You are on page 1of 13

‘A Jamiy: Jurnal Bahasa dan Sastra Arab

Available Online at http://journal.umgo.ac.id/index.php/AJamiy


Volume x, No. x

DOI: http://dx.doi.org/10.31314/ajamiy.9.1.16-46.2020

Aplikasi Permainan Bahasa Nawal Sa’dawi dalam


“Al-Mar’ah wa Al-Jins” Perspektif Ludwig Wettgenstein

Author: Arina Haque1, M. Khalil2


1. Magister Bahasa dan Sastra Arab, Fakultas Humaniora, Universitas Islam Negri Maulana
Malik Ibrahim Malang, Indonesia
2. Magister Bahasa dan Sastra Arab, Fakultas Humaniora, Universitas Islam Negri Maulana
Malik Ibrahim Malang, Indonesia

Email: arinahaque@gmail.com, @gmail.com


Received: ; Revised: ; Accepted:

Abstract:
The application of language games is commonly used to achieve an interest in
a subtle way, but the unique rules of language can also be found in scientific
works that tend to reveal social facts. A controversial work by a feminist Nawal
Sa'dawi has a distinctive pattern of language game rules. This article examines
the forms of language game applications and patterns of language application
by Nawal Sa'dawi in his book, "Al-Mar'ah wal Jinsi". The method used is
library research by focusing on observation, data collection, data reduction
and selection techniques on primary data sources, namely the book "Al-Mar'ah
wa Al-Jins". This study uses interpretation and hermeneutics methods with
Wittgenstein's thinking which is then confronted with the linguistic facts of
Nawal Sa'dawi's book narrative. The result of the analysis of this research is
that Nawal Sa'dawi uses a pattern of language play by using language that
tends to be bold for narratives in the concept of women, he also uses a subtle
persuasive pattern with coherence, detail, and feminist characteristics. These
patterns aim to reveal facts and alert the reader. The author's tendency is
strengthened by the presence of language games.

Keywords: Al-Mar'ah wa Al-Jins, language games, Nawal Sa'dawi

Abstrak:
Aplikasi permainan bahasa lumrah digunakan untuk meraih sebuah
kepentingan dengan cara halus, namun aturan unik bahasa juga dapat
ditemukan dalam karya ilmiah yang cenderung mengungkap fakta sosial
kemasyarakatan. Sebuah karya kontroversial seorang feminis Nawal Sa’dawi
memiliki pola aturan permainan bahasa yang khas. Artikel ini mengupas
bentuk-bentuk aplikasi permainan bahasa dan pola aplikasi bahasa Nawal
Sa’dawi dalam bukunya, “Al-Mar’ah wal Jinsi”. Metode yang digunakan

‘A Jami Jurnal Bahasa dan Sastra Arab


ISSN: 2252-9926 (Print), ISSN: 2657-2206 (Online) 1
adalah library research dengan memusatkan teknik pengamatan, pengumpulan
data, reduksi dan seleksi data pada sumber data primer, yaitu buku “Al-Mar’ah
wa Al-Jins”. Penelitian ini menggunakan metode interpretasi dan hermeneutika
dengan pemikiran Wittgenstein yang kemudian dihadapkan dengan fakta
kebahasaan narasi buku Nawal Sa’dawi. Hasil dari analisis penelitian ini adalah
Nawal Sa’dawi menggunakan pola permainan bahasa dengan menggunakan
bahasa yang cenderung berani untuk narasi dalam konsep perempuan, ia juga
menggunakan pola persuasif halus dengan keruntutan, detail, dan bercirikan
feminis. Pola-pola tersebut bertujuan mengungkap fakta dan menyardarkan
pembaca. Tendensi pengarang diperkokoh dengan adanya permainan bahasa.

