You are on page 1of 19

17

BAB II

ANALISIS TEKS II TESALONIKA 3 : 1

A. Definisi Doa

1. Doa

Hak istimewa terbesar yang Allah berikan kepada kita adalah kebebasan untuk

menghampiri Dia setiap saat. Kita tidak hanya diberikan hak untuk berbicara dengan

Dia, tetapi di undang. Kita tidak hanya diizinkan, tetapi diharapkan. Allah menunggu

anda untuk berkomunikasi dengan Dia.1

Doa adalah cara yang diperintahkan Allah untuk membawa kuasa mujizat

Allah dalam memenuhi kebutuhan manusia.2, Doa adalah permohonan atau harapan

kepada Tuhan.3

Tugas pelayanan doa telah merupakan suatu ciri khas semua orang kudus dari

Allah. Ini telah menjadi rahasia dari kekuatan mereka. Tenaga dan jiwa dari karya

mereka ialah ruang doa4 Doa sebagai tenaga rohani, dengan aneka kerjanya yang luas

dan perkasa, menyediakan jalan dan membantu mewujudkan janji-janji Allah. Janji-

janji Allah mencakup segala sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan dan ibadat

,yang berurusan dengan tubuh dan jiwa, yang ada kaitannya dengan waktu dan

kekekalan.5

….

B. Latar Belakang Kitab Tesalonika

1
Wesley L Duewel, Menjangkau Dunia Melalui Doa, ( Bandung;Yayasan Kalam Hidup.),20
2
Ibid., ,26
3
Lukman Ali, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:Balai Pustaka, 1999),239
4
E.M Bounds ,Daya Jangkau Doa , (Jakarta; Yayasan Pekabaran Injil Immanuel),9
5
E.M Bounds ,Daya Jangkau Doa, (Yayasan Pekabaran Injil Immanuel Jakarta),14
18

Paulus dan Silas meninggalkan kota Tesalonika karena timbul keributan di

dalam kota itu (Kis 17 : 1-9 ). Pada umumnya orang Kristen tidak disenangi, dan oleh

karena itu mereka harus siap untuk mengalami penganiayaan. Apalagi jemaat itu,

masih muda di dalam Tuhan. Paulus hanya sempat melayani disana beberapa minggu

dan pasti iman mereka belum kuat. Oleh karena itu Paulus merasa gelisah mengingat

saudara-saudaranya di Tesalonika yang begitu di kasihinya.6

Dia menyuruh Timotius ke Tesalonika untuk menanyakan tentang keadaan

mereka dan mengukuhkan iman mereka (I Tes 3 : 2) kemudian Timotius kembali

kepada Paulus yang telah pindah ke Korintus. Dia membawa laporan yang sangat

mengembirakan, tetapi juga ada beberapa persoalan dalam jemaat. Inilah latar

belakang surat Tesalonika. Setelah Paulus menerima laporan dari Timotius, dia

menulis kepada jemaat disana untuk mengucap syukur atas berita yang baik dan juga

untuk mengarahkan mereka. Itu berarti surat ini ditulis pada tahun 51 atau 52 pada

waktu Paulus tinggal di Korintus. Surat ini merupakan salah satu tulisan yang paling

tua di dalam seluruh perjanjian baru.7

C. Penulis Kitab Tesalonika

Karena tulisan-tulisan Paulus yang harus kita bahas ini merupakan surat-surat

sesungguhnya yang ditulis dengan alasan-alasan khusus kepada penerima-penerima

tertentu, kita berharap menemukan bahwa rasul itu mengungkapkan dirinya secara

leluasa dan bebas dan demikianlah kenyataannya dalam hamper semua bagia surat-

6
Ola Tulluan, Introduksi Perjanjian Baru,, (Jawa Timur ; Depertemen Literatur YPPII),203
7
Ola Tulluan, Introduksi Perjanjian Baru , Jawa Timur ; Depertemen Literatur YPPII ,204
19

suratnya . namun suatu penelitian yang hati-hati terhadap surat-suratnya dari titik tolak

sastra dan gaya Bahasa menunjukan bahwa di suatu pihak sesekali Paulus memadukan

ke dalam surat-suratnya itu bahan-bahan yang sudah ada, dan pada pihak lain, sesekali

ia menggunakan gaya Bahasa yang kita temukan dalam sastra masa itu dan pada

kenyataannya memang di ambil darinya.

