Ma’rifat dengan kitab-kitab Allah; kitab sudah
ditentukan oleh Allah SWT yang diturunkan olehNya
kepada para Rasual. Kepentingannya ialah dijadikan
sebagai batas untuk mengatahui antara hak dan batil,
baik dan jelek, halal dan haram, juga antara bagus dan
buruk.
d. Ma’rifat dengan Nabi-nabi dan Rasul-rasul; Allah
Ta’ala memilih rasulNya untuk menjadi pembimbing
seluruh makhluk guna menuju kepada yang hak.
e. Ma’rifat dengan hari akhir dan peristiwa-peritiwa
ghaib; yang terjadi pada saat itu seperti kebangkitan
dari kubur (hidup lagi sesudah mati), memperoleh
balasan, pahala atau siksaan, syurga atau neraka.
f. Ma’rifat kepada takdir (qadha dan qadar); diatas
landasanNya itulah peraturan Allah berjalan. Segala
yang ada dialam semesta ini diatur sesuai sistem atau
hukum Allah, baik dalam penciptaan atau cara
pengaturnya.
Aqidah secara luas mencakup segala aspek
kehidupan manusia yang terdiri dari ilmu, fitrah manusia,
dan keyakinan, yaitu:
 Ilmu; ilmu terbagi tiga; pertama, ilmu Ladhuni, yaitu
ilmu yang tidak dipelajari tetapi ia dapat mengeta-
huinya seperti ilmunya para nabi, para wali, dan para
ahli tertentu. Kedua; ilmu dharuri, yaitu ilmu yang
dihasilkan oleh panca indera, tidak memerlukan dalil,
misalnya apabila seseorang melihat tali didepan mata,
ia tidak memerlukam dalil atau bukti bahwa benda itu
ada. Ketiga; ilmu nazhari yaitu ilmu yang
memerlukan dalil atau pembuktian, misalnya ketiga

3
sisi segitiga sama sisi mempunyai panjang yang sama,
memerlukan dalil bagi orang-orang yang belum
mengetahui teori itu.
 Fitrah manusia; setiap manusia memiliki fitrah
mengakui kebenaran Allah SWT. Indera untuk
mencari kebenaran, akal untuk menguji kebenaran dan
memerlukan wahyu untuk menjadi pedoman
menentukan mana yang benar dan yang tidak. Fitrah
beraqidah kepada Allah SWT dapat dibuktikan dari
tingkahlakunya, ucapannya, dan perbuatannya.
 Keyakinan; keyakinan merupakan kemantapan hati
untuk beraqidah. Kemantapan hati tidak boleh
bercampur sedikitpun dengan keraguan. Sebelum
seseorang sampai ke tingakat yakin ('ainul yakin) dia
mengalami syak (keragu-raguan), yaitu sama kuat
antara membenarkan sesuatu atau menolaknya.
C. Ruang Lingkup
Ruang yaitu sela-sela antara dua (deret) tiang atau
rongga yang berbatas terlingkup oleh bidang tertentu.
Lingkup ialah luasnya subjek yang tercakup didalamnya.
Dalam menetapkan seberapa luas materi aqidah Islam,
para ahli belum ada kata sepakat dan keseragaman, karena
masing-masing memberikan materi yang berbeda dan
bervariasi. Ini terbukti tiap-tiap buku yang mereka susun
ternyata mengejutkan, ruang lingkup (scope) dan
pembahasan (seguance) aqidah Islam ternyata tidak sama
(berbeda-beda), baik mengenai isi, materi maupun
pembahasannya.
Luasnya ruang lingkup aqidah Islam, menunjukan
keluasan ilmu Allah yang perlu dikaji lebih mendalam
sebagai kajian ilmu aqidah. Ruang lingkup pembahasan
ilmu aqidah Islam sebagai subjek pembahasannya
meliputi materi-materi pokok yang sangat mendasar, yaitu
masalah-masalah pokok aqidah.

