You are on page 1of 9

Forum Statistika dan Komputasi : Indonesian Journal of Statistics available online at:

ISSN : 0853-8115 journal.ipb.ac.id/index.php/statistika


Vol. 17 No.1, April 2012, p: 6-14

PEMODELAN DATA PANEL SPASIAL DENGAN DIMENSI


RUANG DAN WAKTU
(Spatial Panel Data Modeling with Space and Time Dimensions)

Tendi Ferdian Diputra1, Kusman Sadik2, Yenni Angraini3


1
Mahasiswa Statistika pada Departemen Statistika FMIPA IPB
2,3
Departemen Statistika, FMIPA-IPB
e-mail : 1tendifdiputra@gmail.com

Abstract
The modeling of spatial panel data is a method of analysis that include the dimension of
space and time. In this analysis, the set of data that is required is a combination of cross
sections and time series data, that is, either the data observed in each observation location
periodically from time to time. On modeling of panel data, there are three approaches,
namely pooled least square model, fixed and random effects model. While on modeling of
spatial panel data there are several approaches which is a combination of these three
approaches in modeling panel data with spatial autoregression model (SAR) and spatial
error model (SEM). This research aims to apply a spatial panel data model analysis to
include the dimension of space and time in a model. The data that used in this research is
GDP, local revenues, a total population and total regional expenditures of ten districts in
Jambi province during the years 2000-2008. The results from spatial panel data analysis
obtained that model regression of spatial panel data corresponding to the data is panel data
models with fixed effect model and spatial error model. From the results of such analysis
can also be seen an increase in R2 compared with panel data analysis.

Keywords : the modeling of panel data, the modeling of spatial panel data, SAR, SEM

PENDAHULUAN Galat Spasial (Spatial Error Model/ SEM)


(Anselin 2009). Unit amatan spasial tidak hanya
Analisis regresi merupakan salah satu metode terbatas pada daerah pemerintahan (seperti
analisis dalam bidang ilmu statistika yang kabupaten/kota atau provinsi) melainkan dapat
bertujuan untuk melihat hubungan antara peubah berupa kode pos, daerah hukum, kebertetanggaan
penjelas dan peubah respon. Terdapat beberapa dan lain-lain (Elhorst 2010).
pendekatan yang dapat digunakan untuk menduga Di sisi lain, dalam melakukan suatu
koefisien regresi, salah satunya adalah Metode pengamatan terhadap sebuah fenomena atau
Kuadrat Terkecil (Ordinary Least Square/ OLS). peristiwa, tidak cukup hanya melakukan
Pada metode OLS koefisien regresi yang diduga pengamatan tersebut terhadap unit-unit amatan
berlaku global untuk keseluruhan unit observasi. dalam satu waktu tertentu saja, tetapi juga
Model persamaan global akan memberikan mengamati unit-unit tersebut pada berbagai periode
informasi yang dapat dipercaya untuk wilayah waktu. Analisis regresi data panel adalah salah satu
lokal jika tidak ada atau hanya ada sedikit pendekatan pemodelan yang mengikutsertakan
keragaman antar wilayah lokalnya (Fotheringham pengaruh waktu tersebut ke dalam model. Selain
et al. 2002). itu, pemodelan data panel secara umum akan
Pada data spasial seringkali dijumpai memberikan informasi yang lebih informatif
pengamatan pada suatu lokasi memiliki hubungan dibandingkan pemodelan yang hanya
atau pengaruh dengan lokasi lain yang berdekatan. menggunakan data lintas individu (cross section)
Dua pengelompokan ternama dalam regresi spasial atau data deret waktu (time series) saja (Elhorst
adalah berhubungan dengan keheterogenan spasial 2010). Data panel sendiri merupakan data
(spatial heterogenity) dan ketergantungan spasial gabungan antara data lintas individu dan deret
(spatial dependence). Pada kasus keheterogenan waktu.
spasial dikembangkan analisis Regresi Terboboti Model data panel spasial merupakan metode
secara Geografis atau Geographically Weighted analisis yang menggabungkan antara data lintas
Regression. Sementara pada kasus ketergantungan individu dan deret waktu, yaitu berupa data yang
spasial dikembangkan Model Autoregresi Spasial diamati pada tiap-tiap lokasi pengamatan secara
(Spatial Autoregressive Model/ SAR) dan Model berkala dari waktu ke waktu. Dari analisis data

