You are on page 1of 13

JISI : JURNAL INTEGRASI SISTEM INDUSTRI Volume 7 No 2 Agustus 2020

APLIKASI LEAN SIX-SIGMA UNTUK MENGURANGI


PEMBOROSAN DI BAGIAN PACKAGING SEMEN

Reni Dwi Astuti1*, Lathifurahman1


1
Program Studi Teknik Industri, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta, Kampus 4 UAD Ring Road Selatan,
Tamanan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta
*
E-mail: reni_dwiastuti@ie.uad.ac.id

ABSTRAK

Hasil observasi di PT. Holcim Indonesia Tbk, pabrik Cilacap, didapati banyaknya pemborosan di bagian
pengepakan semen, termasuk banyaknya produk cacat kemasan, sehingga banyak semen tercecer dan harus
mengulangi proses pengepakan. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi pemborosan selama proses
pengepakan menggunakan pendekatan lean manufacturing dengan value stream mapping. Sementara tingkat
kualitas dianalisis dengan metode six-sigma. Penyebab kecacatan produk dianalisis dengan fish-bone diagram.
Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) digunakan untuk merancang ususlan perbaikan. Pemborosan yang
teridentifikasi meliputi : transportation, motion, waiting, over processing, dan defect. Usulan perbaikan untuk
mengurangi pemborosan yaitu dengan penggabungan stasiun penimbangan dan stasiun pemeriksaan,
sehingga memberikan estimasi peningkatan process cycle effisiensi dari 39,1% menjadi 46,69. Sedangkan
upaya untuk mengurangi cacat produk dilakukan dengan perawatan preventif mesin packer.

Kata Kunci: semen, six sigma, lean manufacturing, value stream mapping, failure mode and effect analysis

ABSTRACT

The results of observations at PT Holcim Indonesia Tbk, the Cilacap plant, found a lot of waste in the
cement packing section, including the number of defective packaging products, so that a lot of cement
was scattered and had to repeat the packaging process. The research aims to identify waste during the
packaging process using a lean manufacturing approach with value stream mapping. At the same
time, the level of quality is analyzed by the six-sigma method. The causes of product defects were
analyzed with a fish-bone diagram. Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) is used to design
improvements. Identified waste includes transportation, motion, waiting, over-processing, and defects.
The proposed improvement to reduce waste is by combining weighing stations and inspection stations
to increase the estimated process cycle efficiency from 39.1% to 46.69. At the same time, efforts to
reduce product defects are carried out with preventive packer machine maintenance.

Keyword : cement, six sigma, lean manufacturing, value stream mapping, failure mode and effect analysis

DOI: https://dx.doi.org/10.24853/jisi.7.2.143-153
JISI : JURNAL INTEGRASI SISTEM INDUSTRI Volume 7 No 2 Agustus 2020

