You are on page 1of 12

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by E-Journal IAIN BATUSANGKAR

URGENSI CHECKS AND BALANCES


KETATANEGARAAN INDONESIA DAN ISLAM

Bustamin1, Rony Jaya2


1 Institut Agama Islam Negeri Batusangkar
e-mail: bustamin@iainbatusangkar.ic.id
2 Universitas Islam Negeri Suska Riau

e-mail: rony.jaya@uin-suska.ac.id

Abstract: The reform movement opened the door to implementation of the 1945 amendment to the constitution.
The urgency of the Indonesian government's control system, which included the legislative, executive and
judicial institutions, was quite a concern. This condition is based on the fact that during the Orde
Baru the concept of the Trias Politica Montesquieu was castrated by the authorities. Unlike the case of
the Islamic constitutional system, the concept of mutual control was much more familiar when
Khulafaur Rasyidin Umar bin Khattab called six (six) high-ranking friends to find a replacement.
This was later considered the first Syura Institute in Islamic history. The purpose of this paper is to
recognize the urgency of checks and balances in the Indonesian government system and in the Islamic
state administration. This article uses a library research method with a qualitative descriptive
approach, which is then analyzed using the interactive analysis model of Miles, Huberman, and
Saldana. The results show that following the amendment of the 1945 Constitution, the legislature,
including the DPR and the DPD, has taken control of the executive and the Supreme Court and the
Constitutional Court as a judicial body can control each other and establish a balance between these
institutions. While the Islamic constitutional system in the Fiqh study of Siyasah was already familiar
with the separation of powers and the separation of powers in the institutions of Tasyri'iyah,
Tanfidziyah and Qada'iyah.

Kata Kunci: Checks and Balances, Ketatanegaraan Indonesia dan Islam

PENDAHULUAN Presiden. (Rahmatullah, 2013) Maka


pandangan kritis lahir dari kalangan
P ower tends corrupt, but absolute power
corrupts absolutely (Budiardjo, 2008).
Kendati urgensi menghindari pemusatan
akademisi, praktisi maupun masyarakat
pada umumnya dengan melihat
kekuasaan yang dapat mengarahkan pada terjadinya praktek kenegaraan ataupun
kesewenang-wenangan, sehingga distribution of peraturan dan undang-undang yang tidak
power (pembagian kekuasaan negara) dan sesuai dengan UUD 1945. Sebab ketika itu,
separation of power (pemisahan kekuasaan) Orde Baru mengekang kebebasan pers
harus diwujudkan. (Sunarto, 2016) dan kebebasan mimbar akademis;
Sejarah telah mencatat bahwa rezim pembatasan yang keras terhadap
Orde Baru telah mengkebiri teori-teori organisasi kemasyarakatan dan partai
trias politica serta aplikasinya. Sehingga politik serta lembaga legislatif terkesan
realitas kekuasaan hanya terpusat pada tersubordinasi oleh eksekutif, ataupun
222 ║ Jurnal Ilmiah Syari‘ah, Volume 18, Nomor 2, Juli-Desember 2019

