You are on page 1of 7

Jurnal KEDOKTERAN KLINIK (JKK), Volume 1 No 2 , Desember 2016

LUARAN PASIEN AIDS DENGAN MENINGITIS KRIPTOKOKUS


DEFINIT DI RSUP PROF R.D. KANDOU MANADO

Pedro Sutrisno1 ,Rizal Tumewah2, Arthur H.P. Mawuntu2


Janno B. Bernadus3
1
Kandidat Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
2
Bagian Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
3
Bagian Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
email: iamsutrisno@gmail.com

Abstract: Cryptococcal Meningitis is brain oportunist infection that generally occours in


AIDS patient. In AIDS patient, species that causes infection the most is Cryptococcus
neoformans. Cryptococcal meningitis diagnosis can be made if clinical symptom of
meningitis is found in patient, with positive result found in CSF Indian ink test, CSF
culture, or antigen test for Cryptococcus fungi. Purpose of this study aims to understands
the outocomes of AIDS patients infected with Cryptococcus meningitis which are
definitively diagnosed through indian ink or CSS antigen examination within Prof. Dr. R.
D. Kandou Central General Hospital. Method of this study is a descriptive study with
secondary data which is records of AIDS patients with definitive cyrptococcus meningitis.
Results : Five patients were diagnosed with cryptococcal meningitis. Two patients were
suspected and three patients were definitely diagnosed with cryptococcal meningitis. From
three patients diagnosed, two were alive. One patient that survived received standard
therapy. The other patient did not. Conclusion : Mortality number of patient with
cryptococcus meningitis is still high. Definite diagnosis is one of the most starting point to
begin standard therapy.
Key Words : Cryptococcal Meningitis, Outcome

Abstrak : Meningitis kriptokokus merupakan infeksi oportunistik (IO) otak yang umum
terjadi pada pasien AIDS. Pada pasien AIDS, spesies penyebab infeksi tersering adalah
Cryptococcus neoformans. Diagnosis meningitis kriptokokus dapat ditegakkan jika pada
pasien dengan gambaran klinis meningitis, ditemukan pemeriksaan tinta India CSS, kultur
CSS, atau pemeriksaan antigen yang positif untuk jamur Cryptococcus. Tujuan penelitian
ini untuk mengetahui luaran pasien AIDS dengan meningitis kriptokokus yang terdiagnosis
secara definit menggunakan metode pemeriksaan tinta India atau pemeriksaan antigen CSS
di RSUP Prof dr. R.D. Kandou Manado.
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan data sekunder yaitu data
catatan pasien AIDS dengan meningitis kriptokokus definit. Hasil : Didapatkan ada lima
pasien yang didiagnosis meningitis kriptokokus. Dua pasien dicurigai dan tiga pasien
definit meningitis kriptokokus. Dari tiga pasien definit meningitis kriptokus, dua pasien
hidup. Satu pasien yang hidup menerima terapi standar. Pasien lain tidak. Kesimpulan :
Angka kematian pasien meningitis kriptokokus masih cukup tinggi. Penegakkan diagnosis
definit sangat penting sebagai dasar memulai terapi standar.
Kata kunci : Meningitis Kriptokokus definit, Luaran

Penyakit meningitis infeksiosa diagnosis etiologi yang tidak jelas.


secara umum menyebabkan 600 Ketidak jelasan diagnosis seringkali
kematian setiap tahunnya. Salah satu disebabkan oleh keterbatasan sarana
penyebab tingginya mortalitas adalah diagnostik. 1,2,3

