Professional Documents
Culture Documents
Urgensi Checks and Balances Ketatanegaraan Indonesia Dan Islam
Urgensi Checks and Balances Ketatanegaraan Indonesia Dan Islam
e-mail: rony.jaya@uin-suska.ac.id
Abstract: The reform movement opened the door to implementation of the 1945 amendment to the constitution.
The urgency of the Indonesian government's control system, which included the legislative, executive and
judicial institutions, was quite a concern. This condition is based on the fact that during the Orde
Baru the concept of the Trias Politica Montesquieu was castrated by the authorities. Unlike the case of
the Islamic constitutional system, the concept of mutual control was much more familiar when
Khulafaur Rasyidin Umar bin Khattab called six (six) high-ranking friends to find a replacement.
This was later considered the first Syura Institute in Islamic history. The purpose of this paper is to
recognize the urgency of checks and balances in the Indonesian government system and in the Islamic
state administration. This article uses a library research method with a qualitative descriptive
approach, which is then analyzed using the interactive analysis model of Miles, Huberman, and
Saldana. The results show that following the amendment of the 1945 Constitution, the legislature,
including the DPR and the DPD, has taken control of the executive and the Supreme Court and the
Constitutional Court as a judicial body can control each other and establish a balance between these
institutions. While the Islamic constitutional system in the Fiqh study of Siyasah was already familiar
with the separation of powers and the separation of powers in the institutions of Tasyri'iyah,
Tanfidziyah and Qada'iyah.
ketika terjadi pelanggaran hak asasi lembaga negara saja seperti yang pernah
masnusia secara mencolok. Sedangkan terjadi dalam sistem ketatanegaraan
Presiden Soeharto secara eksplisit Indonesia di masa lalu (executive or
menyatakan sikapnya agar tidak mudah legislative heavy). (A.R, 2012) Oleh karena
mengubah undang-undang. (Budiardjo, itu, maka urgensi penguatan sistem check
2008) and balances terhadap lembaga negara,
Pada tahun 1998 reformasi baik lembaga legislatif, eksekutif dan
digulirkan dan Orde baru digulingkan. yudikatif harus terus dipekuat demi
Maka terjadilah perubahan dalam sistem terwujudnya sistem ketatanegaraan
ketatanegaraan Indonesia, di mana UUD Indonesia yang good governance and clean
1945 telah diamandemen sebanyak 4 governance.
(empat) kali terhitung dari tahun 1999- Pada dasarnya sistem checks and
2002, demi conditio sine quo nan untuk balances, Presiden sebagai kepala eksekutif
tegaknya demokrasi, rule of law, memiliki kedudukan yang sederajat,
pengendalian kekuasaan dan memberikan tetapi saling mengendalikan dengan
kebebasan warga negara secara individual lembaga Parlemen sebagai pemegang
dan hak politik partisipatorisnya. (Thaib, kekuasaan legislatif. Sesuai dengan
2003) prinsip presidensial bahwa Presiden tidak
Konsep trias politica pasca reformasi dapat membubarkan Parlemen, begitu
berjalan dengan cepat, lantas diiringi pula sebaliknya Parlemen juga tidak dapat
sistem bikameral yaitu DPR RI dan DPD menjatuhkan Presiden. Namun Parlemen
RI bertujuan untuk mempercepat hanya dapat menuntut pemberhentian
tercapainya pemerintahan yang baik dan Presiden jika Presiden terbukti melakukan
tata pemerintahan yang baik (good pelanggaran hukum; itupun dibatasi oleh
gavernment and good governance) serta konstitusi hanya untuk jenis-jenis tindak
tercapainya check and balances antara pidana tertentu saja (Mawardi, 2008) Pada
lembaga negara khususnya di lembaga kasus pemberhentian Presiden Gusdur
legislatif, yang merupakan salah satu oleh Parlemen dengan alasan beliau telah
unsur terpenting dalam penyelenggaraan melanggar konstitusi, namun kenyataannya tidak
Negara. (Pirmansyah, 2014) demikian, karena pengadilan telah
Sistem checks and balances berfungsi memutuskan bahwa beliau tidak
untuk saling mengontrol lembaga melanggar konstitusi. Akan tetapi
kekusaan satu dengan lainnya, agar pelenggseran beliau lebih kepada
terhindar dari tindakan-tindakan hegemonik, persoalan aspek politik atau kekuatan
tiranik dan sentralisasi kekuasaan. Sistem ini legislatif yang dominan sehingga
mencegah terjadinya overlapping antara menggaburkan prinsip check and
kewenangan yang ada (Rahmatullah, balances, (Suparman, 2016) sedangkan
2013) antara bidang eksekutif, legislatif pada lembaga yudikatif seringnya terjadi
maupun yudikatif. (Montisa Mariana, intervensi dari pihak eksekutif untuk
2017) mengamankan kekuasaan.
