Professional Documents
Culture Documents
Budi Aspani
Fakultas Hukum Universitas Palembang
e-mail; budiaspani@yahoo.com
ABSTRACT
Indonesia is constitutionally constitutional state and requires the government through its
apparatus in the field of State Administration to play a positive active role in all aspects of people's
lives to achieve the prosperity of their people. Within this framework, it is not uncommon for a
dispute to be caused by actions from the government in the form of irregularities, thus violating the
human rights of its citizens. Strictly speaking, these deviations constitute government actions that are
detrimental to those affected by the decision, in this case the people. The foregoing raises problems
namely; whether any decision of the State Administration or Agency that causes harm to a person or
legal entity can be submitted and sued as a dispute to the State Administrative Court and
administrative efforts in which the decision can be sued again through the State Administrative Court.
In this study the authors use the method of normative law research (normative law research) and by
using primary, secondary and tertiary legal materials. Normative legal research examines laws that are
conceptualized as the norms or principles that apply in society, and become a reference for each
person's behavior. Management and analysis of data is done in a qualitative way that is analyzing
library data to produce descriptive data. After conducting discussions on the existing problems, it can
be concluded, Each decision of the State Administration Agency or officials that causes harm to civil
legal persons or entities can be submitted and sued as a dispute to the State Administrative Court. Its
relative competency is related to the place of residence or jurisdiction of the court itself, as well as the
parties to the dispute. Whereas the absolute competence can be seen from the point of view of the
basis of disputes, which is due to the issuance of written provisions by the State Administrative Court
or Agency. Administrative efforts in resolving state administrative disputes are known as
administrative channels or efforts, whether in the form of administrative appeals or objections. In
accordance with the basis of our country's philosophy of Pancasila, then the state administrative
disputes should be resolved as far as possible through administrative efforts, which are more
deliberative in reaching consensus. But if all available administrative efforts have been used, it turns
out that the disputing parties remain unsatisfied, then the matter is raised and sued through the State
Administrative Court.
Keywords: Competence; State Administrative Court; State law
ABSTRAK
Secara konstitusional negara Indonesia merupakan negara hukum dan mewajibkan
pemerintah melalui aparaturnya di bidang Tata Usaha Negara berperan positif aktif dalam segala
aspek kehidupan masyarakat untuk mencapai kemakmuran rakyatnya. Di dalam rangka itulah, tidak
jarang terjadi suatu sengketa yang diakibatkan oleh tindakan-tindakan dari pemerintah yang berupa
penyimpangan-penyimpangan, sehingga melanggar hak-hak asasi warganya. Tegasnya
penyimpangan-penyimpangan itu merupakan tindakan pemerintah yang merugikan bagi yang terkena
keputusan, dalam hal ini rakyat. Hal tersebut di atas menimbulkan permasalahan yakni; apakah setiap
keputusan dari Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang menimbulkan kerugian bagi orang atau
badan hukum perdata dapat diajukan dan digugat sebagai suatu sengketa ke Peradilan Tata Usaha
Negara serta upaya-upaya administratif yang mana keputusannya dapat digugat kembali melalui
Peradilan Tata Usaha Negara. Di dalam penelitian ini penulis menggunakan metode peneitian
hukum normatif (normative law research) dan dengan menggunakan bahan hukum primer, sekunder
dan tersier. Penelitian hukum normatif mengkaji hukum yang dikonsepsikan sebagai norma atau
kaedah yang berlaku dalam masyarakat, dan menjadi acuan prilaku setiap orang. Pengelolaan dan
analisis data dilakukan dengan cara kualitatif yaitu menganalisis data kepustakaan untuk
menghasilkan data deskriptif.Setelah melakukan pembahasan terhadap permasalahan yang ada, maka
dapat disimpulkan, Tiap-tiap keputusan dari Badan atau pejabat Tata Usaha Negara yang
menimbulkan kerugian bagi orang atau badan hukum perdata dapat diajukan dan digugat sebagai
suatu sengketa ke Peradilan Tata Usaha Negara. Kompetensi relatifnya dikaitkan dengan tempat
kedudukan atau wilayah hukum pengadilan itu sendiri, serta pihak-pihak yang bersengketa.