Para penafsir yang menganggap 2 Tesalonika ini karya Paulus cukup jelas

memperlihatkan hal itu-meskipun bertentangan dengan kehendak mereka. Kalua kita

mencoba menafsirkan ajarananya sebagai ajaran Paulus, kita harus menjelaskan

langkah demi langkah mengapa Paulus di sini menggunakan argument-argumen dan

tema-tema yang berlainan dengan apa yang ia pakai di surat lain. Sebagai suatu surat

Paulus, 2 Tesalonika jelas mengakibatkan lebih banyak kesulitan daripada

menganggapnya bukan karya Paulus. Karena alasan ini, sulit bagi kita mengerti

pandangan yang diungkapkan dalam Jelicher Fascher bahwa kalaupun kita bisa

membuktikan surat itu ternyata tidak asli, hal itu tak banyak membuat perbedaan.

Justru sebaliknya yang terjadi. Suatu pemahaman yang lebih sehat kini tampaknya

telah meyakinkan, dan dapat mengatakan bahwa kini, untuk pertama kali, kita dapat

‘menerima’ surat itu secara tepat. 8

1. Bukti Eksternal

8
Willi Marxsen, Pengantar perjanjian baru, BPK Gunung Mulia, Jakarta, hal 39
20

Baik surat pertama maupun surat ke dua Tesalonika menyebut Paulus, Silwanus

dan Timotius sebagai penulis surat-surat tersebut. Hal itu berarti mereka bertiga

melayani bersama-sama pada waktu itu, sedang Paulus sendiri yang sebenarnya

menulis surat-surat itu. Ada dua hal yang membuktikan itu, yaitu :

a. Dia menyebut dirinya sendiri dalam “orang pertama” yaitu “aku” (I Tes 2 : 18)

b. Dia menyebut dirinya sendiri dalam “orang ketiga” yaitu “Dia” (I Tes 3:2,6)

Boleh dikatakan bahwa segala bukti, baik di dalam satu Tesalonika maupun dalam

gereja mula-mula, menyetujui bahwa surat itu adalah buah pena Paulus. Tokoh-tokoh

gereja mula-mula memberi suara bulat tentang hal itu.9

2. Bukti Internal

Surat 1 Tesalonika dikenal sebagai surat tertua yang ditulis Paulus atau dengan

nama lain bagian tertua dalam Perjanjian Baru. Tetapi tentunya kita tidak tahu apabila

Paulus sempat menghasilkan surat-surat lain sebelum surat ini, tentunya surat-surat

tersebut telah hilang dan tidak dimasukan dalam Perjanjian Baru.

Seperti surat Paulus lainnya, keberadaan surat ini diketahui diakui beberapa Bapak

gereja awal seperti Clement, Iranaeus dan pastinya Marcion. Dalam hal bukti Internal,

pengakuan Paulus dan beberapa ciri khasnya turut menguatkan klaim keotentikan.

Beberapa ciri khusus mungkin membedakannya dengan surat Paulus lainnya, seperti

diketemukannya suatu pemikiran eskatologi dan berbagai penyebutan terhadap

parousia, hal ini tidak umum bagi surat-surat Paulus. Ciri khusus lainnya adalah, tidak

ada satupun pengutipan atau perujukan Perjanjian Lama dalam surat ini. Ada sekitar

9
Ibid., 203
21

42 kata yang tak ditemukan dalam tempat lain di Perjanjian Baru (Hapax), dan 20 kata

tak terdapat dalam surat Paulus lainnya. Sarjana Radikal seperti Baur dan Schrader

seakan-akan tidak pernah absen dalam menyerang keotentikan surat-surat Paulus, kali

ini ia menyerang dari sisi sebagai berikut :

Bila membandingkan dengan surat Paulus lainnya, muatan surat ini tidaklah

signifikan, memuat lebih dari satu doktrin. Beberapa doktrin eskatologi terkandung

dalam surat ini, sedangkan surat utama (Roma dan Galatia) tidak memuatnya.

