You are on page 1of 12

Jejak 6 (1) (2013): 17-28. DOI: 10.15294/ jejak.v6i1.

3745

JEJAK
Journal of Economics and Policy
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jejak

DETEKSI DINI KRISIS NILAI TUKAR INDONESIA:


IDENTIFIKASI VARIABELMAKRO EKONOMI
Siti Romida Harahap

Universitas Negeri Semarang, Semarang, Indonesia

Permalink/DOI: http://dx.doi.org/10.15294/jejak.v6i1.3745

Received: 2 January 2013; Accepted: 26 january 2013; Published: March 2013

Abstract
Currency crisis happening from 1997 up to 1998 in Indonesia caused depreciation at Indonesia currency (rupiah) and it reached Rp 14,900
per US dollar. The depreciation made the entrepreneurs have difficulty to paytheir foreign debt maturities and to import the materials
needed. Banking industriesalso had problems that relate to customers in payingtheir debts. The purpose of this study is to find out and
analyze the factors that affect the currency crisis in Indonesia. Quantitative approach and secondary data were used.The data was time
series data taken from the observation which was conducted from 1995 to 2011. The method of data analysis applied is logit model. The
results show that Real Effective Exchange Rate (REER), foreign reserves growth, and export growth have negative effect on currency crisis,
while import growth has positive effect on currency crisis in Indonesia. The government should develop an early warning system with the
appropriate approach to economy condition of Indonesia in order to avoid the wider currency crisis.

Keywords: Crisis, Currency, Real Effective Exchange Rate (REER), Foreign Reserves, Export, Import, Interest
Rate, Logit Model

Abstrak
Krisis nilai tukar tahun 1997/1998 yang pernah dialami Indonesia menyebabkan depresiasi pada nilai tukar rupiah yang mencapai Rp
14.900 per dollar AS. Depresiasi rupiah tersebut telah menyebabkan para pengusaha mengalami kesulitan dalam memenuhi kewajiban-
kewajiban luar negeri yang jatuh tempo dan untuk mengimpor bahan baku yang diperlukannya. Industri perbankan mengalami
kesulitan dari rentetan masalah yang dihadapi nasabah dalam membayar hutang-hutang mereka. Tujuan dari penelitian ini untuk
mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi krisis nilai tukar Indonesia. Jenis dan sumber data menggunakan
pendekatan kuantitatif dengan data sekunder yang berupa data time series dengan periode pengamatan 1995-2011. Metode analisis data
dalam penelitian ini dengan menggunakan model Logit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai tukar efektif riil atau Real Effective
Exchange Rate (REER), pertumbuhan cadangan devisa, pertumbuhan ekspor berpengaruh negatif terhadap krisis nilai tukar, sedangkan
pertumbuhan impor berpengaruh positif terhadap krisis nilai tukar Indonesia. Untuk itu pemerintah perlu menyusun suatu sistem
deteksi dini dengan pendekatan yang sesuai dengan kondisi perekonomian Indonesia guna menghindari krisis nilai tukar yang lebih luas
lagi.

Kata Kunci: Krisis, Nilai Tukar, Real Effective Exchange Rate(REER), Cadangan Devisa, Ekspor, Impor, Suku
Bunga, Model Logit
How to Cite: Harahap, S. (2013). Deteksi Dini Krisis Nilai Tukar Indonesia: Identifikasi Variabel makro
Ekonomi. JEJAK Journal of Economics and Policy, 6(1). 17-28

© 2013 Semarang State University. All rights reserved


Corresponding author : ISSN 1979-715X
Address: C6 FE Unnes Kampus Sekaran Gunungpati
Semarang Indonesia 50229
E-mail: sityromidaharahap@yahoo.com
18 Siti Romida Harahap, Deteksi Dini Krisis Nilai Tukar Indonesia: Identifikasi Variabelmakro Ekonomi