Sedangkan kompetensi absolutnya dapat dilihat dari sudut adanya pangkal sengketa, yaitu berhubung
dikeluarkannya ketetapan tertulis oleh Badan atau Peradilan Tata Usaha Negara. Upaya administratif
dalam menyelesaikan sengketa tata usaha negara dikenal adanya jalur atau upaya administratif, baik
berupa banding administratif ataupun keberatan. Sesuai dengan dasar falsafah negara kita Pancasila,
maka hendaknya sengketa tata usaha negara sedapat mungkin diselesaikan melalui upaya
administratif, yang lebih bersifat musyawarah untuk mencapai mufakat. Tetapi bila keseluruhan upaya
administratif yang tersedia telah digunakan, ternyata pihak yang bersengketa tetap belum merasa
puas, maka barulah masalah itu diajukan dan digugat melalui Peradilan Tata Usaha Negara.
Kata Kunci: Kompetensi; Peradilan Tata Usaha Negara; Negara Hukum
D. Metode Penelitian 3
Sjachran Basah, Eksistensi dan Tolak
1. Pendekatan masalah Ukur Badan Peradilan Administrasi di Indonesia,
Alumni, Bandung, 1985, hal. 65
344
Budi Aspani, Kompetensi Absolut Dan Relatif Peradilan Tata Usaha Negara Menurut Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1986 Jo. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004
Halaman 344-352
undang Nomor 5 Tahun 1986 yakni: Kemudian hal-hal yang diajukan sebagai
“Sengketa Tata Usaha Negara adalah sengketa itu haruslah berada dalam
sengketa yang timbul dalam bidang tata lapangan hukum publik, bukan terletak
usaha negara antara orang atau badan dalam lapangan hukum privat.
hukum perdata dengan Badan atau Pejabat Dengan singkat dapat dikatakan atau
Tata Usaha Negara, baik di pusat maupun disimpulkan bahwa yang menjadi sebab
di daerah sebagai akibat dikeluarkannya timbulnya sengketa tata usaha negara
keputusan tata usaha negara, termasuk adalah adanya ketetapan-ketetapan atau
sengketa kepegawaian berdasarkan peraturan pelaksanaannya yang
peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan oleh pemerintah dalam
berlaku”. melaksanakan tugas servis publik, yaitu
Dari rumusan tersebut dapat disimpulkan suatu tindakan yang bersifat unilateral
bahwa sengketa tata usaha negara terdiri terhadap masyarakat.5
dari: C. Para Pihak dalam Sengketa Tata
Subyek yang bersengketa, adalah orang Usaha Negara
atau badan hukum perdata di satu pihak Salah satu isi dari unsur-unsur peradilan
dan Badan atau Pejabat Tata Usaha pada umumnya mensyaratkan adanya para
Negara. pihak di dalam suatu sengketa. Dalam hal
Obyek sengketa, adalah keputusan yang ini yang dimaksudkan dengan para pihak
dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata yaitu subyek-subyek yang saling
Usaha Negara. berselisih.
Menurut pendapat MH. Muhjad, Demikian pula halnya dalam peradilan
dalam bukunya “Beberapa Masalah administrasi murni, dicantumkan unsur-
Tentang Peradilan Tata Usaha Negara di unsur dari peradilan administrasi
Indonesia” menyebutkan bahwa: Sengketa sekurang-kurangnya salah satu pihak yang
yang terjadi itu haruslah sengketa tata berselisih harus administrasi negara.
usaha negara yang dapat mencakup Walaupun demikian tidak menutup
tindakan atau sikap diamnya Badan atau kemungkinan bahwa para pihak itu
Pejabat Tata Usaha Negara, yang berupa kesemuanya adalah administrasi negara.
