You are on page 1of 11

Pipit Maysyaroh

REFORMASI GEREJA INGGRIS 1529-1534: “AMBISI DAN KEWAJIBAN


RAJA HENRY VIII”

REFORMASI GEREJA INGGRIS 1529-1534:


“AMBISI DAN KEWAJIBAN
RAJA HENRY VIII”

Oleh :
Pipit Maysyaroh dan Nana Supriatna 1
ABSTRACT
This research entitled “Church Reform in England in 1529-1534: A Study of the
Background of Establishment of Anglican Church in Britain”. The difference in
characteristics of church reform in England is the background of this research. There
are four main questions of research: (1) What was the situation of the Church of England
before the Church Reform of 1534? (2) What were the factors of the Church’s Reformation
in England in 1534? (3) How was the process of secession of the Church of England from
the Roman Church in the Church Reformation of England in 1534? (4) How was the
impact of the Church Reformation in England in 1534? The main purpose of this research
is to describe about what happened during the Church Reformation process in Britain
which took place in 1534. This study uses historical methods consisting of heuristics,
criticism, interpretation and historiography. Based on research results, it was found
that, one, the church situation in England is very bad. Corruption, demoralization, and
veneration of relics become a culture. Two, Clement VII’s refusal to annul the marriage
of King Henry VIII was the trigger of secession. Three, the process of separation is done
through the Reform Parliament. The Act of Supremacy makes him the sole ruler of the
Kingdom of England and Anglican Church. Four, the greatest impact was the religious
crisis that occurred along the Tudor Dynasty, and the Kingdom of England became a
country with complete sovereignty.

Keywords: King Henry VIII, Tudor Dynasty, Reformation of Church, Anglican Church,
Roman Church

PENDAHULUAN

Dinasti Tudor merupakan sebuah Humanisme dan Renaissance. Dinasti


dinasti yang berkuasa di Kerajaan Inggris ini dikenal dengan para pemimpinnya
yang memerintah pada abad ke 16 yang yang berwatak berani, keras dan bertekad
merupakan masa yang disebut sebagai tinggi. Selain itu dinasti ini dikenal dengan
jalan keluar dari Abad Pertengahan permasalahan agama yang terjadi hampir
menuju masa yang modern dengan pintu disepanjang kekuasaannya saat menduduki

1
Pipit Maysyaroh adalah mahasiswi pada Departeman Pendidikan Sejarah FPIPS UPI. Nana Su-
priatna adalah dosen pembimbing I. Penulis dapat dihubungi pada nomor 085624784434

253
FACTUM
Volume 6, N0.2, Oktober 2017

tahta Kerajaan Inggris. Eksistensi differing in many respect from Lutheran,


Dinasti Tudor terjadi bersamaan dengan Zwinglian, or Anabaptist communions, was
gelombang reformasi agama di Eropa Barat established”. Gelombang reformasi gereja
pada abad ke-16. Abad ke-16 merupakan di Eropa secara garis besar disebabkan
abad yang sangat krusial dalam sejarah oleh Gereja Roma yang mengalami
Eropa. Hal ini disebabkan oleh otoritas demoralisasi dalam aktifitasnya. Selama
mutlak Gereja Roma di Eropa mulai berabad-abad gereja dan lembaga
memudar. Pada tahun 1534, Raja Henry kepausan telah melakukan berbagai
VIII memisahkan diri dari Gereja Roma penyimpangan keagamaan tanpa ada satu
dan melakukan sebuah reformasi dengan kekuatan apapun yang berhasil meluruskan
membentuk gereja Nasional Anglikan. penyimpangan itu (Suhelmi, 2004, hlm
“The king, not the Pope, was its head. It 144). “It was reported that some clergymen
was a national church, with all foreign obtained their position through irregular
control, and interference at an end, and an and fraudulent means. Some clergymen
“estabilish” church, because of its official led immoral and scandalous lives” (Okon,
connection with the government” (Hall, 2013, hlm 11). Beberapa petinggi dari
Albion & Pope, 1961, hlm 184). Sedangkan gereja diketahui memiliki kehidupan yang
sebelumnya, menurut Minogue (2006, hlm jauh dari ajaran gereja yang sesungguhnya.
42), intisari dari politik Abad Pertengahan Menurut Lyon dkk (1972, hlm 381) “during
terletak pada fakta bahwa raja tidak dapat the fourteenth and fifteenth centuries Latin
berkuasa (bahkan untuk menentukan Christendom slipped into spiritual and
perluasan terhadap fungsi-fungsinya yang moral degeneration. The defeats and insults
terbatas sebagai penguasa sebagaimana were a clear indication that the Papacy and
yang dipahami pada waktu itu) tanpa church has lost prestige and power. In the
kerjasama dengan para mitranya. Selama eye of Western Eourope the Papacy lost
berabad-abad pada Abad Pertengahan its independence”. Reformasi Gereja di
kehidupan manusia diatur oleh Tuhan Inggris dapat dikatakan berbeda dengan
dengan dua macam penguasa yaitu yang Reformasi Gereja lainnya yang terjadi di
bersifat ketuhanan yang dikepalai Paus dan wilayah Eropa Barat pada saat itu. Apabila
yang bersifat keduniawian yang dikepalai Reformasi Gereja yang dipimpin oleh Martin
oleh seorang raja. Meskipun terdapat dua Luther di Jerman, Zwingli di Swiss, John
unsur didalamnya, tetapi kedua unsur ini Knox di Skotlandia, atau Calvin di Perancis
bekerja sesuai dengan hukum ketuhanan merupakan reformasi yang doktrinal, maka
atau hukum kodrat (Sabine, 1954, hlm lain halnya dengan Reformasi Gereja di
222). Hal ini pun berlaku di Kerajaan Inggris. Reformasi Gereja di Inggris lebih
Inggris. banyak mengandung unsur politik dari
Keputusan dari Raja Henry VIII ini sang raja sendiri. Raja Henry VIII dengan
menambah daftar negara yang melakukan dibantu oleh tangan kanannya Cromwell
reformasi gereja di Eropa pada abad ke 16. dan Cranmer, melakukan langkah politik
Seperti apa yang dinyatakan oleh Lucas untuk melepaskan diri dari ikatan Gereja
(1960, hlm 543) bahwa” …..the entire land Roma.
was led by the royal power from the faith
from its fathers, and the Anglican Church,

