Professional Documents
Culture Documents
Makalah Caediac Arrest Baru
Makalah Caediac Arrest Baru
CARDIAC ARREST
Di susun Oleh :
2021/2022
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
dan rahmat,serta penyertaan-Nya, sehingga makalah “CARDIAC ARREST” ini dapat kami
selesaikan.
Dalam penulisan makalah ini kami berusaha menyajikan bahan dan bahasa
yang sederhana,singkat serta mudah dicerna isinya oleh para pembaca.kami menyadari
bahwa makalah ini jauh dari sempurna serta masih terdapat kekurangan dan kekeliruan
dalam penulisan makalah ini. Maka kami berharap adanya masukan dari berbagai pihak
untuk perbaikan dimasa yang akan mendatang.
Akhir kata,semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan
dipergunakan dengan layak sebagaimana mestinya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................46
B. Saran...........................................................................................................46
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
4
(Wolff, dkk, 2010). Pengetahuan berpengaruh pada keterampilan perawat dalam
melaksanakan tugas (Cristian, 2008).
Pengalaman yang memadai mempengaruhi karena sektor klinik berperan
dalam member kesempatan atau tugas kepada staff perawat dengan hal-hal baru dan
penanganan situasi yang bersifat khusus untuk memperoleh pengalaman pengalaman
baru. Sarana dan suplai yang cukup merupakan segala sesuatu yang dapat
memudahkan dan memperlancar pelaksanaan usaha yang berupa benda - benda
(Cristian, 2008). Pelatihan membantu perawat untuk menguasai keterampilan dan
kemampuan atau kompetensi yang spesifik untuk berhasil dalam pekerjaannya
(Ivancevich, 2008).
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum yang akan dicapai yaitu mahasiswa mampu memahami
konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien dengan cardiac arrest.
2. Tujuan Khusus
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
B. Faktor Predisposisi
6
2. Penebalan otot jantung (cardiomyopathy) karena berbagai sebab
(umumnya karena tekanan darah tinggi, kelainan katub jantung) membuat
seseorang cenderung untuk terkena cardiac arrest.
3. Seseorang sedang menggunakan obat-obatan untuk jantung; karena
beberapa kondisi tertentu, beberapa obat-obatan untuk jantung (anti
aritmia) justru merangsang timbulnya aritmia ventrikel dan berakibat
cardiac arrest. Kondisi seperti ini disebut proarrythmic effect. Pemakaian
obat-obatan yang bisa mempengaruhi perubahan kadar potasium dan
magnesium dalam darah (misalnya penggunaan diuretik) juga dapat
menyebabkan aritmia yang mengancam jiwa dan cardiac arrest.
4. Kelistrikan yang tidak normal; beberapa kelistrikan jantung yang tidak
normal seperti Wolff-Parkinson-White-Syndrome dan sindroma gelombang
QT yang memanjang bisa menyebabkan cardiac arrest pada anak dan
dewasa muda.
5. Pembuluh darah yang tidak normal, jarang dijumpai (khususnya di arteri
koronari dan aorta) sering menyebabkan kematian mendadak pada dewasa
muda. Pelepasan adrenalin ketika berolah raga atau melakukan aktifitas
fisik yang berat, bisa menjadi pemicu terjadinya cardiac arrest apabila
dijumpai kelainan tadi.
6. Penyalahgunaan obat; penyalahgunaan obat adalah faktor utama terjadinya
cardiac arrest pada penderita yang sebenarnya tidak mempunyai kelainan
pada organ jantung.
7
1. Sebab-sebab pernapasan
Pemutusan aliran oksigen bisa pula sebagai akibat henti sirkulasi oleh
kelainan jantung primer. Ini dapat terjadi karena kegagalan kontraksi otot
jantung, gangguan hantaran, dan otomatisasi seperti gangguan gerakan
mekanisme jantung, kematian jantung mendadak (fibrilasi ventrikel), sering
disebabkan oleh infak miokardium dan penyakit serebrovaskular. Akan
tetapi kegagalan daya pompa miokardium oleh karena kerusakan serabut-
serabut otot miokardium pada infak atau mikarditis jarang menyebabkan
henti jantung mendadak. Kegagalan daya pompa mula-mula tampak dengan
adanya gangguan fungsi ventrikel kiri dan bendungan paru (dyspnea, edema
paru) dan gejala-gejala penurunan aliran oksigen (sianosis).
3. Penyebab sirkulasi
8
b. Reaksi anafilatik terhadap obat, gigitan serangga dan makanan yang
proses terjadinya sangat cepat dapat menyebabkan henti sirkulasi.
c. Kasus tenggelam dalam air tawar/garam, hipoksia dipandang sebagai
salah satu sebab utama terjadinya perpindahan cairan dari intravascular
ke ruang ekstravaskular (Muttaqin dalam Rahmat, 2018).
9
gangguan hemodinamik sampai terjadi henti jantung (VT tanpa nadi),
pemberian terapi defibrilasi dengan menggunakan DC shock dan CPR
adalah pilihan utama.
