You are on page 1of 15

MODEL PEMBERDAYAAN HAKIM PENGAWAS DAN PENGAMAT BERBASIS

KOORDINASI DALAM MEWUJUDKAN PENGARUSUTAMAAN HAK ANAK (PUHA)


DI LAPAS ANAK KELAS IIA KUPANG/LEMBAGA PEMBINAAN
KHUSUS ANAK KUPANG (LPKA)

Reny R Masu
Sukardan Aloysius

Fakultas Hukum Universitas Negeri Nusa Cendana, Kupang

Reny_masu@yahoo.com

Abstract
Empowerment model of judges supervisor and observer (wasmat) is a model that offered to
overcome gaps in implementation of supervision and observation by a judges in penitentiary
included Penitentiary Child/Institute for coaching Special of Children (LPKA). Build
model the empowerment that eliminates the negative stigma that “intervenes of duties and
authorities penitentiary of child” and renewing that perception that the judges empowerment
can influence policy and the concept of punishment, especially against the mainstreaming
of child rights (PUHA) after ajudikasi stage. The problem raised is how the performance of
judges wasmat realize the rights of children in penitentiary Child / LPKA; Are the problems
encountered and whether the solutions are taken to empower judges wasmat and how the
model empowerment judge wasmat. Based on descriptive research methode and have the
qualitative character, obtained result of the study that in the implementation the performance
of the wasmat judge not yet optimalized in contributing to protection of children right. The
barriers facing, related to resources, human resources, budget, facilities, time, technical
rules, and comprehension. The solution, seek potential resources available and carry on the
same perception through sharing informally and formally about the problems and needs of
children. Discovering model coordination based sharing can contributed to penal sanction
and punishment for children responsive Mainstreaming Child Rights (PUHA), which became
the core of the Children Criminal Justice System.

Keywords: Model, Empowerment, Judge Wasmat, Coordination, Mainstreaming Child


Rights, Penitentiar Children.

Abstrak
Model pemberdayaan Hakim Pengawas dan Pengamat merupakan model yang ditawarkan
untuk mengatasi kesenjangan yang tampak dalam pelaksanaan pengawasan dan
pengamatan oleh hakim di Lembaga Pemasyarakatan termasuk Lembaga Pemasyarakatan
Anak/Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) membangun model pemberdayaan
yang menghilangkan stigma negatif yaitu “mengintervensi tupoksi lapas anak” dan
memperbaharui persepsi bahwa pemberdayaan hakim wasmat dapat mempengaruhi
kebijakan dan konsep pemidanaan terutama terhadap pengarusutamaan hak anak (PUHA) di
tahapan purna ajudikas. Masalah yang dikemukakan adalah bagaimana kinerja hakim wasmat
mewujudkan hak anak di lapas Anak/LPKA. Apakah masalah yang dihadapi dan apakah
solusi yang diambil memberdayakan hakim wasmat serta bagaimana model pembedayaan
hakim wasmat. Berdasarkan metode penelitian deskriptif analisis dan bersifat kualitatif

224
Model Pemberdayaan Hakim Pengawas dan Pengamat Berbasis Koordinasi dalam Mewujudkan Pengarusutamaan
225 Hak Anak (PUHA) di Lapas Anak Kelas IIa Kupang/Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kupang (LPKA)

diperoleh hasil kajian bahwa kinerja hakim wasmat belum optimal dilaksanakan, dalam
memberikan kontribusi perlindungan terhadap hak anak, adapun hambatan yang dihadapi
terkait dengan sumber daya baik sumber daya manusia, anggaran, sarana prasarana, waktu,
aturan teknis dan pemahaman. Solusi yang diambil, mengusahakan potensi sumber daya
yang tersedia dan mengusahakan persepsi yang sama melalui berbagi secara informal dan
formal mengenai masalah dan kebutuhan anak. Menemukan model koordinasi yang berbasis
berbagi. Model ini diharapkann dapat memberikan kontribusi bagi pemidanaan terhadap
anak dan pembinaan yang responsif Pengarusutamaan Hak Anak (PUHA) yang menjadi
core dari Sistem Peradilan Pidana Anak.

Kata Kunci: Model, Pemberdayaan, Hakim Wasmat, Koordinasi, PUHA, Lapas Anak/
LPKA.
perhatian penuh atas keberadaan hak anak melalui
A. Latar Belakang pengarusutamaan hak anak (PUHA) sebagai suatu
Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) sebagai strategi untuk mengakomodir permasalahan,
salah satu Komponen Sistem Peradilan Pidana kebutuhan, pengalaman dan aspirasi anak dalam
diharapkan dapat memberikan kontribusi atas tahapan perencanaan, pelaksanaan dan monev
perlindungan bagi masyarakat dan membantu kebijakan, program dan kegiatan untuk mencapai
menghindarkan masyarakat dari perasaan tujuan perlindungan hak anak.
ketakutan terhadap kejahatan (fear of crime). Tujuan pembinaan anak di lapas anak/
Lapas tidak dapat mencapai tujuan tersebut LPKA semakin mengerucut kepada anak dan
apabila bekerja secara mandiri, dibutuhkanlah hak-haknya demi kepentingan terbaik bagi anak,
lembaga lain yang berkompoten menurut merupakan pekerjaan bersama semua komponen
Undang-Undang sebagai suatu sistim yang saling sistem pemasyarakatan bersama dengan stake
berinteraksi dan berinterdensi satu sama lainnya. holders lapas anak atau kemitraan termasuk
Salah satu lembaga yang diberikan tugas untuk bersama-sama dengan Hakim pengawas dan
mengawasi dan mengamati pelaksanaan putusan pengamat dalam konteks mencapai tujuan
pengadilan di lapas adalah hakim Pengawas sistim peradilan pidana Anak secara terpadu
dan pengamat (Hakim Wasmat). Lapas yang (Integrated criminal justice system). Model
dibangun di seluruh Indonesia terdiri dari Lapas yang dibangun dalam sistim adalah model
Dewasa, Lapas Wanita dan Lapas Anak yang terpadu, dimana setiap lembaga mengadakan
saat ini telah direvisi namanya menjadi Lembaga koordinasi secara bersama dalam arti, duduk
Pembinaan Khusus Anak (LPKA), hal itu berarti bersama, merncanakan bersama, melaksanakan
Hakim wasmatpun akan memiliki ruang lingkup bersama dan mengevaluasi bersama setiap tujuan
pengawasan yang melingkupi ketiga lapas yang telah ditetapkan secara bersama dengan
tersebut diatas terutama lapas anak/LPKA, karena mengingat bahwa masing- masing memiliki
anak memiliki karakteristik khusus tersendiri dan fungsi yang berbeda yang dikenal dengan prinsip
memberikan pembinaan terhadap anak artinya differensiasi fungsional. Keterpaduan inipun
memberikaan perlindungan terhadap semua hak tidak terlepas dari berbagai permasalahan yang
anak yang melekat pada anak dan menjadi masalah dihadapi sebagaimana yang dikemukakan dalam
serta kebutuhan anak, oleh karenanya setiap salah satu landasan pemikiran diluncurkannya
lapas anak/LPKA dituntut untuk memberikan program nasional nagi anak Indonesia (PNBAI)
Reny R Masu. dan Sukardan Aloysius 226

