You are on page 1of 9

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DENGAN NEFROTIK SYNDROM


Laporan Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Departemen
Keperawatan Anak
Dosen Pengampu: Reni Hertini, M.Kep

Disusun Oleh :

Nama : Egis Sugiarti


NPM : 4012220018

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XVII


STIKes BINA PUTERA BANJAR
TAHUN 2022
A. KONSEP DASAR
1. Definisi
Sindrom nefrotik adalah penyakit dengan gejala edema, proteinuria,
hipoalbuminemia dan hiperkolesterolemia. Kadang-kadang terdapat hematuria,
hipertensi dan penurunan fungsi ginjal ( Ngastiyah, 2005 dalam Rahma, 2012).
Nefrotik sindrom adalah gangguan klinik yang ditandai dengan peningkatan
protein urine (proteinuria), edema, penurunan albumin dalam darah
(hipoalbuminemia), dan kelebihan lipid dalam darah (hiperlipidemia). Kejadian
ini diakibatkan oleh kelebihan pecahan plasma protein ke dalam urine karena
peningkatan permeabilitas membran kapiler glomerulus. (dr.Nursalam, dkk.
2009).
Sindrom nefrotik adalah suatu kumpulan gejala gangguan klinis, meliputi
proteinuria masif > 3,5 gr/hr, hipoalbuminemia, edema, hiperlipidemia.
Manifestasi dari keempat kondisi tersebut yang sangat merusak membran
kapiler glomerulus dan menyebabkan peningkatan permeabilitas glomerulus
(Muttaqin, 2012).
2. Etiologi
Menurut Mansjoer, 2010 Penyebab sindrom nefrotik yang pasti belum
diketahui, akhir- akhir ini dianggap sebagai suatu penyakit autoimun, yaitu
suatu reaksi antigenantibodi. Umumnya etiologi dibagi menjadi:
a. Sindrom Nefrotik Bawaan
Diturunkan sebagai resesif autosomal atau karena reaksi maternofetal. Resisten
terhadap semua pengobatan. Prognosis buruk dan biasanya pasien meninggal
dalam bulan-bulan pertama kehidupannya.
b. Sindrom Sefrotik Sekunder
Disebabkan oleh: malaria kuartana atau parasit lainnya, penyakit kolagen
seperti lupus eritematosus diseminata, purpura anafilaktoid,
glumerulonefritis akut atau kronik, trombosis vena renalis, bahan kimia
seperti trimetadion, paradion, penisilamin, garam emas, air raksa,
amiloidosis, penyakit sel sabit, hiperprolinemia, nefritis
membranoproliferatif hipokomplementemik.
c. Sindrom nefrotik idiopatik
Tidak diketahui sebabnya atau disebut sindroma nefrotik primer.
Berdasarkan histopatologis yang tampak pada biopsi ginjal dgn
pemeriksaan mikroskop biasa dan mikroskop elektron. Churg dkk
membagi menjadi 3 golongan yaitu kelainan terpadu, nefropati
membranosa, dan glomerolunefritis. (Ngastiyah, 2005 dalam Niken, 2014).
3. Patofiologi
Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan berakibat
pada hilangnya protein plasma dan kemudian akan terjadi proteinuria. Lanjutan
dari proteinuria menyebabkan hipoalbuminemia. Dengan menurunnya albumin,
tekanan osmotik plasma menurun sehingga cairan intravaskuler berpindah ke
dalam interstitial. Perpindahan cairan tersebut menjadikan volume cairan
intravaskuler berkurang, sehingga menurunkan jumlah aliran darah ke renal
karena hypovolemi.
Menurunnya aliran darah ke renal, ginjal akan melakukan kompensasi
dengan merangsang produksi renin - angiotensin dan peningkatan sekresi anti
diuretik hormon (ADH) dan sekresi aldosteron yang kemudian terjadi retensi
kalium dan air. Dengan retensi natrium dan air akan menyebabkan edema.
Terjadi peningkatan kolesterol dan trigliserida serum akibat dari peningkatan
stimulasi produksi lipoprotein karena penurunan plasma albumin dan
penurunan onkotikplasma.
Adanya hiper lipidemia juga akibat dari meningkatnya produksi
lipopprtein dalam hati yang timbul oleh karena kompensasi hilangnya protein,
dan lemak akan banyak dalam urin (lipiduria).
Menurunya respon imun karena sel imun tertekan, kemungkinan
disebabkan oleh karena hipoalbuminemia, hiperlipidemia, atau defesiensi seng.
(Yuliani, 2007 dalam Niken, 2014).
Pathway Nefrotik Sindrom