6
Pemodelan Data Panel Spasial dengan Dimensi Ruang FSK : Indonesian Journal of Statistics
dan Waktu Vol. 17 No. 1

panel spasial ini, diharapkan akan memperoleh terhadap N individu saja. Asumsi : (1) µ
model yang lebih baik dengan mengikutsertakan diasumsikan tetap, sehingga dapat diduga, (2) εit
pengaruh data dari waktu ke waktu dan hubungan menyebar bebas stokastik indentik (bsi) Normal (0,
spasial antar lokasi pengamatan. σ2ε ), (3) E(Xit, εit) = 0, Xit saling bebas dengan εit
Tujuan dari penelitian ini adalah menerapkan untuk setiap i dan t (Baltagi 2005).
analisis model data panel spasial untuk Pendugaan parameter pada model pengaruh
mengikutsertakan dimensi ruang dan waktu ke tetap diduga dengan menggunakan penduga dalam
dalam model. (within), melalui pendekatan metode OLS. Model
pengaruh tetap ini juga dikenal sebagai Metode
ANALISIS DATA PANEL Kuadrat Terkecil Peubah Boneka (Least Square
Dummy Variable/ LSDV) (Baltagi 2005).
Data yang digunakan pada model regresi data
panel adalah gabungan antara data lintas individu Model Pengaruh Acak
dan deret waktu. Data lintas individu adalah data Pada model pengaruh acak (random effect
yang dikumpulkan dalam satu waktu terhadap model), individu yang digunakan biasanya
banyak unit amatan, sementara data deret waktu merupakan individu yang dipilih secara acak dari
merupakan data yang dikumpulkan dari waktu ke populasi yang besar. Asumsi : (1) µi menyebar bsi
waktu terhadap suatu unit amatan. Normal (0, σµ2), εit menyebar bsi Normal (0, σ2ε ) ,
Jika setiap unit lintas individu memiliki jumlah (2) E(Xit, µi) = 0 dan E(Xit, εit) = 0, artinya Xit
pengamatan deret waktu yang sama, maka disebut saling bebas dengan µi dan εit untuk setiap i dan t
data panel seimbang (balance panel data). (Baltagi 2005).
Sebaliknya, jika setiap unit lintas individu Pendugaan yang konsisten didapatkan
memiliki jumlah pengamatan deret waktu yang menggunakan metode kuadrat terkecil, akan tetapi
berbeda, maka disebut data panel tidak seimbang hal ini membuat komponen galat εit mengalami
(unbalance panel data). galat baku berbias. Oleh karena itu pendugaan
Secara umum, model regresi data panel dengan Metode Kuadrat Terkecil Terampat
dinyatakan sebagai berikut : (Generalize Least Square) lebih baik digunakan
yit = α + 𝐱′it 𝛃 + uit [1] pada model ini (Baltagi 2005).
i = 1,2, …, N ; t = 1,2, …, T
dengan i merupakan unit lintas individu atau objek Uji Chow
pengamatan dan t merupakan unit deret waktu. α Uji Chow digunakan untuk menguji
adalah suatu nilai konstanta, β adalah vektor signifikansi antara model gabungan dan model
berukuran K × 1, dengan K menyatakan pengaruh tetap. Hipotesis awal (H0) pada uji Chow
banyaknya peubah penjelas. Kemudian yit adalah adalah tidak terdapat pengaruh individu terhadap
respon lintas individu ke-i untuk periode waktu ke- model (model mengikuti model gabungan) dan
t dan xit adalah vektor berukuran K × 1 untuk hipotesis tandingannya (H1) adalah terdapat satu
pengamatan lintas individu ke-i dan periode waktu atau lebih pengaruh individu terhadap model
ke-t dan uit merupakan sisaan/galat (Baltagi 2005). (model mengikuti model pengaruh tetap). Statistik
Komponen sisaan satu arah dari model regresi uji yang digunakan adalah :
pada persamaan [1] dapat didefinisikan sebagai (RRSS−URSS)/(N−1)
F0 = URSS/(NT−N−K) [3]
berikut:
uit = μi + εit [2] dimana RRSS (Restricted Residual Sums of
Square) diperoleh dari jumlah kuadrat galat hasil
dimana µi merupakan pengaruh spesifik individu
pendugaan model gabungan dan URSS
yang tidak terobservasi dan εit merupakan sisaan
(Unrestricted Residual Sums of Square) diperoleh
lintas individu ke-i dan deret waktu ke-t (Baltagi
dari jumlah kuadrat galat hasil pendugaan model
2005).
pengaruh tetap. Keputusan tolak H0 jika F0 > FN-
1,N(T-1)-K atau jika nilai-p < α (Baltagi 2005).
Model Gabungan
Model gabungan (Pooled Least Square)
Uji Hausman
merupakan salah satu model dalam analisis data
Uji Hausman digunakan untuk menguji
panel. Asumsi dalam model ini adalah koefisien
signifikansi antara model pengaruh acak dengan
regresi (konstanta ataupun kemiringan) yang sama
model pengaruh tetap. Secara hipotesis bahwa pada
antar unit lintas individu maupun waktu. Untuk
suatu populasi, jika individu diambil secara acak
pendugaan parameter model digunakan metode
sebagai contoh maka dugaan model data panel
OLS (Sartika 2011).
adalah model pengaruh acak, namun bila individu
yang digunakan merupakan keseluruhan individu
Model Pengaruh Tetap
dari populasi tersebut maka cenderung
Pada model pengaruh tetap (fixed effect model),
menggunakan model pengaruh tetap.
individu yang digunakan (N) pada umumnya
merupakan individu agregat atau jika hanya fokus