Walaupun begitu, Seluruh alasan di atas dirasa tidak cukup kuat karena hanya

didasarkan pada bukti internal tanpa diperkuat bukti external. Tetapi sejauh ini kita

telah membuktikan keunggulan bukti internal diatas bukti eksternal dalam meneliti

naskah surat-surat Paulus. Mengenai hal ini ada satu hal yang menarik, yaitu bagian

2:14-16. Kita mendapati pilihan, Bila tidak mengakui keyahudian Paulus, maka kita

harus menganggap bagian tersebut sebagai interpolasi non Pauline. Bagian ini tampak

tidak sejalan dengan alur surat, terlihat menginterupsi 2:13 dan 2:17. Bagian ini juga

memuat ekspresi anti-semitik yang mungkin ditulis orang selain Paulus. Menurut

Baur, bagian ini dipengaruhi oleh Kitab Kisah Rasul, dimana di sana kaum Yahudi

dianggap selalu menganggu pekerjaan Paulus. Sedangkan sarjana lainnya

mempertimbangkan bagian ini sebagai interpolasi non-Pauline yang dilakukan pasca

keruntuhan kuil Jerusallem. Berbagai interpretasi telah dilakukan terhadap bagian ini

tetapi tetap tidak menghasilkan keputusan yang memuaskan.


22

Dalam hal kesatuan, beberapa sarjana juga mencurigai bahwa surat ini terdiri

atas beberapa surat; surat pertama adalah 1.1-11, 12; 2.17 – 3.4, 11-13; sedangkan

surat kedua adalah 3.6-10; 4.13 ,5.11; 4.9-10; 5.23-26, 28 .10

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan tekanan dalam surat

I Tesalonika dan II Tesalonika namun ini tidak berarti bahwa ada perbedaan pendapat.

Surat I Tesalonika dan II Tesalonika saling melengkapi dan bahwa keduanya di tulis

oleh Paulus.

D. Waktu dan Tempat Penulisan

Surat 1 Tesalonika dan juga 2 Tesalonika ditulis pada waktu Paulus melayani

di Korintus. Tetapi surat-surat ini ditulis menjelang akhir pelayanannya di sana, yaitu

pada permulaan tahun 52.11. Ketepatan waktu dan penulisan ini dibuktikan dalam

perjalanan misi Paulus dan sejarah umum kekaisaran Romawi. Pertama, dari

Tesalonika Paulus menuju Berea,12 setelah beberapa waktu disana, ia melanjutkan

perjalanan ke Atena,13 setelah melayani dan bersoal jawab dengan Epikorus dan

Stoa,14 kemudia Paulus menuju Korintus15, disana ia tinggal di rumah Akwila yang

juga adalah seorang tukang kemah,16 Akwila adalah seorang Yahudi yang sudah

percaya kepada Kristus. Paulus bergabung dengan Akwila dan isterinya Priskila untuk

membuat kemah sambal mengajar di sinagoge sebagaimana biasanya.17

10
file:///C:/Users/asus/Downloads/Surat%20kepada%20Jemaat%20Tessalonika%20_%20Sadn
esssystem's%20Official%20Blog.html Diakses pada 13-3-19
11
Ola Tulluan, Introduksi Perjanjian Baru , Jawa Timur ; Depertemen Literatur YPPII) ,209
12
Band. Kis. 17:10-15
13
Band. Kis. 17:16-34
14
Band. Kis. 9:28; 17:16-18
15
Band. Kis. 18:1-7
16
Band. Kis. 18: 1-4
17
SKRIPSI
23

Kedua, ketika Paulus, Silwanus dan Timotius berada di Korintus, Galio

menjadi penguasa disana sebagai gubernur.18

E. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan kitab II Tesalonika dibagi menjadi tiga bagian, yaitu

sebagai berikut :

a. Dalam fasal yang pertama, Paulus menghibur orang-orang Kristen di Tesalonika yang

sedang mengalami penganiayaan. Kata-kata penghiburan itu berisikan berita tentang

kedatangan Tuhan Yesus. Maksud Paulus adalah menghibur mereka untuk bertahan

dalam penganiayaan itu

b. Dalam fasal dua, Paulus mengingatkan orang-orang Tesalonika mengenai beberapa

pengajaran yang salah tentang kedatangan Tuhan Yesus yang kedua. Pengajaran-

pengajaran tersebut mengakibatkan tingkah laku mereka yang salah.

c. Fasal tiga secara khusus memberi nasehat tentang masa menanti-nanti kedatangan

