You are on page 1of 13

Laporan perkebunan presisi

PENGAPLIKASIAN MANAJEMEN AIR PADA TANAMAN


KELAPA SAWIT

KELOMPOK 4
Anggota : Muhammad Ardiansyah (01.02.20.150)
Muhammad Fahrizal (01.02.20.151)
Nauli Irawan (01.02.20.152)
Nisa Samosir (01.02.20.153)
Nurul Au’lia (01.02.20.154)

Dosen Pengampu :
Firman RL Silalahi,STP,M.Si
Hadi Wijoyo,SP,MP

Catatan:
PROGRAM
1. Tulisan plagiat STUDI PENYULUHAN PERKEBUNAN PRESISI
2. Tatacara dan layout kurang
JURUSANsesuai PERKEBUNAN
3. Daftar pustaka tidak sesuai dengan yang ada di dalam tulisan
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MEDAN

Nilai: 65 KEMENTRIAN PERTANIAN


2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama
nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah
“PERKEBUNAN PRESISI”. Kemudian shalawat beserta salam kita sampaikan kepada Nabi
besar kita Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni al-qur’an dan sunnah
untuk keselamatan umat di dunia.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah perkebunan presisi Program Studi
Penyuluhan Perkebunan Presisi. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada bapak Firman RL Silalahi,STP,M.Si dan bapak Hadi Wijoyo,SP,MP selaku
dosen pembimbing mata kuliah perkebunan presisi dan kepada segenap pihak yang telah
memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan makalah ini.
Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam
penulisan laporan ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari
para pembaca demi kesempurnaan laporan ini.

Deli Serdang, 23 Februari 2022


Penyusun
ABSTRAK
Perkembangan teknologi yang semakin pesat memberikan dampak positif bagi
pembangunan pertanian. Precision farming adalah konsep pertanian yang didasarkan pada
variabilitas lahan pertanian, dan merupakan pendekatan untuk menentukan tindakan yang tepat
pada lokasi yang tepat dengan cara yang tepat pada saat yang tepat. Petanian presisi memiliki
banyak aspek diantaranya, pengukuran, pemetaan hasil, aplikasi laju tidak tetap dan pengindraan
jarak jauh. Manfaat dari precision farming adalah meningkatkan efisiensi dan efektiftas
pengelolaan lahan dari berbagai aspek seperti aspek agronomi, teknik dan eknomi. Khusus untuk
aspek lingkungan dapat mengurangi pencemaran misalnya dengan peningkatan akurasi estimasi
kebutuhan nitrogen akan mengurangi tingkat cemaran karena nitrogen yang terbawa run-off di
minimalisasi. Keuntungan lain yang didapat petani adalah terbentuk sistem basis data akurat
yang bisa membantu petani untuk mencatat data-data usaha tani dan hasil panen, sehingga dapat
membantu dalam pengambilan keputusan. Saat ini berbagai jenis teknologi yang mendukung
implementasi pertanian presisi sudah banyak dikembangkan di Indonesia, walaupun sekarang
masih pada tahap riset dan uji coba. Namun demikian hal ini sudah menunjukkan Indonesia akan
menuju dan dapat mengimplementasikan pertanian presisi.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ketersediaan air merupakan salah satu faktor pembatas utama bagi produksi tanaman. Isu
menyebutkan bahwa tanaman Kelapa sawit merupakan tanaman yang rakus air sehingga
menyebabkan terganggunya tata air telah merebak sebagai isu lingkungan. Pertanaman Kelapa
sawit dinilai sebagai penyebab berkurangnya ketersediaan air tanah dan dapat menurunkan muka
air tanah. Hasil penelitian Widodo (2011), menemukan bahwa perkembangan luas areal
perkebunan Kelapa sawit berdampak nyata terhadap lingkungan, diantaranya adalah semakin
berkurangnya ketersediaan air, dimana tanaman kelapa sawit secara ekologis merupakan
tanaman yang paling banyak membutuhkan air dalam proses pertumbuhannya, yaitu sekitar 4,10-
4,65 mm per hari. Sedangkan, tanaman hutan membutuhkan air sekitar 5,02-6,32 mm per hari
dan tanaman semusim membutuhan air sekitar 1,83-4,13 mm per hari untuk pertumbuhan dan
produktivitasnya. (Pasaribu et.al., 2012).

