You are on page 1of 25
Ji. Kramat Raya 64, Jakarta 10420 “Ketahuilah para Bhikkhu bahwa a Dilahirkan, Yang Tidak mménlelniat Vang Tidak Mutlak, maka tidak akan mungkin kita dapat bebas dari kelal ra penjelmaan, pembentukan, Ppemunculan dari sebab yang lalu. Tetapi para Bhikkhu, karena ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak, maka ada kemungkinan untuk bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu” (1) Ungkapan di atas adalah pernyataan dari Sang Buddha yang terdapat dalam Sutta Pitaka, Udana VIII:3, yang merupakan konsep Ketuhanan Yang Mahaesa dalam agama Buddha. Ketuhanan Yang Mahaesa dalam bahasa Pali’ adalah ‘Atthi_Ajatamy Abhutam, Akatam Asamkhatam” yang artinya - “Suatu Yang Tidaly Dilahirkan, Tidak Dijelmakan, Tidak Diciptakan dan Yang Mutlak” =) lak Dalam hal ini, Ketuhanan Yang Mahaesa adalah suatu yang tanpa aku {anatta) yang tidak dapat dipersonifikasikan dan yang tidak dapat digambarkan dalam bentuk apapun. Tetapi dengan adanya Yang Mutlak, yang tak berkondisi (asamkhata) maka manusia yang berkondisi (samkhata) dapat mencapai kebebasan dari lingkaran kehidupan (samsara) dengan cara bermeditasi a, Dengan membaca konsep Ketuhanan Yang Mahaesa ini, kita dapat melihat bahwa konsep Ketuhanan dalam agama Buddha adalah berlainan dengan konsep Ketuhanan yang diyakini oleh agama-agama lain. Perbedaan konsep tentang Ketuhanan ini perlu ditekankan disini, sebab masih banyak umat Buddha yang mencampuradukkan konsep Ketuhanan menu agama Buddha dengan konsep Ketuhanan menurut agama-agama_ Sehingga banyak umat Buddha yang menganggap bahwa k Ketuhanan dalam agama buddha adalah sama dengan konsep | lam agama-agama lain, Hal inilah yang menjadi dasar p ES jaran agama Buddha seperti yang terda ee bukan hanya konsep Ketuhanan yang ber ee Ketuhanan dalam agama lain, tetapi banyak ko tidak sama pula Konsep-konsep agama Buddha yang konsep-konsep dari agama lain antara lain adalah k, - Alam semesta, Kejadian bumi dan manusia, Kehid eavaie di alam semesta, Kiamat, Keselamatan atau Keboh dan Dhammaniyama. 1. ALAM SEMESTA. Menurut pandangan Buddhis, alam semesta ini luas sekali. Dalam alam semesta terdapat banyak tata surya yang jumlahnya tidak dapat dihit Hal ini diterangkan oleh Sang Buddha sebagai jawaban atas pertanyaan Bhikkhu Ananda dalam Anguttara Nikayaisebagai berikut - “Ananda, apakah kau pernah mendengar tentang seribu Cula loka dhatu (tata surya kecil) ? ... Ananda, sejauh matahari bulan berrotasi pada Garis orbitnya, dan sejauh Pancaran sinar matahari dan bulan di angkasa, sejauh itulah luas seribu tata surya. Di dalam seribu tata sur seribu Sineru, seribu Uttarak di ya terdapat seribu matahari, seribu bulan, Jambudipa, seribu Aparayojana, seril uru, seribu Pubbavidehana ... Inilah, Ananda, ye Hpamakan seribu tata surya kecil (sahassi culanika lokadhatu). - Ananda, seribu kali Sahassa culanika lokadhatu dina v ahassa maj ijhimanika lokadhatu”. Ananda, seribu ke ssa majjhimanika lokadhatu dinamakan “ i lokadhatu”, isah, --memperdenga nanda, bilamana Sang Tathagata mau, mak atkan Suara-Nya sampai terd. “atu, ataupun melebihi itu ee Sesuai dengan kutipan di atas, di dalam h i majjhimanika — lokadhatu terdapat 1.000 X 1,000 = 1 000000 Cae dalam Tisahassi Mahasahassi lokadhatu terdapat 1,000,000 X 1.000 = 1,000.000.000 tata surya. Alam semesta bukan hanya terbatas pada satu milyar tata surya saja, tetapi masih melampauinya lagi. 1. KEJADIAN BUMI DAN MANUSIA. Terjadinya bumi dan manusia merupakan konsep yang unik pula dalam agama Buddha, khususnya tentang manusia pertama yang muncul di bumni kita ini, bukanlah hanya seorang atau dua orang, tetapi banyak. Tetapi gkan. ah ini hanya uraian dari Agganna Sutta yang akan diteran: “Vasettha, terdapat suatu saat, cepat atau lambat, setelah suatu masa yang lama sekali, ketika dunia ini hancur. Dan ketika hal ini terjadi, umumnya makhluk-makhluk terlahir kembali di Abhassara (alam cahaya); di sana mereka hidup dari ciptaan batin (mano maya), diliputi kegiuran, memiliki tubuh yang bercahaya, melayang-layang di angkasa, hidup dalam kemegahan. Mereka hidup demikian dalam masa yang lama sekali. Pada waktu itu (bumi kita ini) semuanya terdiri dari air, gelap gulita. Tidak ada matahari atau bulan yang nampak, tidak ada bintang- bintang maupun konstelasi-konstelasi yang kelihatan, siang maupun malam belum ada, laki-laki maupun wanita belum ada. Makhluk-makhluk hanya dikenal