tindakan tidak tepat, melanggar undang- Dalam perkara administrasi, akan terdapat
undang, tidak efisien (tidak bijaksana) dan subyek selaku pihak yang bersengketa,
melanggar hukum, seperti: yang dapat dibedakan secara intern dan
melampaui batas kekuasaannya (exces de secara ekstern dan salah satunya haruslah
pouvoir) Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara.
penyimpangan kekuasaan (detournament Dikatakan secara intern karena sengketa
de pouvoir) itu terjadi antara dua pihak yang sama-
penyalahgunaan kekuasaan (abus de sama termasuk administrasi negara yang
pouvoir) pada umumnya merupakan persoalan
penyalahgunaan hak (abus de droit) kompetensi. Sedangkan secara ekstern
Sedangkan menurut Benjamin sengketa itu terjadi antara administrasi
Mangkoedilaga, yang dapat digugat atau negara dengan rakyat yang disebabkan
menjadi sengketa di depan Peradilan Tata oleh ketetapan. Misalnya, di bidang-
Usaha Negara adalah suatu ketetapan bidang pertanahan, perizinan, perpajakan,
tertulis yang berdasarkan suatu peraturan
perundang-undangan yang berlaku yang 5
Benjamin Mangkodilaga, Kompetensi
menimbulkan akibat hukum bagi Relatif dan Absolut Pengadilan Dalam Lingkungan
seseorang atau badan hukum perdata. Peradilan Tata Usaha Negara, Angkasa, Bandung,
1986, hal. 25.
346
Budi Aspani, Kompetensi Absolut Dan Relatif Peradilan Tata Usaha Negara Menurut Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1986 Jo. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004
Halaman 344-352
bea cukai dan kepegawaian yang Adapun menurut penjelasan pasal 48 ayat
menimbulkan kerugian kepada rakyat. 1 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986,
D. Penyelesaian Sengketa Tata upaya administratif itu pada dasarnya
Usaha Negara dapat dibedakan ke dalam 2 (dua)
Menurut Undang-undang Nomor 5 Tahun golongan, yaitu:
1986, sengketa di bidang tata usaha negara Banding Administratif
yang timbul antara orang perorangan Keberatan
dengan Badan atau Peradilan Tata Usaha Adapun yang dimaksud dengan
Negara dapat diselesaikan menurut 2 (dua) banding administratif itu adalah
jalur, yaitu jalur upaya administratif dan penyelesaian sengketa tata usaha negara
jalur pengajuan gugatan ke Peradilan Tata yang dilakukan oleh instansi atasan atau
Usaha Negara atau upaya peradilan. instansi lain yang mengeluarkan keputusan
Berikut penulis akan menguraikan kedua yang bersangkutan. Sedangkan yang
jalur penyelesaian sengketa di bidang tata dimaksud dengan keberatan adalah suatu
usaha negara itu sebagai berikut: penyelesaian sengketa tata usaha negara
E. Upaya Administratif yang dilakukan sendiri oleh Badan atau
Upaya administratif adalah suatu Peradilan Tata Usaha Negara yang
upaya yang disediakan bagi seseorang atau mengeluarkan keputusan tersebut.
badan hukum perdata untuk mengajukan Berbeda dengan prosedur yang ditempuh
keberatan atau suatu permohonan kepada melalui Peradilan Tata Usaha Negara,
Badan atau Peradilan Tata Usaha Negara maka dalam prosedur banding
supaya membatalkan atau mengubah suatu administratif atau keberatan itu dilakukan
keputusan yang telah dikeluarkan oleh penilaian yang lengkap dan oleh instansi
Badan atau Peradilan Tata Usaha Negara yang memutuskan sengketa, baik dari segi
tersebut dengan alasan bahwa keputusan penerapan hukum maupun dari segi
itu tidaklah sah atau tidak berdasarkan kebijaksanaan. Sedangkan dalam atau
hukum. melalui Peradilan Tata Usaha Negara yang
Mengenai upaya administratif ini diatur dinilai semata-mata hanya dari segi
perumusannya dalam pasal 48 Undang- penerapan hukumnya saja.