Kata Kunci: Al-Mar’ah wa Al-Jins, Nawal Sa’dawi, permainan bahasa

A. Pendahuluan
Bentuk aplikasi permainan bahasa seringkali tampak dalam tata aturan
bahasa dalam konteks kepentingan, seperti bahasa politik (Wilujeng, 2013),
bahasa dakwah (Firdausiyah & Fikri, 2021), bahasa konstitusi atau hukum
(Hartini, 2019), dsb. Namun demikian, karya-karya Nawal Sa’dawi yang
mengandung fakta ilmiah ternyata juga memiliki permainan bahasa dengan aturan
unik di dalamnya. “Al-Mar’ah wa Al-Jins”, salah satu karya Nawal yang
kontroversial pada masanya mampu menyampaikan tendensi pengarangnya secara
halus dengan aplikasi bahasa yang digunakan. Tidak hanya para politikus, bahkan
pakar sosial budaya, kesehatan perempuan, pemerhati keluarga, dan para pakar
lainnya turut tergugah (El-Shamy, 1981; Halabi, 2015; Morsy, 2013). Sampainya
maksud dan tujuan Nawal Sa’dawi yang dituangkan dalam sebuah karya langka
ini sangat terbantu dengan aplikasi permainan bahasa yang menyelimuti setiap
tendensinya.
Sejauh ini studi literatur yang membahas permainan bahasa cenderung
hanya berkutat pada pola-pola kepentingan tertentu dan bertumpu pada tiga
pespektif, yaitu: (1) teks konstitusi dan bahasa politik memiliki aturan permainan
bahasa dengan karakter normatif, faktual, dan bermain dalam logika bahasa,
bahkan beberapa diantaranya mengandung kepura-puraan, sehingga memiliki
pengaruh besar terutama dalam sistem demokrasi (Hartini, 2019; Salazar, 2021;
Wilujeng, 2013); (2) permainan bahasa dalam teks dakwah dan kepentingan
agama memiliki implikasi luas, diantaranya adalah menarik minat pendengar
(Amanullah, 2021; Firdausiyah & Fikri, 2021; Ottuh & Idjakpo, 2020); (3)
Setiap kata dan bahasa tentu mengusung suatu kepentingan, apa pun itu
(Bertens, 1996, p. 224). Bentuk-bentuk permainan bahasa Nawal pada narasi-

‘A Jami Jurnal Bahasa dan Sastra Arab


ISSN: 2252-9926 (Print), ISSN: 2657-2206 (Online) 2
narasinya pasti terpengaruh oleh latar belakangnya sebagai aktifis feminis.
Berbagai karya yang ia ciptakan selalu mengundang perhatian masyarakat di
berbagai kalangan. Bau khas dari bahasa narasi yang digunakan Nawal memang
lugas, lantang, dan berani. Memang sejatinya para feminis selalu ingin
menyerukan paham gender yang mereka bawa. Kepentingan ini tidak dapat
dihindari, bahkan secara tidak sadar menjadi pola tertentu. Namun, bentuk aturan
kebahasaan dan permainan bahasa yang menyelimuti visi dan misi para feminis
berbeda satu sama lain.
Nawal Sa’dawi pasti memiliki bentuk-bentuk aplikasi permainan bahasa
dengan ciri khas yang ia miliki. Beberapa penggunaan bahasa dalam buku “Al-
Mar’ah wa Al-Jins” kemudian memunculkan pola kebahasaan sebagai aturan
permainan bahasa Nawal. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini mengacu pada
pertanyaan: Bagaimana bentuk-bentuk aplikasi permainan bahasa dan pola
aplikasi bahasa Nawal Sa’dawi dalam novelnya, “Al-Mar’ah wal Jinsi”?
Metode penelitian kualitatif ini adalah library research dengan memusatkan
teknik pengamatan, pengumpulan data, reduksi dan seleksi data pada sumber data
primer, yaitu buku “Al-Mar’ah wa Al-Jins”. Dalam analisisnya, penelitian ini
menggunakan metode interpretasi, yaitu dengan mengungkap diksi kebahasaan
buku dan maknanya dengan suatu konsep sebagai ekspresi manusiawi. Metode
hermeneutika juga digunakan dalam analisis penelitian ini, yaitu menggunakan
pemikiran Wittgenstein yang kemudian dihadapkan dengan fakta kebahasaan
narasi buku Nawal Sa’dawi (Kaelan, 2004, p. 135).

B. Pembahasan dan Hasil Penelitian


1. Teori Permainan Bahasa
Teori permainan bahasa memiliki akar teori dari filsafat bahasa.
Teori ini dikemukakan oleh Ludwig Wittgenstein, seorang filsuf yang
kemudian menjadi pengamat dan pemerhati bahasa. Permainan bahasa
(language games), menurut Wittgenstein, merupakan konsep
fundamental, bahasa tidak hanya memiliki satu struktur logis saja,
melainkan ia memiliki bentuk kompleks yang meliputi berbagai bidang
kehidupan jika ditinjau dari segi penggunaannya dalam hidup manusia
(Hartini, 2019, p. 43). Konsep ini digunaka ketika penggunaan kata
mengandung konteks yang banyak dan tidak mantab, sehingga preposisi
dapat bekerja lebih luwes, lebih aktif, dan lebih luas lagi (Suyitno, 2008,
p. 30). Makna sebuah kata berkaitan dengan penggunaannya dalam