22
Jurnal KEDOKTERAN KLINIK (JKK), Volume 1 No 2 , Desember 2016

Di sisi lain, adanya penyakit AIDS diberikan. Tercatat terapi antijamur


(Acquired Immune Deficiency dengan amphotericin B hanya pernah
Syndrome) yang ditandai oleh diberikan pada dua kasus meningitis
penurunan daya tahan tubuh kriptokokus dari tahun 2012-2016 di
menyebabkan pasien menjadi rentan Bagian Neurologi RS RDK Manado.
terkena penyakit akibat infeksi Kebanyakan pasien terduga meningitis
oportunistik. Infeksi susunan saraf kriptokokus hanya diberikan
pusat termasuk meningitis infeksiosa fluconazole yang hanya bersifat
bahkan dimasukkan sebagai AIDS- fungistatik dan itu juga diberikan
defining illness. 3,4 dalam dosis tidak optimal karena efek
Meningitis kriptokokus hepatotoksisitasnya.6
merupakan infeksi oportunistik (IO) Amphotericin B merupakan obat
otak yang umum terjadi pada pasien lini pertama pada pasien meningitis
AIDS. Penyebab meningitis kriptokokus dan selama diindikasi
kriptokokus adalah jamur untuk terapi diberikan lewat intravena,
Cryptococcus. Pada pasien AIDS, tapi dengan dosis yang diperlukan
spesies penyebab infeksi tersering karena amphotericin B bersifat
adalah Cryptococcus neoformans. nefrotoksik. Flusitosin bisa
Pasien AIDS yang terkena meningitis dikombinasikan dengan amphotericin
kriptokokus digolongkan pada pasien B selama dua minggu, tetapi laporan
AIDS stadium klinis IV yang angka kematian dan kegagalan terapi
merupakan stadium klinis terberat. dari pemeberian flusitosin cukup tinggi
Biasanya pasien-pasien ini memiliki dan tidak berlesensi. Karena hal itu
nilai CD4 (cluster of differentiation 4) pemeberian flusitosin diganti dengan
<100 sel/mm3. Meningitis kriptokokus fluconazole.2,7,8
memiliki angka fatalitas kasus (case Di RS RDK Manado, pada tahun
fatality rate) yang tinggi, yaitu sekitar 2009-2010 pernah dilakukan penelitian
0,3. Selain adanya penyulit tekanan tentang luaran meningitis. Didapatkan
cairan serebrospinal (CSS) yang tinggi, 40 kasus meningitis tetapi yang
ketidakpastian diagnosis juga memenuhi syarat untuk dianalisis
merupakan salah satu penyebab yang karena memiliki rekam medis hanya 29
menghalangi terapi definit.3,4 kasus. Dari penelitian tersebut
Diagnosis meningitis kriptokokus didapatkan angka fatalitas kasus untuk
dapat ditegakkan jika pada pasien meningitis cukup besar, yaitu 0,41%.
dengan gambaran klinis meningitis, Persentase kematian tertinggi terdapat
ditemukan pemeriksaan tinta India pada kasus meningitis nonspesifik
CSS, kultur CSS, atau pemeriksaan (66,7%) (Muliase,et al, 2010).
antigen yang positif untuk jamur Diagnosis meningitis kriptokokus tidak
Cryptococcus.5 Tapi pemeriksaan ini pernah dilaporkan. Dari penelitian
tidak dapat rutin dikerjakan pada tersebut terlihat bahwa ketidakjelasan
semua pasien. Di Bagian Neurologi diagnosis memperburuk luaran
6
RSUP Prof dr. R.D. Kandou (RS RDK) meningitis.
Manado, pemeriksaan ini masih relatif Dari data di RS RDK Manado
jarang dikerjakan hingga membuat pada tahun 2012-2016 didapatkan 112
penegakkan diagnosis meningitis kasus meningitis. Lima puluh kasus
kriptokokus tidak pasti. Hal ini terbukti meningitis infeksiosa dari
membuat pemberian terapi antijamur analisis cairan serebrospinal.
terbaik juga hampir tidak pernah Meningitis kriptokokus dapat