sebagai makhluk-makhluk saje Vasettha, cepat atau lambat setelah suatu masa yan: yi makhluk-makhluk tersebut, tanah dengai ama seperti bentuk- nase miliki warna, bau dan rasa. Sama nah sh murni, demikianlah warna tanah itu: By Psion murni, demikianlah manis tanah itu, madu ettha, diantara makhluk-makhluk yang merpj kah (lolojatiko) berkata : “O apakah ini e Dan mengill rg itu dengan jarinya. Dengan mencicipinya, maka ia dif oleh sari itu, dan nafsu keinginan masuk dalam dirinya, Makhluk-makhluk lainnya mengikuti contoh perbuatany mencicipi sari tanah itu, dengan jari-jari ... makhluk-makhluk j mulai makan sari tanah, memecahkan gumpalan-gumpalan tanah tersebut dengan tangan mereka. Kemudian, Vas Dan dengan melakukan hal ini, cahaya tubuh makhluk-mal itu lenyap. Dengan lenyapnya cahaya tubuh mereka, matahari, bulan, bintang-bintang dan konselasi-konstelasi namp .. siang dan malam terjadi. Demikianlah, Vasettha, sejauh itu bumi terbentuk kembali Vasettha, selanjutnya makhluk-makhluk itu menikmati sari tanah, memakannya, hidup dengannya, dan berlangsung demikian dalam masa yang lama sekali. Berdasarkan atas takaran yang mereka makan itu, maka mereka menjadi padat, dan terwujudlah berbagai macam bel tubuh. Sebagian makhluk memiliki bentuk tubuh yang indahd sebagian makhluk memiliki bentuk tubuh yang buruk. Dan karena keadaan ini, maka mereka yang memiliki pena atch memandang rendah mereka yang memilil est ne buruk ... maka sari tanah itupun lenyap «.. “nvaP ... muncullah tumbuhan dari tanah (bhumi Cara tumbuhnya seperti Perti cend: mendapatkan makanan, hi it acne Fe disthert ae ‘ j Sementara mereka bangga akan keindahan dir mereka, | 2 menjadi sombong dan congkak, maka turmbuhan ae dari tanah itupun lenyap. Selanjutnya tumbuhan menjalar (badalata) muncul ... warnanya seperti dadi susu atau mentega murni, manisnya seperti madu tawon murni. Mereka menikmati, mendapatkan makanan dan hidup dengan tumbuhan menjalar itu ... maka tubuh mereka menjadi lebih padat ; dan perbedaan bentuk tubuh mereka nampak lebih jelas * sebagian nampak indah dan sebagian nampak buruk. Dan karena keadaan ini, maka mereka yang memiliki bentuk tubuh indah memandang rendah mereka yang memiliki bentuk tubuh Sementara mereka bangga akan keindahan tubuh mereka sehingga menjadi sombong dan congkak, maka tumbuhan menjalar itupun lenyap. Kemudian, Vasettha, ketika tumbuhan menjalar lenyap ... muncullah tumbuhan padi (sali) yang masak di alam terbuka, tanpa dedak dan sekam, harum, dengan bulir-bulir yang bersih. Pada sore hari, mereka mengumpulkan dan membawanya untuk makan malam, pada keesokan paginya padi itu telah tumbuh dan masak kembali. Bila pada pagi hari mereka mengumpulkan dan membawanya untuk makan siang, maka pada sore hari padi tersebut telah tumbuh dan masak kembali, demikian terus menerus padi itu muncul. _ Vasettha, selanjutnya makhluk-makhluk itu menikmati padi (masak) alam terbuka, mendapatkan makanan dan hidup n padi tersebut, dan hal ini berlangsung ikial karan yang mereka nikmati dan Becks tumbuh lebih padat, dan p aka tubuh meek ih jelas, Bagi wanita ee buh ‘ood ‘auninga) dan bagi laki-laki nampak eye urisalinga). Wanita sangat memperhatikan tentang kead ki-laki pun sangat memperhatikan keadaan saling memperhatikan keadaan diri satu terlalu ak, maka timbullah nafsu indria yang membalae 4 Saal Den sebagai akibat adanya nafsu indria tersebut, meg melakukan hubungan kelamin. Kemudian Jaki, dan lal a mereka Vasettha, ketika makhluk-makhluk lain melihat mereka hubungan kelamin ... dst... dst ...” (3) 3. KEHIDUPAN MANUSIA DI ALAM SEMESTA. Di kelangan masyarakat dan karena pengaruh pandangan atau aja dari agama-agama lain, banyak orang menganggap bahwa kehidup manusia di dunia ini hanya sekali saja. Pandangan ini berbeda sekali dengan agama Buddha, karena dalam Digha Nikaya, Brahmajala Sutta, Sang Buddha menerangkan tentang ke - manusia yang telah hidup berulang-ulang kali yang dapat berdasarkan pada kemampuan batin yang dihasilkan oleh meditasi. Sang Buddha mengatakan bahwa “ada beberapa pertay i pa dan brahmana yang disebabkan “Seal fekad, kesungguhan dan kewaspadaan berme mengin ee pikirannya, batinnya, menjadi tena 5,10 oA mae kehidupannya yang lampau pad kehidupan ee. 50, 100, 1.000, beberapa ribu atau F t a g lampau ... 