‘A Jami Jurnal Bahasa dan Sastra Arab


ISSN: 2252-9926 (Print), ISSN: 2657-2206 (Online) 3
bahasa, sementara makna bahasa berkaitan dengan penggunaannya di
dalam hidup.
Permainan bahasa merupakan suatu peristiwa yang tidak dapat
diprediksi karena bersifat spasiotemporal (dikondisikan oleh konteks
waktu dan tempat tertentu). Dalam permainan bahasa tidak ada satu
norma baku yang mengikat dan berlaku absolut bagi setiap ragam
penggunaannya walaupun dalam ragam penggunaan yang sama.
Misalnya, pada ragam bahasa perintah pada dua peristiwa yang berbeda.
Dapat dikatakan bahwa pada permainan bahasa dalam ragam perintah
yang satu berbeda dari permainan bahasa dalam ragam perintah yang lain.
Perintah pada saat sekarang bisa berarti mubazir pada masa yang akan
datang. Perintah pada waktu lampau bisa jadi tidak lagi aktual untuk
dilaksanakan pada masa sekarang. Karena itu, permainan bahasa bersifat
unik, dinamis, tidak tetap (mutable), dan sesuai konteks (follow the
situations) (Kaelan, 2009, p. 13).
Permainan bahasa berkaitan dengan bahasa sehari-hari (ordinary
language) yang bersifat sederhana. Ia menjadi sebuah proses alamiah pada
penggunaan bahasa natural sejak masa kanak-kanak. Karena itu,
Wittgenstein menyebut permainan bahasa sebagai sebuah bahasa primitif.
Secara lebih luas, keseluruhan tindakan penggunaan bahasa dalam
konteks kehidupan manusia senantiasa terjalin dalam suatu hubungan tata
permainan bahasa. Setiap ragam bahasa memiliki tata permainan bahasa
tertentu. Dengan kata lain, bahasa adalah penampakan dari permainan
bahasa (Kaelan, 2009, p. 44).
Bahasa dan makna berkembang terus-menerus sehingga senantiasa
memunculkan jenis-jenis bahasa yang baru. Maka, istilah language games
(tata permainan bahasa) bermaksud bahwa, menurut kenyataan
penggunaannya bahasa merupakan sebagian dari suatu kegiatan atau
merupakan suatu bentuk kehidupan (Kaelan, 2009, p. 124). Suatu bahasa
bergantung pada konteks, bukan hanya sekedar hakikat dari makna
aslinya (Firdausiyah & Fikri, 2021, p. 81). Bahasa dapat ditulis dengan
berbagai cara, hal tersebut yang menjadikan sebuah bahasa dapat
diekstraksi dengan berbagai macam bentuk (Wallot, 2016, p. 21).
Wittgenstein mengemukakan konsep analisis bahasa dan filsafat
analitik. Kedua bentuk analisis ini memusatkan perhatiannya pada bahasa
dan mencoba menganalisis berbagai pernyataan untuk menemukan
bentuk-bentuk yang paling logis dan singkat yang cocok dengan fakta-

‘A Jami Jurnal Bahasa dan Sastra Arab


ISSN: 2252-9926 (Print), ISSN: 2657-2206 (Online) 4
fakta atau makna-makna yang disajikan. Filsafat analitik secara umum
mengklarifikasi makna dari penyataan dan konsep dengan menggunakan
analisis bahasa. Filsafat analitik mengungkap konsep-konsep dan
ungkapan kebahasaan dalam perjalanan analisisnya. Poin utama dalam
analisis ini adalah pembentukan definisi, baik secara linguistik maupun
nonlinguistik, dari aspek asli atau nyata maupun konstektual (Mudhofir,
1996, p. 8).
Konsep-konsep Wittgenstein bermula dari upayanya yang
bertujuan membuka kabut kesalahpahaman bahasa dalam filsafat. Ia
berkeyakinan bahwa penyelidikan filosofis seharusnya diantarkan pada
konteks penggunaan bahasa dalam kalimat dan dalam hubungan antar
kalimat itu dengan tindakan bahasa tertentu. Pada suatu kalimat yang
sama terdapat kemungkinan penggunaan yang sangat berbeda, bergantung
pada apa yang sedang dikerjakan dan dalam konteks apa kalimat itu
dipergunakan (Kaelan, 2009, p. 44).