3. Pulseless Electrical Activity (PEA)
10
F. Patofisiologi Henti jantung (Cardiac Arrest)
11
(VF), Rapid Ventricular Tachycardia (VT), Pulseless Electrical Activity (PEA)
dan asistol (American Heart Association (AHA) (Rega dkk, 2018)
Kematian akibat henti jantung paling banyak disebabkan oleh ventricular
fibrilasi dimana terjadi pola eksitasi quasi periodik pada ventrikel dan
menyebabkan jantung kehilangan kemampuan untuk memompa darah secara
adekuat. Volume sekuncup jantung (cardiac output) akan mengalami
penurunan sehingga tidak bisa mencukupi kebutuhan sistemik tubuh, otak dan
organ vital lain termasuk miokardium jantung. Henti jantung timbul akibat
terhentinya semua sinyal kendali listrik di jantung, yaitu tidak ada lagi irama
yang spontan. Henti jantung timbul selama pasien mengalami hipoksia berat
akibat respirasi yang tidak adekuat. Hipoksia akan menyebabkan serabut-
serabut otot dan serabut- serabut saraf tidak mampu untuk mempertahankan
konsentrasi elektrolit yang normal di sekitar membran, sehingga dapat
mempengaruhi eksatibilitas membran dan menyebabkan hilangnya irama
normal.
Apapun penyebabnya, saat henti jantung anak telah mengalami
insufisiensi pernafasan akan menyebabkan hipoksia dan asidosis respiratorik.
Kombinasi hipoksia dan asidosis respiratorik menyebabkan kerusakan dan
kematian sel, terutama pada organ yang lebih sensitif seperti otak, hati, dan
ginjal, yang pada akhirnya akan menyebabkan kerusakan otot jantung yang
cukup berat sehingga dapat terjadi henti jantung. Penyebab henti jantung yang
lain adalah akibat dari kegagalan sirkulasi (syok) karena kehilangan cairan atau
darah, atau pada gangguan distribusi cairan dalam sistem sirkulasi. Kehilangan
cairan tubuh atau darah bisa akibat dari gastroenteritis, luka bakar, atau trauma,
sementara pada gangguan distribusi cairan mungkin disebabkan oleh sepsis
atau anafilaksis. Organ-organ kekurangan nutrisi esensial dan oksigen sebagai
akibat dari perkembangan syok menjadi henti jantung melalui kegagalan
sirkulasi dan pernafasan yang menyebabkan hipoksia dan asidosis. Sebenarnya
kedua hal ini dapat terjadi bersamaan.
Pada henti jantung, oksigenasi jaringan akan terhenti termasuk oksigenasi
ke otak. Hal tersebut, akan menyebabkan terjadi kerusakan otak yang tidak bisa
diperbaiki meskipun hanya terjadi dalam hitungan detik sampai menit.
Kematian dapat terjadi dalam waktu 8 sampai 10 menit. Oleh karena itu,
12
tindakan resusitasi
13
harus segera mungkin dilakukan.
G. Prognosis
Kematian otak dan kematian permanen dapat terjadi hanya dalam jangka
waktu 8 sampai 10 menit dari seseorang tersebut mengalami henti jantung
(Diklat Ambulans Gawat Darurat 118, 2018). Kondisi tersebut dapat dicegah
dengan pemberian resusitasi jantung paru dan defibrilasi segera (sebelum
melebihi batas maksimal waktu untuk terjadinya kerusakan otak), untuk
secepat mungkin mengembalikan fungsi jantung normal. Resusitasi jantung
paru dan defibrilasi yang diberikan antara 5 sampai 7 menit dari korban
mengalami henti jantung, akan memberikan kesempatan korban untuk hidup
rata-rata sebesar 30% sampai 45 %. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa
dengan penyediaan defibrillator yang mudah diakses di tempat-tempat umum
seperti pelabuhan udara, dalam arti meningkatkan kemampuan untuk bisa
memberikan pertolongan (defibrilasi) sesegera mungkin, akan meningkatkan
kesempatan hidup rata-rata bagi korban cardiac arrest sebesar 64% (American
Heart Assosiacion, 2010).
1. Pemberian penanganan segera pada henti nafas dan jantung berupa Cardio
Pulmonary Resuscitation (CPR) akan berdampak langsung pada
kelangsungan hidup dan komplikasi yang ditimbulkan setelah terjadinya
henti jantung pada bayi dan anak.
2. CPR atau yang lebih dikenal dengan istilah Resusitasi Jantung Paru (RJP)
merupakan upaya yang dilakukan terhadap korban atau penderita yang
sedang berada dalam kondisi gawat atau kritis untuk mengembalikan nafas
dan sirkulasi spontan. RJP terdiri atas Bantuan Hidup Dasar (BHD) dan
Bantuan Hidup Lanjutan (BHL). BHD adalah tindakan resusitasi yang
dilakukan tanpa menggunakan alat atau dengan alat yang terbatas berupa
bag- mask ventilation, sedangkan BHL sudah menggunakan alat dan obat-
obatan resusitasi sehingga penanganan dapat dilakukan lebih optimal.
14
3. Resusitasi jantung paru bertujuan untuk mengoptimalkan tekanan perfusi
dari arteri koronaria jantung dan aliran darah ke organ-organ penting
selama fase low flow. Kompresi jantung yang adekuat dan berkelanjutan dalam
pemberian penanganan bantuan hidup dasar sangat penting pada fase ini.
