Professional Documents
Culture Documents
Arina Haque - Aplikasi Permainan Bahasa Nawal Sa'dawi
Arina Haque - Aplikasi Permainan Bahasa Nawal Sa'dawi
DOI: http://dx.doi.org/10.31314/ajamiy.9.1.16-46.2020
Abstract:
The application of language games is commonly used to achieve an interest in
a subtle way, but the unique rules of language can also be found in scientific
works that tend to reveal social facts. A controversial work by a feminist Nawal
Sa'dawi has a distinctive pattern of language game rules. This article examines
the forms of language game applications and patterns of language application
by Nawal Sa'dawi in his book, "Al-Mar'ah wal Jinsi". The method used is
library research by focusing on observation, data collection, data reduction
and selection techniques on primary data sources, namely the book "Al-Mar'ah
wa Al-Jins". This study uses interpretation and hermeneutics methods with
Wittgenstein's thinking which is then confronted with the linguistic facts of
Nawal Sa'dawi's book narrative. The result of the analysis of this research is
that Nawal Sa'dawi uses a pattern of language play by using language that
tends to be bold for narratives in the concept of women, he also uses a subtle
persuasive pattern with coherence, detail, and feminist characteristics. These
patterns aim to reveal facts and alert the reader. The author's tendency is
strengthened by the presence of language games.
Abstrak:
Aplikasi permainan bahasa lumrah digunakan untuk meraih sebuah
kepentingan dengan cara halus, namun aturan unik bahasa juga dapat
ditemukan dalam karya ilmiah yang cenderung mengungkap fakta sosial
kemasyarakatan. Sebuah karya kontroversial seorang feminis Nawal Sa’dawi
memiliki pola aturan permainan bahasa yang khas. Artikel ini mengupas
bentuk-bentuk aplikasi permainan bahasa dan pola aplikasi bahasa Nawal
Sa’dawi dalam bukunya, “Al-Mar’ah wal Jinsi”. Metode yang digunakan
A. Pendahuluan
Bentuk aplikasi permainan bahasa seringkali tampak dalam tata aturan
bahasa dalam konteks kepentingan, seperti bahasa politik (Wilujeng, 2013),
bahasa dakwah (Firdausiyah & Fikri, 2021), bahasa konstitusi atau hukum
(Hartini, 2019), dsb. Namun demikian, karya-karya Nawal Sa’dawi yang
mengandung fakta ilmiah ternyata juga memiliki permainan bahasa dengan aturan
unik di dalamnya. “Al-Mar’ah wa Al-Jins”, salah satu karya Nawal yang
kontroversial pada masanya mampu menyampaikan tendensi pengarangnya secara
halus dengan aplikasi bahasa yang digunakan. Tidak hanya para politikus, bahkan
pakar sosial budaya, kesehatan perempuan, pemerhati keluarga, dan para pakar
lainnya turut tergugah (El-Shamy, 1981; Halabi, 2015; Morsy, 2013). Sampainya
maksud dan tujuan Nawal Sa’dawi yang dituangkan dalam sebuah karya langka
ini sangat terbantu dengan aplikasi permainan bahasa yang menyelimuti setiap
tendensinya.
Sejauh ini studi literatur yang membahas permainan bahasa cenderung
hanya berkutat pada pola-pola kepentingan tertentu dan bertumpu pada tiga
pespektif, yaitu: (1) teks konstitusi dan bahasa politik memiliki aturan permainan
bahasa dengan karakter normatif, faktual, dan bermain dalam logika bahasa,
bahkan beberapa diantaranya mengandung kepura-puraan, sehingga memiliki
pengaruh besar terutama dalam sistem demokrasi (Hartini, 2019; Salazar, 2021;
Wilujeng, 2013); (2) permainan bahasa dalam teks dakwah dan kepentingan
agama memiliki implikasi luas, diantaranya adalah menarik minat pendengar
(Amanullah, 2021; Firdausiyah & Fikri, 2021; Ottuh & Idjakpo, 2020); (3)
Setiap kata dan bahasa tentu mengusung suatu kepentingan, apa pun itu
(Bertens, 1996, p. 224). Bentuk-bentuk permainan bahasa Nawal pada narasi-
وكم من رجل عاش مع امرأة سنوات وسنوات ومارس معها اجلنس وأجنب
منها عشرات األطفال ثم مات دون أن يعرف أن هذه املرأة حتتوي يف جسمها
على أعضاء تناسلية أخرى غري ذلك املهبل الذي عرفه عن طريق عالقته
ودون أن يعرف أن هذا املهبل،اجلنسية بها والرحم الذي محلت فيه أطفاله
وهذا الرحم أقل أعضاء املرأة التناسلية إحساساً باجلنس ألن وظيفتهما
.(Sa’dawi, 1990, p. 14)األساسية ليست اجلنس وإمنا احلمل والوالدة
b) Persuasif Halus
Berpindah dari pola bahasa yang lugas, Nawal memiliki sebuah
bentuk pola bahasa yang mengarah pada persuasi namun secara halus.
