Professional Documents
Culture Documents
3745
JEJAK
Journal of Economics and Policy
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jejak
Permalink/DOI: http://dx.doi.org/10.15294/jejak.v6i1.3745
Abstract
Currency crisis happening from 1997 up to 1998 in Indonesia caused depreciation at Indonesia currency (rupiah) and it reached Rp 14,900
per US dollar. The depreciation made the entrepreneurs have difficulty to paytheir foreign debt maturities and to import the materials
needed. Banking industriesalso had problems that relate to customers in payingtheir debts. The purpose of this study is to find out and
analyze the factors that affect the currency crisis in Indonesia. Quantitative approach and secondary data were used.The data was time
series data taken from the observation which was conducted from 1995 to 2011. The method of data analysis applied is logit model. The
results show that Real Effective Exchange Rate (REER), foreign reserves growth, and export growth have negative effect on currency crisis,
while import growth has positive effect on currency crisis in Indonesia. The government should develop an early warning system with the
appropriate approach to economy condition of Indonesia in order to avoid the wider currency crisis.
Keywords: Crisis, Currency, Real Effective Exchange Rate (REER), Foreign Reserves, Export, Import, Interest
Rate, Logit Model
Abstrak
Krisis nilai tukar tahun 1997/1998 yang pernah dialami Indonesia menyebabkan depresiasi pada nilai tukar rupiah yang mencapai Rp
14.900 per dollar AS. Depresiasi rupiah tersebut telah menyebabkan para pengusaha mengalami kesulitan dalam memenuhi kewajiban-
kewajiban luar negeri yang jatuh tempo dan untuk mengimpor bahan baku yang diperlukannya. Industri perbankan mengalami
kesulitan dari rentetan masalah yang dihadapi nasabah dalam membayar hutang-hutang mereka. Tujuan dari penelitian ini untuk
mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi krisis nilai tukar Indonesia. Jenis dan sumber data menggunakan
pendekatan kuantitatif dengan data sekunder yang berupa data time series dengan periode pengamatan 1995-2011. Metode analisis data
dalam penelitian ini dengan menggunakan model Logit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai tukar efektif riil atau Real Effective
Exchange Rate (REER), pertumbuhan cadangan devisa, pertumbuhan ekspor berpengaruh negatif terhadap krisis nilai tukar, sedangkan
pertumbuhan impor berpengaruh positif terhadap krisis nilai tukar Indonesia. Untuk itu pemerintah perlu menyusun suatu sistem
deteksi dini dengan pendekatan yang sesuai dengan kondisi perekonomian Indonesia guna menghindari krisis nilai tukar yang lebih luas
lagi.
Kata Kunci: Krisis, Nilai Tukar, Real Effective Exchange Rate(REER), Cadangan Devisa, Ekspor, Impor, Suku
Bunga, Model Logit
How to Cite: Harahap, S. (2013). Deteksi Dini Krisis Nilai Tukar Indonesia: Identifikasi Variabel makro
Ekonomi. JEJAK Journal of Economics and Policy, 6(1). 17-28
Corresponding author : ISSN 1979-715X
Address: C6 FE Unnes Kampus Sekaran Gunungpati
Semarang Indonesia 50229
E-mail: sityromidaharahap@yahoo.com
18 Siti Romida Harahap, Deteksi Dini Krisis Nilai Tukar Indonesia: Identifikasi Variabelmakro Ekonomi
Tabel 1. Pengalaman Krisis Keuangan Asia 1997/1998 dan Krisis Keuangan Global 2008 di Indonesia
kemungkinan terjadinya krisis di masa devisa secara terus menerus tersebut pada
datang. Model EWS yang diaplikasikan pada akhirnya akan menghabiskan cadangan
siklus perekonomian sangat penting bagi devisa sehingga memaksa pemerintah untuk
pemerintah serta sektor riil dalam rangka menurunkan nilai tukar mata uangnya atau
perencanaan dan formulasi kebijakan serta mengubah sistem nilai tukar. Ini mengaki-
pengambilan keputusan. batkan nilai tukarnya terdepresiasi sangat
Berdasarkan penelitian yang telah besar.