4
Ruang lingkup aqidah secara spesifik menyangkut
masalah-masalah sebagai berikut:
1. Aqidah Illahiyah, yaitu pembahasan tentang segala
sesuatu yang berhubungan dengan zat Illah (Allah
SWT) seperti wujud Allah, asma' Allah (nama-nama
Allah) dan sifat-sifat Allah, rubbubiyah, ulluhiyah, al-
walla'-wal barra', perbuatan Allah dan segala kemaha
besaran aktifitas Allah SWT.
2. Aqidah Nubuah, yaitu pembahasan tentang segala
yang berhubungan dengan Nabi dan Rasul, termasuk
tentang kitab-kitab Allah, mu’jizat, karamat dan
segala kegiatan dakwah nabi dan rasul.
3. Aqidah Ruhaniyat, yaitu pembahasan tentang segala
sesuatu yang berhubungan dengan alam metafisik
seperti Malaikat, Jin, Iblis, Syaitan, Roh dan makhluk
Allah lainnya.
4. Aqidah Sam’iyyat, yaitu pembahasan tentang segala
sesuatu yang hanya bisa diketahui lewat sam’i (dalil
naqli berupa Al-Qur’an dan sunah), seperti alam
barzakh, akhirat, azab kubur, tanda-tanda kiamat,
surga, neraka.
5. Aqidah 'ilmiyyat, yaitu berhubungan dengan ajaran
pendangkalan aqidah dari perbuatan manusia. Ini
dimaksudkan untuk pencegahan seperti syirik,
pembunuhan, bunuh diri, sihir, santet, tenung,
sijundai, pelet, durhaka pada ibu-bapak, memutuskan
hubungan silaturrahim, saksi dan sumpah palsu, suap-
menyuap, menyerupai lawan jenis, perdukunan,
ramalan, ilmu kebal, memakai susuk, menyembah
berhala, zalim, dan memalsukan identitas dirinya.
Ruang lingkup aqidah ada yang mengikuti sistematika
arkanul iman, meliputi:

5
1.Iman kepada Allah SWT
Yaitu kepercayaan terhadap adanya zat Allah
SWT dan segala sifat-sifat-Nya, baik sifat wajib, mustahil
maupun yang jaiz bagi-Nya serta wujud Allah SWT yang
dapat dibuktikan dengan adanya keteraturan dan
keindahan alam semesta ini. Iman kepada Allah SWT
dapat memancarkan berbagai perasaan yang baik dan
dapat membina semangat untuk menuju kearah perbaikan.
Iman ini dapat pula memberikan pendidikan hati untuk
meneliti mana-mana yang salah, tercela, malahan dapat
menumbuhkan kemauan untuk mencari keluhuran,
kemuliaan dan ketinggian akhlak. Sebaliknya juga
menyuruh seseorang supaya menghindarkan dirinya dari
amal perbuatan yang hina, rendah dan tidak berharga
sedikitpun.
2.Iman kepada malaikat
Yaitu meyakini bahwa malaikat itu ada,
merupakan makhluk yang dimuliakan, tidak pernah
berbuat maksiat kepada Allah SWT, menjalankan yang
diperintahkan kepadaNya. Juga yakin bahwa malaikat
mampu untuk berubah wujud dengan bentuk-bentuk yang
bagus, baik dengan wujud manusia ataupun yang lain.
Meyakini bahwa malaikat tidak laki-laki dan bukan pula
perempuan, tidak makan dan minum, tidak tidur, tidak
menikah. Barangsiapa meyakini bahwa malaikat itu
perempuan maka kufurlah dia. Barangsiapa meyakini
bahwa malaikat itu laki-laki maka fasiklah dia.
Dalam hal ini, tidak hanya mengimani malaikat
Allah SWT, juga termasuk bangsa jin, iblis, syaitan, ruh,
alam kubur, dan alam mahsyar.
3.Iman kepada kitab-kitab Allah SWT
Yaitu kepercayaan sepenuhnya bahwa Allah SWT
telah menurunkan wahyu berisi petunjuk suci kepada para
utusan-Nya, yang kemudian dihimpun menjadi kitab suci

6
yang dinamakan kitab-kitab Allah. Kitab Allah di sebut
juga dengan kitab samawi, artinya kitab yang diturunkan
dari langit. Kepentingannya ialah dijadikan sebagai batas
untuk mengetahui antara yang hak dan bathil, yang baik
dan buruk, yang halal dan haram, juga antara yang bagus
dengan yang jelek.
Adapun kitab yang wajib diimani sebagai seorang
muslim adalah sebagai berikut:
a. Kitab Taurat; yang diturunkan kepada Nabi Musa as,
berisi hukum-hukum syari`at dan kepercayaan yang
benar;
b. Kitab Zabur; yang diturunkan kepada Nabi Daud as,
berisi doa-doa, zikir, nasihat, dan hikmah-hikmah;
c. Kitab Injil; yang diturunkan kepada Nabi Isa as, berisi
seruan kepada manusia agar bertauhid kepada Allah
SWT, menghapus sebagian dari hukum-hukum yang
ada dalam kitab Taurat dan zabur karena tidak sesuai
dengan zamannya;
d. Kitab Al-Qur`an; diturunkan kepada nabi Muham-mad
saw, berisikan syari`at yang menghapus sebagian isi
kitab-kitab yang terdahulu karena adanya campur
tangan manusia, yaitu banyaknya pemalsuan ayat-ayat
Allah. Juga melengkapi dengan hal-hal yang sesuai
dengan fitrah manusia.
4.Iman kepada nabi dan rasul
Yaitu kepercayaan terhadap para nabi dan rasul
yang telah dipilih oleh Allah SWT merupakan dasar
aqidah. Para rasul sengaja dipilih Allah dari orang-orang
saleh. Mereka diharapkan dapat memberikan bimbingan
kepada manusia untuk melakukan hal-hal yang baik dan
bermanfaat bagi kehidupan.
Pengiriman nabi dan rasul kepada manusia sangat
diperlukan, karena akal manusia terbatas untuk
mengetahui rahasia kehidupan, baik kehidupan dunia

