You are on page 1of 16

JURNAL TENGKAWANG (2022)

Vol. 12 (1): 50 - 65

APLIKASI METODE SIX SIGMA (DMAIC)


UNTUK MENINGKATKAN RENDEMEN PROSES PRODUKSI KAYU LAPIS
(Application of Six Sigma (DMAIC) Method to Improvement Rendement Process of Plywood Product)

Resta Rene Mondina*, Emi Roslinda, Dina Setyawati


Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura Pontianak. Jl. Daya Nasional Pontianak 78124
*Email: restarene@student.untan.ac.id

Abstract
The rendement value of plywood industry is a benchmark of increasing efficiency in utilizing
raw materials. Raw materials from natural forests produced into plywood have a yield that is
not in accordance with P.15/PHPL-PPHH/2015. The detailed and sequential DMAIC method
can analyze the impact of the use of natural forest raw materials. The purpose of the research is
to elaborate the application of six sigma (DMAIC) in PT. XYZ and prove the use of six sigma
method can increase the yield of plywood production in PT. XYZ to conform to P.15/PHPL-
PPHH/2015. The research was conducted in September-November 2020. This research uses six
sigma method with DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve and Control) stages in each
plywood production process. The results showed that the rendemen increased by 2.14% by
applying the six sigma (DMAIC) method. These results were found based on the collection of
define and measure data (analysis of waste problems and rendemen of each production process
and interviews), processing of analyze and improve data (analysis of causes and proposed
problems of low rendemen value) and implementation of data control (analysis on three
production processes of low rendemen causes). The proposed improvement is minimalism
tearing of finir core at rotary process, so that there is an increase in plywood production
rendemen from 88.23% to 90.37%. The six sigma method proves that production yields can
increase up to 2%.
Keywords : six sigma (DMAIC), rendement, process, plywood
Abstrak
Nilai rendemen industri kayu lapis merupakan tolak ukur peningkatan efisiensi dalam
memanfaatkan bahan baku. Bahan baku dari hutan alam diproduksi menjadi kayu lapis
memiliki rendemen yang tidak sesuai dengan P.15/PHPL-PPHH/2015. Penerapan metode
DMAIC yang detail dan berurutan dapat menganalisa dampak dari penggunaan bahan baku
hutan alam. Tujuan penelitian adalah menguraikan penerapan six sigma model DMAIC di PT.
XYZ dan membuktikan penggunaan metode six sigma dapat meningkatkan rendemen produksi
kayu lapis di PT. XYZ agar sesuai dengan P.15/PHPL-PPHH/2015. Penelitian dilaksanakan
pada September-November 2020. Penelitian ini menggunakan metode six sigma dengan
tahapan DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve dan Control) pada setiap proses produksi
kayu lapis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendemen meningkat sebesar 2,14% dengan
menerapkan metode six sigma (DMAIC). Hasil ini ditemukan berdasarkan pengumpulan data
define dan measure (analisis masalah limbah dan rendemen setiap proses produksi serta
wawancara), pengolahan data analyze dan improve (analisis penyebab dan usulan masalah
nilai rendemen rendah) serta implementasi data control (analisis pada tiga proses produksi
penyebab rendemen rendah). Perbaikan yang diusulkan adalah minimalisir penyobekan finir
core proses rotary, sehingga terjadi peningkatan rendemen produksi kayu lapis dari 88,23%
menjadi 90,37%. Metode six sigma membuktikan bahwa rendemen produksi dapat meningkat
hingga 2%.
Kata kunci : six sigma (DMAIC), rendemen, proses, kayu lapis

50
JURNAL TENGKAWANG (2022)
Vol. 12 (1): 50 - 65

PENDAHULUAN PT. XYZ memproduksi kayu lapis


Nilai rendemen industri kayu lapis untuk diekspor ke Jepang dengan
merupakan suatu tolak ukur tentang kualitas tinggi sesuai permintaan
peningkatan efisiensi dalam pemesan. Hal tersebut menuntut
memanfaatkan bahan baku. Radam perusahaan untuk memberikan kualitas
(2011); (Uar, 2016) menyatakan bahwa produksi terbaik dengan rendemen yang
rendemen produksi dinyatakan dalam belum sesuai dengan peraturan. Namun,
persen dan tergantung pada efisiensi nilai rendemen tersebut tidak sejalan
proses produksi, seperti kemampuan dengan peraturan Direktur Jendral
sumber daya manusia, teknik Pengelolaan Hutan Produksi Lestari
pelaksanaan pekerjaan yang digunakan, P.12/VI-BPPHH/2014 (Perdirjen
jenis peralatan, kualitas bahan baku, P.12_2014 Rendemen Kayu Olahan
serta logistik dan keuangan. Untuk itu, Industri Primer Hasil Hutan) yang
perusahaan diharapkan mampu mengatakan bahwa rendemen produksi
meminimalkan kerugian yang kayu lapis dengan bahan baku yang
disebabkan oleh faktor efisiensi berasal dari hutan alam sebesar 53-65%.
produksi, baik yang dilihat dari sisi Perusahaan ini menggunakan bahan
kuantitas, kualitas ataupun waktu. Salah baku HPH hutan alam dengan seluruh
satu cara untuk melakukan perbaikan hasil tebangan berasal dari blok RKT
dan peningkatan kualitas adalah dengan yang wajib untuk ditebang dan
metode six sigma (Sirine dan dimanfaatkan, tanpa memperhatikan
Kurniawati, 2017). kualitas bentuk pohon yang akan
Metode six sigma merupakan suatu mempengaruhi kualitas kayu lapis yang
metode atau cara untuk mengukur dihasilkan.
sebuah proses dimana tingkat kegagalan Kualitas kayu dari hutan alam yang
atau cacat sebesar 3,4 kemungkinan dari tidak tentu memiliki ciri bentuk tidak
satu juta kemungkinan. Six sigma silindris, cacat, dan growing yang
memiliki 5 (lima) langkah untuk mengakibatkan penurunan rendemen
memperbaiki kinerja produksi dan produksi kayu lapis. Output kualitas
meningkatkan rendemen yaitu define, kayu yang rendah memiliki kaitan
measure, analyze, improve, dan control dengan penggunaan metode DMAIC
(DMAIC) sehingga masalah, proses, karena perlu memperhatikan
dan persyaratan pelanggan harus cacat/waste pada setiap proses produksi
diverifikasi dan diperbaharui dalam kayu lapis. Mengingat perhitungan
tiap-tiap langkah (Sirine, dkk. 2017). output tidak hanya dilihat dari awal
Model DMAIC dalam six sigma dipilih proses (log cutting) dan akhir proses
sebagai upaya proses peningkatan (inspection), maka peneliti perlu
rendemen dan kualitas secara terus melihat input dan output per bagian
menerus, sehingga akan menghilangkan proses produksi kayu lapis.
langkah-langkah proses yang tidak Rendemen kayu lapis di PT. XYZ
produktif (Manesi, 2014). membutuhkan peningkatan dari segi

