You are on page 1of 12

Jurnal Engine: Energi, Manufaktur, dan Material e-ISSN: 2579-7433

Hermawan & Mahbubah, Vol. 5, No. 2, 2021: 65-76

Integrasi Statistical Process Control dan Failure Mode And Effect Analysis
Guna Meminimalisasi Defect Pada Proses Produksi Pipa PVC
(1)*
Ananda Hermawan, (2)*Nina Aini Mahbubah
(12)
Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Gresik,
Jl. Sumatera No.101 GKB, Gresik – Indonesia 61121
*Email:n.mahbubah@umg.ac.id, anandahrmwnn@gmail.com
Diterima: 30.09.2021 Disetujui: 14.10.2021 Diterbitkan: 24.10.2021

ABSTRACT

Quality can be referred as fitness to use. Furthermore, Quality standard is considered as a way in
order to meet customers’ need. PT AZ is a manufacture enterprise which produce polyvinyl chloride
(PVC) pipes. This firm has been implementing a Standard Operating Procedure (SOP) in maintaining
defect with no more than 2,5% reject product during process production. However, such defects have
been happened in production line which were not meet company standards. This study aims to
evaluate defect along production process in order to find suitable solution in improving product
quality. Seven Tools and Failure and Mode and Effect Analysis (FMEA) were used as research
method. The results showed that there were 3 types of defects, namely spot defect, sink marks ant
scratch defect. Furthermore, the results of the Cause-and-effect diagram show that human error,
materials and machine are considered as main factors in contributing such defect. In addition, result
from FMEA analysis detect that analysis and calculation of the highest RPN 147, namely the human
factor is considered as the highest Risk Priority Number with 147 score. This study suggest that
further training and supervision should be give to employees in order to improve employers’’
knowledge
Keywords: Quality, Defect, Seven Tools, FMEA, RPN, PVC

ABSTRAK

Kualitas merupakan kesesuaian suatu produk berdasarkan sudut pandang pengguna produk.
Standarisasi mutu merupakan upaya perusahaan dalam memenuhi kualitas sesuai kebutuhan
konsumen. PT. AZ sebagai produsen berbagai jenis pipa PVC telah menerapkan standarisasi mutu
sepanjang alur proses produksi dan batas tingkat defect output kurang dari 2%. Namun pada
kenyataannya masih ditemukan produk yang tidak sesuai standar mutu. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi, menganalisis defect, dan menentukan skenario perbaikan kualitas sepanjang lini
produksi Pipa PVC. Metode Seven Tools dan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) digunakan
sebagai pendekatan dalam menyelesaikan permasalahan defect pada lini produksi Pipa PVC. Hasil
penelitian menunjukkan terdapat 3 jenis kecacatan yaitu bercak/bintik, sink mark, dan scratch/goresan.
Hasil control chart menunjukkan jumlah produk defect masih dalam batas kontrol artinya perusahaan
masih mampu mengontrol kecacatan dengan baik. Selanjutnya dari hasil Cause and effect diagram
menunjukkan 3 faktor yang mempengaruhi tingginya defect yaitu manusia, bahan baku dan mesin.
Kemudian langkah selanjutnya yaitu analisis faktor kecacatan dengan menggunakan metode FMEA.
Dari hasil analisis dan perhitungan RPN tertinggi 147 yaitu faktor manusia dengan jenis kecacatan
bercak/bintik dan penyebab kecacatan operator lelah sehingga proses produksi kurang terkontrol.

Kata Kunci: Kualitas,, Kecacatan, Seven Tools, FMEA, RPN, PVC

I. Pendahuluan menghasilkan produk yang berkualitas tinggi


dan sesuai dengan fungsinya (Farid &
Perkembangan industri saat ini Suhartini, 2019). Pencapaian tujuan dilakukan
semakin pesat sehingga perusahaan selalu tinjauan atau evaluasi terhadap proses produksi
dituntut dan diharapkan mampu untuk yang ada pada perusahaan, apabila pada proses

-65-
Jurnal Engine: Energi, Manufaktur, dan Material e-ISSN: 2579-7433
Hermawan & Mahbubah, Vol. 5, No. 2, 2021: 65-76