dilakukan oleh Kaminsky et al. (1997) diacu Krisis keuangan yang terjadi diberbagai
dalam Handoyo (2012), definisi krisis nilai negara secara umum memiliki pola tertentu.
tukar (currency crises) adalah suatu situasi di Oleh karena itu, berbagai penyebab krisis
mana adanya serangan pada mata uang yang tersebut dapat dibagi ke dalam beberapa
mengakibatkan depresiasi yang sangat tajam tipologi. Secara teoritis krisis dapat dibagi
pada mata uang atau penurunan besar – dalam beberapa tipologi berdasarkan sebab-
besaran pada cadangan devisa, atau meru- nya. Radelet dan sachs (1998) memberikan
pakan kombinasi antara keduanya. beberapa tipologi penyebab dari krisis
Krugman (1979) dan Lessoms (2001) keuangan sebagai berikut (Imansyah,
diacu dalam Hanri (2009)menjelaskan krisis 2009:12).
nilai tukar sebagai akar dari krisis ekonomi
Kebijakan Ekonomi yang Tidak Konsisten
yang terjadi ketika pemerintah memper-
Penyebab krisis keuangan merupakan
tahankan nilai tukar pada tingkat tertentu
seperangkat kebijakan ekonomi makro yang
dengan menggunakan cadangan devisa
tidak konsisten. Krugman (1979) merupakan
secara terus menerus. Penggunaan cadangan
20 Siti Romida Harahap, Deteksi Dini Krisis Nilai Tukar Indonesia: Identifikasi Variabelmakro Ekonomi
pelopor yang menganalisis krisis finansial ditas terhadap mata uang asing (cadangan
dengan melihat krisis neraca pembayaran, devisa). Dalam masa panik tersebut, setiap
dimana jatuhnya nilai tukar mata uang orang berlomba-lomba untuk menarik
akibat ekspansi kredit domestik oleh bank uangnya di pasar dengan mengkonversikan
sentral yang tidak konsisten dengan target ke dalam mata uang asing dari mata uang
nilai tukar mata uang. Teori ini terutama domestik. Hal ini untuk menghindari turun-
untuk menjelaskan penyebab terjadinya nya aset yang dimiliki sehingga menyebab-
krisis keuangan untuk negara yang meng- kan mata uang domestik semakin jatuh
gunakan sistem nilai tukar tetap. (flight to quality).
Krisis terjadi bila pemerintah suatu Pecahnya Gelembung Finansial
negara melakukan devaluasi akibat semakin Terjadinya gelembung finansial
menurunnya cadangan devisa. Mehdi (2012). (financial bubble) jika spekulan membeli aset
Hal ini terjadi karena nilai mata uang keuangan pada harga di atas harga funda-
domestik mengalami overvaluation terhadap mentalnya dengan harapan men-dapatkan
mata uang asing yang dalam hal ini capital gain (Blanchard dan Watson 1982).
umumnya adalah dolar AS. Konsekuensi dari Tetapi krisis akan terjadi bila pelaku pasar
overvaluation ini adalah menurunnya daya mulai menyadari mengenai bubble. Ini
saing harga barang ekspor sehingga artinya bahwa krisis sebenarnya bukannya
pertumbuhan ekspor melambat, sementara tidak terdeteksi. Setelah pelaku pasar menya-
harga barang impor menjadi relatif lebih darinya, maka para pelaku pasar tersebut
murah di dalam negeri dan menyebabkan segera menjual seluruh aset yang dimilikinya
meningkatnya pertumbuhan impor. Dampak dengan menukarkannya dalam mata uang
putaran akhirnya adalah meningkatnya asing, sehingga mata uang domestik
defisit dalam neraca transaksi berjalan. Bila mengalami kejatuhan.