254
Pipit Maysyaroh
REFORMASI GEREJA INGGRIS 1529-1534: “AMBISI DAN KEWAJIBAN
RAJA HENRY VIII”

METODE PENELITIAN ekstern. Dimulai dari waktu dan tempat


dibuatnya sumber tersebut, penulis atau
Metode yang digunakan oleh penulis
pembuat sumber tersebut, bahan sumber
dalam penelitian ini ialah metode historis
tersebut, serta bentuk fisik dari sumber
atau metode sejarah. Yang dimaksud
tersebut. Melalui kritik internal peneliti
dengan metode sejarah adalah proses
harus mampu memutuskan apakah
menguji dan menganalisis secara kritis
kesaksian tersebut dapat diandalkan
rekaman dan peninggaan masa lampau
(reliable) atau tidak (Sjamsuddin, 2007,
(Gottschalk, 2015, hlm 39). Selain itu
hlm 143). Penulis melakukan kritik internal
penulis menggunakan teknik studi literatur
untuk melihat aspek yang ada didalam
dengan membaca dan mengaji buku-buku
suatu sumber. Dari tahap kritik internal
serta sumber-sumber lain yang terkait
inilah penulis dapat menilai apakah suatu
dengan permasalahan yang akan dikaji.
sumber layak digunakan dalam penelitian
Tahap pertama yang dilakukan oleh atau tidak.
peneliti merupakan tahap heuristik. Heristik
Historiografi atau penulisan sejarah
adalah suatu tahapan dalam metode
merupakan tahap selanjutnya yang harus
sejarah yang berupa tahap mengumpulkan
dilakukan oleh penulis. Dalam tahapan ini
sumber yang relevan dengan permasalahan
terdapat tahapan lainnya yaitu interpretasi
penelitian yang diangkat oleh peneliti.
(penafsiran), eksplanasi (penjelasan) dan
Kegiatan ini dilakukan untuk mencari
eksposisi (penyajian). Dalam proses ini,
dan mengumpulkan sumber sejarah yang
penulis akan melakukan mencipta ulang
berupa sumber tertulis, baik sumber
dan menafsirkan dari fakta-fakta yang
primer maupun sumber sekunder. Dengan
didapat dari hasil kritik sumber. Fakta-fakta
menggunakan teknik literature, penulis
tersebut kemudian disambungkan dari
mengumpulkan sumber-sumber atau
satu ke yang lainnya hingga membentuk
tulisan yang dianggap relevan dengan
suatu penafsiran sejarah yang utuh dan
permasalahan yang dikaji oleh penulis.
berkesinambungan. Pada tahap ini sangat
Beberapa bentuk sumber dalam jenis
diperlukan bagi penulis untuk untuk
sumber tertulis dapat dikumpulkan oleh
memiliki kemampuan analisis. Eksplanasi
penulis untuk mendukung penelitian
merupakan tahap yang sangat penting dalam
ini, diantaranya buku, skripsi, jurnal,
proses historiografi. Berkhofer (dalam
ensiklopedia, dan beberapa buku dalam
Sjamsuddin, 2007, hlm 148) menyatakan
bentuk e-book.
bahwa dalam esplanasi mencakup apa
Tahap selanjutnya yang dilalui yang disebut dengan kausalitas (causation)
oleh peneliti ialah tahap kritik sumber. serta bentuk-bentuk penghubung lain
Tahapan ini dilakukan dengan melakukan (connections) yang digunakan oleh para
kritik terhadap sumber-sumber yang telah sejarawan ketika mereka mensintesiskan
dikumpulkan melalui tahapan heuristik. fakta-fakta. Artinya, penulis sejarah harus
Kritik sumber merupakan tahap dari menyatukan fakta-fakta yang didapat
penelitian yang terdiri dari kritik eksternal hingga membentuk suatu cerita dari
dan kritik internal. Abdurahman (2007, sebuah peristiwa (sintesis). Pada tahap
hlm 68) menyebutkan beberapa hal yang ini penulis akan menggunakan deskripsi
menjadi acuan dalam melakukan kritik dan narasi dalam menuliskan peristiwa-