PENDAHULUAN perumahan di Amerika Serikat ini juga telah


menggoncang perekonomian Indonesia.
Krisis Asia tahun 1997/1998 yang
Perbedaan pengaruh krisis terhadap
bermula karena terjadinya devaluasi mata
perekonomian Indonesia antara Krisis
uang Thailand, Bath. Krisis ini menyebar dan
Keuangan Asia (KKA) pada tahun 1997/1998
mengakibatkan nilai mata uang negara-
dengan Krisis Keuangan Global (KKG) pada
negara di kawasan Asia ini turun dengan
tahun 2008 dapat dilihat pada tabel 1. Tabel
cepat dan drastis seperti yang dialami oleh
ini membandingkan beberapa variabel
Malaysia (ringgit), Singapura (dolar
ekonomi makro selama dua periode krisis
Singapura), Indonesia (rupiah), dan Korea
tersebut. Produk Domestik Bruto yang
Selatan (won). Indonesia merupakan negara
merupakan indikator penting dalam pere-
yang terkena dampak paling parah, nilai
konomian mengalami pertumbuhan sebesar
rupiah terhadap dolar AS yang biasanya ada
– 18% selama KKA, tetapi tetap positif pada
di kisaran Rp2.600 pada waktu itu bisa
tingkat 4,4% selama KKG. Ukuran – ukuran
mencapai Rp14.900.
lain juga menunjukkan adanya perbedaan
Negara yang paling terpuruk akibat
pengaruh yang mencolok antara kedua krisis
dampak dari krisis tersebut adalah Indonesia
tersebut, seperti tingkat tertinggi inflasi
karena mengalami fluktuasi nilai tukar
tahunan yang hampir tujuh kali lebih tinggi
paling parah. Krisis nilai tukar di Thailand
terjadi pada KKA. Tingkat bunga instrumen
pada awal Juli 1997 mempengaruhi pasar
pasar terbuka Bank Indonesia, yakni
valas di Indonesia. Proses penularan
Sertifikat Bank Indonesia berjangka 30 hari
berkembang cepat menjadi krisis yang
mengalami peningkatan enam kali lebih
melanda semua aspek kehidupan masyarakat
tinggi dibanding KKG. Selain itu juga dapat
karena pasar keuangan domestik sudah
dilihat pada tingkat tertinggi Pinjaman Antar
terintegrasi ke dalam pasar keuangan global.
Bank (PAB) yakni delapan kali lebih tinggi
Depresiasi Rupiah yang besar telah menye-
dan penurunan cadangan devisa yang lebih
babkan berbagai kesulitan. Para pengusaha
tinggi pada krisis keuangan Asia.
mengalami kesulitan dalam memenuhi
Bank Indonesia selaku pemegang
kewajiban-kewajiban luar negeri yang jatuh
otoritas moneter di Indonesia, haruslah
waktu dan untuk mengimpor bahan baku
mempunyai pertimbangan yang matang
yang diperlukannya. Industri perbankan
sebelum menentukan kebijakan – kebijakan
mengalami kesulitan dari rentetan masalah
yang berkenaan dengan nilai tukar dan
yang dihadapi nasabah dalam membayar
sistem nilai tukar yang dianutnya. Ekspor,
hutang-hutang mereka, ditambah lagi
impor, dan kegiatan di pasar global lainnya
dengan adanya sebagian masyarakat
seperti bermain valas, saham, obligasi meru-
melakukan spekulasi di tengah-tengah
pakan kegiatan yang berhubungan terhadap
perkembangan yang semakin mem-
sistem nilai tukar mata uang. Inti Early
prihatinkan.
Warning System (EWS) atau sistem deteksi
Setelah ditimpa krisis tahun 1997/1998,
dini adalah pengembangan model empiris
pada tahun 2008 Indonesia juga terkena
dengan mengamati sejumlah indikator
dampak dari krisis keuangan global. Krisis
ekonomi terpilih maka dapat diramalkan
yang diawali dengan terjadinya krisis
JEJAK Journal of Economics and Policy 6 (1) (2013): 17-28 19

Tabel 1. Pengalaman Krisis Keuangan Asia 1997/1998 dan Krisis Keuangan Global 2008 di Indonesia

Krisis Keuangan Krisis Keuangan


Indikator
Asia 1997/1998 Global 2008
Tingkat pertumbuhan Produk Domestik Bruto terendah (yoy %) -18,3 4,4
(kuartal) Des-98 Maret-09
Depresiasi tertinggi (%) 83,6 25,5
(periode) Jun-97 – Jul-98 Feb-08 –Nov-09
Inflasi Indeks Harga Konsumen tertinggi (yoy, %) 82,6 12,1
(bulanan) September-98 September-08
Tingkat Sertifikat Bank Indonesia 30 hari tertinggi (%) 70,4 11,2
(bulan) Agustus-98 November-08
Tingkat tertinggi Pinjaman Antar Bank 7 hari (%) 95,0 10,8
(bulan) Juli-98 Desember-08
Penurunan cadangan devisa ($ miliar) 12,3 10,4
% 42,7 17,1
(periode) Jun-97 – Feb-98 Jul-08 – Nov-08
Penurunan kapitalisasi pasar saham (rupiah) 52,2 55,1
(periode) Mar-98 – Sep-98 Juli-08 - Nov-08
(nilai $) 88,1 56,3
(periode) Jun-97 – Jun-98 Jul-08 – Feb-09
Sumber: CEIC Asia Database dalam (Kuncoro, 2010:80)

kemungkinan terjadinya krisis di masa devisa secara terus menerus tersebut pada
datang. Model EWS yang diaplikasikan pada akhirnya akan menghabiskan cadangan
siklus perekonomian sangat penting bagi devisa sehingga memaksa pemerintah untuk
pemerintah serta sektor riil dalam rangka menurunkan nilai tukar mata uangnya atau
perencanaan dan formulasi kebijakan serta mengubah sistem nilai tukar. Ini mengaki-
pengambilan keputusan. batkan nilai tukarnya terdepresiasi sangat
Berdasarkan penelitian yang telah besar.
dilakukan oleh Kaminsky et al. (1997) diacu Krisis keuangan yang terjadi diberbagai
dalam Handoyo (2012), definisi krisis nilai negara secara umum memiliki pola tertentu.
tukar (currency crises) adalah suatu situasi di Oleh karena itu, berbagai penyebab krisis
mana adanya serangan pada mata uang yang tersebut dapat dibagi ke dalam beberapa
mengakibatkan depresiasi yang sangat tajam tipologi. Secara teoritis krisis dapat dibagi
pada mata uang atau penurunan besar – dalam beberapa tipologi berdasarkan sebab-
besaran pada cadangan devisa, atau meru- nya. Radelet dan sachs (1998) memberikan
pakan kombinasi antara keduanya. beberapa tipologi penyebab dari krisis
Krugman (1979) dan Lessoms (2001) keuangan sebagai berikut (Imansyah,
diacu dalam Hanri (2009)menjelaskan krisis 2009:12).
nilai tukar sebagai akar dari krisis ekonomi
Kebijakan Ekonomi yang Tidak Konsisten
yang terjadi ketika pemerintah memper-
Penyebab krisis keuangan merupakan
tahankan nilai tukar pada tingkat tertentu
seperangkat kebijakan ekonomi makro yang
dengan menggunakan cadangan devisa
tidak konsisten. Krugman (1979) merupakan
secara terus menerus. Penggunaan cadangan
20 Siti Romida Harahap, Deteksi Dini Krisis Nilai Tukar Indonesia: Identifikasi Variabelmakro Ekonomi

