You are on page 1of 11

MAKALAH FIQH ZAKAT, INFAK, SHADAQAH DAN WAKAF

ZAKAT FITRAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqh Zakat, Infak, Shadaqah dan Wakaf
Dosen Pengampu : Usfiyatul Marfu’ah, M.S.I

Di Susun Oleh :
1. Teguh Fredy Firgiyansyah (2001036005)
2. Aida Sa’adah (2001036020)
3. Dian Novita Sari (2001036022)

MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2021
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengertian zakat fitrah menurut bahasa berasal dari fi‟il madhi yakni fatara yang berarti
menjadikan, membuat, mengadakan, dan bisa berarti berbuka dan makan pagi. Sedangkan
menurut istilah, zakat fitrah adalah zakat yang dikeluarkan oleh seorang muslim dari sebagian
hartanya kepada orang-orang yang membutuhkan untuk mensucikan jiwanya serta menambal
kekurangan- kekurangan yang terdapat pada puasanya seperti perkataan yang kotor dan
perbuatan yang tidak ada gunanya.
Zakat bukan hanya sebagai dimensi ibadah saja tetapi juga dapat sebagai sarana
mengurangi kesenjangan antar masyarakat yang mampu maupun yang kurang mampu agar
mencapai keadilan sosial diantara dua golongan tersebut. Dengan itu seorang yang kurang
mampu akan dapat mengikuti kewajiban sosial dan merasa diterima keberadaannya
dilingkungan masyarakat dan membersihkan jiwa iri dengki kepada masyarakat yang kurang
mampu sedangkan untuk masyarakat yang mampu bisa menjadi pembersih hati dari sifat
mencintai harta yang berlebihan.
Zakat fitrah mempunyai fungsi antara lain fungsi ibadah, fungsi membersihkan orang
yang berpuasa dari ucapan dan perbuatan yang tidak bermanfaat, dan memberikan kecukupan
kepada orang-orang miskin pada hari raya Idul Fitri.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Dasar Hukum Zakat Fitrah itu ?
2. Apa Syarat Wajib Zakat Fitrah ?
3. Bagaimana Mekanisme dan Kadar Zakat Fitrah ?
4. Kapan waktu Mengeluarkan Zakat Fitrah ?
5. Bagaimana Niat dari Zakat Fitrah ?