produksi terdapat masalah, maka yang menjadi target kualitas dapat terpenuhi sehingga
parameter dilihat dari jumlah defect yang kerugian akibat produk defect dapat
dihasilkan dalam proses produksi. Produk dihilangkan. Pada proses produksi perusahaan
defect merupakan barang yang dibuat dalam manufaktur seperti PT. AZ, terdapat lima
proses produksi dan tidak sesuai stanadar yang faktor yang mempengaruhi terjadinya
ditetapkan. Produk defect adalah produk yang kecacatan tersebut yaitu mesin, metode kerja,
tidak memenuhi spesifikasi (Isma & Hariswan, bahan baku, modal, mesin produksi. Namun
2018). dari faktor-faktor tersebut belum diketahui
PT. AZ merupakan perusahaan yang secara spesifik yang menyebabkan kecacatan
bergerak dibidang manufaktur produksi Pipa produk yang paling besar.
PVC di Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Penelitian ini bertujuan untuk
Perusahaan memproduksi berbagai jenis pipa mengidentifikasi, menganalisis defect, dan
PVC mulai dari ukuran kecil hingga pipa menentukan skenario perbaikan kualitas
besar. Perbaikan terus menerus pada proses sepanjang lini produksi Pipa PVC guna
produksi merupakan salah satu pendekatan meminimalisasi defect produk. Metode
penjaminan mutu perusahaan manufaktur atau Statistical Quality Control (SQC) dan metode
perusahaan jasa (Suparjo, 2019). Perusahaan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)
ini mampu memproduksi pipa ±1400 pcs per dikenal sebagai metode pengendalian kualitas
bulan. Tahapan proses produksi pipa PVC dan terbukti mengidentifikasi potensi
yaitu pengadaan bahan baku, mixing, kegagalan yang akan timbul dengan
hoppering, extruding, cooling, hold off, meminimisasi risiko kecacatan (Andrian,
printing cutting inspeksi dan jika produk all Muhammad, & Petrus, 2020). FMEA
good inspection selanjutnya barang disimpan merupakan alat analisis untuk
di gudang untuk dilakukan pengiriman pada mengidentifikasi, mengenali dan mengurangi
konsumen. kegagalan, masalah, kesalahan yang diketahui
Perusahaan menetapkan standarisasi sehingga masalah yang terjadi pada proses
pengendalian mutu di lini produksi, yaitu serta produk dapat dicegah dimana FMEA
jumlah defect produk tidak melebihi 2%. akan meningkatkan kualitas dari produk dan
Namun setiap proses produksi terkadang apa pelayanan sehingga akan meningkatkan
yang diinginkan tidak sesuai dengan kepuasan konsumen (Dini & Evi, 2019).
kenyataan, sehingga data perusahaan Metode ini juga dapat digunakan sebagai alat
menunjukkan tingkat defect yang lebih tinggi ukur skala prioritas perbaikan dari tiap mode
dibandingkan standar mutu yang ditetapkan. kegagalan yang terjadi sehingga memudahkan
Tabel. 1 merupakan data produksi selama langkah perbaikan (Ayu & Nina, 2021). Seven
bulan September sampai Desember 2018. tools adalah alat-alat yang dapat dipakai untuk
Tabel 1. Outtput Produksi Sept – Dec 2018 peningkatan pengendalian kualitas. Seringkali
Bulan Jumlah Jumlah juga sebagai pemecah masalah, sehingga
Produksi (X) Defect (Y)
berbagai lini produksi dapat menggunakan
metodologi dalam problem solving tersebut
Sept 14.012 351
untuk melakukan perbaikan (Faisal & Syarif,
Okt 14.461 307
2017).
Nov 14.039 370
Seven Tools dan FMEA merupakan
Des 14.471 398
pendekatan yang digunakan dalam
Jumlah 56.983 1426
menganalisis permasalahan yang
Persentase 2.5%
(%)
teridenifikasi di lini produksi. Pertama yaitu
Dari Tabel. 1 diketahui data produksi Mengidentifikasi Jenis dan kriteria defect
selama 4 bulan September sampai desember sepanjang alur proses produksi PVC.
dengan jumlah produksi sebanyak 56983 pipa Kemudian Menghitung kecacatan yang terjadi
dengan jumlah kecacatan 1426 pipa artinya menggunakan pendekatan seven tools dan
hanya 2,5% rasio kecacatan dari total produksi. FMEA, setalah dilakukan perhitungan maka
Perusahaan telah menetapkan batas kecacatan selanjutnya yaitu menganalisis hasil
produksi yaitu sebanyak 2%, Divisi Quality perhitungan pendekatan seven tools dan
Control secara terus menerus berupaya FMEA. Terakhir Memberikan usulan
meminimalisir jumlah produk outspect agar perbaikan produk defect pada proses produksi
pipa PVC.

-66-
Jurnal Engine: Energi, Manufaktur, dan Material e-ISSN: 2579-7433
Hermawan & Mahbubah, Vol. 5, No. 2, 2021: 65-76

Seven tools digunakan sebagai alat bantu dengan beberapa faktor. Risiko kegagalan dan
untuk mengendalikan kualitas. Kemampuan akibatnya ditentukan oleh tiga faktor yaitu
seven tools dalam mengemukakan fakta (Yasarah & Ida, 2021):
ataupun fenomena yang menyebabkan alat 1. Tingkat keparahan dari kegagalan jika
bantu ini banyak digunakan oleh para pakar terjadi (severity) merupakan penilaian
untuk mengendalikan kualitas. Adapun 7 tools keseriusan efek potensi kegagalan yang
pada pengendalian kualitas yaitu sebagai meliputi komposesn, sub-sistem, sistem
berikut: (Vera & Melany, 2021) atau pelanggan jika itu terjadi. Nilai
1. Diagram Pareto (Pareto Diagram) severity 1 sampai 10, dengan 1 yaitu tidak
digunakan sebagai alat untuk mengelola ada dan 10 yaitu paling parah (Tiara &
kealahan, masalah atau reject agar dapat Elisabeth, 2016).
memusatkan titik kesalahan untuk 2. Frekuensi kegagalan yang terjadi
melakukan perbaikan (Andrianto & Nina, (occurrence) adalah kesempatan bahwa
2021). salah satu penyebab/mekanisme spesifik
2. Lembar Periksa (Check Sheet) merupakan akan terjadi. Kriteria occurrence 1 sampai
alat lembar pengumpulan data yang 10, dengan 1 adalah setidaknya
digunakan untuk memudahkan dan kemungkinan dan 10 aalah tertinggi
menyederhanakan pencatatan data kemungkinan (Tiara & Elisabeth, 2016).
(Andrianto & Nina, 2021). 3. Kemungkinan kegagalan untuk terdeteksi
3. Diagram Batang (Histogram) merupakan sebelum kejadian (detection) adalah
suatu diagram batang yang digunakan penilaian kemungkinan bahwa proses
untuk menampilkan atau menyajikan kintrol yang diusulakn saat ini akan
variasi suatu data (Tio & Mujiya, 2018). mendeteksi potensi kelemahan atau
4. Diagram Alur (Flow Chart) adalah alat kegagalan berikutnya pada saat proses
yang digunakan untuk memberi Gambaran produksi. Nilai detection 1 sampai 10,
suatu alur atau langkah-langkah yang dengan 1 adalah sangat berpengaruh dan
diperlukan untuk menyelesaikan suatu 10 adalah tidak berpengaruh (Tiara &
tugas (Andi & Tuwanku, 2015). Elisabeth, 2016).
5. Diagram Tebar (Scatter Diagram) alat Meskipun metode SPC dan FMEA telah
yang digunakan untuk melihat penyebaran dilakukan di penelitian terdahulu, namun
data dari hubungan dua faktor, dependen terdapat perbedaan pada penelitian ini terhadap
dan independen (Vera & Melany, 2021). penelitian terdahulu. Penelitian menggunakan
6. Peta Kendali (Control Chart) merupakan metode SPC dan FMEA di produsen pipa
alat yang digunakan untuk menentukan belum dikembangkan pada penelitian
batas produk apakah dalam kondisi sebelumnya. Keutamaan penelitian ini yaitu
terkontrol atau di luar batas kendali penerapan seven tools mampu mendeteksi
(Wahyu, Suyadi, & Choirul, 2017). produk outspect dapat di deteksi di sepanjang
7. Diagram Tulang Ikan (Fishbone Diagram- alur produksi, dan hasil FMEA memiliki
Diagram Sebab Akibat) alat yang keunggulan dalam menganalisis sekaligus
digunakan untuk mengetahui sebab akibat merekomendasikan skenario mengeliminasi
permasalahan serta untuk mengidentifikasi defect sehingga kerugian akibat produk
permasalahan tersebut (Wahyu, Suyadi, & outspect dapat di minimalisir. Produk Pipa
Choirul, 2017). PVC jika dinyatakan no-good maka tidak dapat
FMEA merupakan suatu oendekatan yang dilakukan repairement, sehingga produk reject
digunakan guna mengidentikasi kegagalan tersebut harus dihancurkan.
yang mungkin terjadi, memberi skala prioritas
dari setiap jenis kegagalan dan melakukan
II. Bahan dan Metode
tindakan perbaikan pada proses di industry
manufaktur dan jasa (Habulloh & Dwi, 2017). Studi lapangan dilakukan di
Tujuan penggunaan FMEA adalah untuk perusahaan PT. AZ untuk menggali dan
menghilangkan atau mengurangi risiko bahaya mengumpulkan data. Data yang digunakan
terutama untuk prioritas risiko tertinggi dengan yaitu selama 4 bulan (September - Desember)
menentukan tindakan yang dilakukan di awal. 2018. Selama studi lapangan juga dilakukan
Prioritas risiko ditentukan dari nilai risiko studi pustaka dengan melakukan pengumpulan
dalam bentuk Risk Priority Number (RPN) refenrensi baik terhadap buku, literatur,