4. Menurut (Thygerson dalam Rega dkk, 2018) prinsip penanganan anak
cardiac arrest terdapat 4 rangkaian yaitu early acces, early CPR, early
defibrillator, dan early advance care:
a. Early acces: kemampuan untuk mengenali/mengidentifikasi gejala
dan tanda awal serta segera memanggil pertolongan untuk
mengaktifasi EMS (Cepat hubungi fasilitas pelayanan kegawatdarutan
jantung, ex: call 118 )
b. Early CPR: CPR akan mensuplai sejumlah minimal darah ke
jantung dan otak, sampai defibrilator dan petugas yang terlatih datang.
1. Elektrokardiogram
15
2. Pemeriksaan enzim jantung
Salah satu prediksi yang paling penting dari risiko sudden cardiac
arrest adalah seberapa baik jantung mampu memompa darah. Ini dapat
menentukan kapasitas pompa jantung dengan mengukur apa yang
dinamakan fraksi ejeksi. Hal ini mengacu pada persentase darah yang
dipompa keluar dari ventrikel setiap detak jantung. Sebuah fraksi ejeksi
normal adalah 55 sampai 70 persen. Fraksi ejeksi kurang dari 40 persen
meningkatkan risiko sudden cardiac arrest.Ini dapat mengukur fraksi ejeksi
dalam beberapa cara, seperti dengan ekokardiogram, Magnetic Resonance
Imaging (MRI) dari jantung Anda, pengobatan nuklir scan dari jantung
Anda atau computerized tomography (CT) scan jantung.
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Hal yang perlu dikaji pada identitas klien yaitu nama, jenis kelamin,
umur, suku/bangsa, agama, pendidikan, alamat, lingkungan tempat
16
tinggal. Kasus henti jantung anak – anak lebih sering pada anak usia
dibawah 1 tahun dan lebih banyak pada jenis kelamin laki-laki.
b. Keluhan utama
Klien dengan henti jantung akan mendapatkan sesak dan nyeri karena
oksigen yang disalurkan keseluruh tubuh berkurang.
c. Riwayat penyakit sekarang
Hal ini harus ditanya dengan jelas pada keluarga tetang apa yang
dilakukan anak sebelum mengalami pingsan kemungkinan anak
tenggelam atau dengan ditemukan tanda seperti anak tidak sadar dan
tangan kanan memegang dada sebelah kiri.
d. Riwayat penyakit dahulu
1) Airway/Jalan Napas
17
menyentuh,menggoyang dan di beri rangsangan atau respon
nyeri.
b) Periksa dan atur jalan napas untuk memastikan kepatenan.
d) Buka mulut bayi/anak dengan ibu jari dan jari-jari anda untuk
memegang lidah dan rahang bawah dan tengadah dengan
perlahan.
e) identifikasi dan keluarkan benda asing (darah, muntahan,
sekret, ataupun benda asing ) yang menyebabkan obstruksi
jalan napas baik parsial maupun total dengan cara
memiringkan kepala pasien ke satu sisi (bukan pada trauma
kepala).
f) Pasang orofaringeal airway/nasofaringeal airway untuk
mempertahankan kepatenan jalan napas.
g) Pertahankan dan lindungi tulang servikal.
2) Breathing/Pernapasan
18
e) Kolaborasi therapy untuk mengurangi bronkhospasme/adanya
edema pulmonal,dll
3) Circulation/Sirkulasi Pemeriksaan/pengkajian:
a) Periksa denyut nadi karotis dan brakhialis pada (bayi), kualitas
dan karakternya
b) Periksa perubahan warna kulit seperti sianosis Tindakan yang
harus di lakukan perawat:
a. Lakukan tindakan CPR/defibrilasi sesuai dengan indikasi.
Langkah-langkah di lakukannya RJP pada bayi dan anak:
Perhatikan bayi untuk menentukan apakah bayi masih
bernapas
Perhatikan apakah dada bayi bergerak
19
Pengkajian kesadaran dengan metode AVPU meliputi:
g. Pengkajian Subjektif
3) R: Region/Radiasi
4) S: Skala Severity
20
ukuran
5) T: Time/Waktu
h. Pengkajian Objektif
21
Indikator utama dalam pengkajian neurologis adalah tingkat
kesadaran pasien. Untuk mengetahui status neurologis dan
mencatat perubahan setiap saat maka dapat di gunakan Glasgow
Coma Scale (GCS) untuk dewasa dan pediatrik glasgow coma
scale pada anak- anak yang belum bisa bicara
6) Pengkajian Kardiovaskuler
b) Murmur
d) Perfusi
7) Pernapasan
Periksa warna kulit, tekstur, turgor dan suhu tubuh kulit, apakah
ada tanda-tanda pucat sianosis,atau kekuningan.