Kebutuhan air pada tanaman Kelapa sawit pada dasarnya berbeda dalam setiap fase
pertumbuhannya. Pada fase awal pembibitan (Pre-Nursery), rata-rata jumlah air yang diperlukan
untuk penyiraman rutin setiap hari sekitar 0.2-0.3 liter per bibit, sedangkan untuk Main Nursery
diperlukan sekitar 8 mm/hari atau sekitar 2-3 liter per bibit, namun untuk sistem irigasi yang
biasanya dipergunakan pada pembibitan pada umumnya tingkat penyiraman air dibuat rata-rata
10 mm/hari (Turner dan Gillbanks, 2003). Pada budidaya kelapa sawit dikenal dua sistem
pembibitan, yaitu pembibitan satu tahap dan pembibitan dua tahap, namun yang umum
digunakan saat ini adalah pembibitan dua tahap. Yang dimaksud dengan pembibitan dua tahap
(double stage) adalah pembibitan di polybag kecil atau tahap pembibitan awal (pre nursery)
terlebih dahulu hingga bibit berumur 3 bulan. Setelah bibit berumur tiga bulan kemudian bibit
dipindahkan ke polybag besar atau tahap pembibitan utama (main nursery) hingga bibit siap
ditanam (umur 12 bulan). Pembibitan satu tahap (single stage) adalah benih berupa kecambah
kelapa sawit 2 langsung ditanam pada polybag besar dan dipelihara hingga siap tanam.
(Darmosarkoro et.al., 2008). Salah satu cara memacu pertumbuhan bibit tanaman kelapa sawit
adalah penyediaan media tumbuh dengan mempertimbangkan.
B. Rumusan Masalah
 Apa itu Perkebunan Presisi?
 Manajemen Perairan yang Bagaiman pengaplikasian “Water Management” dalam
Perkebunan Kelapa Sawit?

C. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut :
 Sebagai media informasi pentingnya perkebunan presisi dalam perkebunan kelapa sawit.
 Diharpakan dapat memberikan informasi pentingnya manjemen air “Water Management”
dalam Perkebunan Presisi.
 Menginformasikan pengaplikasian manajemen air “ Water Management “ pada tanaman
kelapa sawit.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perkebunan Presisi( Precision Farming)


Precision farming atau precision agriculture merupakan pendekatan untuk menentukan
tindakan yang tepat pada lokasi yang tepat dengan cara yang tepat pada saat yang tepat. Precision
farming membutuhkan teknologi baru seperti global positioning sys positioning system (GPS),
sensor tanah, sensor tan tem (GPS), sensor tanah, sensor tanaman, sensor ham aman, sensor
hama, satelit atau foto a, satelit atau fotoudara, dan sistem informasi geografis (SIG) untuk
menilai dan memahami berbagai variabel lahan (Manalu, 2013). Pertanian presisi bertujuan
untuk memberikan input pada lahan berdasarkan berdasarkan pada lokasi yang tepat, sesuai
dengan kondisi kondisi tanah dan kebutuhan tanaman.
Pertanian presisi juga berkonstribusi dalam mewujudkan ketahanan pangan di Indonesia.
Ketahanan pangan sebagai situasi pada saat semua orang dalam segala waktu memiliki
kecukupan jumlah atas pangan yang aman dan bergizi demi kehidupan yang sehat dan aktif.
Ketahanan pangan dijelaskan dalam 4 pilar, yakni food availability, physicial and economic
access to food, stability of supply and access, and food utilization. . Produktivitas tanaman
pangan t aman pangan tergantung pada kualitas ergantung pada kualitas lahan yang digunakan.
Jika pada pemilihan lahan pada awal pembangunan tanaman areal-areal yang tidak produktif
tidak disisihkan, maka kerugian (finansial) yang cukup  besar akan terjadi. terjadi. Saat ini,
penentuan penentuan jenis budidaya budidaya tanaman tanaman pangan yang sesuai ditanam
pada suatu lahan tertentu masih dilakukan secara manual, yaitu membandingkan data-data yang
ada di lapangan dengan kriteria persyaratan  penggunaan lahan untuk tanaman pangan tertentu.

B. Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)


Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) termasuk kelas monocotyledone, ordo Palmaes, famili
palmaceae, genus Elaeis, dan spesies Elaeis guineensis. Menurut Lubis (1992). Tanaman kelapa
sawit diperkirakan berasal dari Guina, pantai barat Afrika. Tanaman ini memiliki nama latin
Elaeis guineensis Jacq. dengan taksonomi sebagai berikut :
 Divisi : Tracheophyta
 Sub-divisi : Pteropsida
 Kelas : Angiospermae
 Sub-kelas : Monocotyledone
 Ordo : Cocoideae
 Famili : Palmae
 Sub-famili : Cocoideae
 Genus : Elaeis
 Spesies : Elaeis guineensis Jacq.

Berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah, kelapa sawit dibedakan dalam beberapa
varietas diantaranya Dura, Pisifera, Tenera, Macrocarya dan Diwikka-wikka. Perbedaan
ketebalan tempurung dan daging buah pada tiga varietas pertama, yaitu Dura memiliki
tempurung tebal (2- 8mm) dengan daging buah yang relatif tipis (35%-50% terhadap daging
buah), Pisifera memiliki tempurung yang sangat tipis, bahkan hampir tidak ada tempurungnya,
tetapi memiliki daging buah yang tebal atau lebih tebal dari daging buah Dura dan Tenera
memiliki tempurung yang tipis (0.5-4mm) dengan daging buah yang sangat tebal (60-96%
terhadap buah); sedangkan berdasarkan warna kulit buah, kelapa sawit dibedakan dalam
beberapa varietas diantaranya Nigrescens, Virescens dan Albescens.
Tanaman kelapa sawit berakar serabut. Perakarannya sangat kuat karena tumbuh ke bawah
dan ke samping membentuk akar primer yang tumbuh ke bawah di dalam tanah sampai batas
permukaan air tanah, akar sekunder, tersier, dan kuarter yang tumbuh sejajar dengan permukaan
air tanah bahkan akar tersier dan kuarter menuju ke lapisan atas atau ke tempat yang banyak
mengandung zat hara. Akar tersier dan kuarter merupakan bagian perakaran paling dekat dengan
permukaan tanah. Kedua jenis akar tersebut banyak ditumbuhi bulu-bulu halus yang dilindungi
oleh tudung akar (caliptra).
Bulu-bulu akar tersebut paling banyak ditemukan pada jarak 2-2.5 m dari pangkal batang
dan sebagian besar berada di luar piringan. Pada bagian tersebut tanahnya akan lebih remah dan
lembab sehingga merupakan lokasi yang paling sesuai untuk penyebaran pupuk (Fauzi et
al.,2002). Kelapa sawit merupakan tanaman tahunan yang dapat hidup sampai ratusan tahun,
sehingga keberadaannya di lapang dapat dipertahankan untuk jangka waktu yang lama
(Komalaningtyas, Ikhwan dan Asmono, 2000 dalam Marliani 2006). Sastrosayono (2003)
menambahkan bahwa tanaman sawit secara alamiah bisa mencapai umur 100 tahun. Akan tetapi,
tanaman kelapa sawit yang ditanam di perkebunan harus diremajakan sebelum mencapai umur
100 tahun, karena produksi buahnya sudah menurun. Umur ekonomis tanaman kelapa sawit
adalah 25-35 tahun. Batang kelapa sawit tidak berkambium karena termasuk tanaman monokotil
dan umumnya tidak bercabang. Batang kelapa sawit berbentuk silinder dengan diameter 20-75
cm. tanaman yang masih muda, batangnya tidak terlihat karena tertutup oleh pelepah daun.
Pertumbuhan tinggi batang terlihat jelas setelah tanaman berumur 4 tahun. Tinggi batang
bertambah 25-45 cm/tahun. Tinggi maksimum yang ditanam di perkebunan antara 15-18 m,
sedangkan yang di alam mencapai 30 meter. Pertumbuhan batang tergantung pada jenis tanaman,
kesuburan lahan dan iklim setempat.

