You are on page 1of 11

Budi Aspani, Kompetensi Absolut Dan Relatif Peradilan Tata Usaha Negara Menurut Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1986 Jo. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004


Halaman 344-352
KOMPETENSI ABSOLUT DAN RELATIF PERADILAN TATA USAHA NEGARA
MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 Jo.
UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2004.

Budi Aspani
Fakultas Hukum Universitas Palembang
e-mail; budiaspani@yahoo.com

ABSTRACT
Indonesia is constitutionally constitutional state and requires the government through its
apparatus in the field of State Administration to play a positive active role in all aspects of people's
lives to achieve the prosperity of their people. Within this framework, it is not uncommon for a
dispute to be caused by actions from the government in the form of irregularities, thus violating the
human rights of its citizens. Strictly speaking, these deviations constitute government actions that are
detrimental to those affected by the decision, in this case the people. The foregoing raises problems
namely; whether any decision of the State Administration or Agency that causes harm to a person or
legal entity can be submitted and sued as a dispute to the State Administrative Court and
administrative efforts in which the decision can be sued again through the State Administrative Court.
In this study the authors use the method of normative law research (normative law research) and by
using primary, secondary and tertiary legal materials. Normative legal research examines laws that are
conceptualized as the norms or principles that apply in society, and become a reference for each
person's behavior. Management and analysis of data is done in a qualitative way that is analyzing
library data to produce descriptive data. After conducting discussions on the existing problems, it can
be concluded, Each decision of the State Administration Agency or officials that causes harm to civil
legal persons or entities can be submitted and sued as a dispute to the State Administrative Court. Its
relative competency is related to the place of residence or jurisdiction of the court itself, as well as the
parties to the dispute. Whereas the absolute competence can be seen from the point of view of the
basis of disputes, which is due to the issuance of written provisions by the State Administrative Court
or Agency. Administrative efforts in resolving state administrative disputes are known as
administrative channels or efforts, whether in the form of administrative appeals or objections. In
accordance with the basis of our country's philosophy of Pancasila, then the state administrative
disputes should be resolved as far as possible through administrative efforts, which are more
deliberative in reaching consensus. But if all available administrative efforts have been used, it turns
out that the disputing parties remain unsatisfied, then the matter is raised and sued through the State
Administrative Court.
Keywords: Competence; State Administrative Court; State law

ABSTRAK
Secara konstitusional negara Indonesia merupakan negara hukum dan mewajibkan
pemerintah melalui aparaturnya di bidang Tata Usaha Negara berperan positif aktif dalam segala
aspek kehidupan masyarakat untuk mencapai kemakmuran rakyatnya. Di dalam rangka itulah, tidak
jarang terjadi suatu sengketa yang diakibatkan oleh tindakan-tindakan dari pemerintah yang berupa
penyimpangan-penyimpangan, sehingga melanggar hak-hak asasi warganya. Tegasnya
penyimpangan-penyimpangan itu merupakan tindakan pemerintah yang merugikan bagi yang terkena
keputusan, dalam hal ini rakyat. Hal tersebut di atas menimbulkan permasalahan yakni; apakah setiap
keputusan dari Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang menimbulkan kerugian bagi orang atau
badan hukum perdata dapat diajukan dan digugat sebagai suatu sengketa ke Peradilan Tata Usaha
Negara serta upaya-upaya administratif yang mana keputusannya dapat digugat kembali melalui
Peradilan Tata Usaha Negara. Di dalam penelitian ini penulis menggunakan metode peneitian
hukum normatif (normative law research) dan dengan menggunakan bahan hukum primer, sekunder
dan tersier. Penelitian hukum normatif mengkaji hukum yang dikonsepsikan sebagai norma atau
kaedah yang berlaku dalam masyarakat, dan menjadi acuan prilaku setiap orang. Pengelolaan dan
analisis data dilakukan dengan cara kualitatif yaitu menganalisis data kepustakaan untuk
menghasilkan data deskriptif.Setelah melakukan pembahasan terhadap permasalahan yang ada, maka

Volume 16 Nomor III. Bulan September Tahun 2018 344


Budi Aspani, Kompetensi Absolut Dan Relatif Peradilan Tata Usaha Negara Menurut Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1986 Jo. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004
Halaman 344-352

dapat disimpulkan, Tiap-tiap keputusan dari Badan atau pejabat Tata Usaha Negara yang
menimbulkan kerugian bagi orang atau badan hukum perdata dapat diajukan dan digugat sebagai
suatu sengketa ke Peradilan Tata Usaha Negara. Kompetensi relatifnya dikaitkan dengan tempat
kedudukan atau wilayah hukum pengadilan itu sendiri, serta pihak-pihak yang bersengketa.
Sedangkan kompetensi absolutnya dapat dilihat dari sudut adanya pangkal sengketa, yaitu berhubung
dikeluarkannya ketetapan tertulis oleh Badan atau Peradilan Tata Usaha Negara. Upaya administratif
dalam menyelesaikan sengketa tata usaha negara dikenal adanya jalur atau upaya administratif, baik
berupa banding administratif ataupun keberatan. Sesuai dengan dasar falsafah negara kita Pancasila,
maka hendaknya sengketa tata usaha negara sedapat mungkin diselesaikan melalui upaya
administratif, yang lebih bersifat musyawarah untuk mencapai mufakat. Tetapi bila keseluruhan upaya
administratif yang tersedia telah digunakan, ternyata pihak yang bersengketa tetap belum merasa
puas, maka barulah masalah itu diajukan dan digugat melalui Peradilan Tata Usaha Negara.
Kata Kunci: Kompetensi; Peradilan Tata Usaha Negara; Negara Hukum