51
JURNAL TENGKAWANG (2022)
Vol. 12 (1): 50 - 65

proses dan teknis produksi melalui rendemen kayu lapis dilakukan


metode six sigma tahap DMAIC yang sebanyak 15 kali ulangan (Raymond
dapat meningkatkan rendemen produksi dan Felecia, 2014). Analisis data yang
kayu lapis. Pernyataan tersebut digunakan yakni metode six sigma
mendukung peneliti untuk memecahkan tahap define, measure, analyze, improve
permasalahan yaitu apakah dengan dan control. Sampel penelitian adalah
penerapan metode six sigma dapat kayu meranti merah yang diolah
meningkatkan rendemen kayu lapis dan menjadi kayu lapis. Pemilihan sampel
bagaimana metode six sigma dapat kayu dan finir dilakukan dengan
meningkatkan rendemen produksi kayu menggunakan metode purposive
lapis di PT. XYZ. Penelitian ini sampling (penarikan contoh sampel
bertujuan untuk menguraikan penerapan secara sengaja) berdasarkan proses
metode six sigma tahap DMAIC di PT. produksi yang berjalan selama
XYZ dan membuktikan penggunaan penelitian (pengumpulan data primer).
metode six sigma dapat meningkatkan Teknik perolehan data dilakukan
rendemen produksi kayu lapis di PT. dengan pengumpulan, pengolahan dan
XYZ agar sesuai dengan P.15/PHPL- implementasi data. Pengumpulan data
PPHH/2015. dilakukan pada tahap define dan
METODE PENELITIAN measure yakni mengamati dan
Penelitian ini dilaksanakan di mengukur waste dan rendemen pada
Pabrik Kayu Lapis PT. XYZ dalam setiap proses produksi (log cutting
kurun waktu ± 2 bulan dilapangan (pemotongan log), rotary (pengupasan
(September-November 2020). PT. XYZ log), dryer (pengeringan finir),
bukan nama perusahaan yang composer (penyusunan dan
sebenarnya. Hal tersebut karena penyambungan), glue spreader
permintaan dari perusahaan bahwa (perekatan), press (pengempaan), dan
nama perusahaan untuk dirahasiakan. finishing (penyelesaian)). Pengolahan
Peralatan yang digunakan antara lain; data dilakukan pada tahap analyze dan
logbook, laptop, kamera, kalkulator, improve yakni menemukan penyebab
perekam, dan kuesioner. Obyek dari dan solusi masalah rendemen rendah
penelitian adalah log, finir dan kayu pada beberapa proses produksi (rotary,
lapis, tenaga kerja dan pihak dryer, dan core builder). Implementasi
perusahaan, seperti kepala produksi, data yakni mengaplikasikan solusi atau
pengawas, asisten produksi serta tenaga usulan pada tahap improve untuk
kerja kayu lapis. Penelitian menemukan peningkatan atau
menggunakan metode observasi dengan penurunan rendemen produksi kayu
mengukur limbah dan rendemen per lapis bahan baku jenis meranti merah.
proses produksi dan didukung dengan Uraian langkah penelitian secara
teknik wawancara kepada beberapa berurutan termuat pada Tabel 1.
tenaga kerja. Pengukuran limbah dan

52
JURNAL TENGKAWANG (2022)
Vol. 12 (1): 50 - 65

Tabel 1. Langkah-langkah Implementasi Six Sigma (DMAIC) (Implementation Six


Sigma (DMAIC) Steps)
Tahapan Uraian Langkah Fokus Perangkat
Define Identifikasi masalah Pengamatan waste
Menetapkan peta proses produksi dan proses inti Proses Jenis kayu meranti merah
Menetapkan output kunci dan pelanggan kunci Output Voice of customer
Measure Pemilihan Critical-to-Quality (CTQ) Output Wawancara dan data
perusahaan
Menetapkan indikator kinerja standar Output Persyaratan pelanggan/standar
JAS
Menetapkan rencana pengumpulan data Output Data rendemen finir, ky lapis
meranti merah
Menghitung kapabilitas proses awal Output DPMO, level sigma awal
Analyze Identifikasi sumber variasi mutu produk Output Fishbone diagram
Menetapkan proses produksi penyebab waste Output Fishbone diagram
Improve Identifikasi proses produksi yang akan Output Faktor metode berasal dari
diperbaiki dan tetapkan prioritasnya fishbone diagram
Pilih penyebab potensial Input Tabel
Tetapkan hubungan antar variabel Input Layak atau tidak layak untuk
dilakukan
Beri pilihan solusi Input Tabel
Tetapkan solusi yang dilaksanakan Input Finir core
Control Validasi pengukuran Input Data rendemen setelah
penerapan solusi
Tetapkan dan dokumentasikan kemampuan baru Input Data rendemen setelah
dari proses improvement
Kendalikan dan pertahankan proses yang stabil Input SOP, instruksi kerja
Sumber : Soemohadiwidjojo, 2017

Analisis data D : diameter (m)


Perhitungan volume log, finir dan kayu d1 = diameter terpendek pada ujung
lapis. Perhitungan diperoleh bontos (cm)
berdasarkan rumus Brereton Metrik d2 = diameter terpanjang pada ujung
yang dikemukakan oleh Dirjen bontos (cm)
Pengusahaan Hutan (2009); Kewilaa d3 = diameter terpendek pada pangkal
dan Tehupeiory (2014) dengan rumus: bontos (cm)
d4 = diameter terpanjang pada pangkal
1 1
(𝑑1+𝑑2) + (𝑑3+𝑑4) bontos (cm)
Diameter log = 2 2
2 p : Panjang finir dan kayu lapis (m)
l : Lebar finir dan kayu lapis (m)
Volume log (m3) = ¼ x 𝜋 𝑥 𝐷 2 𝑥 𝐿 t : Tebal finir dan kayu lapis (m)
Volume finir (m3) = p x l x t Perhitungan Rendemen
Volume kayu lapis (m3) = p x l x t
Rendemen yang dihitung yaitu
Keterangan:
rendemen dari setiap proses produksi
V : Volume (m3)
kayu lapis yang terdiri dari tujuh proses
produksi yang termuat pada Tabel 2.