1, 2, 3, 4, 5, 10 ‘ peevollsis + 20, 30, sampai 40 kali masa‘ bur (Tetapi) Tathagata telah menyadari dan mengetahui hal-hal lain yang lebih jauh daripada jan ka mereka tersebut "(4)" Pandangan-pandangan Telah kita ikuti di atas bahwa menurut pandangan Buddhis, kehidupan atau kelahiran manusia bukan baru sekali saja, tetapi telah berulang-ulang kali hidup di bumi ini dan juga hidup di bumi-bumi yang lain. Manusia atau makhluk hidup berpindah-pindah dari sebuah bumi ke bumni yang lain. Perpindahan kehidupan manusia dari sebuah bumi ke bumi yang lain disebabkan karena bumi yang dihuninya telah hancur leburatau kiamat, maka setelah kematiannya di bumi tersebut, ia terlahir di alam Abhassara (alam cahaya). Kelahiran di alam Abhasara ini dapat dicapai oleh orang yang melakukan meditasi ketenangan batin (samatha bhavana). Alam Abhassara adalah sebuah alam dari 31 alam kehidupan menurut kosmologi alam kehidupan Buddhis. Tentang 31 alam ini, lihatlah TABEL ALAM-ALAM KEHIDUPAN. Bila seseorang bermeditasi samatha bhavana hingga mencapai tingkat dhana Il, dan kalau orang tersebut meninggal dunia dalam kondisi meditasi pada Jhana II tersebut maka ia akan terlahir sebagai Brahma di alam Abhassara dan hidup dengan masa usia yang lama sekali. Dari ke 31 alam, kecuali lima alam Suddhavasa yaitu alam Aviha, Atappa, Sudassa, Sudassi dan Akanittha, adalah alam lokuttara (transenden) tempat kelahiran para Anagami(5) Anagami adalah manusia atau makhluk yang telah melenyapkan 5 belenggu (samyojana)..(6) dari 10 belenggu yang mengikat manusia. — Anagami adalah manusia atau makhluk suci (ariya pugala) dari n manusia suci menurut agama Buddha, yaitu : S ami, Anagami, dan Arahat. z F ai tingkat kesucian tertinggi (aral : t) jni, dan ia parinibbanna sebagai arahel lah berulang-ulang kali masuk kel iran manusia di salah sebuah alam, emasa hidupnya di sebuah alam, mnya t annya S 4. KIAMAT. bumi kita ini akan hancur lebur dan tiada. Tapi a ini atau kiamat, bukanlah merupakan S span kita. Sebab seperti apa yang telah diuraikan di atas, ee ini tetap berlangsung pula evolusi terjadinya bumi. Lagi, Fe eidupan manusia bukan hanya bumi kita ini saja, tetapi ada eet Jain yang terdapat dalam tata surya-tata surya yang tersebar dj semesta ini. suatu ketika a bumi kit Kiamat atau hancur leburnya bumi kita ini menurut Angutara Nikaya Sattakanipata diakibatkan oleh terjadinya musim kemarau yang lama sel Selanjutnya dengan berlangsungnya musim kemarau yang panjang i muncullah matahari yang kedua, lalu dengan berselangnya suatu ma yang lama, matahari ketiga mucul, matahari keempat, matahari kelima, matahari keenam, dan akhirnya muncul matahari ketujuh. Pada waktu matahari ketujuh muncul, bumi kita ini terbakar hingga debu dan lenyap bertebaran di alam semesta. a Bese kedua, ketiga dan lain-lain bukan berarti mate in itu tiba-tiba terjadi dan muncul di angkasa, tetapi matah matahari tersebut telah ada di eee ’ i al surya terdapat matahari is alam semesta kita ini. Dalam seta Menurut ilmu beredar rane bahwa setiap planet, tata surya, karena ban rbitnya masing-masing. Tetapi kita sé masa garis ae ta surya di alam semesta kita ini, Surya kita akan bersilangan der -surya lain, sehingga setelah masa yang lama ada tata surya yang yang bersilangan orbitnya dengan tata surya kita. Akhimya tata si ketujuh menyilangi garis orbit tata surya kita, sehi buah matahari menyinari bumi kita ini, 1 ean 7 Baiklah kita ikuti uraian tentang kiamat yang dikhotbah leh Sang Buddha kepada para Bhikkhu : irae vane “Bhikkhu, akan tiba suatu masa setelah bertahun-tahun, ratusan tahun, ribuan tahun, atau ratusan ribu tahun, tidak ada hujan. Ketika tidak ada hujan, maka semua bibit tanaman seperti bibit sayuran, pohon penghasil obat-obatan, pohon-pohon palem dan pohon-pohon besar di hutan menjadi layu, kering dan mati... Para Bhikkhu, selanjutnya akan tiba suatu masa, suatu waktu di akhir masa yang lama, matahari kedua muncul. Ketika matahari kedua muncul, maka semua sungai kecil dan danau kecil surut, kecil dan tiada .... Para Bhikkhu, selanjutnya akan tiba suatu masa, suatu waktu di akhir masa yang lama, matahari ketiga muncul. Ketika matahari ketiga muncul, maka semua sungai besar, yaitu sungai Gangga, Yamuna, Aciravati, Sarabhu dan Mahi, surut, kering dan tiada .... Para Bhikkhu, selanjutnya akan tiba suatu masa, suatu waktu di akhir masa yang lama, matahari keempat muncul. Ketika matahari keempat muncul, maka semua danau besar tempat bermuaranya Sungai-sungai besar, yaitu danau Anotatta, Shiapapata, Rathakara, Kannamunda, Kunala, Chaddanta