I. PENDAHULUAN melanggar hak-hak dan kewajiban asasi


A. Latar Belakang manusia. Serta mengganggu keseimbangan
Di dalam pasal 1 ayat (3) Undang- antara kepentingan individu dan
Undang Dasar 1945 secara tegas kepentingan umum. Tegasnya
menyebutkan bahwa negara Indonesia penyimpangan-penyimpangan itu
adalah negara hukum. Kemudian di dalam merupakan tindakan pemerintah yang
alinea ke-IV Pembukaan Undang-Undang merugikan bagi terkena keputusan, dalam
Dasar 1945 dirumuskan tujuan negara hal ini rakyat.
Indonesia yang hendak dicapai yakni Untuk keperluan itu pencari
melindungi segenap bangsa Indonesia dan keadilan mendapatkan tempatnya di
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk Pengadilan Administrasi atau Pengadilan
memajukan kesejahteraan umum, Tata Usaha Negara. “… yang dapat
mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut menampung dan menyelesaikan perkara-
melaksanakan ketertiban dunia yang perkara yang berhubungan dengan
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan
abadi dan keadilan sosial. oleh Pejabat atau aparat negara, maupun
Dengan demikian dapat disimpulkan memberikan kepastian hukum bagi setiap
bahwa secara konstitusionil negara pegawai negeri ...” 1
Indonesia merupakan negara yang Pemerintah berwenang untuk
berlandasarkan kemakmuran dan melakukan perbuatan tata usaha negara
berlandaskan Pancasila, yang dalam upaya yang dapat dikelompokkan dalam tiga
untuk mencapai tujuan tersebut sesuai macam perbuatan, yaitu:2
dengan sistem yang dianut dalam Undang- Mengeluarkan Keputusan (beschikking);
Undang Dasar 1945 mewajibkan Mengeluarkan Peraturan (regeling);
pemerintah melalui aparaturnya di bidang Melakukan Perbuatan Materiil (material
Tata Usaha Negara, turut serta berperan daad).
positif aktif dalam segala aspek kehidupan Dari ketiga macam perbuatan tata
masyarakat. usaha negara itu yang masuk dalam
Dalam melaksanakan tugasnya secara kompetensi Peradilan Tata Usaha Negara
aktif, pemerintah melakukan suatu dalam arti tindakan atau perbuatan badan
perbuatan penetapan (Beschikking eksekutif yang dapat dinilai oleh Peradilan
Handeling) yang menghasilkan suatu
1
ketetapan (Beschikking). Didalam rangka Departemen Penerangan RI, Pidato
itulah, tidak jarang terjadi suatu sengketa Kenegaraan Presiden …, Terkutip: Sjachran
yang diakibatkan oleh tindakan-tindakan Basah, HAPLA, Rajawali Pers, 1987, hal. 33.
2
Padmo Wahyono, Undang-undang
dari pemerintah yang berupa Nomor 5 Tahun 1986 serta penjelasannya, Ghalia
penyimpangan-penyimpangan, sehingga Indonesia, Jakarta, 1987, hal. 13.
345
Volume 16 Nomor 3. Bulan September Tahun 2018
Budi Aspani, Kompetensi Absolut Dan Relatif Peradilan Tata Usaha Negara Menurut Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1986 Jo. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004
Halaman 344-352

Tata Usaha Negara adalah perbuatan Untuk dapat memberikan


mengeluarkan keputusan. Kendati penjelasan terhadap masalah yang jadi
demikian tidak berarti bahwa perbuatan pokok pembahasan dalam penulisan ini
tata usaha negara yang kedua ataupun maka pendekatan masalah yang dilakukan
yang ketiga itu tidak dapat dinilai oleh dengan cara pendekatan yuridis, yaitu
pengadilan. Jadi ini berarti bahwa pada dengan menginventarisasi permasalahan
dasarnya semua perbuatan dari pemerintah hukumnya. Sedangkan metode penulisan
itu dapat dinilai oleh pengadilan, walaupun digunakan metode analisis desktriptif,
yang menilai tidak termasuk dalam maksud dari data yang ada dianalisa serta
lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara. dijelaskan guna lebih mempertajam
Berdasarkan apa yang telah penulis masalah yang dihadapi.
uraikan diatas maka penulis tertarik untuk 2. Sumber data
menuangkan permasalahan yang ada Data yang digunakan dalam
dalam bentuk karya ilmiah dengan judul: menyusun penulisan ini diperoleh dari
“ KOMPETENSI ABSOLUT DAN kepustakaan berupa buku-buku, literatur
RELATIF PERADILAN TATA USAHA dan perundang-undangan serta
NEGARA MENURUT UNDANG- yurisprudensi yang ada hubungannya
UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 Jo. dengan permasalahan.
UU NOMOR 9 TAHUN 2004”. 3. Prosedur pengumpulan dan
B. PERMASALAHAN pengolahan data
Bertitik tolak dari apa yang telah Data-data yang telah terkumpul itu
penulis uraikan di atas, penulis diolah dengan memisahkannya dalam bab-
menuangkan permasalahan sebagai berikut bab dan sub-sub bab, sehingga
: memudahkan penulisan ini serta
Apakah setiap keputusan dari Badan atau mencegah terjadinya kekacauan dalam
Pejabat Tata Usaha Negara yang penulisannya.
menimbulkan kerugian bagi orang atau 4. Analisis data
badan hukum perdata dapat diajukan dan Data yang ada itu dianalisa sesuai
digugat sebagai suatu sengketa ke dengan permasalahan, kemudian diuraikan
Peradilan Tata Usaha Negara? dan disusun, dijelaskan secara sistematis
Upaya-upaya administratif yang mana dengan menggunakan metode deskriptif.
keputusannya dapat digugat kembali PEMBAHASAN
melalui Peradilan Tata Usaha Negara? A. Pengertian dan Macam-macam
C. Ruang Lingkup Pembahasan Kompetensi
Dalam pembahasan nanti penulis Istilah kompetensi berasal dari
hanya akan membahas mengenai apa yang bahasa latin di abad menengah, yaitu
menjadi ruang lingkup dalam kompetensi “Competia” yang berarti hetgeen an
absolut dan relatif dalam lingkungan iemand toekomt yang diartikan “apa yang
Peradilan Tata Usaha Negara menurut menjadi wewenang seseorang”.3
Undang – Ungan nomor 5 Tahun 1986 Yang lebih lanjut oleh Sjachran Basah
Jo.Undang-undang Nomor 9 Tahun 2004, istilah itu diterjemahkan, kompetensi
dalam kaitannya untuk memberikan adalah sebagai kewenangan, kekuasaan
perlindungan kepada rakyat pencari atau hak yang dikaitkan dengan badan
keadilan.