2. Bentuk Permainan Bahasa Nawal Sa’dawi dalam “Al-Mar’ah wa Al-Jins”


a) Penggunaan Bahasa untuk Perempuan Cenderung Berani
Narasi teks yang digunakan Nawal Sa’dawi untuk
mengungkapkan konsep yang berkaitan dengan perempuan cenderung
menggunakan diksi asli. Ia memilih beberapa diksi denotatif dan kata-
kata dengan makna sebenarnya. Denotatif dapat ditandai dengan
adanya tanda, ekspresi, maupun rujukan pada objek nyata dalam suatu
unsur bahasa (Salam & Ridwan, 2021). Makna denotatif tidak terikat
dengan konteks, konsep-konsep perempuan yang dikemukakan Nawal
dalam bukunya tergambar dalam berbagai kata dalam makna leksikal.
Sebagai contoh, di awal bab “Jismi al-Mar’ah” terdapat suatu konsep
mengenai anggota tubuh perempuan yang berkaitan dengan
reproduksi:
‫ وبالذات تلك‬،ً‫إن بعض هذه األعضاء كانت تستأصل من جسد املرأة متاما‬
.(Sa’dawi, 1990, p. 14)‫األعضاء التناسلية احلساسة ملتعة اجلنس‬

“Beberapa organ tersebut dikeluarkan seluruhnya dari tubuh


wanita, terutama alat reproduksi yang sensitif terhadap
kenikmatan seksual.”

Diksi pada paragraf di atas menggunakan makna leksikal, asli,


makna denotatif yang tanpa melihat konteks kalimatnya pun sudah

‘A Jami Jurnal Bahasa dan Sastra Arab


ISSN: 2252-9926 (Print), ISSN: 2657-2206 (Online) 5
langsung menunjukkan makna sebenarnya dalam kamus. “Alat
reproduksi” tidak dibahasakan dengan sebuah kata-kata konotatif yang
seringkali digunakan dengan tujuan penghalusan atau kesantunan
berbahasa. Konsep perempuan disandingkan dengan kata-kata asli
tanpa majas atau kiasan. Nawal menggunakan kata-kata lugas dan
cenderung berani. Makna “alat reproduksi” yang dimaksud adalah
makna sebenarnya, alat untuk berkembang biak. Sedangkan dalam
makna arabnya adalah ‫ِلذكَرِ وَاألُنْثَى‬
َّ ‫األ ْعضَاءُ اجلِنْسِيَّةُ ل‬. Dalam konsep ini,
ia berkali-kali menggunakannya dan konsisten dalam penggunaan kata
hingga akhir bukunya.

Dalam contoh lain disebutkan:

‫وكم من رجل عاش مع امرأة سنوات وسنوات ومارس معها اجلنس وأجنب‬
‫منها عشرات األطفال ثم مات دون أن يعرف أن هذه املرأة حتتوي يف جسمها‬
‫على أعضاء تناسلية أخرى غري ذلك املهبل الذي عرفه عن طريق عالقته‬
‫ ودون أن يعرف أن هذا املهبل‬،‫اجلنسية بها والرحم الذي محلت فيه أطفاله‬
‫وهذا الرحم أقل أعضاء املرأة التناسلية إحساساً باجلنس ألن وظيفتهما‬
.(Sa’dawi, 1990, p. 14)‫األساسية ليست اجلنس وإمنا احلمل والوالدة‬

“Berapa banyak seorang pria yang hidup dengan seorang wanita


selama bertahun-tahun dan berhubungan seks dengannya
sehingga memiliki puluhan anak darinya, kemudian ia
meninggal tanpa mengetahui bahwa wanita ini memiliki organ
genital lain selain vagina, yang memang dia ketahui melalui
hubungan seksualnya, dan rahim tempat dia melahirkan anak-
anaknya, dan ia tidak mengetahui bahwa vagina dan rahim ini
merupakan sebagian kecil dari organ seksual seorang wanita
yang berfungsi paling sedikit, karena fungsi utamanya bukan
seks, melainkan kehamilan dan persalinan.”

Lebih berani lagi, Nawal menggunakan diksi-diksi yang


terkadang masih dianggap tabu oleh beberapa golongan. Penjelasan
detail dari suatu konsep keperempuanan dijelaskannya secara lugas
dengan bahasa yang meminimalisir multi-tafsir. Dalam paragraf di
atas, Nawal menyampaikan bentuk kritikannya secara lantang bahwa
laki-laki kurang peduli dan acuh dalam konteks seksualitas
perempuan. Pada dasarnya, secara manusiawi perempuan dan laki-laki
memiliki hak yang sama dalam konteks seks, namun kelalaian hak