Tuhan Yesus. Nasihat-nasihat itu menyangkut hidup dan tingkah laku orang-orang

Kristen.19

F. Situasi Jemaat di Tesalonika

Pada zaman Paulus kota Tesalonika adalah kota perdagangan dan pelabuhan yang

terkenal di propinsi Makedonia.20 Jalan besar yang menghubungkan kerajaan Romawi

18
Band. Kis. 18:12
19
Ola Tulluan, Introduksi Perjanjian Baru , Jawa Timur ; Depertemen Literatur YPPII ,215-
216
20
Charles Ludwig, Kota-kota Pada Zaman Perjanjian Baru, 64-70
24

dengan Timur melewati kota itu. Tesalonika didirikan pada tahun 315 B.C. oleh

Kassander, seorang jenderal bawahan Alexander Agung, yang menjadi raja di

makedonia setelah Alexander Agung meninggal pada tahun 332 B.C. Kassander

menamai kota itu Tesalonika, yaitu nama istrinya. Kemudian Tesalonika menjadi

ibukota seluruh Kerajaan Kassander.21

Orang-orang Romawi memasuki dan menjalani Makedonia pada tahun 168 B.C.,

dan tidak lama kemudian Tesalonika menjadi ibukota propinsi Makedonia. Itulah

status Tesalonika pada waktu Paulus melayani di sana. Pada zaman sekarang kota itu

bernama Saloniki.

G. Analisis Struktur Teks Surat II Tesalonika 3 : 1

Penulis mencantumkan garis besar dari struktur surat II Tesalonika sesuai

dengan tulisan Ola Tulluan.22 Garis besar surat II Tesalonika adalah sebagai berikut

KATA PENDAHULUAN

I. PENGHIBURAN DALAM PENGANIAYAAN (1 : 3-12)

a. Ucapan Syukur karena iman mereka (1: 3-4)

b. Penjelasan tentang penganiayaan (1 : 5-10 )

c. Doa syafaat (1: 11-12 )

II. PENJELASAN TENTANG HARI KEDATANGAN TUHAN (2 : 1-12)

21
Ola Tulluan, Introduksi Perjanjian Baru,, (Jawa Timur ; Depertemen Literatur YPPII) ,201
22
Ola Tulluan, Introduksi Perjanjian Baru , Jawa Timur ; Depertemen Literatur YPPII) ,209
25

III. UCAPAN SYUKUR DAN CARA MENANTIKAN KEDATANGAN TUHAN (2 :

13-17 )

IV. NASIHAT-NASIHAT PRAKTIS (3 : 1-15)

a. Pentingnya doa dalam menghadapi kesusahan (3 : 1-2 )

b. Kepercayaan Paulus terhadap jemaat itu (3 : 3-5)

c. Rumus nasihat-nasihat Paulus : sambil berjaga-jaga, bekerja (3 : 6-15 )

PENUTUP 3 : 16-18. 23

H. Analisis Konteks II Tesalonika 3 : 1

Dalam bagian ini, penulis akan menjelaskan tentang konteks dekat dan konteks

jauh, dalam hal ini surat II Tesalonika 3 : 1 dengan tujuan untuk membahas hubungan

antara perikop tertentu dengan seluruh perikop disekitar teks tersebut.24 Kata konteks

berasal dari dua kata Latin, Con yang berarti bersama-sama atau menjadi satu, dan

Textus yang berarti tersusun.25

Jadi konteks disini dipakai untuk menunjukan hubungan yang menyatukan

bagian Alkitab yang ingin di tafsir dengan sebagian atau seluruh Alkitab. Biasanya

analisis konteks dapat dibagi dalam pengertian sempit atau dekat, luas atau jauh.

Analisis konteks dalam pengertian sempit atau dekat adalah konteks yang menunjukan

pada bagian ayat berkisar sebelum dan sesudah ayat yang ingin ditafsir. Penyelidikan

konteks dekat penting karena membantu penafsir memastikan bagian Alkitab yang

ingin ditafsir merupakan unit yang utuh.26 Sedangkan analisis konteks dalam

23
Ibid., 214-215
24
Henry A Virkler & Karelynne Gerber Ayayo, Hermeneutik, (Yogyakarta : Andi, 2015),76
25
Hasan Susanto, Hermeneutik : prinsip dan metode penafsiran Alkitab, (Malang; Seminari
Alkitab Asia Tenggara, 1986,),205
26
Ibid,…300
26

pengertian luas atau jauh adalah analisa yang menyelidiki konteks yang agak luas atau

jauh dari teks yang akan dibahas.27

1. Konteks Dekat

Konteks dekat dari teks II Tesalonika 3:1 adalah dari teks II Tesalonika 2:17

“kiranya menghibur dan menguatkan hatimu dalam pekerjaan dan perkataan yang

baik” . dimana konteks ini berbicara tentang penguatan dari rasul Paulus kepada jemaat

di Tesalonika untuk tetap setia dalam menantikan akan kedatangan Tuhan yang kedua

kali, walaupun selain itu, Paulus tetap meminta dukungan dari orang-orang Tesalonika