7
Pemodelan Data Panel Spasial dengan Dimensi Ruang FSK : Indonesian Journal of Statistics
dan Waktu Vol. 17 No. 1

Hipotesis awal (H0) yang digunakan pada uji Uji Pengganda Lagrange
ini adalah model mengikuti model pengaruh acak Untuk mengetahui adanya efek interaksi spasial
dan hipotesis tandingannya (H1) adalah model pada data, dapat menggunakan uji pengganda
mengikuti model pengaruh tetap. Statistik uji yang Lagrange (Lagrange multiplier test/ LM test).
digunakan adalah: Pengujian hipotesis pengganda Lagrange adalah:
𝛘2hit = 𝐪 ̂)]−1 𝐪
̂ ′[Var(𝐪 ̂ [4] a. Model autoregresi spasial
̂ ̂ ̂
dengan 𝐪 = 𝛃random − 𝛃fixed ; H0 : δ = 0 (tidak ada ketergantungan
̂ random = vektor koefisien peubah penjelas
𝛃 autoregresi spasial)
dari model pengaruh acak
̂ fixed
𝛃 = vektor koefisien peubah penjelas H1 : δ ≠ 0 (ada ketergantungan
dari model pengaruh tetap autoregresi spasial)
Keputusan tolak H0 jika 𝛘2hit > 𝛘2(k,α) dengan k b. Model galat spasial
H0 : ρ = 0 (tidak ada ketergantungan
merupakan dimensi vektor β atau jika nilai-p < α
galat spasial)
(Baltagi 2005).
H1 : ρ ≠ 0 (ada ketergantungan
galat spasial)
Matriks Pembobot Spasial
Statistik uji untuk LM adalah :
Matriks pembobot spasial pada dasarnya [𝐞′ (𝐈𝐓 ⊗𝐖)𝐘/σ
̂ 2 ]2
merupakan matriks yang menggambarkan LMδ = [5]
J
hubungan antar wilayah dan diperoleh berdasarkan [𝐞′ (𝐈𝐓 ⊗𝐖)𝐞/σ
̂ 2 ]2
informasi jarak atau ketetanggaan. Diagonal dari LMρ = [6]
T×TW
matriks ini umumnya diisi dengan nilai nol. Karena dimana LMδ dan LMρ masing-masing secara
matriks pembobot menunjukan hubungan antara berurutan adalah statistik uji pengganda Lagrange
keseluruhan observasi, maka dimensi dari matriks untuk model autoregresi spasial dan model galat
ini adalah NxN (Dubin 2009). spasial, simbol ⊗ menyatakan perkalian
Terdapat beberapa pendekatan yang dapat Kronecker, IT menyatakan matriks identitas
dilakukan untuk menampilkan hubungan spasial berukuran T × T, σ ̂2 menyatakan kuadrat tengah
antar lokasi, diantaranya adalah konsep galat dari model data panel, W adalah matriks
persinggungan (contiguity). Terdapat tiga tipe dari pembobot spasial yang telah dinormalisasi, dan e
persinggungan, yaitu Benteng Catur (Rook menyatakan vektor sisaan dari model gabungan
Contiguity), Gajah Catur (Bishop Contiguity) dan tanpa ada satupun pengaruh spasial maupun waktu
Ratu Catur (Queen Contiguity) (Dubin 2009). atau vektor sisaan dari model data panel dengan
Setelah menentukan matriks pembobot spasial pengaruh tetap/acak dari spasial dan/atau waktu.
yang akan digunakan, selanjutnya dilakukan Terakhir, J dan TW didefinisikan sebagai :
normalisasi pada matriks yang pembobot spasial 𝐚𝟏 = (𝐈𝐓 ⊗ 𝐖)𝐗𝛃 ̂ [7]
tersebut. Pada umumnya, untuk normalisasi 𝐚𝟐 = 𝐈𝐍𝐓 − 𝐗(𝐗 𝐗)−1 𝐗′

[8]
matriks digunakan normalisasi baris (row- 1 2
)
J = 2 [(𝐚′𝟏 𝐚𝟐 𝐚𝟏 + TTW σ̂ ] [9]
normalize). Artinya bahwa matriks tersebut σ̂
ditransformasi sehingga jumlah dari masing- TW = tr(𝐖𝐖 + 𝐖′𝐖) [10]
masing baris matriks menjadi sama dengan satu. dengan INT adalah matriks identitas berukuran NT
Terdapat alternatif lain dalam normalisasi matriks × NT dan simbol “tr” menyatakan operasi teras
ini yaitu dengan menormalisasikan kolom pada matriks. Keputusan tolak H0 jika nilai statistik
matriks sehingga jumlah tiap-tiap kolom pada pengganda Lagrange lebih besar dari nilai χ2(q)
matriks pembobot menjadi sama dengan satu. dengan q=1 (q adalah banyaknya parameter
Selain itu, dapat juga melakukan normalisasi spasial) atau nilai-p < α (Anselin 2009; Arisanti
dengan membagi elemen-elemen dari matriks 2011; Elhorst 2010).
pembobot dengan akar ciri terbesar dari matriks
tersebut (Dubin 2009; Elhorst 2010). Model Autoregresi Spasial (SAR)
Model autoregresi spasial dinyatakan pada
ANALISIS DATA PANEL SPASIAL persamaan berikut:
yit = δ ∑N
j=1 wij yjt + 𝐱′it 𝛃 + μi + εit [11]
Model regresi linear pada data panel yang dimana δ adalah koefisien autoregresi spasial dan
terdapat interaksi diantara unit-unit spasialnya, wij adalah elemen dari matriks pembobot spasial
akan memiliki variabel spasial lag pada peubah yang telah dinormalisasi (W). Pendugaan
respon atau variabel spasial proses pada error yang parameter pada model ini menggunakan Penduga
biasanya disebut model SAR dan SEM (Elhorst Kemungkinan Maksimum (Maximum Likelihood
2010). Fokus pada model autoregresi spasial Estimator/MLE) (Elhorst 2010).
berhubungan dengan korelasi spasial pada peubah
respon, sedangkan pada model galat spasial
fokusnya terdapat pada bentuk sisaan (Anselin
2009).

