You are on page 1of 9

DATA UPAH MINIMUM REGIONAL 34 PROVINSI DALAM 5

TAHUN TERAKHIR

Wandi Alfian
Nugraha

SMA NEGERI
12 JAKARTA
Provinsi Upah Minimum Regional/Propinsi (Rupiah)
2017 2018 2019 2020 2021
ACEH 2.500.000,00 2.700.000,00 2.916.810,00 3.165.031,00 3.165.031,00
SUMATERA UTARA 1.961.354,00 2.132.189,00 2.303.403,00 2.499.423,00 2.499.423,06
SUMATERA BARAT 1.949.284,00 2.119.067,00 2.289.220,00 2.484.041,00 2.484.041,00
RIAU 2.266.722,00 2.464.154,00 2.662.026,00 2.888.564,00 2.888.564,01
JAMBI 2.063.000,00 2.243.719,00 2.423.889,00 2.630.162,00 2.630.162,13
SUMATERA SELATAN 2.388.000,00 2.595.995,00 2.804.453,00 3.043.111,00 3.144.446,00
BENGKULU 1.730.000,00 1.888.741,00 2.040.407,00 2.213.604,00 2.215.000,00
LAMPUNG 1.908.447,00 2.074.673,00 2.241.270,00 2.432.002,00 2.432.001,57
KEP. BANGKA 2.534.673,00 2.755.444,00 2.976.706,00 3.230.024,00 3.230.023,66
BELITUNG
KEP. RIAU 2.358.454,00 2.563.875,00 2.769.754,00 3.005.460,00 3.005.460,00
DKI JAKARTA 3.355.750,00 3.648.036,00 3.940.973,00 4.276.350,00 4.416.186,548
JAWA BARAT 1.420.624,00 1.544.361,00 1.668.373,00 1.810.351,00 1.810.351,36
JAWA TENGAH 1.367.000,00 1.486.065,00 1.605.396,00 1.742.015,00 1.798.979,00
DI YOGYAKARTA 1.337.645,00 1.454.154,00 1.570.923,00 1.704.608,00 1.765.000,00
JAWA TIMUR 1.388.000,00 1.508.895,00 1.630.059,00 1.768.777,00 1.868.777,00
BANTEN 1.931.180,00 2.099.385,00 2.267.990,00 2.460.997,00 2.460.996,54
BALI 1.956.727,00 2.127.157,00 2.297.969,00 2.494.000,00 2.494.000,00
NUSA TENGGARA 1.631.245,00 1.825.000,00 2.012.610,00 2.183.883,00 2.183.883,00
BARAT
NUSA TENGGARA 1.650.000,00 1.660.000,00 1.795.000,00 1.950.000,00 1.950.000,00
TIMUR
KALIMANTAN BARAT 1.882.900,00 2.046.900,00 2.211.500,00 2.399.699,00 2.399.698,65
KALIMANTAN 2.222.986,00 2.421.305,00 2.663.435,00 2.903.145,00 2.903.144,70
TENGAH
KALIMANTAN 2.258.000,00 2.454.671,00 2.651.782,00 2.877.449,00 2.877.448,59
SELATAN
KALIMANTAN 2.339.556,00 2.543.332,00 2.747.561,00 2.981.379,00 2.981.378,72
TIMUR
KALIMANTAN 2.358.800,00 2.559.903,00 2.765.463,00 3.000.804,00 3.000.804,00
UTARA
SULAWESI UTARA 2.598.000,00 2.824.286,00 3.051.076,00 3.310.723,00 3.310.723,00
SULAWESI TENGAH 1.807.775,00 1.965.232,00 2.123.040,00 2.303.711,00 2.303.711,00
SULAWESI SELATAN 2.500.000,00 2.647.767,00 2.860.382,00 3.103.800,00 3.165.876,00
SULAWESI 2.002.625,00 2.177.052,00 2.351.870,00 2.552.015,00 2.552.014,52
TENGGARA
GORONTALO 2.030.000,00 2.206.813,00 2.384.020,00 2.788.826,00 2.788.826,00
SULAWESI BARAT 2.017.780,00 2.193.530,00 2.381.000,00 2.678.863,00 2.678.863,10
MALUKU 1.925.000,00 2.222.220,00 2.400.664,00 2.604.961,00 2.604.961,00
MALUKU UTARA 1.975.000,00 2.320.803,00 2.508.091,00 2.721.530,00 2.721.530,00
PAPUA BARAT 2.416.855,00 2.667.000,00 2.934.500,00 3.134.600,00 3.134.600,00
PAPUA 2.663.646,00 3.000.000,00 3.240.900,00 3.516.700,00 3.516.700,00
Analisis
Menurut UU No.13 Tahun 2003 upah minimum adalah suatu standar minimum
yang digunakan oleh para pengusaha atau pelaku industri untuk memberikan upah
kepada pekerja di dalam lingkungan usaha atau kerjanya. Pemenuhan kebutuhan yang
layak di setiap provinsi berbeda-beda, maka disebut Upah Minimum Provinsi (Ma’Arief,
2018).
Soesanto (dalam Setiawan, 2014: 26) menjelaskan bahwa Upah Minimum Provinsi
atau Upah Minimum Regional adalah suatu standar minimum yang digunakan oleh para
pengusaha atau pelaku industri untuk memberikan upah kepada pegawai, karyawan atau
buruh di dalam lingkungan usaha atau kerjanya. Pembayaran upah pada prinsipnya
diberikan dalam bentuk uang. Upah pada dasarnya merupakan suatu imbalan dari
pengusaha kepada pekerja untuk sesuatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan
dilakukan, dinyatakan atau dinilai dalam bentuk yang ditetapkan menurut persetujuan atau
peraturan perundangan yang berlaku.
Upah minimum diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pekerja agar sampai pada
tingkat pendapatan “living wage”, yang berarti bahwa orang yang bekerja akan
mendapatkan pendapatan yang layak untuk hidupnya. Upah minimum dapat mencegah
pekerja dari eksploitasi tenaga kerja terutama yang low skilled. Upah minimum dapat
meningkatkan produktivitas tenaga kerja dan mengurangi konsekuensi pengangguran
seperti yang diperkirakan teori ekonomi konvensional.