untuk tetap dengan setia dan tekun agar semua pekerjaan pemberitaan injil itu dapat

berjalan dengan baik

2. Konteks Jauh

Dalam 2 Korintus 1 : 11 dimana dalam teks ini Paulus berbicara juga tentang

doa dan hubungan dari saling mendoakan yang mereka lakukan. Pertama-tama Paulus

bersyukur atas dukungan dari jemaat di Korintus atas dukungan mereka dalam doa dan

beberapa upaya nyata yang mereka lakukan untuk mendukung pelayanan Paulus dan

rekan. Dari sini kita bisa melihat kuasa doa yang tidak pernah lekang oleh waktu, yang

terjadi pada zaman perjanjian lama, perjanjian baru, bahkan pada zaman sekarang ini.

Doa adalah saluran berkat yang pasti, dan doa adalah cara terutama untuk

menjadi berkat bagi orang lain. Doa merupakan pemberian kuasa Allah untuk menjadi

berkat bagi orang lain.

27
Ibid,…205
27

Selama minggu terakhir dari kehidupan Yesus, sebelum kematian dan

kebangkitan-Nya sebagai pengantara, Ia memberi murid-murid-Nya beberapa ajaran

khusus yang berkaitan dengan doa. Ajaran-ajaran ini adalah sebagian dari ajaran-Nya

yang terdalam. Dimana salah satu penekanannya, murid-murid harus memanjatkan

doa di dalam nama-Nya.28

I. Struktur Teks Surat Tesalonika 3 : 1

Dalam buku Interlinear Greek-English New Testamen, struktur teks asli surat

II Tesalonika 3 : 1 adalah sebagai berikut.

o. loipo.n( proseu,cesqe( avdelfoi,( peri.

- Akhirnya Berdoalah Hai saudara2, untuk

0-1 L-87 P-527 A-80 P-210

ANSA BX V2PPMM-- NMPM/NMPV PG

h`mw/n( i[na o` lo,goj tou/

kami supaya - kabar (Baik) -

E-39 I-59 0-1 L-80 0-1

OP1-PG CSN AMSN NMSN AMSG

kuri,ou tre,ch| kai doxa,zhtai(

Tuhan tersebar dengan cepat dan dimuliakan

28
Wesley L Duewel, Menjangkau Dunia Melalui Doa, ( Bandung Yayasan Kalam Hidup.),31
28

K-462 T-129 K-30 D-256

NMSG V3SPAS CCK V3SPPS

kaqw.j kai. pro.j u`ma/j(

Seperti memang di antara kamu

K-28 K-30 P-506 S-246

CSP BX PA OP2-PA.29

Jadi, teks surat II Tesalonika 3 : 1 dapat diterjemahkan sebagai berikut :

Selanjutnya, saudara-saudara, berdoalah untuk kami, supaya Firman Tuhan beroleh

kemajuan dan dimuliakan, sama seperti yang telah terjadi di antara kamu.30

J. Uraian Eksegetis II Tesalonika 3 : 1

Dalam bagian ini penulis akan menguraikan dan menjelaskan dalam bentuk

mengeksegese teks II Tesalonika 3 : 1

a. Berdoalah

Kata Berdoa dalam Bahasa Yunani menggunakan kalimat proseu,cesqe

(proseukhomai ) ditulis dalam bentuk verb imperative present middle 2nd person

plural31 dari kata (roseu,comai) yang berarti to Pray “untuk berdoa atau mendoakan”

, dalam PB kalimat atau kata ini digunakan sebanyak 85x. bentuk kata Yunani yang

diterjemahkan sebagai berdoalah berarti bahwa doa itu dilakukan berkesinambungan,

29
Hasan Susanto, Perjanjian Baru Inerlinear : Yunani –Indonesia,…,1103
30
______, Lembaga Alkitab Indonesia, (Jakarta: LAI,200), 249
31
Hasan Susanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia dan Konkordansi Jilid II,
(Jakarta: LAI,203) , 676
29

dan bukan hanya satu kali dengan tujuan penyebaran berita Injil atau kabar baik.