C. Tujuan
1. Dapat mengetahui dasar hukum zakat fitrah.
2. Dapat mengetahui syarat wajib dari zakat fitrah.
3. Mengetahui mekanisme dan kadar zakat fitrah.
4. Mengetahui waktu untuk mengeluarkan zakat fitrah.
5. Mengetahui niat zakat fitrah.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Hukum Zakat Fitrah
Zakat fitrah disyari’atkan pada tahun kedua Hijriyah yaitu tahun di wajibkannya puasa
Ramadhan. Adanya zakat yaitu untuk menjadikan pensuci bagi orang yang berpuasa dari
perbuatan ataupun perkataan yang sia-sia dari perbutan keji yang mungkin dilakukan dalam
bulan puasa dan menjadi penolong bagi kehidupan orang fakir dan orang-orang yang berhajat,
yaitu tahun diwajibkannya puasa Ramadhan. (Ii, 2016)
Dalil dari Al-Qur’an yaitu firman allah dalam surat Al-A’la [87]: 14
‫قَدْا َ ْفلَ َح َم ْن تَزَ كى‬
Artinya: “Sungguh beruntung orang yang menyucikan diri (dengan beriman).” (Al-A’la [87]:
14 )
Dalil hukum zakat fitrah : Hadis dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu; beliau mengatakan:
‫ط ْه َرة ً ِللصائ ِِم مِ نَ الل ْغ ِو‬ ْ ‫س ْو ُل هللا صل هللا عليه وسلم زَ كَاة َْالف‬
ُ ‫ِط ِر‬ َ ‫فَ َر‬
ُ ‫ض َر‬
Artinya: ‚Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mewajibkan zakat fitri, sebagai penyuci
orang yang berpuasa dari perbuatan yang menggugurkan pahala puasa ….‛ (HR Abu Daud
dan Ibnu Majah)
Zakat fitrah wajib ditunaikan pada bulan ramadhan dan diwajibkan kepada semua
muslim tanpa terkecuali, baik dewasa maupun anak-anak, laki-laki atau perempuan, merdeka
ataupun hamba sahaya yang masih memiliki perbekalan sampai hari raya idul fitri. Ini
merupakan suatu kekhususan untuk zakat fitrah.
Zakat fitrah oleh Rasulullah SAW disebut dengan zakat, karenanya termasuk ke dalam
perintah Allah dan karena sabda Rasulullah SAW faradha biasanya dalam istilah syara‟
dipergunakan untuk makna wajib. Selain itu Abu Aliah, Imam „Atha dan Ibnu Sirin juga
menjelaskan bahwa zakat fitrah itu wajib, sebagaimana dikemukakan dalam Bukhari. Ini
adalah mazhab Maliki, Syafi‟i dan Ahmad.
Ulama-ulama Hanafi mengemukakan bahwa zakat fitrah itu wajib. Menurut mereka,
wajib itu tengah-tengah antara fardhu dan sunnat. Wajib adalah sesuatu yang ditetapkan
berdasarkan dalil yang bersifat zhanni atau relatif, dan fardhu adalah sesuatu yang ditetapkan
berdasarkan dalil yang qath‟i atau pasti. Dan zakat fitrah itu diteteapkan berdasarkan dalil yang
bersifat zhanni atau relatif, bukan dalil yang qath‟i atau pasti.
Sesuai dengan pendapat para ulama- ulama di atas maka bisa di katakana bahwa zakat
fitrah itu hukumnya wajib bagi setiap muslim baik merdeka ataupun budak, laki-laki ataupun
perempuan, muda ataupun tua,
2. Syarat wajib zakat fitrah
Adapun syarat wajibnya zakat fitrah ialah sebagai berikut :
a. Merdeka Menurut kesepakatan ulama, zakat tidak wajib atas hamba sahayanya karena hamba
sahaya tidak mempunyai hak milik. Tuannyalah yang memiliki apa yang ada di tangan
hambanya. Begitu juga, mukatib (hamba sahaya yang dijanjikan akan dibebaskan oleh tuannya
dengan cara menebus dirinya) atau yang semisal dengannya tidak wajib mengeluarkan zakat,
karena kendatipun dia memiliki harta, hartanya tidak dimiliki secara penuh.
b. Islam Menurut ijma' zakat tidak wajib atas orang kafir karena zakat merupakan ibadah
mahdah yang suci sedangkan orang kafir bukan orang yang suci. Para fuqaha tidak mewajibkan
zakat atas orang kafir asli kecuali dalam dua hal, yaitu :
Pertama, menurut mazhab Syafi'i, tidak sedikit pun harta yang diambil dari mereka kecuali
dengan adanya perjanjian dikalangan mereka. Dengan demikian, jika seorang kafir telah
mengadakan perjanjian untuk menyerahkan hartanya sepersepulu, harta itu hendaknya
diambil.Namun jika tidak ada perjanjian diantara mereka, tidak sedikitpun harta yang diambil
dari kafir tersebut.
Kedua, menurut Abu Hanifah, Syafi'i dan Ahmad bin Hanbal berpendapat bahwa khusus orang
nasrani dari bani Tughlub zakatnya mesti dilipatgandakan karena zakat sebagai pengganti
upeti.
c. Baligh dan Berakal Keduanya dipandang sebagai syarat oleh mazhab Hanafi.Dengan
demikian, zakat tidak wajib diambil dari harta anak kecil dan orang gila sebab keduanya tidak
termasuk dalam ketentuan orang yang wajib mengerjakan ibadah, seperti salat dan puasa,
sedagkan menurut jumhur, keduanya bukan merupakan syarat.Oleh karena itu zakat wajib
dikeluarkan dari harta anak kecil dan orang gila.Zakat tersebut dikeluarkan oleh walinya.16
d. Harta yang dikeluarkan adalah harta yang wajib dizakati Harta yang dizakati disyaratkan
produktif, yakni berkembang sebab salah satu makna zakat adalah berkembang dan
produktivitas tidak dihasilkan kecuali dari barang-barang yang produktif.
e. Mencapai Nishab Maksudnya ialah standar minimum jumlah harta zakat yang telah
ditentukan syariat Islam.Jika kurang dari jumlah tersebut maka suatu harta tidak wajib
dizakati.Setiap jenis harta zakat memiliki nishab tersendiri.
f. Milik Penuh
Menurut Mazhab Hanafi berpendapat bahwa yang dimaksud milik penuh ialah harta yang
dimiliki secara utuh dan berada di tangan sendiri yang benar-benar dimliki.
g. Mencapai Haul. Haul adalah berlalunya masa 12 bulan qomariyah (1 tahun dalam hitungan
hijriah) sejak harta itu mencapai nishab, kecuali tanaman karena zakatnya wajib dikeluarkan
pada setiap panen.
h. Tidak Berhutang
Menurut Mazhab Hanafi berpendapat bahwa utang yang berkaitan dengan hak para hamba
mencegah kewajiban zakat, baik utang karena Allah.
i. Melebihi Kebutuhan Pokok Menurut Mazhab Hanafi mensyaratkan agar zakat yang wajib
dizakati terlepas dari utang dan kebutuhan pokok.Kebutuhan pokok ialah harta yang secara
pasti bisa mencegah seseorang dari kebinasaan. Sedangkan pada infaq dan shadaqah, Allah
SWT memberikan kebebasan pada pemiliknya untuk menentukan jenis, jumlah, waktu dan
pelaksanaan dari harta yang di infaqkan maupun di shodaqohkan. Yang terenting pada infaq
dan shodaqoh adalah dilakukannya secara ikhlas
Adapun syarat sahnya zakat, infaq dan shodaqoh adalah sebagai berikut:
a) Niat Orang yang membayar zakat disyaratkan bernat untuk membedakan antara ibadah wajib
dan sunah.
b) Penyerahan Kepemilikan Pemilih harta harus menyerahkan zakatnya kepada orang -orang
yang berhak menerima zakat