53
JURNAL TENGKAWANG (2022)
Vol. 12 (1): 50 - 65

Tabel 2. Analisis Data Rendemen (Rendement Analyze Data)


Proses produksi Volume Rendemen
Log cutting Volume Input : log sebelum cutting
Volume Output : log setelah cutting
Rotary Volume Input : log setelah cutting
Volume Output : log core

Dryer Volume Input : finir yang masih basah


ukuran 20-36 cm
Volume Output : finir yang sudah kering
ukuran 17-36 cm

Core builder Volume Input : finir yang sudah kering (per `Rendemen menurut ILO
tumpukan) (1975), dihitung berdasarkan
Volume Output : finir yang sudah rumus :
disambung (per tumpukan) 𝑉𝑜
R = 𝑉𝑖 x 100%,
Repair Volume Input : finir sebelum diperbaiki (per Keterangan:
core,face/back lembar) R = Rendemen (%)
Volume Output : finit setelah diperbaiki (per Vo = Volume output
lembar) Vi = Volume input

Glue spreader Volume Input : hasil dari face/back core


setting (per lembar)
Volume Output : hasil dari glue spreader
(per lembar)

Double sizer Volume Input : hasil dari hot press (per


tumpukan)
Volume Output: hasil dari double sizer (per
tumpukan)
Tahapan pendekatan DMAIC dilakukan pada satu orang narasumber
Peneliti menggunakan metode six sigma bagian quality yang disarankan oleh
dengan pendekatan detail DMAIC bagian produksi PT. XYZ. Wawancara
dengan penjelasan berikut: internal dilakukan secara langsung
1. Define, tahap ini mendefinisikan ketika proses produksi, sedangkan
masalah kualitas produk dengan wawancara eksternal dilakukan melalui
menganalisis limbah per proses telepon. Kriteria dari narasumber yaitu
produksi, menghitung persentase waste buyer yang sering bekerja sama dengan
produk terhadap jumlah produksi, PT. XYZ dan berada pada posisi
menetapkan proses inti produksi kayu quality. Proses wawancara dilakukan
lapis bahan baku jenis meranti merah, untuk pengambilan data VOC (Voice of
dan melakukan wawancara internal Customer). Tahap define dilakukan
(kepala bagian produksi, pengawas analisis waste pada setiap produksi
produksi) dan eksternal (buyer) dengan rumus berikut :
mengenai permasalahan rendemen.
Wawancara eksternal kepada buyer

54
JURNAL TENGKAWANG (2022)
Vol. 12 (1): 50 - 65

𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡 (𝑚3) dilakukan sebagai cara untuk


Persentase waste = x
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡 (𝑚3)
meningkatkan rendemen.
100%, untuk proses log cutting, rotary,
5. Control, tahap ini dilakukan
dryer, core builder, dan double sizer.
pengambilan kembali data rendemen
𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡 berupa asumsi terhadap finir setelah
Persentase waste = x
𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡 penerapan salah satu usulan yang paling
100%, untuk proses repair dan glue mungkin pada tahap improve. Usulan
spreader. tersebut ditentukan dengan
brainstorming bersama kepala produksi.
2. Measure, mencakup pengumpulan
Data rendemen setelah penerapan
data rendemen, nilai DPMO dan level
usulan kemudian dibandingkan dengan
six sigma PT. XYZ dengan mengukur
data rendemen (tahap measure) untuk
nilai rendemen pada setiap proses
diketahui peningkatan atau penurunan
produksi dalam jangka waktu tertentu
rendemen produksi kayu lapis.
beserta data-data masa lampau yang
HASIL DAN PEMBAHASAN
dimiliki oleh perusahaan.
Hasil penelitian mengemukakan
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑤𝑎𝑠𝑡𝑒 bahwa metode six sigma merupakan
Nilai DPMO = x
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡 𝑥 𝐶𝑇𝑄
metode proses peningkatan/perbaikan
1.000.000 produksi dengan meminimalisasi waste
pada setiap proses produksi kayu lapis.
3. Analyze, tahap ini dilakukan
Metode ini didasarkan pada lima
pencarian akar permasalahan dengan
tahapan six sigma yaitu define, measure,
melakukan wawancara kepada
analyze, improve dan control (DMAIC)
pengawas dan asisten pengawas
yang memiliki perangkat yang berbeda-
produksi. Penyebab dari masalah
beda. Berikut ini merupakan tahapan
tersebut akan dianalisa menggunakan
yang dilakukan pada penerapan metode
diagram fishbone. Tahap ini mulai
six sigma:
memfokuskan masalah pada proses
Tahap Define
produksi yang memiliki rendemen yang
Tahap define dilakukan secara
rendah pada tahap measure. Fokus
langsung dengan mengidentifikasi
permasalahan tersebut bertujuan untuk
pernyataan masalah, penetapan proses
fokus analisa usulan pada tahap
inti dan VOC (Voice of Customer).
selanjutnya.
Penyataan masalah
4. Improve, tahapan ini membuat
Langkah awal yang dilakukan
usulan-usulan yang diperoleh dengan
adalah mengidentifikasi masalah
wawancara internal (brainstroming)
kualitas proses produksi mencakup
untuk meningkatkan rendemen sesuai
input dan output produksi serta waste
dengan P.15/PHPL-PPHH/2015. Selain
yang dihasilkan. Identifikasi tersebut
melakukan wawancara melalui 5W+1H,
dilakukan pada hasil limbah dari 9
peneliti menggunakan tabel untuk
proses produksi kayu lapis (Tabel 3).
mengidentifikasi rencana tindakan dan
Langkah selanjutnya adalah menghitung
upaya yang paling mungkin untuk