7
maupun kehidupan akhirat. Untuk dapat melaksanakan
penyembahan kepada Allah SWT secara benar dan tepat
perlu ada pedoman pelaksanaannya.
Karena itulah para rasul diutus. Landasan
keimanan kepada Allah dan rasul dijelaskan Allah dalam
firman-Nya:
‫اب الَّ ِذي نا َّز ال اعلاى ار ُسولِ ِه‬
ِ ‫ْكتا‬ِ ‫َّلل ورسولِ ِه وال‬ ِ ِ
‫ين اء اامنُوا اءامنُوا ِِب َّ ا ا ُ ا‬
ِ َّ
‫اَيأايُّ اها الذ ا‬
ِ
ِ‫َّلل وم اَلئِ اكتِ ِه وُكتُبِ ِه ورسلِه‬ ِ ِ ِ ‫ْكتا‬ ِ ‫وال‬
ُ ُ‫ا ا‬ ‫اب الَّذي أانْ از ال م ْن قا ْب ُل اوام ْن يا ْك ُف ْر ِِب َّ ا ا‬ ‫ا‬
ِ
)631(‫ض اَل اًل با ِعي ادا‬ ‫ض َّل ا‬‫اوالْيا ْوم ْاْل ِخ ِر فا اق ْد ا‬
Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman
kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah
turunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang Allah
turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada
Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-
rasul-Nya dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang
itu telah sesat sejauh-jauhnya.(QS Al-Nisa'[4]:136)
5.Iman kepada hari akhir
Yaitu mempercayai dengan sepenuh hati bahwa
setelah kehidupan dunia ini ada kehidupan akhirat,
sebagai hari pembalasan bagi amal perbuatan manusia di
dunia. Jika baik akan mendapakan balasan yang baik, dan
jika buruk akan mendapatkan balasan yang buruk pula.
Hari akhir dimulai dari wafatnya seseorang, dilanjutkan
kealam kubur, kebangkitan dari kubur (hidup lagi sesudah
mati), memperoleh balasan, pahala atau siksa, surga atau
neraka.
 Iman kepada takdir (qadar baik dan qadar buruk)
Yaitu percaya bahwa segala sesuatu yang telah
dan akan terjadi, semuanya itu menurut apa yang telah
ditetukan oleh Allah SWT. Jadi segala sesuatu yang
terjadi, baik maupun buruk sudah diatur dengan rencana-
rencana tertulis di Lauhulmahfudz (suatu tempat yang

8
dijaga oleh malaikat). Akan tetapi manusia tidak
diberitahu dan hanya Allah sendiri yang mengetahuinya.
Jadi segala sesuatu terjadi dengan Qudrah dan Iradah
Allah SWT yang sesuai dengan Qada dan Qadar-Nya.
D. Aqidah Agama Wahyu Dan Budaya
Pada dasarnya manusia secara koletif ingin
mencari perlindungan kepada zat Yang Maha Kuasa,
baik itu disadari maupun tidak. Pada saat tertentu
manusia membutuhkan perlindungan dari suatu kekuatan
yang tidak dapat dimegerti dan dipahami oleh manusia itu
sendiri.
Karena manusia sejak dilahirkan sudah mengakui
bahwa ada suatu kekuatan tertinggi (alam gaib) dibalik
kekuatan duniawi. Dalam jiwa manusia ada suatu
kekuatan gaib yang dapat bekerja lebih kuat pada saat
aktivitas pikiran manusia yang rasional mengalami
kelemahan atau titik akhir yang tidak dapat memenuhi
kebuAllah SWT rasionalnya.2
Fase tingkatan mengenal Zat Yang Maha Kuasa
itu sebagai berikut:
1. Fase poliateisme; manusia percaya pada banyak dewa
dan sebagai reaksi dari kepercayaan itu diwujudkan
dalam bentuk pemujaan dan penyembahan terhadap
dewa-dewa itu.
2. Fase hinoteisme; pada fase itu manusia masih
memuja dan menyembah pada banyak dewa. Dewa
yang banyak itu kemudian diseleksi untuk dipilih satu
dewa diantaranya yang memiliki berbagai keunggulan
diantara mereka. Dewa yang terpilih karena berbagai
keunggulan yang dimiliki itu, kemudian mereka puja