22
12) Hematologis
2. Diagnosa Keperawatan
23
3. Intervensi Keperawatan
2. Terapeutik :
a. Atur interval dan prosedur
pemantauan
b. Informasikan hsil
pemantauan, jika perlu
24
1. Observasi :
a. Monitor kecepatan aliran
oksigen
b. Monitor posisi alat terapi
oksigen
c. Monitor aliran oksigen
secara periodik dan pastikan
fraksi yang diberikan cukup
d. Monitor efektifitas terapi
oksigen
e. Monito kemampuan
melepaskan oksigen saat
makan
f. Monitor tanda-tanda
hipoventilasi
g. Monitor tanda dan gejala
toksikasi oksigen dan
atelektasis
h. Monitor tingkat kecemasan
akibat terapi oksigen
i. Monitor integritas mukosa
hidung akibat pemasangan
oksigen
2. Terapeutik:
a. Bersihkan sekret pada
mulut, hidung dan trakea,
jika perlu
b. Pertahankan kepatenan jalan
napas
c. Siapkan dan atur peralatan
pemberian oksigen
d. Berikan oksigen tambahan,
25
jika perlu
e. Tetap berikan oksigen sata
pasien ditransportasi
f. Gunakan perangkat oksigen
yang sesuai dengan tingkat
mobilitas pasien
3. Edukasi
a. Ajarkan pasien dan keluarga
cara menggunakan oksigen
di rumah
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi penentuan dosis
oksigen
b. Kolaborasi penggunaan
oksigen saat aktivitas dan
atau tidur
Penurunan curah jantung b.d Setelah diberikan asuhan I.02075 Perawatan Jantung
kemampuan pompa jantung keperawatan selama
1. Observasi:
menurun (D.0008) (….x….) keadekuatan
a. Identifikasi tanda/ gejala
jantung memompa darah
primer penurunan curah
meningkat dengan kriteria
jantung
hasil :
b. Identifikasi tanda/ gejala
1. Kekuatan nadi perifer
meningkat sekunder penurunan curah
2. Ejection fraction (EF) jantung
meningkat c. Monitor tekanna darah
3. Palpitas menurun
d. Mo itor intake dan output
4. Bradikardia menurun
cairan
5. Takikardia menurun
e. Monitor berat badan setiap
6. Gambaran EKG aritmia
hari pada waktu yang sama
menurun
7. Lelah menurun f. Monitor saturasi oksigen
8. Edema menurun
26
I.02076 Perawatan Jantung Akut
9. Distensi vena jugularis
menurun 1. Observasi :
10. Dispnea menurun a. Identifikasi karakteristik
11. Oliguria menurun nyeri dada
12. Pucat/sianosis menurun b. Monitor EKG 12 sadapan
13. Batuk menurun untuk perubahan ST dan T
14. Suara jantung S3 c. Monitor aritmia
menurun
d. Monitor elektrolit yang
15. Suara jantung dapat meningkatkan risiko
S4 menurun
aritmia
e. Monitor enzim jantung
f. Monitor saturasi oksigen
g. Identifikasi startifikasi pada
sindrom koroner akut
2. Terapeutik:
a. Pertahankan tirah baring
minimal 12 jam
b. Pasang akses intravena
c. Puasakan hingga bebas nyeri
d. Berikan terapi relaksasi
untuk mengurangi ansietas
dan stres
e. Sediakan lingkungan yang
kondusif untuk beristirahat
dan pemulihan
f. Siapkan menjalani intervensi
koroner perkutan, jika perlu
g. Berikan dukungan
emosional dan spiritual
3. Edukasi
a. Anjurkan segera melaporkan
27
nyeri dada
b. Anjurkan menghindari
manuver valsava
c. Jelaskan tindakan yang
dijalani pasien
d. Ajarkan teknik menurunkan
kecemasan dan ketakutan
4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
antiplatelet, jika perlu
b. Kolaborasi pemberian
antiangina
c. Kolaborasi pemberian
morfin, jika perlu
d. Kolaborasi pemberian
intopropik, jika perlu
e. Kolaborasi pemberian obat
untuk mencegah manuver
valsava
f. Kolaborasi pencegahan
trombus dengan
antikoagulan, jika
perlu
g. Kolaborasi
pemeriksaan x- ray
dada, jika perlu
Intoleransi aktivitas b.d Setelah diberikan asuhan I.05178 Manajemen Energi
kelemahan umum, keperawatan selama
ketidakseimbangan suplai dan (….x….) respon fisiologis 1. Observasi:
kebutuhan oksigen (D.0056) terhadap aktivitas yang a. Identifikasi gangguan fungsi
membutuhkan tenaga tubuh yang mengakibatkan
meningkat dengan kriteria kelelahan
hasil : b. Monitor kelelahan fisik dan
28
1. Frekuensi nadi emosional
meningkat c. Monitor pola dan jam tidur
2. Saturasi oksigen d. Monitor lokasi dan
meningkat ketidaknyamanan selama
3. Keluhan lelah menurun melakukan aktivitas
3. Edukasi :
a. Anjurkan tirah baring
Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
c. Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
berkurang
d. Ajarkan strategi koping
untuk mengurangi kelelahan
4. Kolaborasi :
a. Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan
29
I.05186 Terapi Aktivitas
1. Observasi :
a. Identifikasi defisit tingkat
aktivitas
b. Identifikasi kemampuan
berpartisipasi dalam
aktivitas tertentu
c. Identifikasi sumber daya
untuk aktivitas yang
diinginkan
d. Identifikasi strategi
meningkatkan partisipasi
dalam aktivitas
e. Identifikasi makna aktivitas
rutin
f. Monitor respons emosional,
fisik, sosial dan spiritual
terhadap aktivitas
2. Terapeutik:
a. Fasilitasi fokus pada
kemampuan, bukan defisit
yang dialami
b. Sepakati komitmen untuk
meningkatkan frekuensi dan
rentang aktivitas
c. Fasilitasi memilih aktivitas
dan tetapkan tujuan aktivitas
yang konsisten sesuai
kemampuan fisik,
psikologis, dan sosial
Koordinasikan pemilihan
30
aktivitas sesuai usia
d. Fasilitasi makna aktivitas
yang dipilih
e. Fasilitasi transportasi untuk
menghindari aktivitas, jika
perlu
f. Fasilitasi pasien dan
keluarga dalam
menyesuaikan lingkungan
untuk mengakomodasi
aktivitas yang dipilih
g. Fasilitasi aktivitas fisik rutin
i. Fasilitasi aktivitas pengganti
saat mengalami keterbatasan
waktu, energi, atau gerak
j. Fasilitasi aktivitas motorik
kasar untuk pasien hiperaktif
k. Tingkatkan aktivitas fisik
untuk memelihara berat
badan, jika sesuai
l. Fasilitasi aktivitas motorik
untuk merelaksasi otot
m. Fasilitasi aktivitas dengan
komponen memori implisit
dan emosional
n. Libatkan dalam permainan
kelompok yang tidak
kompeitif, terstruktur, dan
aktif
o. Tingkatkan keterlibatan
dalam aktivitas rekreasi dan
diversifikasi untuk
menurunkan kecemasan
31
p. Libatkan keluarga dalam
aktivitas, jika perlu
q. Fasilitasi mengembangkan
motivasi dan penguatan diri
r. Fasilitasi pasien dan
keluarga memantau
kemajuannya sendiri untuk
mencapai tujuan
s. Jadwalkan aktivitas dalam
rutinitas sehari-hari
t. Berikan penguatan positif
atas partisipasi dalam
aktivitas
3. Edukasi
a. Jelaskan metode aktivitas
fisik sehari-hari, jika
perlu
b. Ajarkan cara melakukan
aktivitas yang dipilih
c. Anjurkan melakukan
aktivitas fisik, sosial,
spiritual, dan kognitif dalam
menjaga fungsi dan
kesehatan
d. Anjurkan terlibat dalam
aktivitas kelompok atau
terapi, jika perlu
e. Anjurkan keluarga untuk
memberi penguatan positif
atas partisipasi dalam
aktivitas
32
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi dengan terapis
okupasi dalam
merencanakan dan
memonitor program
aktivitas, jika sesuai
Rujuk pada pusat atau program
aktivitas komunitas, jika perlu
33
BAB III
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
a. N a m a : Tn. Ch
b. U m u r : 53 Tahun
d. Agama : Islam
e. Pekerjaan : Swasta
f. Alamat : Surakarta
a. N a m a : Ny. S
b. U m u r : 50 Tahun
c. Alamat : Surakarta
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
34
Penurunan Kesadaran
B. PENGKAJIAN PRIMER
1. Airways
Pada jalan napas terpasang ET, ada akumulasi sekret di mulut dan
selang ET, lidah tidak jatuh ke dalam dan tidak terpasang OPA.
35
2. Breathing
3. Circulation
4. Disability
5. Exposure
Tidak ada luka di bagian tubuh klien dari kepala sampai kaki, suhu
38,5 ⁰C
C. PENGKAJIAN SEKUNDER
1. Tanda-tanda Vital
Tanggal TD MAP HR SaO2 RR Suhu
21/06/10 140/98 112 124 100 38 38,5
22/06/10 145/97 113 130` 100 20 38,2
23/06/10 88/51 63,3 96 97 17 40,7
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Bentuk Mesochepal, tidak ada luka dan jejas, rambut hitam, tidak ada
oedemMata
b. Mata
Mata simetris kanan dan kiri, sclera tidak ikterik, konjungtiva
anemis, kedua pupil miosis, reflek pupil +/-.
c. Telinga
Kedua telinga simetris, tidak ada jejas, bersih, dan tidak ada
36
serumen
d. Hidung
Terpasang NGT warna keruh, tidak ada secret di hidung, tidak ada
napas cuping hidung
e. Mulut
Bibir pucat dan kotor, terpasang ETT
f. Leher
Tidak terdapat pembesaran kelenjar limfe dan tiroid, tidak terjadi
kaku kuduk.