Kalimat berdoalah untuk kami dalam Bahasa-bahasa tertentu dapat di ungkapkan

dengan bentuk yang lebih menunjukan permintaan seperti “ tolonglah, doakan kami”

atau “tolonglah, berdoalah untuk kami”. Sedangkan dalam Bahasa-bahasa tertentu,

berdoalah untuk kami diterjemahkan sebagai “berbicaralah kepada Allah untuk kami”

atau “berbicaralah dengan Allah mengenai kebutuhan kami”.32 Artinya dalam teks ini

Paulus mengajarkan kepada jemaat di Tesalonika dan juga kita untuk mendoakan

dengan sungguh-sungguh semua syafaat-syafaat yang ada dalam sebuah ibadah atau

persekutuan. Ini merupakan suatu permintaan Paulus yang sangat baik, karena ia tahu

bahwa pekerjaan pemberitaan Injil yang ia lakukan tidak akan mengalami peningkatan

dan tidak dapat berjalan sendiri tanpa doa dan dukungan dari jemaat-jemaat yang

pernah ia layani, bahkan semua orang percaya.

Kristus Yesus, yang telah mati bahkan lebih dari itu , yang telah dibangkitkan,

duduk di sebelah kanan Allah dan juga berdoa syafaat bagi kita (Roma 8;34) Ia yang

berdoa syafaat juga adalah ia yang pernah menanggung semua kesesakan, penderitaan

dan dosa umat-Nya, sehingga Ia paling menyelami doa-doa yang mereka naikan.

Selain itu oleh kemenangan-Nya atas dosa dan maut, Ia berdoa dengan otoritas

tertinggi.33

Dalam delapan dari ketiga belas suratnya, Paulus secara tegas memohon agar

jemaat berdoa bagi dia dan koleganya. Permohonannya terkadang bersifat umum

“saudara-sauda berdoalah bagi kami “ (1 Tes 5 : 2 ) kadang bersifat spesifik. Fakta

bahwa permohonan serupa ditunjukan kepada enam jemaat bahwa doa bagi orang lain

32
Paul Ellingworth, surat-surat Paulus kepada jemaat di Tesalonika (Jakarta, LAI,2001),123
33
J Knox Chamblin, Paulus dan Diri, (Surabaya: Momentum,2008 ),261
30

bernilai secara kuantitas maupun kualitas. Ia meminta jemaat berdoa supaya Injil bisa

berkembang melalui kerja kerasnya dan supaya pihak lawan, baik manusia maupun

setan, bisa diatasi. 34

Menurut Augustinus “pengaturan terbaik untuk berdoa adalah saat kita merasa

dikucilkan, diabaikan, dilucuti segalanya, termasuk kita bahkan tidah tahu apa yang

harus didoakan.”

b. Beroleh Kemajuan

Kata beroleh kemajuan dalam Bahasa Yunani menggunakan kata tre,ch|

(trekho) ditulis dalam bentuk verb subjunctive present active 3rd person singular dari

kata tre,cw digunakan sebanyak 20 x yang memiliki pengertian “to run” untuk

berlari.

Beroleh kemajuan atau terus tersebar dengan cepat (BIS) Paulus menunjukan

adanya unsur kemajuan penyebaran berita Kristen atau kabar baik yang terjadi dengan

cepat. Beroleh kemajuan secara harafiah berarti “berlari’ ini berarti bahwa

pemberitaan Firman Tuhan mengalami kemajuan pesat. Firman Tuhan dapat

mengalami kemajuan dengan cepat jika dalam sebuah persekutuan itu ada orang-orang

yang bernyanyi, mendoakan, dan pergi untuk bersaksi akan firman tersebut.

Banyak orang-orang tertutup bagi Injil Kristus. Walaupun begitu Roh Kudus

tidak terikat ataupun terbelenggu. Ia dapat juga menembus tirai besi dan tirai bambu

jika anak-anak Allah berdoa dengan penuh iman dan dengan tekun maka percayalah

34
J Knox Chamblin, Paulus dan Diri, (Surabaya: Momentum,2008 ),263
31

Injil kerajaan Allah akan menyebar luas ke seluruh dunia. Karena walaupun hamba-

hamba Tuhan dapat ditawan tetapi Roh Kudus tidak dapat ditawan.

Paulus mempunyai satu maksud yang telah menguasai segenap hidupnya,

yakni supaya Firman Tuhan berkembang. Firman Tuhan dalam ayat ini berarti Injil

yang diberitakan oleh Paulus. Paulus berdoa supaya Injil berkembang dan Paulus

meminta orang-orang di Tesalonika mendoakan orang-orang yang mengabarkan Injil.

