You are on page 1of 16

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN


PUSAT MATA NASIONAL RUMAH SAKIT MATA CICENDO
BANDUNG

Laporan Kasus : Implantasi Lensa Intra Okular Fiksasi Sklera Teknik


Girth Hitch Pasca Operasi Katarak Traumatika
Penyaji : Annisak Fitriyana
Pembimbing : dr. Emmy Dwi Sugiarti, SpM(K)., M.Kes.

Telah diperiksa dan disetujui oleh


Pembimbing

dr. Emmy Dwi Sugiarti, SpM(K)., M.Kes.

Kamis, 17 Maret 2022


Pukul 07.30 WIB
GIRTH HITCH SCLERAL FIXATED INTRAOCULAR LENS
IMPLANTATION AFTER TRAUMATIC CATARACT
EXTRACTION
Abstract
Introduction: There are several surgical approaches to correct aphakia without adequate
capsular support including anterior chamber IOL (AC-IOL), iris-fixated IOL, and scleral-
fixated IOL. However, some study report there are potential risks of corneal damage and
intraocular pressure escalation after AC-IOL implantation. Furthermore, to achieve an
optimal functional outcome in iris-fixated IOL the pupil should preferably be of regular
size and shape. Scleral fixated IOL can be used in eyes without capsular support even if
there is significant anterior segment disruption such as irregular pupil due to trauma.
Purpose: To report scleral fixated intraocular lens implantation in a patient after
underwent traumatic cataract extraction.
Case report: A 28-year-old man presented with aphakia without anterior and posterior
capsular support on the left eye after underwent traumatic cataract extraction eight
months prior examination. His visual acuity was 1/60 with BCVA obtained using S+10.00
was 0.16. His pupil was fixed dilated with irregular shape, measured 7.3x7.5mm and
iridonesesis was present. Scleral fixated intraocular lens implantation was chosen for the
patient due to inadequate capsular support and irregular fixed dilated pupil to help
restore his vision. Conclusion: Scleral fixated intraocular lens implantation can be
considered as an option to help restore patient’s vision in case of aphakic eye without
capsular support and pupil abnormalities.
Keywords: scleral fixated IOL, ab externo, girth hitch

I. Pendahuluan
Kasus katarak traumatika sering disertai dengan kerusakan kapsul lensa dan serat
zonula yang mengakibatkan lensa intraokular (LIO) tidak dapat diimplantasikan
sehingga mata akan dibiarkan afakia setelah dilakukan bedah katarak. Hal tersebut
memerlukan tatalaksana lanjutan yaitu implantasi lensa intraokular. Berbagai
metode implantasi lensa intraokular diantaranya implantasi LIO pada bilik mata
depan, implantasi LIO fiksasi sulkus, fiksasi iris, dan fiksasi sklera.1–3
Implantasi LIO fiksasi sklera dapat menjadi pilihan pada keadaan dimana
terdapat kerusakan pada kapsul lensa, iris maupun serat zonula. Teknik implantasi
LIO fiksasi sklera dapat dilakukan dengan atau tanpa jahitan. Salah satu teknik
implantasi LIO fiksasi sklera dengan jahitan adalah teknik girth hitch. Beberapa
komplikasi dapat terjadi pasca tindakan implantasi LIO seperti desentrasi dan tilting
pada LIO. Laporan kasus ini bertujuan untuk melaporkan teknik implantasi lensa
intra okular fiksasi sklera menggunakan teknik girth hitch pada pasien pasca operasi
katarak traumatika.3–5

1
2

II. Laporan Kasus


Seorang laki-laki usia 28 tahun datang ke poli Katarak dan Bedah Refraktif
PMN RS Mata Cicendo pada tanggal 5 Agustus 2021 dengan keluhan mata kiri
buram sejak delapan bulan yang lalu. Keluhan diawali setelah mata kiri pasien
terkena pentalan perhiasan cincin perak saat sedang bekerja. Pasien saat itu tidak
memakai kacamata pelindung. Pasien mengaku cincin terpental dari jarak 30cm
dan tidak ada bagian cincin yang masuk ke dalam bola mata. Pasien baru berobat satu
hari setelah kejadian ke dokter spesialis mata di RSUD setempat dan dikatakan terdapat
katarak. Pasien kemudian dilakukan tindakan pengangkatan lensa namun tidak
dipasang lensa tanam. Dua bulan setelah tindakan pasien dirujuk ke Poli Katarak
dan Bedah Refraktif RS Mata Cicendo untuk dilakukan pemasangan lensa tanam.