ketika terjadi pelanggaran hak asasi lembaga negara saja seperti yang pernah
masnusia secara mencolok. Sedangkan terjadi dalam sistem ketatanegaraan
Presiden Soeharto secara eksplisit Indonesia di masa lalu (executive or
menyatakan sikapnya agar tidak mudah legislative heavy). (A.R, 2012) Oleh karena
mengubah undang-undang. (Budiardjo, itu, maka urgensi penguatan sistem check
2008) and balances terhadap lembaga negara,
Pada tahun 1998 reformasi baik lembaga legislatif, eksekutif dan
digulirkan dan Orde baru digulingkan. yudikatif harus terus dipekuat demi
Maka terjadilah perubahan dalam sistem terwujudnya sistem ketatanegaraan
ketatanegaraan Indonesia, di mana UUD Indonesia yang good governance and clean
1945 telah diamandemen sebanyak 4 governance.
(empat) kali terhitung dari tahun 1999- Pada dasarnya sistem checks and
2002, demi conditio sine quo nan untuk balances, Presiden sebagai kepala eksekutif
tegaknya demokrasi, rule of law, memiliki kedudukan yang sederajat,
pengendalian kekuasaan dan memberikan tetapi saling mengendalikan dengan
kebebasan warga negara secara individual lembaga Parlemen sebagai pemegang
dan hak politik partisipatorisnya. (Thaib, kekuasaan legislatif. Sesuai dengan
2003) prinsip presidensial bahwa Presiden tidak
Konsep trias politica pasca reformasi dapat membubarkan Parlemen, begitu
berjalan dengan cepat, lantas diiringi pula sebaliknya Parlemen juga tidak dapat
sistem bikameral yaitu DPR RI dan DPD menjatuhkan Presiden. Namun Parlemen
RI bertujuan untuk mempercepat hanya dapat menuntut pemberhentian
tercapainya pemerintahan yang baik dan Presiden jika Presiden terbukti melakukan
tata pemerintahan yang baik (good pelanggaran hukum; itupun dibatasi oleh
gavernment and good governance) serta konstitusi hanya untuk jenis-jenis tindak
tercapainya check and balances antara pidana tertentu saja (Mawardi, 2008) Pada
lembaga negara khususnya di lembaga kasus pemberhentian Presiden Gusdur
legislatif, yang merupakan salah satu oleh Parlemen dengan alasan beliau telah
unsur terpenting dalam penyelenggaraan melanggar konstitusi, namun kenyataannya tidak
Negara. (Pirmansyah, 2014) demikian, karena pengadilan telah
Sistem checks and balances berfungsi memutuskan bahwa beliau tidak
untuk saling mengontrol lembaga melanggar konstitusi. Akan tetapi
kekusaan satu dengan lainnya, agar pelenggseran beliau lebih kepada
terhindar dari tindakan-tindakan hegemonik, persoalan aspek politik atau kekuatan
tiranik dan sentralisasi kekuasaan. Sistem ini legislatif yang dominan sehingga
mencegah terjadinya overlapping antara menggaburkan prinsip check and
kewenangan yang ada (Rahmatullah, balances, (Suparman, 2016) sedangkan
2013) antara bidang eksekutif, legislatif pada lembaga yudikatif seringnya terjadi
maupun yudikatif. (Montisa Mariana, intervensi dari pihak eksekutif untuk
2017) mengamankan kekuasaan.
Pelaksanaan check and balances antar Sedangkan dari kacamata sistem
lembaga negara tersebut diharapkan agar ketatanegaraan Islam, diketahui bahwa
kekuasaan tidak terpusat pada satu Islam adalah agama universal yang
Urgensi Checks and Balances Ketatanegaraan Indonesia dan Islam║223

ajarannya mengandung prinsip-prinsip METODE PENELITIAN


dasar kehidupan termasuk politik dan
ketatanegaraan. (Shobron, 2016) Kendati, Penelitian ini menggunakan library
dalam referensi sejarah Islam tidak research dengan menelusuri dan mengkaji
dijumpai ketentuan yang pasti bagaimana karya-karya yang terkait dengan
bentuk dan konsep sistem pemerintahan persoalan yang dikaji kemudian memuat
yang dikehendaki, sehingga menimbulkan kajian tentang penelitian. (Zed, 2007) Jenis
belbagai penafsiran serta upaya untuk
data penelitian adalah data sekunder
merealisasikanya. (Paydar, 2003)
Para cendikiawan muslim mulai yaitu dari buku-buku, jurnal, penelitian
fokus kajiannya terhadap kebijaksanaan terdahulu yang mengkaji persoalan terkait
persoalan pengurusan kenegaraan yang dengan urgensi checks and balances dalam
berdasarkan syariat (siyasah syar’iyyah) sistem ketatanegaraan yang berlaku di
(Iqbal, 2014). Khallaf mengatakan siyasah Indonesia dan sistem ketatanegaraan
syar’iyyah adalah pengelolaan masalah-
Islam. Pendekatan penelitian deskriptif
masalah umum bagi pemerintahan Islam
kualitatif yaitu bertujuan untuk
yang menjamin terciptanya kemaslahatan
dan terhindarnya kemudaratan dari menggambarkan dan meringkas berbagai
masyarakat Islam, dengan tidak kondisi, situasi, dan variabel yang penelitian.
bertentangan dengan ketentuan syariat (Bungin Burhan, 2001) Selanjutnya data
Islam dan prinsip-prinsipnya yang umum, kualitatif tersebut dianalisis berdasarkan
meskipun tidak sejalan dengan pendapat interactive model of analysis Miles,
para ulama mujtahid. Khallaf lebih dalam
Huberman, dan Saldana yaitu data
menjelaskan yang dimaksud dengan
condensation, Data collection, Data display
masalah umum umat Islam adalah segala
hal yang membutuhkan pengaturan and conclusions. (Miles, Huberman, 2014)
dalam kehidupan mereka, baik di bidang
perundang-undangan, keuangan dan
HASIL DAN PEMBAHASAN
moneter, peradilan, eksekutif, masalah
dalam negeri ataupun hubungan international. Dalam teori pembagian kekuasaan,
Berdasarkan pandangan Khallaf tersebut, Montesquiue membagi kekuasaan menjadi 3
dapat dikatakan bahwa Islam sejatinya (tiga) yakni lembaga eksekutif, legislatif
telah meletakkan dasar-dasar sistem dan yudikatif beserta wewenang dan
ketatanegaraan sendiri. fungsi lembaga tersebut. Lantas, Van
Didasarkan argumentasi di atas, Vollen Hoven telah mengembangkan trias
maka bagaimana urgensi checks and politica demikian menjadi 4 (empat)
balances dalam sistem ketatanegaraan yakni: pemerintah (bestuur), pengawasan
Indonesia dan bagaimana pula prinsip- (regeling), pengaturan (politie), dan penyelesaian
prinsip checks and balances dalam sengketa (rechtspraak/justitie). (Ridwan, 2007)
ketatenegaraan Islam, menjadi menarik Undang-undang Dasar 1945 sebagai
untuk dikaji untuk menemukan titik wujud konstitusi I ndonesia telah
terangnya. mengamanatkan ajaran pembagian
224 ║ Jurnal Ilmiah Syari‘ah, Volume 18, Nomor 2, Juli-Desember 2019

