You are on page 1of 13

Jurnal Peternakan Vol 9 No 2 September 2012 (55 - 67) ISSN 1829 – 8729

ANALISIS CEMARAN RESIDU LOGAM BERAT DAN RESIDU


PESTISIDA ORGANOFOSFAT PADA DAGING, HATI
DAN GINJAL SAPI

B. KUNTORO1, R. R. A. MAHESWARI2, dan H. NURAINI2


1Fakultas Pertanian dan Peternakan UIN Sultan Syarif Kasim Riau,
2Fakultas Peternakan IPB Bogor

Email : mbenk.qhalish@gmail.com

ABSTRACT

Meat is one of the most important foods to meet the needs of the human protein. Therefore, the meat should be safe
and healthy for consumption and free of contaminants that can cause illnesses such as the contamination of heavy metals
residues and pesticide residues. This study aims to determine the residual content of heavy metals (Pb, Cd and Hg) and
organophosphate (OP) pesticide residues on the meat, liver and kidney. Random sampling was done on a population of
livestock owners that slaughtered at Slaughterhouse Pekanbaru city. For evaluation, five livestock owners were sampling
randomly to analysis. Sample used for analysis were the meat samples of bicep femoris (BF), liver and kidney. The variables
observed in this study were the residues heavy metals (Pb, Cd and Hg) and organophosphate (OP) pesticide residues.
Results showed that heavy metal contamination of residues in meat, liver and kidney beef were under the maximum
allowed according to SNI. The respective heavy metal contamination was Pb (0,00-0,92 ppm), Cd (0,00-0,60 ppm) and Hg
(0,00-0,03 ppm), while the organophosphate pesticide residues were less than 0005 ppm or below the maximum limit set by
Indonesian National Standard (ISN) 7313: 2008 on limit maximum pesticide residues in agricultural products. In
conclusion, the meat, liver and kidneys of cattle distributed traditionally at the market in Pekanbaru city had
contamination levels of heavy metals (Pb, Cd and Hg) and pesticide residues organophosphate which were under maximum
conditions specified.

Keywords : heavy metals, meat quality, organophosphate (OP) pesticide, residues

PENDAHULUAN Selain itu, berdasarkan Undang-undang


Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Penyediaan bahan pangan dengan
Perlindungan Konsumen, Undang-
nilai gizi tinggi merupakan masalah
undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang
penting sebagai upaya meningkatkan
Pangan dan Peraturan Pemerintah Nomor
kesehatan dan kecerdasan masyarakat.
28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu
Salah satu bahan pangan yang
dan Gizi Pangan, maka tuntutan
mengandung nilai gizi tinggi adalah
masyarakat konsumen dalam
daging sapi. Pemenuhan kebutuhan
menyediakan produk pangan hewani
masyarakat akan daging perlu dilakukan
harus mempertimbangkan aspek aman,
dengan cara meningkatkan produksi dan
sehat, utuh dan halal (ASUH).
kualitas hasil ternak secara optimal serta
menjamin mutu daging yang aman Daging yang berasal dari ternak
sampai ke konsumen. ruminansia umumnya dipelihara secara
tradisional oleh masyarakat. Sumber
Misi Departeman Pertanian melalui
pakan yang diberikan juga hanya hijauan
Direktorat Jenderal Peternakan adalah
atau rumput lapang, sehingga
dengan dicanangkan Program
kontaminasi pakan oleh logam berat dan
Swasembada Daging 2014 bertujuan
cemaran pestisida merupakan sumber
untuk menyediakan pangan asal ternak
utama terjadinya toksisitas pada hewan
yang cukup secara kuantitas dan kualitas.
ternak. Mor et al. (2009) menyatakan