D. Metode Penelitian 3
Sjachran Basah, Eksistensi dan Tolak
1. Pendekatan masalah Ukur Badan Peradilan Administrasi di Indonesia,
Alumni, Bandung, 1985, hal. 65
344
Budi Aspani, Kompetensi Absolut Dan Relatif Peradilan Tata Usaha Negara Menurut Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1986 Jo. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004
Halaman 344-352

yang menjalankan kekuasaan kehakiman, dimaksudkan dalam permohonan


sehingga badan itu menjadi wewenang. gugat?
Jadi kompetensi merupakan 2. Distributie (pembagian): apakah
pemberian kekuasaan, kewenangan atau pengadilan negeri yang disebut
hak kepada badan dan atau pengadilan dalam permohonan gugat (dan)
yang melakukan peradilan. Hal ini penting bukan pengadilan negeri lain
agar suatu permohonan atau gugatan, yang (yang) berkuasa memeriksa perkara
disampaikan kepada badan atau itu, yang dimaksudkan dalam
pengadilan dapat diperiksa dan diputus permohonan gugat?
oleh badan yang berwenang. Untuk itu Untuk lebih jelasnya mengenai batasan
terutama harus diperhatikan kompeten atau kewenangan pengadilan itu, di bawah ini
tidaknya pengadilan tersebut memeriksa penulis akan uraikan secara singkat
suatu perkara. Mengenai kekuasaan atau mengenai kompetensi absolut dan relatif
kewenangan (kompetensi) suatu badan tersebut sebagai berikut:
peradilan untuk mengadili dalam ilmu a. Kompetensi Absolut
hukum dikenal 2 (dua) macam kekuasaan, Kompetensi absolut adalah
yaitu: kewenangan suatu badan
Kekuasaan berdasarkan peraturan pengadilan untuk mengadili suatu
hukum mengenai pemberian kekuasan perkara menurut materi
mengadili (atribusi) kepada suatu (obyek)nya. Dikatakan demikian
pengadilan, bukan kepada pengadilan lain; karena hanya dimiliki oleh
Kekuasaan berdasarkan peraturan hukum pengadilan tertentu dan tidak
mengenai pemberian kekuasaan mengadili kepada pengadilan yang lain. Hal
(distribusi) di antara masing-masing ini sesuai dengan obyek yang
pengadilan. dipersengketakan oleh para
Yang disebut pertama adalah kompetensi pihaknya.
absolut. Dikatakan demikian karena b. Kompetensi Relatif
kewenangan (kompetensi) pengadilan Kompetensi relatif suatu
untuk mengadili suatu perkara menurut badan pengadilan itu ditentukan
materi (obyek) perkaranya. Sedangkan oleh batas daerah hukum yang
yang kedua adalah kompetensi relatif. menjadi kewenangannya. Suatu
Dikatakan demikian karena berhubungan badan pengadilan dinyatakan
dengan kewenangan pengadilan untuk berwenang untuk memeriksa suatu
mengadili suatu perkara sesuai wilayahnya sengketa apabila salah satu
atau ditentukan oleh batas daerah hukum pihaknya yang bersengketa itu baik
yang menjadi kewenangannya. Demikian sebagai penggugat atau tergugat
pula menurut Prof. Wirjono Prodjodikoro, berkediaman di salah satu daerah
di dalam kewenangan atau kekuasaan hukum yang menjadi wilayah
pengadilan itu tercakup dua masalah, hukum pengadilan tersebut.
yaitu:4 B. Sengketa Tata Usaha Negara
1. Attribute (pemberian): apakah Pangkal Sengketa Tata Usaha Negara
pengadilan negeri perdata Sebagai tolak ukur dari pangkal sengketa
umumnya (dan) bukan lain macam tata usaha negara yakni sengketa
pengadilan atau badan kekuasaan administrasi yang diakibatkan oleh
lain (yang) berkuasa memeriksa ketetapan sebagai hasil penetapan
perkara semacam, yang administrasi negara. Hal ini dapat ditemui
pada rumusan pasal 1 ayat 4 Undang-
4
Ibid, hal. 65.
345
Budi Aspani, Kompetensi Absolut Dan Relatif Peradilan Tata Usaha Negara Menurut Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1986 Jo. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004
Halaman 344-352