kekuasaan (distribution of power) dengan dalam apa yang dikenal sebagai judicial
menekankan urgensi fungsi lembaga dan review atau (constitutional review) seperti
konsep checks and balances juga saat ini. Akan tetapi review atas UU
menekankan hubungan saling mengawasi hanya dilakukan oleh lembaga legislatif
dan mengendalikan antar belbagai melalui legislative review atau political
lembaga negara terhadap fungsi dan review, padahal lembaga legislatif
wewenang lembaga tersebut. Hasil dari didominasi oleh eksekutif (Presiden).
amandemen UUD 1945 telah memberikan Distribusi kekuasaan merupakan
titik terang terhadap urgensi penerapan suatu hal yang penting dalam
checks and balances dalam sistem membangun sistem ketatanegaraan
ketatanegaraan Indonesia. Indonesia. Mahfud MD mengatakan
A. Checks and balances Sistem bahwa Salah satu kelemahan dari UUD
Ketatanegaraan Indonesia 1945 sebelum amandemen adalah tidak
adanya mekanisme checks and balances
Salah satu gagasan perubahan (Sunarto, 2016). Sehingga pasca
ketika era reformasi yang didegungkan amandemen UUD 1945 yang dilakukan
adalah usulan tentang sistem dan sebanyak 4 (empat) kali dari Tahun
mekanisme checks and balances di dalam 1999-2002. menjadikan lembaga-
sistem politik ketatanegaraan. Usulan lembaga negara menjadi kondusif dan
ini menjadi urgen karena selama era tentunya menghilangkan kekuasaan
dua orde (orde lama dan baru) superior dibandingkan yang lainnya.
sebelumnya dapat pastikan bahwa (Montisa Mariana, 2017) Karena
checks and balances itu tidak ada. (Moh lahirnya lembaga-lembaga yang dapat
Mahfud MD, 2011) berfungsi sebagai checks and balances
Pada masa orde baru, dimana yaitu:
pembuatan Undang-Undang (UU)
misalnya seluruhnya didominasi oleh 1. Majelis Permusyawaratan Rakyat
eksekutif, baik proses inisiatifnya (MPR)
maupun pengesahannya. Bukan hanya Berdasarkan hasil amandemen
itu, tidak pernah ada Rancangan UUD 1945 dalam Pasal 2 Ayat 1, 2,
Undang-Undang (RUU) datang dari dan 3 menyebutkan bahwa MPR
inisiatif DPR. Bahkan RUU yang adalah: 1) Majelis Permusyawaratan
semula berasal dari Presiden (eksekutif) Rakyat terdiri atas anggota-anggota
pernah juga ditolak untuk disahkan Dewan Perwakilan Rakyat, dan
oleh presiden sendiri setelah disetujui anggota Dewan Perwakilan Daerah
oleh DPR. (Moh Mahfud MD, 2011) yang dipilih melalui pemilihan
Terjadinya dominasi eksekutif umum dan diatur lebih lanjut
yang begitu kuat dalam membuat, dengan undang-undang; 2) Majelis
melaksanakan dan menafsirkan UU Permusyawaratan Rakyat bersidang
sehingga sistem politik yang executive sedikitnya sekali dalam lima tahun
heavy karena tidak ada lembaga yang di Ibu Kota Negara; dan 3) Segala
dapat membatalkan UU. Tidak adanya putusan Majelis Permusyawaratan
peluang atas UU oleh lembaga yudisial Rakyat ditetapkan dengan suara
Urgensi Checks and Balances Ketatanegaraan Indonesia dan Islam║225