Pada pemeriksaan oftalmologis tanggal 5 Agustus 2021 didapatkan visus mata


kanan 1.0 dengan segmen anterior dan posterior mata kanan dalam batas normal.
Visus dasar mata kiri 1/60 pinhole sulit. Pemeriksaan tekanan bola mata dengan
Tonometri Non Kontak 15mmHg. Pemeriksaan segmen anterior mata kiri pada
palpebra dan konjungtiva dalam batas normal, kornea jernih dan didapatkan
adanya satu jahitan longgar pada kornea arah jam 11, didapatkan dilatasi pupil
dengan bentuk irregular berukuran 7.3x7.5mm, penurunan refleks cahaya baik
langsung maupun tidak langsung, iris atrofi 360 derajat dan iridodenesis. Pada
pemeriksaan lensa mata kiri didapatkan afakia tanpa adanya kapsul anterior
maupun posterior. Pemeriksaan segmen posterior mata kiri didapatkan retina pucat
pada sekitar polus posterior dan tidak didapatkan adanya benda asing.
3

Gambar 2.2 Intraoperasi mata kiri Tn. N usia 28 tahun tanggal 3 Februari 2022
Gambar (a) flap konjungtiva arah jam 3 dan 9 serta tunnel arah jam
12; gambar (b) grooving pada bare skelra area nasal; gambar (c)
pembentukan side port; gambar (d) – (h) proses membuat loop benang
pada arah temporal; gambar (i) loop benang dikeluarkan menuju
tunnel; gambar (j) kauterisasi ujung haptic; gambar (k) simpul girth
hitch pada leading haptic; gambar (l) membuat loop benang pada arah
nasal; gambar (m) loop benang dikeluarkan menuju tunnel; gambar (n)
simpul girth hitch pada trailing haptic; gambar (o) implantasi LIO pada
bilik mata belakang
Dikutip dari: RS Mata Cicendo
4

Pemeriksaan refraksi objektif dengan autorefraktometer mata kanan didapatkan S-


0.25 C-0.50x170 dan mata kiri S+10.75 C-0.50x177. Pemeriksaan refraksi subjektif
didapatkan OD : Plano = 1.0 dan OS : S+10.00 = 0.16. Pemeriksaan penunjang
dengan IOL Master OD mode phakic didapatkan hasil panjang aksial 24.25mm,
K1 : 42.01D, K2 : 42.82D, white-to-white value : 12.9mm, DK : -0.81. Hasil
pemeriksaan IOL Master OS dengan mode aphakia didapatkan hasil panjang
aksial 24.39mm, K1 : 42.06 D, K2 : 42.88D, white-to-white value : 12.7 mm, DK
: -0.82. Pengukuran power LIO OS didapatkan +20.0 D dengan target koreksi -
0.47 menggunakan konstanta 118.4 rumus SRK-T. Pemeriksaan biomikroskopi
spekular OD menunjukkan hasil variabilitas ukuran 29%, densitas sel 2334/mm2
dan heksagonalitas 70%. Pemeriksaan biomikroskopi spekular OS menunjukkan
hasil variabilitas ukuran 34%, densitas sel 2900/mm2 dan heksagonalitas 54%.
Pasien didiagnosis dengan Afakia OS + Commotio Retina OS + Attached Retina
OS + Vitrectomized Eye OS dan direncanakan untuk menjalani tindakan
Implantasi LIO Fiksasi Sklera + Angkat Jahitan Kornea OS +/- Back Up Canule
OS, serta dikonsulkan ke Unit Vitreoretina PMN RS Mata Cicendo.