neraca pembayaran masih relatif baik karena
adanya aliran dana masuk berupa pena- Moral Hazard
naman modal asing, pinjaman luar negeri Moral hazard terjadi karena adanya
dan investasi portofolio, maka secara umum jaminan pemerintah dan lemahnya pene-
keadaan ini masih relatif aman. Namun bila gakan aturan. Hal ini menjadi salah satu
faktor-faktor tersebut tidak terjadi, maka penyebab investasi yang berlebihan dan
cadangan devisa akan terkuras untuk berisiko oleh perbankan dan lembaga
mempertahankan nilai tukar tetap, sampai keuangan yang dapat meminjam kredit
pada suatu saat di mana devaluasi harus sehingga mereka berhutang lebih besar dari
dilakukan untuk mempertahankan cadangan modal mereka sendiri (Akerlof dan Romer
devisa supaya tidak terkuras. 1993). Kreditor asing dan domestik
Kepanikan di Pasar Uang melakukan pemberian kredit yang berisiko
Penyebab krisis karena terjadinya tinggi karena mereka tahu bahwa peme-
penarikan besar – besaran atas dana kredit rintah dan lembaga keuangan internasional
yang diberikan oleh kreditor asing, terutama akan memberikan talangan bila mereka
pinjaman jangka pendek secara mendadak menghadapi masalah. Krugman menerapkan
sehingga mengakibatkan kekurangan likui-
JEJAK Journal of Economics and Policy 6 (1) (2013): 17-28 21
analisis ini untuk melihat krisis keuangan di ekspansi kredit secara besar-besaran tetapi
Asia pada tahun 1997. mengabaikan prinsip kehati-hatian. Moral
hazard tersebut timbul karena kebijakan
Ketiadaan Aturan Baku
pemerintah di sektor perbankan yang
Tidak adanya sistem kebangkrutan cenderung underregulated dan mengandung
atau kepailitan dalam kasus di mana implicit guaranteed. Ekspansi kredit perban-
korporasi menghadapi masalah likuiditas kan tersebut menggeser kurva LM1 ke LM2,
merupakan salah satu penyebab krisis, sehingga menyebabkan suku bunga turun
karena berkaitan erat dengan pemegangan dari i1 ke i2 dan output meningkat dari Y1 ke
aset-aset yang harus dilikuidasi. Tidak Y2.
adanya cara dalam menata ulang tagihan
untuk kasus masalah likuiditas internasional i LM-3 LM-1
maka akan mengakibatkan timbulnya kredit LM-2
macet.
E3
Penyebab lain terjadinya krisis i3
keuangan dan nilai tukar menurut Berg dan E1
i1 BP
kawan-kawan (1999) dapat dibedakan men- E2
jadi 2 bagian besar yaitu, pertama adanya i2
sheet sektor perbankan. Dampak ini timbul model Early Warning System (EWS).
akibat adanya mismatches nilai tukar yang Pendekatan yang menggunakan EWS ini
diperparah dengan kewajiban yang berde- dapat dihitung melalui indeks tekanan pasar
nominasi valas, di samping adanya maturity valuta asing (index of exchange market
mismatches yang menyebabkan krisis. pressure, disingkat dengan EMP).
Berdasarkan Goldstein, Kaminsky dan
METODE PENELITIAN
Reinhart (2000) dan Edison (2003) dalam
Jenis dan sumber data menggunakan Handoyo (2012), definisi indeks pergolakan
pendekatan kuantitatif dengan data sekun- pasar valas (index of exchange market
der yang berupa data time series bulanan turbulence) yaitu rata-rata tertimbang dari
dengan periode pengamatan 1995-2011 yang perubahan nilai kurs (disimbolkan dengan
diperoleh dari laporan bulanan Statistik δet), tingkat perubahan cadangan devisa/rate
Ekonomi Keuangan Indonesia (SEKI) Bank of change of the reserve (δRt). Jika diumpa-
Indonesia. Metode analisis data dalam makan σδe merupakan simpangan baku/
penelitian ini dengan menggunakan model
standar deviasi dari tingkat perubahan nilai
Logit.
tukar danσδRmerupakan simpangan baku/
Pendekatan ini membuat estimasi standar deviasi dari tingkat perubahan
tentang peluang terjadinya krisis keuangan cadangan devisa, maka indeks tekanan pasar
dengan menggunakan variabel dependen valas (EMP) didefinisikan dengan:
diskret dalam model ekonometrikanya.