1. PENDAHULUAN minimum sumber daya (tenaga kerja, waktu,


PT. Holcim Indonesia Tbk merupakan fasilitas, material, peralatan, dan lain-lain) yang
sebuah perusahaan yang memproduksi semen, mutlak penting untuk menciptakan nilai bagi
dimana salah satu pabriknya ada di Cilacap. pelanggan (Oppenheim, 2011). Untuk
Perusahaan mengalami permasalahan, meminimasi pemborosan atau waste, dapat
khususnya pada bagian pengemasan (packing) digunakan pendekatan lean thinking. Lean Thinking
semen. Banyak terjadi pemborosan pada unit ini atau biasa disebut lean merupakan paradigma
seperti terdapatnya kegiatan-kegiatan yang holistik yang pada awalnya digunakan Toyota dan
difokuskan untuk memberikan nilai (value) kepada
tidak bernilai tambah yaitu aktivitas
pelanggan dengan menghilangkan pemborosan
memindahkan kantong semen yang telah (waste) dari semua aktivitas (Oppenheim, [9]).
ditimbang menuju stasiun pemeriksaan serta Gaspersz dan Fontana [3] menjelaskan bahwa lean
tingginya produk cacat sehingga memerlukan merupakan usaha yang dilakukan secara
rework pada proses pengemasan tersebut. berkesinambungan dengan maksud untuk
Akibatnya, waktu produksi untuk menghasilkan menghapuskan pemborosan (waste) serta
sejumlah produk menjadi lebih panjang meningkatkan nilai tambah (value added) produk
dibandingkan dari waktu yang ditargetkan yang bertujuan memberikan value kepada
perusahaan. pelanggan.
Permasalahan yang teridentifikasi di Terdapat tujuh jenis pemborosan yang
pabrik adalah rendahnya kualitas packing umum dijumpai dalam industri, yaitu
semen, yaitu sesudah bag semen diisi oleh (Oppenheim, [9]) :
mesin packer hingga ke proses loading (muat). a. Overproduction, yaitu berproduksi
Berdasarkan observasi, ditemukan masalah melebihi kebutuhan pelanggan, baik
mengenai produk cacat yang cukup banyak, internal maupun eksternal, termasuk
mencapai 0,16 % sampai 1,03% yang terjadi berproduksi lebih awal atau lebih cepat
sepanjang tahun 2016 hingga 2018. Padahal dari kapan produk tersebut dibutuhkan
produk cacat merupakan suatu pemborosan pelanggan.
yang akan merugikan perusahaan yang berarti b. Delays (waiting time), yaitu pemborosan
mengurangi keuntungan perusahaan. Dalam akibat adanya orang-orang yang menunggu
dunia industri, pemborosan yang terjadi selama mesin, peralatan, bahan baku, supplies,
proses produksi termasuk kategori waste. maupun perawatan/pemeliharan
Penelitian (Hadisupriyanto, 2014) (maintenance).
dilakukan untuk mengurangi pemborosan pada c. Transportation, yaitu pemindahan material
proses produksi serta mengurangi cacat produk maupun orang dalam jarak yang jauh atau
dengan metode lean six-sigma. Hasil penelitian jarak yang tidak dieprlukan, dari satu
menunjukkan peningkatan level sigma. proses ke proses berikut sehingga
Sedangkan penelitian (Sudarwati & Wijaya, mengakibatkan waktu penanganan material
2015) pada proses pembatan komponen mobil, bertambah.
memberi hasil bahwa penggunaan metode six- d. Process, yaitu aktivitas tambahan atau
sigma dapat meningkatkan kualitas yang proses tambahan yang sebenarnya tidak
ditunjukkan dengan penurunan persentase diperlukan untuk menambah value added
cacat. Sementara (Devani & Sari, 2018) atau tidak efisien.
menyimpulkan bahwa penggunaan pendekatan e. Inventories, yaitu keberadaan bahan baku,
lean dapat mengurangi pemborosan dalam bahan setengah jadi, atau prodk akhir yang
proses pelayanan di poliklinik kandungan dan tersimpan di pabrik. Inventories akan
anak di sebuah rumah sakit swasta. menimbulkan akktivitas penanganan,
Penelitian ini dimaksudkan untuk sehingga membutuhkan biaya yang
mengidentifikasi pemborosan dan memberikan seharusnya tidak diperlukan.
rekomendasi untuk menguranginya sekaligus f. Motions, yaitu setiap pergerakan orang
mengurangi produk cacat dengan pendekatan maupun mesin yang tidak memberi value
lean-six sigma. added terhadap barang dan jasa yang akan
disampaikan kepada pelanggan.
2. TINJAUAN PUSTAKA g. Defective products, yaitu kecacatan
Dalam bidang manajemen industri, waste produk. Pemborosan yang mungkin terjadi
didefinikan sebagai apa pun selain jumlah

143
JISI: JURNAL INTEGRASI SISTEM INDUSTRI P-ISSN: 2355-2085
Website: http://jurnal.umj.ac.id/index.php/jisi E-ISSN: 2550-083X