55
KUNTORO, dkk Jurnal Peternakan

bahwa logam berat tidak dapat Provinsi Riau serta Laboratorium


terdegradasi secara alami dan cenderung PT. Saraswanti Indo Genetech – Bogor.
terakumulasi dalam air, tanah dan tubuh
Metode Penelitian
makhluk hidup. Selain itu, logam berat
seperti merkuri (Hg), kadmium (Cd) dan Pengambilan sampel dilakukan
timbal (Pb) dapat mengakibatkan secara acak sederhana (simple random
gangguan kesehatan ternak maupun sample) terhadap sejumlah pemilik ternak
manusia. Efek toksik logam berat akan yang melakukan pemotongan di RPH
terakumulasi dalam waktu lama yang Kota Pekanbaru. Sebanyak lima pemilik
mampu menghambat kerja enzim ternak yang melaksanakan pemotongan
sehingga mengganggu metabolisme di RPH digunakan ternaknya sebagai
tubuh, menyebabkan alergi, bersifat sampel. Masing-masing pemilik ternak
mutagen, teratogen, atau karsinogen diambil tiga ekor ternaknya untuk
bahkan kematian bagi hewan maupun dilakukan evaluasi terhadap pencemaran.
manusia. Sampel yang digunakan untuk analisis
residu logam berat dan residu pestisida
Penelitian ini bertujuan untuk organofosfat berupa jaringan otot Biceps
mengetahui status keamanan daging sapi femoris (BF), organ hati dan ginjal.
yang dipotong di Rumah Potong Hewan Masing-masing sampel diambil sebanyak
(RPH) Kota Pekanbaru, dilihat dari
200 g. Pengambilan sampel dilakukan
cemaran logam berat (Pb, Cd, Hg) dan
pada pagi hari sekitar pukul 01.00-06.00
residu pestisida organoposfat yang
WIB. Sampel yang telah diperoleh
kemudian disesuaikan dengan Standar
sesegera mungkin dibawa ke
Nasional Indonesia (SNI) nomor
laboratorium untuk dianalisis.
7317:2008 tentang batas maksimum residu
pestisida pada hasil pertanian dan SNI Rancangan Percobaan
7387:2009 tentang batas maksimum Rancangan yang digunakan untuk
cemaran logam berat dalam pangan. menganalisis cemaran residu logam berat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dan residu pestisida adalah secara
memberikan manfaat berupa gambaran deskriptif yang bertujuan untuk membuat
kualitas dan keamanan daging sapi yang gambaran secara sistematis serta
dihasilkan dari RPH Kota Pekanbaru hubungan yang diselidiki (Nazir, 2005).
dilihat dari cemaran logam berat (Pb, Cd, Penentuan jumlah sampel yang
Hg) dan residu pestisida organoposfat diperlukan diambil secara acak dengan
guna mendapatkan daging yang cara menghitung sampel berdasarkan
berkualitas dan aman dikonsumsi oleh rumus (Levy dan Lemeshow 1999):
masyarakat.
MATERI DAN METODE
Waktu dan Tempat
Keterangan :
Penelitian ini dilaksanakan pada n = Jumlah sampel yang diperlukan
bulan Mei – Agustus 2011 di RPH Kota N = Jumlah pemilik ternak yang memotong di
Pekanbaru. Analisis sampel dilakukan di RPH
Laboratorium Kimia UPT Pengujian dan e = Nilai error sebesar 30%
Sertifikasi Mutu Barang Disperindag z s= 1,96 dengan a = 0,05

56
Vol 9 No 2 ANALISIS CEMARAN

Py = Peluang jawaban 50% karena ada 2 semua pereaksi untuk mengetahui kadar
pilihan jawaban, yaitu ya (1) dan tidak mineral dan cemaran logam berat yaitu
(0) H 2 SO 4 pekat dan NHO 3 pekat. Sampel
dibaca absorbansinya dengan AAS pada
Peubah yang Diukur gelombang 235,4 nm untuk timbal; 248,3
Peubah yang diukur pada penelitian nm untuk tembaga; 228,8 nm untuk
ini adalah analisis cemaran residu logam kadmium; 766,5 nm untuk kalium; 248,3
berat (Pb, Cd dan Hg) serta residu nm untuk besi dan 213,6 nm untuk fosfor.
pestisida golongan organofosfat. Cara uji Uji Residu Pestisida (Komisi Pestisida
residu logam berat dan residu pestisida 1997).
organofosfat sebagai berikut:
Pengujian residu pestisida yang
Penentuan Cemaran Logam Berat Pb, Cd dilakukan pada penelitian ini adalah
dan Hg (SNI 01-2896-1998). hanya untuk melihat pestisida yang
Prinsip dari analisis ini adalah sama berasal dari golongan organofosfat yang
dengan mengukur mineral, seperti terdiri dari diazinon, fenitrotion,
kalium, besi, fosfor dan logam berat metidation, malation, chlorpyrifos,
seperti timbal, tembaga dan kadmium paration dan profenofos. Analisis
dengan persiapan sampel dengan cara- dilakukan dengan menggunakan gas
cara pengabuan basah. Selanjutnya kromatrografi dengan detektor FPD (flame
dianalisis mineral dan logam beratnya photometric detector). Penentuan residu
menggunakan atomic absorbance pestisida dilakukan dengan cara sebagai
spechtrofotometry (AAS). Setiap sampel berikut :
ditimbang 5-10 g dan dimasukkan ke a. Proses ekstraksi
dalam erlenmeyer 125 ml kemudian 1. Daging tanpa lemak yang telah
ditambahkan 10 ml H 2 SO 4 dan 10 ml dicincang ditimbang sebanyak 25
NHO 3 , selanjutnya dipanaskan secara g selanjutnya dimasukkan dalam
perlahan-lahan sampai larutan berwarna mortar dan ditambahkan 45 g
gelap. Sampel ditambahkan kembali natrium sulfat, dicampur hingga
NHO 3 dan dipanaskan 5-10 menit sampai diperoleh serbuk kering
larutan menjadi tidak gelap lagi. 2. Serbuk kering dipindah ke dalam
Kemudian ditambahkan 10 ml aquades blender, dan ditambah 13 ml
dan dipanaskan sampai berasap. Larutan aseton, 125 ml asetonitril, 5 g
didiamkan sampai dingin, kemudian Celite 545 dan 10 g Calflo E.
ditambahkan 5 ml aquades dan 3. Serbuk kering dilumatkan selama
dididihkan sampai berasap. Selanjutnya 2-3 menit, kemudian disaring
larutan didinginkan dan diencerkan dengan corong Buchner dengan
kemudian dimasukkan ke dalam menggunakan tekanan
erlenmeyer. secukupnya untuk mencegah
Kandungan mineral dan cemaran penyumbatan.
logam berat pada produk daging segar 4. Penyaringan diulangi dengan
dan organ dalam (hati dan ginjal) menggunakan kertas saring dan
dianalisis dengan menggunakan AAS. diukur volumenya. Dihitung
Sebelum dilakukan analisis terlebih berat contoh analitik yang
dahulu dibuat larutan blanko yang berisi sepadan dengan volume.