23
Jurnal KEDOKTERAN KLINIK (JKK), Volume 1 No 2 , Desember 2016

didiagnosis secara definit pada tiga Populasi dalam penelitian yaitu Pasien
kasus. Didapatkan angka fatalitas AIDS dengan meningitis kriptokokus.
untuk meningitis dari data tersebut Selanjutnya pasien positif HIV
sebesar 0,28. Hasil ini memperlihatkan dengan klinis meningitis dilakukan
ada peningkatan kasus meningitis penatalaksanaan sesuai alur klinis
infeksiosa dan analisis CSS. Dari data meningitis di RS RDK. Lalu dilakukan
ini, persentase meningitis kriptokokus penelusuran informasi di bagian
hanya sebesar 0,3%. Jauh dibanding Rekam Medis mengenai jumlah pasien
dengan data dari penelitian di RSUPN AIDS dengan diagnosis meningitis
dr. Cipto Mangunkusumo tahun 2010 yang dirawat dalam kurun waktu
Jakarta yang menemukan angka 3,6%. Februari 2016 -November 2016.
Ini kemungkinan karena ada kasus Kemudian nama dan nomor rekam
meningitis kriptokokus yang tidak medis diperiksa untuk menghindari
terdeteksi. Namun demikian angka pencatatan ganda.
fatalitas kasus meningitis menurun Setelah itu pasien dengan
pada periode ini.3 meningitis dan akan dilakukan
Beberapa waktu terakhir, di RS pemeriksaan analisis CSS dikonseling
RDK Manado mulai dilakukan untuk melakukan pemeriksaan tinta
pemeriksaan pewarnaan tinta India dan India dan LFA. Dan pasien yang setuju
pemeriksaan antigen CSS dengan akan dilakukan pemeriksaan
metode Lateral Flow Assay (LFA) pewarnaan tinta India dan LFA.
untuk mendeteksi meningitis Lalu dilakukan pengisian formulir
kriptokokus. Hal ini mungkin akan penelitian dan tabulasi data sesuai
merubah luaran pasien meningitis dummy table. Data yang tetap kosong
kriptokokus meskipun terapi tidak diperhitungkan dalam penyajian
amphotericin B memang belum data. Data dalam dummy table lalu
tersedia rutin karena klinisi akan lebih dikonversi menjadi tabel-tabel turunan
yakin memberikan fluconazole dengan untuk menggambarkan luaran pasien
dosis yang lebih tinggi dan tanpa menurut karakteristik demografis dan
amphotericin B. klinis.
Penelitian ini bertujuan untuk Dari data-data yang dikumpulkan,
mengetahui luaran pasien AIDS dilakukan penyuntingan, verifikasi dan
dengan meningitis kriptokokus yang pengkodean, selanjutnya dimasukkan
yang terdiagnosis secara definit dan diolah dengan menggunakan SPSS
menggunakan metode pemeriksaan 20. Data yang diperoleh disajikan
tinta India atau pemeriksaan antigen secara naratif dan tabular
CSS di RS RDK Manado.
HASIL PENELITIAN
METODE PENELITIAN Berdasarkan penelitian yang
Penelitian ini merupakan dilaksanakan dalam kurun waktu 2
penelitian deskriptif dengan data bulan (September-November 2016)
sekunder untuk mengetahui luaran dan data yang diambil dari Februari-
pasien AIDS dengan diagnosis definit November 2016 pada pasien di irina F
meningitis kriptokokus. yang di RS RDK Manado didapatkan bahwa
bertempat di Bagian Neurologi RSUP didapatkan ada 16 pasien AIDS rawat
Prof. dr. R.D. Kandou Manado dari inap yang mengalami infeksi
bulan September – November 2016. oportunistik intrakranial. Infeksi
intrakranial yang terbanyak