pelopor yang menganalisis krisis finansial ditas terhadap mata uang asing (cadangan
dengan melihat krisis neraca pembayaran, devisa). Dalam masa panik tersebut, setiap
dimana jatuhnya nilai tukar mata uang orang berlomba-lomba untuk menarik
akibat ekspansi kredit domestik oleh bank uangnya di pasar dengan mengkonversikan
sentral yang tidak konsisten dengan target ke dalam mata uang asing dari mata uang
nilai tukar mata uang. Teori ini terutama domestik. Hal ini untuk menghindari turun-
untuk menjelaskan penyebab terjadinya nya aset yang dimiliki sehingga menyebab-
krisis keuangan untuk negara yang meng- kan mata uang domestik semakin jatuh
gunakan sistem nilai tukar tetap. (flight to quality).
Krisis terjadi bila pemerintah suatu Pecahnya Gelembung Finansial
negara melakukan devaluasi akibat semakin Terjadinya gelembung finansial
menurunnya cadangan devisa. Mehdi (2012). (financial bubble) jika spekulan membeli aset
Hal ini terjadi karena nilai mata uang keuangan pada harga di atas harga funda-
domestik mengalami overvaluation terhadap mentalnya dengan harapan men-dapatkan
mata uang asing yang dalam hal ini capital gain (Blanchard dan Watson 1982).
umumnya adalah dolar AS. Konsekuensi dari Tetapi krisis akan terjadi bila pelaku pasar
overvaluation ini adalah menurunnya daya mulai menyadari mengenai bubble. Ini
saing harga barang ekspor sehingga artinya bahwa krisis sebenarnya bukannya
pertumbuhan ekspor melambat, sementara tidak terdeteksi. Setelah pelaku pasar menya-
harga barang impor menjadi relatif lebih darinya, maka para pelaku pasar tersebut
murah di dalam negeri dan menyebabkan segera menjual seluruh aset yang dimilikinya
meningkatnya pertumbuhan impor. Dampak dengan menukarkannya dalam mata uang
putaran akhirnya adalah meningkatnya asing, sehingga mata uang domestik
defisit dalam neraca transaksi berjalan. Bila mengalami kejatuhan.
neraca pembayaran masih relatif baik karena
adanya aliran dana masuk berupa pena- Moral Hazard
naman modal asing, pinjaman luar negeri Moral hazard terjadi karena adanya
dan investasi portofolio, maka secara umum jaminan pemerintah dan lemahnya pene-
keadaan ini masih relatif aman. Namun bila gakan aturan. Hal ini menjadi salah satu
faktor-faktor tersebut tidak terjadi, maka penyebab investasi yang berlebihan dan
cadangan devisa akan terkuras untuk berisiko oleh perbankan dan lembaga
mempertahankan nilai tukar tetap, sampai keuangan yang dapat meminjam kredit
pada suatu saat di mana devaluasi harus sehingga mereka berhutang lebih besar dari
dilakukan untuk mempertahankan cadangan modal mereka sendiri (Akerlof dan Romer
devisa supaya tidak terkuras. 1993). Kreditor asing dan domestik
Kepanikan di Pasar Uang melakukan pemberian kredit yang berisiko
Penyebab krisis karena terjadinya tinggi karena mereka tahu bahwa peme-
penarikan besar – besaran atas dana kredit rintah dan lembaga keuangan internasional
yang diberikan oleh kreditor asing, terutama akan memberikan talangan bila mereka
pinjaman jangka pendek secara mendadak menghadapi masalah. Krugman menerapkan
sehingga mengakibatkan kekurangan likui-
JEJAK Journal of Economics and Policy 6 (1) (2013): 17-28 21

analisis ini untuk melihat krisis keuangan di ekspansi kredit secara besar-besaran tetapi
Asia pada tahun 1997. mengabaikan prinsip kehati-hatian. Moral
hazard tersebut timbul karena kebijakan
Ketiadaan Aturan Baku
pemerintah di sektor perbankan yang
Tidak adanya sistem kebangkrutan cenderung underregulated dan mengandung
atau kepailitan dalam kasus di mana implicit guaranteed. Ekspansi kredit perban-
korporasi menghadapi masalah likuiditas kan tersebut menggeser kurva LM1 ke LM2,
merupakan salah satu penyebab krisis, sehingga menyebabkan suku bunga turun
karena berkaitan erat dengan pemegangan dari i1 ke i2 dan output meningkat dari Y1 ke
aset-aset yang harus dilikuidasi. Tidak Y2.
adanya cara dalam menata ulang tagihan
untuk kasus masalah likuiditas internasional i LM-3 LM-1
maka akan mengakibatkan timbulnya kredit LM-2
macet.
E3
Penyebab lain terjadinya krisis i3
keuangan dan nilai tukar menurut Berg dan E1
i1 BP
kawan-kawan (1999) dapat dibedakan men- E2
jadi 2 bagian besar yaitu, pertama adanya i2