dan Mandakini surut, kering, dan tiada .... Para Bhikkhu, selanjutnya akan tiba suatu masa, suatu waktu di akhir masa yang lama, matahari kelima muncul. Ketika matahari_ kelima muncul, maka air maha samudra surut 100 surut 200 yojana, 300 yojana, 400 yojana, 500 yojana, | in surut 700 yojana. Air maha samudra tersisa se pohon palem, enam, lima, empat, tiga, tang pohon palem. Selanjutn, ye geualem ca tinggi tujuh orang, enain (ie . -samudra Pe hanya sedalam tinggi seorang saja, lalu dala iga, dua, 02! gang, setinggi lutut, hingga airnya surut setingg rsa ta kaki, Para Bhikkhu, bagaikan di musimre Bedalam hujan dengan tetes air hujan yang po Eee atkan ada lumpur di bekas tapak-tapak kaki menga Aah dimana-mana air yang tersisa dari maha Be tegalken lumpur yang ada di bekas tapak-tapak kaki 1 jutnya akan tiba suatu masa, suatu waktu di akhi ee ycenam muncul. Ketika matahari keenam md ocala ini dengan gunung Sineru sebagai raja gunung-guny Jjuarkan, memuntahkan dan menyemburkan asap. Para Bhi eaten tungku pembakaran periuk yang mengeluarkan, memuntahkan dan menyemburkan asap, begitulah yang terjadi dengan bumi ini. Demikianlah, para Bhikkhu, semua bentuk (sankhara) apapun adalah tidak kekal, tidak abadi atau tidak tetap. Janganlah kamu merasa puas dengan, semua bentuk itu, itu menjijikkan, bebaskanlah diri kamu dari semua hal, Para Bhikkhu, selanjutnya akan tiba suatu masa, suatu waktu di akhir masa yang lama, matahari ketujuh muncul. Ketika matahari ketujuh muncul, maka bumi ini dengan gunung Sineru sebagai Taja gunung-gunung, terbakar, menyala berkobar-kobar, dan menjadi seperti bola api yang berpijar. Cahaya nyala kebakaran sampai terlihat di alam Brahma, demikian pula dengan debu asap dari bumi dengan gunung Sineru tertiup angin sampai ke alam Brahma. Bosian-bagian dari puncak gunung Sineru setinggi 1, 2, 3, 4,5 Tatus yojana terbakar, dan menyala ditaklukkan oleh amukan nyala E a Petkobar-kobar, hancur lebur. Disebabkan oleh nyala yang ada abe bumi dengan gunung Sineru hangus total tanpa yan, een abu yang tesisa, Bagaikan mentega atau minye! aii aa hangus tanpa sisa. Demikian pula bumi deng tersisa sama ans perbaker hingga bara maupun Jey : 5. KESELAMATAN ATAU KEBEBASAN. 7 cHe Konsep ini-pun sangat penting diperhatikan karena salah sebuah ajaré tae yang terpenting dari agama adalah tentang keselamatan atau kebebasan. Keselamatan atau kebebasan merupakan tujuan dari semua agama. Ada agama yang menjanjikan keselamatan bagi penganutnya yang akan didapatnya setelah berbuat kebaikan selama hidupnya dan bila penganut itu meninggal dunia, maka di akhirat ia akan mendapat pahalanya hidup di alam surga untuk selama-lamanya dan menikmati kebahagiaan yang tiada taranya. Tetapi bila orang melakukan perbuatan-perbuatan yang salah, buruk dan tidak terpuji, maka sesudah ia meninggal dunia, orang tersebut akan mendapat ganjaran yang menyedihkan di alam neraka. Demikianlah ajaran yang umum diketahui oleh masyarakat, termasuk umat Buddha. Menurut pandangan agama Buddha, pandangan yang menyatakan keselamatan yang dapat dinikmati setelah kematian adalah suatau pandangan yang spekulatif. Keselamatan menurut pandangan agama Buddha harus didasarkan pada akal dan pengalaman, seperti apa yang dikatakan oleh G.P Malalasekera bahwa : “Agama Buddha adalah ajaran empiris dan antimetafisika, dan tidak dapat menerima sesuatu yang tak dapat dialami oleh akal ataw pancaindera” . (8) Keselamatan atau kebebasan dapat dicapai dalam masa kehidupan kita sebagai manusia, dan kebebasan ini pun diketahui oleh orang bersangkutan pula, seperti apa yang disabdakan oleh Sang Buddha dalam Parinibbana Sutta : “Mengenai Bhikkhu Salba, O, Ananda, dengan melenyapke _ kekotoran-kekotoran batinnya selama hidupnya itu i memperoleh kebebasan batiniah dari noda, telah’ | an melalui kebijaksanaan, dan hal itu t ceniegnciteme n atau keselamatan, Sang ree aRpat dilaksanakan oleh setiap jalan telah ditunjukkan ini, kita dapat arang ini juga, seperti apa yang diuraikan ets, Digha Nikaya dan Majjhima Nikaya ju, ini adalah satu-satunya aa untuk makhluk- khluk, untuk mengatasi penderitaan duka Peraancurken kesusahan dan kesedihan, untuk en kebenaran, untuk mencapai Nibbana (nirvana), ‘adalah Empat Perkembangan Perhatian .... Para Bhikk Para Bhikkhu, bilamana seseorang melaksanakan sungguh-sungguh Empat Perkembangan Perhatian sepert) selama tujuh tahun, maka salah sebuah dari dua