57
KUNTORO, dkk Jurnal Peternakan

5. Sebagian hasil penyaringan Keterangan :


dipekatkan beberapa ml dengan KS = Konsentrasi Sampel
rotary evaporator pada suhu tangas K Std = Konsentrasi Standar
air 45°C. TS = Tinggi Sampel (mm)
6. Residu dipindahkan secara T std = Tinggi Standar (mm)
kuantitatif ke dalam tabung kimia FP = Faktor Pengenceran (10 ml)
dengan aseton, dan diuapkan BS = Berat Sampel (g)
sampai kering dengan Analisis Data
mengalirkan gas nitrogen secara
perlahan-lahan pada suhu kamar. Data hasil uji laboratorium dianalisis
secara deskriptif dengan pengujian nilai
b. Pra-perlakuan dan penetapan residu rata-rata, kemudian tiap nilai pengujian
1. Residu dilarutkan dalam 2,0 ml dibandingkan dengan SNI terkait residu
heksana yang telah dijenuhkan logam berat dan residu pestisida pada
dengan asetonitril, ditambahkan daging.
2,0 ml asetonitril yang telah HASIL DAN PEMBAHASAN
dijenuhkan dengan heksana.
Cemaran Logam Berat (Pb,Cd, Hg) pada
2. Sampel dikocok dengan kuat
Daging, Hati dan Ginjal Sapi
selama 2 menit, hingga kedua
fase terpisah Hasil analisis menunjukkan bahwa
3. Lapisan bagian bawah (fase secara umum cemaran logam berat Pb,
asetonitril) selanjutnya digunakan Cd dan Hg pada daging, ginjal dan hati
untuk penetapan secara sapi yang dipotong di RPH Kota
kromatrografi gas Pekanbaru masih berada di bawah
4. Penetapan residu dilakukan standar yang disyaratkan menurut SNI
dengan menyuntikkan 2–2,5 μl 7387:2009. Hasil analisis cemaran logam
fase asetonitril ke dalam berat Pb, Cd dan Hg serta batasan
kromatrograf gas. maksimal (maximal residue limit/MRL)
cemaran logam pada daging, hati dan
Kadar residu pestisida dapat
ginjal sapi tersaji pada Tabel 1.
ditentukan berdasarkan hasil rekaman
yang tercatat dalam kertas kromatrografi Tabel 1 menunjukkan bahwa residu
yaitu berupa kromatrogram. Cara logam Pb, Cd dan Hg pada daging, hati
membaca hasil kromatrogram yaitu dan ginjal sapi yang mengacu kepada
dengan melihat jarak dan tinggi peak standar SNI 7378: 2009 dan standar
(puncak) yang dihasilkan dalam Depkes dapat disimpulkan bahwa sapi
kromatrogram dan membandingkan yang dipotong di RPH kota Pekanbaru
dengan jarak dan peak (puncak) pada masih berada di bawah MRL yang
pestisida standar. Penentuan konsentrasi diperbolehkan. Hal ini mengimplikasikan
residu dihitung dengan menggunakan bahwa daging, organ hati dan ginjal sapi
rumus yang sesuai dengan Komisi yang dipotong di RPH Kota Pekanbaru
Pestisida Departemen Pertanian (1997) layak untuk dikonsumsi oleh
sebagai berikut : masyarakat. Tetapi, bila mengacu kepada
standar yang digunakan WHO, maka
tidak semua jaringan tubuh sapi asal RPH
Kota Pekanbaru aman untuk dikonsumsi.

58
Vol 9 No 2 ANALISIS CEMARAN

Tabel 1.Hasil analisis cemaran logam berat dan standar batas maksimal (MRL) cemaran Pb,
Cd dan Hg pada daging, hati dan ginjal sapi (ppm)
No. Jenis Sampel Jenis Organ (ppm) Standar MRL (ppm)
logam Daging Hati Ginjal SNI1 Depkes2 WHO3
1 0,69 0,61 0,58 1,0 2,00 0,10
2 0,26 0,38 0,00 1,0 2,00 0,10
1. Pb 3 0,00 0,51 0,00 1,0 2,00 0,10
4 0,92 0,02 0,00 1,0 2,00 0,10
5 0,00 0,00 0,00 1,0 2,00 0,10

1 0,00 0,06 0,10 0,3 - 0,15-0,50


2 0,00 0,03 0,09 0,3 - 0,15-0,50
2, Cd 3 0,00 0,02 0,13 0,3 - 0,15-0,50
4 0,00 0,06 0,58 0,3 - 0,15-0,50
5 0,60 0,08 0,01 0,3 - 0,15-0,50