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja, dan Transmigrasi Nomor 07 Tahun


2013, faktor-faktor yang mempengaruhi upah minimum adalah Kebutuhan Hidup Layak
(KHL) dengan memperhatikan produktivitas, dan pertumbuhan ekonomi. Selain itu,
menurut Bersales (dalam Nurtiyas, 2016: 31) penetapan upah minimum juga menggunakan
beberapa faktor, seperti Indeks Harga Konsumen (IHK), Tingkat Partisipasi Angkatan
Kerja (TPAK), Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), dan pendapatan per kapita.
Pada tugas ekonomi ini, analisis yang akan menjadi fokus utama adalah analisis
mengenai rata-rata UMR pertahun, urutan provinsi dengan UMR tertinggi, rata-rata, dan
rendah pada setiap tahun, serta alasan mengapa UMR yang ditetapkan oleh provinsi
tertentu berada pada angka tersebut.
Tahun 2017
Secara singkat, berikut adalah provinsi dengan UMR tertinggi dan terendah untuk tahun
2017, beserta rata-rata dan provinsi dengan UMR yang mendekati rata-rata nasional.
Tertinggi: DKI Jakarta
(Rp3.355.750,00) Terendah: DI
Yogyakarta (Rp1.337.645,00)
Rata-rata: Rp2.455.662,00 [Jambi (Rp2.423.889,00); Maluku (Rp2.400.664,00)]
Terlihat bahwa DKI Jakarta merupakan provinsi tertinggi dengan UMP mencapai
Rp3.355.750,00. Mengutip dari laman liputan6.com, angka ini naik 8,25 persen dari UMP
2016 yang sebesar Rp 3,1 juta. Dalam artikel tersebut, Anggota Dewan Pengupahan DKI
Jakarta dari Unsur Pengusaha Sarman Simanjorang mengatakan bahwa penetapan UMP
tersebut telah sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 78 Tahun 2015
tentang Pengupahan. Dalam PP ini, perhitungan kenaikan upah minimum berdasarkan
tingkat inflasi dan pertumbuhan ekonomi nasional.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) sesuai dengan Surat Kepala BPS RI
Nomor B-245/BPS/1000/10/2016 per 11 Oktober 2016 menyatakan tingkat inflasi
nasional sebesar 3,07 persen, sedangkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,18 persen. Maka
berdasarkan PP 78,
formulasi perhitungan kenaikan UMP yaitu besaran UMP tahun berjalan dikalikan dengan
inflasi nasional ditambah dengan pertumbuhan ekonomi nasional. Ini artinya kenaikan
UMP pada 2017 pada masing-masing provinsi yaitu besaran UMP 2016 dikalikan dengan
penjumlahan inflasi dan pertumbuhan ekonomi yaitu 3,07 persen+5,18 persen yaitu 8,25
persen.
Sementara itu, DI Yogyakarta menjadi provinsi dengan UMP yang hanya sebesar
Rp1.337.645,00. Hal tersebut disebabkan oleh Pemerintah Daerah Yogyakarta yang
menetapkan bahwa UMP 2017 hanya naik 8,08 persen. Perlu diingat bahwa DI Yogyakarta
tidak menetapkan UMP untuk tahun 2016 dan hanya menetapkan UMK saja dengan alasan
bahwa penetapan kenaikan upah sesuai dengan kondisi ekonomi di masing-masin
kabupaten dan kota agar tidak terjadi kesenjangan. Sebab, jika menggunakan UMP dan
diambil nilai rata-rata nilainya kecil dan buruh di kota akan dirugikan.