g. Thoraks
1) Jantung
Inspkesi : Ictus Cordis tak tampak
Palpasi : Ictus Cordis tak teraba Perkusi: Pekak
Auskultasi : Bunyi jantung I-II normal, tidak
ada bunyi jantung tambahan
2) Paru-paru
Inspkesi : Paru kanan dan kiri simetris, terdapat retraksi
interkosta, tidak ada penggunaan otot bantu napas, RR
38x/menit
Palpasi : Tidak dikaji
Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : Suara dasar vesikuler, terdapat suara tambahan
ronkhi basah di basal paru kanan
h. Abdomen
Inspeksi : Datar
Auskultasi : Bising Usus 13x/menit
Perkusi : Timpani
Palpasi : Tidak terjadi distensi abdomen
i. Ekstremitas
Tidak ada jejas, tidak ada oedem, kekuatan otot 1/1 /1/1
37
j. Genetalia
Bentuk penis normal, skrotum bentuk dan ukuran normal, tidak ada
jejas
3. Pola Eliminasi
a. Urine /shift
0
22/06/1 1 1 ET -
0
23/06/1 1 1 ET -
0
Tgl Composmentis Apatis Somnolen Sopor Soporcom Coma
a
21/06/10 - - - - √ -
38
22/06/10 - - - - √ -
23/06/10 - - - - - √
5. Tingkat Ketergantungan
Tingkat ketergantungan menurut Indeks KATZ
Aktivitas
Tgl Hygiene Berpakaian Eliminasi Mobilisasi Kontinen Makan Kategori
21/06 Dibantu Dibantu Dibantu Dibantu Dibantu Dibantu G
22/06 Dibantu Dibantu Dibantu Dibantu Dibantu Dibantu G
23/06 Dibantu Dibantu Dibantu Dibantu Dibantu Dibantu G
b. Cairan/24 jam
Tanggal Intake Output Balance Cairan
21/06/10 Parenteral : 1500 cc Urine : 200 cc + 1000 cc
39
Enteral : 500 cc IWL : 600
Total : 2000 cc Feses : 200 cc
Muntah : -
Drainase : -
Total : 1000 cc
22/06/10 Parenteral : 1800 cc Urine : - + 1800 cc
Enteral : 600 cc IWL : 600
Total : 2400 cc Feses : -
Muntah : -
Drainase : -
Total : 600
23/06/10 Parenteral : 500 cc Urine : - 100 cc
Enteral : 200 cc IWL : 600
Feses : 200
Muntah : -
Drainase : -
Total : 700 cc Total : 800
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Pemeriksaan Nilai Satuan 21/06/10 22/06/10 23/06/10
Nilai Nilai Nilai
Hb 13 - 16 % 13.8 12.3
Ht 40 - 54 % 44 38
Eritrosit 45 - 65 jt/ mmk 5.04 4.48
Leukosit 4 - 11 ribu/ mmk 8.4 7.4
Trombosit 150 - ribu/mmk 84 37
400
Creatinin 0.6 - 1.3 mg/ dL 1.5 12.4
Albumin 3.4 - 5 mg/ dL 3.6 3.1
Gula Sewaktu 80 - 120 mg/ dL 118 482
Ureum 15 - 39 mg/ dL 28 319
40
Na 136 - mmol/ L 139 132
145
K 3.5 - 5.1 mmol/ L 3.6 7
Cl 98 - 107 mmol/ L 106
Cholesterol 50 - 200 mg/ dL
Trigliserid 30 - 150 mg/ dL
Waktu 10 - 15 Dtk
protrombin
PPT kontrol 12.8
Waktu 23.4 - Dtk
tromboplastin 36.8
APPT kontrol 27.5
pH 7,35– 7.334 7.312 7.315
3,45
pCO2 35 - 45 mmHg 27 27.6 30
pO2 83 - 103 mmHg 236.9 199.7 189.8
HCO3 18 - 23 Mmol/L 16.3 16.9 17.2
AADO2 <100
Laktat 0,4 - 2
Base Excess -10.2 -8.8 -8.4
FiO2 70 % 60% 40 %
b. Hasil EKG
Kesan : ada gambaran ST depresi inferior
c. Hasil Rotgent
Kesan : hasil rotgent tanggal 23 juni 2010 : cor fan pulmo dalam
batas normal, pulmo tidak menunjukkan adanya infiltrate
41
8. Terapi
Terapi 21/06/10 22/06/10 23/06/10
Cefriaxon 2 gr/24 jam √
Ranitidin 1 amp/12 jam √
Nexium 40 mg/12 jam √ √ √
Alinamin F 1 amp/12 jam √
Brainact 1 amp/12 jam √
Dexamethason 1 amp/8 jam √ √ √
Ecotrixon 2 gr/24 jam √ √
SNMC 1 amp/8 jam (drip dalam 100 cc
√ √
NaCl)
RL/ 24 jam 20 tpm √
Aminovel/24 jam 20 tpm √
NaCl 0.9%/24 jam 20 tpm √ √ √
Asering/ 24 jam 20 tpm √ √
Comafusin hepar/24 jam 20 tpm √ √
Precedek+Ns Siryng pump 3.2 cc/jam √ √
Lasik 20 mg/jam
Koreksi bicnat √
Methylprednison 40mg/12 jam √ √ √
Nebulizer/8 jam √
D. ANALISA DATA
42
10.25 WIB DO : serebri batang efektif
RR 38x.menit, otak
terdapat retraksi intracerebral
intercostae, napas haemoragik
cepat dan dangkal,
terpasang ventilator
dengan mode P
SIMV dengan FiO2
70 %, PEEP + 5 dan
SaO2 100%
3 21/06/10 DS : - Perubahan Gangguan
10.30 WIB DO : membran pertukaran gas
RR 38x.menit, alveolus-kapiler
terdapat retraksi
intercostae, napas
cepat dan dangkal,
hasil BGA : PH
7,332; Pco2 : 27; Po2
: 236,9; HCO3 :
16,3; BE-10,2
dengan interpretasi
asidoss metabolik
terkmpensasi
sebagian
4 21/06/10 DS : - Perdarahan Perfusi perifer
10.35 WIB DO : intracerebral tidak efektif
Kesadaran
soporokoma, GCS
E1M2VET, pupil
miosis (2mm), reaksi
pupil +/-
5 21/06/10 DS : - Prosedur invasif Resiko infeksi
10.40 WIB DO :
43
Keadaan umum
soporokoma, panas
dengan suhu 38,5⁰C,
terpasang ET dan
infus line, bedrest
total, reflek motorik
-/-
E. Diagnosis Keperawatan
44
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama : Tn. Ch No. CM : 0103964
Usia : 53 tahun DM : CVA Haemoragik
39
intracerebral haemoragie) dapat efektif dengan kriteria 3. Pantau adanya retraksi otot intercosta Pertahankan
(D.0005). hasil : head of bed (30-45⁰)
1. Napas adekuat spontan 4. Monitor saturasi oksigen klien
(16- 24x/menit) Kolaborasi :
2. KU dan VS stabil 1. Pertahankan penggunaan ventilator dan observasi setting
3. Retraksi otot intercosta ventilator dengan status pernapasan klien
berkurang
4. Weaning off ventilator
3 Gangguan pertukaran gas b.d Setelah dilakukan tindakan Mandiri :