undang Nomor 5 Tahun 1986 yakni: Kemudian hal-hal yang diajukan sebagai
“Sengketa Tata Usaha Negara adalah sengketa itu haruslah berada dalam
sengketa yang timbul dalam bidang tata lapangan hukum publik, bukan terletak
usaha negara antara orang atau badan dalam lapangan hukum privat.
hukum perdata dengan Badan atau Pejabat Dengan singkat dapat dikatakan atau
Tata Usaha Negara, baik di pusat maupun disimpulkan bahwa yang menjadi sebab
di daerah sebagai akibat dikeluarkannya timbulnya sengketa tata usaha negara
keputusan tata usaha negara, termasuk adalah adanya ketetapan-ketetapan atau
sengketa kepegawaian berdasarkan peraturan pelaksanaannya yang
peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan oleh pemerintah dalam
berlaku”. melaksanakan tugas servis publik, yaitu
Dari rumusan tersebut dapat disimpulkan suatu tindakan yang bersifat unilateral
bahwa sengketa tata usaha negara terdiri terhadap masyarakat.5
dari: C. Para Pihak dalam Sengketa Tata
Subyek yang bersengketa, adalah orang Usaha Negara
atau badan hukum perdata di satu pihak Salah satu isi dari unsur-unsur peradilan
dan Badan atau Pejabat Tata Usaha pada umumnya mensyaratkan adanya para
Negara. pihak di dalam suatu sengketa. Dalam hal
Obyek sengketa, adalah keputusan yang ini yang dimaksudkan dengan para pihak
dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata yaitu subyek-subyek yang saling
Usaha Negara. berselisih.
Menurut pendapat MH. Muhjad, Demikian pula halnya dalam peradilan
dalam bukunya “Beberapa Masalah administrasi murni, dicantumkan unsur-
Tentang Peradilan Tata Usaha Negara di unsur dari peradilan administrasi
Indonesia” menyebutkan bahwa: Sengketa sekurang-kurangnya salah satu pihak yang
yang terjadi itu haruslah sengketa tata berselisih harus administrasi negara.
usaha negara yang dapat mencakup Walaupun demikian tidak menutup
tindakan atau sikap diamnya Badan atau kemungkinan bahwa para pihak itu
Pejabat Tata Usaha Negara, yang berupa kesemuanya adalah administrasi negara.
tindakan tidak tepat, melanggar undang- Dalam perkara administrasi, akan terdapat
undang, tidak efisien (tidak bijaksana) dan subyek selaku pihak yang bersengketa,
melanggar hukum, seperti: yang dapat dibedakan secara intern dan
melampaui batas kekuasaannya (exces de secara ekstern dan salah satunya haruslah
pouvoir) Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara.
penyimpangan kekuasaan (detournament Dikatakan secara intern karena sengketa
de pouvoir) itu terjadi antara dua pihak yang sama-
penyalahgunaan kekuasaan (abus de sama termasuk administrasi negara yang
pouvoir) pada umumnya merupakan persoalan
penyalahgunaan hak (abus de droit) kompetensi. Sedangkan secara ekstern
Sedangkan menurut Benjamin sengketa itu terjadi antara administrasi
Mangkoedilaga, yang dapat digugat atau negara dengan rakyat yang disebabkan
menjadi sengketa di depan Peradilan Tata oleh ketetapan. Misalnya, di bidang-
Usaha Negara adalah suatu ketetapan bidang pertanahan, perizinan, perpajakan,
tertulis yang berdasarkan suatu peraturan
perundang-undangan yang berlaku yang 5
Benjamin Mangkodilaga, Kompetensi
menimbulkan akibat hukum bagi Relatif dan Absolut Pengadilan Dalam Lingkungan
seseorang atau badan hukum perdata. Peradilan Tata Usaha Negara, Angkasa, Bandung,
1986, hal. 25.
346
Budi Aspani, Kompetensi Absolut Dan Relatif Peradilan Tata Usaha Negara Menurut Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1986 Jo. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004
Halaman 344-352