σ
Model logit atau probit menggunakan EMP = δe t + δe δRt (1)
variabel dependen kualitatif sebagai variabel σ δR
diskrit/boneka yang bernilai 1 dan 0. et − et −1
Dimana: δe t = (2)
Sedangkan variabel independennya bersifat et −1
nondiskrit. Persamaan umum yang diguna- Rt − Rt − 1
δRt = (3)
kan adalah persamaan dengan satu variabel Rt − 1
tidak bebas dan beberapa variabel bebas Perekonomian dikatakan krisis jika
yang dapat ditulis sebagai berikut: EMP melebihi rata-ratanya ditambah dengan
Pi standar deviasi yang ditentukan, katakanlah
Li = ln = β o + β1 X 1 + β 2 X 2 + β 3 X 3 +
1 − Pi sebesar m. Dalam penelitian yang dilakukan
kali ini besarnya m ditentukan sama dengan
β 4 X 4 + β5 X 5 + μi
1,5. Pada beberapa penelitian tentang early
Di mana: warning system, nilai m yang digunakan
X1= REER berbeda-beda. Tidak ada aturan yang jelas
X2= pertumbuhan cadangan devisa mengenai nilai m yang digunakan. Pada
X3 = pertumbuhan ekspor model KLR menggunakan 3 kali standar
X4= pertumbuhan impor deviasi, sedangkan pada model Bank Dunia
X5 = tingkat suku bunga Pasar Uang Antar menggunakan 1,5 kali standar deviasi
Bank (PUAB) (Imansyah, 2009). Semakin kecil nilai m yang
Krisis nilai tukar dapat dideteksi digunakan, berarti semakin hati-hati dalam
dengan pendekatan yang menggunakan melihat potensi krisis dan akan menyebab-
JEJAK Journal of Economics and Policy 6 (1) (2013): 17-28 23
Uji Koefisien Determinasi dua variabel bebas > 0.8 maka multikoli-
Pseudo R2 digunakan untuk melihat nieritas menjadi masalah yang serius.
kemampuan model dalam menerangkan Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui
variasi perubahan variabel berikutnya dalam bahwa tidak ada masalah multikolinearitas
model logit. Dalam penelitian ini Pseudo R2 dalam model tersebut. Hal ini dikarenakan
digunakan McFadden R2. Nilai McFadden R2 nilai matriks korelasi dari semua variabel
dari hasil estimasi adalah 0,7851, hal ini adalah kurang dari 0,8.
berarti bahwa variabel bebas dalam model
Uji Signifikansi Parsial
empiris mampu menerangkan perubahan
probabilitas terjadinya krisis sebesar 78,51 Uji signifikansi parsial digunakan
persen dan selebihnya atau 21,49 persen untuk melihat secara individual apakah
diterangkan oleh variabel lain di luar model. suatu variabel independen berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen.
Uji Asumsi Klasik (Multikolinearitas) Berdasarkan tabel 3dapat dilihat bahwa nilai
Multikolinieritas adalah adanya suatu probabilitas masing-masing variabel inde-
hubungan linear yang sempurna (mendekati penden yaitu lnREER sebesar 0,0810,
sempurna) antara beberapa atau semua pertumbuhan cadangan devisa sebesar
variabel bebas. Efek jika model terkena 0,0031, pertumbuhan ekspor sebesar 0,0979,
multikolinieritas adalah tafsiran terhadap pertumbuhan impor sebesar 0,0942, dan
koefisien – koefisien yang dihasilkan akan suku bunga PUAB sebesar 0,2038. Nilai
menjadi sangat sulit atau model menjadi probabilitas dari variabel lnREER, pertum-
bias. Menurut Gujarati, bila korelasi antara buhan cadangan devisa, pertumbuhan
ekspor dan pertumbuhan impor lebih kecil variabel lain dianggap konstan maka penu-
dari nilai α=10%. Hal ini menunjukkan runan nilai LREER sebesar 1 persen akan
bahwa secara statistik variabel-variabel menyebabkan peningkatan secara rata-rata
tersebut signifikan dalam mempengaruhi pada estimasi logit probabilitas terjadinya
kemungkinan terjadinya krisis nilai tukar. krisis nilai tukar sebesar 9,38. Ukuran
Sedangkan variabel suku bunga PUAB tidak probabilitas (term of odds) dari variabel
signifikan dalam mempengaruhi kemung- LREER diketahui dari antilog natural
kinan terjadinya krisis nilai tukar. koefisien tersebut yaitu sebesar 11873,92. Hal
ini berarti variabel nilai tukar riil dapat
Pi
krisis = ln = 33,2484 − 9,3821 LREER − menyebabkan kemungkinan terjadi krisis
1 − Pi
sebanyak 11873 kali dari pada kemungkinan
1 ,1273 PERTCAD − 0,2002PERTEKS +
tidak terjadi krisis.