Program Nasional Bagi Anak Indonesia menunjukkan bahwa “hakim wasmat belum
(PNBAI), Kelompok Perlindungan Anak melaksanakan fungsinya secara maksimal, hanya
Terhadap Abuse, Kekerasan, Eksploitasi Dan bersifat formalitas”.2 Langkah yang perlu diambil
Diskriminasi, dalam laporannya hasil kajiannya, adalah bagaimana memberdayakan hakim wasmat
menemukan permasalahan lapas yang dapat agar dapar menunjang upaya menegakkan PUHA
menghambat pemenuhaan hak anak. Dikatakan di lapas anak/LPKA. Sebenarnya pemberdayaan
bahwa: hakim wasmat dan kemitraan lapas sudah
Yang menjadi permasalahan dalam diwadahi dengan diundangkannya UU No 11
upaya pemenuhan dan perlindungan hak anak tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana
yang bermasalah dengan hukum di Lembaga Anak (SPPA) oleh karenanya dibutuhkan kajian
Pemasyarakatan dan Rutan adalah: mengenai model pemberdayaan hakim wasmat
1. Tidak semua propinsi memiliki Lembaga yang responsif mengutamakan hak anak didalam
Pemasyarakatan dan Rutan anak. paradigma differensiasi fungsionalnya SPPA
2. Lembaga Pemasyarakatan dan Rutan Anak masing-masing lembaga yang dapat menjadi gab
belum mempunyai sarana dan prasarana dalam pelaksanaan pembinaan secara terpadu.
yang memadai sebagai tempat pembinaan Bahwa hakim wasmat mengemban
dalam upaya pemenuhan dan perlindungan tanggungjawab hukum (yuridis responsibility)
hak anak. terhadap putusan perampasan kemerdekaan/
3. Dengan adanya over kapasitas penghuni LP penjara oleh pengadilan terhadap anak secara
dan Rutan dewasa, khusus pada kota-kota individual dimana hakim wajib mengikuti
kadang-kadang terjadi penghuni LP dewasa putusannya sampai pada pelaksanaannya di
dititipkan pada LP anak1. Lapas anak/LPKA; namun dalam melaksanakan
tanggungjawab hukumnya tersebut, hakim wasmat
Gambaran tentang kondisi umum keberadaan
tidak dapat dilepaskan dari tanggungjawab
lapas anak akan mempengaruhi upaya pembinaan
lapas kepada publik/masyarakat atas kinerjanya,
yang dilakukan terhadap anak, namun demikian
karena lapas adalah lembaga publik yang
apabila lapas anak dibantu oleh seluruh lembaga
perlu memberikan pertanggungjawaban atas
terlait anak dan terutama hakim wasmat untuk
kinerjanya secara terbuka dan transparan. Pada
secara bersama-sama mencari solusi terbaik
kenyataannyaa secara kelembagaan lapas berada
bagi kepentingan anak maka permasalahan
dibawah Kemenhukum dan HAM sebagai
lapas anak diatas akan dapat diselesaikan.
lembaga Eksekutif.
oleh karenanya dibutuhkan kesamaan persepsi
Memasuki ruang tanggungjawab publik
mengenai keterlibatan semua pihak dalam upaya
inilah yang menjadi kendala pertama dari hakim
perlindungan hak anak. persepsi tersebut dapat
wasmat dalam melaksanakan fungsi pengawasan
dibangun apabila terjadinya sharing dalam wadah
dan pengamatan, dengan pemahaman bahwa
koordinasi terpadu.
yang bertanggungjawab untuk menyampaikan/
Pengaturan hakim wasmat dalam KUHAP
melaporkan kinerja lapas kepada masyarakat/
dengan dasar pertimbangan sebagaimana diatas
publik adalah lapas sendiri dan bukan melalui
yaitu hakim wasmat sebagai penghubung antara
tangan hakim wasmat. Hakim wasmat akan
pengadilan dan lapas, tidak dapat diabaikan
dinilai mengintervensi lapas atau bahkan dengan
begitu saja dengan ditemukannya data yang
Model Pemberdayaan Hakim Pengawas dan Pengamat Berbasis Koordinasi dalam Mewujudkan Pengarusutamaan
227 Hak Anak (PUHA) di Lapas Anak Kelas IIa Kupang/Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kupang (LPKA)

