You are on page 1of 6

Lahirnya Nahwu Kufah dan Karakteristiknya

A. Pendahuluan
Ilmu Nahwu adalah ilmu yang pertama kali dibukukan dalam Islam, karena ia
bersinggungan langsung dengan pemeliharaan lisan dari kesalahan ketika membaca Al-
Qur’an. Al-Qur’an merupakan suatu rujukan yang digunakan umat islam dalam melahirkan
berbagai ilmu, salah satu ilmu yang lahir dari Al-Qur’an adalah nahwu. Ilmu nahwu lahir
juga berkembang di kota Bashrah oleh Abu Aswad Adu’ali dan para ulama-ulama nahwu
di bashrah, kemudian ilmu nahwu terus berkembang menuju beberapa kota yaitu Kufah,
Bagdad, Mesir dan Andalus. 1
Di samping itu, nahwu juga termasuk dalam kategori ilmu bantu dalam ikhtiar
mempelajari ilmu-ilmu lain. Misalnya, ilmu Ushul Fiqh, Tafsir, Fiqh, Mantiq dan lain-
lainnya. Ketika Arab mampu menyebar luas keseluruh belahan dunia, tentu saja Bahasa
Arab pun menjadi Bahasa resmi umat Islam. Kemudian banyak yang ingin mempelajarinya
sehingga terjadilah percampuran dengan Bahasa lain yang merubah susunan
gramatikalnya. Fenomena ini menjadi perhatian penting bagi pecinta dan pengamat Bahasa
Arab, yang sering menemukan kesalahan dalam bicara dan penulisan.
Ilmu nahwu di Kufah berlangsung sekitar seabad setelah Basrah. Kajian ilmu
nahwu sangat berhubungan dengan tempat, suku dan kehidupan didalamnya. Dari sudut
geografis, Kufah merupakan jalur perdagangan dan tempat pergantian kebudayaan.
Kareakter kehidupannya adalah militer sehingga sebagian dari mereka adalah apara
imigran yang berasal dari ahli qiraah, ahli figh dan para penyair.

B. Perkembangan Nahwu Maszhab Kufah


Sekitar 100 tahun, madzhab nahwu Kufah baru muncul. 2 Hal ini disebabkan ulama
Kufah lebih konsen pada ilmu keislaman, ilmu nahwu terus berkembang dan mendapatkan
momentum perkembangannya yang pesat di masa Abbasiyah, yaitu pertengahan abad ke-
2 H. Sebagaimana diketahui bahwa nahwu sebagi suatu ilmu, tumbuh dan berkembang di

1
Muhamad Haykal, Aliran Perkembangan Ilmu Nahwu, (Jakarta: FIB UI, 2013). hlm. 3
2
Ihsanuddin, Sejarah Perkembangan Mazhab Nahwu Arab, Vol. 18, (Yogyakarta: Thaqafiyyat, 2017), hlm. 77
tangan para ulama Basrah. Sebenarnya Kufah telah melakukan hal yang sama, namun
bagaimanapun juga, Basrah lah sebagai pionir dan yang paling awal dalam hal ini.
Tokoh atau ulama nahwu di kufah ini terbagi menjadi lima generasi, yaitu:
1. Generasi Pertama: Mu’adz Al-Hara’I dan Al-Ru’asi
2. Generasi Kedua: Al-kasa’I
3. Generasi Ketiga: Al-Ahmar, Al-Fara, Al-Lihyani
4. Generasi Keempat: Ibnu Sa’dan, At-Thuwal, dan Ibnu Qadim
5. Generasi Kelima: Tsa’lab
Dari Basrah ilmu nahwu terus berkembang ke kufah, yang disebarkan oleh para
alumni Madrasah al-Bashriyah. Tidak berbeda dengan di Bashrah, di Kufah lahir
“Madrasah Kufiah” sebagai tempat pengkaderan ulama-ulama nahwu Kufah. Madrasah ini
dipelopori oleh al-Ru’asi dan al-Harra’, kemudian dari sini bermunculan ulama-ulama
nahwu seperti: Hamzah Muhammad ibn Sa’ad. Ali ibn Hazim al-Lihyani, Hisyam ibn
Mua’awiyah al-Darir, ibn al-Sikkit, al-Thiwal dan Tsa’lab. 3

Pendapat Kisa’I (ahli qira’at) selalu menjadi acuan, baik pengikutnya atau yang
lain. Ciri khas madzab ini adalah lebih sering menggunakan qiyas dalam memecahkan
sebuah masalah yang berkaitan dengan gramatikal Arab. Terlepas dari siapa pendiri
madzhab Kufah, ada seorang tokoh Kufah yang paling berjasa dalam proses ilmiah bahasa
Arab, yaitu Khalil bin Ahmad al-Farahidi (100-170 H). Ia adalah seorang yang sangat luas
pengetahuan ilmunya (ilmu hadist, fiqh, bahasa, matematika, logika formal), ia juga
termasuk salah seorang yang terkenal melakukan perjalanan ke pedalaman untuk
melakukan survey bahasa dan mengumpulkannya, lebih jauh lagi Ia membuat teori-teori
bahasa yang lebih dikenal dengan ilmu Sharf. Khalil tidak saja melengkapi dan
memperluas teori Abu Aswad dan para muridnya, tetapi juga mencetuskan teori baru
tentang Mubtada’, Khabar, Kaana, Inna dan saudara-saudaranya beserta fungsi dan cara
kerjanya masing-masing. 4