24
Jurnal KEDOKTERAN KLINIK (JKK), Volume 1 No 2 , Desember 2016

didiagnosis adalah meningitis


tuberkulosis, yaitu enam pasien TABEL 2.
(37,5%). Ensefalitis toksoplasma dan SEBARAN KARAKTERISTIK
meningitis kriptokokus masing-masing PASIEN
sebanyaklima pasien (31,3%). Dua Variabel Jumlah Presentase
kasus (12,5%) meningitis kriptokokus (n) (%)
berada pada kriteria terduga dan tiga
kasus (18,8%) berada pada kategori Sosiodemografik
definit. Tiga kasus terakhir yang akan
Jenis kelamin
dibahas dalam penelitian ini. Secara
sosiodemografik didapatkan pasien Laki-laki 3 100
AIDS dengan meningitis kriptokokus Usia
18 - 30 tahun 1 33,3
dalam penelitian ini semuanya adalah 31 - 40 tahun 2 66,7
laki-laki. Masing-masing pasien Pendidikan
berusia 28, 34, dan 35 Median usia >9 tahun 3 100
pasien adalah 34 tahun. Semua pasien
menempuh pendidikan >9 tahun Rute penularan
(Tabel.2) Seluruh pasien tidak bekerja. Heteroseksual 2 66,7
Homoseksual 1 33,3
Dua pasien sebelumnya pernah bekerja Terapi
di sektor swasta dan satu pasien tidak. sebelumnya
Rute penularan utama pada dua pasien Cortimoxazole 1 100
adalah hubungan seksual (satu Gambaran
heteroseksual dan satu homoseksual) klinis
Demam 3 100
sedangkan satu pasien berupa
Penurunan
penggunaan narkoba suntik. Kesadaran 2 66,7
Demam dialami oleh seluruh Nyeri kepala 2 66,7
pasien. Penurunan kesadaran dialami Pencitraan otak
oleh dua pasien. Demikian juga dengan Penyegantan
Nyeri kepala, dialami oleh dua pasien Meningen 2 66,7
(Tabel.3). Normal 1 33,3
Gambaran CSS
Hasil laboratorium dari seluruh
Tinta india 3 100
pasien adalah 2 pasien dengan Hb 13,0 LFA 2 66,7
dan satu pasien memiliki Hb 12,0. Dan
Terapi
terdapat leukositosis pada 2 pasien Antijamur
yang diperiksa kadar leukositnya Fluconazole 2 66,7
(Tabel.3). Amphotericin B 1 33,3
Satu pasien menerima terapi Luaran
amphotericin B dan fluconazole sesuai Hidup 2 66,7
Meninggal 1 33.3
dosis rekomendasi. Satu pasien hanya
menerima terapi fluconazole sesuai
dosis rekomendasi. Pasien yang lain
menerima terapi fluconazole yang
lebih rendah dari dosis yang
direkomendasikan. Seluruh pasien
menerima cotrimoxazole oral. Satu
pasien menerima terapi tambahan
gancyclovir intravena yang dilanjutkan
dengan valgancyclovir oral.

25
Jurnal KEDOKTERAN KLINIK (JKK), Volume 1 No 2 , Desember 2016

TABEL 3. rendah karena merupakan usia yang


MEDIAN KARAKTERISTIK paling sering terinfeksi AIDS. Data
PASIEN yang diperoleh mempunyai hasil yang
Keluaran sama dengan salah satu penelitian yang
Variabel dilakukan oleh Belloet al bahwa
Median
(x) Meningitis Kriptokokus menyerang
Gambaran CSS semua kalangan umur tetapi yang
Median kadar protein 30 terbanyak pada kategori umur 30-40
(g/dl) tahun, hasil ini sama dengan penelitian
Median kadar 120 yang dilakukan oleh Jarvis et al bahwa
glukosa (g/dl)
rata umur pasien meningitis
Gambaran
Laboratorium kriptokokus adalah 34 tahun dan 52%
Median Hb (g/dl) 13 adalah pasien laki-laki. Memang, dari
Median leukosit 21500 kepustakaan, kami menemukan bahwa
(/mm3) (n=2) pasien meningitis kriptokokus
kebanyakan adalah laki-laki dan tidak
BAHASAN hubungan antara rute penularan dengan
Sulit melakukan pembandingan risiko terkena. Namun demikian kami
dari penelitian ini karena subyeknya tidak dapat mengadakan
sedikit. Namun demikian dapat dilihat pembandingan karena jumlah sampel
bahwa untuk spektrum penyakit infeksi sedikit. Hal menarik yang kami jumpai
intrakranial pada AIDS, meningitis terkait karakteristik sosiodemografik
tuberkulosis dan ensefalitis adalah pasien-pasien ini berusia
toksoplasma masih lebih banyak produktif dan pembiayaan
ditemukan dibanding meningitis menggunakan jaminan kesehatan
kriptokokus. Hal ini sesuai dengan negara. Hal ini konsisten dengan data
penelitian di Jakarta oleh Imran dkk secara umum yang kami temukan pada
(2007) dan Mawuntu dkk (2010) yang pasien AIDS dengan infeksi
melaporkan bahwa ensefalitis intrakranial yang dirawat di RS RDK.
toksoplasma sebagai penyebab nomor Secara umum diketahui bahwa di
satu diikuti oleh meningitis negara-negara miskin dan berkembang,
tuberkulosis. Berdasarkan banyak pasien HIV yang menjadi
kepustakaan, meningitis kriptokokus AIDS pada usia produktif.
banyak ditemukan pada pasien AIDS Pasien-pasien kebanyakan tidak
dengan CD4 <100 sel/mm3 sedangkan mampu secara ekonomi. Ini terlihat
ensefalitis toksoplasma dapat dari mekanisme pembayaran yang
ditemukan pada pasien dengan CD4 kebanyakan menggunakan jaminan
<200 sel/mm3 meskipun memang lebih kesehatan negara.
sering pada CD4 <100 sel/mm3. Dari penelitian ini, diagnosis
Seluruh pasien yang kami teliti definit ditegakkan bila ditemukan hasil
berjenis kelamin laki-laki, positif pada pemeriksaan CSS dengan
berpendidikan >9 tahun, tidak bekerja, pewarnaan tinta India dan atau tes LFA
dan memiliki median usia 34 tahun. CSS. Kami menemukan ada dua kasus
Rute penularannya beragam. menurut yang dicurigai meningitis kriptokokus.
Kumar et al insiden mengitis Namun demikian pada kedua kasus ini,
kriptokokus lebih banyak pada pria terapi definitif kriptokokus tidak
dengan kategori umur 25-49 dengan diberikan. Hanya diberikan
infeksi oportunistik dan CD4 yang fluconazole dosis rendah. Hal ini