-67-
Jurnal Engine: Energi, Manufaktur, dan Material e-ISSN: 2579-7433
Hermawan & Mahbubah, Vol. 5, No. 2, 2021: 65-76

catatan, maupun jurnal untuk membatu VI. Control chart / P chart


penelitian. Kemudian dilakukan identifkasi Jenis data yang digunakan merupakan data
masalah dan perumusan masalah yang didapat atribut sehingga digunakan peta kendali P (p-
dari survey lapangan masalah jenis-jenis chart). Perhitungan dilakukan dengan
defect, penyebab defect yang menyebabkan menggunakan MS. Excel data-data primer
penurunan kualitas produk. 3 responden dimasukkan untuk menghitung p-bar (nilai
penelitian dengan jabatan sebagai Kepala tengah), LCL (nilai batas bawah), dan UCL
Divisi Quality Control, Kepala Produksi, dan (nilai batas atas).
Kepala PPIC merupakan responden dalam VII. Diagram Tulang Ikan
pengisian kuesioner FMEA dan brainstorming Selanjutnya yaitu analisis penetuan sebab
dalam penyusunan skenario rekomendasi akibat hubungan antara masalah dengan faktor
dalam perbaikan kualitas berkelanjutan. kemungkinan yang menyebabkan terjadinya
Penelitian ini menggunakan metode masalah. Faktor-faktor yang diidentifikasi
explanatory dengan menerapkan dan teori antara lain yaitu bahan baku, mesin, manusia,
empiris untuk di implementasikan pada studi metode dan lingkungan.
kasus dengan obyek perusahaan manufaktur
produsen Pipa PVC. 4 tahapan penelitian 2. Implementasi Metode FMEA
dijabarkan di 2.1 sampai 2.4 sebagai berikut: I. Penentuan Nilai Efek Kecacatan
1. Implementasi Metode Seven tools (Severity)
Setalah dilakukan obeservasi dan penelusuran Jenis kecacatan yang terjadi selama proses
dalam pembuatan pipa PVC tipe D4 di PT. AZ produksi dipengaruhi beberapa factor utama
data yang telah dikumpulkan yaitu data historis antara lain : bahan baku, mesin, manusia,
perusahaan dan data hasil observasi langsung metode. Pemberian nilai efek kecacatan
selanjutnya di analisis menggunakan metode dilakukan oleh responden melalui
seven tools yaitu check sheet, flow diagram, brainstorming dan pengisian kuesioner FMEA
scatter plot, histogram, pareto, control chart, kepada operator, QC, atau kepala produksi.
dan fishbone diagram/diagram tulang ikan. Dari hasil wawancara tersebut didapatkan nilai
I. Check Sheet efek kecacatan / Severity (S). semakin besar
Pada proses produksi pipa pvc tipe d4 selama nilai yang diberikan maka semakin besar
proses tersebut dilakukan pencatatan data dampak yang dihasilkan (Erwindasari,
menggunakan check sheet. Data yang Nurwidiana, & Brav, 2019). Nilai severity 1
digunakan selama 4 bulan mulai september sampai 10, dengan 1 yaitu tidak ada dan 10
sampai desember 201. yaitu paling parah (Tiara & Elisabeth, 2016).
II. Flow Diagram II. Penentuan Nilai Peluang Defect
MengGambarkan tahapan proses produksi (Occurrence)
pembuatan Pipa PVC mulai dari bahan baku Setelah dilakukan penetuan nilai efek
sampai produk jadi. kecacatan selanjutnya yaitu dilakukan
III. Scatter Diagram penetuan nilai peluang kecacatan / Occurrence
Untuk mengetahui korelasi antara variabel x (O). Proses penilaian sama dilakukan oleh
dan variabel y pada produksi pipa pvc tipe d4 perusahaan dengan proses wawancara.
dilakukan analisis scatter plot. Scatter plot Semakin besar nilai yang diberikan makan
dibuat menggunakan MS. Excel yang hasilnya semakin besar dampak yang dihasilkan
berupa diagram scatter. (Erwindasari, Nurwidiana, & Brav, 2019).
Kriteria occurrence 1 sampai 10, dengan 1
IV. Histogram
adalah setidaknya kemungkinan dan 10 adalah
Data yang ada pada check sheet kemudian
tertinggi kemungkinan (Tiara & Elisabeth,
diolah dalam diagram histogram untuk
2016).
mengetahui karakteristik atau variasi data
defect tersebut. III. Penentuan Nilai Deteksi Kecacatan
(Detection)
V. Pareto
Proses selanjutnya yaitu penetuan nilai deteksi
Data yang ada diolah dalam bentuk diagram
kecacatan. Proses penilaian dilakukan oleh
pareto untuk mengatahui jenis defect terbesar
perusahaan dengan melakukan wawancara
hingga terkecil.
kepada mandor, QC, atau kepala produksi.
Semakin kecil nilai yang diberikan makan