55
JURNAL TENGKAWANG (2022)
Vol. 12 (1): 50 - 65

persentase waste per proses produksi 16,26%, proses produksi dengan


yang bersamaan dengan wawancara persentase terbesar adalah proses core
untuk menemukan permasalahan pada builder dan proses tersebut sesuai
proses produksi kayu lapis di PT. XYZ. dengan pernyataan voice of customer.
Berdasarkan hasil penelitian, rerata Hasil penelitian pada tahap pernyataan
persentase waste produksi kayu lapis masalah termuat pada Tabel 3.
bahan baku meranti merah sebesar
Tabel 3. Limbah proses produksi kayu lapis PT. XYZ (Waste of plywod product in
PT. XYZ)
No. Proses Produksi Limbah/waste Persentase waste
(%)
1. Log cutting Cacat pecah 3,6407
2. Rotary Gerowong 29,1772
3. Dryer Perbedaan warna finir 14,6543
4. Core builder Ketebalan tidak sesuai 72,1963
5. Repair core dan Cacat mata kayu, damar, perbedaan
face/back warna 19,66
6. Glue spreader Peleburan perekat tidak rata 0,77
7. Cold press dan hot press Debu-debu halus -
8. Double sizer Potongan sisi tepi 6,317
9. Sander Debu-debu halus -
Rerata 16,26
Hasil penelitian yang disajikan pada limbah karena perbedaan dimensi, bahan
Tabel 3 menunjukkan bahwa cacat pecah, baku pecah atau keropos, dan adanya mata
gerowong, cacat mata kayu, ketebalan kayu yang membuat bahan baku kayu sulit
tidak sesuai standar JAS (Japanese dilakukan pemotongan dan penghalusan,
Agriculture Standard), peleburan perekat serta akan mempengaruhi kekuatan kayu
yang tidak rata, debu dan sisa potongan dan tampilan akhir dari produk kayu.
sisi tepi kayu lapis merupakan limbah Penetapan proses inti
yang dihasilkan pada produksi kayu lapis. Peta proses produksi pada
Hasil penelitian juga menunjukan bahwa pengamatan berupa single line yang
proses produksi dengan limbah terbesar memproduksi plywood jenis meranti
adalah proses core builder dengan jenis merah dengan ukuran tebal sebesar 11,5
limbah finir core yang memiliki ketebalan mm, lebar sebesar 945 mm, dan panjang
tidak sesuai standar JAS dan persentase sebesar 1840 mm. Line tersebut dipilih
waste sebesar 72,19 %. Hal tersebut karena menyesuaikan produk yang
disebabkan oleh perbedaan antara dihasilkan saat dilakukan penelitian.
ketebalan finir hasil pengeringan dan hasil Voice of Customer (VOC)
pengupasan log kayu dengan standar Langkah ini dilakukan dengan
mesin core buider. Hasil penelitian sejalan wawancara internal dan eksternal.
dengan penelitian yang dilakukan oleh Wawancara internal dilakukan kepada
Edward, dkk. (2019) bahwa tahap define kepala, pengawas, asisten produksi serta
merupakan tahap identifikasi masalah tenaga kerja, dan wawancara eksternal
kualitas bahan baku yang disebabkan oleh kepada buyer PT. XYZ.

56
JURNAL TENGKAWANG (2022)
Vol. 12 (1): 50 - 65

Berdasarkan hasil wawancara internal kendala yang ditemukan seperti kondisi


dapat disimpulkan adanya waste pada delaminasi pada plywood dan cacat blister.
produksi kayu lapis disebabkan oleh faktor Kendala lain terjadi pada proses
metode, material dan manusia yang pengiriman plywood dan peruntukkan finir
berperan langsung dalam produksi kayu yang belum memenuhi standar JAS
lapis. Sedangkan, voice of external (Japanese Agricultural Standard). Hasil
customer menyatakan bahwa adanya penelitian tahap define melalui voice of
kendala ketika bekerjasama dengan PT. customer disajikan pada Tabel 4.
XYZ, jika pada kualitas plywood maka
Tabel 4. Rekapitulasi wawancara voice of customer (Voice of customer interview
recapitulation)
Sasaran Hasil wawancara
Masalah yang mempengaruhi rendemen adalah kondisi bahan baku log yang
pecah, busuk, gerowong, kondisi finir yang terlalu basah, cacat mata kayu,
damar berlebih, perbedaan warna finir, kekasaran finir,
Proses produksi yang memiliki waste terbanyak adalah proses produksi core
builder.
Wawancara Alasan permasalahan rendemen rendah adalah karena kualitas bahan baku dan
internal customer kualitas SDM.
Dampak permasalahan adalah produksi tidak maksimal sesuai target, karena
jika terdapat banyak bahan yang tidak sesuai standar maka peruntukkan bahan
tersebut tidak sesuai dengan permintaan pemesan.
Solusi yang dapat diberikan dengan memperhatikan kualitas dari SDM yang
bekerja langsung dengan plywood.
Syarat plywood yang dibutuhkan buyer adalah plywood yang sesuai dengan
standar Japaneese Agriculture Standard (JAS).
Wawancara Alasan buyer membeli plywood dari PT. XYZ karena plywood yang dihasilkan
external customer termasuk dalam syarat plywood yang dibutuhkan oleh buyer.
Produk plywood dikatakan tidak sesuai syarat jika plywood mengalami
delaminasi dan blister yang tidak bisa ditoleransi.
Kendala yang terjadi ketika kerjasama antara buyer dengan PT. XYZ adalah
kendala kelancaran produksi pengiriman (loading) dan peruntukkan finir yang
belum memenuhi standar JAS.
Sumber : Analisis data, 2020