yang terbanyak. Sedangkan Pasal 3 Dipertegas Asshidiqqie bahwa,


Ayat 1, 2, dan 3 menyebutkan MPR adalah institusi lembaga parlemen
bahwa: 1) Majelis Permusyawaratan Indonesia. Sebagai kedaulatan rakyat
Rakyat berwenang mengubah dan Indonesia disalurkan melalui lembaga
menetapkan Undang-undang Dasar; M PR , namun st r uk t ur ny a
2) Majelis Permusyawaratan Rakyat diorganisasikan secara bicameral,
melantik Presiden dan/atau Wakil yaitu DPR dan DPD. Sehingga dapat
Presiden; dan 3) Majelis simpulkan bahwa MPR hanya
Permusyawaratan Rakyat hanya memiliki keterkaitan secara lembaga
dapat memberhentikan Presiden dengan DPR, DPD dan Presiden.
dan/atau Wakil Presiden dalam 2. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
masa jabatannya menurut Undang-
Undang Dasar (Indonesia, 1945) Pasca amandemen UUD 1945
Konsekuensi amandemen UUD DPR semakin diperkuat fungsinya
1945 membawa beberapa perubahan sebagai legislations function, budgeting
terhadap kedudukan MPR. Yakni: function and controlling function.
1. Pergeseran kedudukan MPR dari Sebelumnya, DPR hanya berhak
lembaga tertinggi menjadi memberikan persetujuan saja.
lembaga tinggi Negara. Setelah amandemen, pemerintah
2. Perubahan tentang kenggotaan tetap berhak mengajukan RUU, dan
MPR. Sebelum UUD 1945 apabila RUU sudah disetujui oleh
diamandemen kenggotaan MPR DPR namun pemerintah tidak
terdiri dari seluruh anggotan mensahkannya, RUU tersebut tetap
DPR, ditambah dengan utusan menjadi UU (Montisa Mariana, 2017)
daerah, dan utusan golongan. Sebagai bentuk implementasi
3. Perubahan tentang kewenangan sistem check and balances DPR
MPR. Sebelum amandemen UUD memiliki hubungan erat dengan
1945 MPR, mempunyai wewewang DPD dalam menyusun RUU yang
memilih presiden dan/atau wakil berkaitan dengan daerah. Kendati
Presiden; melantik Presiden dan/atau DPR juga harus mendengarkan
Wakil Presiden; melakukan sidang saran DPD berkaitan dengan
istimewa untuk memberhentikan penyusunan RAPBN. Sedangkan
Presiden dan/atau wakil presiden dengan Presiden, DPR memiliki
dalam masa jabatannya jika kewenangan untuk mengawasi
Presiden dan/atau wakil Presiden jalannya pemerintahan, jalannya
melanggar konstitusi, dan mengubah pelaksanaan dari APBN dan UU.
UUD dan artinya menghilangkan Selain itu, berkaitan dengan adanya
kewenangan dari MPR untuk check and balances antar lembaga-
menetapkan GBHN, dan lembaga negara telah diatur dalam
mengangkat Presiden. (Warjiati, kewenangan dengan Pasal 24A;
2012) Pasal 24B; Pasal 7B; Pasal 24A; Pasal
226 ║ Jurnal Ilmiah Syari‘ah, Volume 18, Nomor 2, Juli-Desember 2019

24B; dan Pasal 7B Amandemen UUD DPR dan DPD sehingga sistem check
1945. and balances berjalan dengan baik.
3. Dewan Perwakilan Daerah (DPD) 4. Mahkamah Agung (MA)
Hasil Amandemen UUD 1945 MA salah satu lembaga negara
melahirkan lembaga DPD yang yang memilliki kekuasaan untuk
kemudian disebut sistem bikameral. menyelenggarakan peradilan untuk
DPD yang anggota-anggotanya menegakkan hukum dan keadilan
dipilih langsung melalui pemilu yang termaktub pada pasal 24 ayat 1.
ternyata di dalam konstitusi hanya Selain itu, Pasal 24 A Ayat 1
diberi fungsi yang sangat sumir dan menyebutkan bahwa MA berwenang
nyaris tak berarti jika dibangdingkan mengadili pada tingkat kasasi,
dengan biaya politik dan proses menguji peraturan perundang-
perekrutannya yang demokratis. undangan di bawah undang-undang
Perbedaan DPD dan DPR misal DPR terhadap undang-undang, dan
diatur dalam tujuh Pasal mempunyai wewenang lainnya yang
Amandemen UUD 1945 (Pasal 19 diberikan oleh Undang-Undang.
sampai dengan Pasal 22) sedangkan 5. Mahkamah Konstitusi (MK)
DPD hanya diatur dalam 2 (dua)
Pasal (Pasal 22 c dan Pasal 22 D). Menurut Janedjri M. Gaffar
Memang dalam UUD disebutkan pembentukan MK didorong dan
secara tegas bahwa DPR memiliki dipengaruhi oleh kondisi faktual
fungsi sebagai legislasi, anggaran yang terjadi dalam sistem
dan pengawasan, maka DPD ketatanegaraan yakni: (1) sebagai
mempunyai fungsi tersebut tapi konsekuensi dari perwujudan negara
tidak secara penuh. Dalam bidang hukum yang demokratis dan negara
legislasi DPD tidak dapat ikut demokrasi yang berdasarkan
menetapkan UU sebagaimana hukum; (2) Pasca Perubahan Kedua
layaknya lembaga perwakilan dan Perubahan Ketiga, UUD 1945
rakyat, sebab Pasal 20 ayat (1) sudah telah mengubah relasi kekuasaan
megunci bahwa yang memegang dengan menganut sistem pemisahan
kekuasaan membentuk UU adalah kekuasaan (separation of powers)
DPR. (Moh Mahfud MD, 2011) berdasarkan prinsip checks and balances
Pasal 22 D ayat (1) dan (2) dan (3) Kasus pemakzulan (impeachment)
menyebutkan kewenangan- Presiden Abdurrahman Wahid oleh
kewenangan DPD yaitu, dapat MPR pada Sidang Istimewa MPR
mengajukan Rancangan UU, ikut pada 2001, mengilhami pemikiran
membahas rancangan UU, memberi untuk mencari mekanisme hukum
pertimbangan dan dapat melakukan yang digunakan dalam proses
pengawasan (Indonesia, 1945) didasarkan pemberhentian Presiden dan/atau
dengan itu, maka untuk memperbaiki Wakil Presiden agar tidak semata-
sistem ketatanegaraan Indonesia lebih baik mata didasarkan alasan politis
perlunya penyamaan wewenang antara semata. (Gaffar, 2009)
Urgensi Checks and Balances Ketatanegaraan Indonesia dan Islam║227

