Professional Documents
Culture Documents
Artikel Budaya Lampung
Artikel Budaya Lampung
WANITA
DI DESA KARANGSARI
ABSTRAK
Pendahuluan Menyirih merupakan tradisi turun temurun yang dilakukan oleh sebagianbesar
masyarakat di Indonesia dan dianggap dapat menguatkan gigi dan mencegah bau mulut,
beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat banyak dampak negatif dari menyirih
dibandingkan dampak positif. Implementasi pengetahuan awam mendefinikasikan nyerih sering
dilakukan oleh lansia wanita namun beberapa survey mengatakan nyereh juga ada yang
dilakukan oleh remaja. Manfaat Menyirih dipercaya baik untuk menjaga kesehatan gigi dan
sistem pencernaan. Ini karena mengunyah daun sirih dan biji pinang bisa memicu produksi air
liur. Air liur mengandung beragam jenis protein dan mineral yang baik untuk menjaga kekuatan
gigi serta mencegah penyakit gusi. Hambatan dilansir dari situs resmi Badan Kesehatan Dunia
(WHO), menyirih berisiko tinggi menyebabkan kanker, terutama di daerah mulut. Kesimpulan
ini diperoleh berdasarkan penelitian yang dilakukan International Agency for Research on
Cancer di Asia Selatan dan Asia Tenggara.
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kebiasaan mengunyah sirih dan pinang sudah dikenal sejak abad ke-6 Masehi dan Lebih
dari 600 juta orang mengunyah sirih dan pinang di berbagai wilayah di dunia. Kebiasaan ini
telah dilakukan hampir diseluruh wilayah di Indonesia seperti di Sumatera, Jawa,
Kalimantan, Nusa Tenggara, dan Papua. Di Sumatera Utara khususnya pada masyarakat
suku Karo, kebiasaan menyirih ini merupakan kegiatan meramu campuran dari beberapa
bahan seperti sirih, kapur, gambir yang dikunyah secara bersamaan. Kebiasaan menyirih ini
biasanya berhubungan dengan upacara dan kegiatan budaya serta sosial dan biasanya
dilakukan oleh semua lapisan masyarakat, kelompok usia, termasuk remaja.
Kebiasaan menyirih telah diketahui memiliki dampak yang berbahaya. Menurut
International Agency For Research On Cancer (IARC) kebiasaan menyirih dapat berpotensi
memicu kanker.1 Hasil studi meta-analisis menyatakan bahwa kebiasaan menyirih berisiko
menyebabkan terjadinya peningkatan kanker rongga mulut dan bahkan dapat menyebabkan
kematian. Di negara-negara Asia Tenggara 40% kasus kanker rongga mulut mengalami
keganasan lebih tinggi dibandingkan dengan organ lainnya di tubuh. Di Vietnam, 19,80%
mengalami pertumbuhan
abnormal jaringan baru yang didiagnosis sebagai kanker rongga mulut. Selanjutnya negara
India memiliki insidensi kanker rongga mulut 3-7 kali lebih tinggi dibandingkan negara maju
yang mana kebiasaan menyirih diidentifikasi sebagai salah satu faktor risiko utama penyebab
kanker rongga mulut.9,10 Di India, lebih dari 50% pasien, mengalami kanker rongga mulut
akibat dari kebiasaan menyirih.11 Di Indonesia, kebiasaan menyirih merupakan tradisi
masyarakat dengan komposisi dasar seperti daun sirih, pinang, kapur, gambir, dan tembakau
yang biasanya komposisi tersebut dibungkus dalam daun sirih yang kemudian dikunyah.
Namun, dalam komposisi menyirih terdapat beberapa kandungan yang cukup berdampak
pada kesehatan rongga mulut. Ditinjau dari sisi kedokteran gigi, kebiasaan menyirih dapat
mengakibatkan penyakit periodontal karena adanya kalkulus atau karang gigi akibat stagnasi
saliva pengunyah sirih dan pinang karena adanya kapur Ca(OH)2. Selain itu arecoline yang
terkandung di dalam pinang dan dicampur dengan kapur juga dapat menghasilkan radikal
bebas sebagai pemicu pertumbuhan sel yang karsinogenik yang mengakibatkan radikal bebas
pada DNA di aspek bukal mukosa penyirih.7 Dampak buruk yang lain yang dapat terjadi
seperti lidah terasa tebal, luka pada pinggiran mulut, rasa ketagihan, dan lesi yang dapat
terbentuk selain kanker seperti betel chewers’s mucosa, oral submucous fibrosis, lesi
likenoid, leukoplakia, dan penyakit penyirih.