2
Koentjara Ningrat, Sejarah Teori Antropologi, (Jakarta: UI,
1987), hlm, 59-60.

9
dan disembah dengan upacara-upacara keagamaan
melebihi dari dewa-dewa yang lain.
3. Fase monoteisme; umat manusia bersatu memuja dan
menyembah kepada satu dewa. Tetapi setiap usaha
mengenal Yang Maha Esa berbeda-beda cara.3 Dalam
ajaran Islam ajaran monoteisme tetap berpendirian
bahwa Allah SWT adalah Allahnya seluruh umat
manusia. Dia maha Esa, Maha Tunggal, Tidak
benanak dan tidak diperanakkan, dan tidak satupun
yang serupa denyanNya.
Aqidah Islam disandarkan pada arkanul iman, memiliki
cakupan luas, yaitu;
1. Aqidah yang disandarkan pada keyakinan terhadap
Allah SWT dapat memancarkan berbagai perasaan
yang baik. Dapat dibina di atasanya semangat untuk
menuju kearah perbaikan. Aqidah ini dapat pula
memberikan didikan kepada hati untuk senantiasa
menyelidiki dan meneliti mana-mana yang salah dan
mana yang benar, mana yang mulia dan mana yang
tercela, malahan dapat menumbuhkan kemauan untuk
mencari keluhuran, kemuliaan dan ketinggian budi,
akhlak mulia. Sebaliknya juga menyuruh seseorang
supaya tidak melakukan amal perbuatan yang hina
dan tidak berharga sedikitpun.
2. Aqidah yang disandarkan pada keyakinan terhadap
malaikat Allah SWT. Hal ini dapat mengajak hati
sendiri agar mencontoh dan meniru perilaku para
malaikat yang serba baik dan terpuji. Juga dapat
tolong menolong dengan mereka yang hak dan luhur.
Selain itu mengajak pula untuk memperoleh
penjagaan yang sempurna, sehingga tidak satupun

3
K.Sukarji, Agama-Agama Yang Berkembang di Dunia dan
Pemeluknya. (Bandung: Angkasa, 1993), hlm.41.

10
yang timbul dari manusia itu, melainkan yang baik-
baik. Segala tindakannyapun tidak akan ditujukan
pada siapapun melainkan untuk maksud yang mulia.
3. Aqidah yang disandarkan pada keyakinan terhadap
kitab-kitab Allah SWT. Ini adalah suatu keprcayaan
yang memberikan arah untuk menempuh jalan yang
lurus, bijaksana dan diridhai Allah SWT yang sudah
digariskan, agar semua umat manusia menaatinya.
Hanya dengan melalui jalan inilah, seorang itu dapat
sampai kearah kesempurnaan yang hakiki, baik dalam
segi kebendaan (materi) atau segi kerohanian dan
akhlak al-karimah.
4. Aqidah yang disandarkan pada keyakinan terhadap
rasul-rasul Allah SWT. Dengan keyakinan ini,
dimaksudkan agar setiap manusia itu mengikuti jejak
langkahnya. Merias diri dengan meniru akhlak para
rasul itu. Selain itu juga bersabar dan tabah hati dalam
mencontoh sepak terjang para nabi. Sebab sudah
jelaslah bahwa tindak langkah para rasul itu
mencerminkan suatu teladan yang tinggi nilainya dan
layak untuk ditiru. Ia merupakan kehidupan yang suci
dan bersih yang dikehendaki oleh Allah SWT agar
dimiliki oleh semua umat manusia.
5. Aqidah yang disandarkan pada keyakinan terhadap
hari akhir yaitu hari kiamat yang dimulai dari
kematian seseorang. Sambil menunggu kiamat besar,
manusia berada di alam barzah dengan segala
kebaikan dan keburukannya. Jika di dunia, mereka
menjalankan rukun Islam yang disebut taqwa dan
menjalankan rukun iman yang disebut mukmin
dengan segala kesempunaannya, maka di alam kubur
mereka mendapat kemulyaan. Tetapi sebaliknya jika
mereka tidak percaya, maka kesengsaraanlah yang
didapat buat selama-lamanya. Masalah ini akan