Senada menurut Afiuka Hadjar d. Perlindungan hak asasi manusia


dkk, (Pigome, 2011) terdapat 4 yang menegaskan bahwa
(empat) alasan yang melatar kekuasaan yang tidak terkontrol,
belakangi pembentukan Mahkamah seringkali melakukan tindakan
Konstitusi yaitu: semena-mena dalam penyelenggaraan
a. Paham Konstitusionalisme adalah dan tidak melakukan hak asasi
suatu paham yang menganut manusia.
adanya pembatasan kekuasaan. MK berfungsi untuk menjamin
Paham ini memiliki dua esensi tidak akan ada lagi produk hukum
yaitu sebagai konsep negara yang keluar dari koridor konstitusi
hukum bahwa hukum mengatasi sehingga hak-hak konstitusional
kuasaan negara, hukum akan warga terjaga dan konstitusi itu
melakukan kontrol terhadap sendiri terkawal secara konstitusionalitas.
politik serta konsep hak-hak sipil Dalam rangka menguji apakah suatu
warga negara menyatakan bahwa undang-undang bertentangan atau
kebebasan warga negara dan tidak dengan konstitusi, maka
kekuasaan negara dibatasi oleh dilakukan judicial review. Selain itu,
konstitusi; MK dapat berfungsi: (1) memutus
sengketa antarlembaga negara, (2)
b. Sebagai mekanisme check and
memutus pembubaran partai politik,
balance, dimana sebuah sistem
dan (3) memutus sengketa hasil
pemerintahan yang baik antara pemilu. (Gaffar, 2009)
lain ditandai dengan adanya
6. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
mekanisme check and balance
dalam penyeleggaraan kekuasaan. Bedasarkan amandemen UUD
Memungkinkan adanya saling 1945 menyatakan bahwa Anggota
kontrol antara cabang-cabang BPK dipilih DPR melalui
keuasaan yang ada dan pertimbangan DPD. Lantas BPK
menghindari tindakan-tindakan memiliki wewenang untuk
tiran dan desentralisasi kekuasaan mengawasi APBN dan APBD serta
untuk menjaga agar tidak terjadi menyampaikan hasilnya tersebut
tumpang tindih antar kewenangan kepada DPR dan DPD. Sedangkan
yang ada. didsarkan pada prinsip BPK berkedudukan di ibukota
negara dan memiliki perwakilan di
negara hukum maka sistem
setiap propinsi.
kontrol yang relevan adalah
sistem kontrol judicial. 7. Komisi Yudisial (KY)
c. Penyelenggaraan negara yang Berdasarkan UUD 1945 Pasal
bersih, bilamana sistem pemerintahan 24 B bahwa Komisi Yudisial bersifat
yang baik meniscayakan adanya mandiri yang berwenang mengusulkan
penyelenggaraan negara yang bersih; pengangkatan hakim agung dan
228 ║ Jurnal Ilmiah Syari‘ah, Volume 18, Nomor 2, Juli-Desember 2019