Pada tanggal 3 Februari 2022, pasien dilakukan tindakan Implantasi LIO


Fiksasi Sklera OS + Angkat Jahitan Kornea OS + Back Up Canule OS dalam
sedasi. Setelah dilakukan anestesi, pasien dilakukan tindakan aseptik dan
antiseptik serta pemasangan drape steril dan spekulum mata pada mata kiri.
Gambar 2.2 (a) menunjukan pembentukan peritomi dasar sklera pada arah jam 3
dan 9 serta tunnel pada arah jam 1. Setelah itu dilakukan tindakan grooving pada
bare sklera bagian nasal seperti gambar (b) dan side port dibuat pada kornea regio
temporal seperti pada gambar (c).

Pertama dilakukan sklerotomi menggunakan jarum lurus dengan benang


polypropylene 10.0 melalui grooving sklera bagian nasal menuju bilik mata
belakang kemudian jarum diraih dan dimasukan kedalam lumen gauge No.27
melalui side port bagian temporal menuju bilik mata depan seperti pada gambar
2.2 (d) dan (e). Jarum yang telah diraih oleh gauge ditarik keluar dari side port
seperti pada gambar 2.2 (f). Selanjutnya jarum dimasukan kembali melalui side
5

port pada sisi yang sama dan dimasukan kembali pada lumen gauge melalui
sklerotomi pada sisi grooving yang berlawanan sehingga terbentuk double arm
suture dengan loop benang berada pada side port bagian temporal seperti pada
gambar 2.2 (g) dan (h). Bagian loop benang kemudian dikeluarkan menuju tunnel
untuk disimpul dengan teknik girth hitch pada leading haptic LIO jenis 3-piece
yang sudah dilakukan kauterisasi pada ujung haptic seperti pada gambar (i)-(k).
Kauterisasi bertujuan agar ujung haptic terbentuk seperti kepala jamur untuk
menahan ikatan benang sehingga tidak mudah lepas. Setelah kedua ujung haptic
terfiksasi seperti pada gambar 2.2 (n), LIO kemudian ditanam pada bilik mata
belakang melalui tunnel dengan leading haptic dimasukan terlebih dahulu seperti
pada gambar 2.2 (o). Optik LIO diposisikan secara sentral dengan posisi haptic
horizontal. Kemudian kedua ujung benang pengait disimpulkan pada grooving
temporal dan nasal. Operasi diakhiri dengan penjahitan pada kedua flap
konjungtiva serta tunnel sebanyak satu jahitan menggunakan benang ethylon 10.0.
Pasien mendapatkan terapi levofloxacin enam kali per hari OS, prednisolone asetat
1% enam kali per hari OS, dan ciprofloxacin 2x500mg.

Gambar 2.3 Foto klinis mata kiri Tn. N usia 28 tahun. Segmen anterior mata kiri satu
hari pasca operasi.
Dikutip dari: RS Mata Cicendo

Pada pemeriksaan oftalmologis satu hari pasca operasi didapatkan visus mata
kiri 0.08 pinhole tetap, tekanan bola mata dengan Non Kontak Tonometri 10mmHg,
tampak injeksi siliar, perdarahan subkonjungtiva, tunnel kedap dengan satu jahitan
intak, terdapat edema kornea minimal dengan lipat descemet, bilik mata depan Van
Herick Grade III dengan flare/cell +2/+2, dan pupil dilatasi dengan bentuk
irregular. Posisi LIO terletak pada bilik mata belakang kesan terletak di sentral dan
6

tidak didapatkan adanya ekspose jahitan sklera. Pemeriksaan segmen posterior


mata kiri masih didapatkan retina pucat pada sekitar polus posterior dengan retina
attached. Pasien didiagnosis dengan Pseudophakia OS + Commotio Retinae OS +
Attached Retina OS + Vitrectomized Eye OS. Terapi pasca operasi dilanjutkan
sampai perencanaan kontrol berikutnya.