gangguan terhadap fundamental ekonomi


IS
(inflasi pertumbuhan ekonomi, dan neraca
pembayaran) dan kedua adanya serangan Y3 Y1 Y2 Y
spekulasi yang mempercepat terjadinya krisis
Sumber: Arifin, Sjamsul dkk (2007:189)
(self-fulfuling crisis).Studi yang dilakukan Gambar 1.Proses Terjadinya Krisis Asia 1997
IMF pada tahun 1998 menyatakan bahwa
Keterangan:
faktor-faktor pendorong terjadinya krisis
i = tingkat suku bunga
adalah defisit neraca berjalan, hutang luar
Y = tingkat pendapatan nasional
negeri yang besar, perkembangan kebebasan LM = Liqudity of money (pasar uang)
sektor keuangan tanpa regulasi yang IS = Investasi saving (pasar barang)
mencerminkan kerentanan sektor keuangan BP = neraca pembayaran
tersebut, kebijakan moneter yang menjalan-
kan sistem nilai tukar tetap, dan tingkat suku Penurunan suku bunga tersebut
bunga yang tinggi. menyebabkan terjadinya capitalout-flows
Ilustrasi mengenai terjadinya krisis sehingga mendorong kurva LM2 ke LM3, di
Asia 1997 yang merupakan krisis generasi mana output mengalami kontraksi dari Y2 ke
ketiga dapat dilihat dengan menggunakan Y3 dan suku bunga meningkat dari i2 ke i3.
grafik pada model Mundell Flemming pada Kondisi tersebut diperparah dengan ketidak-
Gambar 1. percayan masyarakat terhadap perbankan
Sebagaimana disinggung oleh Krugman akibat penyaluran kredit perbankan yang
bahwa krisis yang terjadi di Asia tidak hanya tidak memperhatikan prinsip kehati-hatian.
krisis nilai tukar, tetapi juga krisis perbankan Selanjutnya, capital outflow menyebabkan
yang disebabkan oleh masalah moral hazard terdepresiasinya nilai tukar yang kemudian
yang mendorong perbankan melakukan membebani sisi kewajiban pada balance
22 Siti Romida Harahap, Deteksi Dini Krisis Nilai Tukar Indonesia: Identifikasi Variabelmakro Ekonomi

sheet sektor perbankan. Dampak ini timbul model Early Warning System (EWS).
akibat adanya mismatches nilai tukar yang Pendekatan yang menggunakan EWS ini
diperparah dengan kewajiban yang berde- dapat dihitung melalui indeks tekanan pasar
nominasi valas, di samping adanya maturity valuta asing (index of exchange market
mismatches yang menyebabkan krisis. pressure, disingkat dengan EMP).
Berdasarkan Goldstein, Kaminsky dan
METODE PENELITIAN
Reinhart (2000) dan Edison (2003) dalam
Jenis dan sumber data menggunakan Handoyo (2012), definisi indeks pergolakan
pendekatan kuantitatif dengan data sekun- pasar valas (index of exchange market
der yang berupa data time series bulanan turbulence) yaitu rata-rata tertimbang dari
dengan periode pengamatan 1995-2011 yang perubahan nilai kurs (disimbolkan dengan
diperoleh dari laporan bulanan Statistik δet), tingkat perubahan cadangan devisa/rate
Ekonomi Keuangan Indonesia (SEKI) Bank of change of the reserve (δRt). Jika diumpa-
Indonesia. Metode analisis data dalam makan σδe merupakan simpangan baku/
penelitian ini dengan menggunakan model
standar deviasi dari tingkat perubahan nilai
Logit.
tukar danσδRmerupakan simpangan baku/
Pendekatan ini membuat estimasi standar deviasi dari tingkat perubahan
tentang peluang terjadinya krisis keuangan cadangan devisa, maka indeks tekanan pasar
dengan menggunakan variabel dependen valas (EMP) didefinisikan dengan:
diskret dalam model ekonometrikanya.
σ 
Model logit atau probit menggunakan EMP = δe t +  δe δRt (1)
variabel dependen kualitatif sebagai variabel  σ δR 
diskrit/boneka yang bernilai 1 dan 0. et − et −1
Dimana: δe t = (2)
Sedangkan variabel independennya bersifat et −1
nondiskrit. Persamaan umum yang diguna- Rt − Rt − 1
δRt = (3)
kan adalah persamaan dengan satu variabel Rt − 1
tidak bebas dan beberapa variabel bebas Perekonomian dikatakan krisis jika
yang dapat ditulis sebagai berikut: EMP melebihi rata-ratanya ditambah dengan
 Pi  standar deviasi yang ditentukan, katakanlah
Li = ln  = β o + β1 X 1 + β 2 X 2 + β 3 X 3 +
 1 − Pi  sebesar m. Dalam penelitian yang dilakukan
kali ini besarnya m ditentukan sama dengan
β 4 X 4 + β5 X 5 + μi
1,5. Pada beberapa penelitian tentang early
Di mana: warning system, nilai m yang digunakan
X1= REER berbeda-beda. Tidak ada aturan yang jelas
X2= pertumbuhan cadangan devisa mengenai nilai m yang digunakan. Pada
X3 = pertumbuhan ekspor model KLR menggunakan 3 kali standar
X4= pertumbuhan impor deviasi, sedangkan pada model Bank Dunia
X5 = tingkat suku bunga Pasar Uang Antar menggunakan 1,5 kali standar deviasi
Bank (PUAB) (Imansyah, 2009). Semakin kecil nilai m yang
Krisis nilai tukar dapat dideteksi digunakan, berarti semakin hati-hati dalam
dengan pendekatan yang menggunakan melihat potensi krisis dan akan menyebab-
JEJAK Journal of Economics and Policy 6 (1) (2013): 17-28 23