‘A Jami Jurnal Bahasa dan Sastra Arab


ISSN: 2252-9926 (Print), ISSN: 2657-2206 (Online) 6
yang seharusnya didapatkan perempuan seringkali ditinggalkan. Pada
kritikannya, secara jelas Nawal menyampaikan bahwa hingga wafat
pun seorang suami luput dalam poin penting pernikahan ini.
Penggunaan kata yang lugas, maupun kata dengan makna
denotatif atau konotatif tentu memiliki maksud dan tujuan tertentu
dibaliknya (Lestari et al., 2021, p. 43). Seperti halnya ungkapan
asosiatif dalam masyarakat, berbagai tujuan menjadi alasan penting
terciptanya ungkapan baru dengan rujukan makna lain (Subet & Daud,
2019). Begitupula dengan penggunaan makna lugas dan denotatif,
tentu Nawal memiliki maksud dan tujuan dibaliknya.
Dalam analisis permainan bahasa Nawal Sa’dawi, peneliti
menemukan beberapa tujuan yang dimiliki penulis kitab “Al-Mar’ah
wa Al-Jins” ini. Penggunaan bahasa untuk perempuan cenderung
lugas dan berani bertujuan untuk mengungkap fakta yang ada. Ketika
sebuah bahasa disampaikan dengan konotasi, asosiasi, dan
mengandung unsur perasaan dalam maknanya, maka tidak jarang
pembaca dan pendengar memaknai denga multi tafsir. Adanya multi
tafsir ini menghalangi maksud dan tendensi pembawa bahasa tersebut.
Maka sebaliknya, bahasa yang lugas dan berani justru menyampaikan
maksud asli tanpa basa-basi dan proses panjang pemaknaan. Fakta-
fakta yang ingin disampaikan menjadi nyata dihadapan pembaca.
Nawal Sa’dawi membawa berbagai konsep perempuan berdasarkan
fakta dengan permainan bahasa lugas. Maksud dan tujuannya
membentuk sebuah pola penyampaian yang tegas. Fakta
keperempuanan ini bukan hanya menjadi penawaran ataupun opini,
melainkan disertai ajakan kesadaran dengan melihat fenomena nyata.
Permainan bahasa Nawal dalam keberanian berbahasanya
semakin tampak dalam contoh berikut:
‫وهذا املفهوم األخري يكشف عن العالقة السادية املاسوشية اليت تلون معظم‬
،‫ فالرجل هو السادي الذي يقتحم ويغتصب ويكسر‬.‫عالقات الرجال بالنساء‬
‫ الرجل‬،‫واملرأة هي املاسوشية اليت تقع عليها االقتحام واالغتصاب والتكسري‬
‫ الرجل هو االجيابي واملرأة هي السلبية‬.‫هو الفاعل دائماً واملرأة هي املفعول به‬
. (Sa’dawi, 1990, p. 58)
“Konsep terakhir ini mengungkapkan hubungan sadis-
masokistik yang mewarnai sebagian besar hubungan laki-laki
dengan perempuan. Pria adalah sadis yang mendobrak masuk,

‘A Jami Jurnal Bahasa dan Sastra Arab


ISSN: 2252-9926 (Print), ISSN: 2657-2206 (Online) 7
memperkosa dan menghancurkan, dan wanita adalah masokis
yang diserang, diperkosa dan dihancurkan, pria selalu menjadi
pelaku dan wanita adalah objeknya. Pria adalah positif dan
wanita adalah negatif.”

Konsep rumah tangga, suami-istri, dan hubungan laki-laki


perempuan dijelaskan secara gamblang berdasarkan keresahan yang
ada. Nawal tidak segan-segan mengatakan bahwa laki-laki telah
memperkosa dan menghancurkan perempuan. Fenomena tersebut
bukan dipukul rata dan umum bagi semua laki-laki. Namun dari yang
sedikit itu, bukan berarti tidak perlu disinggung. Sebagai penulis,
Nawal menjabarkan masalah-masalah sosial dengan tanpa kias. Pola
seperti ini semakin memperjelas tendensinya bahwa masalah yang
disampaikan sudah pada taraf genting, kritis, dan serius.
Nawal juga membahas khitan perempuan dalam bukunya,
persoalan yang pada masanya itu masih dianggap tabu justru ia urai
secara detail dan terang-terangan. Pola permainan bahasa seperti ini
memperkokoh posisinya dan tendensinya sebagai pengarang. Berbeda
dengan bahasa yang halus dan penuh pesan tersirat, pola yang lugas,
tegas, berani, akan menjadikan narasi teks menjadi berani dan kuat
dalam menyangkal dogma-dogma yang kemudian muncul sebagai
tanggapan.