Gambar 2.4 Foto klinis mata kiri Tn. N usia 28 tahun pada tanggal 11 Februari 2022
Segmen anterior mata kiri satu minggu pasca operasi.
Dikutip dari: RS Mata Cicendo

Pemeriksaan oftalmologis satu mingu pasca operasi visus mata kiri 0.08 pinhole
0.32, tekanan bola mata dengan Non Kontak Tonometri 18mmHg, tampak injeksi
siliar minimal, tunnel kedap dengan satu jahitan masih intak, bilik mata depan Van
Herick Grade III dengan flare/cell +1/+1, pupil masih tampak dilatasi dengan
bentuk irregular. Posisi LIO berada pada bilik mata belakang kesan desentrasi
kearah inferonasal dan tidak didapatkan adanya ekspose jahitan sklera. Terapi
prednisolone asetat 1% dilakukan tapering off dan antibiotik tetes dilanjutkan untuk
satu minggu. Pasien disarankan untuk kontrol tiga minggu kemudian.
Pemeriksaan oftalmologis satu bulan pasca operasi didapatkan visus mata kiri
0.08 pinhole 0.4, tekanan bola mata dengan Non Kontak Tonometri 13mmHg,
pemeriksaan segmen anterior didapatkan tunnel kedap dengan jahitan longgar,
bilik mata depan Van Herick Grade III dengan flare/cell -/-, tampak pupil masih
dilatasi dengan bentuk irregular. Posisi LIO tampak desentrasi kearah inferonasal
dengan kesan tepi optik superior LIO tilting dan tidak didapatkan adanya ekspose
jahitan sklera. Pemeriksaan segmen posterior didapatkan retina attached. Pada
7

pemeriksaan refraksi objektif menggunakan autorefraktometer didapatkan mata


kanan S-0.25 C-0.50x173 dan mata kiri S-3.00 C-5.50x10. Pada pemeriksaan
refraksi subjektif didapatkan hasil OD : Plano = 1.0 dan OS : S-2.50 C-3.00x10 =
0.32 PH 0.4. Pasien kemudian dilakukan pengangkatan jahitan longgar dan
disarankan kontrol satu minggu kemudian untuk dilakukan koreksi maksimal pada
mata kiri.

a b

Gambar 2.5 Foto klinis mata kiri Tn. N usia 28 tahun pada tanggal 4 Maret 2022
Segmen anterior mata kiri satu bulan pasca operasi. Gambar (a) posisi
LIO kesan desentrasi ke inferonasal dan tilting pada optik LIO;
gambar (b) jahitan tunnel longgar
Dikutip dari: RS Mata Cicendo

Pemeriksaan oftalmologis lima minggu pasca operasi didapatkan visus mata


kiri 0.08 pinhole 0.32, tekanan bola mata dengan Non Kontak Tonometri
19mmHg, pemeriksaan segmen anterior didapatkan tunnel kedap, bilik mata depan
Van Herick Grade III dengan flare/cell -/-, tampak pupil masih dilatasi dengan
bentuk irregular. Posisi LIO berada pada bilik mata belakang, masih tampak
desentrasi kearah inferonasal dengan kesan tepi optik superior LIO tilting dan
tidak didapatkan adanya ekspose pada jahitan sklera. Pemeriksaan segmen
posterior didapatkan retina attached. Pemeriksaan pentacam mata kiri pasien
memperlihatkan kesan adanya desentrasi pada LIO. Pemeriksaan refraksi objektif
menggunakan autokeratometri didapatkan mata kanan S-2.50 C-0.50x130 dengan
nilai R1 : 42.25, R2 : 42.75 dan mata kiri S-4.75 C-5.50x10 dengan nilai R1 : 42.25
dan R2 : 43.50. Hasil koreksi OD : Plano = 1.0 dan OS : S-3.00 C-4.00x10 = 0.4F.
Koreksi tajam penglihatan dekat dengan addisi +3.00 terpasang pada mata kiri
8

didapatkan 0.8M/30cm dan pasien merasa lebih nyaman saat membaca. Pasien
didiagnosa dengan Pseudophakia OS + Astigmatisme Myopia Compositus OS +
Attached Retina OS + Vitrectomized Eye OS dan diberikan tatalaksana kacamata
progresif.