Berdasarkan hasil penelitian tahap rendemen dan nilai six sigma perusahaan
define pada Tabel 4, maka diperoleh secara keseluruhan per proses produksi
pernyataan masalah rendemen produksi dari bahan baku hutan alam jenis kayu
kayu lapis di PT. XYZ yakni disebabkan meranti merah.
oleh limbah pada proses produksi rotary Tahap Measure
dan core builder. Penyebab tersebut Tahap measure dilakukan pengukuran
didukung oleh hasil penelitian pada hasil rendemen, nilai DPMO dan nilai sigma
limbah produksi, kriteria kualitas, nilai perusahaan. Hasil penelitian
persentase waste dan hasil wawancara mengemukakan bahwa perhitungan rerata
VOC. Oleh karena itu, tahapan berikutnya rendemen sebesar 88,23% per proses
(measure) akan memastikan permasalahan produksi kayu lapis, nilai DPMO sebesar
tersebut dengan memperoleh nilai 56.878,09 dan nilai six sigma perusahaan

57
JURNAL TENGKAWANG (2022)
Vol. 12 (1): 50 - 65

sebesar 3,27 yang termasuk kriteria untuk Pernyataan tersebut sesuai dengan
produksi rerata industri USA. Kriteria penelitian yang dilakukan oleh Bernik, dkk
tersebut dikemukakan oleh buku karangan (2019) yang menyatakan bahwa angka
Soemohadiwidjojo (2017) bahwa jika nilai DPMO yang ideal sebesar 3,4 dan jika
six sigma 2-4 maka perusahaan termasuk belum mencapai nilai tersebut maka perlu
kedalam produksi rata-rata industri USA. dilakukan perbaikan pada proses produksi.
Berdasarkan nilai DPMO, maka perlu Hasil pada tahap measure disajikan pada
dilakukan perbaikan proses produksi. Tabel 5.
Tabel 5. Hasil pada tahap measure proses produksi kayu lapis di PT. XYZ (Yield of
measure phase process of plywood product in PT. XYZ)
No Proses Input Output Waste Persentase Rendemen DPMO Six
produksi (m3) (m3) (m3) waste (%) proses (%) Sigma
1. Log cutting 3,3353 3,2340 0,1013 3,6407 96,5620
2. Rotary 0,5627 0,4373 0,1255 29,1772 77,7145
3. Continuous
dryer 0,0026 0,0025 0,0001 4,5397 95,6173
4. Roller dryer 0,0010 0,0009 0,00091 10,1146 90,8673
5. Core builder 1,7320 1,0159 0,7161 72,1963 58,6547
6. Repair core 30 pcs 28 pcs 2 pcs 7,14 91,5556
56.878,09 3,27
7. Repair
face/back 30 pcs 27 pcs 3 pcs 12,52 90,0000
8. Glue
spreader 57,4 pcs 57 pcs 0,4 pcs 0,77 99,2519
9. Double sizer 6,317 94,0581
0,2126 0,2 0,0126
Rerata 16,2684 88,2350
Sumber : Analisis data, 2020

Tabel 5 menunjukkan bahwa memaksimalkan waste dan memanfaatkan


persentase rendemen produksi kayu lapis bahan baku jenis meranti merah secara
terendah terdapat pada proses core builder efisien. Namun, terdapat dua proses
dengan persentase sebesar 58,65% dan (rotary dan core builder) yang memiliki
rendemen tertinggi terdapat pada prose nilai persentase rendemen rendah. Oleh
glue spreader. Hal tersebut disebabkan karena itu, peneliti mengidentifikasi
oleh banyaknya waste yang dihasilkan dari penyebab (selain limbah) dari adanya
proses tersebut, sedangkan proses glue persentase rendemen rendah dan kecacatan
spreader memiliki rendemen mencapai tersebut. Penyebab dapat disebabkan oleh
100% karena waste berupa finir tidak faktor industri lain seperti tenaga kerja
dalam jumlah yang banyak. (manusia), bahan baku (material), modal
(metode) dan teknologi (mesin produksi).
Berdasarkan tahap measure, Pernyataan tersebut berkaitan dengan
pengukuran data rendemen pada setiap penelitian Sukirno (2006); (Ayu, dkk.
proses produksi menghasilkan persentase 2017) yang menyatakan bahwa dalam
yang cukup tinggi (Tabel 5). Hal tersebut teori produksi, produksi dipengaruhi oleh
dikarenakan PT. XYZ sudah bahan baku (sumber daya alam), modal,

58
JURNAL TENGKAWANG (2022)
Vol. 12 (1): 50 - 65

tenaga kerja, dan teknologi yang rendah. Alat yang digunakan dalam tahap
digunakan. Proses identifikasi ini adalah diagram fishbone atau diagram
permasalahan dilakukan pada tahap sebab-akibat yang sesuai dengan hasil
analyze dengan analisis menggunakan pada tahap define dan measure untuk
diagram fishbone. melihat proses produksi dengan nilai
Tahap Analyze rendemen terendah (rotary dan core
Tahap analyze dilakukan dengan builder). Diagram fishbone tentang
menganalisa akar permasalahan rendemen rendemen yang rendah dapat dilihat pada
dan faktor penyebab kecacatan/rendemen Gambar 1.

Gambar 1. Diagram fishbone rendemen rendah (Fishbone diagram of low


rendement)
Berdasarkan hasil penelitian pada menjadi faktor penentu kualitas dan
Gambar 1, analisis penyebab kuantitas produksi kayu lapis serta faktor
permasalahan rendemen rendah dilakukan dinamis yang dapat dengan mudah untuk
pada proses rotary dan core builder diperbaiki. Pernyataan tersebut sejalan
mengemukakan bahwa faktor penyebab dengan penelitian Murnawan dan Mustofa
adalah manusia, material (bahan baku (2014) yang menyatakan bahwa material
plywood), metode dan mesin. Pernyataan dan manusia merupakan masalah
tersebut sejalan dengan penelitian Siregar kedinamisan yang mudah untuk diperbaiki
dan Sari (2019) yang menyatakan bahwa dengan melakukan perbaikan pada
penyebab permasalahan proses produksi manusia, quality control serta menjaga
plywood di PT. XYZ terdiri dari man kualitas bahan baku. Penelitian lain
(operator), method (cara kerja), material dengan menggunakan diagram fishbone
(komponen), dan machine (mesin). Hasil telah dilakukan oleh Edward, dkk (2019)
penelitian menyimpulkan bahwa penyebab yang menyatakan bahwa masalah limbah
rendemen rendah disebabkan oleh faktor yang terjadi di CV Hutan Rimba
yang menjadi fokus utama yaitu manusia disebabkan oleh manusia berupa kesalahan
dan material yang menjadi fokus utama supplier dan material yang ditandai dengan
peneliti. Hal tersebut karena selama proses tidak adanya pemeriksaan bahan baku
produksi di PT. XYZ kedua faktor tersebut masuk. Hasil penelitian tersebut