adalah keberadaan scrap, rework, Pada tahap ini dilakukan analisa penyebab
customer returns, customer dissatisfaction. terjadinya produk cacat sehingga dapat
Untuk mengidentifikasi adanya mengetahui apa saja masalah yang dihadapi
pemborosan, dapat dilakukan dengan membuat dan bagaimana solusi perbaikan yang akan
value stream mapping (VSM). VSM dibuat dengan menggunakan diagram pareto
merupakan suatu tool yang digunakan dalam dan cause and effect diagram.
lean manufacturing yang digunakan untuk d. Improve
membantu dalam memahami aliran material Tahap Improve merupakan tahap untuk
maupun informasi dalam suatu proses. Dengan membangun rencana tindakan perbaikan
VSM dapat diketahui aktivitas yang memberi untuk peningkatan kualitas dengan cara
nilai tambah (value added activity) atau tidak menghilangkan akar-akar penyebab masalah
bernilai tambah (non value added activity), dan mencegah penyebab tersebut muncul
yang dilakukan dalam memproses suatu produk kembali.
dari bahan baku hingga pengiriman kepada e. Control
pelanggan. Dengan demikian, value stream Control adalah tahap terakhir dalam DMAIC
mapping merupakan bagan dari siklus yang bertujuan untuk mengevaluasi dan
manufaktur sebuah produk yang memonitor hasil dari tahap improve,
menggambarkan tahap per tahap proses sebelumnya atau hasil implementasi yang
produksi (Oppenheim, [9]). telah dilakukan. Tahap ini juga dimaksudkan
untuk memastikan bahwa perbaikan yang
Diantara jenis pemborosan dalam sebuah dilakukan dapat berjalan sebagaimana
industri adalah keberadaan produk cacat mestinya.
(defective products). Six-sigma merupakan
metode pendekatan untuk mengurangi cacat Metode six sigma digunakan untuk
atau variabilitas produk secara dramatik menjamin manajemen dapat memperbaiki dan
(Gazpersz, [2]). Untuk menjalankan proyek Six mempertahankan kualitas produk yang
Sigma dapat digunakan tahap Define, Measure, dihasilkan, sehingga memenuhi keinginan
Analyze, Improve, Control (DMAIC) (Martim, pelanggan, Penggabungan dari metode lean-six
[7]). Prosedur DMAIC adalah prosedur sigma dimaksudkan untuk mengeliminasi
penyelesaian masalah lima langkah terstruktur pemborosan yang terjadi pada proses
yang dapat digunakan untuk menyelesaikan manufaktur ataupun jasa, dan untuk
proyek dengan mengimplementasikan solusi meminimalisir produk yang cacat hingga 3.4
yang dirancang untuk menyelesaikan akar cacat per satu juta kesempatan (defects per
permasalahan kualitas dan masalah proses, dan million opportunities (DPMO)). Beberapa
untuk menetapkan praktik terbaik untuk penelitian sebelumnya telah menunjukkan hasil
memastikan bahwa solusinya permanen dan bahwa penerapan lean six-sigma dapat
dapat direplikasi dalam operasi bisnis lain yang meningkatkan kinerja perusahaan, seperti pada
relevan (Montgomery, [8]). Langkah-langkah penelitian (Pradana et al., 2018), (Khalil &
DMAIC adalah sebagai berikut : Pambudi, [6]), (Hadisupriyanto, 2014),
a. Define (Sudarwati & Wijaya, 2015), dan (Hill et al.,
Pada tahap define, dilakukan [5]).
pengidentifikasian masalah yang terjadi dan
akan diselesaikan. Tahap ini juga dilakukan
untuk mengidentifikasi aktivitas produksi 3. METODE PENELITIAN
dan waste serta mengetahui aliran material Penelitian ini menggunakan konsep
dan informasi dalam proses pengepakan lean six-sigma, dengan mengikuti langkah-
dengan pembuatan current satete value langah DMAIC. Hanya saja, tahap control tidak
stream mapping. dilakukan karena penelitian hanya sampai
b. Measure memebrikan usulan di perusahaan. Tahap
Proses mengukur kondisi kinerja perusahaan berikut tools yang digunakan adalah :
saat ini dengan melakukan perhitungan nilai a. Define
DPMO untuk mengetahui tingkat sigma Pada tahap ini akan diidentifikasi masalah
serta process cycle effisiency. dengan menggunakan VSM untuk
c. Analyze mengidentifikasi pemborosan.

144
JISI : JURNAL INTEGRASI SISTEM INDUSTRI Volume 7 No 2 Agustus 2020

b. Measure Pengepakan 0.8 1,8 2,6 1,2


Dalam tahap measure akan dihitung process Penimbanga 1,2 1,2
n
cycle effisiencyi (PCE) , DPMO, dan level six- Pemeriksaan 1 1
sigma. Print barcode 1 1
c. Analyze Palletizer 0.9 0,9 10
Di tahap ini akan dilakukan analisis terhadap Total Cycle 1,8 7,7 9,5 11,2
Time
aktivitas yang terjadi sepanjang VSM dan dikaji
Sumber : Pengolahan data primer
penyebab produk cacat dengan fish bone
diagram.
Tabel 2. Standard available-time
d. Improve No Aktifitas Available
Tahap improve dilakukan untuk mencari Time (s)
alternative solusi mengurangi pemborosan dan 1 Pengayakan 75.060
meningkatkan kualitas atau menurunkan produk 2 Pengepakan 74.700
cacat dengan Failure Mode and Effect Analysis 3 Pembersih 75.420
(FMEA). debu
4 Penimbangan 75.420
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 5 Bag coder 75.420
Tahap Define Sumber : Pengolahan data primer
Gambar 1 menunjukkan diagram alir
proses pengepakan semen di PT X. Tahap measure
Pada tahap ini dilakukan perhitungan
Silo Semen Pengayakan Pengumpanan proses mengukur pada kondisi kinerja yang saat
ini dilakukan perusahaan sehingga dapat
diketahui pencapaian perusahaan. Untuk itu
Cacat Pengepakan dilakukan dentifikasi aktifitas value added dan
Loading non-value added berdasarkan Gambar 2, yang
disajikan pada Tabel 3.
Pemeriksaan Penimbangan Pembersihan
Berdasarkan Tabel 3, maka dapat dihitung
process cycle effisiensy (PCE) sebagai berikut :
Gambar 1. Diagram alir proses pengepakan semen

Data cycle-time dan available-time pada


proses pengepakan disajikan pada Tabel 1 dan
Tabel 2.