a b

Gambar 2.6 Hasil pemeriksaan mata kiri Tn. N usia 28 tahun 11 Maret 2022.
Gambar (a) dan (b) segmen anterior mata kiri. Gambar (c) hasil
pentacam mata kiri
Dikutip dari: RS Mata Cicendo

III. Pembahasan
Katatak yang terjadi akibat trauma tajam maupun tumpul dapat disertai dengan
robekan pada kapsul lensa, kerusakan pada struktur iris dan serat zonula.
Tatalaksana katarak traumatika dapat dilakukan dengan ekstraksi lensa dengan atau
tanpa implantasi LIO bergantung pada kondisi kapsul lensa dan segmen anterior
yang menyertai seperti iridodonesis, iridodialisis, serta kemungkinan kelemahan
zonular yang menyebabkan fakodonesis. Apabila terdapat kondisi penyulit yang
cukup berat implantasi LIO dapat ditunda dan mata pasien ditinggalkan afakia
pasca operasi katarak.1,3 Pasien datang pertama kali ke unit Katarak dan Bedah
Refraktif dengan riwayat trauma tumpul pada mata kiri yang melibatkan kerusakan
9

lensa. Pasien telah dilakukan pengangkatan lensa namun tidak dilakukan implantasi
LIO pasca operasi katarak di rumah sakit tempat pasien berobat sebelumnya.

Gambar 3.1 Ilustrasi implantasi LIO fiksasi sklera dengan jahitan teknik ab
externo
Dikutip dari: Bhutto 20186

Implantasi LIO dapat dilakukan pada bilik mata belakang dengan cara fiksasi in
the bag, sulkus, iris, sklera dan implantasi LIO pada bilik mata depan. Pilihan
terbaik implantasi LIO pada bilik mata belakang dengan dukungan kapsul yang
adekuat adalah fiksasi in the bag dan sulkus, namun apabila didapatkan dukungan
kapsul yang tidak adekuat implantasi LIO dapat dilakukan dengan cara fiksasi iris,
sklera atau bilik mata depan. Syarat implantasi LIO fiksasi in the bag dan sulkus
diantaranya terdapat sisa kapsul perifer 180 derajat dengan setidaknya setengah
kuadran berada pada kuadran inferior dengan zonula yang intak. Jika syarat tersebut
tidak dapat terpenuhi maka dapat dilakuakan fiksasi pada iris posisi anteropupil
maupun retropupil dengan syarat adanya pergerakan pupil yang normal, kedalaman
bilik mata depan minimal 3mm, integritas iris yang baik minimal 270 derajat,
diameter pupil kurang dari 6mm, rigiditas yang baik, dan tidak terdapat vitreus pada
bilik mata depan. Apabila implantasi LIO fiksasi in the bag, sulkus dan iris tidak
dapat dilakukan fiksasi sklera dapat menjadi pilihan. Hasil pemeriksaan mata kiri
pasien saat pertama kali datang didapatkan afakia tanpa adanya kapsul lensa,
10

dilatasi pupil menetap berukuran 7.3x7.5mm dengan bentuk irregular, iris atrofi
360 derajat dan iridodenensis.3,4,7,8 Dari hasil pemeriksaan tersebut kondisi mata
kiri pasien tidak memungkinakan untuk dilakukan implantasi LIO baik fiksasi in
the bag, sulkus maupun iris sehingga dipilih tindakan implantasi LIO fiksasi sklera
pada mata kiri pasien.

Gambar 3.2 Ilustrasi teknik simpul girth hitch. Gambar (a) ujung pada loo
benangdilipat kedalam ; gambar (b) ujung haptic dimasukan pada
kedua lubang pada simpul; gambar (c) benang ditarik untuk
mengencangkan simpul
Dikutip dari: Seki, 20179