hasil yang dicapainya : Pengetahuan (Kesuciannya) pada kehidupan sekarang ini, atau jika masih ada bentuk ikatan tertentu, ia mencapai tingkat kesucian Anagami”. (10) # Empat Perkembangan Perhatian tidak dapat diuraikan secara terperind di sini. Bila ada yang mau mempelajari dan melaksanakannya dapat melihat langsung pada Satipatthana Sutta atau dalam Visuddhi Magga (The Path of Purification) (Jalan Kesucian). Empat Perkembangan Perhatian ini merupakan dasar dari meditast Vipassana yang didasarkan pada segala sesuatu yang bersyarat adalah tidak kekal (anicca), segala sesuatu yang bersyarat adalah ti smenyenangkan (dukkha), dan segala sesuatu yang bersyarat maupun ti bersyarat adalah tanpa aku atau jiwa yang kekal (anatta). Demikianlah beberapa pokok pembicaraan tentang ko a Buddha yang berbeda dengan konsep-konsep dari agama | Sesungguhnya masih banyak hal lagi yang perlu dibi ngan agama Buddha dengan agama-agama n agama Buddha dengan agama lain, | Sempatan yang akan datang. Selanjutnya, ada sebuah pokok uraian cea Buddha yang telah menyesatkan banyak penulis it D.M. Burns, M.D, dlls.. (11), tahingoa aaa ee mereka sebagai agama non-theis, Pandangan yang salah ini pada pernyataan Sang Buddha sendiri dalam Brahmajala Sutta, dimana Sang Buddha menolak Maha Brahma sebagai Tuhan, Pencipta, Maha Kuasa, dan seterusnya. Karena bilamana kita mengkaji secara cermat apa yang dinyatakan oleh Sang Buddha itu, maka kita akan mengerti apa yang dirnaksudkan oleh Beliau, sebab Maha Brahma yang dimaksud dalam Brahmajala Sutta adalah dewa Brahma yang salah mengerti tentang dirinya sendiri. Pernyataan Sang Buddha tersebut adalah sebagai berikut : “Para Bhikkhu, pada suatu masa yang lampau, setelah berlangsungnya suatu masa yang lama sekali, bumi ini belum ada. Ketika itu, umumnya makhluk-makhluk hidup di alam dewa Abhassara, disitu mereka hidup ditunjang oleh kekuatan pikiran, diliputi kegiuran, dengan tubuh yang bercahaya dan melayang- layang di angkasa hidup diliputi kemegahan, mereka hidup demikian dalam masa yang lama sekali. Demikianlah pada suatu waktu yang lampau ketika berakhimnya suatu masa yang lama sekali, bumi ini mulai berevolusi dalam pembentukan, ketika hal ini terjadi, alam Brahma kelihatan dan masih kosong. Ada makhluk dari alam dewa Abhassara yang “masa hidupnya” atau “pahala kamma baiknya” untuk hidup di alam itu telah habis, ia meninggal dari alam Abhassara itu dan terlahir kembali di alam Brahma. Di sini, ia hidup ditunjang pula oleh kekuatan pikirannya, diliputi kegiuran, dengan tubuh yang bercahaya-cahaya dan melayang-layang di angkasa, hidup diliputi kemegahan, ia hidup — demikian dalam masa yang lama sekali. Karena terlalu lama ia hidup sendirian disitu, maka muncullah rasa ketidakpuasan, juga muncul si “OQ Semoga ada makhluk lain yang datang dan hidup bersama saya di sini”. Pada saat itu ada makhluk lain yang disebabkan ‘oleh masa usianya atau pahala kamma baiknya telah habis, mereka meninggal di alam Abhassara dan terlahir kembali di alam Brahma sebagai pengikutnya, tetapi dalam banyak hal sama dengan dia. Para Bhikkhu, berdasarkan itu, maka makhluk pertama yang terlahir di alam Brahma berpendapat : “Saya Brahma, Maha Brahma, Maha Agung, Maha Kuasa, Maha Tahu, Penguasa, Tuan dari Semua, Pembuat, Pencipta, Maha Tinggi, Penentu tempat bagi semua makhluk, asal mula kehidupan, Bapak dari yang telah ada dan yang akan ada. Semua makhluk ini adalah ciptaanku. Mengapa demikian? Baru saja saya berpikir, ‘semoga mereka datang’, dan berdasarkan pada keinginanku itu, maka makhluk-makhluk itu muncul.” Makhluk-makhluk itupun berpikir : “Dia Brahma, Maha Brahma, Maha Agung, Maha Kuasa, Maha Tahu, Penguasa, Tuan dari Semua, Pembuat, Pencipta, Maha Tinggi, Penentu tempat bagi semua makhluk, asal mula kehidupan, Bapak dari yang telah ada dan yang akan ada. Kita semua adalah ciptaannya. Mengapa? Sebab, setahu kita, dialah yang lebih dahulu berada di sini, sedangkan kita muncul sesudahnya.” Para Bhikkhu, dalam hal ini makhluk pertama yang berada di situ memiliki usia yang lebih panjang, lebih mulia, lebih berkuasa daripada makhluk-makhluk yang datang sesudahnya. Para Bhikkhu, selanjutnya ada beberapa makhluk yang meninggal di alam tersebut dan terlahir kembali di bumi Setelah berada di bumi ia meninggalkan kehidupan berumah tangga dan menjadi pertapa. Karena hidup sebagai pertapa, maka dengan bersemangat, tekad, waspada dan kesungguhan