3. Mekanisme dan kadar zakat fitrah


Adanya regulasi mengenai pengelolaan keuangan Organisasi Pengelola Zakat, seperti yang
termaktub dalam undang-undang Zakat No.38 Tahun 1999 Bab VIII pasal 21 Ayat 1 yang
dikuatkan oleh KMA Depag RI No. 581 Tahun 1999 mengenai pelaksanaan teknis atas
ketersediaan audit laporan keuangan lembaga, Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000 tetang
Perubahan Ketiga atas UU No. 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan, Keputusan Dirjen
Bimas Islam dan Urusan Haji Nomor D/291 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan, Zakat dan
juga aturan yang dikeluarkan oleh PSAK (Penyusunan Standar Akuntansi Keuangan) No.45
tentang akuntansi Organisasi nirlaba, seharusnya dengan adanya aturan-aturan tesebut,
pengelolaan zakat yang dilakukan oleh organisasi pengelola zakat, baik Badan Amil Zakat
(BAZ) maupun Lembaga Amil Zakat (LAZ) diharapkan bisa lebih baik, sehingga kepercayaan
masyarakat muzakki kepada organisasi pengelola zakat dapat meningkat. Ternyata regulasi
belum bisa meyakinkan publik bahwa pengelolaan keuangan LAZ sudah dilakukan dengan
semestinya.
Pada kenyataannya panitia zakat merata memberikan zakat fitrah namun dalam pendistribusian
secara merata atau menyamaratakan justru perbuatan itu mengurangi hak para mustahiq yang
membutuhkannya. Tidak tepatnya pembagian zakat fitrah yang dilaksanakan Masyarakat
Kampung Polos Mushola Baiturrahman Kelurahan Metro Kecamatan Metro Pusat Kota Metro,
karena dalam pembagiannya mereka meratakan atau menyamaratakan bagian setiap asnaf yang
ada, tanpa melihat kebutuhan yang diperlukan oleh para asnaf. Praktek pendistribusiannya
zakat fitrah lembaga tersebut dibagikan secara merata oleh para amil kepada warga dianggap
sebagai fakir miskin dengan tanpa pandangan dan mempertimbangkan keadaan ekonomi
mustahiq.
Di Indonesia pengelolaan zakat terbagi ke dalam dua jenis yaitu Badan Amil Zakat (BAZ) dan
Lembaga Amil Zakat ( LAZ). Stuktur organisasi BAZ dan LAZ biasanya disusun berdasarkan
pada kebutuhan spesifik masing-masing. Dalam hal ini penulis akan menjabarkan bagaimana
pengelolaan zakat menurut Fiqih dan Pengelolan menurut Undang-undang.
1. Pengelolaan Menurut Fiqih
Di zaman Rasulallah saw, para sahabat dan para tabi’in, zakat selalu dikelola oleh petugas
khusus yang mengatur untuk pengambilan maupun pendisrtribusian. Petugas khusus menarik
zakat dari mereka yang ditetapkan sebagai pembayar zakat, lalu dicatat, dikumpulkan, dirawat,
dan akhirnya dibagikan kepada yang berhak menerima zakat.Dengan demikian, zakat di
samping amal yang bersifat karatif (kedermawanan yang harus dilandasi dengan keikhlasan),
juga suatu kewajiban yang bersifat otoritatif (ijbari).
Demikian pula yang dilakukan oleh para khulafaur-rasyidin sesudahnya, mereka selalu
mempuyai petugas khusus yang mengatur masalah zakat, baik pengambilan maupun
pendistribusianya.Diambilnya zakat dari muzakki (orang yang mempuyai kewajiban berzakat)
melalui amil zakat untuk kemnudian disalurkan kepada mustahik (orang yang berhak menerima
zakat).
2.Pengelolaan menurut Undang-Undang
Di Indonesia, pengelolaan zakat diatur berdasarkan Undang-Undang No. 38 tahun 1999 tenang
pengelolaan Zakat dengan Keputusan Menteri Agama (KMA) No. 581 tahun 1999 tentang
Pelaksanaan Undang-undang No.38 tahun 1999 dan Keputusan Direktur Jendela Bimbingan
Masyarakat Islam dan Urusan Haji No. D/291 tahun 2000 tentang Pendoman Teknis
Pengelolaan Zakat. Meskipun harus diakui bahwa dalam peraturanperturan tersebut masih
banyak kekurangan yang sangat mendasar,
misalnya tidak dijatuhkannya sanksi bagi muzakki yang melalaikan kewajibang ( tidak mau
berzakat, dank arena itu perlu direvisi), tetapi undang-undang tersebut telah mendorong upaya
pembentukan lembaga pengeelolaan zakat yang amanah, kuat, dan dipercaya oleh
masyarakat.32
Dalam undang-undang tersebut ditegaskan bahwa Lembaga pengelola zakat yang ada di
Indonesia adalah Badan Amil Zakat yang dikelola oleh Negara serta Lembaga Amil Zakat yang