255
FACTUM
Volume 6, N0.2, Oktober 2017

peristiwa yang dikaji hingga kemudian er person elsewherewere doing the same
akan membentuk suatu kesatuan peristiwa thing for reasons distinctly doctrinal, and
yang saling berhubungan satu sama lain. at which doctrinal difference with Rome
Tahap eksposisi merupakan tahap dimana were rising up all over the civilized world.”
hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Reformasi Gereja di Inggris pada tahun
penulis sampai hingga pembaca. Seperti 1529-1534 bukanlah upaya pertama Inggris
yang dijelaskan oleh Sjamsuddin (2007, dalam hal melakukan pergerakan agama,
hlm 185) bahwa dalam penulisan sejarah, meskipun pergerakan ini belum bisa
wujud dari penulisan (historiografi) itu dikatakan mengarah pada reformasi. Pada
merupakan paparan, penyajian, presentrasi abad ke 14, John Wycliffe, seorang guru
atau penampilan (eksposisi) yang sampai besar Universitas Oxford menyebarkan
kepada dan dibaca oleh para pembaca atau ajarannya yang berawal dari mengkritik
pemerhati sejarah. kehidupan gereja. Ia menolak otoritas Paus,
mengkritik kemewahan pada gereja dan
HASIL PENELITIAN DAN
kepausan, menolak transubstansiasi, serta
PEMBAHASAN
menolak pemujaan terhadap orang-orang
Abad ke-16 M merupakan abad yang suci dan peningggalan-peninggalan suci
sangat krusial dalam sejarah Eropa, (veneration of relics) (Samekto, 1998, hlm
terutama Eropa Barat. Gelombang 76). Selain itu, Wycliffe juga berpendapat
reformasi keagamaan berkembang dengan bahwa yang menjadi patokan agama
cepat. Doktrin-doktrin agama mulai Kristen ialah Kitab Injil. Bukan hukum
terbentuk di beberapa wilayah di Eropa ataupun kebiasaan gereja. He would make
diantaranya Lutheran di Jerman, Zwinglian sure that the essensial message of the Bible
di Swiss, serta Calvinisme di Perancis. would break outside the walls of ivy leagues
Doktrin-doktrin ini melandasi terjadinya discussion to reach hearts in the villages
reformasi-reformasi gereja yang terjadi di and countryside (Lensch, 1996, hlm 17).
Eropa. Kerajaan Inggris yang pada awalnya Maka dari itu ia pun menerjemahkan Kitab
sangat mendukung eksistensi Gereja Roma Injil lengkap dari Bahasa Latin ke dalam
di Eropa pun tak luput mengalami hal Bahasa Inggris. Akan tetapi pergerakan
yang sama. Hanya saja, Reformasi Gereja Wycliffe dan para pengikutnya, Lollards,
di Inggris berbeda dengan reformasi- dihentikan oleh pemerintahan Raja Henry
reformasi keagamaan yang terjadi di Eropa VI. Pada abad-abad selanjutnya, kehidupan
pada saat itu. Apabila reformasi-reformasi gereja yang inilai oleh beberapa orang
keagamaan selain yang terjadi di Kerajaan sebagai aktifitas yang tidak menverminkan
Inggris merupakan reformasi yang bersifat kehidupan beragama terus berlangsung.
doktrinal, lain halnya dengan yang terjadi Keputusan Raja Henry VIII untuk
di Kerajaan Inggris. Child (1890, Hlm. 48) melepaskan diri dari otoritas Gereja Roma
menyatakan bahwa: merupakan keputusan yang dianggap
“The time at which Henry and Cromwell kontroversial pada saat itu. Hal ini
chose to separate from Rome on grounds disebabkan karena sebelumnya hubungan
which had nothing to do with doctrine, antara Kerajaan Inggris dan Gereja Roma
chanced to coinside with that at which oth- sangat baik. Bentuk nyata dari hubungan