59
JURNAL TENGKAWANG (2022)
Vol. 12 (1): 50 - 65

menunjukkan bahwa penggunaan diagram penyobekan finir core yang belum akurat
fishbone dapat membantu peneliti untuk karena dilakukan secara manual serta
menentukan akar permasalahan atau penyusunan tumpukan finir yang perlu
masalah utama penyebab kecacatan. dibedakan. Faktor-faktor tersebut
Berdasarkan tahap analyze, peneliti mempengaruhi kualitas finir yang akan
menemukan empat faktor penting yang berdampak pada nilai rendemen dan
mempengaruhi tingkat rendemen. Akar waste.
permasalahan rendemen di PT. XYZ Tahap Improve
terdapat pada faktor material (bahan baku), Tahap improve dilakukan dengan
manusia (pekerja), metode dan mesin pada memberikan usulan-usulan perbaikan dari
proses rotary dan core builder. Hal permasalahan yang ditemukan dari tahap
tersebut teridentifikasi dengan penelusuran analyze untuk melaksanakan peningkatan
sub sebab dari keempat faktor yang rendemen produksi kayu lapis.
dilakukan melalui wawancara internal. Berdasarkan hasil wawancara, peneliti
Bahan baku hutan alam serta jangka waktu memberikan usulan untuk meningkatkan
penyimpanan log menjadi akar rendemen melalui 4 faktor yaitu faktor
permasalahan pada faktor material, akar material, manusia, metode dan mesin.
permasalahan pada faktor manusia seperti Hasil wawancara tahap improve disajikan
kualitas pekerja dan akar permasalahan pada Tabel 6.
pada faktor metode adalah teknik
Tabel 6. Usulan perbaikan untuk meningkatkan rendemen kayu lapis di PT. XYZ
(Proposed improvements to increase rendement of plywood in PT. XYZ)
Faktor Masalah Usulan perbaikan
Manusia 1. Kualitas SDM yang menurun akibat faktor 1. Perlu mengganti SDM dengan usia
usia dan teknik bekerja muda dan pembaharuan teknik
2. Operator mesin kurang teliti pada proses bekerja secara jelas dan teratur
rotary 2. Memberikan peringatan kepada
3. Pekerja kurang terampil dan terburu-buru operator secara berkala
4. Jadwal pelatihan dan evaluasi kinerja 3. Perlu pengaturan jadwal pelatihan
tidak teratur dan evaluasi secara jelas dengan
berbagai pertimbangan
Material 1. Kondisi log lapuk/busuk pada bagian kulit 1. Perlu memperhatikan waktu
2. Kondisi log pecah/rapuh pengiriman log dengan
3. Kondisi finir kasar akibat pisau rotary mempertimbangan berbagai faktor
seperti cuaca dan transportasi
2. Seharusnya diberikan jadwal khusus
pergantian pisau
Metode 1. Hasil penyobekan finir core tidak sesuai 1. Perlu instruksi metode penyobekan
standar yang jelas agar meminimalisasi waste
2. Instruksi kerja yang tidak dipahami secara 2. Perlu dibedakan penumpukan finir
jelas berdasarkan asal jenis finir (kulit dan
3. Metode penumpukan finir yang tidak empulur).
membedakan asal jenis finir
Mesin 1. Kerusakan mesin 1. Perlu memberikan jadwal
2. Ketajaman mata pisau rotary menurun khusus perawatan mesin secara
berkala
2. Perlu mengasah pisau secara
rutin minimal 2 jam sekali
Sumber : Analisis data, 2021

60
JURNAL TENGKAWANG (2022)
Vol. 12 (1): 50 - 65

Berdasarkan tahap improve, rencana


atau usulan yang paling mungkin untuk Tahap Control
dilakukan selanjutnya didiskusikan kepada Tahap control merupakan tahapan terakhir
kepala bagian produksi dalam menentukan dari metode DMAIC yang bertujuan untuk
rencana yang dapat terealisasikan untuk mengimplementasikan rencana tindakan
meningkatkan rendemen produksi kayu pada tahap improve. Berdasarkan tahap
lapis bahan baku jenis meranti merah. analyze dan improve, salah satu rencana
Usulan rencana yang dilakukan yakni tindakan yang dilakukan adalah
terdapat pada faktor metode yakni meminimalisasi penyobekan pada finir
minimalisir penyobekan finir core pada core basah dari proses rotary hingga core
proses rotary, dimana usulan tersebut builder pada faktor metode. Minimalisasi
dilakukan atas dasar diskusi dan penyobekan dilakukan atas dasar asumsi
persetujuan dari kepala bagian produksi. yang diperoleh melalui diskusi dengan
Hasil penerapan usulan tersebut berupa kepala bagian produksi dan asisten
data rendemen yang dipaparkan pada pengawas yang disajikan pada Tabel 7
tahap control. berikut.
Tabel 7. Asumsi peneliti dalam penerapan tahap control (The researcher’s
assumptions in the implementation of the control phase)
Masalah Ciri metode saat ini Saran Implementasi saran
1. Cara penyobekan yang 1. Seleksi ketebalan finir 1. Perlu instruksi kerja 1. Tidak melakukan
tidak sesuai core secara manual, yang jelas terkait penyobekan finir cacat
hasil/kualitas, 2. Finir dengan cacat mata metode penyobekan mata kayu yang kecil
2. Pelatihan kepada kayu yang kecil dibuang finir core 2. Penyobekan finir
pekerja kurang 3. Pelatihan pekerja 2. Perlu diberikan dilakukan pada finir
terjadwal dijadwalkan pada tahun jadwal pelatihan dan dengan lebar maksimal
3. Tidak membedakan awal bekerja evaluasi pekerja 10 cm
asal jenis finir core 4. Metode tumpukan finir secara khusus 3. Finir melengkung
yang digabung dalam dengan menggabungkan 3. Seharusnya karena sampah pada
satu tumpukkan asal jenis finir tumpukkan pisau rotary tetap
4. Menurunnya 5. Pisau diganti/diasah penyobekan finir core digunakan
ketajaman pisau rotary ketika sudah terlihat finir dibedakan antara finir 4. Membedakan
5. Finir tidak rata karena menjadi kasar yang berasal dari tumpukan finir core
adanya sampah batu kulit dan empulur berdasarkan asal jenis
(rotary) karena kualitas bahan finir
6. Serat miring yang berbeda
7. Finir kasar 4. Perlu jadwal
penggantian pisau
secara teratur