Indikasi implantasi LIO fiksasi sklera diantaranya ruptur kapsul lensa luas,
adanya dekompensasi kornea, subluksasi LIO, subluksasi lensa kristalina dan
kondisi struktur iris atau serat zonula yang tidak adekuat. Kontraindikasi relatif
pemasangan LIO fiksasi sklera diantaranya penipisan sklera, skleritis, uveitis,
glaukoma, dan kondisi patologis pada retina. Prinsip utama teknik fiksasi sklera
adalah implantasi LIO pada bilik mata belakang dengan cara mengaitkan haptic
LIO pada sklera. Teknik implantasi LIO fiksasi sklera dapat dilakukan dengan atau
tanpa jahitan. Implantasi LIO fiksasi sklera dengan jahitan dapat dilakukan dengan
teknik ab externo. Teknik ab externo dimulai dengan membuat dua flap sklera 180
derajat secara berlawanan 2mm dari limbus pada meridian horizontal dan tunnel
sklera pada arah jam 12. Selanjutnya dilakukan sklerotomi pada salah satu flap
menuju bilik mata belakang dan diraih menggunakan gauge No.27 yang dimasukan
melalui flap sisi berlawanan menuju bilik mata depan seperti pada gambar 3.1 (a).
11

Jarum lurus yang telah diraih oleh gauge kemudian ditarik keluar. Langkah tersebut
diulang namun dari arah berlawanan sehingga terbentuk double arm suture. Bagian
tengah benang kemudian ditarik keluar melalui tunnel sklera dan dipotong menjadi
dua bagian seperti pada gambar 3.1 (b). Masing-masing sisi benang kemudian
disimpulkan pada kedua lubang haptic LIO jenis 3- piece seperti pada gambar 3.1
(c). Setelah haptic terikat oleh benang, LIO kemudian diimplantasikan pada bilik
mata belakang melalui tunnel dengan haptic diposisikan secara horizontal. Prosedur
diakhiri dengan penjahitan tunnel dan flap seperti pada gambar 3.1 (d). Salah satu
teknik simpul untuk mengikat haptic LIO adalah dengan teknik girth hitch. Teknik
tersebut dikenal juga sebagai teknik cow hitch. Teknik simpul tersebut dilakukan
dengan cara pertama ujung loop benang dilipat kedalam hingga membentuk dua
lubang seperti pada gambar 3.2 (a) kemudian ujung haptik dimasukan kedalam
lubang simpul seperti pada gambar 3.2 (b), setelah itu bagian benang yang panjang
ditarik untuk mengencangkan simpul.3,5,10
Saat ini telah banyak berkembang teknik fiksasi sklera tanpa jahitan. Salah satu
teknik fiksasi sklera tanpa jahitan adalah glued teknik yang diperkenalkan oleh
Agarwal. Teknik tersebut menggunakan lem fibrin sebagai media fiksasi haptic
pada sklera. Yamane pada tahun 2017 mengembangkan teknik yang dikenal sebagai
teknik flanged IOL fixation. Modifikasi teknik ini berupa membuat ujung haptic
LIO 3-piece berbentuk flange atau seperti kepala jamur dengan cara kauterisasi.
Pada tahun 2019 Canabrava dkk mengembangakan teknik Yamane yang dikenal
sebagai fiksasi sklera four flanged tanpa jahitan. Teknik tersebut menggunakan
benang polypropylene 5.0 sebagai media fiksasi pada sklera dengan membentuk
empat flange dan menggunakan single piece foldable LIO. Hingga saat ini belum
ada penelitian yang membuktikan superioritas atau keunggulan dari masing-masing
teknik yang telah disebutkan.9,11,12
Ganekal dkk melaporkan tidak ada perbedaan pada hasil tajam penglihatan akhir
antara pasien yang dilakukan implantasi LIO fiksasi sklera dengan jahitan dan
teknik tanpa jahitan. Penelitian retrospektif yang dilakukan oleh Yu dkk
melaporkan 84% pasien yang dilakukan implantasi LIO fiksasi sklera memiliki
peningkatan tajam penglihatan dengan hasil koreksi tajam penglihatan terbaik
12