8
Pemodelan Data Panel Spasial dengan Dimensi Ruang FSK : Indonesian Journal of Statistics
dan Waktu Vol. 17 No. 1

Model Galat Spasial (SEM) 6. Menduga parameter untuk persamaan model


Model galat spasial dinyatakan pada persamaan regresi data panel spasial menggunakan metode
berikut: MLE.
yit = 𝐱′it 𝛃 + μi + ϕit ; [12] 7. Memeriksa asumsi yang berkaitan dengan
∑ N
ϕit = ρ j=1 wij ϕit + εit ; [13] metode pendugaan parameter pada model yang
dimana ϕit adalah bentuk sisaan atau galat dari digunakan.
spasial autokorelasi dan ρ adalah koefisien 8. Melakukan interpretasi dari model yang
autokorelasi spasial. Pendugaan parameter pada dihasilkan.
model ini menggunakan MLE (Elhorst 2010).
HASIL DAN PEMBAHASAN
METODOLOGI PENELITIAN
Eksplorasi Data
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah Eksplorasi data ini dilakukan untuk
data sekunder yang berasal dari Badan Pusat memberikan gambaran dan informasi yang berguna
Statistik (BPS). Dalam penelitian ini data panel dari data tanpa mengambil kesimpulan secara
yang digunakan adalah data deret waktu dari tahun umum. Bentuk eksplorasi data pada penelitian ini
2000 sampai tahun 2008 dan data lintas individu adalah dengan membuat grafik pergerakan peubah-
dari sepuluh kabupaten/ kota yang ada di Provinsi peubah dari waktu ke waktu untuk tiap kabupaten/
Jambi. Kesepuluh kabupaten/ kota tersebut adalah kota di Provinsi Jambi.
Kerinci, Merangin, Sarolangun, Batang Hari, 8
Muaro Jambi, Tanjung Jabung Timur (Tanjabtim),
7
Tanjung Jabung Barat (Tanjabbar), Tebo, Bungo,

PDRB (triliun rupiah)


dan Kota Jambi. Oleh karena itu jumlah 6
pengamatan yang digunakan dalam penelitian ini 5
adalah sebanyak 90 unit amatan. 4
Peubah yang diamati berupa Produk Domestik
Regional Bruto atau PDRB (rupiah), Pendapatan 3
Asli Daerah atau PAD (rupiah), jumlah penduduk 2
(jiwa), dan total belanja daerah (rupiah). Peubah 1
PDRB akan menjadi peubah respon dan peubah
0
PAD, jumlah penduduk dan total belanja daerah
1999 2004 2009
sebagai peubah penjelasnya.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam Tahun
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Melakukan eksplorasi data untuk melihat Kerinci Merangin
karakteristik dari data secara umum. Sarolangun Batang Hari
2. Memeriksa pola sebaran data. Jika tidak linier
Muaro Jambi Tanjabtim
maka lakukan transformasi.
3. Melakukan analisis data panel dengan tahapan: Tanjabbar Tebo
a. Menduga parameter model gabungan. Bungo Kota Jambi
b. Menduga parameter model pengaruh tetap. Gambar 1 Pergerakan PDRB
c. Menguji pengaruh individu untuk
menetapkan model yang digunakan melalui Gambar 1 menunjukkan pergerakan PDRB
uji Chow. Jika terima H0 maka model dalam jutaan rupiah dari tahun 2000 sampai 2008
gabungan yang digunakan, namun jika tolak untuk setiap kabupaten/ kota yang ada di wilayah
H0 maka lanjut ke langkah (d). Provinsi Jambi. Dari Gambar 1 terlihat bahwa
d. Menduga parameter model pengaruh acak. kesepuluh daerah tersebut memiliki kecenderungan
e. Menguji signifikansi model pengaruh acak meningkat dari tahun ke tahun untuk peubah
atau model pengaruh tetap dengan PDRB. Diantara kesepuluh kabupaten/ kota ini,
menggunakan uji Hausman. Jika terima H0 Kota Jambi merupakan daerah yang memiliki nilai
maka model pengaruh acak digunakan, PDRB tertinggi di semua rentang waktu tersebut.
namun jika tolak H0 maka model pengaruh Terlihat bahwa Kota Jambi yang merupakan pusat
tetap yang digunakan. pemerintahan dan administrasi dari Provinsi Jambi
f. Memeriksa asumsi yang berkaitan dengan juga memiliki nilai tambah ekonomi yang cukup
metode pendugaan parameter pada model besar dibandingkan dengan kesembilan kabupaten
yang digunakan. lainnya yang ada di Provinsi Jambi.
4. Menetapkan matriks pembobot spasial dan Melihat plot PDRB pada Gambar 1, maka
menormalisasikannya (W). sebelum dilakukan analisis pada data yang tersedia,
5. Menguji efek interaksi spasial dengan dilakukan transformasi logaritma natural terlebih
menggunakan uji pengganda Lagrange. dahulu pada peubah respon maupun peubah