kehadiran hakim wasmat di lapas seolah-olah 2. Mendukung Lapas anak mendapatkan nilai
Lapas menjadi Sub ordinat dari Pengadilan tambah dalam akuntabiltas publiknya tentang
sebagai ordinatnya. program dan kegiatan pembinaan anak
Dalam era Reformasi yang sudah bergulir 3. Sharing mengenai konsep pembinaan yang
15 tahun ini, maka salah satu asas yang utama dominan security approach dan dampaknya
adalah akuntabilitas, yang berisi “keterbukaan” agar terbangunnya kesamaan persepsi
dan “pengawasan”. Kesediaan Kepolisian, mengenai pembinaan dalam lapas yang
Kejaksaan dan Pengadilan mempunyai “komisi responsif pengrusutamaan hak Anak (PUHA)
pengawas” menunjukkan kesepakatan mereka demi kesejahteraan anak
dengan asas akuntabilitas (meskipun masih ada 4. Membantu pengadilan memahami masalah
juga “gesekan”). Tetapi kita semua menyaksikan anak yang dijatuhi pidana penjara demi
bahwa asas ini tidak dianut oleh Ditjen PAS, ketetapan yang bermanfaat bagi anak, agar
buktinya adalah dalam KUHAP tahun 1980 ultimum remidium menjadi bagian dari
sudah tercantum adanya “Hakim WasMat” pandangan hakim dalam proses peradilan
yang mengawasi dan mengamati Lapas-yang pidana anak
juga dikenal di Luar Negeri), tetapi dalam UU 5. Memberikan data tentang masalah pembinaan
Pemasyarakatan 1995, kehadiran “pengawasan anak sehingga menjadi motivasi bagi
dari luar” ditolak.3 berjalannya proses restortif justice dalam
Hakim wasmat bersifat wait and see, melihat semua tahapan Sistem Peradilan Pidana Anak
prosesnya dan menunggu napi masuk lapas. demi kepentingan terbaik bagi anak
Output dari hasil pengawasan tidak nampak,, 6. Memberikan bukti sebagai ”jembatan” antara
sebagaimana yang dikatakan oleh Mardjono komponen sistem peradilan pidana anak
Reksodiputro bahwa hakim wasmat haruslah pada komponen pengadilan dan komponen
secara aktif menjaga agar tidak terjadi pelanggaran lapas dimana dalam mencapai tujuan yaitu
terhadap hak-hak terpidana yang memperoleh perlindungan bagi anak berkonflik dengan
putusan pidana penjara dan semua ini merupakan hukum yang terintegrasi dalam sistem
inti dari peran dan tanggungjawab utama hakim peradilan pidana anak (SPP) sesuai UU No
wasmat. 4 11 tahun 2012 tentang SPP anak
Walaupun banyak tantangan yang dihadapi
Dari pandangan diatas maka diperlukan
Hakim wasmat dalam menjalankan fungsinya
kajian mengenai ”Model Pemberdayaan Hakim
yang telah ditetapkan oleh KUHAP, perlu
Pengawas dan Pengamat berbasis Koordinasi
dibarengi dengan upaya menjembatani jurang
dalam Mewujudkan Pengarusutamaan Hak Anak
(gab) yang dihadapi antara Hakim Wsmat dan
di Lapas Anak/LPKA Kupang
Lapas. Apabila Hakim wasmat menjalankan
fungsinya di Lapas Anak maka akan sangat
A.1. Masalah
membantu :
1. Sharing dengan lapas untuk mencari solusi 1. Bagaimana kinerja hakim wasmat dalam
bagi kepentingan terbaik anak pidana melalui pengawasan dan pengamatan pelaksanaan
kebijakan, program dan kegiatan di Lapas putusan pengadilan di lapas Anak dalam
Anak mewujudkan Hak anak di lapas Anak/LPKA?
Reny R Masu. dan Sukardan Aloysius 228

2. Apakah masalah yang dihadapi dalam upaya koordinatif dan sinergis demi kepentingan
pemberdayaan hakim wasmat demi mencapai terbaik bagi anak
tujuan pengarusutamaan hak anak?
3. Apakah Solusi yang diambil untuk B. Hasil dan Pembahasan
memberdayakan hakim wasmat dalam upaya B.1.
Kinerja Hakim Wasmat dalam
mencapai tujuan pengarusutamaan hak anak? Pelaksanaan Putusan di Lapas Anak/
4. Bagaimana model pembedayaan Hakim Lembaga Pembinaan Khusus Anak
Pengawas dan Pengamat Pelaksanaan (LPKA) Kupang
Putusan Pengadilan yang berbasis koordinasi
Hakim Wasmat memiliki peran yang sangat
dalam pengarusutamaan hak anak?
penting dalam upaya penegakkan hak anak di
Lapas Anak/Lembaga Pembinaan Khusus Anak
A.2. Metode Penelitian (LPKA). Kinerja hakim wasmat akan dikaji
A.2.1 Tehnik pengumpulan data berdasarkan beberapa point yang dianggap dapat
Tehnik pengumpulan data yang memberikan jawaban sampai sejauhmana kinerja
dipergunakan agar dapat memperoleh hakim wasmat. point-point tersebut adalah:
data secara akurat disesuaikan dengan a).Ruang lingkup kinerja hakim wasmat yang
permasalahan yang diangkat maka data memuat rrincian kegiatan hakim wasmat baik
dikumpulan melalui studi dokumentasi sebagai pengawas maupun pengamat menurut
dan desk review serta interview dengan formulir 1.1-B7 tentang laporan pelaksanaan
narasumber dan Focus Group Diskusi (FGD); tugas hakim wasmat (Kimwasmat); b). Hubungan
FGD dipergunakan dengan pendekatan hakim wasmat dengan mitra kerja dari lapas
pendidikan orang dewasa (partisipatori anak, akan dilihat apakah hakim wasmat juga
andragogi) dimana data dapat diperoleh mengadakan koordinasi dengan mitra keja lapas
dari penggalian langsung oleh para informan yang memberikan dukungan atas pembinaan
sendiri tanpa didikte, penekanannya pada anak penghuni lapas anak; c). Kontribusi yang
Sharing antara informan dengan informan akan diberikan dengan adanya koorsinasi hakim
dan peneliti. wasmat dengan lapas anak, dalam hal ini kontribusi
yang diberikan apakah mendukung perlindungan
pengarusutaan hak anak yang dinilai berdasarkan
A.2.2 Pengolahan dan analisis data
komponen prasyarat pengarusutamaan hak
Pengolahan data dilakukan melalui
anak (PUHA) yaitu, komitmen, kebijakan, alat
serangkaian tahapan yaitu, tahap editing,
analisis, sumberdaya manusia maupun anggaran,
coding dan tabulasi. Analisis data secara
kelembagaan dan data tentang anak; adapun
kualitatif dilakukan dengan menggunakan
kontribusi lainnya adalah kontribusi pencapaian
alat analisis : ”Kebijakan” yaitu ” Problem
tujuan pemidanaan
Based Approach (Proba)” untuk memahami
Beberpa point diatas akan menjadi tolok
masalah kesenjangan antara hakim wasmat
ukur penilaian atas kinerja hakim wasmat dalam
dan lapas yang menyebabkan hakim
memberikan perlindungan kepada anak.
wasmat belum berfungsi secara optimal dan
menemukan model hubungan yang bersifat
Model Pemberdayaan Hakim Pengawas dan Pengamat Berbasis Koordinasi dalam Mewujudkan Pengarusutamaan
229 Hak Anak (PUHA) di Lapas Anak Kelas IIa Kupang/Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kupang (LPKA)