0.3±0.25. Marianelli dkk melaporkan tidak ada perbedaan pada nilai spherical
equivalent (SE) dan nilai cylinder antara pasien yang dilakukan implantasi LIO
fiksasi sklera dengan jahitan dan tanpa jahitan dengan nilai SE -1.89±1.64 dan nilai
cylinder -3.36±1.86 pada kelompok dengan jahitan.4,5,12 Tajam penglihatan pasien
meningkat pasca dilakukan tindakan dengan hasil koreksi akhir satu bulan pasca
operasi OS : S-3.00 C-4.00x10 didapatkan tajam penglihatan terbaik mata kiri 0.4
sehingga prognosis quo ad functionam pada pasien ini adalah dubia ad bonam.
Shen dkk dalam penelitiannya membagi komplikasi pasca implantasi LIO fiksasi
sklera yaitu komplikasi jangka pendek dan komplikasi jangka panjang. Komplikasi
jangka pendek diantaranya dislokasi LIO, tilting LIO, IOL capture, dislokasi
haptic, hifema, inflamasi, peningkatan tekanan intraokular, edema kornea, serta
ekspose pada jahitan. Sedangkan komplikasi jangka panjang yang dapat timbul
adalah erosi pada benang yang dapat menimbulkan peradangan, uveitis, edema
makula cystoid, ablasio retina dan endoftalmitis. Terdapat beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi risko terjadinya tilting dan desentrasi pada LIO pasca operasi
katarak diantaranya panjang axial, ukuran kapsulotomi intraoperasi, jenis LIO, dan
riwayat operasi vitrektomi. Penelitian yang dilakukan oleh Gangwani dkk
melaporkan LIO jenis hidrofilik dan hidrofobik memiliki hasil yang sama dalam
menjaga kestabilan posisi LIO. Chen dkk melaporkan tidak terdapat korelasi antara
penggunaan LIO jenis 1-piece dan 3-piece dengan kejadian desentrasi dan tilting
LIO pasca operasi katarak, namun pada penelitiannya Chen dkk melaporkan
terdapat korelasi antara riwayat operasi vitrektomi dengan kejadian tilting dan
desentrasi LIO, hal tersebut juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tan
dkk yang melaporkan terdapat risiko terjadinya tilting LIO sebesar lebih dari 7
derajat dan desentrasi LIO lebih dari 0.4mm pada kelompok pasien yang telah
menjalani vitrektomi pasca implantasi LIO. Faktor risiko terjadinya desentrasi dan
tilting LIO pada pasien ini dapat disebabkan oleh riwayat vitrektomi sebelumnya,
hal tersebut dapat disebabkan oleh tidak adanya dukungan dari vitreus sehingga
LIO dapat dengan mudah bergeser. 3,14,15
Komplikasi berupa desentrasi dan tilting pada LIO dilaporkan dapat
menginduksi astigmat pasca tindakan implantasi LIO fiksasi sklera. Penelitian yang
13

dilakukan oleh Atik dkk melaporkan terdapat 64.9% tilting terjadi secara horizontal
pada pasien pasca implantasi LIO fiksasi sklera yang menginduksi astigmat dengan
nilai cylinder -2.02±1.75. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Tokuhisa dkk yang melaporkan terdapat hubungan antara tilting LIO dengan
nilai kelaian refraksi pada pasien pasca implantasi LIO fiksasi sklera. Tokuhisa dkk
melaporkan tilting LIO lebih dari 10 derajat memiliki efek yang signifikan dalam
mempengaruhi nilai kelainan refraksi.4,5,13,16 Pada pasien ini ditemukan adanya
desentrasi dan tilting pada LIO satu bulan paska operasi dengan nilai cylinder -5.50
satu bulan pasca operasi.