-68-
Jurnal Engine: Energi, Manufaktur, dan Material e-ISSN: 2579-7433
Hermawan & Mahbubah, Vol. 5, No. 2, 2021: 65-76

semakin besar pengaruh yang dihasilkan permukaan pipa, bedanya ini seperti goresan
(Erwindasari, Nurwidiana, & Brav, 2019). panjang yang terjadi pada saat produksi.
Nilai detection 1 sampai 10, dengan 1 adalah Sink mark adalah cekungan cekungan pada
sangat berpengaruh dan 10 adalah tidak pipa yang membuat pipa terlihat seperti
berpengaruh (Tiara & Elisabeth, 2016). penyok dan tidak silindris.
IV. Perhitungan RPN I. Data Kecacatan Produk / Check Sheet
Langkah berikuntya yang dilakukan setelah Data kecacatan yang di ambil yaitu Bulan
metode FMEA adalah menghitung nilai RPN. September – Desember 2018. diketahui bahwa
Perhitungan ini dilakukan untuk mengetahui total produksi pipa selama 4 bulan yaitu
moda kegagalan yang harus diutamakan dalam sebanyak 56983 pcs dan terdapat 3 jenis
penanganannya. Nilai RPN dapat diketahui kecacatan antara lain bercak/bintik sebanyak
dengan mengalikan nilai severity, occurance, 745 pcs, Sink mark 268 pcs, Scratch/goresan
dan detection yang telah diperoleh sebanyak 413 pcs. Jadi jumlah kecacatan yaitu
sebelumnya. Nilai RPN paling tinggi sebanyak 1426 pcs. Diketahui terdapat 2.5%
diutamakan dalam pemberian rekomendasi kecacatan dari seluruh jumlah produksi.
(Erwindasari, Nurwidiana, & Brav, 2019).
RPN = saverity X occurance X detection Tabel 2. Data Kecacatan Produk
(Erwindasari, Nurwidiana, & Brav, 2019). Jumlah Jenis Defect Jumlah
Bulan Produksi Bercak/ Sink Defect
V. Skenario Perbaikan (X) Bintik Marks
Scratch (Y)
Perbaikan dilakukan berdasarkan nilai RPN Sept 14012 179 68 104 351
tertinggi dengan priorotas penanganan Okt 14461 163 61 83 307
kecacatan (Erwindasari, Nurwidiana, & Brav, Nov 14039 192 68 110 370
2019). Dari usulan perbaikan tersebut bisa Des 14471 211 71 116 398
dilakukan analisis lagi atau Jumlah 56983 745 268 413 1426
mengkombinaksikan dengan metode lain % 2.5%
seperti metode DMAIC atau metode six sigma
untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dan II. Flow chart / Run chart
lebih maksimal lagi untuk perusahaan dan Flow Chart produksi proses proses produksi
untuk penelitian. dan inspeksi Pipa PVC dapat dilihat di Gambar
III. Hasil dan Pembahasan 2 flow chart produksi pipa PVC.

1. Jenis Defect
Dari hasil pengamatan di PT. AZ divisi pipa
PVC/HDPE & Fitting selama 4 bulan pada
bulan September sampai desember 2018
didapatkan 3 jenis kecacatan yang di alami
pada saat poduksi pipa PVC tipe D4 inch di
Gambar 1.

1 2 3
Gambar 1. Jenis kecacatan produk pipa
Defect bercak atau bintik adalah defect yang
terlihat pada permukaan pipa, permukaan tidak
pipa halus karena terdapat bintik bintik kecil
akibat proses produksi yang tidak sempurna.
Scratch/goresan sama halnya dengan defect
bintik yaitu defect yang terdapat pada
Gambar 1. Flow Chart Produksi Pipa PVC

-69-
Jurnal Engine: Energi, Manufaktur, dan Material e-ISSN: 2579-7433
Hermawan & Mahbubah, Vol. 5, No. 2, 2021: 65-76

Gambar 2. merupakan alur proses produksi katakan korelasi rendah karena titik koordinat
pipa PVC. Sebelum mulai proses produksi saling berjauhan dan tidak berdekatan pada
pertama adalah pengadaan bahan baku setelah satu garis/kurva.
bahan baku datang dilakukan inspeksi, setelah IV. Histogram
lolos maka akan dilakukan prose mixing bahan Data histogram ini digunakan untuk
baku pipa kemudian hasil mixing akan mengetahui penyebaran jenis defect pada
dimasukkan mesin hopper melalui crane. produk secara menyeluruh sehingga dapat
Proses selanjutnya yaitu masuk mesin extruder diketahui jenis kecacatan produk yang paling
pada proses ini pipa mulai di bentuk lalu sering terjadi pada produk pipa PVC tipe D 4
masuk mesin vacum/bak cooling 1 dan bak dan ata histogram ini merupakan data selama 4
coolling 2 untuk di dinginkan, setelah mesin bulan mulai September sampai Desember
bak colling yaitu ada mesin hold off yang 2018.
berfungsi sebagai mesin penarik pipa.
Kemudian setelah keluar dari mesin hold Histogram Kecacatan Produk

off proses selanjutnya yaitu proses printing 800


745

untuk memberi merk dan spesifikasi pipa, lalu


700

600
dilakukan cutting sesuai panjang pipa. Setelah 500
cutting pipa akan melalui mesin stacking dan 400
413

akan dilakukan inspeksi akhir. setelah inspeksi 300 268

akhir ada 3 tahap yang dilalui, pertama apabila 200

tidak lolos maka pipa akan dipisah dan 100

dimasukan mesin crusser untuk dihancurkan. 0


Bercak/Bintik Sink Marks Scracth/Goresan
Tahap kedua apabila lolos maka pipa akan
Gambar 4. Histogram Kecacatan Produk Pipa
masuk gudang penyimpanan dan dilakukan
pengiriman. Tahap etiga apabila lolos inspeksi Dari data Histogram Gambar 4. diatas
dan ingin dilakukan pembuatan ujung dapat diketahui bahwa kecacatan yang paling
sambungan pipa maka akan masuk proses sering terjadi yaitu bercak/bintik pada pipa
selanjutnya yaitu proses belling, setelah proses (745), kemudian yang kedua yaitu
belling dilakukan inspeksi lagi apabila lolos scratch/goresan (413), dan yang paling sedikit
inspeksi maka pipa akan masuk gudang yaitu sink marks atau permukaan tidak rata
penyimpanan lalu dilakukan pengiriman dan pada pipa (268).
apabila tidak lolos inspeksi maka pipa akan V. Diagram Pareto
masuk mesin crusser untuk dihancurkan dan Diagram pareto digunakan untuk
dilakukan proses produksi ulang. mengetahui jenis defect yang paling sering
III. Scatter Plot terjadi beserta dengan persentasenya.
Dari hasil pengamatan, berikut
merupakan hasil Scatter Plot yang Pareto Chart
menunjukkan hungan antara jumlah produksi 800 100% 100%