26
Jurnal KEDOKTERAN KLINIK (JKK), Volume 1 No 2 , Desember 2016

disebabkan karena fluconazole faktor ketersediaan obat juga


merupakan obat dengan penetrasi yang mempengaruhi keputusan terapi.
baik terhadap CSS dan digunakan Pasien dengan terapi standar
sebagai salah satu terapi antijamur lini memiliki prognosis yang lebih baik
pertama tetapi bersifat hepatotoksik dibanding yang tidak.
dan nefrotoksik. Dengan demikian, Semua pasien yang di diagnosis
apabila klinisi tidak mendapat bukti AIDS dengan meningitis kriptokokus
yang meyakinkan maka terapi definit definit berjenis kelamin laki-laki pada
meningitis kriptokokus tidak usia produktif.
diberikan. Kedua kasus ini dicurigai Pembiayaan pasien AIDS dengan
meningitis kriptokokus karena datang meningitis kriptokokus definit
dengan gambaran klinis nyeri kepala ditanggung oleh pemerintah, dengan
hebat dengan CD4 yang sangat rendah, rute penularan yang bermacam-
tidak ditemukan kelainan pada CT scan macam.
kepala. Ketika jamur menyebar ke otak Semua pasien AIDS dengan
dari pasien dengan immunocompetent, meningitis kriptokokus definit
jamur tersebut menyebabkan reaksi mengeluhkan nyeri kepala. Faktor-
granulasi yang membuat jamur faktor yang mempengaruhi luaran
kelihatan berdinding dan akan pasien belum dapat di analisis
kelihatan gambaran lesi yang
menyebabkan ring lebih kelihatan atau SARAN
ring-enhancing lesion pada CT scan Perlu dilakukan penelitian yang
(Costa,et al, 2009) lebih lanjut dengan jumlah sampel
Pada pasien yang didiagnosis yang lebih banyak.
definit semuanya mengeluhkan Perlu disediakan pemeriksaan
Demam. Demam memang merupakan serologis dan mikrobiologi untuk
temuan klinis yang paling menjadi menunjang kepastian diagnosis
keluhan pasien meningitis kriptokokus. sehingga dapat diberikan terapi yang
Hal ini sesuai dengan penelitian yang tepat.
dilakukan oleh Kumaret al dan juga
Bello et al yang menyatakan bahwa DAFTAR PUSTAKA
gambaran klinis yang paling sering
ditemukan adalah demam dan sering 1. Cohen Y, Powderly W. Infection
kali timbul gejala nyeri kepala yang disease. 2nd ed. Spain; 2014. p.
disertai atau tidak disertai kaku kuduk. 251-4,329.
2. Sloan D, Paris V. Cryptococcal
meningitis : epidemiology and
SIMPULAN
therapeutic options. Clinical
Mortalitas pasien meningitis
epidemiology 2014;6:169.
kriptokokus masih cukup tinggi. 3. Mawuntu A. Angka kematian
Pemeriksaan mikrobiologi atau pasien AIDS dengan infeksi
serologi CSS untuk mendiagnosis oportunistik otak di RSCM
meningitis kriptokokus belum rutin [thesis]. Jakarta : Universitas
dikerjakan di rumah sakit ini. Indonesia ; 2011.
Pemberian terapi standar 4. Bicanic T, Harrison T.
meningitis kriptokokus hanya Cryptococcal meningitis. British
dikerjakan pada pasien dengan Medical Bulletin 2004;72:99.
diagnosis definit. Namun demikian, 5. Meningitis [serial online] 2016
April-Agustus; 1(1). Avaiable
from URL :