undang Nomor 5 Tahun 1986. Pasal 48 Dalam penyelesaian sengketa tata usaha
ayat 1 Undang-undang Nomor 5 Tahun negara, upaya administratif lebih bersifat
1986 menyatakan bahwa: musyawarah untuk mencapai mufakat dari
“Dalam hal suatu Badan atau pada secara langsung menggugat Badan
Peradilan Tata Usaha Negara diberi atau Peradilan Tata Usaha Negara yang
wewenang oleh atau berdasarkan peraturan terlalu bersifat konfrontatif antara rakyat
perundang-undangan untuk menyelesaikan dengan Badan atau Peradilan Tata Usaha
secara administratif sengketa Tata Usaha Negara, yang sedapat mungkin harus
Negara tertentu, maka sengketa tata usaha dihindari sesuai dengan dasar falsafah
negara tersebut haruslah diselesaikan negara kita, Pancasila.
melalui upaya administratif yang tersedia”. Setelah seluruh upaya administratif yang
Jadi upaya administratif adalah tersedia digunakan, tetapi pihak yang
suatu pengawasan yang dilakukan oleh bersangkutan masih tetap merasa belum
organ di lingkungan pemerintah sendiri. puas, barulah masalah tersebut diajukan
Dengan demikian wewenang eksekutiflah dan digugat melalui Peradilan Tata Usaha
yang nanti akan melaksanakannya, bukan Negara.
wewenang dari badan yudikatif. F. Upaya Peradilan
347
Budi Aspani, Kompetensi Absolut Dan Relatif Peradilan Tata Usaha Negara Menurut Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1986 Jo. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004
Halaman 344-352
348
Budi Aspani, Kompetensi Absolut Dan Relatif Peradilan Tata Usaha Negara Menurut Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1986 Jo. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004
Halaman 344-352
349
Budi Aspani, Kompetensi Absolut Dan Relatif Peradilan Tata Usaha Negara Menurut Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1986 Jo. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004
Halaman 344-352
kediaman penggugat untuk diteruskan yang timbul dalam bidang tata usaha
kepada pengadilan yang bersangkutan. negara antara orang atau badan hukum
Bahkan dalam hal-hal tertentu yang akan perdata dengan Badan atau Peradilan Tata
diatur dengan peraturan pemerintah, Usaha Negara, sebagai akibat
gugatan dapat diajukan kepada pengadilan dikeluarkannya keputusan tata usaha
yang berwenang yang daerah hukumnya negara.
meliputi tempat penggugat. Disamping adanya ketetapan
Prosedur ini merupakan salah satu tertulis yang menjadi pangkal sengketa,
kekhususan dari beracara di muka Hakim ternyata menurut Undang-undang Nomor
Pengadilan dalam lingkungan Peradilan 5 Tahun 1986 masih terdapat suatu
Tata Usaha Negara. Di samping untuk perbuatan yang dianggap merupakan
memberikan kemudahan bagi penggugat, ketetapan tertulis, seperti yang tercantum
tetapi juga untuk menjaga ahar tenggang dalam pasal 3 ayat 1 yang menyatakan
waktu 90 hari bagi pengajuan gugatan “Apabila Badan atau Peradilan Tata Usaha
tidak dilampaui. Negara tidak mengeluarkan keputusan
Kompetensi Absolut yang dimohonkan kepadanya, sedang hal
Mengenai kompetensi absolut itu menjadi kewajibannya, maka hal
untuk Pengadilan Tata Usaha Negara dapat tersebut disamakan dengan keputusan tata
dilihat dari sudut adanya pangkal sengketa, usaha negara”. Disamping itu di dalam
yaitu berhubung dikeluarkannya ketetapan pasal 1 butir 3 Undang-undang Nomor 5
tertulis oleh Badan atau Peradilan Tata Tahun 1986 disinggung tentang syrat
Usaha Negara, seperti yang diatur dalam keputusan tersebut, yaitu: “Keputusan tata
pasal 1 butir 3 Undang-undang Nomor 5 usaha negara tersebut harus mempunyai
Tahun 1986 yang berbunyi: “Keputusan sifat kongkrit, individu dan final”.