dengan jumlah kecacatan produk. 700


81%
90%
80%
600
70%
Scatter Plot Jumlah Produksi (X) terhadap Jumlah Kecacatan (Y)
500 60%
450
400 52% 50%
400
300 40%
350
30%
300 200
y = -0,0145x + 562,54 20%
R² = 0,0093
250 100 10%
200 0 0%
150 Bercak/Bintik Scratch/Gores Sink Marks

100 Jumlah persentase komulatif


50
0
Gambar 5. Pareto chart
13900 14000 14100 14200 14300 14400 14500 Dari Gambar 5. dapat dilihat bahwa jenis
Gambar 3. Scatter plot jumlah produksi (X) kecacatan yang paling sering terjadi yaitu
terhadap jumlah kecacatan (Y) bercak/bintik dengan persentase 52% dari
Dapat diketahui dari Gambar 3. bahwa keseluruhan jumlah kecacatan. Kemudian
menunjukkan adanya kolerasi rendah (low scratch/gores dengan presentase 29% total
moderat) antara variabel x dan variabel y. Di

-70-
Jurnal Engine: Energi, Manufaktur, dan Material e-ISSN: 2579-7433
Hermawan & Mahbubah, Vol. 5, No. 2, 2021: 65-76

komulatif 81% dan sink mark dengan Dari hasil analisis control chart / peta
presentase 19% jadi total kumulatif 100%. kendali diketahui bahwa tidak ada data yang
VI. Control chart / P Chart outlier atau keluar dari batas UCL maupun
Contol chart atau peta kendali digunakan untuk LCL sehingga dapat di simpulkan bahwa
melihat apakah proses pegendalian kualitas pengendalian kualitas oleh perusahaan masih
oleh perusahaan sudah terkendali atau tidak. cukup terkedali.
Jenis cacat adalah data atribut (bercak/bintik,
sink mark, scratch/gores) sehingga peta VII. Diagram Sebab Akibat / Diagram
kendali yang digunakan adalah peta kendali Tulang Ikan
khusus data atribut yaitu P chart.
Berikut ini merupakan diagram sebab akibat
Tabel 5. Data Proporsi Kecacatan yang digunakan untuk menganalisa penyebab
permasalahan kecacatan yang terjadi pada
Jumlah Jumlah produksi Pipa PVC tipe D4 di PT. AZ.
Bulan Proporsi Cl Ucl Lcl
Produksi Defect

Sept 14012 351 0,025 0,025 0,029 0,021


Okt 14461 307 0,021 0,025 0,029 0,021
Nov 14039 370 0,026 0,025 0,029 0,021
Des 14471 398 0,028 0,025 0,029 0,021
Jumlah 56983 1426
⍴ 0,025

1-⍴ 0,975

nilai rata-rata p :
Gambar 7. Fishbone kecacatan Sink mark.
̅ ………. (1)
Dari Gambar. 7 teridentifikasi 4 faktor yang
Menghitung batas CL,UCL,LCL memoengaruhi kecacatan Sink mark yaitu
̅ ………………...........….(2) bahan baku, mesin, manusia, dan metode.

̅ ̅
̅ √ ………. (3)

̅ ̅
̅ √ ………. (4)

Ket :
p = proporsi kesalahan dalam setiap sampel
n = banyaknya sampel yang diambil dalam
inspeksi
CL = control limit Gambar 8. Fishbone kecacatan bercak/bintik.
UCL = Upper control limit
Dari Gambar 8. dapat diketahui bahwa
LCL = Lower control limit
ada 5 faktor yang mempengaruhi kecacatan
bercak/bintik, antara lain bahan baku,
Peta kendali P Chart
mesin, manusia, metode, dan lingkungan.
0,035

0,03
0,029 Ditinjau dari 5 faktor tersebut faktor
0,025 0,025
0,026
0,028
0,025
manusia lah yang sangat mempengaruhi
0,02 0,021 0,021 kecacatan produk.
0,015

0,01

0,005

0
Sept Okt Nov Des

Proporsi CL UCL LCL

Gambar 6. Peta kendali P chart

-71-
Jurnal Engine: Energi, Manufaktur, dan Material e-ISSN: 2579-7433
Hermawan & Mahbubah, Vol. 5, No. 2, 2021: 65-76

Operator 7 5 3 105

Manusia
Kurang
Melakukan
Pengecekan. 6 6 3 108
Kurang Pelatiha
Pada Operator.
Meto Metode Kerja 3 3 5 45
de Kurang Tepat
Baha Kualitas Bahan 4 3 5 60

Bercak/Bintik

Produk masuk mesin crusser untuk dihancurkan


n Tidak Sesuai
baku Estándar. 3 4 5 60
Sisa Bahan
baku
Gambar 9. Fishbone kecacatan Sebelumnya Di
Scratch/goresan. Pakai Lagi
Mesi Kurang 4 4 4 64
Dari Gambar 9. dapat diketahui bahwa terdapat n Perawatan /
Maintenance
5 faktor yang mempengaruhi kecacatan Mesin
Scratch/goresan pada pipa yaitu faktor metrial, Men Operator Lelah 7 7 3 147
Tidak Sesuai 5 6 4 125
mesin, manusia, metode dan lingkungan. Dari Prosedur
beberapa faktor tersebut faktor manusia Kurang 6 5 3 90
merupakan faktor yang sangat mempengaruhi Pelatihan
Metode Kerja 3 2 5 30
kecacatan. Hasil Diagram Fishbone dari ketiga

Metode
Kurang Tepat
defect ini akan dijadikan sebagai input data Kurang 3 3 4 18
dalam pengerjaan metode FMEA. Pengawasan
Ling Berdebu 4 3 5 64
kung Lingkungan 4 3 4 36
2. Failure Mode And Effect Analysis an Kotor.
(FMEA) Ganti-Ganti 4 3 4 48
Scratch/Gores

Produk masuk mesin crusser untuk dihancurkan.