C. Watter Management (Manajemen Air)


Manajemen sumber daya air adalah aktivitas merencanakan, mengembangkan,
mendistribusikan, dan mengelola penggunaan sumber daya air secara optimal. Manajemen
sumber daya air adalah subbagian dari manajemen siklus air. Dalam kondisi yang ideal,
perencanaan manajemen sumber daya air memperhatikan semua kebutuhan air dan
mengalokasikan air berbasis kesetaraan yang memuaskan semua pengguna air.
Air adalah sumber daya yang penting bagi kehidupan di planet. Dari seluruh sumber daya air
di bumi, hanya tiga persen yang merupakan air tawar, dan dua pertiganya berada dalam kondisi
beku di es kutub dan gletser. Seperlima dari satu persennya berada di lokasi yang tidak
terjangkau atau tidak bisa dimanfaatkan (misal air yang mengalir sebagai banjir akibat hujan
deras). Kurang lebih hanya 0.08 persen dari total air tawar yang mampu dimanfaatkan oleh
manusia dan kebutuhan tersebut terus berkembang untuk berbagai kebutuhan.

D. Pemanfaaatan Water Management Pada Perkebunan Kelapa Sawit


Air merupakan hal yang sangat penting bagi tanaman setelah matahari. Dibandingkan pupuk,
air lebih penting keberadaannya. Karena sinar matahari tidak dapat di atur pencahayaannya,
maka yang dapat dikelola adalah air, pupuk, dll. Oleh karena itu Air menjadi sangat penting
sekali untuk dikelola dengan baik, quantitasnya (volume, water level dan water table) dan
qualitasnya (pH air,dll).  (Tulisan ini plagiat, karena dikopi dari:
https://www.kompasiana.com/umarshidayat/57aaaa76729773490eede72e/water-management-
perkebunan-kelapa-sawit )
Level air di perkebunan sawit di areal rendahan (rawa dan gambut) harus di jaga
ketinggiannya. Karena tanaman tidak boleh kekurangan air dan tidak boleh kelebihan air.
Kelebihan maupun kekurangan air berdampak buruk bagi perkembangan kelapa sawit bahkan
bisa menyebabkan layu permanen atau kematian pada tanaman sawit bahkan kebakaran pada
lahan kelapa sawit.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia,Nomor 71 Tahun 2014, Tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Gambut, bahwa ekosistem gambut memenuhi kriteria
kerusakan apabila muka air tanah di lahan gambut lebih dari 0,4 meter dibawah permukaan
gambut. Oleh sebab itu pemanfaatan lahan gambut atau rawa untuk perkebunan harus di atur dan
dikelola dengan baik dan bijak.
Sumber air di area gambut dan rawa selain dari air hujan juga dari aliran air sungai di
sekitarnya. sumber air baik dari hujan maupun aliran sungai yang masuk kedalam area kebun
harus dikelola dengan sebaik mungkin di saat musim penghujan maupun musim kemarau.
Tentunya agar level air didalam kebun dapat terjaga sehingga kebutuhan tanaman terhadap air
tercukupi dan tidak kelebihan. Berikut beberapa cara mengelola sumber daya air :