B.1.1 Ruang lingkup Kinerja Hakim Wasmat yang ditahan dan masih menjalani proses
Ruang lingkup peran dan tanggungjawab persidangan tidaklah sama dengan anak yang
Hakim Wasmat telah ditegaskan dalam telah diputus menjalani pidana.
KUHAP No 8 tahun 1981 pasal 277 Tanggungjawab hakim wasmat
mengatur bahwa pada setiap pengadilan mengawasi p elaksanaan putusan untuk
harus ada hakim yang diberi tugas khusus memastikan apakah putusan telah
untuk membantu ketua dalam melakukan dilaksanakan sebagimana mestinya, perlu
pengawasan dan pengamatan terhadap dikoordinasikan dengan jaksa Eksekutor dan
putusan pengadilan yang menjatuhkan pidana lapas anak. Untuk memastikan bahwa hakim
perampasan kemerdekaan. Hakim tersebut telah melaksanakan tugas pengawasan dan
ditunjuk oleh ketua pengadilan paling lama pengamatan maka :
2 tahun. Hakim tersebut mengawasi dan 1. Memeriksa dan menandatangani register
mengamati semua lembaga pemasyarakatan perkara yang ada di kepaniteraan
baik Lapas Dewasa, Lapas perempuan dan Pengadilan Negeri
lapas anak.5 2. Mengadakan cheking dokumen berita
Adapun perincian pelaksanaan tugas acara pelaksanaan putusan yang ditanda
pengawasan dan pengamatan menjadi tangani jaksa dan kepala lapas anak
acuan untuk memberikan masukan kinerja serta anak di lapas anak
hakim wasmat dan bagaimana pelaksanaan Hal inilah yang belum memungkinkan
koordinasi dengan lapas anak. hakim wasmat untuk secara rutin mengikuti
jalannya pelaksanaan putusan oleh jaksa
B.1.1.1. Pengawasan eksekutor 6
Hakim PN berkewajiban melaksanakan
pengawasan jalannya pelaksanaan putusan B.1.1.2. Pengamatan
pengadilan tidak dapat dilepaskan dari Pengamatan pelaksanaan Putusan di
putusan perampasan kemerdekaan yang lapas anak Kupang, dimungkinkan apabila
telah dijatuhkannya. Menurut hakim wasmat, hakim wasmat memiliki waktu yang cukup
pada prinsipnya pengawasan ditujukan untuk berada di lapas anak. Dikatakan
kepada Jaksa sebagai eksekutor. Kepastian demikian karena tugas pengamatan ini
keberadaan anak yang telah diputus pidana berhubungan dengan “memperoleh bahan
penjara, perlu dijamin oleh hakim wasmat penelitian” demi ketetapan yang bermanfaat
agar pembinaan anak dapat dilaksanakan bagi pemidanaan. Untuk memperoleh bahan
tepat pada waktunya mengingat anak berhak bahan atau data yang bermanfaat bagi
mendapat pembinaan di lapas anak sesuai anak penghuni lapas anak, maka hakim
dengan tahapan pembinaan yang telah di wasmat perlu waktu yang cukup untuk
programkan oleh lapas anak. Apabila anak mengadakan penelitian yang didasarkan
tidak di eksekusi maka anak akan tetap pada rincian kegiatannya. Rincian kegiatan
ditahan di rumah tahanan. Walaupun Rutan hakim wasmat menurut formulir 1.1-B7
berada satu atap dengan lapas anak namun tentang laporan pelaksanaan tugas hakim
intervensi program dan kegiatan untuk anak
Reny R Masu. dan Sukardan Aloysius 230

wasmat (Kimwasmat) yang berisi perincian keluarga baik-baik atau tidak, perhatian
kegiatan pengawasan sebanyak 9 kegiatan keluarga besar, pribadinya;
dan pengamatan sebayak 4 kegiatan. Rincian c). Evaluasi hubungan antara perilaku
kegiatan pengamatan: anak dengan pidana yang dijatuhkan.
a). Pemeriksaan dan penandatangan Lamamya hukuma sudah wajar atau
register pengawasan dan pengamatan; belum;
Pemeriksaan kebenaran berita acara d). Evaluasi hubungan antara lamanya
eksekusi putusan ke Lapas anak kupang; pidana untuk pembinaan selama din
b). Observasi keadaan anak di lapas anak lapas anak yang mana apabila dilepaskan
kupang; Wawancra denga petugas lapas sudah menjadi warga masyarakat yang
anak dan hasil pembinaan anak; baik. Lamanya pidana sudah wajar atau
c). Wawancara dengan anak tentang belum
perlakuan terhdap dirinya, hubungan
Berdasarkan hasil wawancara dengan
antara sesama anak dan petugas lapas
hakim wasmat diperoleh data bahwa belum
anak;
semua kegiatan diatas dijalankan mengingat
d). Hubungan koordinasi dengan kalaps,
hakim wasmat baru satu kali mengadakan
kanwil dalam memecahkan masalah
perkunjungan ke lapas anak kupang dengan
anak, tata perlakuan terhadap anak yang
persentasi kegiatan sebesar 25 % sedangkan
bersifat tehnis baik didalam maupun di
kegiatan lainnya yang sudah dilakukan namun
luar LP;
belum tuntas sebesar 16,66% sedangkan diatas
e). Memeriksa ketepatan waktunya
50% belum diadakan dalam hal ini evaluasi
penyerahan anak oleh jaksa ke lapas anak;
yang dilakukan bersama lapas dan kejaksaan .
f). Memeriksa hak-hak anak memperoleh
asimilasi, remisi, cuti, lepas bersyarat
B.1.2 Kemitraan Hakim Wasmat di Lapas
dan integritas;
Anak/LPKA Kupang
g). Pemeriksaan kebenaran berita acara
eksekusi putusan ke Lapas anak kupang; Adapun Mitra Kerja Lapas Anak/LPKA
h). Pengamatan perilaku anak penghuni Kupang dapat dikategorikan menjadi 2
lapas anak kupang, apakah ada kelompok :
perubahan positif atau negatif atau tidak 1) Penguatan hak anak;
ada perubahan sama sekali. 2) Pengawasan dan Pengamatan atas
pelaksanaan pembinaan. Mitra kerja
Adapun pedoman pengawasan adalah: yang termasuk dalam “ Penguatan Hak
a). Menumpulkan data perilaku anak Anak” adalah Instansi terkait dengan
penghuni lapas anak kupang, apakah pembinaan pendidikan dan ketrampilan,
ada perubahan positif atau negatif atau sebagaimana yang telah dibangun
tidak ada perubahan sama sekali; oleh Lapas Anak Kupang yaitu
b). Menumpulkan data-data perilaku anak diantaranya: Kerjasama dengan Dinas
sesuai dengan jenis pidananya, misalnya PPO Kota Kupang, Dinas Kesehatan
untuk pertama kalinya/residivis,dari Kota Kupang, Balai Latihan Kerja
Model Pemberdayaan Hakim Pengawas dan Pengamat Berbasis Koordinasi dalam Mewujudkan Pengarusutamaan
231 Hak Anak (PUHA) di Lapas Anak Kelas IIa Kupang/Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kupang (LPKA)