Bahan baku
Tabel. 6 merupakan hasil perhitungan FMEA Supplier.
Sisa Bahan 3 3 4 36
dengan melakukan penentuan nilai severity baku
(S), occurrence (O), detection (D). Nilai dari S Sebelumnya Di
O D tersebut di dapat dari penyebaran Pakai Lagi
kuesioner yang telah dilakukan sesuai tahapan Perlu Perawatan 4 3 5 60
Mesin

Preventif.
penelitian. Hasil rekapitulasi FMEA kecacatan Kebijakan 4 4 4 64
Sink mark. Sehingga hasil rekapitulasi Peremajaan
Mesin
didapatkan nilai Severity, Occurrence,
Men Operator 7 6 3 126
Detection, dari nilai Severity faktor yang Kurang
dianggap paling berdampak yaitu faktor Melakukan
manusia dengan skor 7, kemudian Occurrence Pengecekan. 6 5 4 120
Kurang Pelatiha
faktor yang paling berdampak yaitu faktor Pada Operator.
manusia dengan skor 6, dan untuk Detection Meto Metode Kerja 3 4 5 60
de Kurang Tepat
pengaruh yang paling besar yaitu juga dari Kurang 3 4 3 36
faktor manusia dengan skor 3. Pengawasan
Ling Area Kerja 3 3 3 27
Tabel 6. Nilai S O D Dan RPN kung Kurang
Jenis Akibat Fakt Penyebab S O D an Nyaman Karena
RPN

Defect Dari or Defect Panas. 3 3 3 27


Defect Lingkungan
Bahan Tidak 3 4 5 60 Kotor.
Sink Mark

crusser untuk dihancurkan.


Produk masuk mesin

baku
Bahan

Sesuai Estándar.
Sisa Bahan 2 2 6 24 Hasil rekapitulasi FMEA defect
baku Di Pakai Bercak/bintik, dengan nilai Severity tertinggi
Lagi
Perlu Perawatan 4 3 4 48 yaitu faktor manusia dengan skor 7 (sangat
Mesin

Preventif. berdampak), kemudian Occurrence tertinggi


Kebijakan 2 3 5 30
Peremajaan
yaitu faktor manusia dengan skor 6 (sangat
Mesin berdampak, dan Detection skor/nilai terkecil
yaitu faktor manusia dengan skor 3 (sangat
berpengaruh). Hasil rekapitulasi FMEA
kecacatan Scratch/goresan. Dengan nilai
Severity tertinggi yaitu faktor manusia dengan
skor 7 (sangat berdampak), kemudian

-72-
Jurnal Engine: Energi, Manufaktur, dan Material e-ISSN: 2579-7433
Hermawan & Mahbubah, Vol. 5, No. 2, 2021: 65-76

Occurrence tertinggi yaitu faktor manusia Bercak/ Kurang 90 Diadakan spelatihan bagi
Bintik pelatihan operator.
dengan skor 7 (sangat berdampak, dan Bercak/ Kurang 64 Dilakukan pengecekan
Detection skor/nilai terkecil yaitu faktor Bintik perawatan setiap sebulan sekali.
manusia dan lingkungan dengan skor masing- mesin
Bercak/ Berdebu 64 Perlu dilakukan
masing 3 (sangat berpengaruh) Bintik pembersihat setiap
Langkah selanjutnya setelah dilakukan pergaantian shift.
perhitungan metode FMEA yaitu dilakukan Scratch/ Kebijakan 64 Peremajaan mesin setiap
Gores peremajaan 10thn sekali.
penetuan nilai RPN (Risk Priority Number). mesin
Dari perhitungan tersebut dapat diketahui Sink Bahan tidak 60 Menetapkan supplier
bahwa dari ke 3 kecacatan tersebut memiliki Mark sesuai bahan baku.
standar.
nilai RPN tertinggi di setiap faktor penyebab Bercak/ Ganti-ganti 60 Menetapkan supplier
kecacatan. Pertama jenis kecacatan sink mark Bintik supplier bahan baku.
memiliki nilai RPN tertinggi 108 yaitu pada Bercak/ Sisa bahan 60 Menambahkan campuran
Bintik baku bahan baku.
faktor manusia dengan penyebab kecacatan sebelumnya
kurang pelatihan pada operator, kedua jenis di pakai lagi
Scratch/ Perlu 60 Dilakukan pengecekan
kecacatan bercak/bintik memiliki nilai RPN Gores perawatan setiap sebulan sekali.
tertingi 147 yaitu pada faktor manusia dengan preventif
penyebab kecacatan operator lelah, ketiga Scratch/ Metode kerja 60 Membuat/memperbarui
Gores kurang tepat SOP.
scratch/goresan memiliki nilai RPN tertinggi Sink Perlu 48 Dilakukan pengecekan
126 yaitu pada faktor manusia dengan Mark perawatan setiap sebulan sekali.
penyebab kecacatan operator kurang preventif
Scratch/ Ganti-ganti 48 Menetapkan supplier
melakukan pengecekan. Gores supplier. bahan baku.
Tabel 7. merupakan usulan perbaikan dari Sink Metode kerja 45 Membuat/memperbarui
hasil perhitungan nilai RPN dan di urutkan Mark kurang tepat SOP
Bercak/ Lingkungan 36 Selain petugas
mulai dari nilai RPN tertinggi ke terendah Bintik kotor. kebersihan setiap orang
dengan tingkat penanganan yang segera atau yang ada pada pabrik
prioritas utama untuk segera dilakukan menjaga kebersihan.
Scratch/ Kurang 36 Perlu pemantauan oleh
perbaikan. Sehingga dapat diketahui jenis Gores pengawasan kepala produksi.
kecacatan yang menjadi perioritas untuk Scratch/ Sisa bahan 36 Menambahkan campuran
dilakukan perbaikan yaitu pertama Gores baku di bahan baku.
pakai lagi
bercak/bintik RPN 147 dengan penyebab Sink Peremajaan 30 Peremajaan mesin setiap
kecacatan operator lelah kendali yang Mark mesin 10thn sekali.
dilakukan bergantian dengan operator lain dan Bercak/ Metode kerja 30 Membuat/memperbarui
Bintik kurang tepat SOP.
menambah SDM, kedua jenis kecacatan Scratch/ Area kerja 27 Perlu penambahan
scratch/goresan nilai RPN 126 dengan Gores panas. saluran udara / fentilasi.
penyebab kecacatan operator kurang Scratch/ Lingkungan 27 Selain petugas
Gores kotor. kebersihan setiap orang
melakukan pengecekan dan kendali yang yang ada pada pabrik
dilakukan melakukan pemantauan oleh kepala menjaga kebersihan.
Sink Sisa bahan 24 Menambahkan campuran
produksi atau pihak lain yang terkait masalah Mark baku di bahan baku.
proses produksi. pakai lagi
Tabel 7. Usulan Perbaikan Bercak/ Kurang 18 Perlu dilakukan
Jenis Penyebab RPN Kendali Yang Bintik pengawasan pemantauan oleh kepala
Defect Defect Dilakukan produksi.
Bercak/ Operator 147 Perbaikan Shift dan
Bintik lelah Menambah SDM
Scratch/ Operator 126 Melakukan pemantauan
Gores kurang oleh kepala produksi. 3. Analisis Implementasi Seven Tools
melakukan Berdasarkan hasil analisis, terdapat 3 jenis
pengecekan. kecacatan produk yaitu Bercak/bitnik, Sink
Bercak/ Oprator 125 Perlu dilakukan
Bintik tidak sesuai pengawasan Mark, Scratch/Goresan. Dari ketiga jenis
prosedur kecacatan tersebut jenis kecacatan
Scratch/ Kurang 120 Diadakan bercak/bitnik yang paling sering terjadi yaitu
Gores pelatiha pada seminar/pelatihan bagi
operator. operator. sebanyak 745 pcs dalam 4 bulan produksi dan
Sink Kurang 108 Mengadakan pelatihan dapat diketahui dari diagram pareto kecacatan
Mark pelatiha pada bagi operator. bercak/bintik memiliki presentase paling tinggi
operator.
Sink Operator 105 Melkukan pemantauan. yaitu 52% dari total kecacatan. Dari
Mark lalai pengolahan data Scatter Plot tidak ada