Kerusakan glomerolus Ginjal

Peningkatan sekresi proteinuria


protein dan lipid hepatik

hiperlipedemia hipoproteinemi

Penurunan tekanan hipovolemi


onkotik

Peningkatan sekresi Penurunan darah


Oedema
ADH dan aldostron

Pelepasan Renin
Reabsorbsi Na+

Dan air
Vasokontrik
4. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis yang menyertai sindrom nefrotik (Ngastiyah,
2005) antara lain :
a. Proteunuria
b. Edema
c. Penurunan jumlah urine, urine gelap dan berbusa
d. Hematuria
e. Anoreksia
f. Diare
g. Pucat

5. Komplikasi
a. Penurunan volume intravascular
b. Pemburukan pernafasan
c. Kerusakan kulit
d. Infeksi sekunder akibat kadar immunoglobulin yang rendah karena
hipoalbumenia. (alimul aziz, 2009).

6. Pemeriksaan penunjang
a. Uji urine
1) Protein urin : >3,5 g/1,73 m2 luas permukaan tubuh
2) Berat jenis urin (normal : 285 mOsmol)
b. Uji darah
1) Albumin serum <3 g/dl
2) Kolesterol serum meningkat
3) Hemoglobin dan hematokrit meningkat
4) LED meningkat
c. Uji diagnostik
1) Rotgen dada menunjukan adanya cairan berlebih
2) USG ginjal dan CT scan
7. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medis
1) Istirahatkan sampai edema berkurang, batasi asupan natrium 1g/hari
2) Diit protein tinggi sebanyak 2 – 3 g/kg BB dengan garam minimal bila
edema masihh beratdan bila edema berkurang dapat di beri sedikit garam
3) Bila edema tidak berkurang dengan pembatasan garam sapat digunakan
deuretik (furosemid 1mg/kg BB/hari)
4) Mencegah infeksi harus diperiksa, kemungkinan anak menderita
tuberkolosis
b. Penatalaksanaan keperawatan
1) Tirah baring: Menjaga pasien dalam keadaan tirah baring selama beberapa
harimungkin diperlukan untuk meningkatkan diuresis guna mengurangi
edema.
2) Berikan alas bantal pada kedua kakinya sampai pada tumit (bantal diletakkan
memanjang, karena jika bantal melintang maka ujung kaki akan lebih rendah
dan akan menyebabkan edema hebat).
3) mempertahankan grafik cairan yang tepat, penimbnagan harian, pencatatan
tekanan darah dan pencegahan dekubitus.
4) Bila pasien seorang anak laki-laki, berikan ganjal dibawah skrotum untuk
mencegah pembengkakan skrotum karena tergantung (pernah terjadi keadaan
skrotum akhirnya pecah dan menjadi penyebab kematian pasien). (Ngastiyah,
2005 dalam Niken, 2012).