Nakertrans Kota Kupang, Perguruan tahun ini baru pada bulan mei 2016 dan
Tinggi, Lembaga Keagamaan, Lembaga direncanakan bulan oktober 2016” 10
Sosial Kemasyarakatan, Badan Apabila dilihat dari kemitraan yang
Pemberdayaan Perempuan Kota dan dibangun oleh hakim wasmat, maka secara
Prov NTT, LPA Prov NTT7 Mitra Kerja formal akan tampak hubungan dibangun
“Pengawasan dan Pengamatan Putusan hanya dengan lapas anak sedangkan dengan
Pengadilan” adalah Pengadilan Negeri kemitraan yang bersifat lintas stake holder
Kupang, diwakili Hakim Pengawas dan penguatan hak anak tidak menjadi perhatian,
Pengamat (Hakim Wasmat)8 hal tersebut dapat dipahami karena hakim
wasmat bekerja menurut ruang lingkup
Kehadiran Hakim Wasmat
kegiatan yang dibebankan kepadanya dan
mengindikasikan bahwa:
dengan keterbatasan waktu yang ada dan
a) Lapas Anak/LPKA bukanlah Lembaga
beban kerja rangkapnya tidak memungkinkan
Eksklusif yang dapat mengatasi masalah
untuk berkoordinasi dengan stake holders
anak dan memenuhi kebutuhan anak
lainnya. Apabila hakim wasmat lebih fokus
penghuninya sendiri;
kepada kinerjanya di lapas anak maka
b) Lapas Anak mendapat pengawasan
dengan koordinasi lintas lembaga sebagai
dan pengamatan secara eksternal di
mitra lapas anak maka hakim wasmat dapat
luar Lembaganya yang memungkinkan
menggali lebih banyak masalah anak yang
pembinaan terencana dan berjalan
perlu mendapatkan intervensi lebih lanjut.
secara baik;
c) Lapas Anak sebagai Lapas terbuka yang
dapat menerima koreksi dan usul saran B.1.3.1. Kontribusi Koordinasi antar Hakim
demi kepentingan terbaik bagi anak Wasmat dan Lapas Anak
d) Lapas Anak sebagai lembaga yang B.1.3.1. Perlindungan Hak Anak
menghasilkan output anak yang Perlindungan atas hak anak dimaksudkan
terdidik dan terampil dan bermental segala kegiatan untuk menjamin dan
baik sehingga masyarakat dan keluarga/ melindungi anak dan hak-haknya agar
orang tua serta pemerintah dapat dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan
mengupayakan keberlanjutan masa berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan
depan anak sesuai potensi yang telah harkat dan martabat kemanusiaan, serta
dimiliki anak9 mendapat perlindungan dari kekerasan dan
Sebagaimana yang dikatakan diskriminasi. Defenisi tersebut ditegaskan
oleh Hakim Wasmat dari Pengadilan dalam UU RI Nomor 23 Tahun 2002 Tentang
Negeri Kupang bahwa “ Pengawasan Perlindungan Anak. Selain itu Anak adalah
dan Pengamatan Putusan Pengadilan di seseorang yang belum berusia 18 (delapan
Lapas Anak merupakan kewajiban yang belas) tahun, termasuk anak yang masih
diamanatkan oleh Undang-Undang sehingga dalam kandungan.
tetap dilaksanakan, walaupun dijadwalkan Konsep perlindungan anak diatas perlu
hanya beberapa kali dalam setahun, dalam diikuti dengan upaya untuk memenuhi hak
Reny R Masu. dan Sukardan Aloysius 232

tersebut sebagaimana yang ditegaskan dalam B.1.3.1.1. Komitmen dan kebijakan


Konvensi Hak Anak (KHA) bahwa Hak anak Walaupun telah terdapat peraturan
adalah bagian dari hak asasi manusia yang perundangan sebagai komitnen bagi kedua
wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh lembaga tersebut namun menurut Kasie
orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah, Pembinaan dan pendidikan di Lapas anak
dan negara. Kupang, bahwa masih terdapat kendala
Upaya perlindungan atas pelaksanaan dalam pelaksanaannya karena terdapat 2
HAM anak di Lapas Anak oleh Hakim UU yang menjadi dasar hukum pelaksanaan
Wasmat telah dilakukan dengan kegiatan tugas pembimbingan dimana sampai saat
perkunjungan ke lapas Anak pada bulan ini baik struktur lapas dan sarana prasarana
Mei tahun 2016, pada saat itu Hakim yang dikehendaki dalam UU No 11 tahun
mengadakan dialog dengan 3 orang anak 2012 masih mempergunakan UU No 12
sebagai sample dari 20an anak penghuni tahun 1995 12
lapas untuk mengetahui sampai sejauh
mana anak menerima dan menjalani putusan B.1.3.1.2. Sumber daya manusia dan
pidana yang telah dijatuhkan pengadilan11 anggaran
Terdapat hal penting yang dapat
Pengadilan Negeri Kupang telah
dikemukakan sehubungan dengan
menugaskan 1 orang Hakim Wasmat namun
pelaksanaan tugas hakim Wasmat bahwa :a).
melaksanakan tugasnya di 3 lapas termasuk
Tugas yang dilaksanakan Hakim Wasmat
lapas anak. Walaupun demikian hakim
di Lapas Anak berhubungan dengan
memberikan tanggapan positif mengenai
pelaksanaan Hak anak hanya sebatas
pentingnya pengarusutamaan hak anak.
mengetahui hak apa saja yang didapatkan
Mengingat keberadaan hakim dibatasi waktu
oleh anak dan apakah anak tidak keberatan
sehingga kesulitan untuk melaksanakan
dengan putusan yang telah diberikan PN;
rentetan kegiatan pengawasan maupun
b).Belum dilakukan sharing pandangan oleh
pengamatan dan sulit untuk berdiskusi/
Hakim kepada Lapas Anak sehubungan
sharing dengan lapas anak maka hasilnya
dengan hasil pengamatan dan pengawasan;
akan sulit untuk ditindak lanjuti baik oleh
c). Tindak lanjut oleh Hakim Wasmat masih
lapas anak maupun oleh PN
bersifat formal dan belum diimplementasikan
Kemanfaatan bagi pembinaan anak
melalui kebijakan, program atau kegiatan
belum tampak mengingat keberadaan Hakim
yang dapat memberikan kontribusi bagi
Wasmat di PN Kupang adalah : a).Bukan
lapas anak untuk menyelesaikan masalah
merupakan Hakim Anak; Baru di tetapkan
atau untuk memenuhi kebutuhan anak yang
pada Bulan januari 2016; b).Satu orang
belum terpenuhi.
Hakim Wasmat melaksanakan pengawasan
Berdasarkan 3 hal diatas maka akan
dan pengamatan pada 3 lembaga yaitu, Lapas
coba dibuktikan dengan mengetengahkan
Dewasa, Lapas Perempuan dan Lapas Anak
komponen Pengarusutamaan Hak Anak
(PUHA) yang menjadi tujuan standart
pengawasan dan pengamatan.
Model Pemberdayaan Hakim Pengawas dan Pengamat Berbasis Koordinasi dalam Mewujudkan Pengarusutamaan
233 Hak Anak (PUHA) di Lapas Anak Kelas IIa Kupang/Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kupang (LPKA)