IV. Simpulan
Pada kondisi dimana implantasi LIO tidak dapat dilakukan dengan fiksasi in the
bag, sulkus, dan iris implantasi LIO fiksasi sklera dapat menjadi alternatif pilihan.
Pasien pada kasus ini memiliki kondisi kapsul lensa dan iris yang tidak adekuat
sehingga dilakukan implantasi LIO fiksasi sklera dengan jahitan teknik Girth Hitch.
Faktor risiko terjadinya komplikasi desentrasi dan tilting pada LIO pasca tindakan
salah satunya adalah riwayat operasi vitrektomi sebelumnya. Salah satu efek yang
dapat ditimbulkan akibat tilting LIO adalah astigmatisme seperti yang terjadi pada
pasien ini.
DAFTAR PUSTAKA
1. Pandey A. Traumatic Cataract. OR. 2017 Jan 10;7(1):1–8.
2. Wagoner MD, Cox TA, Ariyasu RG, Jacobs DS, Karp CL. Intraocular lens
implantation in the absence of capsular support. Ophthalmology. 2017
Apr;110(4):840–59.
3. Shen JF, Deng S, Hammersmith KM, Kuo AN, Li JY, Weikert MP, et al. Intraocular
Lens Implantation in the Absence of Zonular Support: An Outcomes and Safety
Update. Ophthalmology. 2020 Sep;127(9):1234–58.
4. Chan TCY, Lam JKM, Jhanji V, Li EYM. Comparison of Outcomes of Primary
Anterior Chamber Versus Secondary Scleral-Fixated Intraocular Lens Implantation
in Complicated Cataract Surgeries. American Journal of Ophthalmology. 2015
Feb;159(2):221-226.e2.
5. Yu T, Yu M, Wu W, Wu X, Xiao S, Mao J, et al. Outcomes and Complications of
Sutured Scleral-Fixated Foldable Intraocular Lens Implantation: A Retrospective
Study of 5-Year Follow-Up. Figus M, editor. Journal of Ophthalmology. 2021 Jul
16;2021:1–8.
6. Bhutto IA, Kazi GQ, Mahar PS, Qidwai UA. Visual outcome and complications in
Ab-externo scleral fixation IOL in aphakia in pediatric age group. Pak J Med Sci
7. Thulasidas M. Retropupillary Iris-Claw Intraocular Lenses: A Literature Review.
OPTH. 2021 Jun;Volume 15:2727–39.
8. Mehta R, Aref A. Intraocular Lens Implantation In The Ciliary Sulcus: Challenges
And Risks. OPTH. 2019 Nov;Volume 13:2317–23.
9. Narang P, Agarwal A. Glued intrascleral haptic fixation of an intraocular lens.
Indian J Ophthalmol. 2017;65(12):1370.
10. Seki M, Yamamoto S, Abe H, Fukuchi T. Modified ab externo method for
introducing 2 polypropylene loops for scleral suture fixation of intraocular lenses.
Journal of Cataract and Refractive Surgery. 2017 Sep;39(9):1291–6.
11. Canabrava S, Canêdo Domingos Lima AC, Ribeiro G. Four-Flanged Intrascleral
Intraocular Lens Fixation Technique: No Flaps, No Knots, No Glue. Cornea. 2020
Apr;39(4):527–8.
12. Nowomiejska K, Haszcz D, Onyszkiewicz M, Choragiewicz T, Czarnek-Chudzik
A, Szpringer-Wabicz A, et al. Double-Needle Yamane Technique Using Flanged
Haptics in Ocular Trauma—A Retrospective Survey of Visual Outcomes and
Safety. JCM. 2021 Jun 9;10(12):2562.
13. Marianelli BF, Mendes TS, de Almeida Manzano RP, Garcia PN, Teixeira IC.
Observational study of intraocular lens tilt in sutureless intrascleral fixation versus
standard transscleral suture fixation determined by ultrasound biomicroscopy. Int J
Retin Vitr. 2019 Dec;5(1):33.
14. Chen X, Gu X, Wang W, Xiao W, Jin G, Wang L, et al. Characteristics and factors
associated with intraocular lens tilt and decentration after cataract surgery. J
Cataract Refract Surg. 2020 Aug;46(8):1126–31.
15. Tan X, Liu Z, Chen X, Zhu Y, Xu J, Qiu X, et al. Characteristics and Risk Factors
of Intraocular Lens Tilt and Decentration of Phacoemulsification After Pars Plana
Vitrectomy. Trans Vis Sci Tech. 2021 Mar 24;10(3):26.
16. Tokuhisa T, Watanabe T. Refractive Error Induced by Intraocular Lens Tilt After
Intrascleral Intraocular Lens Fixation. Int J Oph 2022 Jan:17(2).

14

You might also like