0,0694 PERTIMP + 0,0462PUAB + μi (4)
Cadangan devisa merupakan variabel
yang mencerminkan besarnya posisi bersih
Variabel REER atau nilai tukar riil
aktiva luar negeri pemerintah dan bank–
merupakan variabel yang dapat mengukur
bank devisa yang digunakan untuk keperluan
harga relatif barang dan jasa yang tersedia di
transaksi internasional. Semakin tinggi
dalam negeri terhadap barang – barang dan
tingkat pertumbuhan cadangan devisa akan
jasa yang tersedia di luar negeri. Depresiasi
cenderung menurunkan risiko terjadinya
atau melemahnya nilai tukar riil Indonesia
krisis nilai tukar rupiah. Dan menurunnya
menyebabkan harga barang-barang di
pertumbuhan cadangan devisa akan
Indonesia relatif lebih rendah dibandingkan
meningkatkan risiko terjadinya krisis nilai
di luar negeri. Perubahan tersebut menye-
tukar rupiah. Hal ini terjadi karena cadangan
babkan konsumen yang ada di dalam dan
devisa digunakan untuk membiayai
luar negeri akan membeli lebih banyak
ketidakseimbangan neraca pembayaran,
barang yang berasal dari dalam negeri
melakukan intervensi di pasar dalam rangka
(Indonesia) dan hasilnya ekspor Indonesia
memelihara kestabilan nilai tukar dan tujuan
akan meningkat. Semakin tinggi depresiasi
lainnya yang bertujuan untuk menjaga
atau melemahnya nilai tukar riil (REER) akan
ketahanan perekonomian dan nilai tukar.
cenderung menurunkan risiko terjadinya
Dan menurunnya pertumbuhan cadangan
krisis nilai tukar rupiah. Dan semakin tinggi
devisa dapat melemahkan mata uang
apresiasi atau menguatnya nilai tukar riil
domestik.
(REER) akan meningkatkan risiko terjadinya
krisis nilai tukar rupiah. Hal ini terjadi Variabel pertumbuhan cadangan devisa
karena nilai tukar riil ini juga dapat dalam hasil estimasi dengan regresi logit
digunakan untuk mengukur perubahan daya mempunyai koefisien-1,1273. Hal ini berarti
saing internasional atau sebagai penentu dari apabila variabel-variabel lain dianggap
ekspor netto barang dan jasanya. konstan maka penurunan pertumbuhan
cadangan devisa sebesar 1 persen akan
Variabel nilai tukar riil (REER) yang
menyebabkan peningkatan secara rata-rata
telah dilog naturalkan dalam hasil estimasi
pada estimasi logit probabilitas terjadinya
dengan regresi logit mempunyai koefisien -
krisis nilai tukar sebesar 1,12. Ukuran
9,3821. Hal ini berarti apabila variabel-
probabilitas (term of odds) dari variabel
26 Siti Romida Harahap, Deteksi Dini Krisis Nilai Tukar Indonesia: Identifikasi Variabelmakro Ekonomi
rata-rata tertimbang pada periode yang Variabel nilai tukar efektif riil atau Real
bersangkutan. Peningkatan suku bunga ini Effective Exchange Rate, pertumbuhan
cenderung akan menaikkan peluang terja- cadangan devisa, pertumbuhan ekspor
dinya krisis nilai tukar. Menurunnya tingkat berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
suku bunga akan menurunkan risiko kemungkinan terjadinya krisis nilai tukar.