Berdasarkan data pada Tabel 1 dan


Tabel 2, kemudian dibuat value sream mapping Adapun data jumlah produk cacat dan
seperti pada Gambar 2. jenisnya, maka dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 1. Data cycle time tiap proses dalam


pengepakan
Proses Operato Machin Total Chang
r Cycle e Cycle Cycl e over
Time (s) Time (s) e time(s)
Time
(s)
Pengayakan 1,4 1,4

145
JISI: JURNAL INTEGRASI SISTEM INDUSTRI P-ISSN: 2355-2085
Website: http://jurnal.umj.ac.id/index.php/jisi E-ISSN: 2550-083X

Current State Map Pengepakan Semen Palletizer Truck

Value Stream
Logistik Marketing
Production Control

Produksi Retail

Storage
Silo semen Pengiriman (3 Oktober 2018)
( Penyimpanan
semen) Kereta = 4200 ton

C/T = 14,4" Daily Schedule Truk paletizer = 1300 ton


C/O = 0 Truk manual = 2500 ton
UT = 100%
AV = 74.700"

Shipment
pengayakan

pengepakan
pengisian/
Vibrating
semen (

(Packer
Proses

Proses

Pengayakan Pengayakan Pengayakan Pengayakan Pengayakan Pengayakan Pengayakan


Gudang
0 2 0 0 1 0 2
Sementara

C/T=55,386" C/T = 90" C/T = 65" C/T = 60" C/T = 50" C/T = 50" C/T = 50"
C/O = 0 C/O = 40" C/O = 0 C/O = 0 C/O = 0 C/O = 0 C/O = 10,2"
UT = 100% UT = 100% UT = 100% UT = 100% UT = 100% UT = 100% UT = 100%
AV=75.060" AV=74.700" AV=75.420" AV=75.420" AV=75.600" AV=75.420" AV=74.700"
Rework : Rework :
0,27 % 0,10 %

180,54" 55,38" 91,8" 66" 196" 57,5 66,1 15,1"


Lead time = 1.203,8"
VAA = 470,58"
55,38" 132,8" 65" 60" 52,03" 50" 60,2"

Gambar 2. Current state VSM proses pengepakan semen palletizer truck

Tabel 3. Aktivitas value added (VAA) dan non-value added (NVAA)


No Aktivitas VAA (detik) NVAA (detik)
1 Transport semen dari silo melalui air slide ke bin semen 14,4
Keluarnya semen dari bin semen melalui professional gate ke air
2 55,38
slide
3 Transport semen melalui air slide ke bucket elevator 55,38
4 Transport semen dari bucket elevator ke vibrating screen 55,38
5 Proses pengayakan di mesin vibrating screen 55,38
6 Pengumpanan semen dengan rotary feeder ke packer machine 55,38
7 Pemasangan bag ke spout packer 40
8 Proses pengisian/ pengepakan di packer machine 90
Mengembalikan produk cacat manufaktur melalui SC ke bucket
9 1,21
elevator untuk diproses kembali
10 Rework produk cacat manufaktur 1,59
11 Transport ke pembersihan debu 91,8
12 Proses pembersihan debu kantong semen 65
13 Transport semen ke penimbangan 66
14 Proses penimbangan 60
15 Transport bag semen melalui 67K-BC1234 196
16 Proses pemeriksaan 50
Mengembalikan produk cacat operasi melalui SC ke bucket elevator
17 1,21
untuk diproses kembali
18 Rework produk cacat operasi 0,82
19 Transport bag semen 67A-BC1 57,5
20 Proses bag coder 50
21 Transport bag ke palletizer 66,1
22 Pengambilan/ penggantian pallet 10,2
23 Proses palett semen 50
24 Pemindahan 1 batch semen ke gudang sementara 15,1
Total 470,58 733,22
Total
Lead 1.203,8
Time
Sumber : olahan data primer