bea cukai dan kepegawaian yang Adapun menurut penjelasan pasal 48 ayat
menimbulkan kerugian kepada rakyat. 1 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986,
D. Penyelesaian Sengketa Tata upaya administratif itu pada dasarnya
Usaha Negara dapat dibedakan ke dalam 2 (dua)
Menurut Undang-undang Nomor 5 Tahun golongan, yaitu:
1986, sengketa di bidang tata usaha negara Banding Administratif
yang timbul antara orang perorangan Keberatan
dengan Badan atau Peradilan Tata Usaha Adapun yang dimaksud dengan
Negara dapat diselesaikan menurut 2 (dua) banding administratif itu adalah
jalur, yaitu jalur upaya administratif dan penyelesaian sengketa tata usaha negara
jalur pengajuan gugatan ke Peradilan Tata yang dilakukan oleh instansi atasan atau
Usaha Negara atau upaya peradilan. instansi lain yang mengeluarkan keputusan
Berikut penulis akan menguraikan kedua yang bersangkutan. Sedangkan yang
jalur penyelesaian sengketa di bidang tata dimaksud dengan keberatan adalah suatu
usaha negara itu sebagai berikut: penyelesaian sengketa tata usaha negara
E. Upaya Administratif yang dilakukan sendiri oleh Badan atau
Upaya administratif adalah suatu Peradilan Tata Usaha Negara yang
upaya yang disediakan bagi seseorang atau mengeluarkan keputusan tersebut.
badan hukum perdata untuk mengajukan Berbeda dengan prosedur yang ditempuh
keberatan atau suatu permohonan kepada melalui Peradilan Tata Usaha Negara,
Badan atau Peradilan Tata Usaha Negara maka dalam prosedur banding
supaya membatalkan atau mengubah suatu administratif atau keberatan itu dilakukan
keputusan yang telah dikeluarkan oleh penilaian yang lengkap dan oleh instansi
Badan atau Peradilan Tata Usaha Negara yang memutuskan sengketa, baik dari segi
tersebut dengan alasan bahwa keputusan penerapan hukum maupun dari segi
itu tidaklah sah atau tidak berdasarkan kebijaksanaan. Sedangkan dalam atau
hukum. melalui Peradilan Tata Usaha Negara yang
Mengenai upaya administratif ini diatur dinilai semata-mata hanya dari segi
perumusannya dalam pasal 48 Undang- penerapan hukumnya saja.
undang Nomor 5 Tahun 1986. Pasal 48 Dalam penyelesaian sengketa tata usaha
ayat 1 Undang-undang Nomor 5 Tahun negara, upaya administratif lebih bersifat
1986 menyatakan bahwa: musyawarah untuk mencapai mufakat dari
“Dalam hal suatu Badan atau pada secara langsung menggugat Badan
Peradilan Tata Usaha Negara diberi atau Peradilan Tata Usaha Negara yang
wewenang oleh atau berdasarkan peraturan terlalu bersifat konfrontatif antara rakyat
perundang-undangan untuk menyelesaikan dengan Badan atau Peradilan Tata Usaha
secara administratif sengketa Tata Usaha Negara, yang sedapat mungkin harus
Negara tertentu, maka sengketa tata usaha dihindari sesuai dengan dasar falsafah
negara tersebut haruslah diselesaikan negara kita, Pancasila.
melalui upaya administratif yang tersedia”. Setelah seluruh upaya administratif yang
Jadi upaya administratif adalah tersedia digunakan, tetapi pihak yang
suatu pengawasan yang dilakukan oleh bersangkutan masih tetap merasa belum
organ di lingkungan pemerintah sendiri. puas, barulah masalah tersebut diajukan
Dengan demikian wewenang eksekutiflah dan digugat melalui Peradilan Tata Usaha
yang nanti akan melaksanakannya, bukan Negara.
wewenang dari badan yudikatif. F. Upaya Peradilan

347
Budi Aspani, Kompetensi Absolut Dan Relatif Peradilan Tata Usaha Negara Menurut Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1986 Jo. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004
Halaman 344-352

Berdasarkan prinsip “keserasian Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986


hubungan atas dasar asas kerukunan”, mencantumkan berbagai ketentuan yang
tidak berarti bahwa antara pemerintah memberikan kemudahan-kemudahan bagi
dengan rakyatnya tidak mungkin terjadi rakyat pencari keadilan. Kemudahan-
sengketa. Oleh karena itu yang terbaik kemudahannya itu antara lain:
jalannya adalah mencegah adanya Pengadilan Tata Usaha Negara
sengketa. Namun, betapapun segala upaya berkedudukan di tiap Kotamadya dan
untuk mencegah timbuhnya sengketa telah Kabupaten. Dengan demikian
dilakukan, namun tetap juga terjadi kedudukannya lebih mudah dijangkau oleh
sengketa, maka jalan penyelesaiannya rakyat pencari keadilan (pasal 6 ayat 1)
yang terbaik dan utama adalah melalui Bagi yang tidak pandai baca-tulis
jalan damai atau musyawarah. dalam membuat gugatannya dibantu oleh
Penyelesaian secara damai adalah yang Panitera Pengadilan (penjelasan pasal 53
paling ideal sesuai dengan dasar falsafah ayat 1)
negara, yaitu Pancasila. Penggugat dapat mengajukan gugatannya
Penyelesaian secara damai tidak ke Pengadilan Tata Usaha Negara yang
berari meninggalkan prinsip-prinsip dan terdekat dengan tempat kediaman untuk
aturan hukum yang berlaku, tetapi pihak kemudian diteruskan ke pengadilan yang
yang bersengketa secara aktif mencari dan berwenang mengadilinya (pasal 54 ayat 3)
akhirnya menyadari prinsip dan ketentuan Dalam hal tertentu gugatan
hukum yang sebenarnya mengenai hal dimungkinkan untuk diadili oleh
yang dipersengketakan. Dengan cara yang pengadilan yang daerah hukumnya
demikian tidak ada istilah menang kalah, meliputi tempat kediaman penggugat
tetapi saling pengertian dan saling (pasal 54 ayat 4)
menyadari hakekat peraturan perundang- Bagi yang tidak mampu, diberi
undangan yang berlaku. kesempatan untuk berperkara dengan
Penyelesaian sengketa tata usaha negara cuma-cuma (pasal 60 ayat 1)
melalui Peradilan Tata Usaha Negara Jika terdapat kepentingan yang
hendaknya merupakan sarana terakhir, mendesak, Ketua Pengadilan dapat
artinya tempuhlah pertama-tama menentukan untuk dilakukan pemeriksaan
penyelesaian secara damai terlebih dahulu, dengan cara cepat (pasal 98 ayat 1).
setelah usaha perdamaian tersebut ternyata Keberadaan Peradilan Tata Usaha Negara
tidak berhasil, barulah ditempuh jalan diharapkan dapat menyelesaikan sengketa
yang terakhir yaitu penyelesaian sengketa tata usaha negara yang ada di Indonesia
melalui Peradilan Tata Usaha Negara. Hal secara tuntas, sehingga tercipta aparatuh
ini dapat ditemui dalam rumusan pasal 48 pemerintah yang diidam-idamkan
ayat 2 Undang-undang Nomor 5 Tahun bersama, yaitu aparatur pemerintah yang
1986. Adapun isi pasal itu adalah: profesional, bersih dan berwibawa.
“Pengadilan baru berwenang memeriksa, G. Kompetensi Peradilan Tata
memutus dan menyelesaikan sengketa tata Usaha Negara
usaha negara sebagaimana dimaksud Dalam ilmu hukum dikenal adanya
dalam ayat (1), jika seluruh upaya kompetensi atau kewenangan dari suatu
administratif yang bersangkutan telah badan pengadilan untuk mengadili suatu
digunakan”. perkara, yang dapat dibedakan atas:
Sesuai dengan fungsi Peradilan 1. Kompetensi absolut
Tata Usaha Negara, yaitu memberikan 2. Kompetensi relatif
perlindungan kepada rakyat, maka