9
Pemodelan Data Panel Spasial dengan Dimensi Ruang FSK : Indonesian Journal of Statistics
dan Waktu Vol. 17 No. 1

penjelas. Sehingga yang menjadi peubah respon penjelas X1, hal tersebut tidak terlalu berpengaruh
atau Y pada penelitian ini adalah logaritma natural terhadap model.
dari PDRB, dan yang menjadi peubah penjelas atau
Tabel 3 Hasil pendugaan model pengaruh acak
X1, X2 dan X3 masing-masing adalah logaritma
dengan Y sebagai peubah respon dan X1,
natural dari PAD, jumlah penduduk dan total
X2 dan X3 sebagai
belanja daerah. Selain itu, transformasi ini juga
peubah penjelas
dilakukan untuk menghindari masalah yang
Peubah Koefisien Nilai-p
disebabkan oleh perbedaan satuan pada setiap
peubah (Sartika 2011). C -11.018 0.004
X1 -0.062 0.090
Analisis Data Panel X2 2.195 0.000
Pada tahap ini, dilakukan pendugaan model X3 0.511 0.000
awal dengan metode pemodelan data panel. R2 0.929
Selanjutnya untuk menguji kesesuaian atau Adjusted R2 0.927
kebaikan model dari ketiga metode pada teknik
pendugaan data panel digunakan uji Chow dan uji Tabel 4 Hasil pendugaan model gabungan dengan
Hausman. Y sebagai peubah respon dan X2 dan X3
sebagai peubah penjelas
Tabel 1 Hasil pendugaan model gabungan dengan Peubah Koefisien Nilai-p
Y sebagai peubah respon dan X1, X2, dan C 6.535 0.003
X3 sebagai peubah X2 0.538 0.002
penjelas X3 0.574 0.000
Peubah Koefisien Nilai-p R2 0.635
C 5.287 0.023 Adjusted R2 0.626
X1 -0.115 0.139
X2 0.625 0.001 Kesimpulan untuk mengeluarkan peubah X1
X3 0.682 0.000 juga diperkuat dari perbedaan nilai Adjusted R2
R2 0.644 pada Tabel 1 dengan Tabel 4 (untuk model
Adjusted R2 0.631 gabungan), Tabel 2 dengan Tabel 5 (untuk model
pengaruh tetap) dan pada Tabel 3 dengan Tabel 6
Sebelum penelitian dilakukan, telah ditetapkan (untuk model pengaruh acak) dimana tidak terjadi
bahwa taraf nyata (α) pada penelitian ini adalah perubahan Adjusted R2 yang terlalu besar ketika
5%. Berikut hasil pendugaan model dengan Y peubah penjelas X1 dikeluarkan dari model.
sebagai peubah respon dan X1, X2, serta X3 Sehingga untuk pemodelan seterusnya, peubah
sebagai peubah penjelasnya, dimana peubah C penjelas yang digunakan adalah X2 dan X3.
yang terdapat pada tabel hasil pendugaan model Tabel 5 Hasil pendugaan model pengaruh tetap
merupakan konstanta. dengan Y sebagai peubah respon dan X2
Tabel 2 Hasil pendugaan model pengaruh tetap dan X3 sebagai peubah penjelas
dengan Y sebagai peubah respon dan X1, Peubah Koefisien Nilai-p
X2 dan X3 sebagai peubah penjelas C -22.842 0.000
Peubah Koefisien Nilai-p X2 3.316 0.000
C -21.721 0.000 X3 0.375 0.000
X1 -0.025 0.507 R2 0.967
X2 3.205 0.000 Adjusted R2 0.963
X3 0.407 0.000 Berikutnya akan di uji kesesuaian atau
R2 0.967 kebaikan model dari ketiga metode pada teknik
Adjusted R2 0.962 pendugaan data panel dengan menggunakan uji
Chow dan uji Hausman.
Setelah dilakukan pendugaan parameter model,
terlihat pada Tabel 1, Tabel 2 dan Tabel 3 bahwa Tabel 6 Hasil pendugaan model pengaruh acak
nilai koefisien dari peubah X1 (yaitu logaritma dengan Y sebagai peubah respon dan X2
natural dari PAD) tidak nyata pada taraf α = 0.05, dan X3 sebagai peubah penjelas
dikarenakan nilai-p > α, baik pada pendugaan Peubah Koefisien Nilai-p
model gabungan, model pengaruh tetap, maupun C -11.785 0.001
model pengaruh acak. Sehingga dilakukan X2 2.281 0.000
pemodelan ulang dengan mengeluarkan peubah X3 0.445 0.000
penjelas X1 dari model. R2 0.926
Adjusted R2 0.924
Selanjutnya dilakukan pendugaan ulang dengan
Y sebagai peubah respon dan X2 serta X3 sebagai
peubah penjelasnya. Ketika mengeluarkan peubah

10
Pemodelan Data Panel Spasial dengan Dimensi Ruang FSK : Indonesian Journal of Statistics
dan Waktu Vol. 17 No. 1

Uji Chow pengaruh tetap dan model pengaruh acak. Apabila


Pengujian ini dilakukan untuk memilih apakah N lebih besar dari T dan diyakini bahwa unit lintas
model yang akan digunakan adalah model individu yang dipilih dalam penelitian diambil
gabungan atau model pengaruh tetap. Berdasarkan secara acak maka model pengaruh acak yang
perhitungan, maka didapatkan hasil seperti pada digunakan. Sebaliknya, jika unit lintas individu
Tabel 7. Hipotesis awal (H0) pada uji Chow adalah tidak diambil secara acak maka menggunakan
tidak terdapat pengaruh individu terhadap model model pengaruh tetap (Sari 2010).
(model mengikuti model gabungan) dan hipotesis Dalam penelitian ini jumlah unit lintas individu
tandingannya (H1) adalah terdapat satu atau lebih (N) sebanyak 10 dan jumlah unit deret waktu (T)
pengaruh individu terhadap model (model sebanyak 9 dan kesepuluh unit lintas individu
mengikuti model pengaruh tetap). diambil tidak secara acak, melainkan adalah
Nilai F-tabel adalah nilai FN-1,N(T-1)-K atau nilai jumlah keseluruhan kabupaten/ kota yang ada di
F9,78 pada taraf nyata 5% (α=0.05) yaitu sebesar Provinsi Jambi pada rentang waktu 2000-2008.
2.002. Dari hasil perhitungan uji Chow pada Tabel Sehingga pemilihan model pengaruh tetap sebagai
7 menunjukan bahwa F0 lebih besar dari nilai F- pendekatan dalam penelitian ini dinilai cukup
tabel pada taraf nyata 5% (α=0.05), atau nilai-p < beralasan.
α, maka hipotesis nol ditolak. Sehingga sudah
cukup bukti untuk menyatakan bahwa model Pemeriksaan Asumsi
sementara yang lebih sesuai digunakan adalah Setelah mendapatkan model pengaruh tetap
model pengaruh tetap. Selanjutnya dilakukan uji sebagai model sementara yang akan digunakan,
kesesuaian model antara model pengaruh tetap dan maka selanjutnya akan dilakukan pemeriksaan
model pengaruh acak melalui uji Hausman. asumsi yang berkaitan dengan metode pendugaan
parameter pada model pengaruh tetap.
Tabel 7 Perhitungan statistik uji Chow
RRSS 11.658 0.3