kan lebih banyak lagi periode yang Berdasarkan perhitungan mengguna-


terindikasi krisis nilai tukar yang terdeteksi. kan EMP, untuk nilai m=1,5 terdapat 10 bulan
Jika µEMP merupakan rata-rata dari indeks yang mengalami krisis nilai tukar. Periode
EMP dan σEMP menunjukkan standar deviasi krisis yang dialami Indonesia dengan
dari indeks EMP-nya, maka secara formal penggunaan nilai m tersebut terjadi pada
dikatakan krisis mata uang (currency crisis), tahun 1997 (Agustus, Oktober, Desember),
jika didefinisikan dengan: tahun 1998 (Januari, Februari, Juni), tahun
1999 pada bulan Juli, tahun 2006 pada bulan
 1 jika EMP > μ EMP + mσ EMP Juni, pada tahun 2008 pada bulan Oktober,
Krisist = 
0 jika EMP < μ EMP + mσ EMP dan tahun 2011 pada bulan September.
Uji Likelihood Ratio

HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Likelihood Ratio (LR statistik)


digunakan untuk mengetahui apakah
Penentuan periode krisis bertujuan
variabel–variabel independen secara bersama
untuk menentukan nilai 0 atau 1 pada
– sama mempengaruhi variabel dependen
variabel independen, dimana nilai 0 untuk
secara nyata. Dari hasil estimasi diperoleh
periode tidak krisis dan nilai 1 untuk periode
nilai probabilitas LR statistik adalah 0,0000
krisis. Untuk menentukan hal tersebut
yang nilainya lebih kecil dibandingkan
digunakan metode Exchange Market Pressure
dengan tingkat kepercayaan yang digunakan
(EMP). Rumus EMP tersebut dapat dilihat
sebesar 10%. Dengan demikian dapat disim-
pada persamaan (1) yang merupakan
pulkan bahwa secara bersama-sama variabel
perhitungan pembobotan dari pertumbuhan
bebas pada model empiris berpengaruh
nilai tukar dan pertumbuhan cadangan
signifikan terhadap probabilitas terjadinya
devisa.
krisis nilai tukar.

Sumber: Data Diolah


Gambar 2. Nilai EMP Indonesia Tahun 1995-2011
24 Siti Romida Harahap, Deteksi Dini Krisis Nilai Tukar Indonesia: Identifikasi Variabelmakro Ekonomi

Uji Koefisien Determinasi dua variabel bebas > 0.8 maka multikoli-
Pseudo R2 digunakan untuk melihat nieritas menjadi masalah yang serius.
kemampuan model dalam menerangkan Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui
variasi perubahan variabel berikutnya dalam bahwa tidak ada masalah multikolinearitas
model logit. Dalam penelitian ini Pseudo R2 dalam model tersebut. Hal ini dikarenakan
digunakan McFadden R2. Nilai McFadden R2 nilai matriks korelasi dari semua variabel
dari hasil estimasi adalah 0,7851, hal ini adalah kurang dari 0,8.
berarti bahwa variabel bebas dalam model
Uji Signifikansi Parsial
empiris mampu menerangkan perubahan
probabilitas terjadinya krisis sebesar 78,51 Uji signifikansi parsial digunakan
persen dan selebihnya atau 21,49 persen untuk melihat secara individual apakah
diterangkan oleh variabel lain di luar model. suatu variabel independen berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen.
Uji Asumsi Klasik (Multikolinearitas) Berdasarkan tabel 3dapat dilihat bahwa nilai
Multikolinieritas adalah adanya suatu probabilitas masing-masing variabel inde-
hubungan linear yang sempurna (mendekati penden yaitu lnREER sebesar 0,0810,
sempurna) antara beberapa atau semua pertumbuhan cadangan devisa sebesar
variabel bebas. Efek jika model terkena 0,0031, pertumbuhan ekspor sebesar 0,0979,
multikolinieritas adalah tafsiran terhadap pertumbuhan impor sebesar 0,0942, dan
koefisien – koefisien yang dihasilkan akan suku bunga PUAB sebesar 0,2038. Nilai
menjadi sangat sulit atau model menjadi probabilitas dari variabel lnREER, pertum-
bias. Menurut Gujarati, bila korelasi antara buhan cadangan devisa, pertumbuhan

Tabel 2. Nilai Hasil Uji Multikolinearitas Antar Variabel


LREER PERTCAD PERTEKS PERTIMP PUAB
LREER 1.000000 0.067393 0.057618 -0.002696 -0.610713
PERTCAD 0.067393 1.000000 -0.001921 0.063222 0.023553
PERTEKS 0.057618 -0.001921 1.000000 0.367791 -0.066170
PERTIMP -0.002696 0.063222 0.367791 1.000000 -0.053233
PUAB -0.610713 0.023553 -0.066170 -0.053233 1.000000
Sumber: Olahan data penelitian dari eviews