Tata Usaha Negara adalah suatu penetapan Mengenai batasan ketiga sifat
tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau tersebut, dapat kita lihat seperti yang
Peradilan Tata Usaha Negara yang berisi tercantum di dalam penjelasan pasal 1
tindakan hukum tata usaha negara angkat 3 yang menyatakan bahwa, Bersifat
berdasarkan peraturan perundang- kongkrit, artinya objek yang diputuskan
undangan yang berlaku”. dalam keputusan tata usaha negara itu
Seperti diketahui, dalam melaksanakan tidak abstrak, tetapi berwujud tertentu atau
tugas-tugasnya sebagai servis publik, maka dapat ditentukan. Bersifat individuil,
tindakan pemerintah itu dapat dinilai oleh artinya keputusan tata usaha negara itu
pengadilan, artinya setiap tindakan tidak ditujukan untuk umum, tetapi
pemerintah dapat digugat di depan tertentu baik alamat maupun hal yang
pengadilan. Akan tetapi tidak semua dituju”. Bersifat final, artinya sudah
tindakan pemerintah dapat diadili oleh definitif dan karenanya dapat
Pengadilan Tata Usaha Negara. Lalu menimbulkan akibat hukum”.
timbul permasalahan tindakan pemerintah Adanya persyaratan penetapan
yang manakah yang menjadi kompetensi tertulis memang kita akui banyak segi
absolut Peradilan Tata Usaha Negara? kelemahannya, terutama menyangkut
Menurut Undang-undang Nomor 5 masalah waktu yang dibutuhkan cukup
Tahun 1986 kompetensi absolut Peradilan panjang, atau mingkin hal ini disebabkan
Tata Usaha Negara adalah sengketa tata karena melalui proses dan liku-liku yang
usaha negara (sesuai dengan objeknya). rumit sehingga dikhawatirkan akan
Sedangkan yang dimaksudkan dengan menimbulkan kelambahanan administrasi
sengketa tata usaha negara adalah sengketa atau makin derasnya keputusan tak tertulis.
350
Budi Aspani, Kompetensi Absolut Dan Relatif Peradilan Tata Usaha Negara Menurut Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1986 Jo. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004
Halaman 344-352
Yan lebih khawatir lagi adalah adanya Keputusan yang dijadikan obyek sengketa
keputusan tertulis atas desakan keputusan itu berisi tindakan hukum tata usaha
tak tertulis. Timbul pertanyaan mengapa negara;
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 Keputusan yang dijadikan obyek sengketa
membatas kompetensinya hanya pada itu bersifat kongkrit, individuil dan final
keputusan tata usaha negara tertulis saja ? yang menimbulkan akibat hukum bagi
Artinya keputusan tata usaha negara secara seseorang atau badan hukum perdata.
lisan tidak termasuk objek sengketa tata PENUTUP
usaha negara. Alasannya adalah hal ini Berdasarkan dari
disebabkan keputusan tata usaha negara keseluruhan uraian-uraian yang telah
tidak tertulis itu sukar untuk dijadikan dikemukakan, di atas, ditarik kesimpulan
pegangan, dan sulit untuk dibuktikan, lagi sebagai berikut:
pula mudah untuk disangkal oleh salah Tiap-tiap keputusan dari Badan atau
satu pihak jika timbul sengketa antara pejabat Tata Usaha Negara yang
mereka. menimbulkan kerugian bagi orang atau
Persyaratan tertulis terutama badan hukum perdata dapat diajukan dan
menunjuk pada isi bukan pada bentuknya digugat sebagai suatu sengketa ke
keputusan tersebut yang dikeluarkan oleh Peradilan Tata Usaha Negara adalah
Badan atau Peradilan Tata Usaha Negara. dengan dibentuknya Undang-undang
Oleh karena itu sebuah memo atau nota Nomor 5 Tahun 1986, merupakan sebagai
dapat memenuhi syarat tertulis tersebut tonggak pelengkap untuk mewujudkan
dan akan merupakan suatu keputusan makna negara hukum yang berdasarkan
Badan atau Peradilan Tata Usaha Negara Pancasila dan Undang-Undang Dasar
menurut undang-undang ini sudah jelas : 1945.