Sumber : Analisis data, 2021


Berdasarkan hasil analisis pada log meranti merah berdiameter
Tabel 7, peneliti mengasumsikan bahwa diatas 50 cm
proses produksi yang mempengaruhi 2. Roller dryer dengan finir core
metode penyobekkan antara lain sebagai ketebalan 3,30 mm
berikut: 3. Core builder dengan satu
1. Proses rotary dengan finir core tumpukkan finir core meranti
berasal dari kulit log dan empulur merah.

61
JURNAL TENGKAWANG (2022)
Vol. 12 (1): 50 - 65

Asumsi tersebut diperoleh melalui dasar 4. Membedakan tumpukan finir core


penentuan asumsi dengan melakukan berdasarkan asal jenis finir
fokus diskusi bersama kepala bagian Kriteria-kriteria tersebut termasuk ke
produksi kayu lapis. Berdasarkan hasil dalam tumpukan untuk diproses
diskusi, asumsi tersebut disetujui untuk berikutnya.
dilakukan agar diperoleh data Hasil Analisis Penerapan Metode Six
perhitungan nilai rendemen produksi Sigma
kayu lapis. Setelah diterapkan metode six sigma,
Kriteria penyobekan yang diamati untuk selanjutnya dilakukan perbandingan
memperoleh data rendemen adalah sebelum dan sesudah diterapkan
sebagai berikut: berdasarkan tiga proses produksi yang
1. Tidak melakukan penyobekan finir diasumsikan menjadi penyebab
cacat mata kayu yang kecil, rendemen rendah. Hasil perbandingan
2. Penyobekan finir dilakukan pada tersebut termuat dalam Tabel 8.
finir dengan lebar maksimal 10 cm,
3. Finir melengkung karena sampah
pada pisau rotary tetap digunakan.
Tabel 8. Perbandingan rendemen Sebelum dan Sesudah Penerapan Metode Six
Sigma pada proses rotary, dryer, core builder (Rendement comparasion
before and after the aplication of six sigma method in the rotary, dryer, core
builder)
Sebelum penerapan Sesudah penerapan
3 3
Volume (m ) Rendemen (%) Volume (m ) Rendemen (%)
Input (m3) Output (m3) Input (m3) Output (m3)
2,0423 0,9233 45,2088 1,8946 0,8970 47,3450
Peningkatan rendemen 47,34% - 45,20% = 2,14%
Sumber : Analisis data, 2020
Berdasarkan hasil penelitian pada rendemen setelah penerapan rencana
Tabel 8 menunjukan bahwa peningkatan tersebut sebesar 90,37%.
rendemen produksi kayu lapis sebesar Kaitan data perusahaan dengan data
2,14%. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian
penelitian (Bernik, dkk. 2019) yang Hasil penelitian diperoleh
menyatakan bahwa terjadi penurunan rendemen sebesar 88,23%, dimana nilai
kecacatan atau peningkatan rendemen tersebut tidak sesuai dengan data awal
sebesar 2,65%. Peningkatan tersebut rendemen perusahaan. Hal ini
diimplementasikan kepada nilai disebabkan oleh beberapa faktor yang
rendemen pada tahap measure yakni berbeda ketika proses penelitian dan
sebesar 88,23%, sehingga nilai data awal rendemen perusahaan yang
disajikan pada Tabel 9.

62
JURNAL TENGKAWANG (2022)
Vol. 12 (1): 50 - 65

Tabel 9. Perbandingan data rendemen perusahaan dan data penelitian


(Comparasion rendement of company data and research data)
Kriteria data awal rendemen perusahaan Kriteria data rendemen hasil penelitian
Bahan Ketebalan Ketebalan Ketebalan Rerata Bahan Ketebalan Ketebalan Ketebalan Rerata
baku log finir F/B finir core Hasil kayu nilai baku log finir F/B finir core Hasil kayu nilai
(mm) (mm) lapis (mm) rendemen (mm) (mm) lapis (mm) rendemen
Meranti 1,10 – 1,35 2,70-3,30 8,5 -11,7 Meranti 1,35 mm 3,30 mm 11,5 mm
merah
Keruing 1,10 – 1,35 2,70-3,30 8,5 -11,7 41,63% - - - - 88,23%
Kapur 1,10 – 1,35 2,70-3,30 8,5 -11,7 - - - -
Sumber : Data perusahaan dan analisis data, 2020