B.1.3.1.3. Kelembagaan dan data terpilah b. Kegiatan pengawasan dan pengamatan


Partisipasi dalam kelembagaan putusan pengadilan yang ditetapkan
perlindungan anak, yang dimaksudkan adalah dalam format kegiatan pengawasan
keikut sertaan hakim wasmat dalam berbagai dan pengamatan sebagaimana yang
Kelompok Keja Pengarusutamaan Hak ditetapkan dalam Keputusan MA No 7
Anak (Pokja PUHA) dengan strukur yang tahun 1985 berlaku juga bagi anak
terdiri dari semua komponen Stake holders c. Tidak semua anak diadakan wawancara
yang oleh peratuan perundang-undangan dalam perkunjungan hakim wasmat
maupun tupoksinya berhubungan dengan di lapas anak, pengambilan data anak
perlindungan hak anak. Hakim Pengawas dilakukan secara sample
belum menjadi bagian dari Kelompok d. Prosedur pengawasan dan pengamatan
kerja namun untuk memperjuangkan hak dilaksanakan menurut KUHAP No 8
anak maka Hakim Wasmat dapat terlibat tahun 1981, mengingat belum terdapat
dalam TPP di lapas Anak, oleh karena data pedoman prosedur pengawasan dan
anak telah diinventarisir oleh Lapas anak, pengamatan pelaksanaan putusan
maka akan memudahkan hakim wasmat e. Karena pada saat ini telah terdapat
mempergunakannya sebagai pedoman putusan oleh hakim anak maka
penilaian terhadap putusan pidana yang telah pengawasan dan pengamatan sebaiknya
dijatuhkan kepada anak dan upaya yang dilakukan oleh hakim wasmat khusus
akan diambil dalam memberikan dukungan untuk anak13
terhadap pembinaan di lapas anak/LPKA
Kupang B.3.
Solusi yang diambil dalam
Pemberdayaan Kimwasmat
B.2. Masalah yang dihadapi dalam upaya 1. Dibutuhkan hakim khusus pengawasan
pemberdayaan Kimwasmat dan pengamatan putusan hakim anak
Dalam melaksanakan pengawasan dan 2. Penguatan kapasitas hakim wasmat
pengamatan putusan pengadilan terdapat melalui pendidikan dan pelatihan yang
masalah yang dihadapi oleh hakim wasmat. berperspektif hak anak
Berdasarkan hasil wawancara dengan hakim 3. Peningkatan koordinasi antara hakim
wasmat diperoleh beberpa informasi sebagai wasmat dan lapas anak serta kejaksaan
berikut : melalui pengaturan mengenai prosedur
a. Pengawasan dan pengamatan putusan koordinasi antara aparat penegak hukum
hakim anak dilaksanakan sebagaimana terkait pembinaan anak di lapas anak
pengawasan dan pengamatan putusan kupang
bagi orang dewasa laki-laki dan 4. Koordinasi dilakukan secara terus
perempuan, terbukti bahwa seorang menerus dan berkesinambungan baik
hakim wasmat mengawasi dan melalui jalur formal maupun in formal
mengamati di 3 lapas yang berada di 5. Mengadakan wadah koordinasi yang
Kupang yaitu lapas dewasa, lapas dibentuk secara terintegrasi bersama
wanita dan lapas anak Kupang pengadilan, kejaksaan dan lapas anak
Reny R Masu. dan Sukardan Aloysius 234

Solusi yang diambil sebagaimana rasa curiga diantara aparat penegak hukum
dikemukakan diatas mengingat potensi yang di lapas anak/LPKA Kupang dimungkinkan
ada pada hakim wasmat yang memiliki melalui sharing bukan saja secara formal
akses pada berbagai stake holders melalui : namun secara non formal. Koordinasi dan
Musyawarah Pimpinan Daerah (Muspida) Sharing informal telah terbukti memberikan
untuk dapat memperjuangkan keberlanjutan hasil yang lebih maksimal dari pada formal,
pembinaan bagi anak. karena hubungan informal merupakan
akar budaya masyarakat Indonesia yang
B.4. Model Pemberdayaan KIMWASMAT selalu mendapat tempat dalam setiap
di Lapas Anak Kupang upaya mencapai kesepakatan. Untuk lebih
Keterlibatan semua mitra kerja melalui jelas bagaimana model pemberdayaan
koordinasi antara hakim wasmat dan lapas hakim wasmat berbasis koordinasi demi
memungkinkan semua pihak menyamakan kepentingan pengarusutamaan Hak Anak
persepsi mengenai model pembinaan yang dapat dilihat pada bagan dibawah ini :
tepat untuk anak. Selain itu menghindari

Bagan 1. Model Pemberdayaan hakim wasmat berbasis koordinasi untuk menegakkan


Pengarusutamaan hak Anak di Lapas Anak Kupang

Pelajari
Putusan Wamat
Dokumen
Pengadilan Pelaksanaan Profil Anak Lapas Anak
Putusan KOORDINASI :
Inkracht Putusan
Pengadikan Sharing dengan
aparat Lapas dan
Jaksa Eksekutor

Perencanaan (Plan), Profil anak


Pelaksanaan (do), versi PN,
See (Monev) kegiatan
wasmat di
Lapas
Profil anak versi Lapas
(dokumen & dialog
(Masalah dan kebutuhan
anak) : anak di rutan atau
di lapas/LPKA
KOORDINASI HASIL :
Sharing dengan aparat Lapas dan Jaksa Eksekutor
(Hak Anak), apa intervensi untuk mendorong PUHA
oleh Lapas, Hukum HAM, Bapas, PN dan Kejaksaan
dan Mitra/stake holders (Plan,Do,See) Bertemu dengan anak,
mitra/toga, Observasi
Model Pemberdayaan Hakim Pengawas dan Pengamat Berbasis Koordinasi dalam Mewujudkan Pengarusutamaan
235 Hak Anak (PUHA) di Lapas Anak Kelas IIa Kupang/Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kupang (LPKA)