Badan atau Peradilan Tata Usaha Negara Adapun yang menjadi kompetensi
mana yang mengeluarkannya; absolut dan relatif Peradilan Tata Usaha
Maksud serta mengenai hal apa isi tulisan Negara yakni: dalam kompetensi relatifnya
itu; dikaitkan dengan tempat kedudukan atau
Kepada siapa tulisan itu ditujukan, wilayah hukum pengadilan itu sendiri,
dan apa yang ditetapkan di dalamnya. serta pihak-pihak yang bersengketa.
Persyaratan tertulis itu diharuskan hanya Sedangkan kompetensi absolutnya dapat
untuk memudahkan saja. Seperti apa yang dilihat dari sudut adanya pangkal sengketa,
tercantum dalam penjelasan pasal butir 3 yaitu berhubung dikeluarkannya ketetapan
yang menyatakan “Persyaratan tertulis itu tertulis oleh Badan atau Peradilan Tata
diharuskan untuk kemudahan segi Usaha Negara.
pembuktian”. Dengan demikian dapat Upaya administratif yang mana
dikatakan kompetensi absolut Peradilan keputusannya dapat digugat melalui
Tata Usaha Negara itu mempunyai ciri-ciri peradilan Tata Usaha Negara adalah dalam
sebagai berikut: menyelesaikan sengketa tata usaha negara
Yang bersengketa, adalah orang atau dikenal adanya jalur atau upaya
badan hukum perdata dengan Badan atau administratif, baik berupa banding
Peradilan Tata Usaha Negara; administratif ataupun keberatan. Sesuai
Obyek sengketa, adalah keputusan tata dengan dasar falsafah negara kita
usaha negara tertulis yang dikeluarkan Pancasila, maka hendaknya sengketa tata
oleh Badan atau Peradilan Tata Usaha usaha negara sedapat mungkin
Negara; diselesaikan melalui upaya administratif,
yang lebih bersifat musyawarah untuk
351
Budi Aspani, Kompetensi Absolut Dan Relatif Peradilan Tata Usaha Negara Menurut Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1986 Jo. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004
Halaman 344-352
DAFTAR PUSTAKA
Amrah Muslimin, Beberapa Azas-azas
dan Pengertian-pengertian Pokok
Tentang Administrasi dan Hukum
Administrasi, Alumni, Bandung,
1982.
Benyamin Mangkudilaga, Lembaga
Peradilan Tata Usaha Negara,
Ghalia Indonesia, Jakarta, 1982.
Djoko Prakoso, Peradilan Tata Usaha
Negara, Liberty, Yogyakarta,
1988.
Marbun, SF., Moh. Mahfud MD., Pokok-
pokok Hukum Administrasi
Negara, Liberty, Yogyakarta,
1987.
Marbun, SF., Peradilan Tata Usaha
Negara, Liberty, Yogyakarta,
1982.
Muchsan, Pengantar Hukum Administrasi
Negara Indonesia, Liberty,
Yogyakarta, 1982.
Moh. Kusnardi, Harmaily Ibrahim,
Pengantar Hukum Tata Negara
Indonesia, PT. Pangeran
Djayakarta, Offset, Jakarta, 1986.
Notonegoro, Pancasila Dasar Palsafah
Negara, Bina Aksara, Jakarta,
1984.
Padmo Wahjono, Undang-undang Nomor
5 Tahun 1986 Tentang Peradilan
Tata Usaha Negara Serta
Penjelasannya, Ghalia Indonesia,
Jakarta, 1987.
Sjachran Basah, Hukum Acara Peradilan
Dalam Lingkungan Peradilan
Administrasi (HAPLA), Rajawali
Press, Jakarta, 1987.
352