Perubahan membran alveolus- keperawatan selama 3x 24 jam 1. Monitor keadaan umum dan vital sign klien
kapiler (D.0003). diharapkan pertukaran gas klien 2. Observasi status pernapasan klien
dapat adekuat dengan kriteria 3. Pantau adanya tanda-tanda hipoksia
hasil : 4. Pertahankan head of bed (30-45⁰)
1. KU dan VS stabil Kolaborasi :
2. Napas adekuat spontan (16- 1. Pantau hasil BGA sesuai indikasi
24x/menit) 2. Pertahankan penggunaan ventilator dengan oksigenasi yang
3. BGA dalam batas normal adekuat
4 Perfusi Perifer Tidak Efektif b.d Setelah dilakukan tindakan Mandiri :
Perdarahan intraserebal (D.0009) keperawatan selama 3x 24 jam 1. Monitor status neurologi
diharapkan perfusi jaringan 2. Pantau tanda-tanda vital tiap jam Evaluasi pupil, refleks
serebral klien dapat adekuat terhadap cahaya
40
dengan kriteria hasil : 3. Pantau adanya peningkatan TIK
1. Kesadaran membaik 4. Posisikan kepala lebih tinggi 30-45⁰
2. Reflek pupil +/+ Kolaborasi:
3. Pupil isokor 1. Pertahankan oksigenasi adekuat melalui ventilator Berikan
obat Brainact 1 amp/12 jam
5 Risiko infeksi b.d Prosedur Setelah dilakukan tindakan Mandiri :
invasif (D.0142) keperawatan selama 3x 24 jam 1. Monitor KU dan VS termasuk suhu klien/jam
diharapkan tidak terjadi infeksi 2. Pertahankan teknik aseptic setiap tindakan Pantau
pada klien dengan kriteria hasil : adanya tanda-tanda infeksi
1. KU dan VS stabil 3. Lakukan personal dan oral care setiap hari Lakukan
2. Suhu normal (36.5-37.5) early mobilization
3. Leukosit normal 4. Lakukan penilaian CPIS setelah 48 jam perawatan
Kolaborasi :
1. Berikan antibiotic sesuai indikasi
2. Pantau hasil foto thorak
41
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Nama : Tn. Ch No CM : 0103964
Usia 53 tahun DM : CVA Haemoragik
42
3. Mengobservasi adanya akumulasi secret di A :
mulut dan ET, suara gargling serta Dx. 1 : Masalah teratasi sebagian
mengauskultasi bunyi napas klien Dx. 2 : Masalah belum teratasi
4. Melakukan suction di mulut dan ETT Dx. 3 : Masalah belum teratasi
5. Mempertahankan head of bed 30⁰ Dx. 4 : Masalah teratasi sebagian
6. Melakukan oral care dengan antiseptik P:
7. Kolaborasi Memberikan terapi sesuai Lanjutkan dan optimalkan kembali intervensi dengan tetap
program: Cefriaxon 2 gr, inj. Ranitidin 1 amp, memantau KU dan vital sign serta status pernapasan klien serta
nexium 40 mg, alinamin F 1 amp, brainact 1 kolaborasi untuk rencana koreksi bicnat, nebulizer untuk jaga
amp, dexamethason 1 amp/8 jam, siang dan usulkan untuk extra pamol
methylprednison
8. Menganalisa hasil BGA
9. Melakukan alih baring miring kanan, lateral
dan miring kiri
22/06/10 Hasil operan jaga malam tanggal 21/06/10 : S : - O:
07.00 KU lemah, soporocoma, panas, masih terpasang - Keadaan umum lemah, kesadaran soporocoma dengan vital
WIB ventilator dengan mode P SIMV, VT 450, FiO2 sign : TD 145/97, HR 130x/menit, SaO2 100%, dan Suhu
60%, RR 12x/menit, PEEP +5, Slym (+), suction 38.2 ⁰C
(+), NGT dialirkan masih bewarna kecoklatan, - GCS masih E1M2VET, pupil miosis 2mm, reflek pupil
spooling (+), vital sign stabil termonitor, BAB(-), terhadap cahaya +/-
BAK/DC produksi urin kurang. Pukul 02.00 WIB - Masih terpasang ventilator P SIMV, VT 416, RR 20,
43
loading 1 flash RL dan pukul 06.00 WIB loading 60%, PEEP + 5
1 flash NaCl 0.9%, infuse dan injeksi masuk - Sekret di mulut dan ETT sudah berkurang
sesuai program. Syring pump jalan precedek - Retraksi otot intercosta berkurang, RR 20x/menit
5cc/jam. Diet spooling. Hari ini lanjut program - Hasil BGA post koreksi bicnat : PH 7,312; pCO2 27.6; pO2
nebulizer dengan komposisi sama sebelumnya. 199,7; HCO3 16,9; BE -8,8 dengan
interprestasi Asidosis Metabolik terkompensasi
Implementasi yang dilakukan hari ini :
sebagian
1. Memonitor keadaan umum, status neurologis
- Masih ada suara ronkhi basah di basal paru kanan
klien dan vital sign klien/jam
- Tidak terjadi tanda-tanda peningkatan TIK
2. Mempertahankan head of bed 30⁰
- Balance cairan : + 1800 cc, urin tidak keluar
dan memonitor status pernapasan klien
3. Memberikan nebulizer via ventilator
A:
4. Melakukan suction di mulut dan ETT
Dx. 1 : Masalah teratasi sebagian
5. Mengauskultasi bunyi napas klien
Dx. 2 : Masalah teratasi sebagian
6. Melakukan oral care dengan antiseptic
Dx. 3 : Masalah belum teratasi
7. Kolaborasi Memberikan terapi sesuai
Dx. 4 : Masalah belum teratasi
program: nexium 40 mg, dexamethason 1
Dx. 5 : Masalah teratasi sebagian
amp, dexamethason 1 amp, ecotrixon 2 gr,
P:
SNMC 1 amp (drip dalam 100 cc NaCl)
- Lanjutkan dan optimalkan kembali intervensi, rencana
8. Kolaborasi memberikan extra lasik 20 mg/jam
kolaborasi cek BGA lagi dan darah rutin, ureum kreatinin,
via syring pump
GDS, nebulizer masih lanjut, dan lasik lanjut 20 mg/jam
9. Melakukan alih baring miring kanan, lateral
44
dan miring kiri
10. Mengambil sampel darah arteri untuk cek
11.BGA post koreksi bicnat.