1 0,00 0,03 0,03 0,03 0,03 0,05


2 0,00 0,00 0,01 0,03 0,03 0,05
3, Hg 3 0,03 0,00 0,03 0,03 0,03 0,05
4 0,00 0,00 0,00 0,03 0,03 0,05
5 0,00 0,00 0,00 0,03 0,03 0,05
Ket: 1. SNI 7378: 2009; 2. Depkes (1998); 3. WHO (1996)
Pb = Plumbum; Cd= Kadmium; Hg= Merkuri
dimanfaatkan sebagai sumber bahan
pangan manusia, maka manusia yang
Masuknya logam berat ke dalam
mengkonsumsi akan mengakumulasi
tubuh makhluk hidup dapat melalui
logam berat dalam tubuh manusia dan
makanan/pakan, air minum, inhalasi
pada akhirnya akan mengalami gangguan
udara maupun penetrasi melalui kulit.
kesehatan pada manusia.
Dampak logam berat dalam tubuh tidak
dirasakan secara langsung, tetapi akan Menurut Mor et al. (2009) logam-
terakumulasi selama beberapa tahun logam berat seperti timbal (Pb), kadmium
dalam organ tubuh, sehingga apabila (Cd), arsen (As), dan merkuri (Hg)
dosisnya melebihi normal dapat merupakan senyawa polutan yang
menyebabkan keracunan (Darmono terdapat di dalam tubuh manusia,
2008). walaupun terdapat logam-logam berat
lain seperti zink (Zn), besi (Fe), kobalt
Logam berat Pb, Cd dan Hg
(Co), dan selenium (Se) yang merupakan
termasuk dalam kategori bahan
elemen normal yang dibutuhan tubuh
berbahaya dan beracun (B3) apabila
untuk berkembang. Lebih lanjut Mor et al.
jumlahnya melebihi batas normal di
(2009) menyatakan efek toksik dari
dalam tubuh makhluk hidup termasuk
logam-logam berat adalah menyebabkan
hewan ternak. Terjadinya pencemaran
efek teratogenik pada embrio. Asupan
logam berat pada tubuh ternak dalam
yang berlebih dari merkuri, timbal,
waktu lama, maka akan terjadi akumulasi
kadmium, arsen, aluminium, tembaga,
logam berat dalam otot dan organ
zink, besi, selenium, dan kromium dapat
dalamnya. Apabila ternak yang tercemar
menyebabkan terjadinya gangguan sistem
logam berat tersebut kemudian
imun.

59
KUNTORO, dkk Jurnal Peternakan

1. Residu Pb terjadinya reaksi mukosa saluran


pencernaan dengan garam Pb sehingga
Hasil penelitian menujukkan bahwa
terjadi pembengkakan yang
cemaran logam Pb pada daging, hati dan
mengakibatkan kontraksi rumen dan usus
ginjal sapi yang mengacu pada standar
terhenti, 2) anemia yaitu Pb di dalam
SNI dan Depkes masih berada di bawah
darah berikatan dengan sel darah merah
batas maksimal yang diperbolehkan,
sehingga sel darah mudah pecah yang
sehingga daging, hati dan ginjal sapi yang
mengakibatkan sintesis Hb terganggu
dipotong di RPH Kota Pekanbaru bebas
dan 3) ensepalopati yaitu terjadinya
dari cemaran Pb dan layak untuk
kerusakan pada sel endotel dari kapiler
dikonsumsi oleh masyarakat. Jika
darah otak, sehingga bentuk protein
mengacu pada standar yang ditetapkan
berukuran besar dapat masuk ke dalam
oleh WHO, maka sebagian sampel
otak yang menyebabkan tekanan osmosis
daging, hati dan ginjal berada diatas
cairan dalam otak meningkat sehingga
ambang batas yang ditetapkan, sehingga
terjadi oedema.
jaringan tubuh ternak tersebut tidak layak
untuk dikonsumsi. Soeparno (2011) menyatakan bahwa
ternak muda lebih sensitif terhadap
Sumber utama kontaminasi Pb pada
toksikosis Pb karena laju absorpsi Pb
ternak adalah dari udara, air, tanah,
dalam saluran intestinal lebih tinggi.
tempat pembuangan sampah, aktivitas
Ternak ruminansia dewasa mengabsorpsi
penggunaan oli dan hijauan yang
Pb kira-kira hanya 10% dari Pb yang
tumbuh di sekitar pinggir jalan (Soeparno
teringesti. Darmono (1995) menyatakan
2011). Siddiqui dan Rajurkar (2008)
bahwa Pb dalam saluran pencernaan
menyatakan bahwa keracunan Pb dapat
dalam bentuk terlarut dan diabsorpsi
terjadi di lingkungan urban dan renovasi
sekitar 1-10% melalui dinding saluran
rumah yang dicat dengan cat berbasis Pb
pencernaan. Sistem darah porta hepatis
dan pembungkus bahan makanan seperti
(dalam hati) membawa Pb untuk
plastik polietilen. Kusnoputranto (2006)
dideposisi dan sebagian lagi dibawa
menyatakan, bahwa Pb merupakan logam
darah serta didistribusikan ke dalam
yang bersifat neurotoksin yang dapat
jaringan. Palar (1994) menyebutkan
masuk dan terakumulasi dalam tubuh
bahwa proses metabolisme carrier Pb
ternak maupun manusia sehingga
adalah butir-butir darah merah (RBC). Di
bahayanya dalam tubuh semakin
dalam jaringan ini Pb memiliki waktu
meningkat. Menurut Underwood dan
paruh 25-30 hari, sedangkan pada
Suttle (1999), Pb biasanya dianggap
jaringan lemak dan ginjal memiliki waktu
sebagai racun yang bersifat akumulatif
paruh lebih lama sampai beberapa bulan.
dan akumulasinya tergantung dari level
Dalam daging keberadaan RBC yang
dalam tubuh. Hal ini menunjukkan
terperangkap di dalam jaringan akan
bahwa terdapat pengaruh pada ternak
memberikan kontribusi terhadap
jika jumlah logam berat berada di atas
timbunan Pb.
ambang batas yang telah ditetapkan.
2. Residu Cd
Darmono (2008) menyatakan bahwa
keracunan Pb pada ternak ruminansia Hasil penelitian (Tabel 1)
memiliki 3 gejala yaitu 1) gangguan menunjukkan bahwa cemaran logam Cd
gastroenteritis yang disebabkan pada sampel daging ke 5 dan sampel

