Professional Documents
Culture Documents
LP Neuropathy Wound Care Print - Compress
LP Neuropathy Wound Care Print - Compress
oleh
Jayanta Permana Hargi, S. Kep.
NIM 072311101008
e. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan luka neuropati (misalnya kaki diabetik) dilakukan secara
komprehensif melalui upaya; mengatasi penyakit komorbid,
menghilangkan/mengurangi tekanan beban (offloading), menjaga luka agar
selalu lembab (moist), penanganan infeksi, debridemen, revaskularisasi dan
tindakan bedah elektif, profilaktik, kuratif atau emergensi.
1. Debridemen
Tindakan debridemen merupakan salah satu terapi penting pada kasus
ulkus diabetika. Debridemen dapat didefinisikan sebagai upaya
pembersihkan benda asing dan jaringan nekrotik pada luka. Luka tidak
akan sembuh apabila masih didapatkan jaringan nekrotik, debris, calus,
fistula/rongga yang memungkinkan kuman berkembang. Setelah
dilakukan debridemen luka harus diirigasi dengan larutan garam
fisiologis atau pembersih lain dan dilakukan dressing (kompres). Ada
beberapa pilihan dalam tindakan debridemen, yaitu
- debridemen mekanik, enzimatik, autolitik, biologik,
debridement bedah.
- Debridemen mekanik dilakukan menggunakan irigasi luka
cairan fisiolofis, ultrasonic laser, dan sebagainya, dalam rangka
untuk membersihkan jaringan nekrotik.
- Debridemen secara enzimatik dilakukan dengan pemberian enzim
eksogen secara topikal pada permukaan lesi. Enzim tersebut akan
menghancurkan residu residu protein. Contohnya, kolagenasi
akan melisikan kolagen dan elastin. Beberapa jenis debridement
yang sering dipakai adalah papin, DNAse dan fibrinolisin.
2. Mengurangi beban tekanan (off loading)
Pada saat seseorang berjalan maka kaki mendapatkan beban yang
besar. Pada penderita DM yang mengalami neuropati permukaan
plantar kaki mudah mengalami luka atau luka menjadi sulit sembuh
akibat tekanan beban tubuh maupun iritasi kronis sepatu yang
digunakan. Salah satu hal yang sangat penting namun sampai kini
tidak mendapatkan perhatian dalam perawatan kaki diabetik adalah
mengurangi atau menghilangkan beban pada kaki (off loading).
Upaya off loading berdasarkan penelitian terbukti dapat mempercepat
kesembuhan ulkus. Metode off loading yang sering digunakan adalah:
mengurangi kecepatan saat berjalan kaki, istirahat (bed rest), kursi
roda, alas kaki, removable cast walker, total contact cast, walker,
sepatu boot ambulatory.Total contact cast merupakan metode off
loading yang paling efektif dibandingkan metode yang lain.
3. Teknik dressing pada luka diabetikum
Tehnik dressing pada luka diabetes yang terkini menekankan metode
moist wound healing atau menjaga agar luka dalam keadaan lembab.
Luka akan menjadi cepat sembuh apabila eksudat dapat dikontrol,
menjaga agar luka dalam keadaan lembab, luka tidak lengket dengan
bahan kompres, terhindar dari infeksi dan permeabel terhadap gas.
Tindakan dressing merupakan salah satu komponen penting dalam
mempercepat penyembuhan lesi. Prinsip dressing adalah bagaimana
menciptakan suasana dalam keadaan lembab sehingga dapat
meminimalisasi trauma dan risiko operasi. Ada beberapa faktor yang
harus dipertimbangkan dalam memilih dressing yang akan
digunakan, yaitu tipe ulkus, ada atau tidaknya eksudat, ada tidaknya
infeksi, kondisi kulit sekitar dan biaya.
4. Pengendalian infeksi
Pemberian antibitoka didasarkan pada hasil kultur kuman. Namun
sebelum hasil kultur dan sensitifitas kuman tersedia antibiotika harus
segera diberikan secara empiris pada kaki diabetik yang terinfeksi.
Ulkus diabetika ringan/sedang antibiotika yang diberikan di fokuskan
pada patogen gram positif. ulkus terinfeksi yang berat (limb or life
threatening infection) kuman lebih bersifat polimikrobial (mencakup
bakteri gram positif berbentuk coccus, gram negatif berbentuk
batang, dan bakteri anaerob) antibiotika harus bersifat
broadspectrum, diberikan secara injeksi. Antibiotik untuk infeksi
berat diberikan antibiotik seperti ampicillin/sulbactam,
ticarcillin/clavulanate, piperacillin/tazobactam, Cefotaxime atau
ceftazidime + clindamycin, fluoroquinolone + clindamycin. Pada
infeksi berat pemberian antibitoika diberikan selama 2 minggu atau
lebih. Bila ulkus disertai osteomielitis penyembuhannya menjadi
lebih lama dan sering kambuh. Maka pengobatan osteomielitis di
samping pemberian antibiotika juga harus dilakukan reseksi bedah.
Antibiotika diberikan secara empiris, melalui parenteral selama 6
minggu dan kemudain dievaluasi kembali melalui foto radiologi.
Apabila jaringan nekrotik tulang telah direseksi sampai bersih
pemberian antibiotika dapat dipersingkat, biasanya memerlukan
waktu 2 minggu.
f. Pemeriksaan penunjang
1. X-Ray
Penggunaan X-Ray adalah untuk mengetahui benda asing dalam
jaringan yang umum pada ulkus diabetik, menentukan diagnosis pada
Charcot Foot, tidak dapat digunakan untuk menunjukkan
osteomielitis akut.
2. Thermoscan
Mengukur perbedaan suhu kedua kaki, hanya tersedia di klinik-klinik
tertentu.