b) Persuasif Halus
Berpindah dari pola bahasa yang lugas, Nawal memiliki sebuah
bentuk pola bahasa yang mengarah pada persuasi namun secara halus.
Sejalan dengan pemikiran Wittgenstein bahwa bahasa hanya dapat
dimengerti tatkala kerangka bahasa tersebut sealur dengan konteks
pemakaian bahasanya (Gufron, 2017, p. 120). Penggunaan kalimat
Nawal dalam suatu paragraf dibentuk secara teratur mengikuti alur.
Setiap kalimat diupayakan masih mengikuti konteks sebelumnya,
hingga berpindah sedikit demi sedikit menuju konsep setelahnya. Satu
kalimat dijelaskan dan dijabarkan dengan detail hingga banyak
pengulangan kata. Sebagai contoh dalam paragraf berikut:

‫أغلب الناس جيهلون الكثري عن ذلك الشيء الذي امسه غشاء البكارة‬
‫ وأن هذا‬،‫ويعتقدون أن كل بنت البد وأن حيتوي جسدها على هذا الغشاء‬
‘A Jami Jurnal Bahasa dan Sastra Arab
ISSN: 2252-9926 (Print), ISSN: 2657-2206 (Online) 8
‫ وأن نتيجة هذا‬،‫الغشاء البد وأن يفض يف اللقاء األول بني الفتاة والرجل‬
‫ فهل هذا صحيح ؟‬.‫الفض البد وأن يكون دماً أمحر تراه العني فوق املالءة‬
.(Sa’dawi, 1990, p. 22)‫ ال‬: ‫واالجابة على هذا السؤال هي‬
“Kebanyakan orang tidak mengetahui banyak tentang hal yang
disebut selaput dara, dan mereka percaya bahwa setiap tubuh
gadis harus mengandung selaput ini, dan selaput ini harus
dihilangkan pada pertemuan pertama antara seorang gadis dan
seorang pria, dan bahwa hasil dari proses pemisahan tersebut
harus darah merah yang bisa dilihat oleh mata pada sebuah
lembaran. Apakah ini benar? Jawaban atas pertanyaan ini
adalah: Tidak.”

Konsep terkait selaput dara diusung oleh Nawal dalam Bab


Mafhum al-‘Udzriyyah yang bermakna pemahaman terkait udzur
perempuan. Ia mengawali sebuah kritikan dengan suatu pola bahasa
pancingan. Dijelaskannya fakta sosial dan fenomena masyarakat
secara nyata. Bentuk pola bahasa seperti ini sebenarnya mengandung
persuasif. Namun dengan permainan bahasa yang memiliki alur runtut
dan rinci, ajakan tersebut menjadi halus dan tidak langsung tampak.
Wittgenstein menyatakan bahwa ada hubungan yang erat antara
pemahaman dan kapasitas implementasi suatu ekspresi, antara
pemahaman dan kemampuan untuk mematuhi suatu aturan. Dengan
menggunakan bahasa, kita mengkonstruksi sebuah realitas sesuai
dengan kebutuhan kita (Arsith, 2011, p. 15). Nawal menggunakan
pola aturan bahasa dalam mengkonstruksi fakta pemahaman selaput
dara bagi masyarakat. Ia berupaya menyampaikan informasi dan
argumennya dengan menyesuaikan kapasitas pemahaman masyarakat
dalam narasinya. Tendensi Nawal terkandung dalam permainan
bahasa ini.
Pola aturan bahasa Nawal berfungsi menciptakan keruntutan
dalam penyampaian hingga di akhir muncul sebuah solusi yang
dibalut dengan pertanyaan dan ide jawaban secara naratif. Pembaca
seakan mengikuti permainan bahasa penulis dengan diajak memahami
pola pikirnya. Menurut Wittgenstein, penggunaan bahasa
diekspresikan melalui pilihan leksikal tertentu sesuai dengan maksud
yang ingin disampaikan. Setiap bahasa memiliki cara tersendiri dalam
merepresentasikan objek, hal ini terpancar melalui rangkaian kata