348
Budi Aspani, Kompetensi Absolut Dan Relatif Peradilan Tata Usaha Negara Menurut Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1986 Jo. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004
Halaman 344-352

Kompetensi absolut adalah berwenang yang daerah hukumnya


kewenangan suatu badan pengadilan untuk meliputi tempat kedudukan tergugat.
mengadili suatu perkara menurut materi Apabila tergugat lebih dari satu Badan
(obyek) perkaranya. Sedangkan atau Pejabat Tata Usaha Negara dan
kompetensi relatif adalah kewenangan berkedudukan tidak dalam satu daerah
suatu badan pengadilan untuk mengadili hukum pengadilan, gugatan diajukan
suatu perkara sesuai dengan wilayah kepada pengadilan yang daerah hukumnya
hukumnya. meliputi tempat kedudukan salah satu
Sama halnya dengan pengadilan- Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara.
pengadilan lainnya, Pengadilan Tata Usaha Dalam hal tempat kedudukan tergugat
Negara pun mempunyai kedua macam tidak berada dalam daerah hukum
kompetensi tersebut. Dimana pengaturan pengadilan tempat kediaman penggugat
kedua kompetensi tersebut telah maka gugatan diajukan ke pengadilan yang
dirumuskan dalam Undang-undang Nomor daerah hukumnya meliputi tempat
5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata kediaman penggugat untuk selanjutnya
Usaha Negara. Untuk selanjutnya di diteruskan kepada pengadilan yang
bawah ini penulis akan uraikan secara bersangkutan.
singkat mengenai kompetensi absolut dan Dalam hal-hal tertentu sesuai
kompetensi relatif dalam Peradilan Tata dengan sifat sengketa tata usaha negara
Usaha Negara tersebut. yang bersangkutan yang diatur dengan
Kompetensi Relatif. peraturan pemerintah, gugatan dapat
Dalam pembahasan kompetensi diajukan kepada pengadilan yang
relatif ini, kita dapat kaitkan dengan berwenang yang daerah hukumnya
tempat kedudukan pengadilannya itu meliputi tempat kediaman penggugat.
sendiri atau dengan para pihak-pihak yang Apabila penggugat dan tergugat
bersengketa. Kompetensi relatif Peradilan berkedudukan atau berada di luar negeri,
Tata Usaha Negara yang dikaitkan dengan gugatan diajukan kepada pengadilan di
pengadilan itu sendiri diatur dalam pasal 6 Jakarta.
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 Apabila tergugat berkedudukan di
yang selengkapnya menyatakan sebagai dalam negeri dan penggugat di luar negeri,
berikut: gugatan diajukan kepada pengadilan di
Pengadilan Tata Usaha Negara tempat kedudukan tergugat.
berkedudukan di tiap Kotamadya atau Selanjutnya di dalam pasal 55
ibukota Kabupaten, dan daerah hukumnya ditegaskan bahwa gugatan sengketa tata
meliputi Kotamadya atau Kabupaten. usaha negara diajukan kepada pengadilan
Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara yang berwenang yang daerah hukumnya
berkedudukan di ibukota Propinsi, dan meliputi tempat kedudukan tergugat dapat
daerah hukumnya meliputi wilayah diajukan hanya dalam tenggang waktu
provinsi. sembilan puluh (90) hari terhitung sejak
Sedangkan kompetensi relatif yang saat diterima atau diumumkannya
berkaitan dengan para pihak yang keputusan tata usaha negara. Akan tetapi
bersengketa, dapat dilihat pengaturannya dalam hal tergugat tidak berkedudukan
yang terdapat di dalam pasal 54 ayat 1 dalam daerah hukum pengadilan tempat
sampai dengan 6, yang menyatakan penggugat, maka menurut pasal 54 ayat 3
sebagai berikut: Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986,
Gugatan sengketa tata usaha negara gugatan dapat diajukan ke pengadilan yang
diajukan kepada pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat

349
Budi Aspani, Kompetensi Absolut Dan Relatif Peradilan Tata Usaha Negara Menurut Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1986 Jo. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004
Halaman 344-352

kediaman penggugat untuk diteruskan yang timbul dalam bidang tata usaha
kepada pengadilan yang bersangkutan. negara antara orang atau badan hukum
Bahkan dalam hal-hal tertentu yang akan perdata dengan Badan atau Peradilan Tata
diatur dengan peraturan pemerintah, Usaha Negara, sebagai akibat
gugatan dapat diajukan kepada pengadilan dikeluarkannya keputusan tata usaha
yang berwenang yang daerah hukumnya negara.
meliputi tempat penggugat. Disamping adanya ketetapan
Prosedur ini merupakan salah satu tertulis yang menjadi pangkal sengketa,
kekhususan dari beracara di muka Hakim ternyata menurut Undang-undang Nomor
Pengadilan dalam lingkungan Peradilan 5 Tahun 1986 masih terdapat suatu
Tata Usaha Negara. Di samping untuk perbuatan yang dianggap merupakan
memberikan kemudahan bagi penggugat, ketetapan tertulis, seperti yang tercantum
tetapi juga untuk menjaga ahar tenggang dalam pasal 3 ayat 1 yang menyatakan
waktu 90 hari bagi pengajuan gugatan “Apabila Badan atau Peradilan Tata Usaha
tidak dilampaui. Negara tidak mengeluarkan keputusan
Kompetensi Absolut yang dimohonkan kepadanya, sedang hal
Mengenai kompetensi absolut itu menjadi kewajibannya, maka hal
untuk Pengadilan Tata Usaha Negara dapat tersebut disamakan dengan keputusan tata
dilihat dari sudut adanya pangkal sengketa, usaha negara”. Disamping itu di dalam
yaitu berhubung dikeluarkannya ketetapan pasal 1 butir 3 Undang-undang Nomor 5
tertulis oleh Badan atau Peradilan Tata Tahun 1986 disinggung tentang syrat
Usaha Negara, seperti yang diatur dalam keputusan tersebut, yaitu: “Keputusan tata
pasal 1 butir 3 Undang-undang Nomor 5 usaha negara tersebut harus mempunyai
Tahun 1986 yang berbunyi: “Keputusan sifat kongkrit, individu dan final”.
Tata Usaha Negara adalah suatu penetapan Mengenai batasan ketiga sifat
tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau tersebut, dapat kita lihat seperti yang
Peradilan Tata Usaha Negara yang berisi tercantum di dalam penjelasan pasal 1
tindakan hukum tata usaha negara angkat 3 yang menyatakan bahwa, Bersifat
berdasarkan peraturan perundang- kongkrit, artinya objek yang diputuskan
undangan yang berlaku”. dalam keputusan tata usaha negara itu
Seperti diketahui, dalam melaksanakan tidak abstrak, tetapi berwujud tertentu atau
tugas-tugasnya sebagai servis publik, maka dapat ditentukan. Bersifat individuil,
tindakan pemerintah itu dapat dinilai oleh artinya keputusan tata usaha negara itu
pengadilan, artinya setiap tindakan tidak ditujukan untuk umum, tetapi
pemerintah dapat digugat di depan tertentu baik alamat maupun hal yang
pengadilan. Akan tetapi tidak semua dituju”. Bersifat final, artinya sudah
tindakan pemerintah dapat diadili oleh definitif dan karenanya dapat
Pengadilan Tata Usaha Negara. Lalu menimbulkan akibat hukum”.
timbul permasalahan tindakan pemerintah Adanya persyaratan penetapan
yang manakah yang menjadi kompetensi tertulis memang kita akui banyak segi
absolut Peradilan Tata Usaha Negara? kelemahannya, terutama menyangkut
Menurut Undang-undang Nomor 5 masalah waktu yang dibutuhkan cukup
Tahun 1986 kompetensi absolut Peradilan panjang, atau mingkin hal ini disebabkan
Tata Usaha Negara adalah sengketa tata karena melalui proses dan liku-liku yang
usaha negara (sesuai dengan objeknya). rumit sehingga dikhawatirkan akan
Sedangkan yang dimaksudkan dengan menimbulkan kelambahanan administrasi
sengketa tata usaha negara adalah sengketa atau makin derasnya keputusan tak tertulis.

350
Budi Aspani, Kompetensi Absolut Dan Relatif Peradilan Tata Usaha Negara Menurut Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1986 Jo. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004
Halaman 344-352