Itulah kehendak Tuhan pada masa sekarang juga, yaitu supaya kita berdoa dengan

tekun dan yakin untuk orang-orang yang mengabarkan injil Kristus.

c. Dimuliakan

Kata dimuliakan dalam Bahasa Yunani evdoxa,sqh (doksazo ) ditulis dalam

bentuk verb indicative aorist passive 3rd person singular berasal dari kata doxa,zw

yang memiliki pengertian to Glorify “memuliakan, memuji, menghormati, memenuhi

dengan mulia”.35

sedangkan kata yang diterjemahkan dimuliakan atau “diterima dengan baik”

berarti bahwa berita ini dihormati dan diterima dengan rasa syukur.36

Kita tahu bahwa jemaat yang tidak bertambah atau berkembang, tak lama lagi

akan mati. Jemaat yang berdoa dengan sungguh-sungguh dan tekun akan mengabarkan

Injil/ mengabarkan kabar kesukaan kepada orang-orang yang belum mendengarnya.

Jemaat yang mengabarkan injil pasti berkembang. Jemaat yang mengabarkan injil

memuliakan kristus, memperkaya dirinya secara rohani, dan membawa jiwa-jiwa ke

dalam kerajaan Kristus.

35
Hasan Susanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia dan Konkordansi Jilid II,
(Jakarta: LAI,203),223
36
Paul Ellingworth, surat-surat Paulus kepada jemaat di Tesalonika (Jakarta, LAI,2001),123
32

K. Makna Teologis II Tesalonika 3 : 1

Semua anak Allah saling memerlukan doa syafaat. Paulus adalah rasul yang

besar, tetapi kebesarannya terletak pada hal ia harus senantiasa bersandar pada Allah.

Paulus tidak merasa dirinya lebih tinggi dari para anggota-anggota jemaat, melainkan

sama dengan mereka. Paulus tidak segan meminta agar mereka mendoakannya. Paulus

sudah mendoakan mereka dan sekarang ia meminta mereka mendoakan dia. Perkataan

itu tidak berarti sekali saja mendoakannya, tetapi terus menerus.

Kita wajib berdoa supaya Firman Tuhan tersebar luas dan dipermuliakan.

Ketika Paulus mulai mengabarkan Firman Tuhan di Tesalonika banyak orang

menerima Firman itu dan diselamatkan. Itulah yang Paulus maksudkan dengan doa itu.

Ia rindu supaya Firman Tuhan di sebarluaskan dan dipermuliakan.37

Kita harus senantiasa berdoa supaya Injil diberitakan kepada semua orang di

seluruh dunia, dan berdoa khususnya untuk pengabar-pengabar Injil di mana-mana

tempat. Doa semacam itu adalah doa syafaat; doa yang naik dari hati yang terbeban

untuk keselamatan jiwa-jiwa dan untuk pekerjaan Tuhan. Kelak di hadapan takhta

pengadilan Yesus Kristus, upah di berikan bukan hanya kepada pengabar-pengabar

Injil, tetapi juga kepada orang-orang yang tekun mendoakan mereka.38

Ada banyak orang yang melawan pengabar-pengabar Injil dan memfitnah

mereka, menyalahkan maksud mereka, dan menyesatkan orang-orang yang suka

mendengar Injil itu.

37
J Wesley Brill, Tafsir surat Tesalonika, (Bandung; Kalam Hidup,1979,),99-100
38
J Wesley Brill, Tafsir surat Tesalonika, (Bandung; Kalam Hidup,1979,),100
33

Roh kudus menyediakan wadah dan daya pendorong ibadah “penyataan kuasa

Roh ” penting bagi pemberitaan Injil yang efektif “sukacita Roh Kudus” merupakan

dampak dari menerima Injil (I Kor 2 : 4-5). Oleh Roh seseorang dipersatukan dengan

Kristus, sang Penebus dan diizinkan memanggil Allah “Bapa” . dalam “persekutuan

dengan Roh Kudus ” orang percaya mengalami “Anugerah Tuhan Yesus Kristus” dan

“Kasih Allah”. Oleh “Roh Allah” itu umat Kristen beribadah.39

Maka tidak ada alasan bagi kita para hamba-hamba Tuhan atau mahasiswa

sekolah tinggi theologia untuk tidak terlibat dalam doa dan ibadah yang kita ikuti

selama ini. Belajar dari semangat Rasul Paulus yang sepanjang masa pelayanan dan

pengabdiannya, ia tetap berdoa untuk orang-orang yang ia layani ,bahkan mengajarkan

para jemaat Tuhan untuk mendukung dalam pelayanan pekabaran Injil dengan cara

duduk diam dan berdoa dengan ketekunan dan kesungguhan hati masing-masing.