B. KONSEP TUMBUH KEMBANG


1. Pengertian Tumbuh Kembang
a. Pertumbuhan (Growth)
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik (anatomi) dan struktur
tumbuh dalam arti sebagian atau seluruhnya multiplikasi (bertambah
banyak) sel – sel tubuh dan bertambahnya sel. Adanya multiplikasi dan
bertambahnya ukuran sel bearti adanya pertambahan secara kuantitatif dan
hal tersebut terjadi konsepsi yaitu pertemuan sel telur dan sperma hingga
dewasa. (Nursalam, 2005 dalam Wati, 2012).
Pertumbuhan adalahnya bertumbuhnya ukuran fisik dan stuktur tubuh
dalam arti sebagian atau seluruhnya karena adanya multiple sel – sel tubuh
dan juga karena bertambahnya sel. (Ngastiyah, 2005 dalam Niken, 2012)
b. Perkembangan
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan struktur atau fungsi
tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dapat diperkirakan dan
di ramalkan sebagai hasil deforensi sel, jaringan tubuh, organ – organ dan
system yang terorganisasi. (Alimun H, 2006).
Konsep tumbuh kembang anak usia sekolah menurut William, 2007:
1) Perkembangan Kognitif Anak (Piaget)
Anak usia 9 tahun Fase Operasional Konkrit (7-11 tahun), pada fase
ini,Pengalaman dan kemampuan yang diperoleh pada fase sebelumnya
menjadi mantap. Ia mulai belajar untuk menyesuaikan diri dengan
teman-temannya dan belajar menerima pendapat yang berbeda dari
pendapatnya sendiri.
2) Perkembangan Psikosexsual Anak (Sigmund freud)
Anak usia 9 tahun pada Fase Falik antara umur 3-12 tahun. Fase ini
dibagi 2 yaitu fase oediopal antara 3-6 tahun dan fase laten antara 6-12
tahun. Fase oediopal dengan pengenalan akan bagian tubuhnya umur 3
tahun. Disini anak mulai belajar menyesuaiakan diri dengan hukum
masyarakat. Perasaan seksual yang negative ini kemudia
menyebabkan dia menjauhi orang tua dengan jenis kelamin yang
sama. Disinilah proses identifikasi seksual. Anak pada fase
praoediopal biasanya senang bermain dengan anak yang jenis
kelaminnya berbeda, sedangkan anak pasca oediopal lebih suka
berkelompok dengan anak sejenis.
3) Perkembangan Psikososial Anak (Erik Erikson)
Anak usia 9 tahun menurut Erikson, pada fase Berkarya vs rasa rendah
diri. Masa usia 6-12 tahun adalah masa anak mulai memasuki sekolah
yang lebih formal. Ia sekarang berusaha merebut perhatian dan
penghargaan atas karyanya. Ia belajar untuk menyelesaikan tugas yang
diberikan padanya, rasa tanggung jawab mulai timbul, dan ia mulai
senang untuk belajar bersama.
C. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian adalah suatu proses yang berkelanjutan yang dilakukan semua fase
pemecahan masalah dan menjadi dasar untuk pengambilan keputusan.
Pengkajian menggunakan banyak keterampilan keperawatan dan terdiri atau
pengumpulan klasifikasi dan analisa data dari berbagai sumber untuk
memberikan pengakajian yang akurat dan konprehensif.
Pengkajian yang harus di lakukan pada pasien nefrotik sindrom adalah :
a. Kaji keadaan umum, termasuk pengkajian edema
b. Kaji riwayat kesehatan dengan cermat yang berhubungan dengan
penambahan berat badan
c. Observasi penambahan berat badan, edema pada wajah, ekstremitas dan
abdomen serta kaji ansietas pada pasien.
d. Observasi asupan cairan yang berlebih
e. Kaji pada sistem integumen apakah ada tandan – tanda kerusakan pada
kulit
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawataan adalah penyebutan sekelompok petunjuk yang didapat
selama fase pengkajian (Wong, 2010).
Diagnosa pengkajian yang akan muncul pada pasien nefrotik sindrom adalah :
a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan akumulasi cairan dalam
jaringan dan ruang ke tiga
b. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit b.d Akumulasi cairan berlebih
dalam tubuh
c. Ansietas b.d. Hospitalisasi pada anak
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan
DAFTAR PUSTAKA

Yuliani, Rita. 2007. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi 2. Jakarta: Penebar
Swadaya.

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Suharyanto, Toto , Abdul Madjid. 2009. Asuhan Keperwatan Pada Klien Dengan
Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta : Salemba Medika.

Israr, Yayan Akhar. 2008. Sidroma Nefrotik (SN). http://www.Belibis17.com. diakses


tanggal 29 Mei 2016.

Marloviana, Niken F. 2014. “Asuhan Keperawatan pada An.A Usia Toddler


(1,5tahun)Dengan Diagnosa Medis Nefrotik Sindrom di Ruang Alamanda
RSUD. dr. Hi. Abdoel Moeloek Provinsi Lampung”. Studi Kasus. STIKes
Muhammadiyah Pringsewu Lampung.

You might also like