146
JISI : JURNAL INTEGRASI SISTEM INDUSTRI Volume 7 No 2 Agustus 2020

Tabel 4. Data produk cacat bulan November Total Defect


DPMO = x 1.000.000
2016 – Oktober 2018 Total Opportunity
Peri- Jmlh Jenis cacat 392177
Jmlh
ode Produk Af- Ope- Manu- = x1.000.000 = 1291,80
cacat 101196395 x3
(Unit) kir rasi faktur
1 1140
3508745 296 5218 5894 Nilai DPMO tersebut dapat
8
2
3817280
1113
338 5034 5764
dikonversikan ke dalam nilai sigma menjadi
6 4,51 sigma.
3 1007
3540915 139 4603 5328
0 Tahap analize
4 2864250 6692 163 3157 3372
Waste yang teridentifikasi selama proses
5 3354797 6118 63 2624 3431
6 3606193 5880 76 2295 3509 adalah :
7 4157050 8245 100 3969 4176 i. Transportation : terdapatnya aktivitas
8 2829198 6722 92 2825 3805 transport semen dari satu stasiun ke
9 4726095 9423 233 4068 5122 stasiun berikutnya, yaitu dari stasiun
10 1219 penimbangan ke pemeriksaan. Selama
5094525 203 5289 6703
5
11 1110
proses ini sering terjadi produk cacat, yaitu
4660135 71 5241 5788 kemasan (bag) yang pecah.
0
12 1956 1033 ii. Motion : mengembalikan semen yang
4833795 872 8358
0 0 tercecer ketika terjadi bag pecah ke mesin
13 1620 bucket elevator untuk dilakukan
4545598 0 6972 9231
3
14 2401
pengolahan kembali.
4409800
1
9 9064 14938 iii. Waiting : bag semen yang telah terisi
15 4030 seringkali menunggu untuk diproses ke
4356740 0 5835 34467
2 stasiun selanjutnya karena terjadi
16 3952 kerusakan suatu part mesin belt conveyor
3818418 62 4742 34725
9
maupun palletizer sehingga produk dapat
17 1265
4008210
5
139 1706 10810 diproses setelah dilakukan tindakan
18 1300 perbaikan. Waste ini tidak dimasukan ke
4072995 307 1551 11149
7 dalam VSM dikarenakan waste tersebut
19 1447 tidak selalu terjadi.
4698170 93 2106 12272
1
iv. Over processing : rework pada produk
20 2747270 7882 116 1019 6747
21 2094 defect yang memakan waktu dan tenaga
5419411 536 2658 17755 untuk diproses kembali..
9
22
5059015
1744
343 1456 15650
v. Defect : banyaknya produk defect seperti
9 cacat afkir, cacat manufaktur, cacat operasi
23 2957 yang terjadi sepanjang alur produksi
5425780 977 8657 19944
8
24 3759 1.04 1085
mengakibatkan kerugian waktu, tenaga,
5642010 25691 dan biaya.
2 5 6
25 1011963 3921 6.27 1112 Berdasarkan Tabel 4, maka dapat dibuat
274629
95 77 3 75 diagram pareto untuk melihat jenis cacat terbesar
26 1634 seperti pada Gambar 3.
4216516 261 4636 11443
1
Juml 1011963 3921 627 1112
Berikutnya dilakukan analisis terhadap
274629 penyebab jenis cacat terbesar, yaitu cacat
ah 95 77 3 75
Rata- 1634 manufaktur. Diagram fishbone pada Gambar 4
4216516 261 4636 11443
rata 1 menampilkan penyebab cacat manufaktur.

Perhitungan DPMO berdasar Tabel 4 :

147
JISI: JURNAL INTEGRASI SISTEM INDUSTRI P-ISSN: 2355-2085
Website: http://jurnal.umj.ac.id/index.php/jisi E-ISSN: 2550-083X

Pareto Chart of Jenis Cacat


400000 100

80
300000
Jumlah Cacat

60

Percent
200000

40

100000
20

0 0
Jenis Cacat Manufactur Operation Other
Jumlah Cacat 274629 111275 6273
Percent 70.0 28.4 1.6
Cum % 70.0 98.4 100.0

Gambar 3. Pareto jenis cacat

Lingkungan Mesin
pemakaian melebihi
batas waktu penggantian

Bising Filling spout aus


Zak holder patah

Suhu ruangan tinggi Perawatan dan penggantian


Kurang perawatan

Tempat kerja kotor Rubber pover aus


Spout terganjal
kurang perawatan dan kalibrasi

Semen tercecer Kurang perawatan Stopper bag/


sadle bag miring
Cacat
Manufaktur

Rendahnya
Standard inspeksi rendah kemampuan kerja
Kurang konsentrasi/
Tidak teliti
Training
Lem kurang rekat Kurang teliti
Kelelahan
Valve bag tidak
menutup
Kualitas buruk Terburu-
Pengalaman kerja buru
Kesalahan produksi kurang
bag rusak/ jebol

Material Manusia

Gambar 4. Fishbone penyebab cacat manufaktur

Tahap Improve penggabungan stasiun penimbangan dengan


Selanjutnya dibuat Future state value stasiun pemeriksaan dengan mengeliminasi
stream mapping (Future VSM). Sebagaimana aktivitas ke-15 yaitu aktivitas pemindahan bag
diketahui, state value stream mapping semen dari stasiun penimbangan ke stasiun
digunakan untuk mengetahui potensi pemeriksaan. Keseimbangan lintasan proses
pengurangan waste. Jika merujuk pada Tabel 3, pengepakan di perusahaan tetap akan berjalan
maka terlihat bahwa terdapat 24 aktivitas normal dikarenakan aktivitas yang dieliminasi
selama proses pengepakan semen. Setelah merupakan aktivitas yang tidak efisien dan
dilakukan perbaikan pada proses pengepakan tidak berpengaruh dalam menjalankan proses
tersebut, maka aktivitas kerja yang baru pengepakan. Perhitungan estimasi dalam
berjumlah 23 aktivitas produksi yaitu pembuatan future state VSM ditunjukkan pada

148
JISI : JURNAL INTEGRASI SISTEM INDUSTRI Volume 7 No 2 Agustus 2020

Tabel 5. Future state VSM ditampilkan pada detik dan 537,22 detik. Maka nilai process
Gambar 5. Berdasarkan Tabel 5, diketahui cycle efficiency setelah estimasi adalah 46,69
nilai value added dan non-value added %.
berturut-turut setelah estimasi adalah 470,58