URSS 1.046 0.2


N 10
T 9 0.1
Galat

K 2 0.0

F0 87.964 -0.1
F-tabel 2.002
Nilai-p 0.000 -0.2

-0.3
-3 -2 -1 0 1 2 3
Uji Hausman Normal Score
Uji Hausman digunakan untuk memilih model
Gambar 2 Plot kuantil-kuantil untuk galat model
yang sesuai antara model pengaruh tetap dengan
pengaruh tetap
model pengaruh acak. Hipotesis awal (H0) yang
digunakan pada uji ini adalah model pengaruh acak Secara visual kenormalan galat dapat dilihat
lebih sesuai digunakan dengan hipotesis dari plot peluang normal. Plot peluang normal ini
tandingannya (H1) adalah model pengaruh tetap dinamakan plot kuantil-kuantil (plot Q-Q). Jika
lebih sesuai digunakan. Tabel 8 menampilkan hasil titik-titik pada plot mendekati garis linier, maka
perhitungan uji Hausman. galat menyebar normal (Mattjik dan Sumertajaya
2002). Dari Gambar 2 dapat disimpulkan bahwa
Tabel 8 Perhitungan uji Hausman galat dari model pengaruh tetap menyebar normal,
Db 2 karena titik-titik pada Gambar 2 membentuk garis
𝛘2hit 17.200 linier.
𝛘2tabel 5.991
nilai-p 0.000 0.3

0.2

Nilai 𝛘2tabel
adalah nilai 𝛘2(k,α)atau nilai 𝛘2(2) 0.1

pada taraf nyata 5% (α=0.05) yaitu sebesar 5.991.


Galat

0.0

Perhitungan pada Tabel 8 menunjukan nilai 𝛘2hit


lebih besar dari nilai 𝛘2tabel pada taraf nyata 5%
-0.1

(α=0.05) atau nilai-p < α, maka hipotesis nol -0.2

ditolak. Sehingga sudah cukup bukti untuk -0.3


27.0 27.5 28.0 28.5 29.0 29.5
menyatakan bahwa model sementara yang lebih Y duga
sesuai digunakan adalah model pengaruh tetap.
Gambar 3 Plot tebaran antara galat dan nilai Y
Selain melalui uji statistika, terdapat beberapa
duga pada model pengaruh tetap
pertimbangan dalam pemilihan model antara model

11
Pemodelan Data Panel Spasial dengan Dimensi Ruang FSK : Indonesian Journal of Statistics
dan Waktu Vol. 17 No. 1

Gambar 3 menunjukkan bahwa tebaran galat sehingga perlu dilanjutkan pada pendugaan
dan nilai Y duga menyebar acak atau saling bebas parameter untuk model SEM. Namun untuk lebih
dan pencaran galat mulai nilai Y duga minimum ke meyakinkan model mana yang akan digunakan,
maksimum terlihat konstan. Sehingga dapat ditarik maka perlu dilakukan uji pengganda Lagrange
kesimpulan bahwa asumsi kebebasan galat dan terlebih dahulu.
kehomogenan ragam terpenuhi.
Matriks Pembobot Spasial
Analisis Data Panel Spasial Sebelum melakukan analisis spasial pada
model Sebelum melakukan analisis spasial pada
Pada analisis data panel, diperoleh bahwa model yang didapat, akan ditentukan terlebih
model sementara yang digunakan adalah model dahulu matriks pembobot spasial dan metode
pengaruh tetap. Selanjutnya dilakukan analisis normalisasinya. Pendekatan yang digunakan untuk
eksplorasi untuk melihat apakah terdapat pengaruh menentukan matriks pembobot spasial pada
spasial pada model tersebut. penelitian ini adalah dengan konsep
persinggungan, yaitu konsep ratu catur. Pada
29.5
konsep ratu catur ini daerah unit lintas individu
yang bersinggungan dengan daerah unit lintas
29.0 individu yang sedang diamati akan diberikan nilai
1 (satu) pada matriks pembobot spasial, sementara
28.5
lainnya 0 (nol), dengan diagonal matriks pembobot
Y