‘A Jami Jurnal Bahasa dan Sastra Arab


ISSN: 2252-9926 (Print), ISSN: 2657-2206 (Online) 9
menjadi kalimat (Eswary & Aman, 2014, p. 53). Rangkaian kalimat
Nawal mencerminkan keruntutan. Keruntutan itu kemudian mengajak
dengan aturan persuasif secara halus, tanpa profokatif. Tujuan ini
didukung dengan banyaknya aspek yang dibahas dan sebagian besar
dirinci detail, bukan hanya disampaikan intinya.
Dalam paragraf yang masih berkaitan dengan contoh
sebelumnya, disebutkan:
‫ النوع الشائع ويوجد يف‬،‫ان غشاء البكارة ليس نوعاً واحداً وإمنا عدة أنواع‬
‫ وهو غشاء رقيق غري مطاط يسد مدخل املهبل ويف‬. ‫ من البنات‬٪ 75 ‫حواىل‬
‫منتصفه فتحة دائرية صغرية مير منها احليض كل شهر وهي فتحة ضيقة‬
‫ وهذا الغشاء حني يتمزق (ألسباب خمتلفة ومنها‬.‫تسمح مبرور طرف األصبع‬
‫االتصال اجلنسي بالرجل) تسقط منه بعض قطرات دم وقد تشعر الفتاة بأمل‬
‫خفيف أو التشعر بأى أمل على االطالق وهذا يتوقف على حجم عضو التناسل‬
(Sa’dawi, 1990, p. 22).‫عند الرجل وعلى الطريقة اليت يفض بها الغشاء‬

“Selaput dara tidak hanya memiliki satu macam jenis, tetapi


terdapat beberapa jenis. Jenis yang umum ditemukan pada
sekitar 75% anak perempuan adalah selaput tipis non-elastis
yang menghalangi jalan masuk ke vagina, dan di tengahnya ada
lubang kecil melingkar yang dilalui menstruasi setiap bulan. Ini
adalah lubang sempit yang memungkinkan ujung jari
melewatinya. Ketika selaput ini pecah (karena berbagai alasan,
termasuk hubungan seksual dengan pria), beberapa tetes darah
jatuh darinya dan gadis itu mungkin merasa sedikit sakit atau
tidak merasakan sakit sama sekali, dan ini tergantung pada
ukuran alat kelamin pria dan cara membran terbuka.”

Tampak semakin jelas pola permainan bahasa yang dimiliki


Nawal Sa’dawi dalam buku “Al-Mar’ah wa Al-Jins”. Nawal seolah
tidak ingin melewatkan satu detail pun keterangan mengenai selaput
dara. Ia jabarkan fenomena dan data masyarakat hingga tuntas.
Permainan kebahasaan ini khas dimiliki seorang perempuan, yang
pada dasarnya lebih detail, memperhatikan sesuatu yang kecil dan
rinci, dan gemar menjelaskan secara panjang lebar. Persuasif yang
menjadi permainan bahasa penulis tentu memiliki tujuan, yaitu
mengubah dan menyadarkan pola pikir. Tujuan ini dipangku Nawal
sejalan dengan misinya yang tampak pada karya-karyanya yang lain,
yaitu feminisme. Seorang feminis selalu menyampaikan perlawanan

‘A Jami Jurnal Bahasa dan Sastra Arab


ISSN: 2252-9926 (Print), ISSN: 2657-2206 (Online) 10
namun dibalut dengan berbagai bentuk cara penyampaian. Nawal
memiliki permainan bahasa khas namun sangat jelas terlihat aturan
feminis di dalamnya.

C. Kesimpulan
Permainan bahasa Nawal Sa’dawi dalam bukunya, “Al-Mar’ah wal Jinsi”,
menggunakan beberapa pola aturan. Dalam narasi perempuan, bahasa yang
digunakan cenderung berani. Ia juga menggunakan pola persuasif halus dengan
keruntutan, detail, dan bercirikan feminis. Permainan bahasa ini memiliki
beberapa tujuan, yaitu penggunaan bahasa untuk perempuan cenderung lugas dan
berani bertujuan untuk mengungkap fakta yang ada. Pola permainan bahasa
seperti ini memperkokoh posisinya dan tendensinya sebagai pengarang.
Sementara pola permainan bahasa persuasif halus bertujuan mengubah dan
menyadarkan pola pikir. Tujuan ini didukung dengan banyaknya aspek yang
dibahas dan sebagian besar dirinci detail, bukan hanya disampaikan intinya.
Permainan bahasa tampak jelas terlihat pada berbagai teks yang memiliki
tendensi dan kepentingan penulis di dalamnya. Setiap penulis tentu memiliki
aturan pola bahasa tertentu baik secara disadari maupun tidak. Pola permainan
bahasa yang lebih sering diakui dan dikemukakan publik sebagian besar
merupakan naskah politik dan konstitusi. Kepentingan lain belum banyak
terungkap, padahal keunikan bahasa lain terkandung dalam berbagai naskah tanpa
disadari. Pola tersebut dapat menggiring kita dalam menemukan tujuan
tersembunyi penulis. Analisis permainan bahasa sangat menarik dilakukan lebih
lanjut, baik terhadap pemaknaan maupun dalam aplikasinya.