Tabel 3. Hasil Output Regresi Logit dengan Eviews


Variabel Koefisien z-statistik Probabilitas
LREER -9.382114 -1.745058 0.0810
PERTCAD -1.127324 -2.960075 0.0031
PERTEKS -0.200295 -1.654907 0.0979
PERTIMP 0.069455 1.673556 0.0942
PUAB 0.046213 1.270717 0.2038
C 33.24844 1.496931 0.1344
McFadden R-squared 0.785084
Prob(LR statistic) 0.000000
Sumber: Olahan data penelitian dari eviews
JEJAK Journal of Economics and Policy 6 (1) (2013): 17-28 25

ekspor dan pertumbuhan impor lebih kecil variabel lain dianggap konstan maka penu-
dari nilai α=10%. Hal ini menunjukkan runan nilai LREER sebesar 1 persen akan
bahwa secara statistik variabel-variabel menyebabkan peningkatan secara rata-rata
tersebut signifikan dalam mempengaruhi pada estimasi logit probabilitas terjadinya
kemungkinan terjadinya krisis nilai tukar. krisis nilai tukar sebesar 9,38. Ukuran
Sedangkan variabel suku bunga PUAB tidak probabilitas (term of odds) dari variabel
signifikan dalam mempengaruhi kemung- LREER diketahui dari antilog natural
kinan terjadinya krisis nilai tukar. koefisien tersebut yaitu sebesar 11873,92. Hal
ini berarti variabel nilai tukar riil dapat
 Pi 
krisis = ln  = 33,2484 − 9,3821 LREER − menyebabkan kemungkinan terjadi krisis
 1 − Pi 
sebanyak 11873 kali dari pada kemungkinan
1 ,1273 PERTCAD − 0,2002PERTEKS +
tidak terjadi krisis.
0,0694 PERTIMP + 0,0462PUAB + μi (4)
Cadangan devisa merupakan variabel
yang mencerminkan besarnya posisi bersih
Variabel REER atau nilai tukar riil
aktiva luar negeri pemerintah dan bank–
merupakan variabel yang dapat mengukur
bank devisa yang digunakan untuk keperluan
harga relatif barang dan jasa yang tersedia di
transaksi internasional. Semakin tinggi
dalam negeri terhadap barang – barang dan
tingkat pertumbuhan cadangan devisa akan
jasa yang tersedia di luar negeri. Depresiasi
cenderung menurunkan risiko terjadinya
atau melemahnya nilai tukar riil Indonesia
krisis nilai tukar rupiah. Dan menurunnya
menyebabkan harga barang-barang di
pertumbuhan cadangan devisa akan
Indonesia relatif lebih rendah dibandingkan
meningkatkan risiko terjadinya krisis nilai
di luar negeri. Perubahan tersebut menye-
tukar rupiah. Hal ini terjadi karena cadangan
babkan konsumen yang ada di dalam dan
devisa digunakan untuk membiayai
luar negeri akan membeli lebih banyak
ketidakseimbangan neraca pembayaran,
barang yang berasal dari dalam negeri
melakukan intervensi di pasar dalam rangka
(Indonesia) dan hasilnya ekspor Indonesia
memelihara kestabilan nilai tukar dan tujuan
akan meningkat. Semakin tinggi depresiasi
lainnya yang bertujuan untuk menjaga
atau melemahnya nilai tukar riil (REER) akan
ketahanan perekonomian dan nilai tukar.
cenderung menurunkan risiko terjadinya
Dan menurunnya pertumbuhan cadangan
krisis nilai tukar rupiah. Dan semakin tinggi
devisa dapat melemahkan mata uang
apresiasi atau menguatnya nilai tukar riil
domestik.
(REER) akan meningkatkan risiko terjadinya
krisis nilai tukar rupiah. Hal ini terjadi Variabel pertumbuhan cadangan devisa
karena nilai tukar riil ini juga dapat dalam hasil estimasi dengan regresi logit
digunakan untuk mengukur perubahan daya mempunyai koefisien-1,1273. Hal ini berarti
saing internasional atau sebagai penentu dari apabila variabel-variabel lain dianggap
ekspor netto barang dan jasanya. konstan maka penurunan pertumbuhan
cadangan devisa sebesar 1 persen akan
Variabel nilai tukar riil (REER) yang
menyebabkan peningkatan secara rata-rata
telah dilog naturalkan dalam hasil estimasi
pada estimasi logit probabilitas terjadinya
dengan regresi logit mempunyai koefisien -
krisis nilai tukar sebesar 1,12. Ukuran
9,3821. Hal ini berarti apabila variabel-
probabilitas (term of odds) dari variabel
26 Siti Romida Harahap, Deteksi Dini Krisis Nilai Tukar Indonesia: Identifikasi Variabelmakro Ekonomi