Tabel 5. Identifikasi aktivitas produksi setelah perbaikan


No Aktivitas VAA NVAA
1 Transport semen dari silo melalui air slide ke bin semen 14,4
2 Keluarnya semen dari bin semen melalui professional gate ke air slide 55,38
3 Transport semen melalui air slide ke bucket elevator 55,38
4 Transport semen dari bucket elevator ke vibrating screen 55,38
5 Proses pengayakan di mesin vibrating screen 55,38
6 Pengumpanan semen dengan rotary feeder ke packer machine 55,38
7 Pemasangan bag ke spout packer 40
8 Proses pengisian/ pengepakan di packer machine 90
9 Mengembalikan produk cacat manufaktur melalui SC ke bucket elevator
1,21
untuk diproses kembali
10 Rework produk cacat manufaktur 1,59
11 Transport ke pembersihan debu 91,8
12 Proses pembersihan debu kantong semen 65
13 Transport semen ke penimbangan 66
14 Proses penimbangan dan penimbangan 110
15 Mengembalikan produk cacat operasi melalui SC ke bucket elevator untuk
1,21
diproses kembali
16 Rework produk cacat operasi 0,82
17 Transport bag semen 67A-BC1 57,5
18 Proses bag coder 50
19 Transport bag ke palletizer 66,1
20 Pengambilan/ penggantian pallet 10,2
21 Proses palett semen 50
22 Pemindahan batch semen ke gudang sementara 15,1
Total 470,58 537,22
Total Lead Time 1.007,80
Sumber : data primer diolah

Tahap improve juga dilakukan dengan mengurangi terjadinya kecacatan produk.


membuat FMEA seperti disajikan dalam Tabel 6. Usulan yang dapat diberikan dibuat dengan
FMEA berfungsi untuk memberikan nilai memperhatikan fishbone yang
pada setiap klasifikasi dari nilai severity, menggambarkan penyebab cacat manufaktur
occurance dan detection berdasarkan potensi (lihat Gambar 4). Adapun usulan perbaikan
dari efek kegagalan, penyebab dan proses adalah sebagai berikut:
control saat ini untuk menghasilkan nilai Risk a. Dari segi mesin
Priority Number (RPN). Pada Tabel 6 Keadaan komponen mesin yang sudah aus/
sekaligus juga dicantumkan usulan perbaikan rusak seperti zak holder, stopper bag,
yang dapatb dilakukan perusahaan. rubber pover, filling spout, terganjalnya
Setelah diketahui nilai-nilai Risk spout dan kurang kalibrasi serta umur
Priority Number (RPN) terhadap kegagalan- mesin semakin tua yang sering kali
kegagalan yang pada proses pengepakan menjadi penyebab cacatnya produk. Untuk
semen di department packhouse PT. X, itu perlu dilakukan perawatan dan
berikutnya disusun beberapa usulan pemeliharaan mesin packer melalui proses
perbaikan yang dapat dilakukan untuk kalibrasi secara berkala, menetapkan
meningkatkan kualitas produksi dan planned maintenance serta penggantian

149
JISI: JURNAL INTEGRASI SISTEM INDUSTRI P-ISSN: 2355-2085
Website: http://jurnal.umj.ac.id/index.php/jisi E-ISSN: 2550-083X

komponen-komponen mesin yang


seringkali menyebabkan defect pada proses
packing semen.
Future State Map Pengepakan Semen Palletizer Truck

Value Stream
Logistik Marketing
Production Control

Produksi Retail

Storage
Pengiriman (3 Oktober 2018)
Silo semen
( Penyimpanan Kereta = 4200 ton
semen)
Daily Schedule
Truk paletizer = 1300 ton
C/T = 14,4"
C/O = 0 Truk manual = 2500 ton
UT = 100%
AV = 74.700"

Shipment

(Bag weighter)
penimbangan
pengayakan

pengepakan
pengisian/
Vibrating
semen (

(Packer
Proses

Proses
Proses

dan
Pengayakan Pengayakan Pengayakan Pengayakan Pengayakan Pengayakan
Gudang
0 2 0 0 0 2
Sementara

C/T=55,386" C/T = 90" C/T = 65" C/T = 110" C/T = 50" C/T = 50"
C/O = 0 C/O = 40" C/O = 0 C/O = 0 C/O = 0 C/O = 10,2"
UT = 100% UT = 100% UT = 100% UT = 100% UT = 100% UT = 100%
AV=75.060" AV=74.700" AV=75.420" AV=75.420" AV=75.420" AV=74.700"
Rework : Rework :
0,27 % 0,10 %

180,54" 55,38" 91,8" 66" 57,5 66,1 15,1"


Lead time = 1.007,8"
VAA = 470,58"
55,38" 132,8" 65" 112,03" 50" 60,2"