Grafik UMR tahun 2018

Tahun 2018
Secara singkat, berikut adalah provinsi dengan UMR tertinggi dan terendah untuk tahun
2018, beserta rata-rata dan provinsi dengan UMR yang mendekati rata-rata nasional.
Tertinggi: DKI Jakarta (Rp3.648.036,00) Terendah: DI Yogyakarta (Rp1.454.154,00)Rata-
rata: Rp2.268.874,00 [Gorontalo (Rp2.206.813,00); Maluku (Rp2.222.220,00)]
Untuk tahun 2018, DKI Jakarta menjadi provinsi dengan tingkat UMP tertinggi, yaitu
sebesar Rp3.648.036,00. UMP 2018 DKI Jakarta naik sekitar 9,4 persen dari UMP
2017, yang mana presentase kenaikan ini lebih besar dari persentase yang ditetapkan
pemerintah, yaitu 8,71 persen.
Dikutip dari tirto.id, Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan mengatakan, UMP DKI
ditetapkan berdasarkan survei kebutuhan hidup layak (KHL), kenaikan inflasi, serta
pertumbuhan produk domestik bruto (PDB). Hal ini juga tidak terlepas dari tuntutan buruh
yang meminta kenaikan UMP 2018 di DKI sebesar Rp3.917.398. “Kenaikan UMP kali ini
adalah salah satu kebijakan untuk bisa memastikan bahwa biaya hidup di Jakarta
terjangkau. Kami ingin agar warga, terutama para buruh bisa merasakan keterjangkauan
itu di dalam kehidupan sehari-hari,” kata Anies.
Pada tahun 2018, DI Yogyakarta menjadi provinsi dengan tingkat UMP terendah, yaitu
sebesar Rp1.454.154,00. Meskipun di bawah 1,5 juta, UMP DI Yogyakarta masih
memenuhi ketentuan dari Menteri Ketenagakerjaan saat itu, yaitu naik sebesar 8,71%
Tahun 2019
Secara singkat, berikut adalah provinsi dengan UMR tertinggi dan terendah untuk tahun
2019, beserta rata-rata dan provinsi dengan UMR yang mendekati rata-rata nasional.
Tertinggi: DKI Jakarta
(Rp3.940.973,00) Terendah: DI
Yogyakarta (Rp1.570.923,00)
Rata-rata: Rp2.455.662,00 [Jambi (Rp2.423.889,00); Maluku (Rp 2.400.664,00)]
Pada tahun 2019, pemerintah menetapkan kenaikan UMP sebesar 8,03 persen, masih
berdasarkan Peraturan Pemerintah no. 78 Tahun 2015 mengenai Pengupahan. Hal tersebut
menyebabkan DKI Jakarta kembali menjadi provinsi dengan UMP tertinggi, yaitu sebesar
Rp3.940.973,00 dengan kenaikan sebesar Rp292.937,00. Sayangnya kenaikan tersebut
belum dapat menggeser DI Yogyakarta sebagai provinsi dengan UMP tahun 2019 karena
hanya menyebabkan UMP provinsi tersebut naik sebesar Rp116.769,00.