256
Pipit Maysyaroh
REFORMASI GEREJA INGGRIS 1529-1534: “AMBISI DAN KEWAJIBAN
RAJA HENRY VIII”

antara Inggris dan Gereja Roma yang sebuah dinasti, Raja Henry VIII memiliki
baik pada masa pemerintahan Raja Henry kewajiban untuk melindungi, menjaga
VIII, diperlihatkan pada pembelaan Raja dan memelihara keberlangsungan
Henry VIII atas 95 Dalil yang dituduhkan kekuasaannya. Ia memiliki keinginan
oleh Martin Luther (1483-1546 M) pada yang kuat untuk memiliki keturunan yang
pihak Gereja Roma pada masa-masa awal bisa menggantikannya sebagai seorang
Reformasi Gereja di Eropa Barat. Raja pemimpin. Brinton dkk (1960, hlm 471)
Henry VIII mengeluarkan “Assertion of the menyebutkan bahwa, “The House of Tudor
Seven Sacraments Against Martin Luther” had only recently achieved the Crown,
pada tahun 1521. The Pope received the book and Henry felt more strongly than was
with the great joy, pronouncing Luther to usual even in those days that a male heir
be “a most filthy monster”, and bestowing was essentiall”. Lucas (1960, Hlm. 546)
upon the author the proud title still borne menambahkan bahwa, “Only 35 years ago
by the British Sovereign Fidei Defensor, the Tudor family had been estabilished
“Defender of the Faith” (Clark, 1897, hlm on the throne, and, since the dangers
68-69). Selain itu otoritas Gereja Roma of a debated succession were vividly
dalam kehidupan masyarakat Eropa dapat in the minds of people, a male heirwas
dikatakan otoritas yang mutlak. Selama considered necessary for reasons of state
berabad-abad pada Abad Pertengahan and dynasty.”
kehidupan manusia diatur oleh Tuhan Meskipun Raja Henry VIII telah
dengan dua macam penguasa, yaitu yang memiliki seorang pewaris perempuan,
bersifat ketuhanan yang dikepalai oleh tetapi pada masa itu, seorang wanita
paus, dan yang bersifat keduniawian yang sebagai pemimpin sebuah kerajaan
dikepalai oleh seorang raja (Sabine, 1954, bukanlah hal yang umum. “The succession
hlm 222). was endangered by the existence of a
Meskipun secara teori hukum ini legitimate female heir, the princess Mary,
memiliki garis batas yang jelas, tetapi and the illegitimate male heir, the Duke of
dalam prakteknya sulit untuk menentukan Richmond” (Smith, 1988, hlm 109). Selain
batas yang tegas antara otoritas negara itu berdasarkan pengalaman dari Kerajaan
dan gereja (Lucas, 1993, hlm 279). Gereja Inggris, pemimpin wanita bukakanlah
akan ikut mencampuri urusan kenegaraan pilihan yang baik. Kerajaan Inggris pernah
mengenai kontrol atas kependetaan dalam diperintah oleh seorang ratu. Ratu Matilda
sebuah negara, perpajakan gereja, masalah merupakan puteri dari Raja Henry I dari
perceraian, hingga hal-hal lainnya. Apa Dinasti Angevin. Sepeninggal Raja Henry
yang dikatakan atau eputusan yang diambil I, Ratu Matilda tidak dapat menguasai para
oleh Paus merupakan keputusan yang baron dan terjadi perebutan tahta hingga
mutlak. terjadi kekacauan serta peperangan yang
Pemicu dari keputusan Raja Henry dikenal dengan The Anarchy. Hall, Albion
VIII untuk memisahkan diri dari otoritas & Pope (1961, hlm 181 ) menyebutkan
Gereja Roma ialah kebutuhannya untuk bahwa, “England’s one experience with
memiliki seorang anak laki-laki yang bisa reigning queen, it must be remembered,
dijadikan sebagai penerus tahta Dinasti had been with the unfortunate Matilda
Tudor. Sebagai seorang raja dan kepala and anarchy”. Mary I merupakan putri

257
FACTUM
Volume 6, N0.2, Oktober 2017

Raja Henry VIII dari ratunya, Catherine di Vatikan pun sedang mengalami kesulitan
of Aragon. sayangnya kesehatan Catherine yang berhubungan dengan keponakan
of Aragon tidak mengijinkannya untuk Catherine of Aragon, Kaisar Charles V.
melahirkan anak lagi bagi Raja Henry Terdapat dua hal yang dianggap
VIII. menghalangi Raja Henry VIII menuju
Raja Henry VIII merupakan seorang keinginannya. Yang pertama, “the law of
Katolik yang taat. Sebelum menjadi pewaris the church, for marriage was a sacrament
tahta, ia merupakan anak kedua yang and not to be dissolve” (Lucas, 1960,
dipersiapkan untuk mengisi jabatan dalam Hlm. 548). Dimata agama, Raja Henry
gereja. Ia tidak mungkin mengangkat anak VIII dan Catherine of Aragon merupakan
haramnya Henry Fitzroy, untuk menjadi pasangan yang resmi menikah. Pernikahan
penerusnya. Akan tetapi ia menemukan merupakan salah satu aspek dalam Tujuh
celah untuk keluar dari permasalahan Sakramen. Aspek dalam Tujuh Sakramen
tersebut. Isterinya, Cathrine of Aragon tidak bisa diganggu gugat selain dengan
merupakan janda dari kakaknya sendiri, persetujuan dari Paus. Maka dari itu
Arthur Tudor. Raja Henry VIII meyakini untuk membatalkan pernikahannya
bahwa pernikahannya yang tidak dengan Catherine of Aragon, Raja Henry
menghasilkan seorang putera sebagai VIII harus mendapatkan persetujuan
pewaris serta kematian anak-anaknya dari Paus Klemens VII. Yang kedua, “the
merupakan hukuman yang diberikan peculiar situation in international affairs”
oleh Tuhan karena telah menikahi janda (Lucas, 1960, Hlm. 549). Poin yang kedua
dari kakaknya, Arthur Tudor. Mengingat ini bermula pada saat Paus Klemens
di dalam ajaran Gereja Roma, menikahi VII bergabung dengan Liga Cognac
janda dari saudara laki-laki merupakan bersama dengan Perancis, Florence,
hal yang tidak boleh dilakukan. ‘Larangan Milan dan Venesia dengan harapan dapat
dari Kitab Imamat’ dari Kitab Suci yang memukul mundur Spanyol dari Italy dan
melarang pernikahan seorang pria dengan menghetikan kekuasaan Kaisar Charles V
janda dari saudara laki-lakinya” (Lewis, di peninsula. Sayangnya, ketika Raja Henry
2015, hlm 90). Alasan religius seperti VIII mengajukan pemohonan pada Paus
ini dianggapnya akan berhasil untuk Klemens VII, pasukan Kaisar Charles V dan
menceraikan permaisurinya tersebut. Pada pasukan Jerman telah mengepung Roma.
tahun 1527, Raja Henry VIII, dibantu oleh Insiden ini dikenal dengan sebutan Sacked
Kardinal Thomas Wolsey, mencoba untuk of Rome (1527 M). Karena hal inilah Paus
menekan Catherine of Aragon agar ia mau Klemens VII menolak permintaan Raja
membatalkan pernikahannya dengan Henry VIII. Ia pun mengirimkan Kardinal
Raja Henry VIII dengan menjauhkannya Campeggio ke Inggris untuk mengulur
dengan penerima pengakuan dosanya, waktu.
yaitu Uskup Fisher Rochester. Kemudian Raja Henry VIII yang merasa semakin
ia mengajukan permintaan dispensasi terusik dengan keputusan Paus Klemens
pada Paus Klemens VII agar ia merestui VII, Anne Boleyn yang menolak dijadikan
pembatalan pernikahannya dengan selir dan permaisurinya yang keras kepala
Catherine of Aragon. akan tetapi, Kepausan kemudian melampiaskan amarahnya pada
Kardinal Wolsey. Ia menuduh Wolsey