Kata “selanjutnya” menyatakan bahwa Paulus sebelum menambatkan

suratnya, agaknya masih teringat akan beberapa hal yang perlu di tuliskan kepada

jemaat di Tesalonika.40

Pertama ia memohon agar mereka “mendoakan” dia serta pekerjaannya.

Sebagaimana ia sendiri selalu membentangkan kebutuhan jemaat di hadapan tahta

rahmat Tuhan, demikian pula ia berharap supaya dibalik itu jemaat mau membantunya

dengan segenap tenaga rohaninya, demi mereka senantiasa meminta doa baginya dan

teristimewa pula bagi pekabarannya, kepada Bapa di surga. Doa itu sangat

diperlukannya, tatkala ia berjuang di Korintus, tempat ia menemui banyak perlawanan

39
J Knox Chamblin, Paulus dan Diri, (Surabaya: Momentum,2008 ),256
40
I H Enklaar, Surat-surat Paulus kepada Jemaat di Tesalonika (Jakarta; BPK GUNUNG
MULIA, 1986,)103
34

dan kesusahan. Maksud yang terutama dari doa syafaat itu ialah ”supaya firman Tuhan

beroleh kemajuan dan dimuliakan”

L. Kesimpulan

Menjadi orang Kristen berarti menjadi orang yang terus berdoa dan tugas untuk

melaksanakan doa dan ibadah merupakan suatu ciri khas semua orang kudus dari

Allah. Tentu saja semua orang Kristen pun berdoa.

Tugas dan tanggung jawab kita sebagai hamba Tuhan tidak hanya belajar akan

kebenaran Firman Tuhan, tetapi mewujud nyatakan kebenaran itu dalam pengabdian

kita kepada banyak orang dengan cara mendukung dengan sungguh-sungguh dalam

doa dan tidak bermalas-malasan untuk menghadiri ibadah ataupun persekutuan dimana

kita berada.

Wesley L Duewel mengatakan “ada sesuatu yang dapat anda lakukan untuk

menolong mereka, sesuatu yang sanggat berkuasa. Anda dapat berdoa setiap hari.

Tolonglah dengan segala daya upaya, namun yang terutama, berdoalah dengan

sungguh-sungguh agar Allah melindungi orang-orang yang baru percaya. Doa anda

dapat memberikan semangat, menguatkan dan memberi perlindungan selama masa

hidup baru yang sangat genting ini. ”41

Jadi jika kita memahami arti serta pengtingya sebuah doa yang dilakukan

dengan kesungguhan hati dan keseriusan maka kita pun harus melakukannya dengan

ketekunan dan kesungguhan hati. Ingat bahwa hanya sedikit waktu kita di dunia yang

41
Wesley L Duewel, Menjangkau Dunia Melalui Doa, ( Bandung Yayasan Kalam Hidup.),192 s
35

kita pakai untuk melayani Tuhan. Maka pergunakanlah itu sebaik-baik mungkin dan

tetap andalkan Tuhan.

“Firman dan penyembahan saling terjalin dan tidak bisa dipisahkan. Khotbah

adalah menyatakan nama Tuhan agar dikenal, dan penyembahan adalah memuji nama

Tuhan yang dinyatakan itu. Ibadah kita begitu miskin karena pengenalan kita akan

Allah begitu miskin.42”

Kita harus mengabarkan Injil dengan disertai doa dan dengan bersandar kepada

Roh Kudus supaya Injil makin meluas. Doa berada di jantung pikiran dan tindakan

Paulus. Rasul Paulus menunjukan bahwa doa dan theology berjalan bersama.

Maka dari teks Firman Tuhan di atas kita belajar bahwa pentingya doa yang

kita lakukan. Apalagi doa yang kita lakukan itu berhubungan langsung dengan

pekerjaan pelayanan pemberitaan Injil.

Doa adalah nafas hidup orang percaya, dan di dalam ibadah, kita dapat

berjumpa dengan Allah melalui pujian, penyembahan, mendengarkan Firman Tuhan

dan menaikan doa ucapak syukur dan syafaat-syafaat kepada Tuhan.

Berdasarkan dari penjelasan uraian di atas, maka penulis mengambil

kesimpulan bahwa pentingnya mengikuti doa sesuai dengan apa yang Tuhan inginkan.

Dan memberi hidup sungguh-sungguh dalam pelayanan agar kita dipakai Tuhan secara

luar biasa dan semuanya untuk hormat dan kemuliaan nama Tuhan.

42
Stott, between two worlds, 82-83

You might also like