11
menjadi pem-bangkit yang terkuat untuk mengajak
manusia berbuat kebaikan dan meninggalkan
keburukan.
6. Aqidah yang disandarkan pada keyakinan terhadap
takdir yaitu kadar baik dan kadar buruk. Memberikan
bekal kekuatan dan kesanggupan kepada seseorang
untuk menanggulangi segala macam rintangan,
siksaan, kesengsaraan dan kesukaran. Apa saja
penghalang dan cobaan, sekalipun dahsyat dan
hebatnya, semuanya itu sudah digariskan Allah SWT.
Allah tidak pernah membebani seseorang melainkan
sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala
(dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat
siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya.4
E. Aqidah Dan Fitrah Manusia
Fitrah beraqidah, karena manusia senantiasa selalu
rindu terhadap kebenaran dan keadilan. Manusia sudah
dibekali fitrah beragama sejak awal kejadiannya. Adapun
fitrah manusia untuk beraqidah kepada Allah SWT yakni
dengan melakukan segala perintah-Nya dan menjauhi
segala yang dilarang-Nya.
Hal-hal yang harus dijauhi untuk mempertebal aqidah
seseorang adalah:
 Menghabisi paham syirik;
 Membasmi tawasul walwasilah;
 Membasmi tahayul dan khufarat;
 Membasmi paham kebatinan;
Adapun yang harus dikerjakan antara lain:
 Memperdalam dan memperteguh keimanan;
 Mengamalkan Al-Qr`an dan hadits;
 Menegakkan keadilan;
 Berakhlak seperti akhlak Rasulullah saw.

4
Lihat: QS Al-Baqarah[2]:286.

12
F. Hikmah Beraqidah Islam
Pokok-pokok hikmah yang terkandung dalam
mempelajari aqidah dan ruang lingkupnya, adalah:
 Memupuk dan mengembangkan dasar aqidah Islam
sebagai fitrah manusia yang sudah ada sejak lahir;
Manusia adalah makhluk yang dianugerahi fitrah
berAllah SWTkan Allah SWT. Sejak dilahirkan
manusia cenderung mengakui adanya zat Allah SWT.
 Memelihara manusia dari kemusyrikan; Untuk
mencegah manusia dari kemusyrikan perlu adanya
tutunan yang jelas tentang kepercayaan terhadap Allah
SWT Maha Esa. Kemungkinan manusia untuk
terperosok kedalam kemusyrikan selalu terbuka, baik
syirik jaly (terang-terangan) berupa perbuatan,
maupun syirik khafy (tersembunyi) di dalam hati.
Dengan mempelajari aqidah Islam, manusia dapat
terpelihara dari perbuatan syirik.
 Menghindari diri dari pengaruh akal pikiran yang
menyesatkan; Manusia diberi kelebihan oleh Allh
SWT dari makhluk lainnya yaitu berupa akal pikiran.
Pendapat-pendapat yang berhubungan dengan aqidah
Islam, bila semata-mata didasarkan pada akal,
terkadang menyesatkan. Oleh sebab itu akal pikiran
perlu dibimbing oleh aqidah Islam agar manusia
terhindar dari kehidupan yang sesat lagi menyesatkan.
 Aqidah Islam melahirkan akhlak karimah; Iman yang
tertanam dalam lubuk hati yang amat dalam, tercermin
dalam ucapan dan perbuatan. Semakin baik kualitas
iman seseorang, maka semakin baik pula segala
ucapan dan perbuatannya. Oleh karena itu, dalam Al-
Qur`an Allah SWT selalu menggandengkan kata-kata
iman itu dengan amal. Artinya akhlak karimah dengan
aqidah Islam tidak dapat dipisahkan.

13
 Aqidah yang baik menambah keyakinan kepada Allah
SWT; Islam mengajarkan kepada umatnya agar
memiliki akhlak yang luhur dan budi pekerti yang
mulia. Akhlak yang luhur perlu dalam kehidupan,
agar mendapatkan kebahagiaan dan kedamaian. Islam
tidak mengajarkan umatnya melakukan perbuatan
yang tercela, karena merugikan diri sendiri dan orang
lain.
 Memantapkan ibadah kepada Allah SWT; Ibadah
bukan hanya upacara ritual keagamaan, melainkan
juga merupakan pokok-pokok keimanan. Ibadah
merupakan pengabdian seseorang kepada Allah SWT.
Selain melakukan sesuatu yang bernilia, ibadah juga
mencerminkan adanya akhlak yang luhur.

14

You might also like