mempunyai wewenang lain dalam Sejarah Islam telah mencatat


rangka menjaga dan menegakkan bahwa dalam pengangkatan Amirul
kehormatan, keluhuran martabat, Mukminin pertama melalui proses
serta perilaku hakim. musyawarah. Ibnu al-Atsir dalam
Posisi konstitusional KY dalam kitabnya Al-Kamil fi Tarikh
hasil Amandemen UUD 1945 menceritakan suatu peristiwa penting
memiliki legalitas yang sama kuat yaitu pengangkatan Abu Bakr r.a.
dengan lembaga-lembaga negara sebagai khalifah. Terjadi ketegangan
dalam rumpun sistem peradilan antara orang-orang ansar yang
(Yudikatif). Kehadiran KY diakui berusaha mengangkat Saad bin
sebagai upaya menciptakan fungsi Ubaidah menjadi khalifah sedangkan
check and balance dalam sistem orang-orang muhajirin mengatakan
pengawasan di peradilan Kehadiran yang layak mengantikan Rasulullah
KY sangat diharapkan karena dari pihak Muhajirin karena merekalah
masyarakat kehilangan kepercayaan yang paling utama. Singkatnya terjadi
pada institusi peradilan. peran proses diskusi (musyawarah) akhirnya
pengawasan internal yang dilakukan Abu Bakar dibai’at menjadi khalifah
MA tidak efektif, karena kerap pertama pasca wafatnya Rasulullah.
digunakan sebagai upaya melindungi (A.Djazuli, 2003)
oknum yang berbuat salah atas nama Hamka memandang bahwa syura
semangat korps. (Thontowi, 2011) atau musyawarah menjadi pokok
dalam pembangunan masyarakat dan
B. Checks and Balances Sistem Ketatanegaraan negara Islam (Shobron, 2016) sejalan
Islam dengan pendapat Abu A’la al-Maududi
Islam sebagai agama yang menyebut syura dengan ahl al-hall wa
sempurna dan menyeluruh, sudah al-aqd, ahl syura, juga menyebutnya
sepatutnya memiliki peran utama dengan “dewan penasehat” (consultative
dalam kehidupan politik atau sistem assembly) (A.Djazuli, 2003) didasarkan
ketatanegaraan dalam sebuah negara, pendapat tersebut bahwa konsep check
(Kun Budianto, 2017) sebagaimana and balances dalam ketatageraan Islam
diketahui bahwa dalam pemerintahan telah dikenal walaupun belum
Islam para penguasa diwajibkan untuk dijelaskan secara spesifik bagaimana
meminta pendapat kepada umatnya penerapannya.
dalam segala perkara umum, Namun ketika dirujuk pendapat
musyawarah adalah kewajiban yang Abdul kadir Audah menyebutkan
diwajibkan atas para penguasa juga secara eksplisit praktek ketatanegaraan
rakyat. Penguasa harus bermusyawarah Islam yaitu: (1) Al-sultah al-Tanfihiyah
dalam setiap perkara pemerintahan, (eksekutif) yang dipimpin oleh imam;
administrasi, politik, dan pembuatan (2) Al-sultah al-Tasri’iya (legislatif)
Undang-undang berkenaan dengan dipimpin oleh ulil amri; (3) Al-sultah al-
kemaslahatan individu dan apalagi qadla’iyah (yudikatif) dipegang oleh
untuk kemaslahatan umum. (Khaliq, hakim; (4) Al-sulthah al-Maaliyah
2005) (Bank Sentral) dipimpin oleh imam;
Urgensi Checks and Balances Ketatanegaraan Indonesia dan Islam║229