258
Pipit Maysyaroh
REFORMASI GEREJA INGGRIS 1529-1534: “AMBISI DAN KEWAJIBAN
RAJA HENRY VIII”

telah melakukan pelanggaran pada Statute untuk memaksa para rohaniawan untuk
of Praemunire. “Wolsey had done his very membantunya melayangkan petisi pada
utmost for his master, but he had failed, Paus.
and his doom was pronounced……..cardinal They were all force to complain of the
was abject in his submission, although his strange usage of this King who both by his
act had been done in the King’s service” authority and with his pen had supported
(Clark, 1897, hlm 75). the Apolistic See and was now denied
Pada tanggal 19 Agustus 1529, justice. If the Pope still refuse [to annul the
hari dimana Kardinal Wolsey dicabut marriage] they would conclude that he had
jabatannya sebagai Lord Chancellor, surat abandoned them and so seek for another
perintah untuk membentuk parlemen baru remedies (Slesser, 1952, hlm 23).
dikeluarkan. Parlemen ini terbilang sangat Meskipun begitu, pada tahap ini Raja
aktif bila dibandingkan parlemen-perlemen Henry VIII belum mengambil keputusan
yang pernah dibentuk sebelumnya. Hal ini untuk memisahkan diri dari Gereja Roma.
terlihat dari banyaknya undang-undang “There was no real though of risking a
yang dikeluarkan meskipun parlemen ini permanent break with Rome” (Smith,
hanya bertahan selama 7 tahun. 1988, hlm 111).
The body that met was unprecedented: Pada tahap ini, seorang rohaniawan,
it lasted seven years, enacted 137 statutes, of Thomas Cranmer pun muncul dihadapan
wich 32 were of vital national significance, Raja Henry VIII dengan memberikan
and excercised an influence in the affairs of pendapat bahwa, pernikahan antara Raja
God and church that no feudal parliament Henry VIII dan Catherine of Aragon dapat
had ever dreamed of claiming (Smith, dibatalkan tanpa keterangan kepada
1988, hlm 111). Paus (Poesponegoro, 1984, hlm 80). Ia
Parlemen ini merupakan parlemen juga dibantu oleh Thomas Cromwell,
anti kepausan, yang hanya melaksanakan negarawan yang merupakan mantan
kehendak dari kerajaan. Parlemen ini juga sekretaris dari Thomas Wolsey yang
termasuk parlemen yang paling aktif dan kelak menjadi sekretaris Raja Henry VIII
efektif dalam sejarah konstitusi Kerajaan menggantikan tuannya. Ditambahkan oleh
Inggris apabila dibandingkan dengan Clark (1897, hlm 76) Cranmer berpendapat
parlemen-parlemen yang ada sebelumnya. bahwa, “they should obtain the opinions of
Pada titik ini dapat terlihat the Universities of Europe, and act upon
bagaiamana Raja Henry VIII, sebagai them by holding a court in England”.
seorang raja tidak dapat melakukan Meskipun tidak mendapatkan jawaban
secara nyata keputusannya sendiri, diatas yang diinginkan dan dapat melegitimasi
tahtanya sendiri. Pengalaman pribadi keputusannya, Raja Henry VIII akhirnya
ini menyadarkannya bahwa kepentingan mendapatkan jawaban dari universitas-
Inggris dapat dipermainkan oleh negara- universitas tersebut. “To marry a deaceased
negara lain melalui kekuasaan paus brother’s wife, when the matrimony had
(Samekto, 1998, hlm 105). Raja Henry VIII actually been consummated, was against the
memanfaatkan otoritas dalam posisinya divine law” (Clark, 1897, hlm 76). Jawaban
sebagai seorang pemimpin kerajaan ini tidak cukup kuat untuk melegitimasi