60
Vol 9 No 2 ANALISIS CEMARAN

ginjal ke 4 berada di atas ambang batas mengakibatkan proses absorbsi ke dalam


yang telah ditetapkan oleh standar WHO jaringan menjadi terhambat. Rubio et al.
maupun SNI 7378: 2009. Hal ini (2006) menyatakan bahwa Cd yang
mengindikasikan bahwa daging sapi dan terabsorpsi ke dalam jaringan bisa
organ ginjal yang berada di atas ambang bertahan selama periode waktu yang
batas maksimal harus dieliminir untuk lama. Niagru & Simmons (1987)
dikonsumsi oleh masyarakat. Apabila menambahkan bahwa jalur kontaminasi
ditinjau secara umum jumlah residu Cd Cd dari tanah dan udara secara langsung
dalam hati dan ginjal lebih tinggi jika dapat terlihat dari adanya deposisi
dibandingkan pada daging tetapi lebih kandungan Cd pada bahan pangan (buah,
rendah dari standar MRL yang tanaman dan produk ternak). Pada
ditetapkan. Rendahnya residu logam Cd manusia, waktu residens Cd dalam
pada hati, ginjal dan daging disebabkan jaringan mencapai waktu 10-40 tahun,
karena logam Cd dapat tereliminasi terutama di dalam ginjal. Soeparno
relatif lebih mudah dari dalam tubuh (2011), Arifin et al. (2005) dan Satarug et
melalui urin dan feses. al. (2003) menyatakan bahwa melalui
proses metabolisme, Cd akan
Sumber kontaminasi Cd yang paling
didistribusikan oleh darah ke berbagai
memungkinkan dalam industri pakan
jaringan, kemudian terakumulasi
ternak berhubungan dengan penggunaan
terutama di dalam hati dan ginjal. Organ
Zn sulfat atau proses bijih Zn yang tidak
hati dan ginjal merupakan tempat
benar sebagai sumber suplemen Zn.
terdeposisinya Cd dalam tubuh yang
Sumber lain yang potensial meliputi
jumlahnya 50% dari total Cd terabsorbsi.
pertambangan dan operasional
Hasil penelitian ini sejalan dengan
pemisahan logam dari bijih logam, karat
pendapat para ahli, yaitu hasil analisis
besi berlapis logam, penggunaan limbah
cemaran residu logam Cd banyak
lumpur urban untuk memupuk pasture
teridentifikasi pada organ hati dan ginjal.
atau tanaman pakan. Selain itu, air, tanah
dan udara dapat menjadi sarana 3. Residu Hg
penyebaran Cd serta mengkontaminasi Hasil penelitian (Tabel 1) menujukkan
ternak dan manusia secara langsung atau
bahwa dari lima sampel analisis cemaran
melalui rantai bahan pangan (Soeparno
residu Hg pada daging dan organ hati
2011; NRC 1980; BOA NAP 1980).
hanya teridentifikasi satu sampel yang
Darmono (1995) menyatakan bahwa mengandung Hg, sedangkan pada organ
rendahnya kadar Cd telah dibuktikan ginjal terdapat tiga sampel yang
karena terjadi interaksi dengan logam mengandung residu Hg, tetapi residu Hg
essensial seperti Zn. Logam Cd yang yang teridentifikasi masih berada dibatas
masuk melalui rute pakan dan saluran aman standar maksimal (MRL) dari SNI
pencernaan akan diabsorpsi sekitar 3-8% 7378: 2009 maupun standar Depkes. Hal
dari total Cd yang termakan. Ada ini mengindikasikan bahwa daging,
beberapa enzim dapat mengikat logam organ hati dan ginjal sapi yang dipotong
dan bekerja sebagai katalisator untuk di RPH kota Pekanbaru layak dan aman
aktivitas kerja enzim yang bersangkutan. untuk dikonsumsi oleh masyarakat.
Interaksi antara Cd dan Zn atau dengan
Menurut Soeparno (2011) ternak
logam essensial lainnya akan
dapat mengalami toksikosis Hg karena