bermeditasi, pec terpusat, batinnya menjadi tenang dan memiliki ampuan untuk mengingat kembali satu kehidupannya yang lampau, tetapi tidak lebih dari itu. Zs 7 Tinggi, Penentu tempat bagi semua makhluk, asal mula kehidupan, | Bapak dari yang telah ada dan yang akan ada. Dialah yang menciptakan kami, ia tetap kekal dan keadaannya tidak berubah, ia akan tetap kekal semanya, tetapi kami yang diciptakannya don datang ke sini adalah tidak kekal, berubah, dan memiliki usia yang terbatas”.. (12) Dengan mengikuti uraian tentang Maha Brahma dengan segala sifat yang dimilikinya, kita mengerti bahwa wajar dan tepatlah tindakan Sang Buddha menolak paham Maha Brahma itu sebagai Tuhan pencipta. Paham Maha Brahma sebagai pencipta ini dengan segala sifatnya diklasifikasikan sebagai salah sebuah pandangan sesat dari 62 pandangan sesat yang diuraikan dalam Brahmajala Sutta. Setelah mengikuti uraian tentang konsep-konsep ajaran agama Buddha yang berbeda dengan konsep-konsep dari agama lain, maka nampak bahwa dasar-dasar pemikiran Buddhis adalah unik dan spesifik Buddhis. Berdasarkan pada dasar-dasar pemikiran itulah maka konsep Ketuhanan Yang Mahaesa dalam agama Buddha-pun berbeda pendefinisiannya dengan defenisi konsep Ketuhanan Yang Mahaesa dari agama-agama lain. 6. Dhammaniyama Sehubungan dengan uraian di atas, maka muncul pertanyaan siapa’ ee apa yang mangatur alam semesta ini? Dalam Buddha dhamma, lam semesta ini serta isinya diatur oleh Hukum Univesal Dhammaniyama. Dhamma Niyama terdiri dari kata dhamma yang artinya segala sesuatu, universal; sedangkan kata niyama artinya ketentuan atau hukum; maka dengan demikian dhammaniyama artinya hukum universal atau hukum segala hal. Menurut ajaran Agama Buddha, alam semesta dengan segala isinya diatur oleh sebuah hukum universal yang berlaku di semua alam kehidupan (31 alam, termasuk alam manusia), segala isi bumi, tata surya-tata surya, maupun semua galaxi di jagad raya ini. Hukum universal ini adale ie. Dhammaniyama. Dhamma Niyama adalah hukum yang bekerja deng: ES agai hukum sebab akibat. Sedangkan send, Beker ah satu dari ima Niyama yang be ay dabegel hukum_ sebab-akibat yang berkaitan ee Niyama terdiri dari 5 Hukum Universal, yaitu: " Utu Niyama. Bija Niyama. Citta Niyama. Kamma Niyama dan Dhamma Niyama (kecil) VFS ee 6.1. Utu Niyama F : Utu Niyama adalah hukum universal tentang energi yang terbentuk dan hancurnya bumi, planet, tata surya, temperatur, cuaca, halilintar, gempa bumi, angin, ombak, matahari, hujan, gunung meletus; membantu pertumbuhan (metabolisme) manusia, binatang dan pohon; atau segala sesuatu berupa fisik yang terbentuk dan hancur adalah bertalian * dengan energi. 6.2. Bija Niyama Bija Niyama adalah hukum universal yang berkaitan dengan tumbuh-tumbuhan (botani) yaitu bagaimana biji, stek, batang, cabang, ranting, pucuk, daun dapat bertunas, bertumbuh, berkembang, dan berbuah. Kemudian dari satu bibit menghasilkan buah yang banyak, atau dari bibit yang kecil menumbuhkan pohon yang besar dll... 6.3. KammaNiyama Kamma Niyama adalah Hukum Universal tentang karma. Niyama dikenal sebagai hukum yang berkaitan dengan moral atau karma. Keterangan rinci tentang Hukum Karma, lihat pada uraian buku lain. Hukum karma adalah hukum perbutan yang didasarkan kehendak atau niat seseorang, Huki j i ae ig. Hukum karma juga dikenal sebagai cence 6.4. Citta Niyama “1 Citta Niyama adalah hukum unive: ~ misalnya: proses kesadaran, timbul den tanngeletennpe ae kekuatan pikiran (abhinna) yang dihasilkan karena sukses meditasi ; (Samatha Bhavana) hingga mencapai Jhana dengan batin tenang, atau . karena melaksanakan meditasi vipassana dengan mencapai kesucian batin dengan melenyapkan semua kekotoran batin dan menjadi ariya puggala (orang suci seperti Sotapanna, Sakadagami, Anagami atau Arahat). Contoh, kekuatan batin (abhinna) adalah seseorang dapat melayang-layang atau berjalan-jalan di angkasa, menyelam dalam tanah, memperbanyak diri, merubah diri, mendengar suara yang jauh atau dekat, melihat obyek yang jauh atau dekat walaupun terhalang oleh dinding atau gedung maupun gunung, mengetahui pikiran orang lain, atau mengetahui kehidupan- kehidupan yang lampau dlsb.. 6.5. DhammaNiyama Dhamma Niyama adalah hukum universal tentang segala sesuatu yang tidak diatur oleh keempat niyama tersebut di atas. Dalam hal ini yang dimaksud adalah Dhamma Kebenaran (sila, samadhi dan panna) yang diajarkan oleh Sang Buddha