28.0
spasial tersebut bernilai 0 (nol).
Selanjutnya matriks pembobot spasial yang
27.5 telah ditentukan diatas dinormalisasi terlebih
dahulu. Metode yang digunakan untuk
27.0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
menormalisasikan matriks pembobot spasial
Kab/ Kota tersebut adalah metode normalisasi baris. Sehingga
elemen-elemen dalam baris matriks pembobot
Gambar 4 Diagram kotak-garis nilai Y untuk setiap
spasial yang telah dinormalisasi tersebut
Kab/Kota
merupakan pengaruh spasial pada sebuah unit
Gambar 4 merupakan diagram kotak-garis dari lintas individu yang berasal dari keseluruhan unit
nilai Y untuk setiap kabupaten/kota yang ada di lintas individu lainnya, sementara elemen-elemen
Provinsi Jambi. Pada Gambar 4 terlihat bahwa dalam kolom matriks pembobot spasial yang telah
panjang kotak untuk setiap kabupaten/ kota dinormalisasi tersebut merupakan pengaruh spasial
memiliki panjang yang relatif sama. Hal ini dari sebuah unit lintas individu terhadap seluruh
mengindikasikan bahwa tidak terdapat keragaman unit lintas individu lainnya.
spasial yang disebabkan oleh peubah Y, yang
artinya tidak perlu dilanjutkan pada pendugaan Uji Pengganda Lagrange
parameter untuk model SAR. Sebelum melakukan pendugaan terhadap
parameter model data panel spasial, terlebih dahulu
0.3 akan di uji apakah terdapat efek interaksi spasial
dengan menggunakan uji pengganda Lagrange.
0.2
Pada uji pengganda Lagrange, terdapat dua uji
0.1
yang akan dilakukan yaitu uji terhadap koefisien
SAR dan koefisien SEM. Nilai perhitungan dapat
Galat

0.0
dilihat pada Tabel 9.
-0.1 Nilai χ2(1) adalah sebesar 3.840 pada taraf nyata
5% (α=0.05). Derajat bebas pada χ2(1) bernilai 1
-0.2
(satu) menunjukan banyaknya parameter spasial
-0.3 yang diuji yaitu 1 (satu), masing-masing satu untuk
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kab/ Kota model SAR dan satu untuk model SEM.
Pada Tabel 9, terlihat bahwa nilai LM untuk
Gambar 5 Diagram kotak-garis nilai galat model
koefisien SAR lebih kecil dari χ2(1) pada taraf nyata
pengaruh tetap untuk setiap Kab/Kota
5% (α=0.05) atau nilai-p > α, maka tidak tolak H0,
Berbeda halnya pada Gambar 5 yang artinya tidak terdapat ketergantungan lag spasial
menunjukkan diagram kotak-garis dari nilai galat sehingga tidak perlu dilanjutkan pada pembentukan
model pengaruh tetap untuk setiap kabupaten/kota model SAR.
yang ada di Provinsi Jambi. Pada Gambar 5,
panjang kotak untuk setiap kabupaten/kota relatif
berbeda. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat
keragaman spasial yang disebabkan oleh galat,

12
Pemodelan Data Panel Spasial dengan Dimensi Ruang FSK : Indonesian Journal of Statistics
dan Waktu Vol. 17 No. 1

Tabel 9 Perhitungan uji pengganda Lagrange Interpretasi Model


Koefisien nilai LM χ2(1) Nilai-p Berdasarkan hasil perhitungan pada analisis
SAR 2.530 3.840 0.112 data panel spasial, didapatkan bahwa model yang
SEM 6.576 3.840 0.010 diduga adalah model data panel spasial dengan
model pengaruh tetap dan model galat spasial.
Nilai LM untuk koefisien SEM sebesar 6.576 Sehingga model yang sesuai untuk logaritma
lebih besar dari nilai χ2(1) pada taraf nyata 5% natural PDRB kesepuluh kabupaten/kota di
(α=0.05) atau nilai-p < α, sehingga dapat ditarik Provinsi Jambi tahun 2000 hingga 2008 adalah :
kesimpulan bahwa tolak H0. Artinya terdapat 𝑌𝑖𝑡 = 0.965𝑋2𝑖𝑡 + 0.107𝑋3𝑖𝑡 + μi + ϕit [14]
ketergantungan galat spasial sehingga perlu ϕit = 0.948 ∑N j=1 wij ϕit + εit [15]
dilanjutkan pada pembentukan model SEM. Model di atas memiliki nilai pengaruh lintas
individu (μi ) yang nilainya dapat dilihat pada Tabel
Pendugaan Parameter 11.
Model yang diduga parameternya adalah model Kesesuaian model dapat digambarkan dengan
data panel spasial dengan model pengaruh tetap melihat nilai R2 (koefisien determinasi). Koefisien
dan model galat spasial. Hasil pendugaan untuk determinasi menggambarkan seberapa besar
model tersebut ditampilkan pada Tabel 10. keragaman dari peubah respon yang dapat
dijelaskan oleh peubah penjelasnya. Semakin
Tabel 10 Pendugaan model data panel spasial tinggi nilai koefisien determinasi maka
Peubah Koefisien Nilai-p kemampuan peubah penjelas untuk
X2 0.965 0.000 menggambarkan peubah responnya akan semakin
X3 0.107 0.001 baik. Berdasarkan pada Tabel 10, hasil pendugaan
ρ 0.948 0.000 model menunjukan nilai R2 (koefisien determinasi)
R2 0.991 sebesar 0.991. Hal ini berarti bahwa 99.1%
keragaman dari peubah respon dapat dijelaskan
Pada Tabel 10 telihat bahwa koefisien untuk
oleh peubah-peubah penjelas pada model tersebut,
peubah X2, X3 dan peubah autokorelasi spasial (ρ)
sementara sisanya dijelaskan oleh peubah lain di
berpengaruh nyata terhadap model. Kesimpulan ini
luar model.
diperoleh dengan melihat nilai-p ketiga peubah
tersebut yang lebih kecil dari taraf nyata 5% Tabel 11 Dugaan pengaruh lintas individu
(α=0.05). Kabupaten/Kota μ̂i
Kerinci 13.297
Pemeriksaan Asumsi Merangin 12.979
Setelah mendapatkan model pengaruh tetap dan Sarolangun 13.376
model galat spasial, maka selanjutnya akan Batang Hari 13.349
dilakukan pemeriksaan asumsi yang berkaitan Muaro Jambi 13.134
dengan metode pendugaan parameter pada model Tanjung Jabung Timur 14.136
tersebut. Tanjung Jabung Barat 13.776
Tebo 12.948
0.04 Bungo 13.165
0.03 Kota Jambi 13.541
0.02
Terlihat juga pada Tabel 10 bahwa nilai R2
0.01 pada pendugaan model data panel spasial
Galat