‘A Jami Jurnal Bahasa dan Sastra Arab


ISSN: 2252-9926 (Print), ISSN: 2657-2206 (Online) 11
Daftar Pustaka

Amanullah, F. A. (2021). Analisis permainan Bahasa dalam konten Dakwah


Jumat Call pada Akun Instagram GP Ansor perspektif Ludwig Wittgenstein.
UIN Sunan Ampel Surabaya.

Arsith, M. (2011). Ludwig Wittgenstein and language games (a literary


application). Acta Universitatis Danubius. Communicatio, 5(2).

Bertens, K. (1996). Filsafat barat abad XX: Inggeris-Jerman. PT Gramedia.

El-Shamy, H. (1981). The Brother-Sister Syndrome in Arab Family Life, Socio-


Cultural Factors in Arab Psychiatry: A Critical Review. International
Journal of Sociology of the Family, 313–323.

Eswary, E., & Aman, R. (2014). Permainan Bahasa Wittgenstein: Kajian Leksikal
Bahasa Melayu dan Indonesia. Jurnal Melayu, 13.

Firdausiyah, U. W., & Fikri, K. (2021). Reinterpretasi Teori Language Game


dalam Bahasa Dakwah Perspektif Ludwig Wittgenstein. Journal of Islamic
Civilization, 3(2), 80–92.

Gufron, M. I. (2017). Pemikiran Ludwig Wittgenstein Dalam Kerangka Analitika


Bahasa Filsafat Barat Abad Kontemporer. Misykah: Jurnal Pemikiran Dan
Studi Islam, 1(1), 118–144.

Halabi, R. (2015). The faith, the honor of women, the land: the Druze women in
Israel. Journal of Asian and African Studies, 50(4), 427–444.

Hartini, L. (2019). “Tata Permainan Bahasa” Wittgenstein Dalam Teks Konstitusi.


Jurnal Wawasan Yuridika, 3(1), 41–54.

Kaelan. (2004). Filsafat Analitis menurut Ludwig Wittgenstein: Relevansinya


bagi Pengembangan Pragmatik. Humaniora, 16(2), 133–146.

Kaelan. (2009). Filsafat Bahasa Semiotika dan Hermeneutika, Yogyakarta.


Paradigma.

Lestari, D. I., Lubis, N., & Barus, F. (2021). Analisis Analisis Makna Denotatif
dan Konotatif Pada Umpasa Dalam Pernikahan Adat Batak Toba.
ALFABETA: Jurnal Bahasa, Sastra, Dan Pembelajarannya, 4(2), 41–48.

Morsy, S. A. (2013). 30 Sex Differences and Folk Illness in an Egyptian Village.


In Women in the muslim world (pp. 599–616). Harvard University Press.

Mudhofir, A. (1996). Kamus Teori dan Aliran dalam Filsafat dan Teologi. Cet.
Ke-1.

Ottuh, P. O. O., & Idjakpo, O. G. (2020). Ludwig Wittgenstein: Language-Game


and Religious Belief. Interference: Journal of Language, Literature, and
Linguistics, 1(2). https://doi.org/10.26858/interference.v1i2.17978

Sa’dawi, N. (1990). ‫المرأة والجنس‬. Daar wa Mathabi’ al-Mustaqbal.


Salam, W. A., & Ridwan, A. (2021). Makna Denotatif Dan Konotatif Pada Iklan

‘A Jami Jurnal Bahasa dan Sastra Arab


ISSN: 2252-9926 (Print), ISSN: 2657-2206 (Online) 12
BMW Berbahasa Jerman. E-Journal Identitaet, 10(2).

Salazar, M. G. (2021). Re-thinking rorty´s ethical-political pragmatism from


perspectivism and language games. Contemporary Pragmatism, 18(1).
https://doi.org/10.1163/18758185-bja10003

Subet, M. F., & Daud, M. Z. (2019). Makna denotatif dan konotatif dalam slanga
pelacur.

Suyitno, H. (2008). Hubungan antara bahasa dengan logika dan matematika


menurut pemikiran Wittgenstein. Humaniora, 20(1), 26–37.

Wallot, S. (2016). Understanding reading as a form of language-use: A language


game hypothesis. New Ideas in Psychology, 42.
https://doi.org/10.1016/j.newideapsych.2015.07.006

Wilujeng, S. R. (2013). Bahasa Politik dalam Perspektif Filsafat Bahasa Ludwig


Wittgenstein. HUMANIKA, 16(9).

‘A Jami Jurnal Bahasa dan Sastra Arab


ISSN: 2252-9926 (Print), ISSN: 2657-2206 (Online) 13

You might also like