-73-
Jurnal Engine: Energi, Manufaktur, dan Material e-ISSN: 2579-7433
Hermawan & Mahbubah, Vol. 5, No. 2, 2021: 65-76

pengaruh antara jumlah produksi dengan pengecekan, yang perlu dilakukan oleh
jumlah kecacatan produk dan juga masih perusahaan adalah dengan membuat jadwal
dalam pengendalian batas kecacatan. atau jam kunjungan oleh kepala produksi
Kemudian untuk diagaram sebab akibat sehingga proses produksi bisa berjalan lancar
diketahui bahwa faktor dominan terjadinya dan terpantau dengan baik. Ketiga hal yang
kecacatan produk disebabkan oleh faktor perlu dilakukan perusahaan untuk mengurangi
manusia (operator). Akibatnya produk masih defect yang disebabkan oleh oprator asal-
terjadi kecacatan meskipun semua proses asalan/tidak sesuai prosedur adalah dengan
produksi telah menggunakan mesin, seperti cara melakukan pelatihan-pelatihan khusus
pada kecacatan bercak/bitnik dan goresan bisa untuk operator sehingga pengetahuan operator
diakibatkan oleh air yang digunakan pada saat bertambah dan juga dilakukan pengawasan
proses cooling dan permukaan mesin kotor oleh kepala produksi atau staf-staf ahli yang
karena kurangnya pengecekan oleh operator. terkait proses produksi.
Kemudian kecacatan Sink Marks atau
permukaan tidak rata biasanya disebabkan oleh IV. Kesimpulan
proses penarikan oleh mesin holding/hold off
yang terlalu cepat sehingga pipa menjadi tidak Terdapat 4 points kesimpulan dan
sempurna maka perlu dilakukan pengecekan dijabarkan sebagai berikut :
berkala oleh operator sehingga mesin tetap 1. Teridentifikasi terdapat tiga jenis defect
bisa terkontrol. yang ditemukan yaitu defect
bercak/bintik, defect sink mark, dan defect
Dengan demikian, dari penyebab terjadinya scratch/goresan.
kecacatan produk Pipa PVC, maka perlu 2. Hasil perhitungan 7 tools kecacatan ada
dilakukan langkah-langkah perbaikan untuk sebanyak 1.426 pipa defect dari total
mengurangi produk rusak dan untuk produksi sebanyak 56.983 selama 4 bulan
terciptanya produk yang berkualitas. Jika tidak (September, Oktober, November,
segera dilakukan perbaikan maka akan Desember) 2018. Jadi dapat disimpulkan
menimbulkan kerugian oleh perusahaan. bahwa hanya ± 2.5% kecacatan dari
jumlah keseluruhan produksi.
3.6 Analisis Implementasi FMEA 3. Hasil analisis perhitungan dari 7 metode
pengendali kualitas, kecacatan tertinggi
Berdasarkan hasil perhitungan metode FMEA yaitu pada jenis kecacatan bercak/bintik
diperoleh nilai RPN tertinggi yaitu jenis defect sebanyak 745 atau 52% dari total
produk bercak/bintik dengan nilai RPN 147, kecacatan, dan dapat diketahui bahwa
dengan penyebab kecacatan operator lelah. kecacatan tidak melewati batas kontrol
Dan RPN tertinggi yang kedua yaitu jenis atas sehinga dapat dikatakan masih
defect produk Scratch/gores nilai RPN 126 terkendali. Kemudian untuk hasil dari
dengan penybab kecacatan operator kurang diagram sebab akibat paling dominan
melakukan pengecekan. Nilai RPN tertinggi ke yaitu disebakan oleh faktor manusia.
3 yaitu jenis kecacatan bercak/bintik nilai RPN Kemudian berdasarkan hasil perhitungan
125 dengan penyebab kecacatan operator asal- FMEA diperoleh nilai RPN tertinggi
asalan/tidak sesuai prosedur. Dari 3 nilai RPN adalah jenis kecacatan bercak/bintik
tertinggi ini semua dari faktor kecacatan terjadi dengan penyeban kecacatan operator lelah
pada faktor manusia, sehingga perlu dilakukan sehingga proses produksi kurang
evaluasi kerja oleh perusahaan terhadap terkontrol.
SDM/stakeholder yang ada pada perusahaan 4. Untuk menangani hal tersebut maka pihak
demi meminimalisir terjadinya kecacatan yang perusahaan lebih mengontrol kinerja
terjadi. pegawai dan melakukan evaluasi kinerja
tersebut agar dapat melakukan perbaikan
Pertama untuk mengatasi defect yang di pada sektor yang memerlukan
sebabkan operator lelah maka perusahaan pembenahan.
harus menambah jumlah operator untuk dapat Penelitian ini memiliki kelemahan pada
dilakukan pergantian operator dalam proses data yang digunakan hanya menggunakan data
produksi sehingga tidak menimbulkan produksi selama 4 bulan, untuk penelitian
kelelahan. Kedua untuk mengurangi defect selanjutnya sebaiknya peneliti menggunakan
yang disebabkan operator kurang melakukan