dielola pleh swasta. Meskipun dapat dikelola dua pihak, yaitu negaraa dan swasta, akan tetapi
lembaga pengelola zakat harus bersifat:
1) Independen
2) Netral
3) Tidak berpolitik (praktis)
4) Tidak bersifat diskriminatif
4. Waktu Mengeluarkan Zakat Fitrah
Adapun waktu pembayarannya adalah ketika masih dibulan ramadhan karena zakat fitrah
adalah ibadah yang tidak bisa dilepaskan dengan rangkaian ibadah di bulan Ramadhan, sebab
kewajiban berzakat fitrah hanya boleh dilakukan pada bulan Ramadhan. Dengan kata lain
apabila zakat fitrah dilakukan di luar buan Ramadhan, bisa dipastikan bahwa status zakat fitrah
yang dibayarkan menjadi tidak sah.
Rasulullah dalam salah satu haditsnya yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas menjelaskan,
yang artinya : Barangsiapa yang membayar zakat fitrah sebelum dia melaksanaan shalat iedul
fitri, maka zakat fitrahnya diterima dinyatakan sah, akan tetapi barangsiapa yang
mengeluarkannya setelah melaksanakan shalat idul fitri, maka zakat fitrahnya hanya dianggap
sebagai sedekah biasa.
zakat fitrah di distribusikan amil ke mustahik zakat pada hari kedua bulan syawal, yang
menjadi penyebab keterlambatan amil dalam mendistribusikan zakat fitrah adalah karena
muzaki menyerahkan zakat fitrah ke amil pada malam Hari Raya ‘Idul Fitri, sedangkan yang
menjadi pertimbangan amil adalah karena sekalipun amil mendistribusikan zakat fitrah setelah
Salat ‘Id tidak akan berpengaruh terhadap mustahik zakat dan tidak ada mustahik yang tidak
makan pada hari bahagia tersebut. Karena kriteria mustahik yang dijelaskan di dalam asnab
yang delapan tidak ditemukan di Desa tersebut.
Waktu Zakat Fitrah
Orang yang menemui (masih hidup) disebagian bulan romadhon dan bulan syawal wajib
mengeluarkan zakat fitrah ( untuk dirinya sendiri ) atau dizakat fitrahi oleh orang yang
berkewajiban menanggung nafkahnya atau oleh orang lain dengan seidzin orang yang dizakati.
Waktu mengeluarkan/ memberikan zakat fitrah terbagi menjadi lima, yaitu :
a) Waktu jawaz Yaitu, mulai awal bulan romadlon sampai awal bulan syawal (waktu
wajib). Artinya zakat fitrah boleh diberikan sejak memasuki bulan romadlon, bukan waktu
sebelum romadlon
b) Waktu wajib Yaitu, sejak akhir romadlon (menemui sebagian bulan romadlon) sampai
1 syawal (menemui sebagian bulan syawal). Oleh sebab itu, orang yang meningal setelah
maghribnya 1 syawal wajib dizakati, sedangkan bayi yang lahir setelah magribnya 1 syawal
tidak wajib dizakati.
c) Waktu sunah Yaitu, setelah fajar dan sebelum sholat hari raya fitri 1 syawal.
d) Waktu makruh Yaitu, setelah sholat hari raya fitri sampai tenggelamnya matahari pada
tanggal 1 syawal. Mengeluarkan zakat fitrah setelah sholat hari raya hukumnya makruh,
apabila tidak ada udzur. Oleh sebab itu, apabila pengakhiran tersebut karena ada udzur, seperti
menanti kerabat atau orang yang lebih membutuhkan, maka hukumnya tidak makruh.
e) Waktu haram Yaitu, setelah tenggelamnya matahari pada tanggal 1 syawal.
Mengakhirkan zakat fitrah sehingga keluar dari 1 syawal hukumnya haram apabila tidak ada
udzur. Jika pengakhiran tersebut karena udzur, seperti menunggu orang yang berhak menerima
zakat, maka hukumnya tidak haram. Sedangkan status dari zakat fitrah yang dikeluarkan
setelah satu syawal adalah qodlo.
4. Niat Zakat Fitrah
a) Niat Zakat Fitrah Untuk Diri Sendiri
‫نويت أن أخرج زكاة الفطر عن نفسي فرضا هلل تعالى‬
Artinya: “Aku berniat mengeluarkan zakat fitrah untuk diriku sendiri fardhu karena Allah
Taala.”
b) Doa niat zakat fitrah untuk diri dan keluarga;
‫نويت أن أخرج زكاة الفطر عني وعن جميع ما يلزمني نفقاتهم شرعا فرضا هلل تعالى‬
Nawaytu an ukhrija zakaata al-fitri anni wa an jami'i ma yalzimuniy nafaqatuhum syar'an
fardhan lillahi ta'ala
Artinya: “Aku berniat mengeluarkan zakat fitrah untuk diriku dan seluruh orang yang
nafkahnya tanggunganku fardhu karena Allah Taala.”
c) Doa niat zakat fitrah untuk anak perempuan
‫ع ْن ﺑِ ْنﺘِ ْي … فَ ْرضًا هللِ تَعَالَى‬ ْ ‫ن ََويْتُ أ َ ْن أ ُ ْخ ِر َج زَ كَاة َ ْالف‬
َ ‫ِط ِر‬
Nawaytu an ukhrija zakaata al-fitri ‘an binti fardhan lillahi ta’ala