setelah ditemukan oleh beliau. Sehubungan dengan Dhamma Kebenaran ini, juga termasuk semua kejadian yang didasarkan pada gejala khusus atau khas. Misalnya: kejadian yang terjadi saat kelahiran Pangeran Sidharta dan parinibbana Sang Buddha, yaitu pohon-pohon berbunga bukan pada musimnya, tiba-tiba pohon-pohon berbunga dan bebungaan itu berjatuhan menaburi tubuh Pangeran Sidharta atau Sang Buddha. Begitu pula, Dhamma Niyama menyebabkan gempa bumi dahsyat terjadi ketika Sang Buddha menentukan kepan beliau akan parinibbana dan pada saat beliau Parinibbana, padahal biasanya gempa bumi diatur oleh Utu Niyama. Juga, ~ ketika pangeran Siddharta lahir, Dhamma Niyama menyebabkan terjadinya gerimis hangat dan dingin yang menyirami dan memandikannya, disb.. materi maupun batin, di seluruh alam semesta ini, Hukum-h 4 ‘an hukum yang masing-masing memiliki sifat ¢ pun ke lima hukum ini nampak ini danya, yaity 4 kum-hukum ini adalah satu adanya, yaity eeancaunnye hu Niyama diuraikan menjadi lima adala| Niyama. Ps eh mempelajarinya secara_teoritis saja. Dham, fh hukum universal yang mengatur segala hal di alam sem, CATATAN. Pelaksanaan P-4 bagi Umat Buddha, Departemen Ag. ie Erravck Bimbingan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan da. Pengamalan Pancasila Bagi Umat Beragama Tahun 1983/19 halaman 26. Seperti yang dikutip dari Knuddaka Nikaya Udana Vil. 3 2. Buku Peringatan Waisak 2528/1984, Yayasan Maha Bodhi Ind , Jakarta, 1984, halaman 53. Dikutip dari Anguttara Nikaya, Ananda Vagga. Oo Sepa adalah belahan bumi bagian selatan. O Aparayojana adalah belahan bumi bagian barat. 0 Uttarakuru adalah belahan bumi bagian utara. © Pubbavideha adalah belahan bumi bagian timur. 3. Sutta Pitaka, Digha Nikaya, Departemen Agama RI Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Hindu dan Buddha, Proyek Pengadaan Kitab Suci Buddha, 1983, hal. 19-22. OD Kata-kata yang bergaris bawah adalah dari saya. 0 Abhassara adalah sebuah alam dari 31 alam kehidupan menurut agama Buddha. Untuk inilihat TABEL ALAM-ALAM KEHIDUPAN di bagian akhir dari penulisan ini Kehidupan di alam Abhassara dapat dicapai oleh mereka yang melaksanakan meditasi — ketenangan batin ( disebut Jhana II. 4. Sutta Pitaka, Digha Nikaya |, Proyek Pengadaan Kitab Suc Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Hindi 5, Manusia suci menurut pandangan Buddhis ada empat, yaitu : ~ Departemen Agama RI, hal, 16-21. OF Kata-kata yang bergaris bawah adalah dari saya. 1. Sotapanna, orang suci yang paling banyak akan terlahir tujuh kali lagi. ra Sakadagami, orang suci yang paling banyak akan terlahir sekali 3. lagi. Anagami, orang suci yang tidak akan terlahir lagi di alarm manusia, tetapi langsung terlahir kembali di salah sebuah dari lirna alarn Suddhavasa. Dari salah sebuah alam Suddhavasa ini, Anagarni itu akan mencapai tingkat kesucian tertinggi sebagai Arahat dan parinibbana di alam ini. Arahat, orang suci yang telah menyelesaikan semua usahanya untuk melenyapkan semua belenggu yang mengikatnya. Bila ia meninggal dunia, ia tidak akan terlahir di alam manapun. Ia akan parinibbana. 6. Ada sepuluh macam belenggu (samyojana), yaitu : ae 2: Dow Pandangan sesat tentang adanya pribadi, jiwa atau aku yang kekal (sakkaya-ditthi): Keragu-raguan yang skeptis pada Buddha, Dhamma, Sangha, dan tentang kehidupan yang lampau dan kehidupan yang akan datang, juga tentang hukum sebab akibat (vicikiccha). . Kemelekatan pada suatu kepercayaan bahwa hanya dengan melaksanakan aturan-aturan dan upacara keagamaan, seseorang dapat mencapai kebebasan (silabbata-paramasa)} . Nafsu indria (kama-raga). Dendam atau dengki (patigha). . Kemelekatan atau kehausan untuk terlahir di alam bentuk (rupa- raga). Alam bentuk (rupa-raga) dicapai oleh seseorang apabila ia meninggal sewaktu dalam keadaan samadhi dan telah mencapai dhana I, Jhana Il, Jhana Ill, atau Jhana IV (lihat TABEL). Kemelekatan atau kehausan untuk terlahir di alam tanpa bentuk (arupa-raga). Alam tanpa bentuk (arupa-raga) dicapai se Ng ila ia meninggal sewaktu keadaan samadhi dan telah ceniegnciteme 10. Kebodohan atau ki Oo t TABEL). : eon untuk membandingkan diri sendiri dengan Paton (uddhacca). Suatu kondisi batin yang h; karena yang bersangkutan belum mencapai tingkat sempurna (Arahat). etidaktahuan (avijja). Sotapanna telah melenyapkan tiga belenggu (s amor (1) sakkaya-ditthi, Pe (2) vicikiccha, dan (3) silabbata-paramasa. Sakadagami telah melenyapkan