Pelaksanaan check and balances antar Sedangkan dari kacamata sistem
lembaga negara tersebut diharapkan agar ketatanegaraan Islam, diketahui bahwa
kekuasaan tidak terpusat pada satu Islam adalah agama universal yang
Urgensi Checks and Balances Ketatanegaraan Indonesia dan Islam║223
kekuasaan (distribution of power) dengan dalam apa yang dikenal sebagai judicial
menekankan urgensi fungsi lembaga dan review atau (constitutional review) seperti
konsep checks and balances juga saat ini. Akan tetapi review atas UU
menekankan hubungan saling mengawasi hanya dilakukan oleh lembaga legislatif
dan mengendalikan antar belbagai melalui legislative review atau political
lembaga negara terhadap fungsi dan review, padahal lembaga legislatif
wewenang lembaga tersebut. Hasil dari didominasi oleh eksekutif (Presiden).
amandemen UUD 1945 telah memberikan Distribusi kekuasaan merupakan
titik terang terhadap urgensi penerapan suatu hal yang penting dalam
checks and balances dalam sistem membangun sistem ketatanegaraan
ketatanegaraan Indonesia. Indonesia. Mahfud MD mengatakan
A. Checks and balances Sistem bahwa Salah satu kelemahan dari UUD
Ketatanegaraan Indonesia 1945 sebelum amandemen adalah tidak
adanya mekanisme checks and balances
Salah satu gagasan perubahan (Sunarto, 2016). Sehingga pasca
ketika era reformasi yang didegungkan amandemen UUD 1945 yang dilakukan
adalah usulan tentang sistem dan sebanyak 4 (empat) kali dari Tahun
mekanisme checks and balances di dalam 1999-2002. menjadikan lembaga-
sistem politik ketatanegaraan. Usulan lembaga negara menjadi kondusif dan
ini menjadi urgen karena selama era tentunya menghilangkan kekuasaan
dua orde (orde lama dan baru) superior dibandingkan yang lainnya.
sebelumnya dapat pastikan bahwa (Montisa Mariana, 2017) Karena
checks and balances itu tidak ada. (Moh lahirnya lembaga-lembaga yang dapat
Mahfud MD, 2011) berfungsi sebagai checks and balances
Pada masa orde baru, dimana yaitu:
pembuatan Undang-Undang (UU)
misalnya seluruhnya didominasi oleh 1. Majelis Permusyawaratan Rakyat
eksekutif, baik proses inisiatifnya (MPR)
maupun pengesahannya. Bukan hanya Berdasarkan hasil amandemen
itu, tidak pernah ada Rancangan UUD 1945 dalam Pasal 2 Ayat 1, 2,
Undang-Undang (RUU) datang dari dan 3 menyebutkan bahwa MPR
inisiatif DPR. Bahkan RUU yang adalah: 1) Majelis Permusyawaratan
semula berasal dari Presiden (eksekutif) Rakyat terdiri atas anggota-anggota
pernah juga ditolak untuk disahkan Dewan Perwakilan Rakyat, dan
oleh presiden sendiri setelah disetujui anggota Dewan Perwakilan Daerah
oleh DPR. (Moh Mahfud MD, 2011) yang dipilih melalui pemilihan
Terjadinya dominasi eksekutif umum dan diatur lebih lanjut
yang begitu kuat dalam membuat, dengan undang-undang; 2) Majelis
melaksanakan dan menafsirkan UU Permusyawaratan Rakyat bersidang
sehingga sistem politik yang executive sedikitnya sekali dalam lima tahun
heavy karena tidak ada lembaga yang di Ibu Kota Negara; dan 3) Segala
dapat membatalkan UU. Tidak adanya putusan Majelis Permusyawaratan
peluang atas UU oleh lembaga yudisial Rakyat ditetapkan dengan suara
Urgensi Checks and Balances Ketatanegaraan Indonesia dan Islam║225
24B; dan Pasal 7B Amandemen UUD DPR dan DPD sehingga sistem check
1945. and balances berjalan dengan baik.