Tabel 9 menunjukkan bahwa analisa cacat setiap proses produksi dan


adanya perbedaan antara kriteria data wawancara dengan pengawas produksi.
awal rendemen perusahaan dengan Tahap ini menghitung persentase waste
kriteria data rendemen hasil penelitian. pada setiap proses dengan rerata sebesar
Perbedaan tersebut terjadi karena 16,26%. Tahap measure dilakukan
ketersediaan bahan baku saat penelitian perhitungan rendemen, nilai DPMO
terbatas hanya pada jenis kayu meranti sebesar 56.878,09 dan nilai six sigma
merah. Dampak perbedaan tersebut yang dimiliki oleh PT. XYZ untuk
menyebabkan hasil rendemen yang produksi produk plywood sebesar 3,27
dihasilkan berbeda. Oleh karena itu, yang termasuk kriteria untuk produksi
peneliti membuat asumsi-asumsi (Tabel rerata industri USA. Tahap analyze
7) agar dapat disesuaikan dengan data ditemukan penyebab permasalahan pada
awal rendemen perusahaan. Asumsi proses rotary dan core builder karena
dalam penentuan kriteria (Tabel 9) faktor material, manusia dan metode
sesuai dengan kondisi pabrik yang yang dilakukan perusahaan. Tahap
sedang memproduksi kayu lapis dari improve diberikan usulan kepada faktor
bahan baku jenis meranti merah. material, manusia dan metode untuk
Pemilihan jenis kayu meranti merah meningkatkan rendemen. Tahap control
menyebabkan faktor jenis kayu lain berupa implementasi usulan yakni
(mersawa, keruing, kapur) tereliminasi. minimalisir penyobekan finir core dan
Oleh sebab itu, rendemen dari hasil membandingkan asumsi rendemen
penelitian lebih besar dari data awal sebelum dan sesudah menggunakan
rendemen yang berasal dari data metode six sigma. Terjadi peningkatan
bulanan perusahaan tahun 2020. rendemen produksi kayu lapis sebesar
Perbandingan data rendemen dilakukan 2,14%, sehingga rendemen rata-rata
untuk membuktikan bahwa dengan perusahaan mengalami peningkatan dari
penggunaan metode six sigma rendemen 88,23% menjadi 90,37%.
produksi dapat meningkat hingga 2% Penerapan metode six sigma tahap
(Tabel 8). DMAIC dengan implementasi rencana
KESIMPULAN tahap improve yaitu meminimalisir
Berdasarkan uraian penelitian, penyobekan dapat membantu
maka disimpulkan bahwa tahap define meningkatkan rendemen produksi kayu
mengidentifikasi masalah berdasarkan lapis di PT. XYZ sebesar 2,14%.

63
JURNAL TENGKAWANG (2022)
Vol. 12 (1): 50 - 65

SARAN Kayu Olahan. In ISEI Business


Berdasarkan uraian penelitian, and Management Review. 3 (2):
maka saran yang dapat diberikan yakni 57-63.
Edward E, Gustopo D, Adriantantri E.
metode penyobekan finir seharusnya
2019. Penerapan Six Sigma Di
diminimalisasi dengan tidak CV Hutan Rimba. Jurnal
menyobek/mencungkil finir cacat mata Improvement. 6 (1): 1-7.
kayu kecil dan lebih memperhatikan Kewilaa, B. Tehupeiory A. (2014). Uji
ketajaman pisau rotary sehingga finir Beda Metoda Penerapan Volume
dapat dimanfaatkan secara maksimal. dengan Brereton Metrik dan Cara
Metode penumpukan finir lebih Integral. Jurnal Ilmu Ternak dan
Tanaman. 4(2): 53-58.
diperhatikan dan diawasi dengan
Manesi D. 2014. Aplikasi metode Six
memisahkan asal finir core(kulit dan Sigma (DMAIC) untuk
empulur log) sehingga finir dapat meningkatkan kualitas produk alat
dimanfaatkan secara maksimal. music sasando. Konferensi
Sebaiknya memperhatikan kualitas Nasional Engineering. Perhotelan
SDM pada setiap proses produksi V. ISSN 2338 414X: 423-432.
dengan memberikan jadwal evaluasi Murnawan H, Mustofa. 2014.
Perencanaan Produktivitas Kerja
kinerja sebagai upaya untuk menjaga
dari Hasil Evaluasi Produktivitas
kualitas finir. degan Metode Fishbone di
Perusahaan sebaiknya menerapkan Perusahaan dengan Metode
metode six sigma untuk manajemen Fishbone di Perusahaan
perusahaan, baik pada produksi kayu Percetakan Kemasan PT. X.
lapis maupun pada sistem organisasi Jurnal Teknik Industri
HEURISTIC. 11(1): 27–46.
perusahaan agar terlihat detail masalah
Peraturan Direktur Jenderal Pengelolaan
dan solusi terbaik dalam meningkatkan Hutan Lestari Nomor 15. 2015.
rendemen dan kualitas kayu lapis. Petunjuk Penyusunan dan
Perlu dilakukan penelitian lebih Penyampaian Laporan Efisiensi
lanjut mengenai analisa biaya produksi Penggunaan Bahan Baku dan
untuk menerapkan usulan-usulan yang Pemanfaatan Kayu Limbah
diberikan. Produksi Industri Primer Hasil
Hutan Kayu (IPHHK). Jakarta:
DAFTAR PUSTAKA
Direktur Jenderal.
Ayu G, Wulandari A, Setiawina ND, Peraturan Direktur Jenderal Tentang
Djayastra K. 2017. Analisis Bina Usaha Kehutanan. Nomor
Faktor-Faktor Yang 12/VI/BPPHH/2014. Rendemen
Mempengaruhi Produksi Industri Kayu Olahan Industri Primer
Perhiasan Logam Mulia Di Kota Hasil Hutan Kayu. Jakarta:
Denpasar. Bisnis Universitas Direktur Jenderal.
Raymond M. Felecia. 2014.
Udayana. 6: 79–108.
Peningkatan Rendemen Barecore
Bernik M, Noviyanti DR. 2019. di PT Anugerah Tristar
Penerapan Metode Six Sigma Internasional. Jurnal Tirta. 2(1):
Dalam Upaya Pengendalian 29–34.
Kualitas Produk Pada Industri

64
JURNAL TENGKAWANG (2022)
Vol. 12 (1): 50 - 65

Siregar K, Sari TM. 2019. Identifikasi


Faktor-Faktor Penyebab
Timbulnya Cacat Pada Produk
Plywood (STUDI KASUS PADA
PT. XYZ). Talenta Conference
Series: Energy and Engineering
(EE), 2(3).
https://doi.org/10.32734/ee.v2i3.7
72
Sirine H, Kurniawati EP. 2017.
Pengendalian Kualitas
Menggunakan Metode Six Sigma
(Studi Kasus pada PT Diras
Concept Sukoharjo). AJIE-Asian
Journal of Innovation and
Entrepreneurship. 2(3): 2477–
3824.
Uar NI. 2016. Produktivitas dan
Rendemen Kayu Gergajian Pada
Perusahaan IUIPHHK PT.
Katingan Timber Celebes.
Agrikan: Jurnal Agribisnis
Perikanan. 9(1): 16-22.

65

You might also like