tiga belenggu (samyojana), ya (1) sakkaya-ditthi, 4 (2) vicikiccha, dan (3) silabbata-paramasa, dan telah melemahkan belenggu : (4) kama-raga, dan (5) patigha. ae telah melenyapkan lima belenggu (samyojana), pore! dengan (5). Lima samyojana (1-5) dikenal lenggu rendah atau Orambhagiya-samyojana. A ieee eet melenyapkan sepuluh belenggu (1-10). Lt fea. pit, yaitu samyojana (6-10) dikenal pula den 'dgu tinggi atau Uddhambhagiya-samyouk rambhagiya-samyoj, ir yojar < ane dimusnahkan oleh “sie aera chembhaal ya aa cence Yojana adalah semacam ukuran yang ada di Buddha, aie "yang jauhnya kira-kira 7 mil. ae Bea: Kalupahana, Buddhist Philosophy, The University Paeen ~ Hawaii, Honolulu, 1976, p. ix. 9, Maha Parinibbana Sutta, Proyek Pengadaan Kitab Suci Buddha, Departemen Agama RI, 1979, hal 22. 10, Soma Thera, The Way of Mindfulness, The Satipatthana Sutta and Commentary, Buddhist Publication Society, Kandy, 1967, p. 1-15. OD Satipatthana adalah dasar dari meditasi pandangan terang atau Vipassana Bhavana. Untuk lebih jelasnya baca buku-buku meditasi, antara lain : 1. The way of Mindfulness oleh Somathera. 2. The Path of Purification (Visuddhi Magga) oleh Bhikkhu Nyanamoli (translation) 3. Buddhist Meditation in Theory and Practice oleh Vajiranana Paravahera Mahathera. 4. Buddhism, A Guide to a Happy Life, oleh Phra Maha Singhathon Narasabho. 11. Mereka antara lain : Helmut von Glasenapp, Buddhism, A Non-Theistic Religion, lihat Bab II. Douglas M. Burns, M.D., Buddhism, Science and Atheism. Kedua penulis ini menitikberatkan pengertian dan pendefinisian konsep Ketuhanan seperti pendefinisian konsep Ketuhanan yang ada pada agama Kristen maupun Islam. Mereka menanggapi dengan serius tentang Maha Brahma sebagai pencipta yang ditolak oleh Sang Buddha. i q urut pandangan Buddhis, Maha Brahma yang disebutkan dalam r ajala Sutta adalah makhluk yang belum mencapai tit dan pada suatu waktu kelak, bila karma baik Maha | hidup di alam Maha Brahma itu itu akan terlahir di alam yang dewa (devaloka) atau terlahir sebagai Maha Brahma dilegitimasikan sebagai atau fn dalam agama Kristen atau Islam, ini Ketubanan dalam agama-agama itupun dapat mati dan atau manusia! Jelas pandangan seperti ini adalah salah, Banyak penulis yang berpandangan seperti di atas, terbatasnya waktu, maka cukup dua penulis itu yang 4 12. Sutta Pitaka, Digha Nikaya I, Proyek Pengadaan Kitab hal 22-24 @ 09) [io ARUPA LOKA (ALAM TANPA BENTUK) TABEL ALAM-ALAM KEHIDUPAN, 3. Akincannayatana 2. Vinnanancayatana 1, Akasanancayatana CATUTTHA JHANA BHUMI > ALAM JHANA Vv TATA SHANA RUEAEDRA: BHUMI - ALAM [2.4 Hey cata | Pana 7 DUTIVA SHANA 16 CHUM: ALAM SHANA IL PATHAMA SHANA BHUMI- ‘ALAM JHANAL 6, Paranimmnitavasavatl siati- (| >| eel 10 Miam | 9 |S. Nmmanarat 9 aanacia | 93 | usta ary | S215 vena S| KAMALOKA states) | 25 7| (am 3 | 2. tavatimss é NAPSU) __| 1. catummaharajika. 5 | Manussa - Human Plane 4 DUGATI- | 4. Asurayoni No define imi 3 ALAM TAK [3 petayoni No define imi aria No definite limit. 2 (UNHAPPY | 2. Tiracchanayoni 1 STATES) | 1 raya No definite it PENJELASAN TABE! 5 MK = Maha Kappa. 5 AK = Asankheyya Kappa. = Tahun Surgawi. Suddhavasa (Aviha, Atappa, Sudassa, Sudassi dan ari 31 alam ini yaitu 26 alam, pernah menjadi tempat - ng telah menjadi manusia sekarang. Dengan kat t terlahir di 26 alam tersebut, tetapi selama kita belum gy kesucian atau kebebasan mutlak, maka alam kehidupan kita b Terlahir kembali menurut pandangan Buddhis yaitu kelahiran diantara 31 alam kehidupan tersebut. Dalam ungkapan “bila meninggal dunia maka ia akan langsung terlahir kembali”, ini berarti, tersebut langsung terlahir kembali di salah sebuah alam dari 31 alam, | kelahiran ini tergantung dari amal perbuatan selama hidup, juga dimana kematangan batinnya. Lima alam Suddhavasa adalah khusus tempat kelahiran para Ang dan dari alam-alam Suddhavasa ini mereka akan parinibbana yang bera fidak akan terlahir lagi sebagai makhluk di alam manapun. Nibbana (nirvana) bukan alam tetapi suatu keadaan batin yang bebasd belenggu. Satu hari di alam Catummaharajika sama dengan 25 tahun di manusia. Kappa atau kalpa sama dengan satu mil kubik berisi biji sesawi dikali 1 tahun untuk setiap biji sesawi tersebut. Karena hidup di alam surga (dewa) maupun di alam rupa lama maka banyak makhluk di alam-alam itu salah mengerti dan berpen bahwa mereka itu kekal. Padahal kehidupan di alam-alam itu tid

You might also like