61
KUNTORO, dkk Jurnal Peternakan

kontaminasi melalui udara, tanah, air dan peternakan di Indonesia umumnya


dari Hg yang teringesti di dalam pakan. dipelihara di dalam kandang dengan cara
Sumber utama kontaminasi Hg dalam pemberian pakan secara cut and carry.
pakan adalah melalui konsentrat protein Residu merupakan semua senyawa kimia
ikan atau penggunaan butir-butiran dalam makanan serta komoditas
pakan yang diperlakukan dengan Hg pertanian atau pakan ternak yang
sebagai fungisida secara eksidental. bersumber dari penggunaan produk
Konsentrasi Hg dilingkungan sebagian perlindungan tanaman. Residu pestisida
diakibatkan oleh limbah dari proses- adalah zat yang terkandung dalam hasil
proses pembuatan produk yang pertanian, bahan pangan, atau pakan
menggunakan Hg atau produk buangan ternak sebagai akibat langsung maupun
yang mengandung Hg. Menurut tidak langsung dari penggunaan pestisida
Widaningrum et al. (2007) dampak Hg (Djojosumarto, 2008).
dalam tubuh dapat menyebabkan
Kegiatan peternakan sering
terhambatnya kerja enzim, sehingga
berdampingan dengan kegiatan tanaman
mengakibatkan kerusakan sel. Kondisi
pangan yang rentan terhadap cemaran
akut keracunan Hg dapat mengakibatkan
agrokimia termasuk pestisida.
kerusakan pada organ perut, usus, gagal
Keberadaan pestisida pada produk
kardiovaskuler (jantung dan pembuluh),
peternakan akan berdampak negatif
dan gagal ginjal akut bahkan
terhadap kesehatan konsumen, seperti
mengakibatkan kematian. NRC (2000)
keracunan, imunosupresi dan
menyatakan bahwa level toleransi Hg
karsinogenik. Sumber pencemaran residu
maksimum dalam pakan bentuk organik
pestisida pada produk peternakan berasal
atau anorganik untuk sapi adalah 2 ppm.
dari tanah, air dan pakan ternak
Stansley et al. (1991) menyatakan (Waliszewski et al., 2003; Indraningsih
bahwa akumulasi Hg dapat terjadi di 2006). Hasil analisis cemaran residu
dalam organ-organ seperti hati, ginjal dan pestisida OP pada daging, hati dan ginjal
target jaringan termasuk otot. Level Hg sapi yang dipotong di RPH Kota
dalam otot biasanya jauh lebih rendah Pekanbaru tersaji pada Tabel 2.
daripada hati dan ginjal. Hasil penelitian
Tabel 2 memperlihatkan bahwa hasil
ini sejalan dengan hasil penelitian
analisis residu pestisida golongan
terdahulu yaitu organ hati dan ginjal dari
organofosfat pada sampel daging, hati
lima sampel yang diamati lebih banyak
dan ginjal sapi yang berasal dari RPH
teridentifikasi residu Hg dari pada
Kota Pekanbaru menunjukkan bahwa
jaringan otot. Menurut Peterle (1991) hati
sampel mengandung residu pestisida OP
dan ginjal merupakan organ tempat
lebih kecil 0,005 ppm atau cemaran residu
merkuri mengalami proses metabolisme
pestisida OP berada di bawah batas
dan proses ekskresi.
maksimum yang ditetapkan oleh SNI
Cemaran Residu Pestisida Organofosfat 7317:2008 tentang batas maksimum
(OP) pada Daging, Hati dan Ginjal Sapi cemaran residu pestisida pada bahan
Penggunaan pestisida secara pangan, sehingga daging, hati dan ginjal
berlebihan akan memberikan dampak masih layak untuk dikonsumsi. Meskipun
buruk bagi lingkungan, manusia bahkan hasil uji residu pestisida pada daging, hati
hewan ternak. Sebagian besar pola dan ginjal sapi asal RPH Kota Pekanbaru

62
Vol 9 No 2 ANALISIS CEMARAN

tidak terdeteksi, namun produk ternak pestisida bersifat akumulatif sehingga


dapat tercemar pestisida baik pada waktu berbahaya bagi kesehatan hewan ternak
praproduksi maupun produksi, sehingga maupun manusia sebagai konsumen.
harus selalu diwaspadai karena residu

Tabel 2. Hasil analisis cemaran residu pestisida OP pada otot dan jeroan sapi (ppm)
No Pestisida Pemilik Jenis Organ
Organofosfat Ternak Daging Hati Ginjal
------------------ppm--------------------
1 < 0,005 < 0,005 < 0,005
2 < 0,005 < 0,005 < 0,005
1 Diazinon 3 < 0,005 < 0,005 < 0,005
4 < 0,005 < 0,005 < 0,005
5 < 0,005 < 0,005 < 0,005
1 < 0,005 < 0,005 < 0,005
2 < 0,005 < 0,005 < 0,005
2 Metidation 3 < 0,005 < 0,005 < 0,005
4 < 0,005 < 0,005 < 0,005
5 < 0,005 < 0,005 < 0,005
1 < 0,005 < 0,005 < 0,005
2 < 0,005 < 0,005 < 0,005
3 Klorpirifos 3 < 0,005 < 0,005 < 0,005
4 < 0,005 < 0,005 < 0,005
5 < 0,005 < 0,005 < 0,005
1 < 0,005 < 0,005 < 0,005
2 < 0,005 < 0,005 < 0,005
4 Malathion 3 < 0,005 < 0,005 < 0,005
4 < 0,005 < 0,005 < 0,005
5 < 0,005 < 0,005 < 0,005
1 < 0,005 < 0,005 < 0,005
2 < 0,005 < 0,005 < 0,005
5 Profenofos 3 < 0,005 < 0,005 < 0,005
4 < 0,005 < 0,005 < 0,005
5 < 0,005 < 0,005 < 0,005
1 < 0,005 < 0,005 < 0,005
2 < 0,005 < 0,005 < 0,005
6 Fenitrotion 3 < 0,005 < 0,005 < 0,005
4 < 0,005 < 0,005 < 0,005
5 < 0,005 < 0,005 < 0,005
1 < 0,005 < 0,005 < 0,005
2 < 0,005 < 0,005 < 0,005
7 Triazofos 3 < 0,005 < 0,005 < 0,005
4 < 0,005 < 0,005 < 0,005
5 < 0,005 < 0,005 < 0,005
1 < 0,005 < 0,005 < 0,005
2 < 0,005 < 0,005 < 0,005
8 Metil Klorpirifos 3 < 0,005 < 0,005 < 0,005
4 < 0,005 < 0,005 < 0,005
5 < 0,005 < 0,005 < 0,005