27
Jurnal KEDOKTERAN KLINIK (JKK), Volume 1 No 2 , Desember 2016

https://www.cdc.gov/meningitis/. Cryptococcal meningitis in HIV


Accessed september 8, 2016 infected : Experience from a
6. Data Pasien Meningitis Di Irina North Indian tertiary center,
F. Manado: Prof. R.D. Kandou. 2008. Vol 56.
Rekam Medik. 2016. 16. Jarvis J, Bicanic T, Loyse A,
7. Elfrida, Desiekawati. Namarika D, Jackson A,
Kriptokokal meningitis : aspek Longley N, et al. Determinants of
klinis dan diagnosis laboratorium. Mortality in a Combined Cohort
Jurnal Kesehatan Andalas. 2012; of 501 Patients With HIV-
1:39-40. Associated Cryptococcal
8. Perfect J, Dismukes E, Dromer Meningitis: Implications for
F, Goldman D, Graybill J, Improving Outcomes, 2013.
Powderly W, et al. Clinical 17. Katchanov J, Zimmerman U,
Practice Guidelines for the Branding G, Tintelnot K,
Management of Cryptococcal Muller M, Arasteh K, et al.
Disease: 2010 Update by the Multiphasic and multifocal
Infectious Diseases Society o f cryptococcal immune
America, 2010;50: 291-4 reconstitution inflammatory
9. IMMY. CrAg LFA : The New syndrome in an HIV-infected
Gold Standard For Diagnosisof patient: interplay of infection and
Cryptococcal Disease. 2012 immunity, 2013. Vol 1. p 88.
10. Sharp P, Hahn B. Origins of 18. Mcmullan B, Halliday C, Sorrel
HIV and the AIDS Pandemic. T, Judd D, Sleiman S, Marriott
Cold Spring Harb Perspect Med D, et al. Clinical Utility of the
2011;1:1. Cryptococcal Antigen Lateral
11. Bhonipace I, Omari M, Fred R, Flow Assay in a Diagnostic
Ferdinand M, Marcell T. Mycology Laboratory, 2012. Vol
HIV/AIDS Clinical 7.
Manifestations and their 19. Mawuntu A. Pemeriksaan
Implication for Patient Clinical Mikologi Yang Tetap Positif
Staging in Resource Limited Setelah Terapi Standar Dengan
Settings in Tanzania. The open Amphotericin B Pada Penderita
AIDS journal. 2011;5:9. Meningitis Kriptokokus.
12. WHO. Interim WHO clinical [Laporan Kasus].
staging of HIV/AIDS and 20. Combination Antifungal Therapy
HIV/AIDS case deifnitions for For Cryptococcal Meningitis
surveillance. 2005 [serial online] N Engl J Med
13. Bello Y, Machado H, Silveira J, 2013; 368:1291-1302. April 2014
Schettini F, MartinsJr G, http://www.nejm.org/doi/full/10.
DortasJr S, et al. Cryptococcal 1056/nejmoa1110404. Accessed
meningitis in immunocompetent desember 11, 2016
case report. 2013;100.
14. Jarvis J, Percival A, Bauman S,
Pelfrey J, Meintjes G, Longley
N, et al. Evaluation of a Novel
Point-of-CareCryptococcal
Antigen Test on Serum,
Plasma,and Urine From Patients
With HIV-Associated
Cryptococcal Meningitis, 2011.
15. Kumar S, Wanchu A,
Chakrabarti A, Sharma A,
Bambery P, Singh S.

28

You might also like