Grafik UMR tahun 2020


Tahun 2020
Secara singkat, berikut adalah provinsi dengan UMR tertinggi dan terendah untuk tahun
2020, beserta rata-rata dan provinsi dengan UMR yang mendekati rata-rata nasional.
Tertinggi: DKI Jakarta (Rp4.276.350,00) Terendah: DI Yogyakarta
(Rp1.704.608,00)Rata-rata: Rp2.672.371,00 [Jambi (Rp2.630.162,00); Sulawesi Barat
(Rp2.678.863,00); Maluku (Rp2.604.961,00)]
Sesuai dengan surat edaran dari Menteri Ketenagakerjaan, untuk tahun 2020 terjadi
kenaikan UMP sebesar 8,51 persen. Hal tersebut kembali menjadikan DKI Jakarta
kembali menjadi provinsi dengan UMP tertinggi, begitu pula dengan DI Yogyakarta
yang kembali menjadi provinsi dengan UMP terendah. DKI Jakarta mengalami
kenaikan sebesar Rp785.377,00 dari Rp3.940.973,00 menjadi Rp4.276.350,00.
Berbeda dengan DI Yogyakarta yang hanya mengalami kenaikan sebesar Rp133.685
dari Rp1.570.923,00 menjadi Rp1.704.608,00.
Tahun 2021
Secara singkat, berikut adalah provinsi dengan UMR tertinggi dan terendah untuk tahun
2021, beserta rata-rata dan provinsi dengan UMR yang mendekati rata-rata nasional.
Tertinggi: DKI Jakarta
(Rp4.416.187,548) Terendah: DI
Yogyakarta (Rp1.704.608,00)
Rata-rata: Rp2.672.371,00 [Jambi (Rp2.630.162,00); Sulawesi Barat (Rp2.678.863,00);
Maluku (Rp2.604.961,00)]
Berdasarkan Surat Edaran Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor
M/11/Hk.04/X/2020 Tahun 2020, nilai UMP tahun 2021 sama dengan nilai UMP tahun
2020. Dikatakan bahwa pandemi COVID-19 berdampak pada kondisi perekonomian dan
kemampuan perusahaan dalam memenuhi hak pekerja/buruh termasuk dalam membayar
upah. Sehingga, dalam rangka memberikan perlindungan dan kelangsungan bekerja bagi
pekerja/buruh serta menjaga kelangsungan usaha, perlu dilakukan penyesuaian terhadap
penetapan upah minimum pada situasi pemulihan ekonomi di masa pandemi COVID-19.
Khusus untuk DKI Jakarta, dengan pertimbangan inflasi nasional dan nilai PDB,
pemprov DKI Jakarta menaikkan UMP 2021 sebanyak 3,27 persen dari UMP 2020.
Namun, kenaikan upah minimum hanya berlaku pada perusahaan atau bidang usaha yang
tidak terdampak oleh adanya pandemi virus Covid-19 yang berlangsung sejak awal tahun
2020.
Hal tersebut menyebabkan DKI Jakarta tetap menjadi provinsi dengan UMP 2021 tertinggi,
yaitu sebesar Rp4.416.187,548. Berbeda dengan DI Yogyakarta yang tidak mengubah
UMP 2021

sesuai dengan ketentuan Menteri Ketenagakerjaan, sehingga DI Yogyakarta masih menjadi


provinsi dengan UMP terendah di 2021.
Kesimpulan :
Secara umum, dapat disimpulkan bahwa DKI Jakarta selalu menjadi provinsi dengan nilai
UMP tertinggi selama 5 tahun belakangan, sedangkan DI Yogyakarta selalu menjadi
provinsi dengan UMP terendah selama 5 tahun belakangan.
Penyebab dari tingginya UMP DKI Jakarta berkaitan dengan jumlah penduduknya yang
paling tinggi dibandingkan seluruh provinsi di Indonesia. Tingginya jumlah penduduk dapat
mengakibatkan tingginya Indeks Harga Konsumen (IHK), Tingkat Partisipasi Angkatan
Kerja (TPAK), Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), dan pendapatan per kapita
provinsi tersebut.
Berbeda dengan DI Yogyakarta, karena provinsi ini dapat dikatakan termasuk provinsi
yang identik dengan industri pariwisata, sehingga di wilayah ini umumnya adalah usaha
berskala kecil hingga menengah. Kita tidak bisa berharap akan menemukan deretan
pabrik-pabrik besar di Jogja. Hal ini menyebabkan perputaran uang di Jogja tidak sederas
kota-kota industri dan perdagangannya berada di level nasional serta internasional. Selain
itu, perbedaan gaya hidup dan konsumsi, serta kultur budaya juga menjadi perbedaan yang
cukup mencolok antara DKI Jakarta dan DI Yogyakarta. Perbedaan tersebut menurut saya
menjadi penyebab terjadinya perbedaan drastis antara UMP DKI Jakarta dan UMP DI
Yogyakarta.

You might also like