3. Bone Scan
Penggunaan scan tulang untuk mengetahui osteomielitis, mengetahui
level perkembangan dari Charcot Foot.
4. Doppler dan angiografi
Penderita dengan luka pada kaki bagian bawah harus melalui tes
Doppler atau angiografi untuk mengetahui penyakit pembuluh darah
kapiler. Kadar kreatinin tinggi harus dinilai untuk fungsi ginjal
sebelum dilakukan angiografi karena angiografi dapat
mengidentifikasi gagal ginjal.
5. Pemeriksaan hemoglobin glikolisasi
Pemeriksaan glukosa darah reguler untuk mengukur jumlah
hemoglobin glikolisasi dalam darah dan memberikan indikasi
bagaimana cara perawatan diabetes yang baik secara kontinyu.
6. Monofilamen
Penggunaan monofilamen untuk menilai sensasi pada daerah sekitar
luka. Pasien juga dapat diajarkan penggunaan monofilamen secara
mandiri untuk deteksi dini.
7. Kultur Luka
g. Pathway
Faktor usiaPenyakit metabolik: diabetes melitusDefisiensi nutrisi Infeksi Keganasan, kelainan autoimun
Luka neuropati
Nyeri
Kekebalan tubuh menurun Ansietas
Gangrene
Amputasi
Kerusakan
integritas jaringan
Gangguan citra Hambatan
tubuh mobilitas fisik
h. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji
1. Masalah keperawatan
a) Kerusakan integritas jaringan
b) Nyeri
c) Ansietas
d) Gangguan citra tubuh
e) Hambatan mobilitas fisik
2. Data yang perlu dikaji
a) Pengkajian
1. Identitas penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor
register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
2. Keluhan Utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa
raba yang menurun, adanya luka yang tidak sembuh –
sembuh dan berbau, adanya nyeri pada luka.
3. Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya
luka serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk
mengatasinya.
4. Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit neuropati, DM atau penyakit–
penyakit lain yang ada kaitannya dengan defisiensi insulin
misalnya penyakit pankreas. Adanya riwayat penyakit
jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis
yang pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa
digunakan oleh penderita.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu
anggota keluarga yang juga menderita penyakit neuropati,
DM atau penyakit keturunan yang dapat menyebabkan
terjadinya defisiensi insulin misal hipertensi, jantung.
6. Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi
yang dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya
serta tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita.
b) Pemeriksaan fisik
1. Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi
badan, berat badan dan tanda–tanda vital.
2. Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran
pada leher, telinga kadang-kadang berdenging, adakah
gangguan pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah
menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah
bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda,
diplopia, lensa mata keruh.
3. Sistem integumen
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman
bekas luka, kelembaban dan shu kulit di daerah sekitar
ulkus dan gangren, kemerahan pada kulit sekitar luka,
tekstur rambut dan kuku.
4. Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada
penderita DM mudah terjadi infeksi.
5. Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau
berkurang, takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi,
aritmia, kardiomegalis.
6. Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare,
konstipasi, dehidrase, perubahan berat badan, peningkatan
lingkar abdomen, obesitas.
7. Sistem urinari
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau
sakit saat berkemih.
8. Sistem muskuloskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi
badan, cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di
ekstrimitas.
9. Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi,
mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi, ata
neuropati
3. Diagnosis Keperawatan
1. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan adanya luka/gangren
pada ekstremitas.
2. Nyeri berhubungan dengan agen cidera (biologis, zat kimia, fisik,
psikologis)
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada
luka/gangren.
4. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
penyakitnya.
5. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan bentuk salah satu
anggota tubuh (luka, gangren, atau amputasi)
4. Rencana Tindakan Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan/Kriteria Hasil Rencana Tindakan
1 Kerusakan integritas jaringan NOC NIC
berhubungan dengan adanya luka - Tissue integrity: skin n mucous 1. Jaga kulit agar tetap bersih dan kering
atau gangren pada ekstremitas - Wound healing: primary and Rasional : meminimalkan kontaminasi bakteri
secondary intention atau kuman
Kriteria Hasil: 2. Kaji luka (lokasi, dimensi, kedalaman luka,
- Ketebalan dan tekstur jaringan jaringan nekrotik, tanda-tanda infeksi lokal)
normal serta proses penyembuhan
- Perfusi jaringan normal Rasional : Pengkajian yang tepat terhadap luka
- Menunjukkan terjadinya proses dan proses penyembuhan akan membantu dalam
penyembuhan luka menentukan tindakan selanjutnya
- Berkurangnya oedema, pus, bau 3. Lakukan teknik perawatan luka dengan
pada luka steril/aseptik
- Adanya jaringan granulasi Rasional: teknik aspetik menjaga kontaminasi
luka
4. Berikan posisi yang mengurangi tekanan pada
luka
Rasional : tekanan berlebih merupakan salah
satu faktor yang memperparah luka
5. Kolaborasi pemberian antibiotik
Rasional: penggunaan antibiotik yang benar dan
kontinyu umtuk menekan pertumbuhan kuman
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah . Jakarta :
EGC.
Houston, et al. 2000. Merrit’s Neurology 10th Edition. Lippincott Williams & Wilkins
Publisher.
Nurarif & Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA and NIC-NOC. Jakarta: Mediaction Publishing.
Price Sylvia A .(1995). Patofisiologi. Jakarta : EGC.
Price & Wilson. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Jakarta : EGC
Smeltzer, S. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Volume 2 Edisi 8.
Jakarta : EGC.
Sudoyo, Aru W, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV, Jilid I. Jakarta:
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Vancouver Island. 2007. Wound and Skin Care Guidelines. Health Authorithy
WHO. 2003. Pencegahan diabetes mellitus, laporan kelompok studi WHO. Jakarta:
Hipokrates.