259
FACTUM
Volume 6, N0.2, Oktober 2017

keputusan Raja Henry VIII. Tetapi, sangat 4. The Appointment of Bishop Act.
kuat dijadikan alasan untuk pembuktian Bertujuan untuk memangkas habis
bahwa dispensasi kepausan yag diberikan pembayaran pada pihak Gereja Roma
oleh Paus Julius II pada pernikahan atau Kepausan agar biaya pembayaran
antara Raja Henry VIII dan Catherine of tersebut dapat masuk ke dalam kas
Aragon merupakan hal yang menyalahi negara. Undang-undang ini keluar
hukum. Akan tetapi Paus Klemens VII pada tahu 1533.
tidak goyah pada pendiriannya. Raja Selain itu terdapat sejumlah undang-
Henry VIII memberlakukan kembali undang yang bertujuan untuk mengurangi
hukum Praemunire atau Statute of atau bahkan melumpuhkan otoritas gereja
Praemunire pada tahun 1530. Raja Henry di kerajaan, diantaranya:
VIII mendeklarasikan bahwa siapapun
1. Supplication Against Ordinaries.
yang melakukan aktifitas apapun dengan
‘Ordinaries’ yang dimaksud ialah para
hal yang berhubungan dengan Kepausan,
biarawan yang dirasa menyalahgunakan
maka hukumannya adalah penjara.
otoritas gereja dengan berbagai
Raja Henry VIII dengan bantuan tindakan yang tercela Undang-undang
Thomas Cromwell mengeluarkan sejumlah ini dikeluarkan pada tahun 1532.
undang-undang yang ditujukan untuk
2. Submission of the Clergy. Undang-
melumpuhkan otoritas gereja di Kerajaan
undang ini dikeluarkan oleh parlemen
Inggris. Sejumlah undang-undang
pada bulan Mei 1532. Dalam undang-
dikeluarkan untuk menyerang gereja dan
undang ini, hukum gereja hanya dapat
kepausan pada pusatnya, yaitu sumber
dibuat atas seizin raja.
keuangan, diantaranya:
3. The Act in Restraint of Appeals.
1. Mortuaries Act dan Probate Act.
Dikeluarkan pada bulan April 1533.
Kedua undang-undang ini dikeluarkan
Dikeluarkannya undang-undang
pada tahun 1530 untuk menutup
yang membahas mengenai aturan
penghasilan para rohaniawan dari
keagamaan yang setiap keputusannya
pelayanan pemakaman umat
merupakan otoritas dari raja, bukan
2. Mortmain Act. Undang-undang ini dari yang lainnya, maka Raja Henry
dikeluarkan pada tahun 1532 dan VIII bebas melakukan setiap keputusan
bersangkutan dengan larangan yang berhubungan dengan keagamaan,
hak kepemilikan bagi para kaum termasuk pernikahan, tanpa restu dari
rohaniawan. pihak lain (dalam hal ini merupakan
3. Statutes of Annnates, atau juga restu dari paus)
dikenal dengan First Fruits. Parlemen 4. The Act of Supremacy. Dikeluarkan
memberikan otoritas pada raja untuk pada tahun 1534. Merupakan Kepala
menghentikan pembayaran pada paus Tertinggi dari Gereja Inggris dan
dari penghasilan tahun pertama dari Kerajaan Inggris. Dimulai sejak
semua uskup yang baru diangkat, diberlakukannya The Act of Supremacy,
yang kemudian dibayarkan pada Paus tidak berkuasa lagi atas Gereja
pihak kerajaan. Undang-undang ini Inggris, ia hanya diakui sebagai uskup
dikeluarkan pada tahun 1532. Roma saja.