1. Pembuatan Parit ( Drainage )


Air yang masuk kedalam kebun di tampung dan dialirkan diparit. level air atau ketinggian air
diparit biasa di sebut water level. parit dibagi menjadi beberapa type menyesuaikan ukuran
dan fungsinya :
a) Parit Sirip atau parit tersier atau parit infield, biasanya ukuran parit ini 1x1 m dengan
panjang 300 m.
b) Parit Blok atau parit primer atau parit Collection/transport, biasanya ukuranya (3-4) x (2-
2.5) berada mengelilingi blok.
c) Parit utama atau Maindrain, biasanya ukurannya cukup besar (5-12) x (3-6) m mengalir ke
arah sungai.
d) Air di parit sirip akan di alirkan ke parit blok kemudian ke maindrain kemudian di alirkan
kesungai.

2. Pembuatan Tanggul ( Boundary )


Tanggul berfungsi untuk menahan dan mencegah masuknya debit air dari luar yang
berlebihan terutama pada saat musim penghujan. Jika air masuk secara massive dan
berlebihan dapat menyebabkan banjir yang efeknya buruk bagi tanaman bahkan kematian
tanaman serta sangat mengganggu operasional rawat dan panen. Tanggul pada saat  musim
kemarau juga berfungsi untuk mencegah over drain atau keluarnya air keluar kebun secara
berlebihan yang dapat menyebabkan kekeringan sehingga pada saat musim kemarau air harus
ditahan agar tidak over drain.

3. Pompa
Pompa berfungsi untuk mengeluarkan air yang berlebihan didalam kebun pada saat musim
penghujan dan memasukan air pada saat kekurangan air di musim kemarau. Type pompa yang
biasa digunakan adalah pompa dengan kapasitas output 150 - 3.000 m3/jam. Hal-hal yang
harus diperhatikan dalam penggunaan pompa adalah kapasitas  output pompa, konsumsi solar,
spare part dan pH air.

4. Pintu Air ( Water gate )


Pintu air berfungsi untuk mengatur keluar masuknya air dengan gaya gravitasi akibat selisih
elevasi tinggi air didalam dan diluar kebun. pintu air biasanya dipasan di tanggul atau batas
luar kebun. Pintu air yang biasanya digunakan adalah pintu air dengan model pintu irigasi
manual atau pintu klep. Pintu irigasi dioperasikan secara manual untuk membuka dan
menutup pintunya. Sedangkan pintu klep membuka dan menutup secara otomatis
menyesuaikan perbedaan elevasi air didalam dan diluar kebun, Jika Air didalam lebih tinggi
dari luar maka pintu klep membuka, sedangkan jika elevasi di luar lebih tinggi maka pintu
klep menutup.

5. Over Flow 
Overflow bertujuan untuk mengatur dan menjaga level air di parit dan mengurangi laju air.
Ketinggian over flow dibuat menyesuai ketinggian level air yang diinginkan. sehingga air
akan mengalir melewati over flow jika sudah melebih ketinggian overflow. Masih banyak hal-
hal teknik dan faktor alam yang harus diperhatikan dalam tata kelola air diperkebunan sawit,
karena karakter dan topografi disetiap kebun berbeda-beda, sehingga harus dianalisa dan
disesuaikan metode yang digunakan dalam melakuka tata kelola air di perkebunan kelapa
sawit. 
BAB III
KESIMPULAN