dan (5) Al-sulthah al-Mu’raqabah 2. Masyarakat Islam yang akan


(lembaga pengawasan) dipimpin oleh melaksanakannya;
syura, ulama dan fuqaha.(Audah, 1957) 3. Isi peraturan atau hukum itu
Dalam wacana fiqh siyasah sendiri yang harus sesuai dengan
misalnya dalam bukunya Muhammad nilai-nilai dasar syariat Islam.
Iqbal dengan judul “Fiqh Siyasah
Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam” 2. Sulthah Al-thanfidziyah.
mengatakan bahwa trias politica telah Menurut Al-Maududi,lembaga
ada sejak Rasulullah Muhammad SAW eksekutif dalam Islam dinyatakan
di Madinah yaitu disebut juga sulthah dengan istilah ulal-amr dan dikepalai
al-tasyri’iyyah (Kekuasaan Legislatif), oleh seorang Amir atau Khalifah.
sulthah al-thanfidziyah (kekuasaan istilah ulal-amr tidak hanya terbatas
eksekutif), Sulthah al-qadha’iyyah untuk lembaga eksekutif saja
(Kekuasaan Yudikatif). (Iqbal, 2014) melainkan juga untuk lembaga
legislatif, yudikatif dan untuk
1. Sulthah Al-tasyri’iyyah. kalangan dalam arti yang lebih luas
Dalam kajian fiqh siyasah lagi. Namun dikarenakan praktek
legislasi atau kekuasaan legislatif pemerintahan Islam tidak menyebut
disebut juga dengan sulthah al- istilah khusus untuk badan-badan
tasyri’iyyah yaitu kekuasaan di bawah kepala negara yang
pemerintah Islam dalam membuat bertugas. Sejak masa kekhilafahan
dan menetapkan hukum. Dalam Umar bin Khattab maka untuk hal
konteks ini kekuasaan legislatif ini istilah ulal-amr mengalami
(sulthah al-tasyri’iyyah) berarti kekuasaan penyempitan makna untuk mewakili
atau kewenangan pemerintah Islam untuk lembaga-lembaga yang hanya
menetap kan hukum yang akan berfungsi sebagai eksekutif.
diberlakukan dan dilaksanakan Sedangkan untuk kepala negara, al-
oleh masyarakatnya berdasarkan Maududi menyebutnya sebagai
ketentuan yang telah diturunkan Amir dan dikesempatan lain sebagai
Allah SWT dalam Syari’at Islam. Khalifah. (Al-Maududi A.A., 1993)
Orang-orangyang duduk dalam
lembaga legislatif ini terdiri dari 3. Sulthah Al-qadha’iyyah
para mujtahid dan ahli fatwa (mufti) Dalam konsep Fiqh Siyasah,
serta parapakar dalam berbagai kekuasaan yudikatif ini biasa disebut
bidang. Unsur legislasi dalam fiqh sebagai sulthah al qadha’iyyah.
siyasah dapat dirumuskan sebagai Kekuasaan kehakiman adalah untuk
berikut: menyelesaikan perkara -perkara
1. Pemerintah sebagai pemegang perbantahan dan permusuhan ,
kekuasaan untuk menetapkan pidana dan penganiayaan, mengambil
hukum yang akan diberlakukan hak dari orang durjana dan
dalam masyarakat Islam; mengembalikannya kepada yang
punya, mengawasi harta wakaf dan
230 ║ Jurnal Ilmiah Syari‘ah, Volume 18, Nomor 2, Juli-Desember 2019

persoalan-persoalan lain yang fungsi check and balances dalam sistem


diperkarakan di pengadilan. Sedangkan pengawasan peradilan di Indonesia
tujuan kekuasaan kehakiman adalah untuk menjadi optimal.
menegakkan kebenaran dan menjamin Islam sebagai agama yang
terlaksananya keadilan serta tujuan sempurna dan menyeluruh tidak hanya
menguatkan negara dan menstabilkan mengatur persoalan ibadah kepada Allah
kedudukan hukum kepala negara. SWT, akan tetapi seluruh sendi kehidupan
Penetapan syariat Islam manusia telah diatur termasuk juga sistem
bertujuan untuk menciptakan bernegara. Sedangkan konsep check and
kemaslahatan. Dalam penerapannya balances dalam sistem ketatanegaraan
(syariat Islam) memerlukan lembaga Islam, dikaji dalam fiqh siyasah dan telah
untuk penegakannya. Karena tanpa dikenal pula trias politica yaitu sulthah al-
lembaga (al-qadha) tersebut, hukum- tasyri’iyyah (kekuasaan legislatif), sulthah
hukum tidak dapat diterapkan. al-thanfidziyah (kekuasaan eksekutif),
Dari konsep trias politica tersebut, Sulthah al-qadha’iyyah (kekuasaan
maka dalam ketatanegaraan Islam telah yudikatif).
mengenal dan menerapkan konsep
check and balances meskipun dalam
prakteknya masih sangat sumir,
DAFTAR KEPUSTAKAAN
sehingga membutuhkan intrepretasi
konsep yang jelas dan tetap sesuai A.Djazuli. (2003). Fiqh Siyasah. Jakarta:
sumber utamanya yaitu Al-Quran dan Kencana Prenada Media Group.
Sunnah serta ijtihad para ulama. A.R, F. Y. (2012). Mekanisme Checks and
Balances Dalam Sistem
Ketatanegaraan Indonesia pasca-
KESIMPULAN
Amandemen UUD 1945. Simbur
Terjadinya perubahan dalam Cahaya, XIX(49), 3245–3258.
siste m ketatanegeraan Indonesia
merupakan hasil dari reformasi 1998 yang Al-Maududi A.A. (1993). Sistem Politik
menjadikan lembaga eksekutif, legislatif Islam Cet II. Bandung: Mizan.
dan yudikatif berfungsi sesuai Audah, A. Q. (1957). Al-Islam wa Audhauna
kewenangannya masing-masing. Kendati al-Siyasah. Kairo: Dar al-Kitab al-
pada lembaga legislatif yang menganut Arabi.
sistem bikameral (DPR dan DPD), di
Budiardjo, M. (2008). Dasar-Dasar Ilmu
mana DPD belum memiliki kewenangan
Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
yang setara dengan DPR maka
Utama.
seyogyanya kedua lembaga negara
tersebut memiliki wewenang yang sama Bungin Burhan. (2001). Metodologi
agar pelaksanaan check and balances Penelitian Kualitatif Aktualisasi
berjalan dengan baik. Selain itu, lembaga Metodologis ke Arah Ragam Varian
peradilan di Indonesia terjadi krisis Kontemporer. Jakarta: Rajawali Pers.
kepercayaan khusus lembaga MA maka, Gaffar, J. M. (2009). Kedudukan dan Fungsi
kehadiran KY diharapan dapat menciptakan Mahkamah Konstitusi Dalam Sistem
Urgensi Checks and Balances Ketatanegaraan Indonesia dan Islam║231