C. Penutup berkunjung ke Lapas Anak/LPKA Kupang;


Lapas Anak memberi kesempatan kepada
1. Kesimpulan
hakim untuk dialog/diskusi dengan anak
Dari kajian yang diperoleh kesimpulan : penghuni lapas anak kupang bersama lapas/
a. Terdapat ruang lingkup kinerja dan komitmen LPKA, Kejaksaan, Bapas dan stake holders/
dalam pengawasan dan pengamatan dan Mitra Lapas
pelaksanaan putusan pengadilan, namun d. Model yang ditemukan berbasis formalitas;
dalam pelaksanaannya masih bersifat formal setelah diperoleh data untuk membangun
sehingga belum terlaksana secara optimal, model pemberdayaan hakim wasmat berbasis
ditemukan apabila dilaksanakan secara koordinasi maka diperoleh model dengan
terintegrasi dan bersifat sharing maka akan pendekatan integratif bersifat sharing sejak
memberikan kontribusi bagi perlindungan tahap perencanaan, pelaksanaan dan monev
hak anak dan tercapainya pengarusutamaan kebijakan, program dan kegiatan
hak anak dan pada gilirannya tujuan
pemidanaan terhadap anak dapat tercapai. 2. Rekomendasi
b. Terdapat hambatan dalam pelaksanaan
a. Meningkatkan mutu SDM Hakim Wasmat
koordinasi, SDM terbatas, Sarpras kurang,
yang responsif Pengarusutamaan hak Anak
anggaran minim, merangkap tugas, belum
b. Hakim Wasmat Khusus Lapas Anak/LPKA
sama persepsi antar lembaga, kurang
c. Menyediakan tempat khusus bagi hakim
koordinasi, hasil belum ditindaklanjuti,
wasmat ketika berkunjung ke lapas Anak
bukan hakim anak, waktu terbatas
Kupang agar memudahkan pengamatan dan
c. Solusi yang diambil, mengusahakan hakim
pengawasan serta memiliki peluang untuk
khusus wasmat/hakim anak, anggaran
aktif berkomunikasi dengan Pembina lapas
dan sarpras yang responsif hak anak;
anak juga dengan anak, Jaksa, Bapas dan
mengusahakan penguatan kapasitas hakim
stake holders/Mitra
wasmat dan aparat pembina terkait dengan
d. Koordinasi intensif untuk merencanakan
pengarusutamaaan hak anak; Mengusahakan
kebijakan, program dan kegiatan permbinaan
sharing secara informal disamping formal
yang responsif PUHA
dan terintegrasi mengenai masalah dan
e. Membentuk forum khusus yang terintegrasi
kebutuhan anak; Mengusahakan pengaturan
antara lapas anak, kejaksaan, Bapas,
mengenai standart prosedur koordinasi
Pengadilan dan stake holder terkait agar
(SOP) yang bersifat sharing; menyamakan
koordinasi dan sharing dapat berjalan secara
persepsi mengenai keberadaan hakim
terencana, rutin dan berkesinambungan.
wasmat; SDM/hakim membagi waktu untuk
Reny R Masu. dan Sukardan Aloysius 236

Daftar Pustaka Hadjon, Philipus M. dan Tatiek Sri Djatmiati,


Argumentasi Hukum, Gadjah Mada
_______, Mien Ratoe Oedjoe,Orpa G Manuain. University Presss, 2005
Pola pembinaan anak didik pemasyarakatan
Http://repository.usu.ac.id/
Yang Responsif Terhadap Pengarusutamaan
bitstream/123456789/30985/4/Chapter%20
Hak Anak Di Lapas Anak Kelas IIa Kupang:
II.pdf, Ditelusuri 16 Agustus 2015
laporan hasil penelitian Hibah Bersaing,
2014 Http://teoripemberdayaan.blogspot.
com/2012/03/konsep-definisi-dan-teori-
_______, Hukum Pidana dan Penologi,
pemberdayaan.html, Ditelusuri 20 April
Rekonstruksi Model Pembinaan Berbasis
2015
Kompetensi bagi terpidana cybercrime,
Yogyakarta: Aswaja Presindo, 2014. Indonesia, Keputusan Menteri Kehakiman
Republik Indonesia Nomor M.01-PP.02.01
_______, Pembahasan KUHAP menurut
Tahun 1990 tentang Dana Penunjang
Ilmu pengetahuan Hukum Pidana dan
Pembinaan Napi dan Insentif Karya
Yurisprudensi, Penerbit Sinar Grafika,
Narapidana
Jakarta, 2013
Indonesia, Keputusan Menteri Kehakiman
_______, Penelitian Hukum edisi Revisi, Penerbit
Republik Indonesia Nomor. M02-PK.04.10
Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2013
Tahun 1990 Tentang Pola Pembinaan
_______, Perenungan Perjalanan Reformasi Napidana dan Tahanan
Hukum, Jakarta: KHN RI, 2013,
Indonesia, Keputusan Menteri Kehakiman
Arief, Barda Nawawi , Makalah masalah Republik Indonesia 02-PK.04.10 tahun 1990
Perlindungan Hukum Bagi Anak, Seminar Tentang Pola Pembinaan Napi/Tahanan
Nasional Peradilan Anak, FH UNPAD, 1996
Indonesia, Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun
Balitbang Depkumham, Kajian tentang aspek 1990 tentang Pengesahan Convention on
HAM dalam UU Pengadilan Anak No 3 the Rights of the Child (Konvensi tentang
tahun 1997, 2004 Hak-Hak Anak), Lembaran Negara Republik
Bambang S dan Lukman, Kelemahan dan Indonesia Tahun 1990 Nomor 57
Keunggulan Teori Belajar Andragogi, Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 31
Artikel Pendidikan, dalam Widodo Hukum Tahun 1999 Tentang Pembinaan dan
Pidana dan Penologi, Rekonstruksi Model Pembimbingan Warga Binaan, Lembaran
Pembinaan Berbasis Kompetensi bagi Negara Republik Indonesia Tahun 1999
terpidana cybercrime, Yogyakarta: Aswaja Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara
Presindo, 2014 Republik Indonesia Nomor 3845
Goel, Gatot, Loilong, M Ali, Penyelaras Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun
Akhir, Pokok-Pokok Pikiran Penguatan 2006 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemasyarakatan Dalam Sistim Peradilan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang
Pidana Terpadu Melalui Revisi KUHAP, Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga
Jakarta: Center for Detention Studies, 2011 Binaan Pemasyarakatan, Lembaran Negara
Gultom, Maidin, Perlindungan Hukum Terhadap Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor
Anak Dalam Sistem Peradilan Pidana Anak 61, Tambahan Lembaran Negara Republik
di Indonesia, Bandung: PT Refika Aditama, Indonesia Nomor 4632
2013
Harahap, M.Yahya, Pembahasan Permasalahan
dan Penerapan Hukum, Penyidikan dan
Penuntutan, edisi kedua, Jakarta: Sinar
Grafika, 2009, hlm.47-49
Model Pemberdayaan Hakim Pengawas dan Pengamat Berbasis Koordinasi dalam Mewujudkan Pengarusutamaan
237 Hak Anak (PUHA) di Lapas Anak Kelas IIa Kupang/Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kupang (LPKA)