3
Ridwan, Karakteristik Nuhat Kufah dan Bashrah, hlm.60-61
4
Madchan Jazuli dan Arif Mustofa, Implikasi Madrasah Bashrah dan Kufah dalam Pembelajaran di Indonesia.
hlm. 210
Secara historis, lahirnya aliran Kufah dapat dianggap sebagai awal munculnya
khilafiyah 5 dalam nahwu. Sebagaimana diketahui, fase pembentukan dan peletakan dasar
ilmu-ilmu nahwu terjadi di Bashrah yang dipelopori oleh Abu al-Aswad al-Du’aliy dan
dimotori oleh ulama-ulama Bashrah dengan kajian nahwu yang intensif dan mendalam.
Ikut sertanya ulama-ulama Kufah dalam membangkitkan dan mengembangkan ilmu-ilmu
nahwu. kemudian tumbuh dan berkembanglah ilmu-ilmu nahwu yang dianggap berbeda
dengan Bashrah, meskipun secara metodologis atau bidang kajian mungkin pada awalnya
sama saja. Adanya khilafiyyah ini ditandai dengan penyebutan Bashari untuk ulama-ulama
Bashrah dan kufi untuk ulama-ulama Kufah.

Khilafiyyah dalam nahwu ini melebar dan meluas karena dua aliran ini mengambil
jalan dan metode yang berbeda. Khilafiyyah ini semakin mencuat kerena dibarengi oleh
perkembangan kajian filsafat dan logika. Ada beberapa hal yang memberi kontribusi
berkembangnya khilafiyyah dalam nahwu diantaranya berkembangnya kajian logika dan
filsafat, kajian fikih dan munculnya golongan Muktazilah. 6

Sejauh yang ditelusuri, cikal bakal khilafiyyah dalam kajian nahwu pertama kali
muncul dalam tataran individu, bukan dalam tataran metodologis aliran.Khilafiyyah dalam
tataran individu ini diawali oleh adanya perseberangan pendapat antara al-Kisa’i dengan
gurunya al-Ru’asi ketika memperdebatkan masalah-masalah nahwiyah dengan al-Farra’.
Pada kesempatan itu, al-Kisa’i mematahkan pendapat al-Ru’asi yang diriwayatkan oleh al-
Farra’. Dengan demikian, awal mula khilafiyyah tersebut muncul dalam aliran Kufah.

C. Karakteristik Nahwu Kufah


Apabila melihat kepada sejarah muslim di kota kufah, maka kota kufah bisa
dikatakan sebagai suatu kotanya para sahabat nabi. Selain itu madzhab kufah adalah
madzhab yang memiliki kajian pendekatan metode dengan menggunakan pendekatan
riwayah, disebutkan bahwa sumber-sumber kajian yang dilakukan oleh madzhab Kufah
adalah Al-Qur’an, al-Hadits, puisi-puisi Arab, bahasa-bahasa qabilah Arab, dan pendapat
para tokoh ilmu nahwu.

5
ketidaksejalanan pendapat di antara Bashrah dan Kufah dalam menetapkan suatu kaidah Nahwu atau dalam
menganalisis aspek-aspek yang berkaitan dengan kebahasaan.
6
Asrina, Khilafiyyah Nahwiyyah: Dialektika Pemikiran Nahwu Bashrah dan Kufah dalam Catatan Ibn al-
Anbari, Vol. XL, (Padang: Miqot, 2016), hlm. 424
Ciri khas nahwu yang diusung mazhab Kufah sebagai berikut: 7 (a) Menjadikan
berbagai dialek Arab yang bertahan di daerah pedalaman sebagai rujukan atau dalil konsep
Bahasa; (b) Menjadikan kasus berbahasa yang meskipun kurang populer (jarang terjadi)
sebagai qiyas atau rujukan dan alasan konsep mereka; (c) Menjadikan puisi, baik puisi
pada zaman pra Islam (Jahiliyah) maupun puisi pada masa Islam sebagai rujukan konsep
bahasa mereka meskipun mereka hanya menemukan sebuah bait puisi saja; (d) Merujuk
pada berbagai macam atau ragam bacaan (al-Qira’at) yang telah ada; (e) Merujuk pada
ayat-ayat al-Qur’an dalam porsi yang lebih besar daripada mazhab Basrah.
Beberapa kaidah yang diklasifikasikan sebagai madzhab Kufah
antara lain: 8
1. Ada yang menunjukkan makna tikrar (‫)اﻟﺘﻜﺮﻳﺮ‬ mengikuti wazan

fu’al dan maf’al (‫ ﻣﻔﻌﻞ‬،‫ )ﻓﻌﺎل‬dan tidak boleh ditanwin.