Artinya: “Aku niat mengeluarkan zakat fitrah untuk anak perempuanku ……(sebutkan nama),
fardhu karena Allah Taala.”
d. Doa niat zakat fitrah untuk anak laki-laki;

ْ ‫ع ْن َولَ ِد‬
‫ﻱ … فَ ْرضًا هللِ تَعَالى‬ ْ ‫ن ََويْتُ أ َ ْن أ ُ ْخ ِر َج زَ كَاة َ ْالف‬
َ ‫ِط ِر‬
Nawaytu an ukhrija zakaata al-fitri ‘an waladi fardhan lillahi ta’ala
Artinya: “Aku niat mengeluarkan zakat fitrah untuk anak laki-lakiku ……(sebutkan nama),
fardhu karena Allah Taala.”
e. Doa niat zakat fitrah untuk orang yang diwakilkan;

‫هلل تَ َعالَى‬
ِ ‫…) فَ ْرضًا‬..( ‫ع ْن‬ ْ ‫ن ََويْتُ أ َ ْن أ ُ ْخ ِر َج زَ كَاة َ ْالف‬
َ ‫ِط ِر‬
Nawaytu an ukhrija zakaata al-fitri ‘an (……) fardhan lillahi ta’ala
Artinya: “Aku niat mengeluarkan zakat fitrah untuk……..(sebutkan nama spesifik), fardhu
karena Allah Taala.”
f. Doa niat zakat fitrah untuk istri;

‫ع ْن زَ ْو َجﺘِ ْي فَ ْرضًا هللِ تَعَالَى‬ ْ ‫ن ََويْتُ أ َ ْن أ ُ ْخ ِر َج زَ كَاة َ ْالف‬