63
KUNTORO, dkk Jurnal Peternakan

Lanjutan Tabel 2, Hasil analisis cemaran residu pestisida OP pada otot dan jeroan sapi
(ppm)
No Pestisida Pemilik Jenis Organ
Organofosfat Ternak Daging Hati Ginjal
------------------ppm------------------
1 < 0,005 < 0,005 < 0,005
2 < 0,005 < 0,005 < 0,005
9 Demetoat 3 < 0,005 < 0,005 < 0,005
4 < 0,005 < 0,005 < 0,005
5 < 0,005 < 0,005 < 0,005
1 < 0,005 < 0,005 < 0,005
2 < 0,005 < 0,005 < 0,005
10 Dichlorvos 3 < 0,005 < 0,005 < 0,005
4 < 0,005 < 0,005 < 0,005
5 < 0,005 < 0,005 < 0,005
1 < 0,005 < 0,005 < 0,005
2 < 0,005 < 0,005 < 0,005
11 Etrimfos 3 < 0,005 < 0,005 < 0,005
4 < 0,005 < 0,005 < 0,005
5 < 0,005 < 0,005 < 0,005
1 < 0,005 < 0,005 < 0,005
2 < 0,005 < 0,005 < 0,005
12 Methacifos 3 < 0,005 < 0,005 < 0,005
4 < 0,005 < 0,005 < 0,005
5 < 0,005 < 0,005 < 0,005
1 < 0,005 < 0,005 < 0,005
2 < 0,005 < 0,005 < 0,005
13 Metil Azinfos 3 < 0,005 < 0,005 < 0,005
4 < 0,005 < 0,005 < 0,005
5 < 0,005 < 0,005 < 0,005
1 < 0,005 < 0,005 < 0,005
2 < 0,005 < 0,005 < 0,005
14 Metil Paration 3 < 0,005 < 0,005 < 0,005
4 < 0,005 < 0,005 < 0,005
5 < 0,005 < 0,005 < 0,005
1 < 0,005 < 0,005 < 0,005
2 < 0,005 < 0,005 < 0,005
15 Phosphamidon 3 < 0,005 < 0,005 < 0,005
4 < 0,005 < 0,005 < 0,005
5 < 0,005 < 0,005 < 0,005
1 < 0,005 < 0,005 < 0,005
2 < 0,005 < 0,005 < 0,005
16 Metil Pirimiphos 3 < 0,005 < 0,005 < 0,005
4 < 0,005 < 0,005 < 0,005
5 < 0,005 < 0,005 < 0,005
Sumber : Data Primer (2011)
Hasil penelitian terlihat bahwa residu hal ini menunjukkan bahwa air, tanah
pestisida OP lebih kecil dari 0,005 ppm, dan pakan yang digunakan selama proses

64
Vol 9 No 2 ANALISIS CEMARAN

produksi ternak mengandung cemaran Pusat Penelitian dan Pengembangan


pestisida sangat rendah. Selain itu, Peternakan. Bogor.
pestisida golongan OP mudah
terdegradasi oleh panas. Salas et al. (2003) BOA NAP. 1980. Cadmium in mineral
tolerance of domestic animals. Board
menyatakan bahwa cemaran pestisida
on agriculture, National Academic
golongan OP bersifat sangat toksik Press: Washington DC. Hal 93-130.
meskipun diketahui mudah terdegradasi
oleh panas atau sinar matahari, namun [BSN] Badan Standarisasi Nasional. 1998.
beberapa jenis pestisida OP dilaporkan [SNI] Standar Nasional Indonesia
terdeteksi dalam susu yang telah Nomor 01-2896-1998. Tentang cara uji
dipasteurisasi. logam dalam makanan. Jakarta.

Indraningsih et al. (2004) menyatakan [BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2008.


sumber kontaminasi pestisida selama [SNI] Standar Nasional Indonesia
proses prapanen produk peternakan Nomor 7317:2008. Tentang batas
berasal dari tanah, air, hasil sampingan maksimum residu pestisida hasil
pertanian dan rumput sebagai pakan pertanian. Jakarta.
ternak serta pakan komersial di daerah
sentra peternakan. Lebih lanjut [BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2009.
Indraningsih et al. (2004) menyatakan [SNI] Standar Nasional Indonesia
Nomor 7387:2009. Tentang batas
bahwa terdapat hubungan antara
maksimum cemaran logam berat
pencemaran tanah, air, konsentrat dan
dalam pangan. Jakarta.
hijauan pakan ternak terhadap
pembentukan residu pada produk Darmono. 1995. Logam dalam Sistem Biologi
peternakan (daging dan susu). Makhluk Hidup. Universitas Indonesia
Press. Jakarta.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat Darmono. 2008. Lingkungan Hidup dan
disimpulkan bahwa cemaran residu Pencemaran Hubungannya dengan
logam berat Pb berkisar 0,00-0,92 ppm, Toksikologi Senyawa Logam. Universitas
Cd berkisar 0,00-0,60 ppm dan Hg Indonesia Press. Jakarta.
berkisar 0,00-0,03 ppm berada di bawah
[Depkes] Departemen Kesehatan Republik
batas maksimum cemaran logam berat
Indonesia. 1998. Kumpulan Peraturan
pada daging menurut SNI 7387:2009, Perundang-Undangan Bidang
sedangkan residu pestisida golongan Makanan dan Minuman. Direktorat
organofosfat lebih kecil dari 0,005 ppm Jenderal POM. Departemen Kesehatan
atau berada di bawah batas maksimum RI. Jakarta.
yang telah ditentukan oleh SNI 7317:2008.
Djojosumarto P.2008. Pestisida dan Aplikasinya.
DAFTAR PUSTAKA PT. Gramedia Pustaka. Jakarta.
Arifin M, Subagio BE, Rianto E, Purbowati E,
Purnomoadi A, Dwiloka B, 2003. [FAO] Food Agriculture Organization. 1986.
Residu Logam Berat pada Sapi Potong Pesticides in Food. International
yang dipelihara di TPA Jatibarang, Programme on Chemical Safety (IPCS).
Kota Semarang Pasca Proses Eliminasi Roma.
Selama 90 Hari. Seminar Nasional
Teknologi Peternakan dan Veteriner.