Indonesia, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia


Indonesia Nomor 99 Tahun 2012 Tentang Nomor 35 tahun 2014 Tentang Perubahan
Perubahan kedua atas Peraturan pemerintah Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun
nomor 32 tahun 1999 Tentang Syarat 2002 Tentang Perlindungan Anak, Lembaran
Dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Binaan Pemasyarakatan, Lembaran Negara Nomor 297, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor Republik Indonesia Nomor 5606
225, Tambahan Lembaran Negara Republik Johanes, Sutoyo, (penyunting), Anak dan
Indonesia Nomor 5359 Kejahatan, Jurusan Kriminologi Fisip UI dan
Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara YKAI, Jakarta: 1993
Republik Indonesia Tahun 1945 Kementerian Pemberdayaan Perempuan-
Indonesia, Undang-Undang No 4 Tahun 1979 BKKBN-UNICEF, Bunga Rampai:
Tentang Kesejahteraan Anak Anak, Panduan dan Bahan Pembelajaran
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun Pelatihan Pengarusutamaan gender dalam
1979 Nomor .32, Tambahan Lembaran Pembangunan Nasional, Jakarta: 2003
Negara Republik Indonesia Nomor 3143 Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan,
Indonesia, Undang-Undang No.8 Tahun 1981, Modul Pelatihan Pelatih PNBAI, Jakarta:
Tentang Hukum Acara Pidana, Lembaran 2015
Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Loqman, Loebby, Hukum Acara Pidana Indonesia,
Nomor 76 suatu iktisar, Jakarta: Datacom, 1996.
Indonesia, Undang-Undang Nomor 12 Tahun Limahelu, Frans dan Hadi Shubhan, Hand Out
1995 Tentang Pemasyarakatan, Lembaran Materi Kuliah Filsafat Hukum, Surabaya:
Negara 1995/77, Tambahan Lembaran Negara Universitas Airlangga, 2013
Republik Indonesia Nomor. 3614
Lamintang, P A F, Theo Lamintang, Hukum
Indonesia, Undang-Undang Nomor 48 Tahun Penitensier Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika,
2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman, 2010
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 157, Tambahan Lembaran Marzuki, Peter, Mahmud, Penelitian Hukum,
Negara Republik Indonesia Nomor 5076, Jakarta Kencana Prenada Media Group, 2011

Indonesia, Undang-Undang No 12 Tahun 2011 Masu Reny R, Hakim Pengawas dan Pengamat:
Tentang Pembentukan Perundang-Undangan, Peran dan Tanggungjawab dalam Perspektif
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun Sistem Peradilan Pidana, Tesis, Jakarta:
2011 No.82, Tambahan Lembaran Negara Universitas Indonesia, 1998.
Republik Indonesia Nomor 523 Reksodiputro, Marjono, Hak Asasi Manusia
Indonesia, Undang-Undang No 23 Tahun 2002 dalam Sistim Peradilan Pidana, kumpulan
Tentang Perlindungan Anak, Lembaran karangan buku ke-1, Jakarta: Pusat Pelayanan
Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Keadilan dan Pengabdian Hukum-UI, 1994
Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Unicef dan Pusat kajian Kriminologi UI, Analisis
Republik Indonesia Nomor 4235 Situasi Anak Yang berhadapan dengan
Indonesia, Undang-Undang No 11 Tahun 2012 hukum di Indonesia, Jakarta: 2009
Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, Utomo, Hadi dkk, Anak Yang Berkonflik Dengan
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun Hukum, Jakarta: Yayasan Bahtera & Unesco-
2012 Nomor 153, Tambahan Lembaran Unicef
Negara Republik Indonesia Nomor 5332
Reny R Masu. dan Sukardan Aloysius 238

Wagiati, Soetodjo, Hukum Pidana Anak, 3 Marjono Reksodiputro, Perenungan Perjalanan


Bandung: Refika Aditama, 2006 Reformasi Hukum, Jakarta, KHN RI, 2013, hlm.342
4 Marjono Reksodiputro;Hak Asasi Manusia dalam
Widodo, Prof: Prisonisasi Anak Nakal, Fenomena Sistim Peradilan Pidana, kumpulan karangan buku ke-
dan Penanggulangannya, Yogyakarta: 1, penerbit:Pusat Pelayanan Keadilan dan Pengabdian
Aswaja Presindo, 2012 Hukum-UI, Jakarta, 1994. hal. 63.

Www.bappenas.go.id/index.php/download_file/ 5 Wawancara, Hakim Wasmat, 27 Juli 2016


view/9543/1779, Ditelusuri 20 April 2015 6 Loc Cit, Hakim wasmat
7 Observasi di Lapas Anak/LPKA Kupang,, awal Juni
Singgih, Gunarsa, dkk, Dasar dan Teori 2016
Perkembangan Anak, Jakarta: BPK Gunung
8 Wawancara, Kasie Pembinaan dan Pendidikan Lapas
Mulia, 1981 Anak/LPKA Kupang, 20 Juni 2016
9 Ibid.
Endnotes 10 Wawancara, Hakim Wasmat PN Kupang, 27 Juni
2016
1 Www.bappenas.go.id/index.php/download_file/
view/6943/705/ ditelusuri, 15 April 2015 11 Loc.Cit. Lapas Anak/LPKA Kupang, 27 Juli 2016
2 Reny R Masu, Hakim Pengawas dan Pengamat: 12 Loc. Cit, Lapas anak Kupang
Peran dan Tanggungjawab dalam Perspektif Sistem 13 Loc. Cit, Hakim Wasmat
Peradilan Pidana, Tesis, Jakarta, Universitas
Indonesia, 1998, hlm. 262

You might also like