260
Pipit Maysyaroh
REFORMASI GEREJA INGGRIS 1529-1534: “AMBISI DAN KEWAJIBAN
RAJA HENRY VIII”

Undang-undang inilah yang mengakhiri mendapatkan izin darinya. Seperti yang


sepenuhnya hubungan Kerajaan Inggris disebutkan dalam The Act of Supremacy,
dengan Gereja Roma. bahwa “…….The King, our Sovereign Lord,
Dengan dikeluarkannya sejumlah his heirs, and successors, kings of this realm,
undang-undang ini merupakan usaha Raja shall be taken, accepted, and reputed the
Henry VIII dalam mengungguli otoritas only supreme head in earth of the Church of
Gereja Roma di kerajaannya sendiri. England called Anglicana Ecclesia” (Child,
Hal ini disebabkan oleh Raja Henry VIII 1890, Hlm. 76). Hal ini menjadikan Gereja
yang merasa otoritasnya masih kurang Inggris sebagai Gereja Nasional. Meskipun
bila dibandingkan dengan otoritas Gereja begitu, pada masa fase awal pembentukan
Roma untuk mengambil keputusan yang Gereja Inggris yang dikepalai oleh Raja
bersangkutan dengan keberlangsungan Henry VIII, doktrin Anglikanisme belum
kekuasaan Dinasti Tudor. Gesekan atau semapan pada masa pemerintahan Ratu
konflik antara kedua otoritas ini diakhiri Elizabeth I. Raja Henry VIII menganggap
dengan kemenangan Raja Henry VIII bahwa Gereja Inggris merupakan bagian
dalam mengungguli orotitas Gereja Roma dari Gereja Katolik dan tidak akan merubah
di atas tanahnya sendiri. doktrin dan ritual yang biasa dilakukan
di dalam gereja. Child (1890, hlm 47-48)
Selain itu Raja Henry VIII membentuk
menyatakan bahwa, “change of doctrine
Gereja Nasional Anglikan. Gereja Inggris
followed as consequence, partly of the
atau Gereja Anglikan, apabila disesuaikan
separation itself”. Hal ini menyebabkan
dengan pemisahan diri dari Gereja Roma
bentuk awal dari doktrin Anglikanisme
secara gerejawi, menurut hukum terbentuk
tidak memiliki banyak perbedaan dengan
pada bulan November 1534. Pemberian
doktrin Katolik Roma. Namun seiring
nama Anglikan itu sendiri diambil dari
berjalannya waktu, juga dipengaruhi
sebuah prase dalam Magna Carta yang
oleh kepemimpinan raja dan para ratu
dibuat oleh Raja John. Ecclesia Anglicana,
serta serangkaian peristiwa, selanjutnya
yang memiliki arti Gereja Inggris.
bentuk dari doktrin Anglikanisme ini
Tujuan utama pemisahan Gereja
disesuaikan sesuai dengan keputusan para
Inggris dari Gereja Roma ialah agar Raja
pemimpin tersebut. meskipun begitu,
Henry VIII mendapatkan legitimasi untuk
terdapat beberapa kelompok masyarakat
membatalkan pernikahannya dengan
dalan gereja Anglikan yang menjalankan
Catherine of Aragon dan bisa menikahi
beberapa praktik keagamaan yang juga ada
Anne Boleyn agar mendapatkan seorang
dalam ajaran Protestan. Brinton dkk. (1960,
putera sebagai pewaris tahta. Keluarnya
Hlm. 493) menyatakan bahwa, “……..the
undang-undang The Act Of Supremacy
new Church of England to introduce such
yang menyatakan Raja Henry VIII sebagai
Protestant practices as marriage of the
Supreme Head of The Church of England,
clergy, use the English instead of Latin in
juga menjadikan Raja Henry VIII sebagai
the ritual, abolition of auricular confession,
Kepala Gereja Inggris menggantikan paus.
abolition of the invocation of saints”.
Paus pun hanya dianggap sebagai Uskup
Terdapat beberapa dampak yang
Roma saja. Sehingga segala bentuk aturan
disebabkan oleh Reformasi Gereja di Inggris
ataupun pertemuan kegerejaan harus
tahun 1534. Dengan dideklarasikannya