Melalui sistem manajemen tata air (water management system) terpadu yang merupakan
kombinasi antara berbagai aspek teknis seperti tanah, hidrologi, topografi dan aspek sosial,
diharapkan dapat menjadi solusi mengatasi ketersediaan lahan saat ini yang dibutuhkan oleh
perusahaan perkebunan dan perkebunan rakyat dalam rangka pengembangan usahanya saat ini
dan ke depan nanti. water management system untuk bidang perkebunan adalah “membuang air
berlebih (drainage) dan menjaga muka air tanah yang dibutuhkan tanaman (sistem
irigasi).Prinsip dasar dari suatu sistem drainase khususnya pada kebun kelapa sawit adalah
menyekap air, kemudian mengumpulkannya, dan membuang air yang berlebih keluar areal.
DAFTAR PUSTAKA
 https://www.kompasiana.com/umarshidayat/57aaaa76729773490eede72e/water-management-
perkebunan-kelapa-sawit
 https://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen_sumber_daya_air
 http://siat.ung.ac.id/files/wisuda/2017-1-1-54211-613410025-bab1-05082017040022.pdf
 http://siat.ung.ac.id/files/wisuda/2017-1-1-54211-613410025-bab1-05082017040022.pdf
 https://www.kompasiana.com/umarshidayat/57aaaa76729773490eede72e/water-management-
perkebunan-kelapa-sawit?page=all#section1
 https://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/91699
 Syakir, M, dkk. 2010. Bududaya Kelapa Sawit. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Perkebunan. ASKA MEDIA. Bogor
 Grisso, R.B., Alley, M.W.G., Holshouser, D. 2009. Precision Farming Tools: Soil Electrical
Conductivity. Virginia Tech. Diakses 13 Mei 2016,
 https://toolsfortransformation.net/indonesia/wp-content/uploads/2017/05/SOP-Perawatan-
Terbaik-dilahan-Gambut.pdf
 https://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/11665/130308011.pdf?
sequence=1&isAllowed=y
 https://www.suara.com/bisnis/2020/09/24/102023/irigasi-termasuk-dalam-water-
management-yang-bisa-dukung-kegiatan-pertanian
 https://ugm.ac.id/id/berita/13110-mahasiswa-ugm-mengembangkan-sistem-irigasi-otomatis-
kelapa-sawit
 https://m-republika-co-id.cdn.ampproject.org/v/s/m.republika.co.id/amp/ojjps67?
amp_js_v=a6&amp_gsa=1&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3D
%3D#aoh=16454597550433&amp_ct=1645459826501&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F
%2Fwww.republika.co.id%2Fberita%2Fojjps67%2Fpengembangan-sistem-irigasi-otomatis-
kelapa-sawit
 https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFAPERTA/article/view/2956
 https://ejournal.gunadarma.ac.id/index.php/jpp/article/view/2331/1856
 https://www.netafim.co.id/crop-knowledge/oil-palm/
 http://etd.repository.ugm.ac.id/penelitian/detail/77711
 https://www.researchgate.net/publication/
340181625_EFISIENSI_AIR_PADA_PEMBIBITAN_UTAMA_KELAPA_SAWIT_MELA
LUI_APLIKASI_MULSA_ORGANIK_DAN_PENGATURAN_VOLUME_PENYIRAMAN
 https://sariagri-id.cdn.ampproject.org/v/s/sariagri.id/article/amp/89184/mahasiswa-
polbangtan-didorong-kuasai-sistem-irigasi-tetes-air-pada-pembibitan-kelapa-sawit?
amp_js_v=a6&amp_gsa=1&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3D
%3D#aoh=16454594122901&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari
%20%251%24s
 https://www-pikiran--rakyat-com.cdn.ampproject.org/v/s/www.pikiran-rakyat.com/gaya-
hidup/amp/pr-01315655/pertanian-presisi-untuk-tingkatkan-produktivitas-kelapa-sawit?
amp_js_v=a6&amp_gsa=1&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3D
%3D#aoh=16454594122901&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari
%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F%2Fwww.pikiran-rakyat.com%2Fgaya-hidup
%2Fpr-01315655%2Fpertanian-presisi-untuk-tingkatkan-produktivitas-kelapa-sawit

You might also like