3. Dewan Perwakilan Daerah (DPD) 4. Mahkamah Agung (MA)
Hasil Amandemen UUD 1945 MA salah satu lembaga negara
melahirkan lembaga DPD yang yang memilliki kekuasaan untuk
kemudian disebut sistem bikameral. menyelenggarakan peradilan untuk
DPD yang anggota-anggotanya menegakkan hukum dan keadilan
dipilih langsung melalui pemilu yang termaktub pada pasal 24 ayat 1.
ternyata di dalam konstitusi hanya Selain itu, Pasal 24 A Ayat 1
diberi fungsi yang sangat sumir dan menyebutkan bahwa MA berwenang
nyaris tak berarti jika dibangdingkan mengadili pada tingkat kasasi,
dengan biaya politik dan proses menguji peraturan perundang-
perekrutannya yang demokratis. undangan di bawah undang-undang
Perbedaan DPD dan DPR misal DPR terhadap undang-undang, dan
diatur dalam tujuh Pasal mempunyai wewenang lainnya yang
Amandemen UUD 1945 (Pasal 19 diberikan oleh Undang-Undang.
sampai dengan Pasal 22) sedangkan 5. Mahkamah Konstitusi (MK)
DPD hanya diatur dalam 2 (dua)
Pasal (Pasal 22 c dan Pasal 22 D). Menurut Janedjri M. Gaffar
Memang dalam UUD disebutkan pembentukan MK didorong dan
secara tegas bahwa DPR memiliki dipengaruhi oleh kondisi faktual
fungsi sebagai legislasi, anggaran yang terjadi dalam sistem
dan pengawasan, maka DPD ketatanegaraan yakni: (1) sebagai
mempunyai fungsi tersebut tapi konsekuensi dari perwujudan negara
tidak secara penuh. Dalam bidang hukum yang demokratis dan negara
legislasi DPD tidak dapat ikut demokrasi yang berdasarkan
menetapkan UU sebagaimana hukum; (2) Pasca Perubahan Kedua
layaknya lembaga perwakilan dan Perubahan Ketiga, UUD 1945
rakyat, sebab Pasal 20 ayat (1) sudah telah mengubah relasi kekuasaan
megunci bahwa yang memegang dengan menganut sistem pemisahan
kekuasaan membentuk UU adalah kekuasaan (separation of powers)
DPR. (Moh Mahfud MD, 2011) berdasarkan prinsip checks and balances
Pasal 22 D ayat (1) dan (2) dan (3) Kasus pemakzulan (impeachment)
menyebutkan kewenangan- Presiden Abdurrahman Wahid oleh
kewenangan DPD yaitu, dapat MPR pada Sidang Istimewa MPR
mengajukan Rancangan UU, ikut pada 2001, mengilhami pemikiran
membahas rancangan UU, memberi untuk mencari mekanisme hukum
pertimbangan dan dapat melakukan yang digunakan dalam proses
pengawasan (Indonesia, 1945) didasarkan pemberhentian Presiden dan/atau
dengan itu, maka untuk memperbaiki Wakil Presiden agar tidak semata-
sistem ketatanegaraan Indonesia lebih baik mata didasarkan alasan politis
perlunya penyamaan wewenang antara semata. (Gaffar, 2009)
Urgensi Checks and Balances Ketatanegaraan Indonesia dan Islam║227