261
FACTUM
Volume 6, N0.2, Oktober 2017

The Act of Supremacy tahun 1534, SIMPULAN


menandai berpisahnya Kerajaan Inggris
Abad ke 16 merupakan waktu yang
dengan Gereja Roma. Raja Henry VIII
krusial dimana banyak sekali paham yang
pun menjadi Kepala Gereja dan Kepala
muncul. Paham-paham tersebut menjadi
Kerajaan Inggris secara bersamaan.
landasan dimana bentuk negara modern
Lepasnya Kerajaan Inggris dari otoritas
bermunculan di Eropa. Salah satu contoh
Gereja Roma, maka Kerajaan Inggris pun
yang tepat dari fenomena yang terjadi
menjadi negara dengan kedaulatan yang
di Eropa pada abad ke 16 ialah Kerajaan
utuh tanpa interupsi dan campur tangan
Inggris. Reformasi Gereja di Inggris pada
otoritas lain yang cenderung absolut.
tahun 1529-1534 merupakan salah satu
Dalam proses pemisahan Kerajaan Inggris
dari rangkaian Reformasi Gereja yang
dari Gereja Roma, pihak parlemen telah
melanda Eropa pada abad ke 16. Akan
mengeluarkan sejumlah undang-undang
tetapi, Reformasi Gereja di Inggris tidak
yang melumpuhkan pihak rohaniawan
bersifat doktrinal seperti reformasi Gereja
serta tunduk pada otoritas kerajaan.
di negara lain.selain itu salah satu dampak
Selain itu, terbentuk pula Gereja Anglikan
reformasi ini ialah kedaulatan penuh yang
degan dikepalai oleh Raja Henry VIII.
didapatkan oleh Kerajaan Inggris. Setelah
Meskipun memisahkan diri dari Gereja
Kerajaan Inggris melepaskan diri dari
Roma, karena pada dasarnya Raja Henry
otoritas Gereja Roma, maka pemerintahan
VIII merupakan seorang Katolik yang taat,
Kerajaan Inggris selanjutnya tidak
maka Raja Henry VIII bersikukuh bahwa,
mendapatkan intervensi dari pihak lain.
doktrin dari Gereja Anglikan merupakan
Dengan demikian, maka kedaulatan penuh
bagian dari Gereja Roma. Keputusan Raja
pun didapatkan oleh Kerajaan Inggris.
Henry VIII dalam memisahkan diri dari
Gereja Roma pada tahun 1534, merupakan Apabila dilihat dari proses pelepasan
awal dari permasalahan keagamaan diri Kerajaan Inggris dari otoritas Gereja
disepanjang kekuasaan Dinasti Tudor di Roma, dapat dilihat bahwa Raja Henry
Kerajaan Inggris. Pada masa pemerintahan VIII memerankan peranannya sebagai
Raja Edward IV, pertumbuhan raja atau pemimpin sebuah pemerintahan
Protestan sangatlah pesat dan tidak bisa dengan penuh. Ia berusaha memenangkan
dikendalikan. Hal ini bertolah belakang persaingan otoritas dengan Gereja Roma
pada masa pemerintahan Ratu Mary I di tanahnya sendiri, hingga akhirnya ia
yang mencoba untuk mengembalikan memenangkan persaingan tersebut. Raja
keyakinan Kerajaan Kristen pada Katolik. Henry VIII sebelumnya berada didalam
Ia berusaha membersihkan Kerajaan dari sebuah masalah yang menjebaknya antara
kaum Protestan. Permasalahan keagamaan posisinya sebagai kepala pemerintahan
ini memuncak pada masa Pemerintahan dan sebagai seorang Katolik yang taat pada
Ratu Elizabeth I. Beruntung, ratu yang Gereja dan Paus. Akan tetapi ambisinya
merupakan pemimpin terbesar Dinasti untuk melanjutkan dan memelihara
Tudor tersebut, mampu menghentikan kekuasaan dinastinya lebih besar daripada
permasalahan keagamaan yang disebabkan kepatuhannya pada Paus.
oleh keputusan ayahnya tersebut.

262
Pipit Maysyaroh
REFORMASI GEREJA INGGRIS 1529-1534: “AMBISI DAN KEWAJIBAN
RAJA HENRY VIII”

DAFTAR PUSTAKA PT Tiara Wacana Yogya.


Lyon, Bryce, Herbert H. Rowen & Theodore
Abdurahman, Dudung. 2007. Metodologi
S. Hamerow. 1972. A History of The
Penelitian Sejarah. Yogyakarta: Ar-
Western World (Volume I): Prehistory
Ruzz Media.
Through Renaissance. Illinoise: Rand
Brinton, Christopher & Wolff. 1960. A
McNally & Company.
History of Civilization: Volume One: to
Minogue, Kenneth. 2006. Sekilas Tentang
1715. New Jersey: Prentice-Hall Inc.
Politik. Jakarta: Pelangi Cendikia.
Child, Gilbert W. 1890. Church and State
Okon, Etim. N. 2013. The Causation of
Under The Tudors. London: Longmans,
Protestant Reformation: Lesson of
Green & Co.
History. Journal of Humanities and
Clark, William. 1897. Ten Epoch of
Social Science, Vol 10, No. 2, hlm 11-
Church History (Vol X): The Anglican
20.
Reformation. New York: The Christian
Poesponegoro, Marwati Djoened. 1984.
Literature Co.
Tokoh dan Peristiwa Dalam Sejarah
Gottschalk, Louis. 2015. Mengerti Sejarah.
Eropa Awal Masehi – 1815. Jakarta:
Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia
UI-Press.
(UI-Press).
Sabine, George H. 1954. Teori-Teori
Hall, Walter P, Robert G. Albion & Jennie
Politik I: Sejarah Pertumbuhan
B. Pope. 1961. A History of England and
dan Perkembangannya. Bandung:
the Empire-Commonwealth (Fourth
Dhiwantara.
Ed). Boston: Ginn and Company.
Samekto. 1998. Ikhtisar Sejarah Bangsa
Lensch, Christopher K. 1996. The
Inggris. Jakarta: Daya Widya &
Morningstar of The Reformation: John
Garasindo.
Wycliffe. Western Reform Seminary
Sjamsuddin, Helius. 2007. Metodologi
Journal, Vol 03, No 2, hlm 16-22.
Sejarah. Yogyakarta: Ombak.
Lewis, Brenda Ralph. 2015. Sejarah Gelap
Slesser, Henry. 1952. Anglican Dilemma.
Raja & Ratu Inggris. Jakarta: PT Elex
London: Hutchinson & Co.
Media Komputerindo.
Smith, Lacey Baldwin. 1988. This Realm
Lucas, Henry S. 1960. The Renaissance
of England: 1399 to 1688. Canada: D.C
and The Reformation (second ed). New
Heath and Company.
York: Harper & Row.
Suhelmi, Ahmad. 2004. Pemikiran Politik
Lucas, Henry S. 1993. Sejarah Peradaban
Barat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Barat Abad Pertengahan. Yogyakarta:
Utama.

263

You might also like