2. kata (‫ )أﲨﻊ‬dan (‫ )ﲨﻌﺎء‬boleh dibentuk Isim tatsniyah, seperti (‫ أﺑﺘﻌﺎن‬،‫ أﻛﺘﻌﺎن‬،‫)أﲨﻌﺎك‬

dan (‫ ﺑﺘﻌﺎوان‬،‫)ﲨﻌﺎواﻧﻮ ﻛﺘﻌﺎوان‬


3. Syarth dan jaza’ (‫ )اﻟﺸﺮط‬dan (‫ )اﳉﺰاء‬di jazamkan dengan kaifa atau kaifama ( ،‫ﻛﻴﻒ‬
‫)ﻛﻴﻔﻤﺎ‬.
4. Bahwa (‫ )إن اﻟﻨﺎﻓﻴﺔ‬beramal (fungsi) seperti amalnya (‫)ﻟﻴﺲ‬.
5. Dlamir yang kembali kepada mashdar dapat beramal pada dharf
6. Isim boleh dijazamkan oleh (‫ )أن‬mudlmarah
7. Boleh membuat athaf mufrad (‫ )ﻋﻄﻒ اﳌﻔﺮد‬dengan (‫)ﻟﻜﻦ‬
8. Kata (‫ )ﺣﺎش‬pada kalimat “‫ ”ﺣﺎش ﷲ‬adalah kata kerja fi’il.
9. Kata (‫ )ﺧﻼ‬ketika didahului oleh (‫ )ﻣﺎ‬tidak selalu kata kerja, tetapi
dapat pula sebagai isim.
10. Dlamir muttashil yang ada pada fa’il dapat meruju’ kepada kata
yang posisinya jatuh sesudahnya.
11. ‫ ﻛﺬا‬boleh diidlofahkan kepada isim mufrad atau isim jama’
12. Boleh mengathafkan isim pada dlamir majrur tanpa mengikutkan
huruf jarnya.

7
Ihsanuddin, Sejarah Perkembangan Mazhab Nahwu Arab, hlm.84
8
Ridwan, Karakteristik Nuhat Kufah dan Bashrah, hlm. 14
D. Kesimpulan

Kufah adalah suatu kota yang terletak di negara Irak, pada masa pemerintahan ‘Ali
bin Abi Thalib, kota ini dijadikan sebagai pusat pemerintahan. Kota ini terkenal sebagai
negerinya para muhadditsin, penyair, dan ahli qira‘ah. Di kota ini terdapat pasar yaitu “al-
kunasah” sebagai arena mendemonstrasikan kemapuan mereka dibidang masing-masing.
Kufah merupakan jalur perdagangan dan tempat pergantian kebudayaan. Karakter
kehidupannya adalah militer sehingga sebagian dari mereka adalah para imigran.

Tokoh nahwu pada madzhab Kufah terbagi mejadi lima generasi generasi pertama
(Ar-Ru’asi, Al-Hara’i), generasi kedua (Al-Kisa’i), generasi ketiga (Al-Ahmar, Al-faraa,
Al-Lihyani), generasi keempat (Ibnu Sa’dan, At-Thuwal, Ibn Qadim), dan generasi kelima
adalah (Tsa’lab).

Karakteristik Ilmu nahwu pada madzhab Kufah sesuai dengan generasinya tokoh-
tokoh nahwu. Mereka tidak cenderung terhadap suatu kabilah Arab, Asimilasi bukanlah
sesuatu yang merusak bahasa melainkan sesuatu yang mesti terjadi.

Krakteristik metode kajian Kufah yaitu: mengembangkan penelitian melalui


riwayah, lebih fleksibel dalam hal qiyas, dan terdapat perbedaan istilah nahwu dengan
madzhab Bashrah.
Daftar Pustaka

Asrina, Khilafiyyah Nahwiyyah: Dialektika Pemikiran Nahwu Bashrah dan Kufah


dalam Catatan Ibn al-Anbari, Padang: Miqot, 2016, Vol. XL
Haykal, Muhamad. Aliran Perkembangan Ilmu Nahwu, Jakarta: FIB UI, 2013
Ihsanuddin, Sejarah Perkembangan Mazhab Nahwu Arab, Yogyakarta: Thaqafiyyat,
2017, Vol. 18
Jazuli, Madchan dan Mustofa, Arif. Implikasi Madrasah Bashrah dan Kufah dalam
Pembelajaran di Indonesia, Malang: UIN Malang, 2017
Kholisin, Cikal Bakal Kelahiran Nahwu, Malang: Bahasa dan Seni, 2003, No.1
Ridwan, Karakteristik Nuhat Kufah dan Bashrah, Malang: UIN Malang, T.th

You might also like