terjadinya krisis nilai tukar rupiah. Hal ini Pertumbuhan impor berpengaruh positif dan
terjadi karena tingginya tingkat bunga signifikan terhadap kemungkinan terjadinya
merupakan signal adanya kegentingan krisis nilai tukar, sedangkan variabel suku
(crunch) likuiditas atau meningkatnya upaya bunga Pasar Uang Antar Bank berpengaruh
untuk menahan serangan spekulasi yang positif dan tidak signifikan terhadap
berpotensi terhadap terjadinya krisis. kemungkinan terjadinya krisis nilai tukar
Variabel suku bunga PUAB dalam hasil Indonesia.
estimasi dengan regresi logit mempunyai Variabel nilai tukar efektif riil memiliki
koefisien 0,0462. Hal ini berarti apabila kontribusi yang paling besar terhadap
variabel-variabel lain dianggap konstan maka kemungkinan terjadinya krisis nilai tukar
kenaikan pertumbuhan impor sebesar 1 dengan nilai ukuran probabilitas (term of
persen akan menyebabkan peningkatan odds) sebesar 11873,92. Hal ini berarti
secara rata-rata pada estimasi logit variabel nilai tukar riil dapat menyebabkan
probabilitas terjadinya krisis perbankan nilai kemungkinan terjadi krisis sebanyak 11873
tukar sebesar 0,05 persen. Ukuran pro- kali dari pada kemungkinan tidak terjadi
babilitas (term of odds) dari variabel krisis.
pertumbuhan impor diketahui dari antilog
DAFTAR PUSTAKA
natural koefisien tersebut yaitu sebesar 1,04.
Hal ini berarti variabel pertumbuhan suku Ajija, Shochrul R., dkk. (2011). Cara Cerdas Menguasai
Eviews. Jakarta: Salemba Empat.
bunga PUAB dapat menyebabkan
Arifin, Sjamsul. et al. (2007). IMF dan Stabilitas
kemungkinan terjadi krisis sebanyak 1 kali Keuangan Indonesia: Suatu Tinjauan Kritis.
dari pada kemungkinan tidak terjadi krisis. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Bank Indonesia. Statistik Ekonomi dan Keuangan
PENUTUP Indonesia (SEKI) Bank Indonesia Berbagai Edisi.
Berdasarkan hasil penelitian dan Jakarta: Bank Indonesia.
Benazir, Andra Devi. (2008). Analisis Leading dan
pembahasan, dapat diambil kesimpulan
Coincident Indicators Pergerakan Kurs di Indo-
bahwa Hasil perhitungan EMP dengan nesia: Pendekatan Business Cycle Analisis.
penggunaan nilai ambang batas atau m=1,5 Skripsi. Bogor: Institut Teknologi Bandung.
didapatkan 10 periode bulan yang mengalami Cuaresma., and Slacik. (2009). On the Determinants of
Currency Crises: The Role of Model Uncertainty.
krisis nilai tukar. Periode krisis yang dialami
Journal of Macroeconomics No. 2301.2009.
Indonesia dengan penggunaan nilai m Deliarnov. (2006). Ekonomi Politik. Jakarta: Erlangga.
tersebut terjadi pada tahun 1997 (Agustus, Ghozali, H. Imam. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate
Oktober, Desember), tahun 1998 (Januari, dengan Program IBM SPSS19. Semarang: Badan
Februari, Juni), tahun 1999 pada bulan Juli, Penerbit Universitas Diponegoro.
Gujarati, Damodar. (2007). Dasar – Dasar Ekonome-
tahun 2006 pada bulan Juni, tahun 2008
trika: Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.
pada bulan Oktober, dan tahun 2011 pada Hady, Hamdy. (2009). Ekonomi Internasional: Teori
bulan September. dan Kebijakan Perdagangan Internasional. Ja-
karta: Ghalia Indonesia.
28 Siti Romida Harahap, Deteksi Dini Krisis Nilai Tukar Indonesia: Identifikasi Variabelmakro Ekonomi