65
KUNTORO, dkk Jurnal Peternakan

Indraningsih, Sani Y, Widiastuti R, Masbulan Niagru JO, Simmons MS. 1987. Food
E, Bonwick GA. 2004. Minimalization Contamination from Environmental
of pesticide residues in animal Sources. John Willey and Sons, Inc.
products. Pros. Seminar Nasional New York.
Parasitologi dan toksikologi Veteriner.
Balai Penelitian Veteriner dan [NRC] National Research Council. 1980.
Departement for International Mineral Tolerance of Domestic
Development. Bogor: hlm. 105-126. Animals. National Academic Press.
Washington DC.
Indraningsih, Sani Y. 2006. Residu pestisida NRC 2000?
dalam jaringan otak sapi perah di Palar H. 1994. Pencemaran dan Toksikologi
Lembang, Jawa Barat. JITV.11(1) : 76- Logam Berat. Rineke Cipta. Jakarta.
83.
Peterle TJ. 1991. Wildlife Toxicology. Van
Indraningsih. 2006. Sumber kontaminan dan Nostrand Reinhold. New York.
penanggulangan residu pestisida pada
pangan produk peternakan: Suatu Rubio C, Hardisson A, Requera JI, Revert C,
tinjauan. Wartazoa 16(2). Lafuente MA, dan Gonzales-Iglesias T.
2006. Cadmium dietery intake in the
Komisi Pestisida. 1997. Metode Pengujian canary. Islands, Spain. Environ. Res.
Residu Pestisida dalam Hasil 100: 123-129.
Pertanian. Departemen Pertanian.
Jakarta. Rugh CL, Bizily SP, Meagher RB. 2000.
Phytoreduction of Environmental Mercury
Kusnoputranto, H. 2006. Penghapusan Bensin Pollution. John Willey & Sons. New
Bertimbal sebagai suatu York.
Keharusan.http://www.kpbb.org/ma
kalahind/Pengaruh%20Penghapusan Salas JH, Gonzalez MM, Noa M, Perez NA,
%20Bensin%20Bertimbal%20Terhadap Diaz G, Guiteirerrez R, Zazulta H,
%20Kendaraan%20Bermotor.pdf [20 Osuma I. 2003. Organophosphorus
Agustus 2011]. pesticide recidues in Mexican
commercial parteurized milk. J. Agric
Levy PS, Lemeshow S. 1999. Sampling of Food Chem. 51: 4468-4471.
Population. 3rd Edition. John Wiley and
Sons Inc. Kanada. Satarug S, Baker JR, Urbenjapol S, Haswell-
Elkins M, Reilly PE, William DJ dan
Mor F, Kursun O, Erdogan N. 2009. Effects of Moore MR. 2003. A global perspective
heavy metals residues on human on cadmium pollution and toxicity in
health. Uludang Univ J Fac Vet Med non-occupationally expose population.
28(1): 59-65. Toxicol. Latters 137: 65-83.

Nazir M. 2005. Metode Penelitian. Ghalia Siddiqui MF, Rajurkar GR. 2008. Lead – An
Indonesia. Bogor. emerging threat to livestock. Vet. World
1:213-216.
[NAS] National Academy of Science. 1980. SNI 1998?
Mineral tolerance of domestic animals. Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging.
National Academy Press. Washington Gadjah Mada University Press.
D.C:. Yogyakarta.

66
Vol 9 No 2 ANALISIS CEMARAN

Soeparno. 2011. Ilmu Nutrisi dan Gizi Daging. Waliszweski SM, Villalobos-Pietrini R,
Gadjah Mada University Press. Gomez-Arroyo, Infanzon RM. 2003.
Yogyakarta. Persistent organochlorine pesticide
levels in cow’s milk samples from
Soeparno. RA. Rihastuti, Indratiningsih, S. tropical region of Mexico. Food Addit
Triatmojo. 2011. Dasar Teknologi Hasil Contam 20(3): 270-285.
Ternak. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta. [WHO] World Health Organization. 1996.
Trace Elements in Human Nutrition
Stansley W, Roscoe DE, Hazen RE. 1991. and Health. Eigendom Biologisch
Cadmium contamination of deer livers Laboratorium VU. Geneva.
in New Jersey: Human health risk
assessment. Sci Total Environ 107:71-78. Widaningrum, Miskiyah, Suismono. 2007.
Bahaya kontaminasi logam berat
Underwood EJ, Suttle N. 1999. The Mineral dalam sayuran dan alternatif
Nutrition of Livestock. 3rd ed. CABI pencegahan cemarannya. BTPP 3:16-
Wallingford. United Kingdom. 27.

67

You might also like