Ketatanegaraan Republik Indonesia. Pigome, M. (2011). Implementasi Prinsip


Jakarta: Mahakamah Konstitusi. Demokrasi Dan Nomokrasi Dalam
Struktur Ketatanegaraan Ri Pasca
Indonesia, P. Undang-undang Dasar
Amandemen Uud 1945. Jurnal
Negara Republik Indonesia Tahun
Dinamika Hukum, 11(2).
1945 (amandemen IV), 4 § (1945).
https://doi.org/10.20884/1.jdh.2011
Iqbal, M. (2014). Fiqh Siyasah .11.2.191
(Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam).
Pirmansyah, M. (2014). Eksistensi Dewan
Jakarta: Prenada media Group.
Perwakilan Daerah Dalam Sistem
Khaliq, F. A. (2005). Fikih Politik Islam. Bikameral Di Indonesia. Jurnal Cita
Jakarta: Amzah. Hukum, 2(1), 163–184.
Kun Budianto. (2017). Kelembagaan https://doi.org/10.1017/CBO978110
Politik Islam: Konsep Konstitusi, 7415324.004
Legislasi, Demokrasi, Ummah Dan Rahmatullah, I. (2013). Rejuvinasi Sistem
Syura. Jurnal Studi Sosial Dan Politik, Checks and Balances Dalam Sistem
1(2), 155–166. Ketatanegaraan di Indonesia. Jurnal
Mawardi, M. A. (2008). Pengawasan dan Cita Hukum, 1(2).
Keseimbangan antara DPR dan https://doi.org/10.15408/jch.v1i2.29
Presiden dalam Sistem 92
Ketatanegaraan RI. Jurnal Hukum Ridwan, H. (2007). Hukum Administrasi
IUS QUIA IUSTUM, 15(1), 60–80. Negara. Jakarta: RajaGrafindo
https://doi.org/10.20885/iustum.vo Persada.
l15.iss1.art3
Shobron, A. H. S. dan S. (2016). Konsep
Miles, Huberman, dan S. (2014). Syura Menurut Hamka Dan M.
Qualitative Data Analysis: A method Quraish Shihab. Wahana Akademika:
Sourcebook. america: United State of Jurnal Studi Islam Dan Sosial, 3(2), 59.
Amerika. https://doi.org/10.21580/wa.v3i2.1
Moh Mahfud MD. (2011). Perdebatan 144
Hukum Tata Negara Pasca Amandemen Sunarto. (2016). Prinsip Checks and
Konstitusi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Balances Dalam Sistem
Persada. Ketatanegaraan Indonesia. Masalah-
Montisa Mariana. (2017). Check And Masalah Hukum, 45(2), 157–163.
Balances Antar Lembaga Negara Di Suparman, F. (2016). Meluruskan Fakta
Dalam Sistem Politik Indonesia. Sejarah Lengsernya Gus Dur. Retrieved
Logika, 1(9), 20–28. fromhttps://www.beritasatu.com/nasiona
https://doi.org/10.1017/CBO978110 l/340330/meluruskan-fakta-sejarah-
7415324.004 lengsernya-gus-dur
Paydar, M. (2003). Legitimasi Negara Islam. Thaib, D. (2003). Menuju Parlemen
(Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru. Bikameral (Studi Konstitusional
232 ║ Jurnal Ilmiah Syari‘ah, Volume 18, Nomor 2, Juli-Desember 2019

Perubahan Ketiga UUD 1945). Jurnal Warjiati, S. (2012). Sistem Ketatanegaraan


Hukum, 10(23), 85–97. Indonesia Pasca Amandemen UUD
https://doi.org/10.20885/iustum.vo 1945. Al-Daulah: Jurnal Hukum Dan
l10.iss23.art5 Perundangan Islam, 2(2), 185–207.
https://doi.org/10.15642/ad.2012.2.
Thontowi, J. (2011). Kedudukan Dan
2.185-207
Fungsi Komisi Yudisial Republik
Indonesia. Jurnal Hukum, 18(2), 185– Zed, M. (2007). Metode Penelitian
302. Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor
https://doi.org/10.20885/iustum.vo Indonesia.
l18.iss2.art8

You might also like