Gambar 5. Future Value Stream Mapping

b. Dari segi material kaca mata, masker, helm, serta dilakukan


Kualitas bag semen yang baik dihasilkan penggalakkan penggunaannya. (helm),
dari bahan baku bag yang baik pula. pengawasan lebih ketat penggunaan APD
Adanya material yang menyebabkan cacat kepada setiap pekerja di lapangan. Di area
manufaktur adalah dari faktor lem perekat kerja juga didapati penerangan yang kurang,
pada pembuatan bag semen yang kurang sehingga perlu penambahan lampu.
kuat sehingga bag semen mudah jebol pada d. Dari segi manusia
saat diisi. Selain itu juga ditemukan bag Manusia merupakan salah satu penyebab
yang cacat lolos dari inspeksi sehingga terjadinya kerusakan pada pengepakan
terbawa ke mesin pengepakan. Maka dari disebabkan oleh beberapa hal yaitu kurang
itu perlu dilakukan pengawasan dan konsentrasi, sehingga mengakibatkan
inspeksi lebih ketat terhadap bag semen kesalahan saat proses pemasukan bag
yang akan masuk ke bagian pengepakan dan semen ke spout mesin packer. Disamping
memakai lem kualitas terbaik dengan itu, teridentifikasi rendahnya kemampuan
menguji terlebih dahulu kekuatan dan pekerja yang terlihat dari kurangnya
ketahanan lem yang akan dipakai. pengetahuan dan ketrampilan dalam
c. Dari segi lingkungan mengoperasikan mesin. Maka dari itu perlu
Lingkungan di bagian pengepakan tidak dilakukan pelatihan, pengawasan, dan
nyaman bagi pekerja, diantaranya karena pemberian motivasi kerja terhadap operator-
debu dan bising akibat mesin. Lingkungan operator baru maupun lama sehingga lebih
yang tidak nyaman pun juga memberikan mengetahui penanganan proses produksi
dampak terhadap semangat pekerja. Di sini untuk mengurangi kesalahan yang
perlu penyediaan Alat Pelindung Diri disebabkan oleh human error.
(APD) berupa sarung tangan, tutup telinga,

150
JISI : JURNAL INTEGRASI SISTEM INDUSTRI Volume 7 No 2 Agustus 2020

Tabel 6. Failure Mode and Effect Analyze


Modus Cause of Effect of Degree Frequency Chance RPN Rank Saran perbaikan
of failure failure of of of
failure severity occurance detection
Cacat Bag semen Meningkatkan
manu- jatuh saat perawatan pada
Zak holder
faktur disi dalam 6 5 5 150 2 mesin packer
patah
mesin dengan cara
packer melakukan
Rubber Bag semen kalibrasi secara
5 5 5 125 3
pover aus robek berkala dan
Penjatuhan penjadwalan
Stopper melintang penggantian
bag/ sadle dan 7 5 6 210 1 part mesin
bag miring menyebabka sebelum part
n pecah tersebut dapat
Filling Bag semen menimbulkan
5 5 5 125 4 kerusakan pada
spout aus robek
bag saat
Spout Pengepakan dilakukan
4 5 5 100 5
terganjal terganggu pengepakan.
Kemampua Pengerjaan Pelatihan lebih
n kerja menjadi 3 5 2 30 11 matang pada
kurang lebih lama setiap operator
Pemasukan Pemberian
Kurang kantong ke motivasi kerja
konsentrasi spout salah 3 5 2 30 13 dan arahan
/ tidak teliti dan menjadi pada setiap
lebih lama pekerja
Pemasukan Pemberian
Operator kantong motivasi kerja
Terburu- tidak tepat, 3 5 2 30 12 dan arahan
buru mudah pada setiap
terjatuh pekerja
Konsentrasi Monitor
Bising kerja 3 5 3 45 9 lapangan pada
terganggu pekerja
Penambahan
Suhu Konsentrasi sirkulasi udara
ruangan pekerja 3 5 3 45 10 dan monitor
tinggi terganggu APD pekerja
dilapangan
Tempat
Konsentrasi Monitor APD
kerja kotor
pekerja 3 5 3 45 8 pekerja di
dan
terganggu lapangan
berdebu
Valve bag Monitor
tidak Bag bocor 4 5 3 60 7 pembuatan bag
menutup semen
Monitor
Bag rusak/ Pengepakan pembuatan dan
4 5 3 60 6
jebol terganggu inspeksi lebih
ketat

151
Jurnal Teknologi Volume 9 No. 1 Januari 2017 ISSN : 2085 – 1669
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/jurtek e-ISSN : 2460 – 0288