pertumbuhan cadangan devisa diketahui dari Pertumbuhan impor merupakan


antilog natural koefisien tersebut yaitu variabel yang mencerminkan kenaikan dari
sebesar 3,08. Hal ini berarti variabel pertum- tingkat impor dalam jangka waktu tertentu
buhan cadangan devisa dapat menyebabkan yang dilakukan oleh suatu negara. Ozyurt
kemungkinan terjadi krisis sebanyak 3kali (2009). Semakin tinggi tingkat pertumbuhan
dari pada kemungkinan tidak terjadi krisis. impor akan cenderung menaikkan risiko
Pertumbuhan ekspor merupakan terjadinya krisis nilai tukar rupiah. Dan
variabel yang mencerminkan kenaikan dari menurunnya tingkat pertumbuhan impor
tingkat ekspor dalam jangka waktu tertentu akan menurunkan risiko terjadinya krisis
yang dilakukan oleh suatu negara. Semakin nilai tukar rupiah. Hal ini terjadi karena
tinggi tingkat pertumbuhan ekspor akan pertumbuhan impor yang tinggi akan
cenderung menurunkan risiko terjadinya memperburuk neraca transaksi berjalan dan
krisis nilai tukar rupiah. Dan menurunnya biasanya menimbulkan indikasi akan terja-
tingkat pertumbuhan ekspor akan mening- dinya krisis nilai tukar. Banyaknya pening-
katkan risiko terjadinya krisis nilai tukar katan permintaan terhadap komoditas luar
rupiah. Hal ini terjadi karena peningkatan negeri (peningkatan impor) akan cenderung
pertumbuhan ekspor akan meningkatkan ca- mendepresiasi nilai mata uang rupiah.
dangan devisa. Turunnya ekspor dan Variabel pertumbuhan impor dalam
pertumbuhan ekspor ini akan menimbulkan hasil estimasi dengan regresi logit
dampak berkurangnya aliran pasokan mata mempunyai koefisien 0,0694. Hal ini berarti
uang asing dalam hal ini dolar AS sehingga apabila variabel-variabel lain dianggap
mengakibatkan berkurangnya cadangan konstan maka kenaikan pertumbuhan impor
devisa Indonesia dan mening-katkan risiko sebesar 1 persen akan menyebabkan pening-
melemahnya mata uang domestik. katan secara rata-rata pada estimasi logit
Variabel pertumbuhan ekspor dalam probabilitas terjadinya krisis nilai tukar
hasil estimasi dengan regresi logit sebesar 0,07 persen. Ukuran probabilitas
mempunyai koefisien-0,2002. Hal ini berarti (term of odds) dari variabel pertumbuhan
apabila variabel-variabel lain dianggap impor diketahui dari antilog natural
konstan maka penurunan pertumbuhan koefisien tersebut yaitu sebesar 1,07. Hal ini
ekspor sebesar 1 persen akan menyebabkan berarti variabel pertumbuhan impor dapat
peningkatan secara rata-rata pada estimasi menyebabkan kemungkinan terjadi krisis
logit probabilitas terjadinya krisis nilai tukar sebanyak 1 kali dari pada kemungkinan tidak
sebesar 0,20. Ukuran probabilitas (term of terjadi krisis.
odds) dari variabel pertumbuhan cadangan Suku bunga merupakan imbalan yang
devisa diketahui dari antilog natural koe- dibayarkan oleh peminjam atas dana yang
fisien tersebut yaitu sebesar 1,22. Hal ini diterimanya ataupun biaya imbalan atas hasil
berarti variabel pertumbuhan ekspor dapat tabungannya yang dinyatakan dalam persen.
menyebabkan kemungkinan terjadi krisis Suku bunga Pasar Uang Antar Bank
sebanyak 1,2kali dari pada kemungkinan keseluruhan yang merupakan suku bunga
tidak terjadi krisis. PUAB seluruh tenor pada periode akhir
bulan yang dihitung menggunakan metode
JEJAK Journal of Economics and Policy 6 (1) (2013): 17-28 27

rata-rata tertimbang pada periode yang Variabel nilai tukar efektif riil atau Real
bersangkutan. Peningkatan suku bunga ini Effective Exchange Rate, pertumbuhan
cenderung akan menaikkan peluang terja- cadangan devisa, pertumbuhan ekspor
dinya krisis nilai tukar. Menurunnya tingkat berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
suku bunga akan menurunkan risiko kemungkinan terjadinya krisis nilai tukar.
terjadinya krisis nilai tukar rupiah. Hal ini Pertumbuhan impor berpengaruh positif dan
terjadi karena tingginya tingkat bunga signifikan terhadap kemungkinan terjadinya
merupakan signal adanya kegentingan krisis nilai tukar, sedangkan variabel suku
(crunch) likuiditas atau meningkatnya upaya bunga Pasar Uang Antar Bank berpengaruh
untuk menahan serangan spekulasi yang positif dan tidak signifikan terhadap
berpotensi terhadap terjadinya krisis. kemungkinan terjadinya krisis nilai tukar
Variabel suku bunga PUAB dalam hasil Indonesia.
estimasi dengan regresi logit mempunyai Variabel nilai tukar efektif riil memiliki
koefisien 0,0462. Hal ini berarti apabila kontribusi yang paling besar terhadap
variabel-variabel lain dianggap konstan maka kemungkinan terjadinya krisis nilai tukar
kenaikan pertumbuhan impor sebesar 1 dengan nilai ukuran probabilitas (term of
persen akan menyebabkan peningkatan odds) sebesar 11873,92. Hal ini berarti
secara rata-rata pada estimasi logit variabel nilai tukar riil dapat menyebabkan
probabilitas terjadinya krisis perbankan nilai kemungkinan terjadi krisis sebanyak 11873
tukar sebesar 0,05 persen. Ukuran pro- kali dari pada kemungkinan tidak terjadi
babilitas (term of odds) dari variabel krisis.
pertumbuhan impor diketahui dari antilog
DAFTAR PUSTAKA
natural koefisien tersebut yaitu sebesar 1,04.
Hal ini berarti variabel pertumbuhan suku Ajija, Shochrul R., dkk. (2011). Cara Cerdas Menguasai
Eviews. Jakarta: Salemba Empat.
bunga PUAB dapat menyebabkan
Arifin, Sjamsul. et al. (2007). IMF dan Stabilitas
kemungkinan terjadi krisis sebanyak 1 kali Keuangan Indonesia: Suatu Tinjauan Kritis.
dari pada kemungkinan tidak terjadi krisis. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Bank Indonesia. Statistik Ekonomi dan Keuangan
PENUTUP Indonesia (SEKI) Bank Indonesia Berbagai Edisi.
Berdasarkan hasil penelitian dan Jakarta: Bank Indonesia.
Benazir, Andra Devi. (2008). Analisis Leading dan
pembahasan, dapat diambil kesimpulan
Coincident Indicators Pergerakan Kurs di Indo-
bahwa Hasil perhitungan EMP dengan nesia: Pendekatan Business Cycle Analisis.
penggunaan nilai ambang batas atau m=1,5 Skripsi. Bogor: Institut Teknologi Bandung.
didapatkan 10 periode bulan yang mengalami Cuaresma., and Slacik. (2009). On the Determinants of
Currency Crises: The Role of Model Uncertainty.
krisis nilai tukar. Periode krisis yang dialami
Journal of Macroeconomics No. 2301.2009.
Indonesia dengan penggunaan nilai m Deliarnov. (2006). Ekonomi Politik. Jakarta: Erlangga.
tersebut terjadi pada tahun 1997 (Agustus, Ghozali, H. Imam. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate
Oktober, Desember), tahun 1998 (Januari, dengan Program IBM SPSS19. Semarang: Badan
Februari, Juni), tahun 1999 pada bulan Juli, Penerbit Universitas Diponegoro.
Gujarati, Damodar. (2007). Dasar – Dasar Ekonome-
tahun 2006 pada bulan Juni, tahun 2008
trika: Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.
pada bulan Oktober, dan tahun 2011 pada Hady, Hamdy. (2009). Ekonomi Internasional: Teori
bulan September. dan Kebijakan Perdagangan Internasional. Ja-
karta: Ghalia Indonesia.
28 Siti Romida Harahap, Deteksi Dini Krisis Nilai Tukar Indonesia: Identifikasi Variabelmakro Ekonomi