Yan lebih khawatir lagi adalah adanya Keputusan yang dijadikan obyek sengketa
keputusan tertulis atas desakan keputusan itu berisi tindakan hukum tata usaha
tak tertulis. Timbul pertanyaan mengapa negara;
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 Keputusan yang dijadikan obyek sengketa
membatas kompetensinya hanya pada itu bersifat kongkrit, individuil dan final
keputusan tata usaha negara tertulis saja ? yang menimbulkan akibat hukum bagi
Artinya keputusan tata usaha negara secara seseorang atau badan hukum perdata.
lisan tidak termasuk objek sengketa tata PENUTUP
usaha negara. Alasannya adalah hal ini Berdasarkan dari
disebabkan keputusan tata usaha negara keseluruhan uraian-uraian yang telah
tidak tertulis itu sukar untuk dijadikan dikemukakan, di atas, ditarik kesimpulan
pegangan, dan sulit untuk dibuktikan, lagi sebagai berikut:
pula mudah untuk disangkal oleh salah Tiap-tiap keputusan dari Badan atau
satu pihak jika timbul sengketa antara pejabat Tata Usaha Negara yang
mereka. menimbulkan kerugian bagi orang atau
Persyaratan tertulis terutama badan hukum perdata dapat diajukan dan
menunjuk pada isi bukan pada bentuknya digugat sebagai suatu sengketa ke
keputusan tersebut yang dikeluarkan oleh Peradilan Tata Usaha Negara adalah
Badan atau Peradilan Tata Usaha Negara. dengan dibentuknya Undang-undang
Oleh karena itu sebuah memo atau nota Nomor 5 Tahun 1986, merupakan sebagai
dapat memenuhi syarat tertulis tersebut tonggak pelengkap untuk mewujudkan
dan akan merupakan suatu keputusan makna negara hukum yang berdasarkan
Badan atau Peradilan Tata Usaha Negara Pancasila dan Undang-Undang Dasar
menurut undang-undang ini sudah jelas : 1945.
Badan atau Peradilan Tata Usaha Negara Adapun yang menjadi kompetensi
mana yang mengeluarkannya; absolut dan relatif Peradilan Tata Usaha
Maksud serta mengenai hal apa isi tulisan Negara yakni: dalam kompetensi relatifnya
itu; dikaitkan dengan tempat kedudukan atau
Kepada siapa tulisan itu ditujukan, wilayah hukum pengadilan itu sendiri,
dan apa yang ditetapkan di dalamnya. serta pihak-pihak yang bersengketa.
Persyaratan tertulis itu diharuskan hanya Sedangkan kompetensi absolutnya dapat
untuk memudahkan saja. Seperti apa yang dilihat dari sudut adanya pangkal sengketa,
tercantum dalam penjelasan pasal butir 3 yaitu berhubung dikeluarkannya ketetapan
yang menyatakan “Persyaratan tertulis itu tertulis oleh Badan atau Peradilan Tata
diharuskan untuk kemudahan segi Usaha Negara.
pembuktian”. Dengan demikian dapat Upaya administratif yang mana
dikatakan kompetensi absolut Peradilan keputusannya dapat digugat melalui
Tata Usaha Negara itu mempunyai ciri-ciri peradilan Tata Usaha Negara adalah dalam
sebagai berikut: menyelesaikan sengketa tata usaha negara
Yang bersengketa, adalah orang atau dikenal adanya jalur atau upaya
badan hukum perdata dengan Badan atau administratif, baik berupa banding
Peradilan Tata Usaha Negara; administratif ataupun keberatan. Sesuai
Obyek sengketa, adalah keputusan tata dengan dasar falsafah negara kita
usaha negara tertulis yang dikeluarkan Pancasila, maka hendaknya sengketa tata
oleh Badan atau Peradilan Tata Usaha usaha negara sedapat mungkin
Negara; diselesaikan melalui upaya administratif,
yang lebih bersifat musyawarah untuk

351
Budi Aspani, Kompetensi Absolut Dan Relatif Peradilan Tata Usaha Negara Menurut Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1986 Jo. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004
Halaman 344-352

mencapai mufakat. Tetapi bila keseluruhan -----------------------------, Eksistensi dan


upaya administratif yang tersedia telah Tolak Ukur Badan Peradilan
digunakan, ternyata pihak yang Administrasi di Indonesia,
bersengketa tetap belum merasa puas, Alumni, Bandung, 1985.
maka barulah masalah itu diajukan dan Tresna, R., Peradilan di Indonesia dari
digugat melalui Peradilan Tata Usaha Abad ke Abad, Pradnya Paramita,
Negara. Jakarta, 1987.

DAFTAR PUSTAKA
Amrah Muslimin, Beberapa Azas-azas
dan Pengertian-pengertian Pokok
Tentang Administrasi dan Hukum
Administrasi, Alumni, Bandung,
1982.
Benyamin Mangkudilaga, Lembaga
Peradilan Tata Usaha Negara,
Ghalia Indonesia, Jakarta, 1982.
Djoko Prakoso, Peradilan Tata Usaha
Negara, Liberty, Yogyakarta,
1988.
Marbun, SF., Moh. Mahfud MD., Pokok-
pokok Hukum Administrasi
Negara, Liberty, Yogyakarta,
1987.
Marbun, SF., Peradilan Tata Usaha
Negara, Liberty, Yogyakarta,
1982.
Muchsan, Pengantar Hukum Administrasi
Negara Indonesia, Liberty,
Yogyakarta, 1982.
Moh. Kusnardi, Harmaily Ibrahim,
Pengantar Hukum Tata Negara
Indonesia, PT. Pangeran
Djayakarta, Offset, Jakarta, 1986.
Notonegoro, Pancasila Dasar Palsafah
Negara, Bina Aksara, Jakarta,
1984.
Padmo Wahjono, Undang-undang Nomor
5 Tahun 1986 Tentang Peradilan
Tata Usaha Negara Serta
Penjelasannya, Ghalia Indonesia,
Jakarta, 1987.
Sjachran Basah, Hukum Acara Peradilan
Dalam Lingkungan Peradilan
Administrasi (HAPLA), Rajawali
Press, Jakarta, 1987.

352

You might also like