0.00
mengalami peningkatan, meskipun tidak terlalu
besar, dibandingkan R2 pada pendugaan model
-0.01
data panel. Artinya terdapat peningkatan
-0.02 keragaman peubah respon yang dapat dijelaskan
-0.03 oleh peubah-peubah penjelas yang terdapat
-3 -2 -1 0
Normal Score
1 2 3
didalam model.
Uji signifikansi individu menggunakan taraf
Gambar 6 Plot kuantil-kuantil untuk galat model nyata 5% (α = 0.05), nilai-p yang dihasilkan dari
data panel spasial perhitungan akan dibandingkan dengan taraf nyata.
Plot kuantil-kuantil pada Gambar 6 Apabila nilai-p < α maka peubah penjelas tersebut
menunjukkan bahwa titik-titik pada gambar berpengaruh nyata terhadap peubah respon.
berbentuk mendekati garis linier. Hal ini Berdasarkan pada Tabel 10, dalam penelitian ini
mengindikasikan bahwa galat pada model data peubah penjelas, baik X2, X3 maupun peubah
panel spasial menyebar normal. autokorelasi spasial, semuanya berpengaruh nyata
terhadap peubah respon.

13
Pemodelan Data Panel Spasial dengan Dimensi Ruang FSK : Indonesian Journal of Statistics
dan Waktu Vol. 17 No. 1

0.04
DAFTAR PUSTAKA
0.03
Anselin L. 2009. Spatial Regression. Fotheringham
0.02 AS, PA Rogerson, editor, Handbook of Spatial
0.01
Analysis. London : Sage Publications.
Galat

Arisanti R. 2011. Model regresi spasial untuk


0.00
deteksi faktor-faktor kemiskinan di Provinsi
-0.01 Jawa Timur. [Tesis]. Bogor : Institut Pertanian
-0.02 Bogor.
-0.03
Baltagi BH. 2005. Econometrics Analysis of Panel
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Data. Ed ke-3. England : John Wiley and Sons,
Kab/Kota
LTD.
Gambar 7 Diagram kotak-garis nilai galat model Dubin R. 2009. Spatial Weights. Fotheringham AS,
data panel spasial untuk setiap Kab/Kota PA Rogerson, editor, Handbook of Spatial
Analysis. London : Sage Publications.
Pada Gambar 7 menunjukkan diagram kotak- Elhorst JP. 2010. Spatial Panel Data Models.
garis dari nilai galat model data panel spasial untuk Fischer MM, A Getis, editor, Handbook of
setiap kabupaten/kota yang ada di Provinsi Jambi. Applied Spatial Analysis. New York : Springer.
Panjang tiap kotak yang relatif sama Fotheringham AS, C Brunsdon, M Chartlon. 2002.
mengindikasikan bahwa tidak lagi terdapat Geographically Weighted Regression, the
keragaman spasial yang disebabkan oleh galat. analysis of spatially varying relationships.
England : John Wiley and Sons, LTD.
KESIMPULAN DAN SARAN Mattjik AA, IM Sumertajaya. 2002. Perancangan
Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab
Kesimpulan Jilid 1. Ed ke-2. Bogor : IPB Press.
Model regresi data panel spasial yang sesuai Ruswandi RR. 2009. Analisis pengaruh pajak
untuk data logaritma natural PDRB kesepuluh daerah terhadap pendapatan asli daerah (PAD)
kabupaten/ kota yang ada di Provinsi Jambi tahun di kabupaten Sumedang. [Skripsi]. Bogor :
2000-2008 adalah model data panel spasial dengan Institut Pertanian Bogor.
model pengaruh tetap dan model galat spasial. Sari AK. 2010. Analisis faktor ekonomi yang
Artinya model ini memiliki nilai dugaan pengaruh mempengaruhi laju inflasi negara anggota
individu yang relatif sama dan memiliki pengaruh ASEAN dengan regresi data panel. [Skripsi].
spasial pada galat. Model data panel spasial yang Bogor : Institut Pertanian Bogor.
diperoleh dapat meniadakan pengaruh keragaman Sartika D. 2011. Faktor-faktor yang mempengaruhi
spasial yang disebabkan oleh galat pada model data indeks saham dengan menggunakan analisis
panel. data panel. [Skripsi]. Bogor : Institut Pertanian
Nilai R2 yang dihasilkan oleh pemodelan data Bogor.
panel spasial lebih besar jika dibandingkan dengan
nilai R2 yang dihasilkan oleh pemodelan data
panel.

Saran
Pada penelitian ini masih terdapat keterbatasan
masalah yang dikaji. Diantaranya adalah penentuan
matriks pembobot spasial dengan pendekatan lain
seperti pendekatan dengan metode jarak. Dalam
normalisasi matriks pembobot spasial juga dapat
dilakukan dengan metode lain seperti normalisasi
kolom.
Pemeriksaan dan pengujian pelanggaran
asumsi, salah satu contohnya adalah asumsi
kehomogenan ragam, juga menjadi salah satu
keterbatasan yang dapat dikembangkan dalam
penelitian selanjutnya. Pada penelitian ini, hal
tersebut terjadi disebabkan oleh kurangnya pustaka
dan referensi yang memadai.

14

You might also like