Handoyo, Rossanto Dwi. (2012). Probabilitas variabel http://politik.kompasiana.com (28 Januari


fundamental ekonomi Indonesia dan financial 2013).
contagion effect terhadap terjadinya krisis finan- Oktavilia, Shanty. (2008). Deteksi dini krisis perbankan
sial di indonesia. Artikel untuk Majalah Indonesia: identifikasi variabel makro dengan
Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis model logit. Jurnal Ekonomi dan Kebijakan EP
Universitas Airlangga. UNNES Vol. 1. September.2008.
Hanri, Muhammad. (2009). Sistem Peringatan Dini Ozyurt, Selin. (2009). “Total Factor Productivity
Krisis Nilai Tukar: Kasus Indonesia Tahun 1990 – Growth in Chinese Industry: 1952-2005”. Taylor
2008. skripsi. Depok: Universitas Indonesia. and Francis Journals of Oxford Development
Imansyah, Muhammad Handry. (2009). Krisis Keuang- Studies, Vol. 37(1). Halaman 1-17.
an di Indonesia: Dapatkah Diramalkan?. Jakarta: Purbayati, Radia. (2006). Analisis Faktor-faktor Penye-
PT Elex Media Komputindo. bab Krisis Mata Uang Rupiah. Skripsi. Bogor:
Kaminsky, G., S. Lizondo., and C.M Reinhart. (1997). Institut Teknologi Bandung.
Leading Indicators of Currency Crises. Washing- Purnamaningrum, Tri Kunawangsih. (2007). Nilai
ton DC: IMF. July, IMF Working Paper 97/98. Tukar dan Ekspor Indonesia. Media Ekonomi
Kemu, Zen Suparman., dan Almizan Ulfa. Model Non- Vol. 15 No. 3. Desember 2007.
Parametik Early Warning System (EWS) Sektor Salvatore, Dominick. (1997). Ekonomi Internasional.
Keuangan Indonesia. Jurnal Keuangan dan Terjemahan Rudy Sitompul dan Haris
Moneter Vol. 8 No. 1. 2005. Munandar. Jakarta: Erlangga.
Krugman, Paul., dan Maurice Obstfeld. (2000). Samuelson, Paul., dan Nordhaus William. (2004). Ilmu
Ekonomi Internasional: Teori dan Kebijakan. MakroEkonomi. Terjemahan Gretta dan
Jakarta: PT Indeks Kelompok Gramedia. Theresa. Jakarta: PT Media Global Edukasi.
Kuncoro, Mudrajad. (2010). Masalah, Kebijakan, dan Tambunan, Tulus. (2001). Perdagangan Internasional
Politik Ekonomika Pembangunan. Jakarta: Er- dan Neraca Pembayaran: Teori dan Temuan
langga Empiris. Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia.
Mankiw, Gregory. (2004). Principle Of Economics: Ulfa, Siti Aminah. (2011). Pengaruh Jumlah Uang
Pengantar Ekonomi Makro. Terjemahan beredar (JUB), Suku Bunga Sertifikat Bank
Chriswan Sungkono. Jakarta: Salemba Empat. Indoneia (SBI), Impor, Ekspor Terhadap Kurs
Mehdi, Safdari., dan Zaroki Syahryar. (2012). The Study Rupiah/Dollar Amerika Serikat Periode Januari
Examining The Effect Of Export Growth on 2006 Sampai Maret 2010. Skripsi. Semarang:
Economic Growth in Iran. Business Intelligence Universitas Negeri Semarang.
Journal - January, 2012 Vol.5 No.1 Wibowo., dan Amir. (2005). Faktor-faktor yang Mempe-
Nopirin. (2010). Ekonomi Internasional. Yogyakarta: ngaruhi Nilai Tukar Rupiah. Jurnal Kebijakan
BPFE Yogyakarta. dan Keuangan, Departemen Keuangan Vol. 9
Nugroho, Galih. (2011). Peran IMF Dalam Penanganan No.4. 2005.
Krisis Ekonomi di Indonesia 1997/1998.

You might also like