Sejalan dengan pemikiran Wittgenstein bahwa bahasa hanya dapat
dimengerti tatkala kerangka bahasa tersebut sealur dengan konteks
pemakaian bahasanya (Gufron, 2017, p. 120). Penggunaan kalimat
Nawal dalam suatu paragraf dibentuk secara teratur mengikuti alur.
Setiap kalimat diupayakan masih mengikuti konteks sebelumnya,
hingga berpindah sedikit demi sedikit menuju konsep setelahnya. Satu
kalimat dijelaskan dan dijabarkan dengan detail hingga banyak
pengulangan kata. Sebagai contoh dalam paragraf berikut:
أغلب الناس جيهلون الكثري عن ذلك الشيء الذي امسه غشاء البكارة
وأن هذا،ويعتقدون أن كل بنت البد وأن حيتوي جسدها على هذا الغشاء
‘A Jami Jurnal Bahasa dan Sastra Arab
ISSN: 2252-9926 (Print), ISSN: 2657-2206 (Online) 8
وأن نتيجة هذا،الغشاء البد وأن يفض يف اللقاء األول بني الفتاة والرجل
فهل هذا صحيح ؟.الفض البد وأن يكون دماً أمحر تراه العني فوق املالءة
.(Sa’dawi, 1990, p. 22) ال: واالجابة على هذا السؤال هي
“Kebanyakan orang tidak mengetahui banyak tentang hal yang
disebut selaput dara, dan mereka percaya bahwa setiap tubuh
gadis harus mengandung selaput ini, dan selaput ini harus
dihilangkan pada pertemuan pertama antara seorang gadis dan
seorang pria, dan bahwa hasil dari proses pemisahan tersebut
harus darah merah yang bisa dilihat oleh mata pada sebuah
lembaran. Apakah ini benar? Jawaban atas pertanyaan ini
adalah: Tidak.”
C. Kesimpulan
Permainan bahasa Nawal Sa’dawi dalam bukunya, “Al-Mar’ah wal Jinsi”,
menggunakan beberapa pola aturan. Dalam narasi perempuan, bahasa yang
digunakan cenderung berani. Ia juga menggunakan pola persuasif halus dengan
keruntutan, detail, dan bercirikan feminis. Permainan bahasa ini memiliki
beberapa tujuan, yaitu penggunaan bahasa untuk perempuan cenderung lugas dan
berani bertujuan untuk mengungkap fakta yang ada. Pola permainan bahasa
seperti ini memperkokoh posisinya dan tendensinya sebagai pengarang.
Sementara pola permainan bahasa persuasif halus bertujuan mengubah dan
menyadarkan pola pikir. Tujuan ini didukung dengan banyaknya aspek yang
dibahas dan sebagian besar dirinci detail, bukan hanya disampaikan intinya.
Permainan bahasa tampak jelas terlihat pada berbagai teks yang memiliki
tendensi dan kepentingan penulis di dalamnya. Setiap penulis tentu memiliki
aturan pola bahasa tertentu baik secara disadari maupun tidak. Pola permainan
bahasa yang lebih sering diakui dan dikemukakan publik sebagian besar
merupakan naskah politik dan konstitusi. Kepentingan lain belum banyak
terungkap, padahal keunikan bahasa lain terkandung dalam berbagai naskah tanpa
disadari. Pola tersebut dapat menggiring kita dalam menemukan tujuan
tersembunyi penulis. Analisis permainan bahasa sangat menarik dilakukan lebih
lanjut, baik terhadap pemaknaan maupun dalam aplikasinya.
Eswary, E., & Aman, R. (2014). Permainan Bahasa Wittgenstein: Kajian Leksikal
Bahasa Melayu dan Indonesia. Jurnal Melayu, 13.
Halabi, R. (2015). The faith, the honor of women, the land: the Druze women in
Israel. Journal of Asian and African Studies, 50(4), 427–444.
Lestari, D. I., Lubis, N., & Barus, F. (2021). Analisis Analisis Makna Denotatif
dan Konotatif Pada Umpasa Dalam Pernikahan Adat Batak Toba.
ALFABETA: Jurnal Bahasa, Sastra, Dan Pembelajarannya, 4(2), 41–48.
Mudhofir, A. (1996). Kamus Teori dan Aliran dalam Filsafat dan Teologi. Cet.
Ke-1.
Subet, M. F., & Daud, M. Z. (2019). Makna denotatif dan konotatif dalam slanga
pelacur.