Berdasarkan pengolahan dan analisis dengan mengeliminasi aktivitas yang tidak


data dengan menggunakan metode lean six memberikan nilai tambah yaitu aktivitas
sigma pada tahap sebelumnya diperoleh usulan transport bag semen dari stasiun
yaitu menggabungkan stasiun penimbangan penimbangan ke stasiun pemeriksaan.
dan stasiun pemeriksaan dengan Sedangkan berdasar FMEA, untuk
mengeliminasi aktivitas yang tidak mengurangi produk cacat, maka diusulkan
memberikan nilai tambah pada produk yaitu peningkatan terhadap perawatan dan
aktivitas transport bag semen dari stasiun pemeliharaan pada mesin packer dengan
penimbangan menuju stasiun pemeriksaan cara melakukan kalibrasi secara berkala,
serta melakukan peningkatan perawatan dan menetapkan planned maintenance dan
pemeliharaan pada mesin packer dengan cara penggantian terhadap kerusakan
melakukan kalibrasi secara berkala, komponen-komponen mesin packer sesuai
menetapkan planned maintenance dan batas pemakaian yang seringkali
penggantian terhadap kerusakan komponen- menyebabkan defect pada proses packing
komponen mesin packer sesuai batas semen.
pemakaian yang seringkali kerusakan tersebut
menyebabkan defect pada proses packing DAFTAR PUSTAKA
semen sehingga perbaikan tersebut dapat Devani, V., & Sari, S. N. (2018). Usulan
meningkatkan kecepatan dalam pengepakan
Peningkatan Kualitas Pelayanan
semen atau produk sampai ke pelanggan
dengan tepat waktu dan menghasilkan kualitas Kesehatan Dengan Menggunakan
produk yang lebih baik serta kepuasan Pendekatan Lean Healthcare di
pelanggan dapat terpenuhi. Poliklinik Kandungan dan Poliklinik
Anak. Jurnal Integrasi Sistem Industri,
5. KESIMPULAN 5(2).
Dari hasil analisis dan pembahasan
Hadisupriyanto, H. (2014). Penerapan Lean
terhadap hasil pengamatan maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut : Six Sigma Concept untuk Perbaikan
1. Berdasarkan hasil penelitian dan analisa Lini Produksi. Seminar Nasional
data di unit pengepakan semen PT. Holcim IENACO – 2014, 120–126.
Indonesia Tbk, pabrik Cilacap sesuai https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstr
metode Lean six sigma dapat diketahui eam/handle/11617/3561/Paper
bahwa PCE sebesar 39,1% dan level sigma
IENACO-
4,51.
2. Faktor – faktor penyebab terjadinya 28.pdf?sequence=1&isAllowed=y
produk cacat antara lain dari faktor Hill, J., Thomas, A. J., Mason-Jones, R. K., &
manusia (kurang teliti serta pengalaman El-Kateb, S. (2018). The
kerja operator), mesin (kerja mesin kurang implementation of a Lean Six Sigma
optimal akibat kurangnya perawatan mesin framework to enhance operational
produksi), lingkungan (sangat berdebu, performance in an MRO facility.
kurangnya penerangan, dan suara yang
Production and Manufacturing
mengganggu, dan bising), serta faktor
material ( kualitas lem tidak standar, Research, 6(1), 26–48.
pengeleman yang tidak rata sehingga https://doi.org/10.1080/21693277.2017
sambungan lapisan antar bag tidak .1417179
merekat dengan kuat ). Khalil, M., & Pambudi, T. (2014).
3. Alternatif perbaikan pada aktivitas Implementasi Lean Six Sigma dalam
pengepakan semen melalui future state Peningkatan Kualitas Dengan
valu stream mapping menghasilkan
estimasi PCE sebesar 46,69%, dimana Mengurangi Produk Cacat NG Drop di
diusulkan penggabungkan stasiun Mesin Final Test Produk HL 4.8 di PT.
penimbangan dan stasiun pemeriksaan SSI. Jurnal PASTI, VIII(1), 14–29.

152
https://doi.org/10.21608/acj.2017.44673 Pradana, A. P., Chaeron, M., & Khanan, M. S.
Martim, J. W. (2008). Operational Excelence A. (2018). Implementasi Konsep Lean
Using Lean Six Sixma to Translate Manufacturing Guna Mengurangi
Customer Value through Global Pemborosan Di Lantai Produksi. Opsi,
Supply Chains. Auerbach Publications 11(1), 14.
Taylor & Francis Group. https://doi.org/10.31315/opsi.v11i1.21
Montgomery, D. C. (2009). Introduction To 96
Statistical Quality Control (sixth Sudarwati, W., & Wijaya, A. (2015).
edition) (sixth edit). John Wiley & Penggunaan Metode Six Sigma Dalam
Son. https://doi.org/10.2307/2988304 Upaya Menurunkan Cacat Mengalir (
Oppenheim, B. W. (2011). Lean for Systems Flow Out ) Ke Metal Finish ( Dept
Engineering with Lean Enablers for Systems Body Welding ) Di Pt . ADM Press-
Engineering. In Lean for Systems Plant. Jurnal Integrasi Sistem Industri,
Engineering with Lean Enablers for 2(2), 9–18.
Systems Engineering.
https://doi.org/10.1002/978111806399
6

153

You might also like