َ ‫ِط ِر‬
Nawaytu an ukhrija zakaata al-fitri ‘an zaujati fardhan lillahi ta’ala
Artinya: “Aku niat mengeluarkan zakat fitrah untuk istriku fardhu karena Allah Taala.”
Nawaytu an ukhrija zakaata al-fitri'an binti fardhan lillahi ta'ala
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Zakat fitrah wajib ditunaikan pada bulan ramadhan dan diwajibkan kepada semua
muslim tanpa terkecuali, baik dewasa maupun anak-anak, laki-laki atau perempuan, merdeka
ataupun hamba sahaya yang masih memiliki perbekalan sampai hari raya idul fitri. Ini
merupakan suatu kekhususan untuk zakat fitrah.
2. Syarat Wajib Zakat Fitrah antara lain islam, merdeka, baligh dan berakal, Harta yang
dikeluarkan adalah harta yang wajib dizakati Harta yang dizakati, mencapai nishab, milik
penuh, mencapai haul, tidak berhutang, Melebihi Kebutuhan Pokok .
3. Mekanisme dan kadar zakat fitrah yaitu;
A. Pengelolaan Menurut Fiqh
zakat selalu dikelola oleh petugas khusus yang mengatur untuk pengambilan maupun
pendisrtribusian. Petugas khusus menarik zakat dari mereka yang ditetapkan sebagai pembayar
zakat, lalu dicatat, dikumpulkan, dirawat, dan akhirnya dibagikan kepada yang berhak
menerima zakat
B. Pengelolaan menurut undang-undang
Dalam undang-undang tersebut ditegaskan bahwa Lembaga pengelola zakat yang ada di
Indonesia adalah Badan Amil Zakat yang dikelola oleh Negara serta Lembaga Amil Zakat yang
dielola pleh swasta. Meskipun dapat dikelola dua pihak, yaitu negaraa dan swasta, akan tetapi
lembaga pengelola zakat harus bersifat:
a) Independen
b) Netral
c) Tidak berpolitik (praktis)
d) Tidak bersifat diskriminatif
4. Waktu untuk mengeluarkan Zakat Fitrah
Pertama, waktu wajib. Yaitu, ketika menemui bulan Ramadhan dan menemui sebagian
awalnya bulan Syawwal, atau menemui terbenamnya matahari di hari terakhir bulan
Ramadhan.
Kedua, waktu jawaz. Yaitu, sejak awalnya bulan Ramadhan sampai memasuki waktu wajib.
Ketiga, waktu paling utama. Yaitu, setelah terbit fajar dan sebelum sholat hari raya.
Keempat, waktu makruh. Yaitu, setelah sholat hari raya sampai menjelang tenggelamnya
matahari pada tanggal 1 Syawwal
Kelima, waktu haram. Yaitu, setelah tenggelamnya matahari tanggal 1 Syawwal kecuali jika
ada udzur.
5. Niat Zakat Fitrah
➢ Niat untuk Diri Sendiri
➢ Niat untuk diri sendiri dan keluarga
➢ Niat untuk anak perempuannya
➢ Niat untuk anak laki-lakinya
➢ Niat untuk orang yang di wakilkan
➢ Niat untuk istri.
DAFTAR PUSTAKA
Ii, B. A. B. (2016). Bab II Landasan Teori Tentang Zakat Fitrah. 18–42.
Hasan, Sofyan. Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf, Surabaya: Al-ihlas, 1995
Nawawi, Ismail. Zakat dalam Prespektif Fiqh, Sosial dan Ekonomi, Surabaya: CV. Putra
Media Nusantara, 2010
Nurdin, Muhammda Ali. Zakat sebagai Instrumen dalam Kebijakan Fiskal, Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2006
Qardawi, Yusuf, Fiqh Zakat, Terj. Salman Harun, et.al., Jakarta: Litera Antar Nusa, Cet. 6,
2002
Undang-undang republik Indonesia nomor 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat, Kudus :
Bazis,2001.
Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, Jakarta : Gema Insani, 2002.
Hasbi Ash-Shiddiqy, Pedoman Zakat, Semarang, Pustaka Rizki Putra, 2005.
Muhammad dan Ridwan Mas'ud, Zakat dan Kemiskinan, Yogyakarta : UII Press, 2005.
Mursyidi, Akuntansi Zakat dan Kontemporer, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2006.
Wahbah Az-Zuhaili, Zakat Kajian Berbagai Mazhab, alih bahasa Agus Effendi dan Baharuddin
Fanny, Bandung Remaja, Rosdakarya, 1995.

You might also like