23/06/10 Laporan jaga malam tanggal 22/06/10: S : - O:
07.00 KU lemah, koma, panas(+), napas masih - Keadaan umum lemah, kesadaran coma dengan vital sign :
WIB menggunakan ventilator dengan mode P SIMV, TD 88/51, HR 96x/menit, SaO2 97%, dan Suhu
FiO2 60%, RR 14, PEEP +5, Slym (+), suction 40.6 ⁰C
(+), Vital sign stabil. NGT dialirkan masih warna - GCS E1M1VET, pupil miosis 2 mm, reflek pupil terhadap
kecoklatan, spooling (+). BAB (-), BAK/DC cahaya -/-
produksi sangat kurang. Pagi ini rencana cek - Tidak nampak retraksi dada, RR 17x/menit
BGA dan darah rutin, ureum kreatinin, GDS, - Masih terpasang ventilator dengan mode P SIMV, VT 340,
nebulizer masih lanjut, dan lasik lanjut 20 mg/jam FiO2 40%, dan PEEP +5
Implementasi yang dilakukan hari ini : Secret di mulut dan ETT berkurang, masih ada ronkhi basah
1. Memonitor keadaan umum, status neurologis di basal paru kanan
klien dan vital sign klien/jam - Skor CPIS : 3
2. Melakukan pemeriksaan GDS - Hasil BGA : PH 7,315 ; pCO2 30; pO2 189,8; HCO3
3. Mempertahankan head of bed 30⁰ dan 17,2; BE -8,4 dengan interprestasi Asidosis metabolik
memonitor status pernapasan klien dan terkompensasi sebagian
sesuaikan dengan setting ventilator - Hasil Ureum : 3.9, kreatinin 12.4, lekosit 7.4
4. Melakukan oral care dengan antiseptic ribu/mmk, GDS : 482
5. Mengambil specimen darah untuk BGA, darah Urin masih tidak keluar, balance cairan : - 100 cc
45
rutin, dan ureum kreatinin
6. Melakukan suction di mulut dan ETT
7. Mengauskultasi bunyi napas klien A:
8. Kolaborasi Memberikan terapi
sesuai Dx. 1 : Masalah teratasi sebagian
program: nexium 40 mg, dexamethason 1 Dx. 2 : Masalah teratasi sebagian
amp, dexamethason 1 amp, ecotrixon 2 gr, Dx. 3 : Masalah belum teratasi
SNMC 1 amp (drip dalam 100 cc NaCl) Dx. 4 : Masalah belum teratasi
9. Kolaborasi melanjutkan pemberian extra lasik
Dx. 5 : Tidak terjadi infeksi
20 mg/jam via syring pump dan insulin 4
unit/jam via syring pump
P:
10.Melakukan alih baring miring kanan, lateral
Lanjutkan dan optimalkan kembali intervensi, nebulizer lanjut/8
dan miring kiri
jam, lasik lanjut 20 mg/jam, insulin syring pump 4 unit/jam.
11.Melakukan skoring CPIS
Pantau haluaran urin
46
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
46
DAFTAR PUSTAKA
American Heart Association (AHA), (2010). Adult Basic Life Support: Guidelines
For Cardiopulmonary Resuscitation And Emergency Cardiovascular Care.
Diklat Yayasan Ambulans Gawat Darurat 118, (2018). Basic Trauma Life Support
And Basic Cardiac Life Support. Edisi tujuh. Jakarta: Yayasan ambulans
gawat darurat 118.
Rega dkk, (2018). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Cardiac Arrest. Stikes Graha
Medika Kotamobagu. 11 Oktober 2020
Sudoyo AW, (2015). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II edisi V. Jakarta: Interna
Publishing
Supriyanto dkk (2018). “Peran Perawat dalam Penanganan Pasien dengan Cardiac
Arrest di Ruang ICU RSUD Kota Surakarta”. (Hlm. 1-15)
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta
47
Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
48