-74-
Jurnal Engine: Energi, Manufaktur, dan Material e-ISSN: 2579-7433
Hermawan & Mahbubah, Vol. 5, No. 2, 2021: 65-76

data yang lebih lama sehingga analisis atau Faisal, W. K., & Syarif, H. (2017). Analisis
perhitungan data yang diperoleh akan lebih Hambatan Dan Rekomendasi Solusi
akurat dan juga bisa di kombinasikan dengan Pada Proses Outbound Logistic Pt Xyz
metode-metode lain seperti sig sixma. dengan Seven Tools Dan FMEA.
Seminar Nasional Inovasi Dan Aplikasi
Ucapan Terima Kasih Teknologi, I, C22.1-C22.5.

Ucapan terimakasih di sampaikan kepada Farid, S., & Suhartini. (2019). Analisis
Kecacatan Produk dengan Metode Seven
PT. AZ yang telah mengizinkan peneliti untuk
Tools dan FTA dengan
melakukan penelitan pada perusahaan serta
Mempertimbangkan Nilai Risiko
memfasilitasi penulis selama melakukan berdasarkan Metode FMEA. Jurnal
penelitan. SENOPATI, I, 41-49.
Daftar Pustaka Habulloh, M. K., & Dwi, A. S. (2017). Analisis
Kegagalan Proses Insulasi Pada
Andi, T. A., & Tuwanku, A. A. (2015). Analisis
Produksi Automotive Wires (Aw)
Kecacatan Produk Fillet Skin On Red
Dengan Metode Failure Mode And
Mullet Dengan The Basic Seven Tools
Effect Analysis (FMEA) Pada PT. JLC.
Of Quality Dan Usulan Perbaikannya
Sinergi, XX1, 193-203.
Menggunakan Metode Fmea (Failure
Modes And Effect Analysis) Pada Pt. Isma, M., & Hariswan, F. (2018). Analisis Cacat
Holi Mina Jaya. Jurnal Manajemen Produk Baju Muslim Di Pd. Yarico
Teori dan Terapan, VII, 9-23. Collection Menggunakan Metode
Failure Mode And Effect Analysis.
Andrian, Y. B., Muhammad, Y., & Petrus, W.
JMTSI, II, 43-55.
(2020). Analisis Faktor Penyebab
Produk Cacat Pakaian Dengan Metode Suparjo, E. (2019). Analisis pengendalian
Statistical Quality Control (Sqc) Dan kualitas produk polyurethane sandwich
Failure Mode And Effect Analysis panel dengan metode old seven tools di
(Fmea) Di Cv. Yussuf & Co. Jurnal PT. ABC. Jurnal Hasil Penelitian, II,
Rekavasi, VIII, 44-51. 114-119.
Andrianto, E. S., & Nina, A. M. (2021). Analisis Tiara, M., & Elisabeth, G. (2016). Identifikasi
Seven Tools Pada Pengendalian Kualitas Kecacatan Coil Basah Dan Upaya
Proses Vulkanisir Ban 1000 Ring 20 Di Perbaikan Dengan Metode Seven Tools
Cv Citra Buana Mandiri Surabaya. Dan Faulure Mode And Effect Analysis
STRING, V, 252-262. (FMEA) Di PT. XYZ Medan. Jurnal
Sistem Teknik Industri, XVIII, 101-107.
Ayu, L., & Nina, A. (2021). Analisis Defect
Proses Produksi Songkok Berbasis Tio, P. M., & Mujiya, U. M. (2018). Aplikasi
Metode FMEA dan FTA di Home - Seven Tools untuk Mengurangi Cacat
Industri Songkok GSA Lamongan. Produk White Body pada Mesin Roller.
Serambi Engineering, VI, 2197-2206. Jurnal Sistem dan Manajemen Industri,
II, 59-66.
Dini, N., & Evi, Y. (2019). Perbaikan Kualitas
Produk Sandal Japit Dengan Vera, D., & Melany, O. (2021). Usulan
Menggunakan Metode Failure Mode Peningkatan Kualitas Pulp Dengan
And Effect Analysis (Fmea) Dan Fault Menggunakan Metode Seven Tools Dan
Tree Analysis(Fta). jurnal Institut New Seven Tools Di Pt. Ik. Agrointek:
Teknologi Adhi Tama Surabaya, II, 169- Jurnal Teknologi Industri Pertanian,
176. XV, 521-536.
Erwindasari, Nurwidiana, & Brav, D. B. (2019). Wahyu, D. P., Suyadi, & Choirul, R. (2017).
Penerapan Metode Statistiqal Quality Pengendalian Kualitas Produksi Rear
Control (SQC) Dan Failure Mode And Caliper Brake System Type 2 Pv Untuk
Effect Analysis (Fmea) Dalam Sepeda Motor Menggunakan Metode
Perbaikan Kualitas Produk. Klaster Seven Tools. Jurnal Rekayasa Mesin,
Engineering, II, 503-515. XII, 23-32.

-75-
Jurnal Engine: Energi, Manufaktur, dan Material e-ISSN: 2579-7433
Hermawan & Mahbubah, Vol. 5, No. 2, 2021: 65-76

Yasarah, H., & Ida, M. (2021). Ishikawa sering digunakan dalam Manajemen
Diagram dan Failure Mode Effect Risiko Mutu di Industri. Majalah
Analysis (FMEA) sebagai Metode yang Farmasetika, I, 1-9.

-76-

You might also like