Meskipun kebiasaan menyirih diketahui sebagai pemicu terjadinya kanker, namun
kebiasaan menyirih ini sangat sulit ditinggalkan disebabkan telah mendarah daging oleh para
masyarakat dan kepercayaan yang dianggap bahwa menyirih dapat membuat tubuh terasa
segar, bau mulut hilang, memperkuat gigi, dan dapat mencegah gigi berlubang. Masyarakat
Karo yang melakukan kebiasaan menyirih biasanya dilanjutkan dengan menyuntil yaitu
membentuk tembakau menjadi gulungan yang kemudian dimasukkan ke dalam mulut dan
digosokkan pada seluruh permukaan dan sambil membersihkan sisa kunyahan campuran
daun sirih, kapur, pinang, dan gambir. Biasanya gulungan tembakau tersebut dibiarkan
selama beberapa jam dalam mulut. Kebiasaan menyuntil ini dipercayai masyarakat sebagai
cara mereka membersihkan rongga mulut setelah melakukan kebiasaan menyirih, dengan hal
ini penulis memilih judul “Karakteristik Biografikal Dan Budaya Menyirih Pada Lansia
Wanita Di Desa Karangsari”
2. Rumusan Masalah
Rumusan Masalah pada artikel ini adalah
1) Apa saja bahan yang digunakan untuk menyirih?
2) Bagaimana implementasi menyirih pada lansia di desa karangsari?
3) Apa manfaat menyirih bagi lansia pada kesehatan kesehatan?
4) Hambatan apa yang dirasakan oleh lansia ketika menyirih?
3. Tujuan Penulisan
Tujuan Penulisan artikel ini adalah sebagai berikut
1) Untuk mengetahui bahan-bahan yang digunakan untuk menyirih.
2) Untuk mengetahui implementasi menyirih pada lansia di desa karangsari.
3) Untuk mengetahui manfaat menyirih bagi lansia pada kesehatannya.
4) Untuk mengetahui apa saja hambatan yang dirasakan oleh lansia desa karangsari ketika
menyirih.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Bahan-Bahan Menyirih
Menyirih adalah meramu campuran dari beberapa bahan yang terpilih dan dikunyah secara
bersamaan dalam beberapa menit sehingga dihasilkan sugi air (quid). Menyirih dilakukan
dengan cara yang berbeda dari satu negara dengan negara lainnya dan satu daerah dengan
daerah lainnya dalam satu Negara.
Berikut bahan-bahan yang digunakan saat menyirih
1) Daun Sirih (Piper betle)
Sirih merupakan salah satu jenis tanaman yang merambat yang termasuk familia
Piperaceae. Tanaman sirih tumbuh subur di sepanjang Asia tropis sampai Afrika Timur,
menyebar hampir di seluruh wilayah Indonesia, Malaysia, Thailand, Srilanka, India,
hingga Madagaskar. Daun sirih ini telah berabad- abad dikenal oleh nenek moyang
sebagai tanaman obat berkhasiat. Pada kawasan Asia Tenggara, tradisi menggunakan
daun sirih ini sudah mulai sejak 3.000 tahun yang lalu. Daun sirih ini juga berhubungan
dengan kebudayaan. Mulai dari karakternya dalam menyirih, dalam budaya pernikahan,
khitanan sampai pemanfaatan yang bersifat magis.
Daun sirih ini dalam pemanfaatan pengobatan tradisional disebabkan adanya zat
kimia atau bahan alami yang mempunyai aktivitas sebagai senyawa antimikroba. Selain
itu, terdapat kandungan minyak atsiri yang dipengaruhi oleh umur dan jenis daun. Dalam
daun sirih juga ditemukannya kandungan antiseptik yang sering digunakan dalam
menyembuhkan kaki yang luka karena mengandung stryptic yang berguna untuk
menahan perdarahan dan vulnerary yang juga dapat menyembuhkan luka pada kulit dan
juga diketahui dapat digunakan sebagai obat gigi.
5) Tembakau (tobacco)
Tembakau merupakan jenis tanaman sejarah dan terlindungi. Tembakau juga
memiliki peranan penting sebagai bahan baku rokok dan kretek. Salah satu senyawa
tembakau yang terkenal adalah nikotin. Nikotin adalah senyawa kimia organik yang
termasuk dalam golongan alkaloid, senyawa ini dihasilkan secara alami pada berbagai
macam tumbuhan. Tembakau memiliki aroma dan cita rasa yang khas dan kondisi daun
tembakau juga menjadi salah satu nilai dalam penjualan.
PENUTUP
1. Kesimpulan
Menyirih adalah meramu campuran dari beberapa bahan yang terpilih dan dikunyah
secara bersamaan dalam beberapa menit sehingga dihasilkan sugi air
(quid). Menyirih dilakukan dengan cara yang berbeda dari satu negara dengan negara
lainnya dan satu daerah dengan daerah lainnya dalam satu Negara. Ada beberapa hal yang
menyebabkan mereka masih mempertahankan kearifan local ini, namun juga banyak lansia
yang mulai paham akan kesehatan sehingga meninggalkan kebudayaan ini.
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.unhas.ac.id/id/eprint/902/2/J011171339_skripsi_%20%20%201-2.pdf,
diakses pada tanggal 5 November 2021
https://hellosehat.com/sehat/informasi-kesehatan/manfaat-dan-bahaya-menyirih/, diakses
pada tanggal 5 November 2021